Disusun Oleh:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker payudara merupakan keganasan yang paling banyak terjadi pada
wanita. Penyakit ini didominasi oleh wanita dan juga berhubungan dengan proses
penuaan. Risiko seumur hidup untuk tumbuhnya kanker payudara sebagian besar
terpusat pada periode perimenopause dan pascamenopause. Kanker payudara
adalah tumor ganas yang berasal dari sel payudara. Kanker payudara dapat
berasal dari sel kelenjar penghasil susu (lobular), saluran kelenjar dari lobular ke
puting payudara (duktus) dan jaringan penunjang payudara yang mengelilingi
lobular, pembuluh darah dan pembuluh limfe, tetapi tidak termasuk kulit
payudara (American Cancer Society, 2014).
Pada tahun 2013, diperkirakan 232.340 kasus baru kanker payudara
invasif didiagnosis di kalangan wanita, serta diperkirakan 64.640 kasus tambahan
kanker payudara in situ. Pada tahun 2013, sekitar 39.620 wanita diperkirakan
meninggal karena kanker payudara. Pada tahun 2013, sekitar 2.240 pria
didiagnosis kanker payudara dan 410 orang meninggal karena penyakit ini
(American Cancer Society, 2014). Prevalensi penyakit kanker di Indonesia cukup
tinggi. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,
prevalensi tumor/kanker di Indonesia sebesar 1,4 per 1000 penduduk, atau sekitar
330.000 orang. Kanker tertinggi di Indonesia pada perempuan yakni kanker
payudara dan kanker leher rahim. Berdasarkan estimasi Globocan, International
Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2012, insiden kanker payudara
sebesar 40 per 100.000 perempuan, kanker leher rahim 17 per 100.000
perempuan, kanker paru 26 per 100.000 laki-laki, kanker kolorektal 16 per
100.000 laki-laki. Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit 2010, kasus
rawat inap kanker payudara 12.014 kasus (28,7%), kanker leher rahim 5.349
kasus (12,8%).
1
Manajemen medis pasien dengan kanker payudara meliputi tindakan
pembedahan, terapi hormon, terapi target, kemoterapi, imunoterapi dan terapi
radiasi. Tindakan pembedahan seperti mastektomi akan mempengaruhi kondisi
fisik dan psikologis pasien, sehingga diperlukan perawatan yang komprehensif.
Manajemen keperawatan yang dapat diterapkan pada pasien kanker payudara
setelah dilakukan tindakan pembedahan meliputi mengurangi nyeri dan
ketidaknyamanan, perawatan integritas kulit, promosi penyesuain diri dan pola
koping yang positif, melibatkan pasien dalam perawatan, promosi citra tubuh,
memonitor dan manajemen potensial komplikasi seperti limfadema, infeksi dan
hematoma.
B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui konsep dasar penyakit kanker payudara
2. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pasien dengan kanker payudara
3. Melakukan asuhan keperawatan pasien dengan kanker payudara yang
meliputi:
a. Pengkajian keperawatan pada pasien kanker payudara
b. Penegakan diagnosa keperawatan pada pasien kanker payudara
c. Menetapkan perencanaan keperawatan pada pasien kanker payudara
d. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien kanker payudara
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien kanker payudara
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Kanker payudara adalah tumor ganas pada epitel payudara (Liwang et al.
2020). Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari sel payudara.
Kanker payudara dapat berasal dari sel kelenjar penghasil susu (lobular), saluran
kelenjar dari lobular ke puting payudara (duktus) dan jaringan penunjang
payudara yang mengelilingi lobular, pembuluh darah dan pembuluh limfe, tetapi
tidak termasuk kulit payudara (American Cancer Society, 2014).
Kanker payudara muncul di sel epitel (85%) atau lobular (15%) pada
jaringan kelenjar payudara. Awalnya, pertumbuhan kanker terbatas pada saluran
atau lobule (in situ) di mana umumnya tidak menimbulkan gejala dan memiliki
potensi penyebaran minimal (metastasis) (WHO, 2021).
B. Etiologi
Menurut Huether & McChance (2019) faktor risiko terjadinya kanker
payudara meliputi:
1. Resiko tinggi terkena kanker Payudara adalah wanita dari pada pria
2. Usia di atas 30 tahun
3. Riwayat pada keluarga: ada riwayat keluarga yang terkena Kanker
Payudara pada ibu/saudara perempuan
4. Riwayat menstrual : Early Menarche (sebelum umur 12 tahun), Late
Menarche ( setelah umur 50 tahun)
3
7. Life style : diet lemak tinggi, mengkonsumsi alkohol setiap hari obesitas,
merokok
4
C. Manifestasi klinis
Mayoritas karsinoma payudara terjadi pada kuadran atas bagian luar,
yaitu lokasi sebagian besar kelenjar jaringan payudara terletak. Penyebaran
limfatik kanker ke payudara sisi kontralateral, ke kelenjar getah bening di bagian
dasar leher dan ke rongga abdomen disebabkan oleh penyumbatan dari jalur
limfatik normal atau karena rusaknya pembuluh limfatik oleh operasi atau
radioterapi. Tumor yang kurang umum yang berlokasi di kuadran dalam dapat
menyebar ke nodus mediastinum atau nodus Rotter, yang terletak di antara otot
pectoral. Jaringan limfonodus mamaria interna juga merupakan lokasi yang
umum terjadi metastasis. Tanda pertama dari kanker payudara adalah benjolan
tanpa nyeri. Benjolan disebabkan oleh tumor payudara tidak memiliki
karakteristik klasik appaun. Presentasi lainnya meliputi terabanya nodus di
ketiak, retraksi kulit, atau nyeri tulang karena metastatis ke vertebra (Huether &
McChance, 2019).
5
Definisi TNM
1. Tumor Primer (T)
a. TX : Tidak dapat ditemukan adanya tumor primer.
b. T0 : Tidak dapat dibuktikan adanya tumor primer.
c. Tis : Karsinoma in situ, intraductal karsinoma, lobular karsinoma in situ,
atau penyakit Paget pada nipple dengan tidak ada yang berhubungan
dengan tumor. Penyakit Paget’s yang berhubungan dengan tumor
diklasifikasikan berdasarkan ukuran tumor.
d. T1 : Tumor 2,0 cm atau kurang pada dimensi yang terbesar.
e. T1mic : Microinvasion 0,1 cm atau kurang pada dimensi yang terbesar.
f. T1a : Tumor lebih besar dari 0,1cm tetapi tidak lebih dari 0,5 cm pada
dimensi yang terbesar.
g. T1b : Tumor lebih besar dari 0,5 cm tetapi tidak lebih dari 1,0 cm pada
dimensi yang terbesar.
h. T1c : Tumor lebih besar dari 1,0 cm tetapi tidak lebih dari 2,0 cm pada
dimensi yang terbesar.
i. T2 : Tumor lebih besar dari 2,0 cm tetapi tidak lebih dari 5,0 cm pada
dimensi yang terbesar.
j. T3 : Tumor lebih besar dari 5,0 cm pada dimensi yang terbesar.
k. T4 : Tumor dengan segala ukuran dengan perluasan langsung ke (a)
dinding dada, (b) kulit, seperti yang dideskripsikan berikut; Dinding
dada meliputi tulang iga, m. interkostal, dan m. seratus anterior tetapi
bukan m. pectoralis.
l. T4a : Perluasan pada dinding dada
m. T4b : Edema (termasuk peau d’orange) atau ulserasi pada kulit
payudara nodus
n. satelit kulit terbatas pada payudara yang sama.
o. T4c : Kedua kriteria diatas (4a dan 4b).
p. T4d :Karsinoma inflammatory. Secara klinik-patologi dikarakteristikkan
sebagai diffuse browny induration pada kulit payudara, biasanya tanpa
underlying palpable mass. Secara Radiologi mungkin ada massa yang
6
dapat dideteksidan karakteristik penebalan kulit payudara. Presentasi
klinik ini didasarkan pada adanya embolisasi pada “dermal lymphatics”
disertai penebalan dari kapiler superfisial.
2. Node Lymph Regional clinical( N )
a. NX : Node limfe regional tidak dapat ditemukan (misalnya, telah
dipindahkan).
b. N0 : Tidak ada metastasis node limfe regional.
c. N1 : Metastasis pada node-node limfe aksila level I, II ipsilateral yang
“mobile”
d. N2 : Metastasis pada node-node limfe aksila level I,II ipsilateral yang
”fixed” satu sama lain atau pada struktur yang lain; ipsilateral internal
mammary lymph node(s)
e. N2a : Metastasis pada node-node limfe aksila level I,II ipsilateral yang
”fixed” satu sama lain atau pada struktur yang lain
f. N2b : Metastasis ipsilateral internal mammary lymph node (s), tanpa
metastasis pada node-node limfe aksila level I,II ipsilateral
g. N3 : Metastasis pada node-node limfe ipsilateral infraklavikula (level III
aksila node), dengan atau tanpa metastasis pada node-node limfe aksila
level I,II ipsilateral atau metastasis ipsilateral supraclavikula node,
dengan atau tanpa metastasis ipsilateral internal mammary lymph
node(s),dan metastasis pada node-node limfe aksila level I,II ipsilateral
h. N3a : Metastasis pada node-node limfe ipsilateral infraklavikula
i. N3b : Metastasis ipsilateral internal mammary lymph node(s), dan
metastasis pada node-node limfe aksila level I, II ipsilateral
j. N3c : Metastasis ipsilateral supraclavikula node
3. Klasifikasi Patologik (pN)
a. pNX : Node-node limfe regional tidak dapat ditemukan (tidak
dipindahkan untuk studi patologik atau telah terlebih dahulu
dipindahkan).
7
b. pN0 : Tidak ada metastasis node limfe regional secara histologi.
pN0(i-) : Tidak ada metastasis node limfe regional secara histologi,
IHC negatif
pN0(i+) : Sel ganas positif tidak > 0.2 mm secara pengecatan H & E
dan IHC
pN0 (mol-) : Tidak ada metastasis node limfe regional secara
histologi dan RT-PCR
pN0 (mol+) : Terdeteksi secara molekuler dg RT-PCR tapi tidak
terdeteksi node limfe regional secara histologi, IHC negative
c. pN1 : Micrometastasis; atau metastasis pada satu sampai tiga kelenjar
getah bening aksila; dan/atau pada kelenjar mamaria internal dengan
cara SLNB (sentinel node biopsy) tetapi tidak terdeteksi secara klinis
pN1 mi : metastasis mikro (>0,2 mm dan/atau>200 sel, tetapi tidak
ada >2,0 mm)
pN1a : Metastasis pada satu sampai tiga kelenjar aksila, setidaknya
satu >0,2 mm
pN1b : Metastasis kelenjar mamaria internal dengan cara SLNB
(sentinel node biopsy) tetapi tidak terdeteksi secara klinis pN1c :
Metastasis pada satu sampai tiga kelenjar aksila, dan metastasis
kelenjar mamaria internal dengan cara SLNB (sentinel node biopsy)
tetapi tidak terdeteksi secara klinis
d. pN2 : Metastasis pada node-node limfe aksila ipsilateral 4 sampai 9
node atau secara klinis terdeteksi metastasis node mamaria interna tanpa
deteksi aksila node
pN2a : Metastasis pada node-node limfe aksila ipsilateral 4 sampai
9 node, setidaknya satu >0,2 mm
pN2b : Secara klinis terdeteksi metastasis node mamaria interna
tanpa deteksi aksila node
e. pN3 : Metastasis pada node-node limfe aksila ipsilateral lebih atau sama
dengan 10 node, setidaknya satu >0,2 mm; atau secara klinis terdeteksi
8
metastasis node mamaria interna dan deteksi aksila node satu atau lebih;
atau metastasis node supraklavikula ipsilateral
pN3a : Metastasis pada node-node limfe aksila ipsilateral lebih atau
sama dengan 10 node, setidaknya satu >0,2 mm
pN3b : Secara klinis terdeteksi metastasis node mamaria interna dan
deteksi aksila node satu atau lebih
pN3c : Metastasis node supraklavikula ipsilateral.
4. Klasifikasi Metastasis Luas (M)
a. MX : Metastasis luas tidak dapat ditemukan.
b. M0 : Tidak ada metastasis luas.
cM0 (i+) : Klinis dan radiologi tidak terdeteksi, tapi molekular atau
mikroskopis terdeteksi pada peredaran darah atau bone marrow
tanpa tanda klinis.
c. M1 : Ada metastasis jauh terdeteksi secara klinis dan radiologi dan/atau
histologi terbukti >0.2 mm.
E. Komplikasi
1. Komplikasi umum meliputi penggumpalan darah (trombosis vena dalam dan
emboli paru), nyeri dan cachexia.
2. Komplikasi terkait metastatis tulang meliputi rasa sakit, fraktur patologis,
kompresi tulang belakang, hiperkalsemia.
3. Komplikasi terkait metastatis paru meliputi sesak napas, radang paru-paru,
batuk darah, efusi pleura, perdarahan paru, obstruksi airway
4. Komplikasi terkait metastatis hati meliputi asites, kebingungan, mudah
megalami perdarahan, gatal-gatal.
5. Komplikasi terkait metastatis otak seperti kejang
6. Komplikasi akibat metastatis lain seperti gagal ginjal, efusi perikardial,
cedera pleksus brakialis, penyakit jantung, infeksi, reaksi alegri
7. Komplikasi psiologis (id.cc-inc.org, 2021).
9
F. Patofisiologi dan pathway
Menurut Huether & McChance (2019) kebanyakan kanker payudara
adalah adenokarsinoma dan muncul pertama kali di epitel duktal/lobular sebagai
karsinoma in situ. Karsinoma in situ adalah proliferasi sel epitel pada duktus dan
lobulus yang dibatasi membran basalis. Tumor duktal yang infiltrat tidak tumbuh
menjadi ukuran besar, tapi bermetastase lebih awal. Banyak model
karsinogenesis payudara dan terdapat tiga tema yang saling terkait yaitu adiksi
gen, plastisitas fenotipe dan sel induk kanker.
Adiksi gen kanker meliputi adiksi onkogen, sebuah gen pendorong yang
memainkan peran dalam perkembangan dan progresi kanker payudara, dan adiksi
non-onkogen, gen yang mungkin tidak menginisiasi kanker payudara, tetapi
meminkan peran dalam perkembangan dan kecepatan pertumbuhan kanker.
Contoh gen pendorong utama adalah HER2 dan MYC dan contoh gen supresor
tumor antara lain adlaah TP5, BRCA1 dan BRCA2. Setelah terdapat founding
tumor clone, ketidakstabilan genomik dapat membantu melalui pembentukan
subclone lain dan memberikan kontribusi bagi perkembangan tumor dan
resistensi terapi.
Plastisitas fenotipe dicontohkan oleh fenotipe khas yang disebut epithelia-
to-mesenchymal transition (EMT), yang terlibat dalam pembentukan jaringan
dan organ selama embriogenesis, sangat penting untuk mendorong plastisitas
jaringan selama perkembangan, dan merupakan proses tidak sengaja selama
perkembangan kanker. Pemrograman ulang terkait EMT terlibat dalam banyak
karakteristik sel kanker, termasuk supresi kematian sel atau apoptosis dan
senescence, diaktifkan kembali selama penyembuhan luka dan resisten terhadap
kemoterapu dan terapi radiasi. Reaksi jaringa ini meningkatkan risiko untuk
invasi tumor dan dapat memfasilitasi transisi dari karsinoma in situ menjadi
karsinoma invasif. Pada perkembangan karsinoma tahap lanjut, sel-sel kanker
merekrut berbagai jenis sel dalam stroma sekitarnya, termasuk fibroblast,
myofibroblast, granulosit makrofag, sel-sel induk mesenkimal dan limfosit.
10
Penelitian sedang berlangsung untuk menentukan sel induk kanker dalam
proses skarsinogenesis kanker payudara. Studi telah mulai mengidentifikasi
peran sel-sel induk payudara dan menggambarkan bagaimana mereka mendorong
perkembangan kelenjar dan mempertahanan homeostatis, banyak siklus
proliferasi dan apoptosis yang diperlukan untuk ekspansi. EMT menghasilkan
beberapa sel epitel subset dengan keadaan stemness yang berbeda relatif dengan
sel yang lebih berdiferensiasi. Matriks ekstraseluler dan membran basal secara
khusus tidak hanya dianggap sebagai “batu dan mortar” jaringan, dan kini
merupakan tempat dimana sel induk berada dan memperbaiki arsitektur jaringan,
bersama dengan reservoir faktor pertumbuhan sitokin dan proteinase. Banyak
sifat-sifat biologis keganasan high grade- motilitas, sifat invasif dan self renewal
telah dilacak sampai sub populasi sel-sel induk dalam karsinoma. Hormon dapat
bertindak sebagai akselerator serta inisiator, menunda involusi, dan
mempengaruhi kerentanan apitel payudara terhadap karsinogen lingkungan
karena hormon mengendalikan diferensiasi epitel kelenjar mammae dan dengan
demikian mengatur tingkat pembelahan sel induk.
11
Pathway
Pertumbuhan sel
abnormal
Hiperplasia sel
Tumor jinak
payudara
Carcinoma
Ancaman terhadap Ansietas
mammae kematian
Perubahan
Pembengkakan Nyeri akut
bentuk/strutur
mammae
tubuh
Massa mendesak
kejaringan luar
Perfusi jaringan
terganggu
Ulkus
Gangguan integritas
kulit/jaringan
12
G. Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan)
1. Penatalaksanaan medis
Pengobatan didasarkan pada perkembangan atau stadium kanker.
Perkembangan tumor di lokasi utama, metastasis limfonodus dan adanya
metastasis tumor jauh, semua di evaluasi untuk menentuka tahap
perkembangan. Perawatan antara lain operasi, radiasi, kemoterapi, terapi
hormon dan terapi biologis (Huether & McChance, 2019).
Menurut Liwang et al (2020) terapi pengobatan kanker payudara
meliputi:
a. Operasi
Operasi diindikasikan pada semua stadium payudara yang masih
resectable. Operasi kanker payudara dapat berupa mastektomi,
mastektomi dengan rekonstruksi, breast-conserving surgery (BCS) dan
BCS dengan rekonstruksi. Tindakan operatif pada aksila, jika pada
kanker stadium awal, dapat dilakukan sentinel limph node biopsy untuk
menyeleksi apakah perlu dilakukan diseksi aksila karena tindakan ini
memiliki risiko limfadema 5-15%.
b. Terapi hormon
Terapi sistematik untuk kanker dengan hasil IHK reseptor estrogen
positif dan reseptor progesteron positif
c. Kemoterapi
Terapi sistematik kanker payudara menggunakan obat-obatan sitotoksik
yang bertujuan membunuh sel-sel kanker tanpa memandang reseptor
yang dimiliki
d. Terapi target
Terapi sistematik untuk kanker payudara yang memiliki reseptor HER2
positif (+3 atau CISH/FISH amplified)
e. Imunoterapi
Untuk menstimulasi imunitas dengan mengenali serta menghancurkan
sel-sel kanker payudara
13
f. Radiasi
Terapi adjuvan untuk kontrol lokal regional kanker payudara, dilakukan
setelah mastektomi jika ada indikasi, dan wajib dilakuka setelah operasi
BCS agar tercapai kaidah breast-conserving therapy (BCT).
14
b. Post-operasi
1) Mengurangi nyeri dan ketidaknyamanan
2) Perawatan integritas kulit
3) Promosi penyesuain diri dan pola koping yang positif
4) Libatkan pasien dalam perawatan
5) Promosi citra tubuh
6) Manajemen sensasi post operasi
7) Tingkatkan fungsi seksual
8) Monitor dan manajemen potensial komplikasi seperti limfadema,
infeksi dan hematoma (Farrel, 2017).
15
merangsang hormon. Kaji penggunaan kontrasepsi dan lama
penggunaannya.
b. Pemeriksaan fisik
Identifikasi lokasi massa menggunakan metode face of the clock.
Deskripsikan bentuk, ukuran dan konsistensi massa.
Kaji apakah massa tetap atau bergerak.
Perhatikan setiap perubahan kulit di sekitar massa seperti
peningkatan vaskularitas, retraksi putting dan ulserasi.
Periksa kelenjar limfe yang berdekatan dengan massa misal di
aksilla dan supraklavikula.
Tanyakan kepada pasien apakah mengalami nyeri disekitar massa.
c. Pengkajian psikososial
Kaji kebutuhan pasien akan informasi. Beberapa orang mungkin
tidak siap untuk menerima informasi awal setelah terdiagnosis kanker
paayudara. Sebagian orang ingin tahu mengenai penyakitnya,
kemungkinan penyembuhan, pilihan pengobatan dan efek samping
pengotan, bagaimana perawatan akan mempengaruhi kehidupan dan
citra tubuh pasien, bagaimana penerimaan keluarga dan pasangan
tentang penyaitnya dan bagaimana perawatan dirumah.
Kaji permasalahan seksualitas. Disfungsi seksual mempengaruhi
sebagian besar penyintas kanker payudara, disfungsi seksual
berhubungan dengan hilangnya payudara. Berkurangnya libido terkait
perubahan hormonal, tekanan psikologis dan kecemasan umumnya
dialami oleh penyintas kanker payudara (Ignatavicius et al. 2016).
d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan klinis payudara, ultrasound, thermography,
mamografi, USG, MRI, biopsi, pemeriksaan reseptor hormon dan
pembuatan profil ekspresi gen digunakan untuk mengevaluasi
perubahan payudara dan kanker (Huether & McChance, 2019).
16
2. Diagnosa dan Intervensi keperawatan
17
Infeksi
Sindrom koroner akut
Glaukoma
2 Gangguan integritas SLKI Perawatan integritas
kulit/jaringan (D.0129) Penyembuhan luka kulit (I.11353)
Penyebab (L.14130) Observasi
Perubahan sirkulasi Setelah dilakukan Identifikasi penyebab
Perubahan status nutrisi tindakan gangguan integritas
Kekurangan/kelebihan keperawatan selama kulit (mis, perubahan
cairan x jam maka sirkulasi, perubahan
Penurunan mobilitas penyembuhan luka status nutrisi,
Bahan kimia iritatif meningkat, dengan penurunan
Suhu lingkungan kriteria hasil: kelembaban, suhu
ekstrim Penyatuan kulit lingkungan ekstrem,
Faktor mekanis atau meningkat penurunan mobilitas)
faktor elektrik Penyatuan tepi
luka meningkat Terapeutik
Neuropati perifer Ubah posisi tiap 2
Kurang terpapar Edema sisi luka
menurun jam jika tirah baring
informasi tentang upaya
melindungi integritas Peradangan luka Edukasi
jaringan menurun Anjurkan minum air
Nyeri menurun yang cukup
Tanda dan gejala mayor Infeksi menurun Anjurkan
Subjektif meningkatkan asupan
(tidak tersedia) nutrisi
Objektif
Kerusakan jaringan dan Perawatan luka
atau lapisan kulit (I.14564)
Observasi
Tanda dan gejala minor Monitor karakteristik
Subjektif luka (mis, drainase,
(tidak tersedia) warna, ukuran, bau)
Objektif Monitor tanda-tanda
Nyeri infeksi
Perdarahan Terapeutik
Kemerahan Lepaskan balutan dan
Hematoma plester secara
perlahan
Kondisi terkait Bersihkan dengan
Imobilisasi cairan NaCI atau
Gagal jantung kongestif pembersih nontoksik,
Diabetes mellitus sesuai kebutuhan
Imunodefisiensi Pasang balutan sesuai
jenis luka
18
Ganti balutan sesuai
jumlah eksudat dan
drainase
Jadwalkan perubahan
posisi setiap 2 jam
atau sesuai dengan
kondisi pasien
Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
Anjurkan memakan
makanan tinggi
kalori dan protein
Kolaborasi
Kolaborasi prosedur
debridement (mis,
enzimatik, biologis,
mekanis, autolitik).
Jika perlu
Kolaborasi
pemberian antibiotik,
jika perlu
19
kecacatan atau fungsinya
kehilangan bagian Diskusikan
tubuh perbedaan
Objektif penampilan fisik
Kehilangan bagian terhadap harga diri
tubuh Diskusikan kondisi
Fungsi atau struktur stress yang
tubuh berubah atau mempengaruhi citra
hilang tubuh (mis, luka,
penyakit,
Tanda dan gejala minor pembedahan)
Subjektif Diskusikan cara
Tidak mau mengembangkan
mengungkapkan harapan citra tubuh
kecacatan/kehilangan secara realistis
bagian tubuh Diskusikan persepsi
Mengungkapkan pasien dan keluarga
perasaan negatif tentang perubahan
tentang perubahan citra tubuh
tubuh
Mengunkapkan Edukasi
kekhawatiran pada Jelaskan kepada
penolakan/reaksi orang keluarga tentang
lain perawatan perubahan
Mengungkapkan citra tubuh
perubahan gaya hidup Anjurkan
Objektif mengungkapkan
Menyembunyikan atau gambaran diri
menunjukkan bagian terhadap citra tubuh
tubuh secara berlebihan Anjurkan mengikuti
Menghindari melihat kelompok pendukung
dan atau menyentuh (mis, kelompok
bagian tubuh sebaya)
Fokus berlebihan pada Latih fungsi tubuh
perubahan tubuh yang dimiliki
Respon nonverbal pada Latih pengungkapan
perubahan dan persepsi kemampuan diri
tubuh kepada orang lain
Fokus pada penampilan maupun kelompok
dan kekuatan masa lalu
Promosi koping
Hubungan sosial
(I.09312)
berubah
Observasi
Kondisi terkait Identifikasi kegiatan
jangka pendek dan
Mastektomi
jangka panjang
20
Amputasi sesuai tujuan
Jerawat Identifikasi
Parut atau luka bakar kemampuan yang
yang terlihat dimiliki
Obesitas Identifikasi sumber
daya yang tersedia
untuk memenuhi
tujuan
Identifikasi
pemahaman proses
penyakit
Identifikasi dampak
situasi terhadap peran
dan hubungan
Identifikasi metode
penyelesaian masalah
Identifikasi
kebutuhan dan
keinginan terhadap
dukungan sosial
Terapeutik
Diskusikan
perubahan peran
yang dialami
Diskusikan alasan
mengkritik diri
sendiri
Berikan pilihan
realistis mengenai
aspek-aspek tertentu
dalam perawatan
Motivasi untuk
menentukan harapan
yang realistis
Tinjau kembali
kemampuan dalam
pengambilan
keputusan
Hindari pengambilan
keputusan saat pasien
berada di bawah
tekanan
Motivasi terlibat
dalam kegiatan sosial
21
Motivasi
mengidentifikasi
sistem pendukung
yang tersedia
Dampingi saat
berduka (mis,
penyakit kronis,
kecacatan)
Perkenalkan dengan
orang atau kelompok
yang berhasil
mengalami
pengalaman sama
Dukung penggunaan
mekanisme
pertahanan yang
tepat
Kurangi rangsangan
lingkungan yang
mengancam
Edukasi
Anjurkan menjalin
hubungan yang
memiliki
kepentingan fan
tujuan sama
Anjurkan
menggunakan
sumber spiritual, jika
perlu
Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
Anjurkan keluarga
terlibat
Anjurkan membuat
tujuan yang lebih
spesifik
Ajarkan cara
memecahkan
masalah secara
konstruktif
Latih penggunaan
teknik relaksasi
22
4 Ansietas (D.0080) SLKI Reduksi ansietas
Penyebab Tingkat ansietas (I.09314)
Krisis situasional (L.09093) Observasi
Kebutuhan tidak Setelah dilakukan Identifikasi saat
terpenuhi tindakan tingkat ansietas
Krisis maturasional keperawatan selama berubah
Ancaman terhadap x jam maka tingkat Identifikasi
konsep diri ansietas menurun, kemampuan
Ancaman terhadap dengan kriteria mengambil
kematian hasil: keputusan
Kekhawatiran Verbalisasi Monitor tanda-tanda
mengalami kegagalan kebingungan ansietas
Disfungsi sistem menurun Terapeutik
keluarga Verbalisasi Ciptakan suasana
Penyalahgunaan zat khawatir akibat terapeutik untuk
kondisi yang menumbuhkan
Terpapar bahaya
dihadapi kepercayaan
lingkungan
menurun Temani pasien untuk
Kurang terpapar
Perilaku gelisah mengurangi
informasi
menurun kecemasan
Gejala dan tanda mayor Konsentrasi Dengarkan dengan
Subjektif membaik penuh perhatian
Merasa bingung Pola tidur Gunakan pendekatan
membaik yang tenang dan
Merasa khawatir
dengan akibat dari Frekuensi napas penuh perhatian
kondisi yang dihadapi membaik Diskusikan
Sulit berkonsentrasi Frekuensi nadi perencanaan realistis
Objektif membaik tentang peristiwa
Tampak gelisah Tekanna darah yang akan datang
membaik Edukasi
Tampak tegang
Jelaskan prosedur,
Sulit tidur
termasuk sensasi
yang mungkin
Gejala dan tanda minor
dialami
Subjektif
Informasikan secara
Mengeluh pusing
faktual mengenai
Anoreksia
diagnosis,
Palpitasi pengobatan dan
Merasa tidak percaya prognosis
Objektif Anjurkan keluarga
Frekuensi napas untuk tetap bersama
meningkat pasien
Frekuensi nadi Anjurkan
meningkat mengungkapkan
Tekanan darah perasaan dan persepsi
meningkat
23
Diaforesis Latih kegiatan
Tremor pengalihan untuk
Muka tampak pucat mengurangi
Suara bergetar ketegangan
Kontak mata buruk Latih penggunaan
Sering berkemih mekanisme
Berorientasi pada masa pertahanan diri yang
lalu tepat
Latih teknik relaksasi
Kondisi klinis Kolaborasi
Penyakit kronis Koaborasi pemberian
progresif obat antiansietas, jika
Penyakit akut perlu
Hospitalisasi
Terapi relaksasi
Rencana operasi
(I.09326)
Penyakit neurologis
Observasi
Kondisi penyakit belum
Identifikasi
jelas
penurunan tingkat
Tahap tumbuh kembang energi,
ketidakmampuan
berkonsentrasi atau
gejala lain yang
mengganggu
kemampuan kognitif
Identifikasi teknik
relaksasi yang pernah
efektif digunakan
Periksa ketegangan
otot, frekuensi nadi,
tekanna darah dan
suhu sebelum dan
sesudah latihan
Monitor respons
terhadap terapi
relaksasi
Terapeutik
Ciptakan lingkungan
tenang dan tanpa
gangguan
Berikan informasi
tertulis tentang
persiapan dan
prosedur teknik
relaksasi
24
Gunakan pakaian
longgar
Gunakan nada suara
lembut dengan irama
lambat dan berirama
Gunakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang dengan
analgetik atau
tindakan medis lain
Edukasi
Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan dan
jenis relaksasi yang
tersedia (misal,
musik, meditasi,
napas dalam,
relaksasi otot
progresif)
Jelaskan intervensi
yang dipilih
Anjurkan mengambil
posisi nyaman
Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
Anjurkan sering
mengulangi atau
melatih teknik yang
dipilih
Demonstrasikan dan
latih teknik relaksasi
(misal napas dalam,
peregangan atau
imanjinasi
terbimbing)
5 Disfungsi seksual SLKI Edukasi seksualitas
(D.0069) Fungsi seksual (I.12447)
Penyebab (L.07055) Observasi
Perubahan Setelah dilakukan Identifikasi kesiapan
struktur/fungsi tubuh tindakan dan kemampuan
Perubahan keperawatan selama menerima informasi
biopsikososial x jam maka fungsi Terapeutik
seksualitas seksual membaik, Sediakan materi dan
Ketiadaan model peran dengan kriteria media pendidikan
25
Kurang privasi hasil: kesehatan
Ketiadaan pasangan Kepuasan Jadwalkan
Kesalahan informasi hubungan pendidikan kesehatan
Kelainan seksual seksual sesuai kesepakatan
Konflik nilai meningkat Berikan kesempatan
Penganiayan fisik Verbalisasi untuk bertanya
Kurang terpapar fungsi seksual Fasilitasi kesadaran
informasi berubah keluarga terhadap
menurun anak dan remaja serta
Gejala dan tanda mayor Verbalisasi peran pengaruh media
Subjektif seksual berubah Edukasi
Mengungkapkan menurun Jelaskan anatomi dan
aktivitas seksual Keluhan fisiologi sistem
berubah hubungan reproduksi laki-laki
Mengungkapkan seksual terbatas dan perempuan
eksitasi seksual berubah menurun Jelaskan
Mengungkapkan peran perkembangan
seksual berubah seksualitas sepanjang
Merasa hubungan siklus hidup
seksual tidak Jelaskan
memuaskan perkembangan emosi
Mengeluhkan hasrat masa anak dan
seksual menurun remaja
Mengungkapkan fungsi Jelaskan tekanan
seksual menurun kelompok dan sosial
terhadap aktivitas
dispareunia
seksual
Objektif
Tidak tersedia
Konseling seksualitas
(I.07214)
Gejala dan tanda minor
Observasi
Subjektif
Identifikasi tingkat
Mengungkapkan
pengetahuan,
ketertarikan pada
masalah sistem
pasangan berubah
reproduksi, masalah
Mengeluh hubungan seksualitas dan
seksual terbatas penyakit menular
Objektif seksual
Tidak tersedia Identifikasi waktu
disfungsi seksual dan
Kondisi klinis kemungkinan
Gangguan endokrin, penyebab
perkemihan, Monitor stres,
neuromuskular, kecemasan, depresi
muskuloskeletal, dan penyebab
kardiovaskular
26
Trauma genital disfungsi seksual
Pembedahan serviks Terapeutik
Kanker Fasilitasi komunikasi
Menopause antara pasien dan
Gangguan psikiatrik pasangan
Berikan kesempatan
kepada pasangan
untuk menceritakan
permasalahan seksual
Berikan pujian
terhadap perilaku
yang benar
Berikan saran sesuai
kebutuhan pasangan
dengan
menggunakan bahasa
yang mudah
diterima, dipahami
dan tidak
menghakimi
Edukasi
Jelaskan efek
pengobatan,
kesehatan dan
penyakit terhadap
disfungsi seksual
Informasikan
pentingnya
modifikasi pada
aktivitas seksual
Kolaborasi
Kolaborasi dengan
spesialis seksiolog,
jika perlu
6 Risiko infeksi (D.0142) SLKI Pencegahan infeksi
Faktor risiki Tingkat infeksi (I.14539)
Penyakit kronis (L.14137) Observasi
Efek prosedur invasif Setelah dilakukan Monitor tanda dan
Malnutrisi tindakan gejala lokal dan
Peningatan paparan keperawatan selama sistemik
organisme patogen x jam maka tingkat Terapeutik
lingkungan infeksi menurun, Batasi jumlah
Ketidakadekuatan dengan kriteria pengunjung
pertahanan tubuh hasil: Berikan perawatan
primer Demam menurun kulit di area edema
27
Ketidakadekuatan Kemerahan Cuci tangan seblum
pertahanan tubuh menurun dan sesudah kotak
sekunder Nyeri menurun dengan pasien dan
Bengkak lingkungan pasien
Kondisi klinis menurun Perhatikan teknik
AIDS Kadar sel darah aseptik pada pasien
Luka bakar putih membaik beriisko tinggi
PPOK Edukasi
Diabetes mellitus Jelaskan tanda dan
Tindakan invasif gejala infeksi
Kondisi penggunaan Ajarkan cara
terapi steroid mencuci tangan
Penyalahgunaan obat dengan benar
Kanker Ajarka etika batuk
Gagal ginjal Ajarkan cara
Imunosupresi memeriksa kondisi
luka atau luka
operasi
Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
Anjurkan
meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian imunisasi,
jika perlu
28
Bersihkan area insisi
dengan pembersih
yang tepat
Usap area insisi dari
area yang bersih
menuju area yang
kurang bersih
Bersihkan area di
sekitar tempat
pembuangan atau
tabung drainase
Pertahankan posisi
tabung drainase
Berikan salep
antiseptik, jika perlu
Ganti balutan sesuai
jadwal
Edukasi
Jelaskan prosedur
kepada pasien,
dengan
menggunakan alat
bantu
Ajarkan
meminimalkan
tekanan pada tempat
insisi
Ajarkan cara
merawat area insisi
29
3. Evaluasi
Evaluasi pasien pre operasi, meliputi:
a. Memiliki pengetahuan tentang diagnosa dan pilihan terapi pengobatan
b. Verbalisasi ansietas dan ketakutan membaik
c. Mendemonstrasikan kemampuan koping yang baik
Evaluasi pasien post operasi, meliputi:
a. Melaporkan nyeri berkurang dan mampu menggunakan strategi
manajemen ketidaknyamanan secara efektif
b. Luka insisi bersih, kering dan kulit intak, tidak ada gejala inflamasi atau
infeksi
c. Melaporka tanda dan gejala infeksi kepada perawat atau dokter bedah
d. Verbalisasi mengenai perubahan citra tubuh
e. Mendiskusikan tentang diagnosa, prosedur pembedahan dan ketakutan
terutama kematian dengan wajar
f. Berpartisipasi dalam proses perawatan
g. Mendiskusikan permasalahan seksualitas
h. Memperlihatakan tidak ada komplikasi (Farrel, 2017)
30
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
PENGKAJIAN
I. BIODATA
1. Identitas Klien
Nama Klien : Ny. A
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Bangunsari
Umur : 52
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
31
II. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Pada saat pengkajian, pasien mengatakan nyeri dibagian luka oprasi
disebelah payudara kanan. Nyeri yang dirasakan tertusuk tusuk dan
panas, serta nyeri dirasakan 5 menit dengan skala 5.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan sejak 1setengah bulan yang lalu terdapat benjolan di
payudara kanan, terasa nyeri yang hilang timbul. Tanggal 22 Juni 2021
pasien periksa ke poli bedah RSTdan di anjurkan untuk USG Mammae
dengan hasil gambaran malignancy curiga nodal metastasis axilla dextra.
Pada tanggal 29 Juni 2021 pasien periksa ulang ke poli Bedah RSUT dan
di anjurkan opname, pasien menjalani pemeriksaan rongten thorax, EKG
dan laboratorium darah rutin, kimia klinik dan imuno serologi. Tanggal
29 Juni 2021 pasien opname di ruang Cempaka 2, rencana operasi tanggal
30 Juni 2021. Saat ini pasien mengeluh nyeri di payudara kanan (luka
operasi), payudara kanan sudah di operasi dan di angkat semua.
3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus,
Hipertensi, Asma, dan belum pernah menjalani tindakan operasi.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mempunyai
riwayat penyakit yang sama dengan yang dialami pasien.
Genogram
32
Keterangan:
Laki laki
Perempuan
Pasien
Meninggal
Garis
Tinggal
serumah
dsdfsfsdfsdfp
jdfkejfkejfk.d
sppernikahan
Garis
keturunan
1. Keadaan/penampilan Umum
2) Nadi
Frekuensi : 80x/menit
Irama : Reguler
Kekuatan : Kuat
3) Pernafasan
Frekuensi : 16 x/menit
Irama : Reguler
4) Suhu : 36,0 C
5) SpO2 : 99%
2. Kepala
3. Muka
a. Mata
1) Palpebra : Tidak ada edema
2) Konjungtiva : Anemis
33
3) Sclera : An ikterik
4) Pupil : isokhor
5) Diameter ki/ka : 2 mm/2 mm
6) Reflek Terhadap Cahaya : Positif
7) Penggunaan alat bantu penglihatan : Tidak ada
b. Hidung :Kanan kiri tampak simetri, tidak ada nyeri tekan
4. Leher
a. Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran
b. Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran
c. JVP : Normal
5. Dada (Thorax)
a. Paru paru
Perkusi : Resonan
Auskultasi : Vesikuler
b. Jantung
6. Abdomen
34
8. Rektum : Keadaan bersih, tidak ada lesi dan tidak ada
pembengkakan
9. Ekstremitas
a. Atas
Kanan Kiri
Kekuatan otot 4 5
Rentang gerak Tidak terbatas Tidak terbatas
Akral Hangat Hangat
Edema Tidak ada Tidak ada
CRT 1 detik 1 detik
Keluhan Tidak ada Tidak ada
b. Bawah
Kanan Kiri
Kekuatan otot 5 5
Rentang gerak Tidak terbatas Tidak terbatas
Akral Hangat Hangat
Edema Tidak ada Tidak ada
CRT 1 detik 1 detik
Keluhan Tidak ada Tidak ada
35
air mineral
Porsi 1 porsi habis -
Keluhan Tidak ada -
3. Pola eliminasi
a. BAB
Keterangan Sebelum sakit Selama sakit
Frekuensi 1 x sehari 2 hari sekali
Konsistensi Lembek Lembek
Warna Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan
Laksatif Tidak ada Tidak ada
Keluhan Tidak ada Tidak ada
b. BAK
Keterangan Sebelum sakit Selama sakit
Frekuensi 4-6 x/hari Terpasang DC
Jumlah urine 150-250 cc 1000 cc
Warna Kuning Kuning
Pancaran Baik Terpasang DC
Perasaan setelah Lega Lega
berkemih
Total produksi urin ± 1500 cc 1000 cc
Keluhan Tidak ada Tidak nyaman
karena terpasang
DC
36
Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
Ambulasi/ROM √
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : dengan alat bantu
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu orang lain dan alat
4 : terganggu total
37
7. Pola konsep diri
a. Gambaran diri/citra tubuh
Pasien mengatakan ada benjolan di payudara kanan sudah 2 bulan,
sekarang sudah di operasi dan di angkat. Pasien tampak sedih
b. Ideal diri
Pasien mengatakan ingin segera sembuh dari sakitnya dan ingin segera
pulang ke rumah
c. Harga diri
Pasien mengatakan senang karena keluarganya menerima dan merawat
pasien dalam kondisi sakit
d. Peran diri
Pasien merupakan seorang istri dan ibu di keluarganya
e. Identitas diri
Pasien mengatakan adalah seorang perempuan yang memiliki
pekerjaan sebagai wiraswasta, seorang istri dan ibu dalam keluarganya.
8. Pola hubungan peran
Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga harmonis dan dengan
masyarakat sekitar tempat tinggal juga terjalin baik.
9. Pola seksual reproduksi
Pasien mengatakan memiliki seorang suami dan tiga anak, pasien sudah
menopause.
10. Pola mekanisme koping
Pasien mengatakan untuk mengurangi stress pasien selalu bercerita pada
keluarga.
11. Pola nilai dan kepercayaan
Pasien mengatakan beragama islam dan sholat 5 waktu
V. Pemeriksaan Diagnostik
Tanggal Jenis Hasil Normal Satuan Ket
pemeriksaan
38
29/06/2021 Hemoglobin 14,2 12,3-15,3 g/dl normal
Hematokrit 40,1 35-47 % normal
Lekosit 8,41 4,4-11,3 ribu/ul normal
Trombosit 283 177-393 ribu/ul normal
Eritrosit 4,17 4,1-5,1 juta/ul normal
MPV 7,3 6,5-12 fl normal
PDW 16,6 9-17 normal
MCV 95,7 82-92 fl High
MCH 29,3 28-33 pg normal
MCHC 33 32-37 % normal
Neutrofil 68,2 50-70 % normal
Limfosit 26,9 25-40 % normal
Monosit 3,5 3-9 % normal
Eosinofil 1,0 0,5-5 % normal
Basofil 0,4 0,0-1 % normal
NLR 2,54 <3,13 % normal
ALC 2,26 >1,5 % normal
RDW 12,4 11-16 % normal
CT 05,30 2-8 menit normal
BT 02,30 1-3 menit normal
GDS 136 70-150 mg/100ml normal
Creatinin 1,02 <1 mg/100ml normal
Ureum 22 10-50 mg/dl normal
HbsAg Nonreaktif Nonreaktif
HIV Rapid Negative Negative
Rapid test Negartive
antigen
SARS COV
2
High
29/06/2021 EKG Sinus ritme
29/06/2021 Thorax Pulmo tak tampak kelainan
Besar cor normal
29/06/2021 USG Lesi hipoechoic mamae dextra mengarah
Mammae gambaran maligenancy (BIRADS IV-V)
Curiga nodal metastasis axilla dextra
Tak tampak kelainan Mammae sinistra
Tak tampak limphadenofatil axilla sinistra
39
ANALISA DATA
Nadi:
80x/menit
Pernafasan: 16
40
x/menit
2 29/06/202 Subjektif: Ganggua Perubahan
1 Pasien mengatakan n citra struktur/bentu &
ada benjolan di tubuh k tubuh Gamatari
payudara kanan Laila
sudah 1 setengah Marsiti
bulan, sekarang Wara
sudah di operasi dan
di angkat.
Objektif:
Pasien tampak sedih
Pasien tampak
melihat
payudaranya
Post mastektomi di
payudara kanan
3 29/06/202 Subjektif: Risiko Faktor risiko:
1 Pasien mengatakan infeksi efek prosedur &
payudara kanan invasif Gamatari
sudah di operasi dan Laila
di angkat Marsiti
Objektif: Wara
Terdapat luka insisi
di payudara kanan ±
10 cm dan 10
jahitan
Terpasang drain di
dada kanan dengan
produksi 5 cc
41
RENCANAAN KEPERAWATAN
42
tindakan keperawatan citra tubuh berdasarkan Marsiti
selama 3 x 24 jam tahap perkembangan Wara
maka citra tubuh Monitor apakah pasien
meningkat, dengan bisa melihat bagian
kriteria hasil: tubuh yang berubah
Melihat bagian
tubuh membaik Terapeutik
Menyentuh bagian Diskusikan perubahan
tubuh membaik tubuh dan fungsinya
Verbalisasi Diskusikan perbedaan
kecacatan tubuh penampilan fisik
membaik terhadap harga diri
Verbalisasi Diskusikan kondisi
kehilangan bagian stress yang
tubuh membaik mempengaruhi citra
tubuh (mis, luka,
penyakit, pembedahan)
Diskusikan cara
mengembangkan
harapan citra tubuh
secara realistis
Diskusikan persepsi
pasien dan keluarga
tentang perubahan citra
tubuh
Edukasi
Jelaskan kepada
keluarga tentang
perawatan perubahan
citra tubuh
43
Edukasi
Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
Ajarkan cara
memeriksa kondisi luka
atau luka operasi
Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
Anjurkan
meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
44
Berikan salep
antiseptik, jika perlu
Ganti balutan sesuai
jadwal
Edukasi
Jelaskan prosedur
kepada pasien, dengan
menggunakan alat
bantu
Ajarkan meminimalkan
tekanan pada tempat
insisi
Ajarkan cara merawat
area insisi
45
TINDAKAN KEPERAWATAN
46
36,4oC
12.40 3 Mengidentifikasi S: Pasien mengatakan di
karakteristik pasang selang di dada &
drainase kanan Gamatari
O: Terpasang drainase di Laila
dada kanan, terdapat darah Marsiti
pada drain sebanyak 5 cc Wara
48
dan masih terlihat pucat Laila
Marsiti
Wara
49
09.40 3 Menganjurkan S: Pasien mengatakan
meningkatkan sedikit-sedikit sudah mau &
asupan nutrisi makan, pagi ini habis ¾ Gamatari
dan asupan porsi makan dari rumah Laila
cairan sakit, minum cukup banyak Marsiti
sehari bisa 1 liter Wara
O: Porsi makan pasien
habis ¾
10.00 1,3 Memberikan anti S: Pasien mengatakan
nyeri santagesik bersedia di suntik &
1 gr, antibiotik O: Obat injeksi santagesik 1 Gamatari
ceftriaxone 1 gr, gr, ceftriaxone 1 gr, Laila
dan terapi lain ranitidin 50 mg dan Marsiti
sesuai advis metronidazole 500 mg Wara
DPJP ranitidin 50 diberikan melalui intravena
mg dan dan infus, tidak ada
metronidazole pembengkakan pada
500 mg pembuluh darah vena, tidak
ada reaksi alergi
11.00 2 Mendiskusikan S: Pasien mengatakan
persepsi pasien sudah menerima dengan &
dan keluarga keadaan yang sekarang dan Gamatari
tentang akan melanjutkan Laila
perubahan citra pengobatan dengan baik Marsiti
tubuh sesuai anjuran dokter, Wara
keluarga juga memberikan
dukungan
O: Pasien tampak tenang
11.30 2 Mendiskusikan S: Pasien mengatakan
cara berharap bisa segera &
mengembangkan sembuh dengan menjalani Gamatari
harapan citra pengobatan dari dokter Laila
tubuh secara O: Pasien tampak tenang Marsiti
realistis Wara
50
respon nyeri non operasi) Wara
verbal S :3
T : Hilang timbul
O: Pasien tampak berhati-
hati saat bergerak
TD 110/80 mmHg
Nadi: 84 x/menit
RR: 21 x/menit
07.45 1 Mengidentifikasi S: Pasien mengatakan nyeri
ulang pengaruh sudah berkurang, semalam &
nyeri terhadap sudah bisa tidur Gamatari
kualitas hidup O: Pasien tampak lebih Laila
baik, tidak pucat Marsiti
Wara
51
10.00 1,3 Memberikan anti S: Pasien mengatakan
nyeri santagesik bersedia di suntik &
1 gr, antibiotik Pasien mengatakan suntikan Gamatari
ceftriaxone 1 gr, terasa sakit Laila
ranitidin 50 mg O: Obat injeksi santagesik 1 Marsiti
dan gr, ceftriaxone 1 gr, Wara
metronidazole ranitidin 50 mg dan
500 mg metronidazole 500 mg
diberikan melalui intravena
dan infus, tidak ada
pembengkakan atau
kemerahan pada pembuluh
darah vena, tidak ada reaksi
alergi
10.45 2 Memonitor ulang S: Pasien mengatakan
apakah pasien sudah melihat payudara &
bisa melihat kanannya dan Gamatari
bagian tubuh menyentuhnya Laila
yang berubah O: Pasien mampu melihat Marsiti
dan menyentuh Wara
payudaranya
11.00 2 Menjelaskan S: Keluarga mengatakan
kepada keluarga mengerti dengan penjelasan &
tentang perawat dan akan Gamatari
perawatan memberikan perawatan dan Laila
perubahan citra dukungan kepada pasien Marsiti
tubuh O: Keluarga tampak Wara
kooperatif dan tampak
memahami dengan
penjelasan perawat
12.00 1,2,3 Mengantar pasien S: Pasien mengatakan
pulang bersedia &
O: Pasien sudah Gamatari
diperbolehkan pulang oleh Laila
DPJP dan kontrol ulang di Marsiti
poli bedah tanggal 17 Juni Wara
2021
52
CATATAN KEPERAWATAN
53
T : Hilang timbul
O: Pasien tampak lemah, terkadang tampak
meringis menahan nyeri, tampak hati-hati
saat bergerak, tampak pucat
TD 120/70 mmHg
Nadi: 88 x/menit
RR: 20 x/menit
SpO2: 99%
A: Masalah nyeri akut belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
Manajemen nyeri
2 Jum’at, S: Pasien mengatakan sudah menerima dengan
30/06/202 keadaan yang sekarang dan akan &
1 melanjutkan pengobatan dengan baik sesuai Gamatari
anjuran dokter, keluarga juga memberikan Laila
dukungan Marsiti
O: Pasien tampak tenang, pasien mampu Wara
melihat payudara yang telah dioperasi
Verbalisasi kecacatan tubuh membaik
Verbalisasi kehilangan bagian tubuh
membaik
A: Masalah gangguan citra tubuh belum
teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
Promosi citra tubuh
3 Jum’at, S: Pasien mengatakan tidak demam
30/06/202 O: Kondisi luka baik, tidak ada pus, tidak ada &
1 pembengkakan/kemerahan di area luka Gamatari
insisi, Suhu : 36,5oC Laila
Terpasang drainase di dada kanan Marsiti
Tabung drainase terisi darah 10 cc Wara
A: Masalah risiko infeksi belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
Pencegahan infeksi
Perawatan area insisi
1 Sabtu, S: Pasien mengatakan nyeri berkurang,
31/06/202 semalam sudah bisa tidur &
1 P : Agen pencedera fisik (prosedur operasi) Gamatari
Q : Tertusuk-tusuk Laila
R : Dada kanan (luka operasi) Marsiti
S :3 Wara
T : Hilang timbul
O: Pasien tampak berhati-hati saat bergerak,
meringis menurun, pasien tampak lebih
baik, tidak pucat
TD 110/80 mmHg
Nadi: 84 x/menit
RR: 21 x/menit
SpO2 : 99%
A: Masalah nyeri akut teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
Manajemen nyeri dengan analgetik oral
54
Edukasi teknik napas
Pasien BLPL
2 Sabtu, S: Pasien mengatakan sudah melihat payudara
31/06/202 kanannya dan menyentuhnya &
1 O: Pasien mampu melihat dan menyentuh Gamatari
payudaranya Laila
Verbalisasi kecacatan tubuh membaik Marsiti
Verbalisasi kehilangan bagian tubuh Wara
membaik
A: Masalah gangguan citra tubuh teratasi
P: Intervensi dipertahankan
Pasien BLPL
3 Sabtu, S: Pasien mengatakan tidak demam, nyeri
31/06/202 diluka operasi berkurang &
1 O: Kondisi luka baik, tidak ada pus, tidak ada Gamatari
edema dan kemerahan di area luka insisi, Laila
Suhu : 36,2oC, selang drainase dilepas Marsiti
A: Masalah risiko infeksi teratasi Wara
P: Intervensi dipertahankan
Pasien BLPL
55
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pada pengkajian keperawatan didapatkan data bahwa pasien mengeluhkan
nyeri pada payudara sebelah kanan setelah operasi, payudara kanan sudah
dioperasi dan di angkat, terdapat luka bekas insisi di payudara kanan, pasien
tampak sedih. Menurut Ignatavicius (2016) pengkajian pada pasien kanker
payudara meliputi pemeriksaan fisik payudara adanya massa (bentuk, ukuran dan
konsistensi), nyeri pada payudara, pemeriksaan psikososial mengenai citra tubuh
dan disfungsi seksual.
56
B. Diagnosa keperawatan dan intervensi
Menurut Kizior & Hodgson, (2016) diagnosa keperawatan yang mucul
pada pasien kanker payudara yang telah menjalani prosedur mastektomi adalah
nyeri akut, gangguan citra tubuh, disfungsi seksual dan risiko infeksi. Sedangkan
pada kasus Ny. A ditegakkan diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi) dibuktikan dengan mengeluh
nyeri, tampak meringis, gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan
struktur/bentuk tubuh dibuktikan dengan kehilangan bagian tubuh,
fungsi/struktur tubuh berubah (mastektomi payudara kanan), risiko infeksi di
buktikan dengan efek prosedur invasif. Intervensi dan implementasi yang
dilakukan meliputi manajemen nyeri, promosis citra tubuh, pencegahan infeksi
dan perawatan area insisi.
Intervensi keperawatan disusun berdasarkan standar intervensi
keperawatan Indonesia (SIKI, 2018) manajemen nyeri (I.08238), promosis citra
tubuh (I.09305), pencegahan infeksi (I.14539) dan perawatan area insisi
(I.14558).
C. Implementasi
Menurut Farrel (2017) tindakan keperawatan pasien kanker payudara
yang telah dilakukan prosedur operasi meliputi mengurangi nyeri dan
ketidaknyamanan, perawatan integritas kulit, promosi penyesuain diri dan pola
koping yang positif, libatkan pasien dalam perawatan, promosi citra tubuh,
manajemen sensasi post operasi, tingkatkan fungsi seksual, monitor dan
manajemen potensial komplikasi seperti limfadema, infeksi dan hematoma.
Tindakan keperawatan yang dilakukan kepada Ny. A disesuaikan dengan
standar intervensi keperawatan Indonesia (SIKI, 2018), untuk mengurangi
tingkat nyeri dilakukan manajemen nyeri dengan tindakan mengidentifikasi
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, intensitas nyeri, skala nyeri dan respon
nyeri non verbal, menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri dan
menjelaskan strategi meredakan nyeri, mengajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri, memberikan teknik nonfarmakologis untuk
57
mengurangi rasa nyeri (latihan pernapasan) dan memberikan analgetik. Tindakan
keperawatan untuk meningkatkan citra tubuh dilakukan promosis citra tubuh
dengan tindakan mengidentifikasi harapan citra tubuh dan memonitor apakah
pasien bisa melihat bagian tubuh yang berubah, mendiskusikan perubahan tubuh
dan fungsinya, mendiskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri,
mendiskusikan kondisi stress yang mempengaruhi citra tubuh (mis, luka,
penyakit, pembedahan), mendiskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang
perubahan citra tubuh, mendiskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh
secara realistis, menjelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan citra
tubuh. Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk menurunkan tingkat infeksi
dilakukan pencegahan infeksi dan perawatan area insisi dengan tindakan
memonitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik, mengidentifikasi
karakteristik drainase, menjelaskan tanda dan gejala infeksi, melakukan
perawatan luka, memeriksa lokasi insisi adanya kemerahan dan pembengkakan,
memonitor penyembuhan area insisi, membersihkan area di sekitar tempat
drainase, mengajarkan cara mencuci tangan dengan benar dan mengajarkan cara
memeriksa kondisi luka atau luka operasi, menganjurkan meningkatkan asupan
nutrisi dan asupan cairan.
D. Evaluasi
58
mampu melihat dan menyentuh payudaranya, verbalisasi kecacatan tubuh
membaik, verbalisasi kehilangan bagian tubuh membaik sehingga intervensi
keperawatan dipertahankan.
59
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pasien Ny A dengan post mastectomy a/I tumor mammae mengeluhkan
nyeri di luka operasi, merasa sedih karena payudara kanan harus di operasi dan di
angkat semuanya. Diagnosa keperawatan yang ditegakkan terhadap kasus Ny.A
adalah nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi)
dibuktikan dengan mengeluh nyeri, tampak meringis, gangguan citra tubuh
berhubungan dengan perubahan struktur/bentuk tubuh dibuktikan dengan
kehilangan bagian tubuh, fungsi/struktur tubuh berubah (mastektomi payudara
kanan), risiko infeksi di buktikan dengan efek prosedur invasif. Intervensi dan
implementasi keperawatan disusun dan dilakukan berdasarkan standar intervensi
keperawatan Indonesia (SIKI, 2018) yaitu manajemen nyeri (I.08238), promosi
citra tubuh (I.09305), pencegahan infeksi (I.14539) dan perawatan area insisi
(I.14558).
60
ada edema dan kemerahan di area luka insisi, Suhu : 36,2oC sehingga intervensi
keperawatan dipertahankan dan pasien BLPL.
B. Saran
Diharapkan perawat dapat memberikan asuhan keperawatan secara
holistik dalam semua aspek baik fisik maupun psikososial pasien dengan post
mastectomy.
61
Daftar Pustaka
American cancer society. (2013). breact cancer fact and figure, diakses 12 juni 2021,
<https://www.cancer.org>
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI