Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MATERNITAS

KANKER PAYUDARA (Carsinoma Mamae)

DOSEN PEMBIMBING

Ade Tika Herawati, S.Kep.,Ners.,M.Kep

DISUSUN OLEH

Cyntia Wahyu Nin Tyas

191FK01026

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG

2020/2021
KANKER PAYUDARA (Carsinoma Mamae)

1.1 Definisi Penyakit

Carsinoma mamae adalah kanker pada jaringan payudara (Irianto, 2015).


Kanker payudara adalah tumor yang tumbuh didalam jaringan payudara. Kanker
ini bisa tumbuh didalam kelenjar susu, jaringan lemak dan jaringan ikat payudara
(Pudiastuti, 2011).

Carsinoma mamae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal


mamae dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal, berkembang biak dan
menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah. (Nurarif &Kusuma, 2013).

Gambar Penderita Kanker Payudara

1.2 Manifestasi Klinis

Tanda carsinoma Kanker payudara kini mempunyai ciri fisik yang khas, mirip
pada tumor jinak, massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk bulat dan elips, adanya
keluaran dari puting susu, puting eritema, mengeras, asimetik, inversi, gejala lain
nyeri tulang, berat badan turun dapat sebagai petunjuk adanya metastase (Nurarif
& Kusuma, 2015).

Adapun beberapa tanda yang lainnya seperti yang diantaranya :

a. Ada benjolan yang keras di payudara dengan atau tanpa rasa sakit.

b. Bentuk puting berubah (retraksi nipple atau terasa sakit terus- menerus)
atau puting mengeluarkan cairan/darah (nipple discharge).

1
c. Ada perubahan pada kulit payudara di antaranya berkerut seperti kulit
jeruk (peaud’orange), melekuk ke dalam (dimpling) dan borok (ulcus).

d. Adanya benjolan-benjolan kecil di dalam atau kulit payudara (nodul


satelit).

e. Ada luka puting di payudara yang sulit sembuh (paget disease).

f. Payudara terasa panas, memerah dan bengkak.

g. Terasa sakit/ nyeri (bisa juga ini bukan sakit karena kanker).

h. Benjolan yang keras itu tidak bergerak (terfiksasi) dan biasanya pada
awal-awalnya tidak terasa sakit.

i. Apabila benjolan itu kanker, awalnya biasanya hanya pada satu payudara.

j. Adanya benjolan di aksila dengan atau tanpa massa di payudara.


1.3 Etiologi dan Faktor Predisposisi

Penyebab kanker payudara sangat beragam, tetapi ada sejumlah faktor risiko
yang dihubungkan dengan perkembangan penyakit ini yaitu asap rokok, konsumsi
alkohol, umur pada saat menstruasi pertama, umur saat melahirkan pertama,
lemak pada makanan, dan sejarah keluarga tentang ada tidaknya anggota keluarga
yang menderita penyakit ini. Terdapat banyak faktor yang akan menyebabkan
terjadinya kanker payudara seperti diantaranya :

a. Usia : Pada wanita yang berusia 60 tahun keatas memiliki resiko tinggi
terjadinya kanker payudara.
b. Riwayat penyakit : Penderita pernah memiliki riwayat penyakit yang sama
yaitu kanker payudara tetapi masih tahap awal dan sudah melakukan
pengangkatan kanker, maka akan berisiko pula pada payudara yang sehat.
c. Riwayat keluarga : Penderita memiliki riwayat keluarga yang mana ibu,
atau saudara perempuan yang mengalami penyakit yang sama akan
beresiko tiga kali lipat untuk menderita kanker payudara.

2
d. Faktor genetik dan hormonal : Kadar hormonal yang berlebihan akan
menumbuhkan sel-sel genetik yang rusak yang akan menyebabkan kanker
payudara.
e. Menarche, menopause, dan kehamilan pertama : Seseorang yang
mengalami menarche pada umur kurang dari 12 tahun, menopause yang
lambat, dan kehamilan pertama pada usia yang tua akan beresiko besar
terjadinya kanker payudara.
f. Terpapar oleh radiasi
g. Riwayat menyusui
1.4 Patofisiologi

Sel abnormal membentuk klon dan mulai berproliferasi secara abnormal,


mengabaikan sinyal yang mengatur pertumbuhan dalam lingkungan sel tersebut.
Kemudian dicapai suatu tahap dimana sel mendapatkan ciri-ciri invasif, dan
terjadi perubahan pada jaringan sekitarnya. Sel-sel tersebut menginfiltrasi jaringan
sekitar dan memperoleh akses ke limfe dan pembuluh-pembuluh darah, melalui
pembuluh darah tersebut sel-sel dapat terbawa ke area lain dalam tubuh untuk
membentuk metastase (penyebaran kanker) pada bagian tubuh yang lain.
Neoplasma adalah suatu proses pertumbuhan sel yang tidak terkontrol yang tidak
mengikuti tuntutan fisiologik, yang dapat disebut benigna atau maligna.

Pertumbuhan sel yang tidak terkontrol dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
faktor-faktor yang dapat menyebabkan kanker biasanya disebut dengan
karsinogenesis. Transformasi maligna diduga mempunyai sedikitnya tiga tahapan
proses seluler, diantaranya yaitu inisiasi dimana inisiator atau karsinogen
melepaskan mekanisme enzimatik normal dan menyebabkan perubahan dalam
struktur genetic asam deoksiribonukleat seluler (DNA), promosi dimana terjadi
pemajanan berulang terhadap agens yang mempromosikan dan menyebabkan
eskpresi informal abnormal atau genetik mutan bahkan setelah periode laten yang
lama, progresi dimana sel-sel yang telah mengalami perubahan bentuk selama
insiasi dan promosi mulai menginvasi jaringan yang berdekatan dan bermetastase
menunjukkan perilaku maligna.

3
1.5 Pathways

1.6 Klasifikasi

Adapun stadium dan klasifikasi kanker payudara (Karsinoma Mamae) adalah


sebagai berikut :

4
1. Klasifikasi Kanker payudara
a. Karsinoma Duktal : 90 % penderita kanker payudara merupakan
karsinoma duktal, 25% -35 % penderita karsinoma duktal akan
menderita kanker invasive.
b. Karsinoma Insitu : kanker dini yang belum menyebar, kanker ini masih
berada ditempatnya.
c. Karsinoma Meduler : kanker ini berasal dari kelenjar susu.
d. Karsinoma Tubuler : kanker ini juga berasal dari kelenjar susu.
e. Kanker Invasif : kanker ini menyebar dan merusak jaringan lainya.
80% kanker payudara invasive adalah kanker duktal, 10 % kanker
lobuler.
2. Stadium pada Kanker Payudara
a. Stadium I (stadium dini) Besarnya tumor tidak lebih dari 2 - 2,25 cm,
dan tidak terdapat penyebaran (metastase) pada kelenjar getah bening
ketiak. Pada stadium I ini, kemungkinan penyembuhan secara
sempurna adalah 70 %. Untuk memeriksa ada atau tidak metastase ke
bagian tubuh yang lain, harus diperiksa di laboratorium.
b. Stadium II Tumor sudah lebih besar dari 2,25 cm dan sudah terjadi
metastase pada kelenjar getah bening di ketiak. Pada stadium ini,
kemungkinan untuk sembuh hanya 30 - 40 % tergantung dari luasnya
penyebaran sel kanker. Pada stadium I dan II biasanya dilakukan
operasi untuk mengangkat sel-sel kanker yang ada pada seluruh bagian
penyebaran, dan setelah operasi dilakukan penyinaran untuk
memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal.
c. Stadium III Tumor sudah cukup besar, sel kanker telah menyebar ke
seluruh tubuh, dan kemungkinan untuk sembuh tinggal sedikit.
Pengobatan payudara sudah tidak ada artinya lagi. Biasanya
pengobatan hanya dilakukan penyinaran dan kemoterapi (pemberian
obat yang dapat membunuh sel kanker). Kadang-kadang juga
dilakukan operasi untuk mengangkat bagian payudara yang sudah

5
parah. Usaha ini hanya untuk menghambat proses perkembangan sel
kanker dalam tubuh serta untuk meringankan penderitaan penderita
semaksimal mungkin.
d. Stadium IV Tumor yang mengalami metastasis lebih jauh, yaitu :
tulang, paru-paru, liver atau tulang rusuk.
Dan klasifikasi penyebaran TNM menurut Price, 2006 adalah :
T : tumor primer
TX : tumor primer tidak dapat di tentukan
T0 : tidak ada bukti adanya tumor primer
T1 : tumor < 2 cm
T2 : tumor 2-5 cm
T3 : tumor > 5 cm
T4 : tumor dengan penyebaran langsung ke dinding toraks atau ke kulit
dengan tanda oedema
N : kelenjar getah bening regional
NX : kelenjar regional tidak dapat di tentukan
N0 : tidak teraba kelenjar aksila
N1 : teraba kelenjar aksila
N2 : teraba kelenjar aksila homolateral yang melekat satu sama lain atau
melekat pada jaringan sekitarnya
N3 : terdapat kelenjar mamaria interna homolateral
M : metastase jauh
MX : tidak dapat di tentukan metastasis jauh
M0 : tidak ada metastasis jauh
M1 : terdapat metastasis jauh
1.7 Prognosis

Mulyani, N.S & Nuryani (2013) menyebutkan bahwa prognosis cancer


mammae berdasarkan stadiumnya dibagi menjadi lima, yaitu :

1. Stadium I : 90%-80%
2. Stadium II : 70%-50%

6
3. Stadium III : 20%-11%
4. Stadium IV : 0%
5. Stadium Ca in situ : 96%
1.8 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan (Fayzun et al, 2018) :

a. Laboratorium meliputi
- Morfologi sel darah
- Laju endap darah
- Tes faal hati
- Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum
atau plasma
- Pemeriksaan sitologik
Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian cairan
yang keluar spontan dari putting payudar, cairan kista atau cairan yang
keluar dari ekskoriasi.
b. Mammagrafi
Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk mendeteksi secara
dini. Memperlihatkan struktur internal mammae untuk mendeteksi kanker
yang tidak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap awal. Mammografi
pada masa menopause kurang bermanfaat karean gambaran kanker
diantara jaringan kelenjar kurang tampak.
c. Ultrasonografi
Biasanya digunakan untuk mendeteksi luka-luka pada daerah padat pada
mammae ultrasonography berguna untuk membedakan tumor sulit dengan
kista. kadang-kadang tampak kista sebesar sampai 2 cm.
d. Thermography
Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal; dari mammae atau
mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas karena
peningkatan suplay darah dan penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi.

7
e. Xerodiography
Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara pembuluh-
pembuluh darah dan jaringan yang padat. Menyatakan peningkatan
sirkulasi sekitar sisi tumor.
f. Biopsi
Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau ganas,
dengan cara pengambilan massa. Memberikan diagnosa definitif terhadap
massa dan berguna klasifikasi histogi, pentahapan dan seleksi terapi.
g. CT Scan
Dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara pada organ
lain.
h. Pemeriksaan hematologi yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel
tumor pada peredaran darah dengan sendimental dan sentrifugis darah.
1.9 Penatalaksanaan Medis
a. Pembedahan
1) Mastektomi radikal yang dimodifikasi
Pengangkatan payudara sepanjang nodu limfe axila sampai otot
pectoralis mayor. Lapisan otot pectoralis mayor tidak diangkat namun
otot pectoralis minor bisa jadi diangkat atau tidak diangkat.
2) Mastektomi total
Semua jaringan payudara termasuk puting dan areola dan lapisan otot
pectoralis mayor diangkat. Nodus axila tidak disayat dan lapisan otot
dinding dada tidak diangkat.
3) Lumpektomi/tumor
Pengangkatan tumor dimana lapisan mayor dari payudara tidak turut
diangkat. Exsisi dilakukan dengan sedikitnya 3 cm jaringan payudara
normal yang berada di sekitar tumor tersebut.
4) Wide excision / mastektomi parsial.
Exisisi tumor dengan 12 tepi dari jaringan payudara normal,
Pengangkatan dan payudara dengan kulit yang ada dan lapisan otot
pectoralis mayor.

8
b. Radioterapi
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula
merupakan therapi tunggal. Adapun efek samping: kerusakan kulit di
sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot pectoralis,
radang tenggorokan.
c. Kemoterapi
Pemberian obat-obatan anti kanker yang sudah menyebar dalam aliran
darah. Efek samping: lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan,
mudah terserang penyakit.
d. Manipulasi hormonal
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk kanker yang sudah
bermetastase. Dapat juga dengan dilakukan bilateral oophorectomy. Dapat
juga digabung dengan terapi endokrin lainnya.
1.10 Pencegahan
a. Olahraga teratur, dapat menurunkan estrogen yang diproduksi tubuh
sehingga mengurangi resiko kanker payudara.
b. Kurangi Lemak, yaitu lemak jenuh dalam daging, mentega makanan yang
mengandung susu full cream dan asam lemak dalam margarin yang dapat
meningkatkan kadar estrogen dalam darah.
c. Jangan terlalu matang memasak daging: daging yang dimasak /dipanggang
lama menghasilkan senyawa karsinogenik (amino heterosiklik).
d. Konsumsi suplemen antioksidan
e. Konsumsi makanan berserat , sayur dan buah selain makanan berserat juga
antioksidan yang akan mengikat estrogen dalam saluran pencernaan
sehingga kadarnya dalam darah berkurang.
f. Konsumsi makanan yang mengandung kedelai/protein, makanan berasal
dari kedelai banyak mengandung estrogen tumbuhan (fito-estrogen) .
Makanan berkedelai menghalangi estrogen tubuh mencapai sel reseptor ,
juga mempercepat pengeluaran estrogen dari tubuh.

9
g. Hindari alkohol, minuman beralkohol meningkatkan kadar estrogen dalam
darah.
h. Berat Kontrol Badan, kenaikan setiap pon setelah usia 18 tahun
meningkatkan resiko kanker payudara. Ini disebabkan karena sejalan
dengan bertambahnya lemak tubuh , maka kadar estrogen sebagai hormon
pemicu kanker payudara dalam darah pun akan meningkat.
i. Hindari Xeno-estrogen , adalah dengan mengurangi konsumsi daging,
unggas, dan produk susu (whole milk dairy product).
j. Berjemur dibawah sinar matahari, Saat tubuh mengenaikulit, tubuh akan
membuat vitamin D , yang akan membantu jaringan payudara menyerap
calcium sehingga mengurangi resiko kanker payudara.
k. Hindari merokok.
l. Berikan ASI rutin pada anak, menyusui berhubungan dengan
berkurangnya resiko kanker payudara sebelum menopause
m. Pertimbangkan sebelum melakukan HRT (Hormon Replacement
Therapy), karena akan menambah resiko kanker payudara. ( Irianto,2015 ).
1.11 Pemeriksaan SADARI

Menurut Mulyani & Nuryani (2013); Suryaningsih & Sukaca (2009)


terdapat beberapa proses deteksi cancer mammae, yaitu :

a. Mulailah dengan melihat payudara payudara dicermin dengan bahu


lurus dan tangan diletakkan dipinggul. Amatilah ukuran , bentuk dan
warna payudara , apakah ada perubahan yang mudah terlihat ,
benjolan.
b. Angkat lengan dan lihat perubahan yang mungkin terjadi. Sambil
melihat cermin, perlahan-lahan tekan puting susu antara ibu jari dan
jari telunjuk serta lakukan cek terhadap pengeluaran puting susu.
(dapat berupa air susu, atau cairan kekuningan atau darah).
c. Lakukan perabaan terhadap payudara anda sambil berbaring . Gunakan
tangan kanan untuk meraba payudara kiri dan tangan kiri untuk meraba

10
payudara kanan. Gunakan sentuhan yang lembut dengan menggunakan
tiga jari tangan (telunjuk, jari tengah dan jari manis) dengan posisi
berdekatan satu sama lain .Sentuh payudara dari atas ke bawah , sisi ke
sisi dari tulang selangka ke bagian atas perut dan dari ketiak ke
belahan dada.
d. Terakhir, lakukan perabaan terhadap payudara dengan gerakan yang
sama sambil berdiri atau duduk. Kebanyakan wanita merasa lebih
mudah merasakan payudaranya dalam kondisi basah sehingga sering
dilakukan saat mandi. (Irianto K, 2015)
1.12 Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1) Identitas diri : Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
status perkawinan.
2) Identitas penanggung jawab : nama, alamat, tempat tanggal lahir,
status, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan
pasien.
3) Keluhan Utama : Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien
untuk meminta pertolongan kesehatan adalah adanya benjolan yang
menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan
mengeras, bengkak dan nyeri.
4) Riwayat Kesehatan Sekarang : Biasanya klien masuk ke rumah
sakit karena merasakan adanya benjolan yang menekan payudara,
adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak dan
nyeri.
5) Riwayat Kesehatan Dahulu : Adanya riwayat ca mammae
sebelumnya atau ada kelainan pada mammae, kebiasaan makan
tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada bagian dada sehingga
pernah mendapatkan penyinaran pada bagian dada, ataupun
mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau
kanker serviks.

11
6) Riwayat Kesehatan Keluarga : Adanya keluarga yang mengalami
ca mammae berpengaruh pada kemungkinan klien mengalami ca
mammae atau pun keluarga klien pernah mengidap penyakit kanker
lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks.
7) Riwayat Obstetric dan gynekologi : Untuk mengetahui apakah
pasien pernah mengalami penyakit kista, tumor dan masalah
reproduksi lainnya, dan mengetahui riwayat kehamilan yang
pasien miliki.
8) Riwayat Kontrasepsi : Adanya penggunaan alat kontrasepsi seperti
KB
9) Aktifitas Sehari-hari : Kaji aktivitas sehari-hari. Apakah ada
gangguan atau tidak, kaji bagaimana klien menjalankan aktivitas
sehari-hari apakah klien memerlukan bantuan atau tidak dalam
beraktivitas.
10) Pemeriksaan Head to toe
B. Diagnosa Keperawatan

1) Cemas berhubungan dengan krisis situasi (prosedur

tindakan operasi).

2) Nyeri kronis berhubungan dengan agen cedera biologis

3) Kurang pengetahuan tentang Kanker  mammae

berhubungan dengan kurang pemajanan informasi

4) Kerusakan integritas Kulit berhubungan dengan

pengangkatan bedah kulit/ jaringan.

5) Resiko infeksi berhubungan dengan faktor resiko tindakan

invasif

12
6) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan hipermetabolisme ke jaringan.

13
C. Intervensi Keperawatan

NO Diagnosa Tujuan dan


Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
1 Cemas berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Gunakan pendekatan yang tenang. 1. Untuk membina
dengan krisis situasi keperawatan 1x24 jam 2. Jelaskan prosedur tindakan dan apa hubungan saling
(prosedur tindakan tingkat kecemasan pasien yang dirasakan selama tindakan. percaya
operasi). menurun, dengan KH: 3. Berikan informasi yang aktual 2. Memberikan gambaran
 Pasien mengatakan tentang diagnosa, tindakan dan tentang prosedur
cemasnya berkurang prognosis. tindakan dan proses
 Pasien menunjukkan 4. Ajarkan teknik Relaksasi nafas selama tindakan.
cemas berkurang, wajah dalam. 3. Dengan memberikan
tampak lebih rileks. 5. Motivasi keluarga untuk informasi tsb. Akan
mendampingi pasien. membuat pasien lebih
jelas dan tenang.
4. Relaksasi untuk
mengurangi
kecemasan.
2 Kurang pengetahuan Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien 1. Mengetahui tingkat
tentang prosedur keperawatan 1x20 menit tentang tindakan operasi. pengetahuan.

12
tindakan operasi pasien akan mengetahui 2. Jelaskan tentang prosedur tindakan 2. Memberikan gambaran
berhubungan dengan tindakan yang akan opreasi. tentang prosedur
kurang paparan dilakukan, dengan KH : 3. Libatkan keluarga dalam operasi.
informasi.  Pasien mengatakan sudah pemberian pendidikan kesehatan. 3. Agar keluarga
memahami tentang tindakan 4. Jelaskan secara tepat kemungkinan mendapatkan gambaran
operasi. komplikasi dan perdarahan, resiko tentang prosedur
yang akan terjadi, dan nyeri. operasi, resiko dan
komplikasi sehingga
keluarga siap dan
mampu memberikan
motivasi pada pasien.
3 Nyeri kronis Setelah dilakukan asuhan 1. Lakukan pengkajian nyeri. 1. Mengetahui skala
berhubungan dengan keperawatan 3x24 jam nyeri 2. Observasi respon nonverbal dari intensitas, durasi,
agen cedera biologis pasien berkurang, dengan nyeri. nyeri
KH: 3. Ajarkan teknik non 2. Menilai tingkat nyeri
 Pasien mengatakan nyeri farmakologis/teknik nafas dalam. 3. Mengurangi rasa nyeri
berkurang (skala 0-5) 4. Monitor tanda-tanda vital pasien. tanpa obat.
 Pasien tidak tampak 5. Tingkatkan istirahat 4. Mengkaji tanda tanda
kesakitan / menahan nyeri 6. Kolaborasi pemberian terapi anti nyeri

13
nyeri (analgesik 3x1 tab) 5. Mengurangi nyeri
6. Obat analgetik untuk
mengurangi nyeri.
4 Kerusakan integritas Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji balutan/ luka untuk 1. Penggunaan balutan
Kulit berhubungan keperawatan 3x24 jam luka karakteristik drainase. Monitor tergantung luas
dengan pengangkatan kulit pasien sembuh, dengan jumlah edema, kemerahan, dan pembedahan dan
bedah kulit/ jaringan. KH: nyeri pada insisi dan lengan, serta penutupan luka.
 Menunjukan proses suhu. Drainase terjadi ketika
penyembuhan luka 2. Tempatkan pada posisi semi trauma prosedur dan
 Kebersihan dan fowler. manipulasi banyak
kelembapan kulit terjaga 3. Jangan melakukan pengukuran pembuluh darah dan
 Kehangatan kulit merata TD, injeksi obat, atau limfatik pada area
memasukkan IV pada lengan tersebut. Pengenalan
yang sakit. dini terjadi ketika
4. Anjurkan untuk memakai pakaian infeksi dapat
yang tidak sempit/ ketat, memampukan
perhiasan atau jam tangan pada pengobatan dengan
tangan yang sakit. cepat.
2. Membantu drainase

14
cairan melalui
gravitasi.
3. Meningkatkan
potensial konstriksi ,
infeksi, dan limfedema
pada posisi yang sakit.
4. Menurunkan tekanan
pada jaringan yang
terkena, yang dapat
memperbaiki sirkulasi/
penyembuhan.
5 Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan 1. Bersihkan lingkungan setelah 1. Lingkungan yang
nosokomial keperawatan 3x24 jam nyeri dipakai pasien lain. bersih meminimalkan
berhubungan dengan pasien berkurang, dengan 2. Cuci tangan sebelum melakukan jumlah bakteri.
lingkungan operasi KH: tindakan. Pengunjung juga 2. Lindungi pasien dari
 Klien bebas dari tanda dianjurkan melakukan hal yang sumber-sumber
dan gejala infeksi. sama. infeksi, seperti
 Jumlah leukosit berada 3. Monitor temperatur. pengunjung dan staf
pada batas normal. 4. Tingkat istirahat adekuat/ periode yang mengalami ISK

15
 Klien mampu latihan. 3. Peningkatan suhu
mengidentifikasi dan 5. Kolaborasi dalam pemberian terjadi karena berbagai
berpartisipasi dalam antibiotik 3x1 tab faktor, misalnya efek
tindakan pencegahan samping kemoterapi,
infeksi proses penyakit, atau
infeksi.
4. Membatasi keletihan,
mendorong gerakan
yang cukup untuk
mencegah komplikasi.
5. Diberikan secara
profilaktik pada pasien
dengan imunosupresi.
6 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan intervensi 1. Pantau masukan makanan setiap 1. Mengidentifikasi
nutrisi kurang dari keperawatan selam 3 x 24 hari. kekuatan/ defisiensi
kebutuhan tubuh jam, diharapkan nutrisi 2. Ukur tinggi badan, berat badan, nutrisi.
berhubungan dengan terpenuhi atau adekuat dan ketebalan lipatan kulit trisep. 2. Membantu dalam
hipermetabolisme ke dengan KH : 3. Ciptakan suasana makan yang identifikasi malnutrisi
jaringan.  Tidak ada tanda-tanda menyenangkan. protein-kalori,

16
malnutrisi. 4. Dorong komunikasi terbuka khususnya bila berat
 Menunjukkan mengenai masalah anoreksia. badan dan hasil
peningkatan fungsi 5. Kolaborsi dengan ahli gizi untuk antropometrik kurang
pengecapan dari menentukan jumlah kalori dan dari normal.
menelan. nutrisi yang dibutuhkan pasien. 3. Membuat waktu makan
 Tidak terjadi penurunan lebih menyenangkan,
berat badan yang berarti. yang dapat
meningkatkan
masukan.
4. Sering sebagai distress
emosi, khususnya
untuk orang terdekat
yang menginginkan
member makan pasien
dengan sering.
5. Memberikan rencana
diet khusus untuk
memenuhi kebutuhan
individu dan

17
menurunkan masalah
berkenaan dengan
malnutrisi protein/
kalori dan defisiensi
mikronutrien.

18
D. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah tahap tindakan dalam proses keperawatan dimana


harus membutuhkan penerapan intelektual, interpersonal, dan teknis
(Martin dan Griffin, 2014).

Implementasi keperawatan adalah suatu tindakan keperawatan yang


sebelumnya telah di rencanakan pada intervensi keperawatan. Setelah
melakukan implementasi hendaklah perawat melihat respon subjektif
maupun objektif pasien.

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tahap akhir proses keperawatan yang meliputi evaluasi


proses (formatif) dan evaluasi hasil (sumatif) dan mencakup penilaian
hasil tindakan asuhan keperawatan yang telah dilakukan (Martin dan
Griffin, 2014).

Evaluasi somatif terdiri dari SOAP (subjek, objektif, analisis dan


planing). Subjek berisi respon yang diungkapkan oleh pasien dan objektif
berisi respon nonverbal dari pasien respon-respon tersebut didapat setelah
perawat melakukan tindakan keperawatan. Analisis merupakan
kesimpulan dari tindakan dalam perencanaan masalah keperawatan dilihat
dari kriteria hasil apakah teratasi, teratasi sebagiam atau belum teratasi.

Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan keberhasilan


tujuan tindakan yaitu tujuan tercapai apabila pasien menunjukan
perubahan sesuai kriteria hasil yang telah ditentukan, tujuan tercapai
sebagian apabila jika klien menunjukan perubuahan pada sebagian kriteria
hasil yang telah ditetapkan, tujuan tidak tercapai jika klien menunjukan
sedikit perubahan dan tidak ada kemajuan sama sekali.

19
DAFTAR PUSTAKA

Laksono, S. (2018, Juli 15). ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY E DENGAN


KARSINOMA MAMAE. Diambil kembali dari eprints.poltekkesjogja.ac.id:
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2147/1/KTI%20%20%20SUGENG
%202%20fIXS.pdf

Remedios, M. D. (2019, Juni 11). ASUHAN KEPERAWATAN KOMPREHENSIF


PADA PASIEN NY Y.G DENGAN CA MAMAE. Diambil kembali dari
repository.poltekeskupang.ac.id:
http://repository.poltekeskupang.ac.id/1928/1/KTI-MELI-dikonversi.pdf

Winarti, T. (2019, Juni 12). ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN CARSINOMA


MAMAE DI RUMAH SAKIT UMUM . Diambil kembali dari
repository.poltekkes-kaltim.ac.id: http://repository.poltekkes-
kaltim.ac.id/303/1/Untitled.pdf

20
21

Anda mungkin juga menyukai