Anda di halaman 1dari 34

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ca mammae pada wanita menduduki tempat nomor dua setelah carcinoma


serviks uteri. Kurva insiden usia bergerak tinggi sejak usia 30 tahun. Kanker
jarang ditemukan pada usia di bawah 20 tahun. Angka tertinggi pada usia 45-
66 tahun.

Angka kematian akibat kanker payudara mencapai 5 juta pada wanita.


Data terakhir menunjukkan bahwa kematian akibat kanker payudara pada
wanita menunjukkan angka ke 2 tertinggi penyebab kematian setelah kanker
rahim.

Setiap tahun di diagnosis 183.000 kasus baru kanker payudara di amerika


serikat. Bukan hanaya kanker payudara saja lebih banyak mengenai wanita dari
pada pria. Pada usia 85 satu dari sembilan wanita akan mengalami kanker
payudara. Kemampuan pasien yang di diagnosis kanker payudara bertahan
hidup masih mencapai 5 tahun sejak awal di diagnosis kanker payudara sekitar
93 %. Jika kanker telah menyebar secara regional saat di diagnosis kemampuan
bertahan hidup selama 5 tahun menjadi 72 % dan untuk seseorang dengan
metastasis yang luas saat di diagnosis kemampuan bertahan hidupnya hanya 18
%

1.2 RUMUSAN MASALAH

2.1.1. Apakah Pengertian Ca Mamae?

2.2.2 .Bagaimana Dengan Etiologi dan Tanda Gejalah Ca Mamae?

2.3.3. Bagaimana Dengan Patofisiologi Ca Mamae?

2.4.4. Bagaimana Dengan Pemeriksaan Penunjang Ca Mamae?

2.5.5. Bagaimana Dengan Komplikasi Ca Mamae?

1
2.6.6.Bagaimana Dengan Penatalaksanaan Ca Mamae ?

1.3.TUJUAN PENULISAN

3.1.1.Untuk Mengetahui Pengertian Ca Mamae

3.2.2.Untuk Mengetahui Etiologi Ca Mamae

3.3.3Untuk Mengetahui Patofisiologi Ca Mame

3.4.4. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Ca Mamae

3.5.5. Untuk Mengetahui Komplikasi Ca Mamae

3.6.6.Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Ca Mamae

1.4.SISTEMATIKA PENULISAN

Pada makalah ini,penulisan akan menjelaskan bagaimana sistematika


penulisan,yang dimulai dengan Bab pertama.Bab ini berisi latar belakang
rumusan masalah, tujuan ,manfaat penulisan ,sistematika penulisan,dan metode
penulisan.Bab kedua yang berisi tentang tinjauan teoritas dan asuhan
keperawatan mengenai Ca Mamae selanjutnya adalah Bab ketiga , yaitu
pengkajian asuhan keperawatan Ny. Bab keempat yang berisi analisis jurnal
mengenai Ca Mamae, dan yang terakhir adalah Bab kelima ,yaitu merupakan
penutup dalam makalah ini.pada bagaian ini penulisan menyimpulkan dan
memberi saran mengenai materi Ca Mamae

2
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Definisi

Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang
terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk bejolan di
payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker
bisa menyebar (metastase) pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa
terjadi pada kelenjar getah bening (limfe) ketiak ataupun di atas tulang belikat.
Selain itu sel-sel kanker bisa bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan
bawah kulit. (Erik T, 2005, hal : 39-40). Suatu keadaan di mana sel kehilangan
kemampuannya dalam mengendalikan kecepatan pembelahan dan
pertumbuhannya. Normalnya, sel yang mati sama dengan jumlah sel yang
tumbuh. Apabila sel tersebut sudah mengalami malignansi/ keganasan atau
bersifat kanker maka sel tersebut terus menerus membelah tanpa
memperhatikan kebutuhan, sehingga membentuk tumor atau berkembang
“tumbuh baru” tetapi tidak semua yang tumbuh baru itu bersifat karsinogen.
(Daniele gale 1996).

Carsinoma mammae adalah neoplasma ganas dengan pertumbuhan


jaringan mammae abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya,
tumbuh infiltrasi dan destruktif dapat bermetastase ( Soeharto Resko Prodjo,
1995)

Carsinoma mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal


mammae dimana sel abnormal timbul dari sel – sel normal, berkembang biak
dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah (Lynda Juall Carpenito,
1995).

3
Stadium kanker payudara :

1. Stadium I : tumor kurang dari 2 cm, tidak ada limfonodus terkena (LN)
atau penyebaran luas.

2. Stadium IIa : tumor kurang dari 5 cm, tanpa keterlibatan LN, tidak ada
penyebaran jauh. Tumor kurang dari 2 cm dengan keterlibatan LN.

3. Stadium IIb : tumor kurang dari 5 cm, dengan keterlibatan LN. Tumor
lebih besar dari 5 cm tanpa keterlibatan LN.

4. Stadium IIIa : tumor lebih besar dari 5 cm, dengan keterlibatan LN.
semua tumor dengan LN terkena, tidak ada penyebaran jauh.

5. Stadium IIIb : semua tumor dengan penyebaran langsung ke dinding


dada atau kulit semua tumor dengan edema pada tangan atau keterlibatan LN
supraklavikular.

6. Stadium IV : semua tumor dengan metastasis jauh.

(Setio W, 2000, hal : 285).

2.2. Etiologi Dan Tanda Gejala

Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa


faktor resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker
payudara, yaitu:

a. Menarche pada usia muda dan kurang dari usia 10 tahun.

b. Wanita terlambat memasuki menopause (lebih dari usia 60 tahun)

c. Preparat hormon estrogen

d. Penggunaan preparat selama atau lebih dari 5 tahun.

e.Faktor genetik

4
Kemungkinan untuk menderita kanker payudara 2 – 3 x lebih besar pada
wanita yang ibunya atau saudara kandungnya menderita kanker payudara. (Erik
T, 2005, hal : 43-46)

f. Masa reproduksi yang relatif panjang.

Tanda Gejala

Fase awal kanker payudara asimptomatik (tanpa ada tanda dan gejala).
Tanda awal yang paling umum terjadi adalah adanya benjolan atau penebalan
pada payudara. Kebanyakan 90 % ditemukan oleh wanita itu sendiri, akan
tetapi di temukan secra kebetulan, tidak dengan menggunakan pemeriksaan
payudara sendiri (sarari), karena itu yayasan kanker menekankan pentingnya
melakukan sarari.

Tanda dan gejal lanjut dari kanker payudara meliputi kulit sekung
(lesung), retraksi atau deviasi putting susu, dan nyeri, nyeri tekan atau rabas
khususnya berdarah, dari putting.

Gejala lain yang ditemukan yaitu konsistensi payudara yang keras dan
padat, benjolan tersebut berbatas tegas dengan ukuran kurang dari 5 cm,
biasanya dalam stadium ini belum ada penyebaran sel-sel kanker di luar
payudara. (Erik T, 2005, hal : 42).

2.3. Patofisiologi

Carsinoma mammae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi
pada sistem duktal, mula – mula terjadi hiperplasia sel – sel dengan
perkembangan sel – sel atipik. Sel - sel ini akan berlanjut menjadi carsinoma
insitu dan menginvasi stroma. Carsinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk
bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk
dapat diraba ( kira – kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira – kira
seperempat dari carsinoma mammae telah bermetastasis. Carsinoma mammae
bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga

5
melalui saluran limfe dan aliran darah ( Price, Sylvia, Wilson Lorrairee M,
1995).

2.4. Pemeriksaan Penunjang

a.Mammagrafi, yaitu pemeriksaan yang dapat melihat struktur internal dari


payudara, hal ini mendeteksi secara dini tumor atau kanker.

b.Ultrasonografi, biasanya digunakan untuk membedakan tumor sulit


dengan kista.

c.CT. Scan, dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara


pada organ lain
d.Sistologi biopsi aspirasi jarum halus
e.Pemeriksaan hematologi, yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-
sel tumor pada peredaran darah dengan sendimental dan sentrifugis darah.
(Michael D, dkk, 2005, hal : 15-66)

2.5.Komplikasi

Metastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe (limfogen) ke paru, pleura,


tulang dan hati.

2.6.Penatalaksanaan

Pembedahan

a. Mastektomi parsial (eksisi tumor lokal dan penyinaran). Mulai dari


lumpektomi sampai pengangkatan segmental (pengangkatan jaringan yang luas
dengan kulit yang terkena).
b. Mastektomi total dengan diseksi aksial rendah seluruh payudara, semua
kelenjar limfe dilateral otocpectoralis minor.
c. Mastektomi radikal yang dimodifikasi Seluruh payudara, semua atau
sebagian besar jaringan aksial:
1) Mastektomi radikal

6
Seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor dibawahnya : seluruh isi
aksial.

2) Mastektomi radikal yang diperluas

Sama seperti mastektomi radikal ditambah dengan kelenjar limfe mamaria


internal.

Non pembedahan

a. Penyinaran

Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat direseksi pada
kanker lanjut; pada metastase tulang, metastase kelenjar limfe aksila.

b. Kemoterapi

Adjuvan sistematik setelah mastektomi; paliatif pada penyakit yang lanjut.

c. Terapi hormon dan endokrin

Kanker yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen, antiestrogen,


coferektomi adrenalektomi hipofisektomi.

7
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN


1.Pengkajian
A.Identitas
Didalam identitas meliputi
Identitas pasien :
Nama : Ny.E
Umur : 21th
Agama : islam
Jenis Kelamin : perempuan  
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Suku Bangsa : jawa/indonesia   
Alamat : Ds. Krandon blok iring-iring
Tanggal Masuk : 25-01-2018 
Tanggal Pengkajian : 26-01-2018
No. Register : 25361
Diagnosa Medis :ca mammae
Identitas penanggung jawab :
Nama : Tn.F
Umur : 25 th
Hub. Dengan Ps : suami   
Pekerjaan : wiraswasta
Alamat : ds. Krandon blok iring-iring

2.Riwayat Kesehatan
B. Keluhan Utama
Riwayat keluhan utama meliputi : adanya nyeri di luka pasca operasi
pengangkatan benjolan di payudara seelah kiri
C.Riwayat Penyakit Dahulu
klien mengatkan tidak memiliki riwayat penyakit menurun seperti
hipertensi,jantung,DM,asma.
klien mengatakan tidak memiliki penyakit menular seperti hepatitis dan HIV
D.Riwayat Penyakit Saat ini
Pada saat dikaji pada tanggal 26 januari 2018 Ny.E mengatakan nyeri jika
di sentuh atau di tekan. Dan terdapat nyeri di luka pasca operasi pengangkatan
benjolan di payudara seelah kiri, dengan skala nyeri sedang 4-6.

8
E.Riwayat Kesehatan Keluarga
klien mengatakan di keluarga tidak ada penyakit menurun seperti DM dan
asma.
klien mengatakan di keluarga tidak ada penyakit menular seperti hepatitis dan
(payudara pasca operasi)
H.Pemeriksaan Fisik
a.Keadaan umum: composmetis
Pasien Ny.W dengan keadaan umum baik, kesadaran composmetis ,TD 110/80
mmHg, Nadi 76 x/menit, RR 20 x/menit, Suhu 36,4 oC  dengan ciri-ciri bentuk
kepala mesochepal,rambut sedikit rontok. Mata : konjungtiva anemis, hidung
tidak ada serumen, telinga tidak terdapat serumen, mukosa bisir kering, tidak
ada HIV.
F.Riwayat Psikososial
Klien dan keluarga mengerti tentang status kesehatan klien setelah di
berikan edukasi.
klien mengatakan cemas akan keadannya pada saat sebelum di berikan edukasi.
G.Pola aktivitas
Aktivitas klien terhambat karena merasakan nyeri pada area bagian dada
pembesaran kelenjar tyroid, kulit berkeriput. Terpasang infus RL 20 tpm pada
ektremitas atas kiri, tidak terdapat udema. Pada pemeriksaan thorak didapat
hasil :
a.Paru
Inspeksi : dinding dada simetris
Palpasi :-
Perkusi : sonor
Auskultasi : resonan
b.Jantung
Inspeksi : -
Palpasi :-
Perkusi :-
Auskultasi : vesikuler
c.Abdomen
Inspeksi : simetris
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : timapani
Auskultasi : terdengar bunyi usus
d.Payudara

9
Inpeksi :Terdapat benjolan di payudara sebelah kiri

3.Analisa Data dan Perumusan Diagnosa Keperawatan


1. Analisis data
No. Hari/Tgl Data Fokus Etiologi Masalah
1.  26,Januari DS : Agen Nyeri kronis
2018 Pasien mengatakan nyeri di payudara Injuri
sebelah kiri biologis
DO:
P : ca mammae
Q : seperti di tusuk-tusuk
R : payudara sebelah kiri
S : skala nyeri 4-6
T: hilang timbul, selama 5     menit
Pasien terlihat menahan nyeri
TD  :110/ 80 mmHg
 N    : 76 kali/ menit,
 RR  : 20 kali/ menit,
  S    : 36,4O C,

2. DS :
Pasien mengatakan nafsu makan Nutris kurang
menurun Anoreksia dari
DO : kebutuhan
Makan habis 1/3 porsi dari RS tubuh
Mukosa bibir kering, pasien lemah,
berat badan turun dari 52 menjadi
45kg, Hb 13,2 gr/dl
TD  :110/ 80 mmHg
 N    : 76 kali/ menit,
 RR  : 20 kali/ menit,
  S    : 36,4O C

10
4.Perumusan Diagnosa Keperawatan
1.Nyeri kronis  berhubungan dengan agen injuri biologis ditandai dengan
pasien terlihat kesakitan
2.Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia ditandai dengan makan habis 1/3 porsi dari RS, mukosa bibir kering,
pasien lemah, berat badan turun dari 52 menjadi 45 kg, Hb 13,2 gr/dl.
5.Intervensi, Implementasi, Evaluasi
DIAGNOSA 1 (26 Januari 2018 pkl 09.00)
Nyeri kronis  berhubungan dengan agen injuri biologisi ditandai dengan
pasien terlihat menahan nyeri
A. TUJUAN
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Masalah keperawatan
nyeri dapat teratasi, dengan kriteria hasil  
1.      Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang
2.      Nyeri tekan tidak ada
3.      Ekspresi wajah tenang
4.      Luka sembuh dengan baik
B. INTERVENSI
1.Kaji karakteristik nyeri, skala nyeri, sifat nyeri, lokasi dan penyebaran.
Rasional : Untuk mengetahui sejauh mana perkembangan rasa nyeri yang
dirasakan oleh klien sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk intervensi
selanjutnya.
2.Beri posisi yang menyenangkan.
Rasional :Dapat mempengaruhi kemampuan klien untuk rileks/istirahat secara
efektif dan dapat mengurangi nyeri.
3.Anjurkan teknik relaksasi napas dalam.
Rasional : Relaksasi napas dalam dapat mengurangi rasa nyeri dan
memperlancar sirkulasi O2 ke seluruh jaringan.
4.Ukur tanda-tanda vital
Rasional : Peningkatan tanda-tanda vital dapat menjadi acuan adanya
peningkatan nyeri.
5.Penatalaksanaan pemberian analgetik
Rasional : Analgetik dapat memblok rangsangan nyeri sehingga dapat nyeri
tidak dipersepsikan.
C. MPLEMENTASI :
Mengkaji skala nyeri, memberikan posisi yang nyaman, mengejarkan tekhnik
relaksasi, mengukur TD, S, N, RR, memberikan obat cetorolac 5 mg 2x1sehari.

11
D. EVALUASI :
S : pasien mengatakan masih nyeri
O : pasien terlihat kesakitan
A : gangguan rasa nyaman nyeri
P : anjurkan px teknik relaksasi dan lanjutkan intervensi.

P : ca mammae
Q : seperti di tusuk-tusuk
R : payudara sebelah kiri
S : skala nyeri 4-6
T: hilang timbul, selama  5 menit
TD  :110/ 80 mmHg, N : 76 kali/ menit,  RR  : 20 kali/ menit,  S : 36,4O C,
1. Beri posisi yang menyenangkan
2. Anjurkan teknik relaksasi napas dalam
3. Ukur tanda-tanda vital
4. Penatalaksanaan pemberian analgetik

DIAGNOSA 2 (27 januari 2018 pkl.10.00)


Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia ditandai dengan dengan makan habis 1/3 porsi dari RS
A. TUJUAN :
Diharapkan Masalah keperawatan Kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, nutrisi terpenuhi.
Kriteria Hasil :
1.Nafsu makan meningkat
2.Klien tidak lemah
3.Hb normal (12 – 14 gr/dl)
B. INTERVENSI
1.Kaji pola makan klien
Rasional : Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi klien dan merupakan asupan
dalam tindakan selanjutnya.
2.Anjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : dapat mengurangi rasa kebosanan dan memenuhi kebutuhan nutrisi
sedikit demi sedikit.
3.Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan mulut dan gigi.
Rasional : agar menambah nafsu makan pada waktu makan.
4.Anjurkan untuk banyak makan sayuran yang berwarna hijau.
Rasional : sayuran yang berwarna hijau banyak mengandung zat besi
penambah tenaga.
5.Libatkan keluarga dalam pemenuhan nutrisi klien

12
Rasional : partisipasi keluarga dpat meningkatkan asupan nutrisi untuk
kebutuhan energi.
6.Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antasida dan
nutrisi parenteral.
Rasional: antasida mengurangi rasa mual dan muntah.
C. IMPLEMENTASI
Mengkaji pola makan pasien, menganjurkan klien untuk menjaga
kebersihan mulut dan gigi, menganjurkan untuk makan sedikit tapi sering,
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antasida 500 g 2x1 sehari.
D. EVALUASI :
S : pasien mengatakan nafsu makan menurun,
O : Makan habis 1/3 porsi dari RS, Mukosa bibir kering, Hb 13,2 gr/dl,
TD  :110/ 80 mmHg, N:76 kali/ menit, RR  : 20 kali/ menit, S: 36,4O C
A : masalah keperawatan Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
belum teratasi.
P : lanjutkan intervensi
1.Anjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil tapi sering
2.Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan mulut dan gigi.
3.Anjurkan untuk banyak makan sayuran yang berwarna hijau.
4.Libatkan keluarga dalam pemenuhan nutrisi klien
5.Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antasida dan
nutrisi parenteral.

3.2 ANALISIS PEMECAHAN MASALAH KEPERAWATAN


BERBASIS BUKTI(HASIL PENDAPAT KELOMPOK)
Pasien dirumah mengeluh nyeri di bagain payudara sebelah kiri, dan
merasakan terdapat benjolan di payu daranya sejak 1 tahun yang lalu, tidak
hanya itu saja yang dirasakan, ada juga keluhan yang lainya yaitu, pusing,
nafsu makan juga menurun, dan berat badanya juga menurun. Awalnya
mengira itu hanya sakit biasa - biasa saja dan berusaha mengobatinya dengan
obat seadanya, separti obat warung ( bodrex, paramex dll).
Tetapi lambat laun ternyata tidak ada perubahan yang ada justru benjolan yang
di payudara tambah besar. Akhirnya pasien membawa dirinya ke RST Ciremai
bersama keluarga dan suaminya untuk mengangkat benjolan tersebut tepatnya
pada tanggal 25 Januari 2018 jam 11.00 tiba di IGD RST Ciremai. Di IGD di
lakukan pemeriksaan fisik dengan hasil: TD 110/ 80 mmHg, N 76 kali/ menit,
RR 20 kali/ menit, S 36,4O C, payudara terdapat benjolan. Kemudian di rawat
di kamar 8A Ruang Yudha.

13
Pasien mengatakan sebelumnya belum pernah dirawat di Rumah Sakit.
Kedatangannyake RST Ciremai untuk yang sekarang ini bermaksud untuk
mengangkat benjolan di payudara sebelah kirinya.
(Suhaemi Mimin Emi, (2004).Etika Keperawatan . Jakarta: EGC).

3.3 ANALISIS MASALAH PRINSIP LEGAL ETIS DALAM


PELAYANANA KEPERAWATAN

Prinsip-prinsip tersebut antara lain : (B. Bastable, (2002). Perawat Sebagai


Pendidik. Jakarta: EGC)

1. Otonomi

Otonomi berasal dari bahasa latin, yaitu autos artinya sendiri dan nomos,
artinya aturan. Otonomi merupakan kemampuan dalam mengatur diri sendiri.
Prinsip otonomi sangat penting dalam bidang kesehatan termasuk dalam
bidang keperawatan. Karena seorang perawat harus menghargai martabat klien
sebagai individu yang dapat memutuskan apa hal yang baik untuk dirinya.
(Suhaemi, (2004).

2. Non-Malefisien

Non-maleficience berarti kontinum rentang dari bahaya tidak berarti


maksudnya adalah tidak melukai yang akan menimbulkan bahaya kepada
orang lain (klien). Contohnya : perawat mengimunisasi anak terhadap difteria,
batuk rejan, dan tetanus member suatu derajat bahaya atau nyeri. Nah, tindakan
ini mencegah bahaya serius dari penyakit anak-anak. (Potter, perry, edisi 4
(2005).

3. Beneficient (Kemaslahatan)

Prinsip kemaslahatan menuntut seorang perawat memberikan


keseimbangan maslahat terhadap resiko dalam suatu situasi, dimana suatu
pilihan harus dibuat dan menentukan suatu cara untuk membantu klien. Misal,
klien kanker harus mempertimbangkan resiko dari suatu obat kanker
eksperiment sebelum menerima obat tersebut. (Potter dan perry. Edisi 4 (2005).

14
4. Keadilan (Justice)

Prinsip keadilan menuntut perlakuan terhadap orang lain secara adil dan
memberikan apa yang menjadi kebutuhan dan manfaat bagi mereka. Ketika ada
hal yang diberikan untuk klien, perawat dapat mengalokasi dalam konteks
pembagian yang adil terhadap masing-masing klien yang mereka butuhkan.
(Potter dan perry edisi 4 (2005).

5. Kejujuran (Veracity)

Kejujuran menuntut kewajiban untuk mengungkapkan kebenaran yang


sesungguhnya. Sikap kejujuran tidak hanya harus berkata jujur tetapi juga
membutuhkan adanya sikap positif dalam memberikan informasi dan juga
pengajaran dan perlindungan klien. Misal, seorang wanita menanyakan obat
yang dibutuhkannya setelah trnsplantasi sumsum tulang belakang, kemudian
perawat harus memberikan informasi yang jujur. Akan tetapi mungkin wanita
tersebut tidak jadi untuk transplantasi. Tetapi dalam hal ini perawat harus
menekankan hal positif setelah transplantasi tersebut. (Potter dan perry. edisi
4(2005).

6. Kerahasiaan (Kridensialitas)

Rahasia adalah Semua informasi menjadi hak isimewa seseorang atau


pribadinya seseorang yang telah ada kesepakatan yang bersifat resmi.
Hubungan perawat dengan klien sudah dianggap hak istimewa dimana perawat
tidak boleh membocorkan informasi kepribadian klien kepada orang lain.
Kecuali, korban merupakan tindak kejahatan. Maka perbuatan tersebut harus
dilakukan saat menjadi seorang saksi di pengadilan.( B. Bastable, (2002).

7. Kesetiaan (Fidelity)

Keyakinan atau kesetiaan menyatakan bahwa seorang perawat harus


memagang suatu janji yang dibuatnya untuk klien. Ketika dibuatnya suatu
janji, ada timbulnya rasa saling percaya diantara perawat-klien. (Potter dan
perry. Edisi 4 (2005))

15
8. Respek pada seseorang

Prinsip respek terhadap sesorang menetapkan bahwa semua etik perawatan


kesehatan harus menghargai kehidupannya sendiri dan kehidupan orang lain
bisa dikatakan bahwa menghormati dan menghargai pasien beserta hak-hak
pasien. contoh : perawat harus melakukan segala sesuatu yang diperlukan
untuk mempertahankan kehidupan manusia dimana terdapat harapan sembuh
atau memperoleh keuntungan dari tindakan memperpanjang hidup. (Potter dan
perry. Edisi 4 (2005)

3.4 ANALISIS PENERAPAN FUNGSI ADVOKAT DALAM


PELAYANAN KEPERAWATAN

Peran Perawat

Merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap


seseorang sesuai dengan kedudukan dalam system, di mana dapat dipengaruhi
oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dariluar profesi
keperawatan yang bersipat konstan. Peran perawat menurut konsorsium ilmu
kesehatan tahun 1989 terdiri dari :

a. Pemberi Asuhan Keperawatan

Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat


dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan
melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses
keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa
direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat
kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat
perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang
sederhana sampai dengan kompleks.

b. Advokat Klien

16
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi
lain khusunya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi
hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas
informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menntukan nasibnya
sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.

c. Edukator

Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat


pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bhkan tindakan yang diberikankan,
sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan
kesehatan.

d. Koordinator

peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta


mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian
pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuan klien.

e. Kolaborator

Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim


kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan
berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk
diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.

f. Konsultan

Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan
klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.

g. Peneliti / Pembaharu

17
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan
perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan
metode pemberian pelayanan keperawatan.

3. Fungsi Perawat

Dalam menjalan kan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai


fungsi diantaranya:

a. Fungsi Independent

Merupan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana
perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan
keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi
kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan
kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenuhan
kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktifitas dan lain-lain), pemenuhan
kebutuhan keamanan dan kenyamanan, pemenuhan cinta mencintai,
pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.

b. Fungsi Dependen

Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatan atas pesan atau


instruksidari perawat lain. Sehingga sebagian tindakan pelimpahan tugas yang
di berikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat
umum atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.

c. Fungsi Interdependen

Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling


ketergantungan di antara tim satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat terjadi
apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja sama tim dalam pemberian
pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita yang
mempunyapenyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim
perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun yang lainny

18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Dari Paparan atau penjelasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan


bahwa sesuai dengan makalah “Penggunaan Bahasa Baku dalam junalistik ”
penulis menyimpulkan bahwa bahasa dalam junalistik tidak di haruskan
menggunakan satu bahasa namun bisa juga dengan mamadukan dengan bahsa
lain namun dengan penggunaan yang tepat. Bahasa Indonesia dapat di
kembangkan dengan di padukan dengan bahasa melayu maupun bahasa asing
yang lain dalam penerapannya di dunia jurnalistik

4.2 Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya


penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di
atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di
pertanggung jawabkan.

Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.
Untuk bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka. Pada kesempatan
lain akan saya jelaskan tentang daftar pustaka makalah

19
DAFTAR PUSTAKA

1.Diagnosa, Marylin E., 1989, Nursing Care Plans, USA Philadelphia: F.A
Davis Company.

2.Gale, Daniele, 1996, Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, Jakarta:


Penerbit Buku Kedoteran EGC.

3.Junadi, Purnawan, 1982, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media


aesculapius Universitas Indonesia.

20
JURNAL CA MAMMAE

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG CA


MAMMAE
DENGAN MOTIVASI PASIEN MENGIKUTI KEMOTERAPI DI RUANG
ONE DAY CARE RSUD Dr. MOEWARDI

Leny Dwi Hastuti1), Anita Istiningtyas2), Ariyani,


1)Mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
2)Dosen Pembimbing STIKes Kusuma Husada Surakarta
ABSTRAK
Pasien Ca Mammae yang menjalani kemoterapi kadang merasa pesimis
bahwa penyakitnya tidak dapat diatasi dan tidak dapat sembuh, untuk mengurangi
pesimis itu diperlukan tingkat pengetahuan dan motivasi dalam
penatalaksanaannya
agar kelangsungan kemoterapi yang dijalani oleh klien tersebut dapat berjalan
lancar
sehingga mempunyai motivasi untuk sembuh. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan pasien tentang Ca Mammae
dengan
motivasi pasien mengikuti kemoterapi. Metode yang digunakan adalah deskriptif
korelasional dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel 84 pasien dan
teknik
pengambilan sampel dengan purposive sampling. Alat analisis yang digunakan
dengan analisis Chi-Square (
pu
2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
pasien yang mengikuti kemoterapi mempunyai tingkat pengetahuan baik yaitu
48,8%,
mempunyai motivasi baik yaitu 48,8%, dan terdapat hubungan yang signifikan
antara
hubungan tingkat pengetahuan tentang Ca Mammae dengan motivasi pasien
mengikuti kemotherapi (p-value = 0,001). Berdasarkan hal tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan
tentang Ca Mammae dengan motivasi pasien mengikuti kemotherapi.
Kata kunci: Tingkat pegetahuan, motivasi, Ca Mammae, kemoterapi.
ABSTRACT
Ca mammae patients undergoing chemotherapy sometimes feel pessimistic
that the disease can not be addressed and can not be cured, it is necessary to
reduce pessimistic level of knowledge and motivation in its management so that
the continuity of the chemotherapy undergone by the client can be run smoothly
so as to have the motivation to recover. The aim of this study was to determine the
correlation between the level of knowledge about ca mammae patients with
chemotherapy following the patient motivation. The method used is descriptive
correlation with cross sectional approach. Number of samples of 84 patients and

21
the sampling technique with purposive sampling. The analytical tool used by
Chisquare
analysis (
iq
2). The results showed that most patients who followed
chemotherapy have a good knowledge level that is 48.8%, well motivated, namely
48.8%, and there is a significant relationship between the level of knowledge
about the relationship ca mammae motivated to follow the chemotherapy patients
(p-value = 0.001). Based on this it can be concluded that there is a significant
relationship between the level of knowledge about Ca mammae motivated to
follow the chemotherapy patients.
Keywords: Level pegetahuan, motivation, Ca mammary, chemotherapy.

PENDAHULUAN diperkirakan 15.000 penderita baru


Kanker merupakan salah satu per
penyakit yang banyak menimbulkan tahun, dan 8.000 penderita
kesengsaraan dan kematian. Kanker meninggal tiap
menempati peringkat kedua tahun. Deteksi dini dan pengobatan
penyebab pra
kematian setelah penyakit jantung. kanker Ca Mamae perlu menjadi
Hampir prioritas
setiap satu dari 20 wanita di (Moerdijat dkk, 2010).
Singapura Ca Mamae di Indonesia menduduki
didiagnosa mengidap Ca Mamae tempat kedua dalam urutan
dalam keganasan pada
hidupnya. Wanita etnis Cina wanita yaitu 16 orang per 100.000
mempunyai penduduk
resiko yang lebih tinggi jika wanita. Berdasar data Sistem
dibandingkan Informasi
dengan wanita etnis Melayu atau Rumah Sakit (SIRS) 2007, kejadian
India, Ca
sebesar 10-20%. Insiden yang Mamae sebanyak 5.786 kasus atau
tertinggi ada 11,78%
di kelompok usia 55-59 tahun dari keganasan lainnya. Angka
(Kartikawati, kejadian Ca
2013). Pencegahan dan pengobatan Mamae meningkat dari jumlah kasus
prakanker Mamae masih merupakan pada
masalah kesehatan masyarakat 2006 sebanyak 4.696 kasus atau
diantara 11,07% dan
wanita dewasa di Indonesia. Menurut sekitar 70% penderita berada dalam
ketua stadium
umum YKI (Yayasan Kanker lanjut. Kanker ini terbanyak
Indonesia), berkonsentrasi

22
di Pulau Jawa yaitu sekitar 89,48% pemberian obat-obatan anti kanker
(Aditama, 2010). dalam
Kasus Ca Mammae di Jawa Tengah bentuk pil cair atau kapsul atau
pada tahun 2011 terdapat 2.091 atau melalui infus
sekitar yang bertujuan membunuh sel
19,70% (DinKes, 2012). Angka kanker. Tidak
kejadian Ca hanya sel kanker pada payudara,
Mamae pada tahun 2012 di Kota tetapi juga
Surakarta sel-sel yang ada di seluruh tubuh
menempati angka tertinggi dalam (Kartikawati, 2013).
kurun Motivasi pasien sangat diperlukan
waktu 5 tahun terakhir yaitu terdapat untuk mencapai keberhasilan terapi
181 utamanya pada terapi penyakit tidak
kasus atau sekitar 8,6% dari seluruh menular (misalnya : diabetes,
kejadian penyakit tidak menular dan hipertensi,
11 asma, kanker, dan sebagainya),
kasus diantaranya atau sebesar 5,4% gangguan
terdapat di Kecamatan Pasar kliwon mental, penyakit infeksi HIV / AIDS
(DinKes, 2013). dan
Pasien Ca Mammae sekitar 70% tuberkulosis. Tidak adanya motivasi
datang ke rumah sakit sudah berada pasien
pada pada terapi penyakit ini dapat
stadium lanjut. Penyebab memberikan
keterlambatan efek negatif yang sangat besar karena
penderita datang ke dokter, antara prosentase kasus penyakit tersebut di
lain atas
adalah takut operasi, percaya pada diseluruh dunia mencapai 54% dari
pengobatan tradisional atau seluruh
paranormal, dan penyakit pada tahun 2010. Angka ini
ketidaktahuan deteksi dini Ca bahkan
Mammae, diperkirakan akan meningkat
faktor ekonomi atau ketiadaan biaya. menjadi lebih
Padahal makin tinggi stadiumnya dari 65% pada tahun 2020 (Info
maka POM,
kemungkinan sembuh akan turun 2011).
hingga Harus diingat bahwa motivasi untuk
15%. Hal ini disebabkan karena mengikuti kemoterapi merupakan
terapi yang fenomena
diberikan juga kurang maksimal multidimensi yang ditentukan oleh
(Sutjipto, beberapa
2003). dimensi yang saling terkait, yaitu
Salah satu terapi yang diberikan pada faktor
pasien Ca Mammae yaitu tindakan pasien, faktor terapi, faktor tingkat
kemoterapi. Kemoterapi adalah pengetahuan, faktor sistem
proses kesehatan, faktor

23
lingkungan dan faktor sosial 2013 terdapat 1200 pasien Ca
ekonomi. Mamae.
Semua faktor adalah faktor penting Berdasarkan hasil studi pendahuluan
dalam yang
mempengaruhi motivasi pasien untuk dilakukan penulis di RSUD Dr.
mengikuti kemoterapi sehingga tidak Moewardi
ada pada bulan Juni 2014 terdapat 105
pengaruh yang lebih kuat dari faktor pasien,
lainnya. Menyelesaikan masalah bulan Juli 2014 menurun menjadi 93
ketidakadanya motivasi pasien ini, pasien,
tidak dan pada bulan Agustus 2014
sepenuhnya semua kesalahan ada meningkat
pada menjadi 130 pasien. Studi
pasien sehingga intervensi hanya pendahuluan
dilakukan dengan wawancara terhadap 5 pasien
dari sisi pasien, namun diperlukan Ca
juga Mammae yang menjalani kemoterapi
adanya pembenahan dalam sistem diketahui 3 orang (60%) kurang
kesehatan mengetahui
dan petugas pelayanan kesehatan. tentang Ca Mamae. (60%) dan
Faktor pengetahuan tentang Ca menyatakan
Mammae dan penatalaksanaan sangat kurang mempunyai motivasi untuk
mendukung kelangsungan melakukan kemoterapi di rumah
pengobatan yang sakit
dijalani oleh pasien. Hal ini karena kemoterapi hanya akan
disebabkan berdampak
karena pengobatannya memerlukan pada keluhan seperti nyeri, sulit
waktu tidur,
yang relatif lama dan pasien maupun mudah lelah, kurang semangat hidup.
keluarga diharapkan dapat menjalani Berdasarkan pemikiran dan latar
program pengobatan sampai selesai, belakang
agar permasalahan di atas, maka penulis
dapat dicapai hasil yang optimal. tertarik
RSUD Dr. untuk melakukan penelitian
Moewardi merupakan rumah sakit mengenai
pusat “Hubungan Tingkat Pengetahuan
rujukan banyak memberikan pasien
pelayanan tentang Ca Mamae dengan Motivasi
kemoterapi terhadap pasien Ca Pasien
Mammae, Mengikuti Kemoterapi di Ruang One
dan tidak sedikit diantara pasien Day
tersebut Care RSUD Dr. Moewardi”..
tidak memenuhi jadwal kemoterapi Rumusan masalah dalam penelitian
yang ini adalah: ”Adakah hubungan
telah direncanakan. tingkat
RSUD Dr. Moewardi pada tahun

24
pengetahuan pasien tentang Ca 30 - 40 tahun 30
Mammae 35,7
dengan motivasi pasien mengikuti > 40 tahun 41
kemoterapi?”. 48,8
Tujuan penelitian: mengetahui Pendidikan Akhir :
hubungan tingkat pengetahuan SD 14
pasien 16,7
tentang Ca Mammae dengan SLTP 17
motivasi pasien 20,2
mengikuti kemoterapi. SLTA 37
METODE PENELITIAN 44,0
Jenis penelitian ini adalah deskriptif PT 16
korelasional dengan menggunakan 19,0
rancangan cross sectional, dimana Pekerjaan :
variabel PNS 11
pada subyek penelitian diukur dalam 13,1
waktu Wiraswasta 19
yang bersamaan. 22,6
Populasi pada penelitian ini adalah Buruh/Tani 32
semua pasien Ca Mammae yang 38,1
yang IRT 22
sedang menjalani kemoterapi di 26,2
Ruang One N= 84
Day Care RSUD Dr. Moewardi Sumber: Data primer yang diolah,
berjumlah 2015.
107 orang, diambil sampel 84 orang Berdasarkan umur diketahui
dengan bahwa
teknik acidental sampling. sebagian besar responden
Teknik analisis data terdiri dari mempunyai umur
analisis univariate dan bivariat. lebih dari 40 tahun (48,8%). Umur
Adapun merupakan salah satu faktor yang
untuk analisis univariate menjelaskan dapat
masing-masing variabel yang diteliti. mempengaruhi kualitas dalam
Adapun analisis biariate yang lain berfikir dan
dengan bertindak, hal ini disebabkan adanya
menggunakan analisis Chi-Square. faktor
HASIL DAN PEMBAHASAN kematangan dan kekuatan seseorang
Karakteristik Responden akan
Tabel 1 Distribusi Frekuensi lebih matang dalam berfikir,
Karakteristik kematangan
Responden umur seseorang akan lebih tepat
Variabel f % dalam
mengambil suatu tindakan atau
Umur : keputusan,
< 30 tahun 13 dengan demikian semakin dewasa
15,5 umur

25
seseorang maka semakin kecil penderita kanker Ca Mammae
kemungkinan (Tiolena,
terjadinya tingkat kecemasan 2008). Tingkat pengetahuan
seseorang responden yang rendah
(Sunaryo, 2005). Sesuai dengan teori menyebabkan rendahnya
bahwa pengetahuan responden tentang Ca
batasan usia dewasa awal yaitu 20-40 Mammae. Salah satu faktor
tahun, keterlambatan
dewasa menengah yaitu 41-65 tahun, penderita dalam pengobatan kanker
dan adalah
dewasa akhir yaitu > 65 tahun. Hal penderita kurang menyadari bahaya
ini sesuai kanker
dengan teori yang menyatakan (Prihatini, 2012). Ketidaktahuan
bahwa, menjadi
sebagian besar kasus kanker salah satu faktor yang menyebabkan
payudara keterlambatan pengobatan kanker
terjadi padawanita usia > 40 tahun payudara.
keatas Tingkat pemahaman kanker sebagai
dan dapat mempengaruhi motivasi salah
mereka satu penyebab kematian tertinggi di
(Papalia, 2008). dunia
Hasil penelitian menunjukkan masih sangat rendah di kalangan
sebagian besar klien mempunyai wanita.
tingkat Tingkat pendidikan yang rendah
pendidikan SLTA (44,0%). menyebabkan permasalahan tersebut
Pendidikan semakin kompleks (Hawari, 2004).
adalah upaya untuk memberikan Informasi mengenai bahaya Ca
pengetahuan sehingga terjadi Mammae
perubahan yang tersebar tidak semuanya
perilaku positif yang meningkat, menjangkau
semakin seluruh lapisan masyarakat, terutama
tinggi tingkat pendidikan seseorang, masyarakat kalangan menengah ke
maka ia bawah
akan mudah menerima hal-hal baru (Destyaningsih & Nurhayati, 2009
dan dalam
mudah menyesuaikan dengan hal Prihatini, 2012).
baru Hasil penelitian menunjukkan
tersebut (Sukanto, 2007). bahwa
Tingkat pendidikan sebagian besar responden
responden mempunyai
berpengaruh terhadap keteraturan pekerjaan sebagai buruh/tani yaitu
pengobatan pada responden. Tingkat sebanyak
pendidikan yang tinggi menjadi salah 38,1%. Hasil penelitian ini sesuai
satu dengan
faktor yang mempengaruhi ketidak penelitian Tiolena (2008) yang
terlambatan pengobatan pada wanita menyatakan

26
bahwa proporsi pasien kanker cenderung mengkonsumsi
payudara kontrasepsi oral.
sebagian besar mempunyai pekerjaan Lama pemakaian kontrasepsi oral
sebagai buruh/tani. Penelitian lain menunjukkan adanya hubungan
menunjukkan bahwa kasus kanker dengan
Ca kenaikan risiko Ca Mammae.
Mammae banyak terjadi pada Kandungan
responden estrogen dan progesteron pada
yang bekerja sebanyak 46,28% kontrasepsi
diperkuat oral akan memberikan efek
dengan penelitian Band et al (2002) proliferasi
yang berlebih pada duktus ephitelium
menyatakan bahwa wanita yang aktif payudara
bekerja kemungkinan terkena kanker (William, 1989 dan Colditz, 1994
payudara akan lebih kecil yaitu 20- dalam
40% Indrati, 2005).
dibanding wanita yang tidak aktif Jenis pekerjaan yang dimiliki
bekerja responden sangat berpengaruh pada
(Sirait, 2009). pengobatan Ca Mammae. Responden
Hasil penelitian menunjukkan yang
bahwa memiliki pekerjaan dengan
mayoritas penderita kanker payudara penghasilan
adalah lebih, akan segera melakukan
ibu rumah tangga (IRT), hal ini pengobatan
mungkin terbaik dan menjalankan pengobatan
disebabkan karena wanita sebagian di
besar rumah sakit terbaik dengan jaminan
adalah ibu rumah tangga yang pada kualitas
umumnya mengalami obesitas yang kesehatan yang lebih baik.
bekerja Responden yang
sebagai buruh/tani (Hartati, 2008). memiliki pekerjaan dengan
Penelitian yang lain menyatakan penghasilan
bahwa ada cukup atau sedang, dan cenderung
peningkatan risiko terkena kanker rendah
payudara karena berkeinginan untuk sehat
pada wanita dengan obesitas (Indrati, tetap akan
2005). melakukan pengobatan, namun
Risiko pada kegemukan akan dengan
meningkat karena meningkatnya menjalankan pengobatan yang
sintesis standar
estrogen pada timbunan lemak yang (Desiana, 2011).
berpengaruh terhadap proses Tingkat Pengetahuan tentang Ca
proliferasi Mammae
jaringan payudara. Ibu rumah tangga Tabel 2. Distribusi Frekuensi tentang
juga Dukungan Keluarga
Pengetahuan ttg Ca F (%)

27
Mammae 2010).
Responden kategori
Kurang 4 pengetahuan
4,8 kurang terdapat 4,8% yang
Cukup 39 melakukan
46,4 kemoterapi, hal ini disebabkan
Baik 41 karena faktor
48,8 l
Jumlah 84 100,0 ain yang mempengaruhinya yaitu
umur
Berdasarkan hasil penelitian tentang responden, semakin tua semakin
tingkat pengetahuan tentang Ca bijaksana,
Mammae semakin banyak informasi yang
pada pasien yang mengikuti dijumpai
kemoterapi di dan semakin banyak hal yang
Ruang One Day Care RSUD Dr. dikerjakan
Moewardi sehingga menambah
sebagian besar mempunyai pengetahuannya,
pengetahuan (Notoatmojo, 2010). Hal ini sejalan
baik yaitu sebanyak 41 orang dengan
(48,8%) dan teori (Notoatmojo, 2010) yang
sebagian kecil mempunyai mengatakan
pengetahun bahwa faktor-faktor yang
kurang yaitu sebanyak 4 orang mempengaruhi
(4,8%). pengetahuan seseorang yaitu
Pada penelitian ini dari 84 responden pendidikan dan
menurut pengetahuan baik sebanyak umur. Pendidikan untuk
41 mengembangkan
responden (48,8%) yang melakukan kepribadian dan kemampuan di
kemoterapi, hal ini disebabkan dalam
karena maupun di luar sekolah, berlangsung
mereka umumnya mempunyai seumur
pendidkan hidup. Pendidikan adalah suatu
yang tinggi, karena semakain tinggi proses
tingkat pengubahan sikap dan tatalaku
pendidikan seseorang maka semakin seseorang
baik atau kelompok dan juga usaha
pula pengetahuan yang dimilikinya, mendewasakan manusia melalui
serta upaya
semakin banyak informasi yang pengajaran dan pelatihan, sedangkan
dimiliki umur
maka semakin banyak pula yang yaitu dua sikap tradisional mengenai
diketahui jalannya perkembangan selama
sehingga mereka mempunyai tingkat hidup,
pengetahuan yang baik dimana usia mempengaruhi daya
(Notoatmodjo, tangkap

28
dan pola pikir seseorang. Cukup 34
Penelitian ini sejalan dengan 40,5
penelitian yang dilakukan oleh Baik 43
Sumiarsih 51,2
dan Rijal (2014) yang Jumlah 84 100,0
mengungkapkan Hasil penelitian tentang
bahwa dari 17 responden menurut motivasi
pengetahuan baik hanya 12 pasien mengikuti kemotherapi
responden yang sebagian
melakukan SADARI, hal ini besar mempunyai motivasi baik yaitu
disebabkan sebanyak 43 orang (51,2%) dan
karena semakin tinggi tingkat sebagian
pendidikan kecil kurang yaitu sebanyak 7 pasien
seseorang maka semakin baik pula (8,3%).
pengetahuan yang dimilikinya, serta Motivasi merupakan sebagai
semakin banyak informasi yang dorongan
dimiliki internal dan eksternal dalam diri
maka semakin banyak pula yang seseorang
diketahui. yang diindikasikan dengan adanya
Pada penelitian ini dengan kategori hasrat
pengetahuan kurang terdapat 4,8% dan minat untuk melakukan kegiatan,
responden yang melakukan SADARI dorongan dan kebutuhan untuk
dalam melakukan
mencegah CA mamae, hal ini kegiatan, harapan dan cita-cita,
disebabkan penghargaan
karena faktor lain yang dan penghormatan atas diri,
mempengaruhinya lingkungan
yaitu umur responden, semakin tua yang baik serta kegiatan yang
semakin menarik
bijaksana, semakin banyak informasi (Nursalam, 2005). Hasil penelitian
yang tentang
dijumpai dan semakin banyak hal motivasi untuk melakukan
yang kemoterapi
dikerjakan sehingga menambah menunjukkan bahwa 51,2%
pengetahuannya, (Notoatmojo. S, mempunyai
2010). motivasi baik hal ini dikarenakan
Mengikuti Kemoterapi responden
merasa sebagai manusia maka harus
Motivasi Mengikuti Kemoterapi mencoba cara-cara agar penyakitnya
Tabel 3. Distribusi Frekuensi tentang dapat
Mengikuti Kemoterapi disembuhkan termasuk dengan
Motivasi Mengikuti Frekuensi Persentase (%) melakukan
Kemoterapi kemoterapi. Masih ada 8,3%
responden
Kurang 7 83 yang mempunyai motivasi kurang
dalam

29
menjalani kemoterapi karena berupaya untuk dapat memenuhi
disarankan kebutuhan
oleh kerabat untuk menjalani yang lebih tinggi yaitu kebutuhan
kemoterapi rasa aman
agar cepat sembuh, dan sebagian dan nyaman (safety need).
responden Kebutuhan ini
yang termotivasi menjalani sangat diperlukan karena tanpa
kemoterapi adanya rasa
karena perawat selalu mengingatkan aman dari berbagai gangguan yang
jadwal ada,
kemoterapi. manusia akan sulit melakukan
Pasien kanker yang berbagai
mempunyai kegiatan dalam hidupnya.
motivasi baik disebabkan kemoterapi Motivasi yang baik adalah motivasi
telah internal yaitu terdapat 43 orang
menjadi kebutuhan bagi dirinya yaitu (51,2%)
kebutuhan akan rasa aman. yang menyatakan bahwa motivasi
Kemoterapi pasien Ca
memberikan jaminan keamanan bagi Mammae yang menjalani
kesehatan dirinya karena kemoterapi kemoterapi.
merupakan pengobatan yang harus Motivasi pada pasien Ca Mammae
dijalani bermanfaat selama menjalani
oleh pasien kanker payudara. Pasien kemoterapi.
yang Pasien yang mempunyai motivasi
telah mengetahui manfaat dan yang baik
dampak akan patuh dalam menjalani
kemoterapi bagi kesehatannya dapat kemoterapi. Hal
menjalani kemoterapi dengan baik, ini sesuai dengan penelitian yang
namun menyatakan bahwa salah satu faktor
bagi pasien yang tidak mengetahui yang
manfaat mempengaruhi kepatuhan pasien
kemoterapi dan efek samping kanker
ditimbulkan payudara dalam menjalani
harus menyesuaikan dengan keadaan kemoterapi
yang adalah motivasi (Nurwasiah, 2012).
baru seperti kondisi yang tidak Hasil penelitian ini didukung suatu
menyenangkan. Hal ini sesuai hasil penelitian bahwa dari 48
dengan responden
Maslow dalam Purwanto (2006) terdapat 31 (64,6%) pasien post op
yang camammae yang memiliki motivasi
menyatakan bahwa salah satu tinggi
kebutuhan dalam menjalani kemoterapi
manusia adalah kebutuhan (Fauzianam,
keamanan. 2011).
Kebutuhan dasar terpenuhi manusia Hubungan antara Tingkat
Pengetahuan

30
dengan Motivasi Menjalani dimungkinkan karena dirasakan
Kemoterapi perlu untuk
Tabel 4. Hasil analisis Chi-Square mengantisipasi kemungkinan-
kemungkinan
Pengetahu- Motivasi Total x2 p- yang tidak diinginkan pada kondisi
an kurang cukup baik value payudara. Pentingnya antisipasi ini
adalah
Kurang 2 1 1 4
membentuk motivasi yang baik
(2.4%) (1.2%) (1.2%) (4.8%)
Cukup 3 22 14 39 18,170 terhadap
0,001 perilaku sadari dalam mencegah Ca
(3.6%) (26.2%) (16.7%) (46.4%) mamae
Baik 2 11 28 41 pada pasien yang menjalani
(2.4%) (13.1%) (33.3%) (48.8%) kemoterapi. Hal
Total 7 34 43 84
(8.3%) (40.5%) (51.2%) (100%) ini tidak sejalan dengan teori dalam
Berdasarkan hasil analisis bukunya
Chi- (Syamsul Hidayat, 2006) yang
Square ( 2) diketahui bahwa nilai mengatakan
Chisquare bahwa motivasi dipengaruhi oleh
sebesar 18,170 dengan nilai belajar dan
probabilitas 0,001 (p value < 0,05), sifat kepribadian. Ada interaksi
sehingga antara
Ha diterima dan Ho ditolak, artinya belajar dan motivasi dalam tingkah
bahwa laku.
terdapat hubungan yang signifikan Semakin banyak orang mempelajari
antara sesuatu
hubungan tingkat pengetahuan maka ia akan lebih termotivasi untuk
tentang Ca bertingkah laku sesuai dengan yang
Mammae dengan motivasi pasien pernah
mengikuti dipelajarinya. Adapun sifat
kemotherapi di Ruang One Day kepribadian
Care RSUD adalah corak kebiasaan seseorang
Dr. Moewardi, artinya bahwa yang
semakin baik terhimpun dalam dirinya dan
dan meningkat tingkat pengetahuan digunakan
tentang untuk bereaksi. Peneliti menganalisis
Ca Mammae yang dimiliki pasien bahwa
maka motivasi responden tentang Ca
semakin baik dan meningkat pula Mammae
motivasi merupakan faktor yang
pasien tersebut untuk mengikuti menyebabkan
kemoterapi. responden tidak secara rutin
Adanya motivasi yang baik melakukan
dan kemotherapi, oleh karena itu,
respon mendukung perawatan seseorang
payudara dengan interaksi sosial dan informasi
yang

31
terbatas akan sulit berespon dan ini One Day Care RSUD Dr. Moewardi
akan (pvalue
memicu kurangnya motivasi karena = 0,001).
menganggap tidak penting disertai SARAN
karena 1. Bagi Rumah Sakit
banyaknya kesibukan aktifitas. Pihak rumah sakit diharapkan dapat
Hasil penelitian ini sejalan dengan meningkatkan kegiatan yang
penelitian yang menyimpulkan bertujuan
terdapat untuk meningkatkan pengetahuan
hubungan pengetahuan tentang dan
kanker motivasi pasien Ca Mammae yang
cerviks dengan partisipasi wanita menjalani kemoterapi misalnya
dalam melalui
program deteksi dini kanker cerviks promosi kesehatan maupun
(Saraswati, 2009). Hasil penelitian pendidikan
ini juga kesehatan yang bersifat memotivasi
diperkuat oleh penelitian yang agar
dilakukan mereka dapat memaknai hidupnya
oleh Sari, dkk (2012) yang dengan baik walaupun mereka
menyimpulkan sedang
bahwa terdapat hubungan yang menjalani kemoterapi.
signifikan 2. Bagi Perawat
antara dukungan keluarga terhadap Diharapkan dapat memberikan
motivasi peningkatan terhadap kualitas asuhan
pasien kanker payudara dalam keperawatan dengan melibatkan
menjalani keluarga untuk memotivasi
kemoterapi. responden
SIMPULAN agar bersedia menjalani kemoterapi
1. Sebagian besar pasien yang sesuai dengan anjuran perawat
mengikuti maupun
kemoterapi mempunyai tingkat dokter.
pengetahuan tentang Ca Mammae 3. Bagi Peneliti berikutnya
baik Bagi peneliti lain menggunakan
yaitu sebanyak 41 orang (48,8%). variabel
2. Sebagian besar pasien yang lain yang belum diteliti, seperti
mengikuti umur,
kemoterapi mempunyai motivasi sikap, pengalaman, lingkungan,
baik fasilitas
yaitu sebanyak 41 orang (48,8%). kesehatan dengan sampel yang lebih
3. Terdapat hubungan yang banyak atau dengan metode
signifikan penelitian
antara hubungan tingkat pengetahuan yang berbeda serta alat analisis yang
tentang Ca Mammae dengan berlainan.
motivasi DAFTAR PUSTAKA
pasien mengikuti kemotherapi di Budiharjo. (2010). Profil Kesehatan
Ruang Provinsi Jawa Tengah Tahun 2006.

32
Available from: Papalia DE, Old WS, Feldman RD
http://www.dinkesjatengprov.go.id/d (2008).
okumen/profil/profil-2006/ Human Development (Psikologi
bab5.htm. Last update: Nopember perkembangan). Edisi Kesembilan.
2012 (diakses pada tanggal 13 Jakarta: Kencana Prenada Media.
Agustus 2012). Rifki Zaki Yamani, Nur
Darnindro N., Jasin M.R., Martina, Mukarromah dan
Heryanto L., Ardiansyah D., Musrifatul Uliyah (2011), yang
Tambunan M., Heriyanto P., meneliti tentang : “Hubungan
Wawolumaya C., Kayika I.P.G. Tingkat Pengetahuan Ibu tentang
2007. Pengetahuan Sikap Perilaku Kanker Serviks dengan Perilaku Ibu
Perempuan yang Sudah Menikah dalam Melakukan Pemeriksaan PAP
Mengenai Papsmear dan Faktor- SMEAR di Desa Ketawang Daleman
Faktor yang Berhubungan di Rumah Kecamatan Ganding Kabupaten
Susun Klender Jakarta 2006. Sumenep. Jurnal Kesehatan.
Majalah Kedokteran Indonesia. Vol Malang.
57. Sirait, Sihombing, Anna Maria,
Depkes. Partisipasi Masyarakat Marice dan,
dalam (2009). Angka Ketahanan Hidup
Bidang Pelayanan Kesehatan. Penderita Kanker Ovarium di RS
Available Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta.
from:http://www.depkes.go.id/doku Jurnal Kedokteran Indonesia.
men/partisipasi_kesehatan.htm.Last Diakses 17 Juni 2015.
update: Nopember 2012 (diakses Tiolena, R., (2008). Faktor-faktor
pada tanggal 13 Nopember 2012). yang
Dinkes Surakarta. (2009). Gambaran Mempengaruhi Keterlambatan
Statistika Kejadian Penyakit Tidak Pengobatan pada wanita Kanker
Menular di Kota Surakarta. Tidak Payudara RSUP Haji Adam Malik
dipublikasikan. Medan. Jurnal Kedokteran
Gustia I. Penderita Kanker Keluarga. Medan: USU.
Payudara Tyastuti, Siti. (2008). Hubungan
Menurun, Kanker Leher Rahim Pengetahuan Tentang Kanker
Melonjak. Available from: penderita Serviks Uteri dengan Perilaku Upaya
kanker-payudara-menurun- Pap Smear di Kelurahan
kankerrahim- Brontokusuman Yogyakarta. Skripsi
melonjak. Last update: (tidak dipublikasikan). Program
Nopember 2012 (diakses pada Studi Ilmu Keperawatan FK UGM.
tanggal 02 Nopember 2012).
Hartati, A. S. (2008). Konsep diri
dan
kecemasan wanita kanker payudara
di poli bedah onkologi RSUP H.
Adam Malik Medan. Diperoleh
tanggal 19 Februari 2015 dari
http://www.repository.usu.ac.id

33
34

Anda mungkin juga menyukai