Anda di halaman 1dari 61

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker payudara adalah entitas patologi yang mulai dengan perubahan

genetik pada sel tunggal dan mungkin memerlukan waktu beberapa tahun untuk

dapat terpalpasi (suddarth, 2011). Kanker payudara adalah tumor ganas yang

menyerang jaringan payudara. Jaringan payudara tersebut terdiri kelenjar susu

(kelenjar pembuat air susu), saluran kelenjar (kelenjar air susu), dan jaringan

penunjang payudara. Kanker payudara tidak menyerang kulit payudara yang

berfungsi sebagai pembungkus. Kanker payudara menyebabkan sel dan jaringan

payudara berubah bentuk menjadi abnormal dan bertambah banyak secara tidak

terkendali.

Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2003 menunjukkan pada

tahun 2002 terdapat 24,6 juta penderita (semua jenis) kanker 10,9 juta kasus baru,

dan 6,7 juta kematian akibat kanker. Meski bukan penyakit menular, kanker

sudah menyerupai epidemi karena terjadi di seluruh dunia. Berdasarkan data dari

American cancer society sekitar 1,3 juta wanita terdiagnosis kanker payudara dan

tiap tahunnya di seluruh dunia kurang dari 465.000 ribu wanita meninggal oleh

1
karena penyakit ini. Dilaporkan dari American Cancer Society, angka kematian

kanker payudara terdeteksi pada tahun 2007. Sementara itu, secara umum angka

kejadian kanker payudara meningkat sekitar 30% dalam kurun waktu 25 tahun di

negara-negara maju. Di indonesia, berdasarkan data Global burden of cancer

(Globocan), kanker payudara merupakan kanker terbanyak pada perempuan (26

per 100.000). Hal ini sesuai dengan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS),

yang menyatakan dalam kurun waktu 2004-2007 kanker payudara menempati

angka pertama dari 10 jenis kanker terbanyak yang tercatat di rumah sakit. Data

Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) 2007 menunjukkan kejadian kanker

payudara mencapai 21,69% lebih tinggi dari kanker leher rahim yang

angkanyanya 17%. Dirumah Sakit Kanker Dharmais jumlah kasus baru juga terus

meningkat. Pada tahun 2003. Hanya ada 221 kasus, sementara pada tahun 2008

sudah tiga kali lipatnya menjadi 657 kasus. Berdasarkan studi pendahuluan yang

dilakukan oleh peneliti pada tanggal (....) bulan (...) tahun 2017, Dinas Kesehatan

Kabupaten Tulungagung didapatkan angka kejadian kasus penyakit ca mamae

dilaporkan sebesar (.............) kasus. (Dinas Kesehatan Tulungagung, 2017).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal (....)

bulan (...) tahun 2017, RSUD dr. Iskak Tulungagung didapatkan angka kejadian

kasus penyakit ca mamae dilaporkan sebesar (.............) kasus dan dengan masalah

nyeri (........) kasus. (RSUD dr.Iskak Tulungagung, 2017).

Dampak jika setelah tindakan operasi salah satunya adalah nyer. Dimana

nyeri merupakan respons tubuh akibat luka sayatan yang terjadi selama operasi.

Nyeri ini akan hilang perlahan-lahan dalam beberapa hari. Rasa baal juga

mungkin muncul disekitar tempat sayatan dan biasanya akan membaik dalam 2-3

2
bulan. Pada beberapa kasus nyeri berdenyut di sekitar tempat operasi dapat

berlangsung beberapa bulan. Awalnya, pada tempat luka operasi akan muncul

pembengkakan dan memar. Kemudian muncul jaringan parut berwarna

kemerahan yang makin lama akan makin samar. Anda harus mewaspadai nyeri

yang tidak membaik seiring waktu  karena kemungkinan  timbul komplikasi.

Komplikasi operasi pada luka bekas operasi ini berupa infeksi. Tanda-tanda

terjadi infeksi pada tempat operasi yaitu: rasa nyeri yang terus-menerus dan tidak

semakin membaik seiring waktu, bengkak di sekitar luka disertai kemerahan, bisa

dijumpai cairan seperti nanah di sekitar luka, demam dan tidak enak badan

Peran perawat memberikan asuhan keperawatan pada pasien post operasi

kanker payudara dengan masalah nyeri dengan melakukan upaya

promotif,preventif,kuratif dan rehabilitas. Upaya promotif meliputi pemberian

pendidikan kesehatan tentang penyakit kanker payudara, upaya preventif yaitu

mencegah infeksi pada luka post operasi kanker payudara dengan cara perawatan

luka dengan teknik aseptik dan antiseptik, upaya kuratif meliputi pemberian

pengobatan dan penganjuran klien untuk mematuhi terapi, serta upaya

rehabilitative meliputi perawatan luka di rumah dan menganjurkan untuk

meneruskan terapi yang telah diberikan. Peran perawat dalam aspek psikologis

yaitu memberikan informasi dan dukungan positif kepada klien tentang proses

pengobatan yang akan di jalani bahwa itu adalah alternative untuk pengobatan.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik dan inigin melakukan penelitian

dengan “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi Ca Mammae dengan

Nyeri di Instalasi Rawat Inap Anggrek RSUD dr. Iskak Tulungagung”.

3
B. Batasan Masalah

Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada asuhan keperawatan pada pasien Ca

Mamae dengan masalah nyeri di Instalasi Rawat Inap Anggrek RSUD dr. Iskak

Tulungagung.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah

dalam asuhan keperawatan ini “Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien Ca

Mamae dengan nyeri?”

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menggali/ mempelajari asuhan keperawatan pada pasien Post Operasi Ca

Mamae dengan Nyeri.

2. Tujuan Khusus

a. Menggali pengkajian keperawatan pada pasien Post Operasi Ca Mamae

dengan Nyeri.

b. Menggali diagnosa keperawatan pada pasien Post Operasi Ca Mamae

dengan Nyeri.

c. Menggali perencanaan keperawatan pada pasien Post Operasi Ca Mamae

dengan Nyeri.

d. Menggali pelaksanaan keperawatan pada pasien Post Operasi Ca Mamae

dengan Nyeri.

4
e. Menggali diagnosa keperawatan pada pasien Post Operasi Ca Mamae

dengan Nyeri.

f. Menggali evaluasi keperawatan pada pasien Post Operasi Ca Mamae

dengan Nyeri.

E. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Mengembangkan ilmu keperawatan khususnya asuhan keperawatan pada

pasien post operasi ca mamae dengan masalah keperawatan nyeri.

2. Praktis

a. Bagi Peneliti

Merupakan pengalaman nyata bagi peneliti untuk mengaplikasikan

ilmu keperawatan yang diperoleh selama mengikuti pendidikan

akademik serta dapat menambah wawasan mengenai tindakan

manajemen nyeri pada pasien dispepsia dengan nyeri akut secara

mendalam.

b. Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan untuk meningkatkan

pengetahuan, keilmuan, dan dapat menjadi tambahan kepustakaan

untuk memperkaya pustaka yang ada, serta dapat digunakan sebagai

referensi peneliti selanjutnya.

c. Bagi Institusi Rumah Sakit

5
Memberikan masukan dan pertimbangan bagi tim kesehatan

khususnya perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada

pasien ca mamae di ruang irna Anggrek RSUD dr.Iskak Tulungagung.

d. Profesi Keperawatan

Memberi masukan dan sumbangan bagi perkembangan ilmu

keperawatan dan profesi keperawatan yang profesional.

6
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit Ca Mammae

1. Definisi ca mammae

Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari

parenkim, stoma areola, dan papila mamae (Taufan Nugroho,2011).

Ca mammae (carcinoma mammae) adalah keganasan yang

berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang

payudara, tidak termasuk kulit payudara. Ca mammae adalah tumor

ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai

tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun

jaringan ikat pada payudara. (Medicastore, 2011).

Kanker payudara adalah keganasan pada sel-sel yang terdapat

pada jaringan pada payudara, berasal dari komponen kelenjarnya

(epitel saluran maupun lobulusnya) maupun komponen selain kelenjar

seperti jaringan lemak, pembuluh darah, dan persyarafan jaringan

payudara (Rasjidi, 2010).

7
2. Klasifikasi Ca Mamae

a. Berdasarkan histologi kanker payudara

1) Kanker payudara noninvasif

Neoplasma noninvasif secara umum dibagi menjadi dua tipe

besar LCIS dan DCIS ( atau karsinoma itraduktus).

a) Kanker epitel noninvasif

 Karsinoma lobular in situ (LCIS).

 Karsinoma duktus in situ (DCIS).

 Karsinoma duktus in situ (DCIS) atau karsinoma

intraduktus.

Tipe papila, kribiformis, solid, dan komedo.

b) Kanker epitel invasif

(1) Tumor jaringan ikat dan epitel campuran.

2) Kanker payudara invasif.

 Kanker duktus invasif.

 Karsinoma lobular invasif.

b. Klasifikasi TNM kanker payudara berdasarkan AJCC Center, Staging

Manual, 6th Edition.

8
Tumor primer (T) :

1) Tx : Tumor primer tidak dapat didapatkan.

2) T0 : Tidak terbukti adanya tumor primer

3) Tis : Kanker in situ

Tis (DCIS) : Duktal Karsinoma In Situ.

Tis (LCIS) : Lobular Karsinoma In Situ.

Tis (Paget) : Paget’s Disease tanpa adanys tumor.

4) T1 :Tumor <2 cm.

TImic :Mikroinvasif > 0,1 cm

TIa : Tumor > 0,1 - <0,5 cm.

TIb : Tumor >0,5 - <1 cm.

Tic : Tumor >1 - <2cm.

5) T2 :Tumor >2 – <5 cm

6) T3 : Tumor diatas 5 cm

7) T4 : Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke

dinding thorax atau kulit :

9
T4a : Melekat pada dinding dada.

T4b : Edema kulit, ulkus, peau d’orange

T4c : T4a dan T4b

T4d : Inflamatory carcinoma.

Nodus limfe regional (N) :

 Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan

 N0 : Tidak teraba kelenjar axila

 N1 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang tidak

melekat

 N2 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang melekat satu

sama lain atau melekat pada jaringan sekitarnya

 N3 : Terdapat kelenjar mamaria interna homolateral

Metastas jauh (M) :

 Mx : Metastase jauh tidak dapat ditentukan

 M0 : Tidak ada metastase jauh

 M1 : Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula

c. Etiologi Ca Mamae

10
Penyebab dari ca mamae adalah (Dr. dr. Imam Rasjidi, 2009)

a. Faktor risiko

1) Faktor yang berhubungan dengan diet tinggi lemak

2) Faktor hormon dan reproduksi

a) Menarche atau menstruasi pertama pada usia relatif muda

(kurang dari 12 tahun)

b) Menoupause atau mati haid pada usia relatif tua (lebih dari dari

58 tahun)

c) Nulipara/belum pernah melahirkan

d) Infertilitas

e) Melahirkan anak pertama pada usia relatif lebih tua (lebih dari 35

tahun)

f) Pemakaian kontrasepsi oral (pil KB) dalam waktu lama (>7th)

g) Tidak menyusui

3) Radiasi pengion pada saat pertumbuhan payudara

Pada masa pertumbuhan, perubahan organ payudara sangat cepat

dan rentan terhadap radiasi pengion.

4) Riwayat keluarga

Pada kanker payudara, telah diketahui beberapa gen yang dikenal

mempunyai kecenderungan untuk terjadinya kanker payudara yaitu

11
gen BRCA 1, BRCA 2, dan juga pemeriksaan histopatologi faktor

proliferasi “p53 germline mutation”.

Pada masyarakat umum tidak dapat memeriksakan gen dan faktor

proliferasinya, maka riwayat kanker pada keluarga merupakan salah

satu faktor risiko terjadinya penyakit.

a) Tiga atau lebih keluarga (saudara ibu klien atau bibi) dari sisi

keluarga yang sama terkena kanker payudara atau ovarium.

b) Dua atau lebih keluarga dari sisi yang sama terkena kanker

payudara tau ovarium usia di bawah 40 tahun.

c) Adanya keluarga dari sisi yang sama terkena kanker payudara

dan ovarium.

d) Adanya riwayat kanker payudara bilateral pada keluarga.

e) Adanya riwayat kanker payudara pada pria dalam keluarga.

5) Riwayat adanya penyakit tumor jinak.

a) Faktor endokrin

(1) Faktor endogen

Terkena paparan hormon endogen selama hidupnya.

(2) Faktor eksogen

 Kontrasepsi oral

 Terapi sulih hormon (hormone replacement therapy)

12
 Dentitas payudara pada mammografi

 Intake alkohol.

 Obesitas

d. Manifestasi Klinis (suddarth, 2011)

a. Secara umum, lesi bersifat tidak nyeri saat ditekan, terfiksasi dan

keras dengan batas tidak teratur paling sering terjadi di kuadran luar

atas

b. Beberapa wanita tidak memiliki gejala dan tidak memiliki benjolan

yang teraba tetapi pemeriksaan mammogram menunjukkan hasil

abnormal.

c. Tanda-tanda lanjut dapat mencakup lekukan di kulit,retraksi puting

atau ulserasi kulit.

e. Komplikasi

Metastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe (limfogen) ke paru,

pleura, tulang dan hati.

Selain itu Komplikasi Ca Mammae yaitu:

a. Metastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe dan pembuluh

darahkapiler ( penyebaran limfogen dan hematogen0, penyebarab

13
hematogen dan limfogen dapat mengenai hati, paru, tulang, sum-

sum tulang ,otak ,syaraf.

b. Gangguan neuro vaskuler.

c. Faktor patologi

d. Fibrosis payudara

e. Kematian

f. Patofisiologi

14
Bukti yang terus bermunculan menunjukkan bahwa adanya

perubahan genetik berkaitan dengan kanker payudara namun ap yang

menyebabkan genetik masih belum diketahui. Meskipun belum ada

penyebab spesifik kanker payudara yang diketahui namun bisa

diindentifikasi melalui beberapa faktor resiko,faktor ini penting dalam

membantu mengembangkan program pencegahan.Hal yang selalu

harus diingat adalah bahwa 60% yang di diagnosa kanker payudara

tidak mempunyai faktor resiko yang terindentifikas kecuali lingkungan

hormonal mereka.Di masa kehidupan,wanita dianggap beresiko untuk

mengalami kanker payudara,namun mengidentifikasi faktor resiko

merupakan cara untuk mengidentifikasi wanita yang mungkin

diuntungkan dari kelangsungan hidup yang harus meningkat dan

pengobatan dini (Prince,A Sylvia.2006).

Tumor / neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan

ciri:proliferasi yang berlebihan dan tak berguna,yang tak mengikuti

pengaruh jaringan sekitarnya.Proliferasi abnormal sel kanker akan

mengganggu fungsi jaringan normal dengan meninfiltrasi dan

memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar keorgan-organ

yang jauh.Didalam sel tersebut telah terjadi perubahan secara

biokimiawi terutama dalam maligna dan berubah menjadi sekelompok

sel ganas diantara sel normal (Prince,A Sylvia.2006).

Suatu sel yang telah megalami insiasi akan menjadi maligna. Sel

yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpenngaruhi oleh

promosi. Oleh karena itu, diperlukan beberapa faktor untuk terj adinya

15
suatu keganasan (gabungan dari sel yang akan peka dan suatu

karsinogen). Pada tahap progresif terjadi aktivitas, mutasi, atau

hilangnya gen.pada progresif ini timbul perubahan benigna menjadi

pre-maligna dan maligna. Kanker payudara menginvasi secara lokal

dan menyebar pertama kali melalui kelenjer getah bening regional,

aliran darah, atau keduanya. Kanker payudara yang bermetastasis dapat

mengenai seluruh organ tubuh, terutama paru-paru, hepar, tulang, otak

dan kulit (Weiss.M 2010).

Metastasis kanker payudara biasanya muncul bertahun-tahun atau

beberapa dekade setelah diagnosis pertama dan terapi (Swart R, DAN

Harris JE, 2011).

g. Penatalaksaan

Penatalaksanaan Medis (suddarth, keperawatan medikal-bedah, 2011)

Berbagai pilihan penatalaksanaan tersedia. Pasien dan dokter dapat

memutuskan pembedahan, terapi radiasi, kemoterapi, atau terapi

hormonal atau kombinasi terapi.

a. Mastektomi radikal yang dimodifikasi mencakup pengangkatan

seluruh jaringan payudara, termasuk kompleks puting areola dan

bagian nodus limfe aksila.

b. Mastektomi total mencakup pengangkatan payudara dan kompleks

puting-areola tetapi mencakup diseksi nodus limfe aksila (axillary

lymph node dissection, ALND).


16
c. Pembedahan penyelamatan payudara: lumpektomi, mastektomi

eksisi luas, parsial atau segmental, kuadrantektomi dilanjutkan

oleh pengangkatan nodus limfe untuk kanker payudara invasif.

d. Biopsi nodus limfe sentinel: dianggap sebagai standar asuhan

untuk terapi kanker payudara stadium dini.

e. Terapi radiasi sinar eksternal: biasanya radiasi dilakukan pada

seluruh payudara, tetapi radiasi payudara parsial (radiasi ke tempat

lumpektomi saja) kini sedang di evaluasi di beberapa institusi pada

pasien tertentu secara cermat.

f. Kemoterapi untuk menghilangkan penyebaran mikrometastatik

penyakit: siklofosfamid (Cytoxan), metotreksat, fluorourasil,

regimen berbasis antrasiklin (mis, doksorubisin [Adriamycin],

epirubisin [Ellence], taksans [paklitaksel

h. Pemeriksaan Diagnostik

Ada beberapa pemeriksaan penunjang.Namun secara umum terbagi 2

yaitu non invasive dan invasive.

a. Non Invasive

1) Mammografi

Mammografi yaitu pemeriksaan dengan metode radiologis sinar

X yang diradiasikan pada payudara. Kelebihan mammografi

adalah kemampuan mendeteksi tumor yang belum teraba (radius

0,5 cm) sekalipun masih dalam stadium dini.Waktu yang tepat

untuk melakukan mammografi pada wanita usia produktif adalah

17
hari ke 1-14 dari siklus haid. Pada perempuan usia nonproduktif

dianjurkan untuk kapan saja. Ketepatan pemeriksaan ini berbeda-

beda berkisar antara 83%-95%.

2) Ultrasound

Ultrasound telah digunakan sejak awal 50-an. Alat tersebut

sangat berguna dan akurat dalam mengevaluasi densitas

payudara dan dan akurat dalam membedakan antara kista

dengan massa padat. Namun untuk masa yang lebih kecil antara

5-10 mm tidak dapat divisualisasi dan massa pada jaringan

lemak payudara sulit dievaluasi. Keuntungannya adalah tidak

ada radiasi dan tidak ada nyeri.

3) Computed Tomografi dan Magnetic Resonance Imaging Scans

Penggunaan CT dan MRI untuk scanning untuk mengevaluasi

kelainan payudara sekarang sudah mulai diselidiki. Teknik ini

mengambil peran dalam mengevaluasi axila, mediastinum dan

area supralivikula untuk adenopati dan membantu dalam

melakukan stging pada proses keganasan.

b. Invasiv

1) Sitologi Aspirasi

Sitologi aspirasi dilakukan menggunakan jarum halus (ukuran

20 atau yang lebih kecil) dengan spuit untuk mengaspirasi sel

pada area yang dicuriga, lalu dismear di atas slide dan difiksasi

segera dan diwarnai untuk evaluasi sitologi. Jika specimen

diambil secara tepat, prosedur ini sangat akurat. Namun

18
pemeriksaan ini tidak dapat untuk memeriksa gambaran

histopatologi jaringan sebab pemeriksaan ini tidak mampu

mengambil struktur jaringan sekitar. Teknik stereotaktik untuk

sampling lesi nonpalble sudah menjadi hal umum diamerika

serikat. Kelemahan teknik ini adalah ketidak mampuan untuk

menentukan secara akurat resptor estrogen dan progesterone

pada specimen yang sangat kecil. Untuk menegtahui resptor

menggunakan teknik ini sudah dikembangkan namun masih

belum merata keberadaanya dilaboratorium patologi anatomi.

2) Core Needle Biopsy (CNB)

Biopsi jarum dengan menggunakan jarum bor yang besar sering

dilakukan. Hal tersebut lebih invasive dibandingkan dengan

aspires jarum. CNB lebih akurat dan bisa digunakan untuk

menentukan reseptor estrogen dan progesterone serta bisa

dilakukan untuk memeriksa gambaran histopatologi.

3) Biopsy

Ini bisa dilakukan secara stereotaktik atau dengan bantuan

ultrasound. Biopsi TerbukaTerdapat berbagai macam teknik

biopsy terbuka yaitu:

a) Biopsy Eksisi

Istilah biopsy Eksisi merujuk pada istilah yang berarti

dengan mengangkat seluruh massa yang terlihat dan

biasanya dengan sedikit batas jaringan yang sehat. Hal

tersebut perlu direncanakan secara hati-hati dan curiga

19
lesinya bersifat gana. Kebanyakan boipsi bisa dilakukan

dengan lokal anestesi. Namun dengan kenyamanan pasien

biasa dilakukan dengan sedasi intravena. Poting beku biasa

dilakukan dan bisa disimpan untuk tes resptor estrogen dan

progesterone.

b) Biopsi Insisi

Untuk lesi yang besar dan sulit untuk dilakukan biopsy

eksisi biasanya dilakukan biopsy insisi dengan hanya

mengambil sedikit jaringan. Hal ini bisa dilakukan dalam

anestesi lokal dan cukup nyaman pada pasien poli.

c) Needle-Guided Biopsy (GNB)

Skrinning mammografi bisa digunakan untuk melihat lesi

mencurigakan sebelum muncul secara klinis. Dan hal

tersebut bisa dijadikan petokan dalam melakukan biopsy

jarum dengan bantuan mammografi. Teknik ini dilakukan

atas dasar prinsip menghilangkan lesi secara presisi tanpa

mengorbankan jaringan sehat sekitar. Pasien dilakukan

mamografi yang disesuaikan dengan film aslinya dan

dilakukan introduks berdasarkan gambaran film tersebut.

Jadi bisa disimpulkan NGB merupakan biopsy dengan

bantuan mamograf.

d) Ultrasound-Guided Biopsy (UGB)

Untuk lesi yang tidak teraba anamun terlihat gambarannya

melalui ultrasound. Bisa dilakukan dengan pasien pada

20
posisi supine, dan payudara discan menggunakan tranducer.

Lalu kulitnya ditandai dengan pensil; lalu dilakukan biopsy

secara standard. Aspirasi kista juga bisa dilakukan dengan

bantuan ultrasound.

e) Nipple Discharge Smear (NDS)

Setelah menekan daerah puting maka akan keluar

cairan .cairan yang bisa keluar bisa diusap pada gelas kaca

difikasi dan dapat dilihat untuk dievaluasi secara sitologi.

Dilaporkan, sitologi dari NDS memiliki hasil negative palsu

sebesar 18% dan positif sebesar 2,5% jadi dibutuhkan

ketelitian dan kehatihatian dalam menginterprestasi hasil

tersebut.

f) Nipple Biopsy

Perubahan epithelium dari puting sering terkait dengan gatal

atau nipple discharge biasa diperbolehkan untuk dilakukan

biopsy puting. Sebuah potongan nipple /areola complex bisa

dieksisi dalam lokal anatesi dengan tepi minimal

B. Konsep Nyeri

1. Definisi Nyeri

Nyeri adalah kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan,

bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang

dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya pada orang tersebutlah yang

21
dapat menjelaskan atau mengevaluasirasa nyeri yang di alaminya.

(Musrifatul uliyah, 2006).

Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal, dan bersifat

individual. Dikatakan individual karena respons individu terhadap sensasi

nyeri beragam dan tidak bisa disamakan satu dengan yang lainnya. Hal ini

menjadi dasar bagi perawat dalam mengatasi nyeri pada klien. (Asmadi,

2008)

2. Fase Nyeri

a. Fase antisipasi (terjadi sebelum nyeri diterima)

Fase ini mungkin bukan merupakan fase yg paling penting, karena fase

ini bisa mempengaruhi dua fase lain. Pada fase ini memungkinkan

seseorang belajar tentang nyeri dan upaya untuk menghilangkan nyeri

tersebut. Peran perawat dalam fase ini sangat penting, terutama dalam

memberikan informasi pada klien.

b. Fase sensasi (terjadi saat nyeri terasa)

Fase ini terjadi ketika klien merasakan nyeri. karena nyeri itu bersifat

subyektif, maka tiap orang dalam menyikapi nyeri juga berbeda-beda.

Toleraransi terhadap nyeri juga akan berbeda antara

3. Klasifikasi Nyeri

a. Nyeri berdasarkan tempatnya:

22
1) Pheriperal pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh

misalnya pada kulit, mukosa.

2) Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih

dalam atau pada organ-organ tubuh visceral.

3) Refered pain, yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena pnyakit

organ / struktur di tubuh yang ditransmisikan ke bagian tubuh di

daerah yang berbeda, bukan daerah asala nyeri.

4) Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan pada

sistem saraf pusat, spinal cord, batang otak, talamus, dan lain-lain.

(asmadi, 2008)

b. Nyeri berdasarkan sifatnya:

1) Incidental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu

menghilang.

2) Steady pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan

dalam waktu yang lama.

3) Paroxymal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan

kuat sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap ±10-15 menit, lalu

menghilang, kemudian timbul lagi. (asmadi, 2008)

c. Nyeri bedasarkan berat ringannya:

1) Nyeri ringan, yaitu nyeri dengan intensitas rendah.

2) Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi.

23
3) Nyeri berat, yaitu nyeri dengan intensitas tinggi. (asmadi, 2008)

d. Nyeri berdasarkan lama/ durasinya:

1) Nyeri Akut

Nyeri akut merupakan pengalaman sensori dan emosi yang tidak

menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau

potensial, atau digambarkan dengan istilah seperti (International

Association for the Study of Pain), awitan yang tiba-tiba atau perlahan

dengan intensitas ringan sampai berat dengan akhir dapat diantisipasi

atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan.

(wilkinson, 2013)

Batasan karakteristik menurut (wilkinson, 2013) :

a) Subjektif

Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan [nyeri] dengan

isyarat.

b) Objektif

(1) Posisi untuk menghindari nyeri.

24
(2) Perubahan tonus otot (dengan rentang dari lemas tidak

bertenaga sampai kaku)

(3) Respons autonomik (misalnya; diaforesis, perubahan tekanan

darah, pernapasan, atau nadi, dilatasi pupil).

(4) Perubahan selera makan.

(5) Perilaku distraksi (misalnya; mondar-mandir, mencari orang

dan/ atau aktivitas lain, aktivitas berulang).

(6) Perilaku ekspresif (misalnya; gelisah, merintih, menangis,

kewaspadaan berlebihan, peka terhdap rangsang dan menghela

napas panjang).

(7) Perilaku menjaga atau sikap melindungi.

(8) Fokus menyempit (misalnya; gangguan persepsi waktu,

gangguan proses pikir, interaksi dengan orang lain atau

lingkungan menurun).

(9) Bukti nyeri yang dapat diamati.

(10) Berfokus pada diri sendiri.

(11) Gangguan tidur (mata terlihat kuyu, gerakan tidak teratur

atau tidak menentu, dan menyeringai).

2) Nyeri kronik

Nyeri kronik merupakan pengalaman sensori dan emosi yang tidak

menyenangkan, akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau

25
digambarkan dengan istilah kerusakan (Iinternasional Association for

the Study of Pain), awitan yang tiba-tiba atau perlahan dengan

intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi

atau dapat diramalkan dan durasinya lebih dari enam bulan.

(wilkinson, 2013)

Batasan karakteristik menurut (wilkinson, 2013)

Mengungkapkan secara verbal atau dengan isyarat atau menunjukkan

bukti sebagai berikut:

a) Subjektif:

(1) Depresi.

(2) Keletihan.

(3) Takut kembali cedera.

b) Objektif

 Perubahan kemampuan untuk meneruskan aktivitas

sebelumnya.

 Anoreksia.

 Atrofi kelompok otot yang terlibat.

 Perubahan pola tidur.

 Wajah topeng.

 Perilaku melindungi.

26
 Iritabilitas.

 Perilaku protektif yang dapat diamati.

 Penurunan interaksi dengan orang lain.

 Gelisah.

 Berfokus pada diri sendiri.

 Respons yang dimediasi oleh saraf simpatis (misalnya; suhu

dingin, perubahan posisi tubuh, dan hipersensitivitas).

 Perubahan berat badan.

Tabel 1.1

Perbedaan nyeri akut Nyeri akut Nyeri kronis


dan nyeri kronis
Karakteristik
Pengalaman Suatu kejadian Suatu situasi, status ekstensi
Sumber Sebab eksternal atau Tidak diketahui atau
penyakit dari dalam pengobatan yang terlalu
lama
Serangan Mendadak Bisa mendadak,
berkembang, dan
terselubung
Waktu Kurang dari 6 bulan Lebih dari 6 bulan atau
bertahun-tahun
Pernyataan nyeri Daerah nyeri tidak diketahui Daerah nyeri sulit dibedakan
dengan pasti intensitas sehingga sulit
dievaluasi (perubahan
perasaan)
Gejala-gejala klinis Pola respon yang khas Pola respon yang bervariasi
dengan gejala yang lebih sedikit gejala-gejala
jelas (adaptasi)
Pola Terbatas Berlangsung terus dapat

27
bervariasi
Perjalanan Biasanya berkurang setelah Penderitaan meningkat
beberapa saat setelah beberapa saat
Sumber : Musrifatul Uliyah (2006)

4. Etiologi Nyeri

a. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya kerusakkan jaringan akibat bedah atau

cidera.

b. Iskemik jaringan.

c. Spasmus otot merupakan suatu keadaan kontraksi yang tak disadari atau tak

terkendali, dan sering menimbulkan rasa sakit. Spasme biasanya terjadi pada

otot yang kelelahan dan bekerja berlebihan, khususnya ketika otot teregang

berlebihan atau diam menahan beban pada posisi yang tetap dalam waktu

yang lama.

d. Inflamasi pembengkakan jaringan mengakibatkan peningkatan tekanan lokal

dan juga karena ada pengeluaran zat histamin dan zat kimia bioaktif lainnya.

e. Post operasi setelah dilakukan pembedahan (Asmadi, 2008).

5. Manifestasi Klinis Nyeri

a. Gangguan tidur

b. Posisi menghindari nyeri

c. Gerakan menghindari nyeri

d. Raut wajah kesakitan ( menangis, merintih )

e. Perubahan nafsu makan

f. Tekanan darah meningkat

g. Nadi meningkat
28
h. Pernafaasan meningkat

i. Depresi, frustasi (Asmadi, 2008).

6. Patofisiologi Nyeri

Terdapat 2 tahap konduksi impuls noriseptif yaitu melalui system noriseptif

reseptor di perifer, lewat serabut afere, masuk medulla spinalis kemudian ke

batang otak oleh mesenfalon. Kedua, melalui tingkat pusat impuls noriseptif

mesenfalon ke korteks serebri di korteks asosiasinya sensasi nyeri dapat

dikenalkarakteristiknya. Impuls-impuls nyeri disalurkan ke sumsum tulang

belakang oleh 2 jenis serabut bermielin A delta dan C dari saraf aferen ke spinal

dan sel raat dan sel horn. Impuls nyeri menyebrangi sumsum belakang pada

interneuron-interneuron bersambung dengan jalur spinalis asenden. Paling

sedikit ada 6 jalur ascenden untuk impuls-impuls nosireseptor yang letak

belahan vencral dari sumsum belakang yang paling utama. Impuls-impuls ke

batang otak dan sebagian ke thalamus mengaktifkan respon automik dan limbuk

pada otak. Kemudian afektif digerakan (Potter, 2005).

7. Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh

individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan

kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda

oleh dua orang yang berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri

dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan

respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran

29
dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri

itu sendiri (Tamsuri, 2007).

8. Skala Pengukuran Nyeri

Gambaran skala nyeri merupakan makna yang dapat diukur. Adapun cara

mengkaji intensitas nyeri antara lain :

a. Skala deskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale / VDS)

Skala deskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale / VDS) merupakan

sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang

tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini

diranking dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak

tertahankan”. Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan meminta

klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Perawat

juga menanyakan seberapa jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan

seberapa jauh nyeri terasa paling tidak menyakitkan. Alat VDS ini

memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk mendeskripsikan

nyeri. (Potter,2005)

b. Visual Analog Scale (VAS)

Visual Analog Scale (VAS) adalah suatu garis lurus, yang mewakili

intensitas nyeri yang terus menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap

ujungnya. VAS dapat merupakan pengukuran keparahan nyeri yang lebih

30
sensitif karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari

pada dipaksa memilih satu kata atau satu angka (Potter, 2005).

Gambar 2.3 Skala Intensitas Nyeri Analog Visual (Potter, 2005)

c. Skala penilaian numerik (Numerical rating scales / NRS)

Skala penilaian numerik (Numerical rating scales / NRS) lebih

digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien

menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif

digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi

terapeutik. Apabila digunakan skala untuk menilai nyeri, maka

direkomendasikan patokan 10 cm. (Potter, 2005)

Gambar 2.4 Skala Intensitas Nyeri Numerik (Potter, 2005)

d. Skala nyeri dengan observasi perilaku

Tabel 2.2
Pengukuran skala nyeri dengan Score
observasi perilaku Kategori
0 1 2
Muka Tidak ada Wajah Sering dahi tidak
ekspresi atau menyeringai, dahi konsisten, rahang
senyuman berkerut menegang, dagu
tertentu tidak gemetar
mencari perhatian
Kaki Tidak ada posisi Gelisah, resah, Menendang atau
atau rileks dan menegang kaki di siapkan
Aktivitas Berbaring, posisi Menggeliat, Menekuk, kaku
normal, mudah menaikkan atau menghentak
bergerak punggung dan
maju, menegang
Menangis Tidak menangis Merintih atau Menangis keras,
(saat bangun atau merengek, berpekik atau
saat tidur) kadang – kadang sedusedan, sering
mengeluh mengeluh.
Hiburan Isi rileks Kadang – kadang Kesulitan untuk
hati tentram menghibur atau
dengan sentuhan, kenyamanan
memeluk,
berbicara untuk
mengalihkan

31
perhatian

e. Skala wajah

Skala nyeri enam wajah dengan ekspresi yang berbeda, menampilkan wajah

bahagia hingga wajah sedih, digunakan untuk mengekspresikan rasa nyeri.

Skala ini dapat dipergunakan mulai sejak anak usia 3 tahun. Skala wajah

terdiri dari 6 wajah kartun mulai dari wajah yang tersenyum untuk “tidak

ada nyeri” hingga wajah yang menangis untuk “nyeri berat”. (Potter, 2005)

Gambar 2.5 Skala Intensitas Nyeri Dengan Skala Wajah (Potter, 2005)

Keterangan : 0 : Tidak ada nyeri

1 - 3 : Nyeri ringan

4 - 6 : Nyeri sedang

7 - 10 : Nyeri berat

9. Pengkajian Nyeri

Pengkajian keperawatan pada masalah nyeri secara umum mencangkup lima

hal, yaitu pemicu nyeri, kualitas nyeri, lokasi nyeri, intensitas nyeri, dan waktu

serangan (PQRST) meliputi provoking atau pemicu, yaitu faktor yang

menimbulkan nyeri dan mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri. Quality atau

kualitas nyeri, misalnya rasa tajam dan tumpul. Region atau daerah atau lokasi

yaitu perjalanan kedaerah lain. Severity atau keparahan yaitu intensitas nyeri.

32
Time atau waktu, yaitu jangka waktu serangan dan frekuensi nyeri (Lyndon,

2013). 32

10. Penanganan Nyeri

a. Penanganan Nyeri dengan Manajemen Nyeri

1). Distraksi adalah mengalihkan perhatian klien dari nyeri. Teknik distraksi

yang dapat dilakukan diantaranya :

 Bernafas lambat dan berirama secara teratur

 Menyanyi berirama dan menghitung ketukannya

 Mendengarkan musik

 Massage (pijatan)

 Membaca Koran

 Membayangkan hal-hal yang indah sambil menutup mata

2). Relaksasi atau latihan nafas dalam, Langkah-langkah teknik relaksasi yaitu

 Pasien menarik nafas dalam dan mengisi paru-paru dengan udara.

 Perlahan-lahan udara dihembuskan sambil membiarkan tubuh menjadi

kendor dan merasakan betapa nyaman hal tersebut.

 Pasien bernafas beberapa kali dengan irama normal.


33
 Pasien bernafas dalam lagi dan menghembuskan pelan-pelan dan

membiarkan hanya kaki dan telapak tangan yang kendor. Konsentrasi

pikiran pasien pada kakinya yang terasa ringan dan hangat.

 Pasien mengulang langkah 4 dan mengkonsentrasikan pikiran pada

lengan, perut, punggung dan kelompok otot-otot yang lain.

C. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan, suatu

proses keperawatan, suatu kolaboratif melibatkan perawat, pasien dan tim

kesehatan lainnya. Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data subjektif

dan objektif yang dilakukan dengan wawancara dan pemeriksaan fisik, data

tersebut kemudian diolah, dianalisa yang kemudian akan menghasilkan

suatu diagnosa keperawatan yang membutuhkan perencanaan untuk

mengatasi masalah yang timbul dan muncul.Tujuan utama pengkajian

adalah memberikan gambaran secara terus menerus mengenai keadaan

pasien yang memungkinkan perawat merencanakan asuhan keperawatan

kepada klien dengan mudah.

Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam lima tahap

kegiatan yang meliputi:

1)      Identitas Klien

34
Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, suku bangsa,

agama, status perkawinan, alamat, nomor MR, tanggal masuk dan

penanggung jawab.

2)      Riwayat Kesehatan

a)      Riwayat Kesehatan Dahulu

 Pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya seperti

penyakit payudara jinak ,hyperplasia tipikal.

 Wanita yang mempunyai tumor payudara disertai perubahan epitel

proliferative mempunyai resiko dua kali lipat biasanya mengalami

kanker payudara, wanita dengan hyperplasia tipikal mempunyai

resiko empat kali lipat untuk mengalami penyakit ini.

 Biasanya pasien mempunyai riwayat pemakaian terapi penggantian

hormon dalam waktu yang lama (lebih dari 10-15 tahun)seperti

estrogen suplemen.

 Biasanya klien mempunyai riwayat pemakaian kontrasepsi oral.

 Riwayat perokok, konsumsi alkohol dan tinggi lemak, dan makanan

yang memakai penyedap dan pengawet.

 Biasanya klien mempunyai riwayat menarche atau menstruasi

pertama pada usia yang relative mudah dan menopause pada usia

yang relative lebih tua.

 Biasanya klien mempunyai riwayat nulipara (belum pernah

melahirkan), infertilitas, dan melahirkan anak pertama pada usia

yang relative lebih tua(lebih dari 35 tahun), serta tidak menyusui

3) Riwayat kesehatan sekarang

35
 Biasanya klien mengatakan timbul benjolan pada payudara yang

dapat diraba dengan tangan, makin lama benjolan ini makin

mengeras dan bentuknya tidak beraturan.

 Klien mengatakan terasa nyeri pada payudara saat benjolan mulai

membesar.

 Klien mengeluh keluar nanah, darah atau cairan encer dari puting

susu pada wanita yang tidak hamil.

 Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk akibat neoplasma

menyekat drainase limfatik sehingga terjadi edema dan piting kulit.

 Biasanya klien mengatakan tubuh terasa lemah, tidak nafsu makan ,

mual, muntah, ansietas.

 Terdapat edema ( bengkak) pada lengan atau kelainan kulit, ruam

kulit, dan ulserasi.

4)      Riwayat Kesehatan Keluarga

 Kemungkinan ada keluarga yang menderita kanker terutama ibu,

anak perempuan serta saudara perempuan. Risikonya meningkat

dua kali jika ibunya terkena kanker pada usia kurang dari 60 tahun.

Risiko meningkat 4-6 kali jika terjadi pada dua orang saudara

langsung.

 Tiga atau lebih keluarga dari sisi keluarga yang sama terkena

kanker payudara atau ovarium.

 Dua atau lebih keluarga dari sisi yang sama terkena kanker

payudara atau ovarium dibawah 40 tahun.

36
 Adanya keluarga dari sisi yang sama yang terkena kanker payudara

atau ovarium.

 Adanya riwayat kanker payudara bilateral pada keluarga.

5)      Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum klien, biasanya di kaji tingkat kesadaran klien,

BB,Tinggi badan, tekanan darah, suhu, RR, Nadi.

b. Kepala

1)      Rambut

Biasanya kulit kepala dan rambut klien akan rontok atau alopesia

karna pengaruh kemoterapi, kulit kepala tidak tampak bersih.

2)      Wajah

Biasanya tidak terdapat edema atau hematon.

3)      Mata

Biasanya mata simetris kiri dan kanan Konjungtiva anemis

disebabkan oleh nutrisi yang tidak adekuat Sklera tidak

ikterik,palpebra tidak edema.

4)      Hidung

Biasanya hidung kurang bersih, tampak sekret, adanya pernafasan

cuping hidung yang disebabkan klien sesak nafas terutama pada

pasien yang kankernya sudah bermetastase ke paru-paru.

5)      Bibir

Mukosa bibir tampak pucat dan kurang bersih.

6)      Gigi

Biasanya gusi klien mudah terjadi pendarahan akibat rapuhnya

pembuluh darah dan caries positif.

37
7)      Lidah
Lidah biasanya tampak pucat, dan lidah klien kurang bersih.
c. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.

d. Dada atau Thorak

 Inspeksi

Pada stadium 1

biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan kanan yang

disebabkan oleh pembengkakan pada payudara,dengan ukuran 1-2

cm.

Pada stadium 2

biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan kanan yang juga

disebabkan payudara dengan ukuran dengan tumor 2,5-5 cm.

Pada stadium 3A

biasanya dada klien juga tidak simetris kiri dan kanan yang

disebabkan oleh pembengkakan tumor yang sudah meluas dalam

payudara besar tumor 5-10 cm.

Pada stadium 3B

bentuk dada juga tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh

pembengkakan dan kanker sudah melebar ke seluruh bagian

payudara,bahkan mencapai kulit, dinding dada,tulang rusuk,dan otot

dada.

Pada stadium 4

Bentuk dada tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh

pembengkakan dan mestastase jauh keorgan lain seperti paru-paru.


38
 Palpasi

Pada stadium 1

biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena

kanker belum bermetastase keorgan lain

Pada stadium 2

biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena

kanker belum bermetastase keorgan lain

Pada stadium 3A

biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena

kanker belum bermetastase keorgan lain

Pada stadium 3B

biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena

kanker belum bermetastase keorgan lain seperti tulang rusuk,

dinding dada dan otot dada .

Pada stadium 4

biasanya tidak fremitus kiri dan kanan yang juga disebabkan oleh

karena kanker sudah metastase ke organ yang lebih jauh seperti

paru-paru sehingga mengakibatkan paru –paru mengalami

kerusakan dan tidak mampu melakukan fungsinya.

 Perkusi

Pada stadium 1

biasanya akan terdengar sonor pada lapangan paru-paru klien.

Pada stadium 2

39
biasanya akan terdengar sonor pada lapangan paru-paru klien

karena kanker belum mengalami metastase.

Pada stadium 3A

Masih akan terdengar sonor pada lapangan paru karena kanker

belum metastase.

Pada stadium 3B

biasanya terdengar bunyi redup yang dapat di temukan pada

infiltrate paru dimana parenkim paru lebih padat / mengadung

sedikit udara dan bunyi pekak pada paru-paru paien yang

disebabkan pada paru-paru pasien didapatkan berisi cairan disebut

dengan efusi pleura jika kanker telah bermetastase pada organ paru.

Pada stadium 4

biasanya akan terdengar pekak pada paru-paru pasien yang

disebabkan pada paru-paru pasien didapatkanberisi cairan yang

disebut dengan efusi pleura akibat metastase dari kanker mammae

yang berlanjut,dan nafas akan terasa sesak.

 Auskultasi

Pada stadium 1

biasanya akan terdengar vesikuler (bunyi hampir terdengar seluruh

lapangan pare dan inspirasi lebih panjang, lebih keras, nadanya

lebih tinggi dari ekspirasi. suara nafas tambahan tidak ada, seprti

ronchi (-) dan wheezing (-)

Pada stadium 2

40
biasanya bunyi nafas terdengar vesikuler (bunyi hampir seluruh

lapangan paru clan inspirasi lebih panjang lebih keras, nadanya

lebih tinggi dari ekspirasi. Biasanya buni nafas klien juga dapat

terdengar bronkovesikuler dengan bronchial. Suara nafas tambahan

tidak ada, seperti ronchi (-) dan wheezing (-)

Pada stadium 3 A

Biasanya bunyi nafas berbunyi vesikuler (bunyi hampir seluruh

lapangan paru dan inspirasi yang lebih panjang, lebih keras,

nadanya lebih tinggi dari ekspirasi, dan bronkovesikuler yaitu pada

daerah suprasternal, interscapula: campuran antara element vaskuler

dengan bronchial. Suara nafas tambahan tidak ada, seperti : Ronchi

(+) dan wheezing (-)

Pada stadium 3 B

biasanya nafas klien bisa terdengar bronchial yaitu ekspirasi lebih

panjang, lebih keras nadanya lebih tinggi dari pada inspirasi dan

terdengar dan terdapat suara nafas tambahan seperti: Ronchi dan

Wheezing ini disebabkan oleh kanker sudah menyebar ke seluruh

bagian payudara, dan mencapai ke dinding dada, tulang rusuk, dan

otot dada sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan ekspansi

paru dan compressive atelektasis.

Pada stadium 4

biasanya bunyi nafas pasien bisa terdengar bronchial yaitu ekspirasi

lebih panjang, lebih keras, nadanya lebih tinggi, dari pada inspirasi

dan terdengar. Dan terdapat

41
suara tambahan seperti : Ronchi dan wheezing. Ini disebabkan oleh

kanker metastase ke bagian tubuh lainnya seperti parupare sehingga

mengakibatkan terj adnnya penurunan ekspansi

paru dan compressive atelektasis sehingga terjadi penumpukan

secret pada daerah lobus paru.

e. Jantung (Kardiovaskuler)

 Inspeksi

Biasanya iktus tidak terlihat

 Palpasi

Biasanya iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

 Perkusi

Batas jantung normal, (batas jantung kanan RIC II, linea

staralis dektra, batas jantung kiri RIC V,1 jari media linea

clavukularis sinistra).

 Auskultasi

Biasanya irma jantung murni,murmur (-)

f. Mammae (payudara)

 Inspeksi

Biasanya ada benjolan yang menekan payudara.adanya ulkus

dan berwarna merah dan payudara mengerut seperti kulit jeruk.

 Palpasi

Teraba benjolan payudara yang mengeras dan teraba

pembengkakan dan teraba pembesaran kelenjar getah bening

diketiak atau timbul benjolan kecil di bawah ketiak.

42
g. Perut

 Inspeksi

Biasanya tidak ada pembesaran

 Palpasi

Biasanya bising usus (-)

 Perkusi

Biasanya lien dan hepar tidak teraba

 Auskultasi

Tympani

h. Genitourinaria

Biasanya genetalia bersih

i. Ekstremitas

Biasanya ekstremitas tidak odema,tidak ada lesi

j. Sistem integument

Biasanya terjadi perubahan pada kelembaban kulit klien dan turgor

kulit klien tidak elastis.

6)      Pola Kebiasaan Sehari-hari

a. Nutrisi

 Makan

Sehat: biasanya makan 3 kali sehari dan habis satu porsi

Sakit : biasanya 3 kali sehari,dan hanya menghabiskan setengah

porsi

 Minum

Sehat: biasanya minum 6-8 gelas sehari

43
Sakit :biasanya klien hanya menghabiskan minum 3-5 gelas sehari

b.   Eliminasi

 Miksi

Sehat : biasanya frekuensi BAK sehari 1500 cc

Sakit : biasanya frekuensi BAK sehari 800 cc,karateristiknya warna

kekunangan,pekat dan bau khas

 Defekasi

Sehat : biasanya frekuensi BAB 1 kali sehari

Sakit : pada saat sakit 1 kali dalam 3 hari karateristik warna

kehitaman atau kemerahan, konsistensi padat dan bau khas

c.       Istirahat dan Tidur

Sehat: biasanya jam tidur siang 2 jam dan malam 9 jam sehari

Sakit : biasanya saat sakit susah tidur karena rasa nyeri yang

dirasakan di bagian payudara

d.      Kebersihan Diri

Sehat : biasanya klien mandi 2 kali sehari,menggosok gigi 2 kali

sehari,cuci rambut 1 kali dalam 2 hari,pakain di ganti sesudah

mandi

Sakit : biasanya pada sakit mandi 1 kali sehari,menggosok gigi 1

kali sehari,cuci rambut 2 kali seminggu,pakain di ganti 1 kali

sehari.

7)      Data sosial ekonomi

Biasanya di tanyakan pada klien tentang pekerjaan, sumber

penghasilan dalam keluarga dan perubahan yang dialami sejak

44
klien sakit, penangguang jawab biaya perawatan klien selama sakit

dan masalah keuangan yang dialami saat ini.

8)      Data psikologi

Biasanya keadaan psikologi saat sakit lemas dan takut di rawat di

rumah sakit, harapan klien terhadap penyakitnya dapat segera

sembuh setelah diobati,dukungan dari keluarga baik dalam

perubahan terhadap konsep diri tidak seperti biasanya.

9)      Data spritual

Biasanya pelaksaanaan ibadah klien selama sakit tertinggal dan

agak terganggu di bandingkan dengan sehat rutin dan rajin

beribadah, pandangan klien terhadap penyakit tetap optimis selama

segala penyakit ada obatnya.

10)  Pemeriksaan laboratorium/penunjang

a. Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun, leukosit

meningkat, trombosit meningkat.

b. Pemeriksaan urin, diperiksa apakah ureum dan kreatini meningkat

Tes diagnostik yang biasanya di lakukan pada penderita karsinoma

mammae adalah sinar X, sinar X ini di perlukan selain untuk

screening pra-operasi,juga untuk melihat apakah ada penyebaran

kanker ke paru-paru, ultrasonografi : diperlukan bersamaan dengan

mammografi untuk membedakan krista yang berisi cairan dengan

jenis lesi lainnya.

c. Respon Hormone

45
Diperlukan untuk mengetahui adanya peningkatan hormone

estrogen dan progesteron.

d. Pemeriksaan Biopsi Jarum Halus

Pemeriksaan ini di lakukan pada lesi yang secara klinis dan

radiologi di curigai ganas. Biopsi jarum halus dilakukan dengan

menusuk tumor dengan jarum halus dan di sedot dengan spuit 10 cc

sampai jaringan tumor diperiksa di laboratorium oleh ahli patologi

anatomi untuk mengetahui apakah jaringan tersebut ganas (maligna)

atau jinak (benigna)

e. Penanda tumor(zat yang di hasilkan dan di sekresi oleh sel tumor

dan di temukan dalam serum missal CEA, antigen spesifik frosfat,

alfa-fetoprotein, HCG, asam dll)dapat membantu dalam

mendiagnosis kanker tetapi lebih bermanfaat sebagai prognostik

f. Tes kimia skrining

 Elektrolit(natrium,kalium,kalsium)

 Tes ginjal (BUN)

 Tes hepar (bilirubin,AST/SGOT alkalin fosfat,LDH)

 Tes tulang(alkalin fosfat,kalsium)

g. Sinar X dada

Menyelidiki penyakit paru metastasis

11)  Analisa Data

46
Merupakan proses intelektual yang merupakan kemampuan

pengembangan daya fikir berdasarkan ilmiah,pengetahuan yang

sama dengan masalah yang di dapat pada pasien (Gusneli,2007)

12) Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan pengkajian diatas kemungkinan dignosa keperawatan yang timbul

adalah:

1.      Gangguan rasa nyaman :nyeri berhubungan dengan penyakit(kompressi atau

dekstruksi, jaringan saraf, infiltrasi syaraf, atau suplai vaskulernya, obtruksi

jaringan syaraf inflamasi dan adanya penekanan masa tumor (Marilynn

E.Doenges, 2000)

2.      Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan desakan paru oleh diafragma

sekunder terhadap ancites dan efusi pleura (Marilynn E.Doenges )

3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status

hipermetabolik berkenaan dengan kanker, konsekwensi kemoterapi, radiasi,

pembedahan misalnya, anoreksia, iritasi lambung, penyimpangan, rasa mual,

distress emosional, control nyeri batuk (Marilynn E.doenges, 2000)

4.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi energi,

peningkatan energi (status hipermetabolik) kebutuhan psikologis atau emosional

berlebihan dan perubahan kimia tubuh: efek samping obat-obatan : kemoterapi

(Marilynn E.Doenges, 2000)

5.      Gangguan intergritas kulit / jaringan berhubungan dengan Penurunan

imunologis, Penurunan status nutrisi, anemia (Marilyn E Dongees,2000).

7.      Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek samping kemoterapi atau

radioterapi misal kehilangan rambut, mual dan muntah, penurunan berat badan,

47
impotensi, sterilisasi, kelelahan berlebihan, nyeri tidak terkontrol kecacatan bedah

(Marilynn E.Doenges 2000).

8.      Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan serta pengobatan

penyakit berhubungan dengan kurang informasi (Marilynn E. Doenges 2000).

13) Rencana Asuhan Keperawatan

N Tujuan dan
Diagnosa
o Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan
Hasil
1. Gangguan rasa Tujuan : Mandiri:
nyaman : nyeri nyeri teratasi a. Tentukan riwayata. Informasi data dasar
berhubungan Kriteria hasil: nyeri, lokasi nyeri, untuk mengevaluasi
dengan prosesa. klien frekuensi durasi dan kebutuhan atau
penyakit menyatakan intensitas (skala keefektifan intervensi
(kompressi atau nyeri berkurang nyeri 0-10), dan
dekstruksi, jaringan atau hilang tindakan penghilang
syaraf, infiltrasi b. Nyeri tekan yang digunakan
syaraf, adanya tidak ada b. Evaluasi atau sadari
penekanan tumor. c. Ekspresi therapy tertentub. Ketidaknyamanan
wajah tenang misalnya: rentang luas adalah
d. Luka sembuh pembedahan, umum (misal nyeri
dengan baik radiasi, insisi, kulit terbakar,
khemoterapi, nyeri punggung
bioterapi, ajarkan bawah, sakit kepala)
klien dan keluarga tergantung pada
tentang cara prosedur atau agen
menghadapinya dan yang digunakan
apa yang diharapkan
c. Berikan tindakan
kenyamanan dasar
(misal : reposisic. Meningkatkan
gosokan punggung) relaksasi dan
dan aktivitas membantu
menyenagkan memfokuskan
seperti kembali perhatian
mendengarkan
musik dan menonton
tv, membaca buku.
d. Dorong penggunaan
keterampilan
manajement nyeri
(misal teknik
48
relaksasi, d. Memungkinkan klien
visualisasi, untuk berpartisipasi
bimbingan cara efektif dan
imajinasi) tertawa, meningkatkan rasa
musik,dan sentuhan kontrol
teraupetik
Kolaborasi
a.       kembangkan
rencana manajemen
nyeri dengan klien
dan dokter

a.       rencana
terorganisasi
mengembangkan
kesempatan untuk
kontrol nyeri terutama
b.      Berikan analgesik dengan nyeri kronis,
sesuai dengan klien atau orang
indikasi terdekat harus aktif
menjadi partisipasin
dalam manajemen
nyeri di rumah
b. Nyeri tekan adalah
komplikasi dari
kanker, meskipun
respon individual
berbeda.saat
perubahan penyakit
atau pengobatan
terjadi,penilaian dosis
dan pemberian akan
di perlukan
2. Ketidak efektifan Tujuan : Mandiri:
pola nafas pola nafasa. Atur posisi kliena. Isi rongga abdomen
berhubungan kembali efektif senyaman mungkin terdorong kebawah
dengan efek dari Kriteria hasil : dengan meninggikan sehingga tidak
desakan paru oleh a. Bunyi nafas daerah kepala mendesak diafragma
difragma sekunder vesikuler b. Monitor vital
terhadap ancites b. RR signs b. Perubahan dari vital
dan efusi pleura normal(20- sisgn dapat di jadikan
24x/menit) sebagai pedoman
c. Tidak ada untuk mengambil
tanda-tanda keputusan dalam
sianosis dan tindakan selanjutnya
pucat c. Dengan nafas dalam
d. Tidak adac. Anjurkan klien nafas diharapkan dapat

49
sputum dalam dengan mempelancar O2
menarik nafas keparu-paru
melalui hidung dan
mengeluarkan
melalui mulut secara
pelan-pelan
d. Diskusikan d. Dengan adanya
penyebab dari sesak diskusi dengan klien
nafas klien diharapkan klien
menerima Apa
penyebab dari sesak
nafas
Kolaborasi:
a.       Kolaborasia. pemberian oksigen
dengan dokter dalam yang sesuai dengan
pemberian oksigen program akan lebih
bermanfaat bagi klien
dalam mengatasi
sesak nafas dan
mensuplai O2 yang
b.      Kolaborasi dengan mencukupi
tim dokter dalamb. Mencegah kekeringan
pemberian obat- mukosa membran,
obatan (ekspektoran mengurangi
dan bronkodilator) kekentalan secret dan
memperbesar ukuran
lumen trakeobroncial
3. Gangguan Tujuan: Mandiri:
pemenuhan Kebutuhan a.       pantau masukan a.       Mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi nutrisi terpenuhi makanan setiap hari. kekuatan atau
berhubungan Kriteria hasil: biarkan pasien defisiensi nutrisi
dengan intake yang a. nafsu makan menyimpan buku
tidak adekuat,mual meningkat harian tentang
dan muntah b. klien tidak makanan sesuai
lemah dengan indikasi
c. Penambahan b.      Ukur tinggi, berat
berat badan badan, dan
yang ketebalan trisep
b.      Membantu dalam
progresif,dan (atau pengukuran mengidentifikasi
bebas dari antropometrik lain malnutrisi protein,
tanda-tanda sesuai dengan kalori, khususnya bila
malnutrusi indikasi, timbang berat badan dan
d. Hb berat badan setiap pengukuran
normal(12-14 hari) antropometri kurang
gr/dl) c.       Dorong klien dari normal
makan diet tinggi
kalori kaya nutrient ,
dengan masukan

50
cairan adekuat c.  Kebutuhan jaringan
d.      Nilai diet sebelum metabolik
dan segera ditingkatkan begitu
pengobatan misal juga cairan(untuk
makanan bening, menghilangkan
cairan dingin, produk sisa)
skrekers kering, roti d.      Keefektifan
panggang, minuman penilaian diit sangat
karbonat, berikan individual dalam
cairan 1 jam penghilangan mual
sebelum atau 1 jam pasca terapi
setelah makan
e.       Control faktor
lingkungan misalnya
bau kuat atau tidak
sedap atau
kebisingan.hindari
makanan terlalu
manis, berlemak
atau makanan pedas
Kolaborasi:
a.       tinjau ulang e. Dapat menriger
pemeriksaan respon mual atau
laboratorium sesuai muntah
dengan indikasi
misal limfosi total ,
transferin serum,dan
albumin

a.       Membantu
mengidentifikasi
derajat
ketidakseimbangan
biokimia atau
malnutrisi dan
mempengaruhi
pilihan intervensi diet

51
4 Intoleransi Tujuan: kembali Mandiri :
aktivitas melakukan a.       Rencana a.       Periode istirahat
berhubungan aktivitas keperawatan untuk sering diperlukan
dengan Kriteria : memungkinkan untuk memperbaiki
penurunan a.       Melaporkan periode istirahat atau menghemat
produksi perbaikan rasa
b.      Buat tujuan energi
energy,peningkat berenergi aktivitas realitas
b.      Memberikan rasa
an energy (status
b.      Melakukan dengan pasien control dan mampu
hipermetabolik) aktivitas dan
c.       Dorong pasien menyelesaikan
berpartisipasi untuk melakukan c.       Meningkatkan
dalam beraktivitas apa saja bila kekuatan/stamina dan
yang di inginkan mungkin misalnya memampukan pasien
pada tingkat mandi menjadi lebih aktif
kemampuan duduk,bangun dari tanpa kelelahan yang
kursi, dan berjalan. berarti.
tingkat aktivitas
sesuai dengan
kemampuan.
d.      Pantau respon
fisiologi
aktivitas,perubahand.      Toleransi sangat
pada TD atau bervariasi tergantung
frekuensi pada tahap proses
jantung/pernafasan. penyakit.
Kolaborasi :
a.       Berikan 02
suplemen sesuai
indikasi a.       Adanya anemia/
hipoksemia
menurunkan
ketersediaan 02 untuk
ambilan seluler dan
memperberat
keletihan.

5 Gangguan rasa Tujuan : Mandiri :


aman : cemas Kecemasan a.       Tinjauan ulang a.       Membantu dalam
berhubungan berkurang pengalaman pasien / mengidentifikasi rasa
dengan krisis Kriteria hasil : orang terdekat takut dan kesalahan
situasi (kanker),
a.       klien tampak sebelumnya dengan konsep berdasarkan
ancaman pada tenang kanker. pada pengalaman
perubahan statusb.      Mau dengan kanker.
kesehatan,fungsi berpartisipasi b.      Mendorong b.      Memberikan
peran perubahan dalam program perasaan pasien kesempatan untuk

52
gambaran tubuh terapi untuk memeriksa rasa takut
mengungkapkan realitas serta
pikiran dan kesalahan konsep
perasaan. tentang diagnosis.
c.       Berikanc.       Membantu pasien
lingkungan terbuka untuk merasa di
dimana pasien terima pada adanya
merasa aman untuk kondisi tanpa ada
menduskusikan atau perasaan dihakimi
menolak untuk dan meningkatkan
bicara. rasa terhormat dan
d.   Bantu pasien atau kontrol.
orang terdekatd.      Keterampilan
dalam mengalami koping sering rusak
dan mengklasifikasi setelah diagnosis dan
rasa takut untuk selama fase
memulai pengobatan yang
mengembangkan berbeda. dukungan
strategi koping dan konseling sering
untuk menghadapi perlu untuk
rasa takut. memungkinkan
individu mengenal
dan menghadapi rasa
takut dan untuk
e.   Mempertahankan meyakini bahwa
kontrak sering strategi kontrol atau
dengan pasien,bicara koping tersedia.
dengan menyentuh e.       Memberikan
pasien dengan tepat. keyakinan bahwa
f.    Dorong pasien pasien tidak sendiri
untuk atau di tolak : berikan
mengekspresikan respek dan
perasaannya. penerimaan individu.

f.       Proses kehilangan


bagian tubuh
membutuhkan
g.   Diskusikan tanda penerimaan, sehingga
dan gejala depresi. pasien dapat membuat
rencana untuk masa
depannya.
g.      Reaksi umum
terhadap tipe prosedur
dan kebutuhan dapat
di kenali dan di ukur.

53
14)      Implementasi

Merupakan langkah keempat dalam proses keperawatan pada kasus kanker

payudara dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan

keperawatan) khususnya pada kanker payudara diman ini telah direncanakan

dalam rencana tindakan keperawatan (Lukman and Sorensen, 2000).

15)      Evaluasi

Evaluasi merupakan proses akhir dari keperawatan khususnya pada kanker

payudara dengan cara identifikasi/ melihat sejauh mana tujuan dari implementasi

kanker payudara tercapai atau tidak (Lukman and Sorensen, 2000).

54
BAB 3

METODE PENELITIAN

i. Rancangan Penelitian

Metode yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini merupakan metode studi

kasus. Penelitian studi kasus merupakan studi untuk mengeksplorasi masalah

asuhan keperawatan dengan diagnosis Post Operasi Ca Mamae dengan Nyeri.

Selanjutnya pasien diobservasi selama 3 hari di rumah sakit.

ii. Lokasi dan Waktu Penelitian

Pada studi kasus ini dengan keadaan dan rencana penulisan yang sudah

disebutkan diatas, maka lokasi yang akan digunakan untuk penelitian studi

kasus ini yaitu RSUD dr. Iskak Tulungagung. Dalam penelitian ini waktu

yang digunakan adalah 3 hari, mengobservasi dan memberikan asuhan

keperawatan pada pasien dimulai dari peneliti terjun langsung kerumah sakit

55
dan memilih pasien yang akan dijadikan subjek penelitian. Jika sebelum 3 hari

pasien sudah pulang, maka perlu penggantian pasien lainnya yang sejenis.

iii. Subjek Penelitian

Dalam penelitian kasus ini subjek penelitian yang digunakan sejumlah 2

pasien (2 kasus) dengan masalah keperawatan yang sama yaitu asuhan

keperawatan pada pasien ca mamae dengan nyeri.

iv. Pengumpulan Data

Dalam penelitian studi kasus ini pengumpulan data yang digunakan yaitu

penelitian studi kasus : “Asuhan Keperawatan Pasien Post Op Ca Mamae

dengan masalah Nyeri” sebagai berikut :

1. Wawancara

Wawancara adalah suatu metode yang dilakukan untuk

mengumpulkan data dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung

pada klien untuk mengetahui identitas, keadaan umum, psikologis pasien

secara umum dan keluhan pasien. (hasil anamnesis berisi tentang identitas

pasien, keluhan utama pasien, riwayat penyakit sekarang – dahulu –

keluarga dari pasien, keluarga, perawat lain, hasil laboratorium) (Aziz,

2007).

2. Observasi dan pemeriksaan fisik pasien

56
Metode observasi merupakan metode pengumpul data yang

dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-

gejala yang diselidiki. Pengamat benar-benar mengambil bagian dalam

kegiatan-kegiatan yang dilakukan dengan kata lain pengamat ikut aktif

berpatisipasi pada aktivitas yang telah diselidiki. (dengan pendekatan

IPPA: inspeksi , palpasi, perkusi, auskultasi) pada sistem tubuh pasien.

3. Studi dokumentasi dan angket

Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara

mengambil data yang berasal dari dokumen asli mengenai hal-hal yang

berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen, agenda dan

sebagainya. (hasil dari pemeriksaan diagnostik dan data lain yang relevan)

(Aziz, 2007).

v. Uji Keabsahan Data

Dalam uji keabsahan data yang dimaksud untuk menguji kualitas data /

informasi yang diperoleh dalam penelitian sehingga data yang dihasilkan

validasi tinggi. Untuk mendapatkan keabsahan (trustworthiness) data di

perlukan teknik pemeriksaan. Salah satu teknik keabsahan data adalah dengan

menggunakan teknik triangulasi. Hal ini merupakan salah satu teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data

itu untuk kepentingan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

57
Teknik trianggulasi dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

trianggulasi sumber dan trianggulasi teori. Uji keabsahan dapat dilakukan

dengan :

1. Memperpanjang waktu pengamatan dan tindakan.

2. Sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber

data yang utama yaitu pasien, perawat, dan keluarga pasien yang berkaitan

dengan masalah yang diteliti yaitu asuhan keperawatan pasien dispepsia

dengan nyeri akut. (Aziz, 2007).

F. Analisa Data

Analisa data merupakan suatu proses yang dilakukan secara sistematis

terhadap data yang telah dikumpulkan dengan tujuan supaya trends dan

relationship bisa dideteksi (Aziz, 2007). Analisa data dilakukan sejak peneliti

di lapangan, sewaktu pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul.

Analisa data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya

membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam

opini pembahasan. Teknik analisa yang digunakan dengan cara menarasikan

jawaban – jawaban dari penelitian yang diperoleh dari hasil interpretasi

wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah

penelitian. Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan

studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya diinterpretasikan

58
oleh peneliti dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan

rekomendasi dalam intervensi tersebut. Urutan dalam analisis adalah :

1. Penyajian data

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan

maupun teks naratif. Kerahasiaan dari responden dijamin dengan jalan

mengaburkan identitas dari responden (Aziz, 2007).

2. Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan

dengan hasil – hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan

perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode

induksi. Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian,

diagnosis, perencanaan, tindakan, dan evaluasi (Aziz, 2007).

vi. Etik Penelitian

Dicantumkan etik yang mendasari suatu penelitian, terdiri dari :

1. Informed consent (persetujuan menjadi partisipan)

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan partisipan dengan memberikan lembar persetujuan. Informed

Consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi partisipan. Tujuan

Informed Consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan

penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka

harus menandatangani lembar persetujuan. Jika partisipan tidak bersedia,

59
maka peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang

harus ada dalam Informed consent tersebut antara lain: partisispasi pasien,

tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhakan, komitmen,

prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat,

kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain (Aziz, 2007).

2. Anonimity (tanpa nama) :

Anonimity menjelaskan bentuk penulisan khuestionaere dengan

tidak perlu mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data, hanya

menuliskan kode pada lembar penulisan data (Aziz, 2007).

3. Confidentiality (kerahasiaan) :

Confidentiality kerahasiaan menjelaskan masalah-masalah

responden yang harus dirahasiakan dalam penelitian. Kerahasiaan

informasi yang telah dikumpuklan dijamin kerahasiaan oleh peneliti,

hanya sekelompok data tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil

penelitian (Aziz, 2007).

60
61

Anda mungkin juga menyukai