Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PERIOPERATIF I DENGAN CARCINOMA MAMMAE DI RUMAH


SAKIT UMUM KARSA HUSADA BATU

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu


Praktek Klinik Keperawatan Perioperatif 1

Disusun oleh:
Mohammad Afandi (P17211193079)

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
TAHUN AJARAN 2022/2023
FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTEK KEPERAWATAN PERIOPERATIF I

A. Masalah Kesehatan

Ca Mammae Dextra

B. Pengertian

Kanker merupakan suatu kondisi di mana sel telah mengalami kehilangan pengendalian dan

mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak

terkendali. Kanker menjadi salah satu penyebab utama kematian global, berdasarkan data

yang dirilis International Agency for Research on Cancer salah satu lembaga di bawah

Badan Kesehatan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) (Sinuraya, 2017). Kanker

payudara adalah keganasan sel-sel pada jaringan payudara, bisa berasal dari komponen

kelenjarnya (epitel saluran maupun lobulusnya) seperti jaringan lemak, pembuluh darah, dan

persyarafan jaringan payudara (Sihite et al., 2019).

Ca mammae merupakan kondisi dimana sel telah mengalami pertumbuhan yang abnormal

sehingga pertumbuhan dan perkembangbiakan sel kanker ini akan membentuk massa dari

jaringan ganas yang menyusup ke jaringan di dekatnya (invasive) dan bisa menyebar atau

metastatis ke seluruh tubuh (Damayanti. S.S, 2022).

C. Etiologi

Penyebab pasti dari kanker payudara belum diketahui, namun kanker payudara adalah

penyakit multifaktorial, dimana terdapat berbagai faktor yang berkontribusi terhadap

kejadiannya.

Terdapat beberapa faktor risiko kanker payudara dalam (Ketut, 2022).


1. Bertambahnya usia merupakan salah satu faktor risiko paling kuat, semakin

bertambahnya usia seseorang, maka kemungkinannya untuk mengalami kanker

payudara akan meningkat. Sebagian besar kanker payudara yang didiagnosis adalah

setelah menopause (usia 40 – 50 tahun).

2. Genetik dan riwayat keluarga merupakan faktor risiko utama kejadian kanker payudara.

Hal ini berkaitan dengan perubahan genetik yaitu mutasi gen proto-onkogen (HER2)

dan gen supresor tumor (BRAC1 dan BRAC2) pada epitel payudara. Mutasi ini

menyebabkan sel dapat berkembang biak secara terus menerus tanpa terkendali,

sehingga timbullah kanker. Riwayat reproduksi dan hormonal juga merupakan faktor

risiko penting karena berkaitan dengan paparan hormon estrogen yang memiliki

fungsi prolifesai sel-sel payudara.

3. Adapun riwayat reproduksi dan hormonal yang berisiko meliputi: usia menarche di

bawah 12 tahun, usia menopause di atas 55 tahun, kehamilan pertama pada usia diatas

35 tahun, tidak menyusui, serta penggunaan kontrasepsi hormonal lebih dari 5 tahun.

Gaya hidup merupakan faktor yang tidak dapat dilepaskan dari berbagai penyakit.

4. Sedentary life style atau gaya hidup menetap berkaitan dengan kanker payudara

karena dapat menyebabkan penumpukan adiposa yang merupakan jaringan tempat

produksi skunder dari hormone estrogen. Selain sedentary life style, konsumsi

alkohol dan merokok juga dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Alkohol dapat

mengganggu metabolisme astrogen di hati, sedangkan asap rokok memiliki

kandungan karsinogenik yang berujung pada peningkatan proliferasi sel payudara.


D. Klasifikasi

Jenis-jenis kanker payudara dalam (Laksono, 2018):

1. Karsinoma duktal, 90 % penderita kanker payudara merupakan karsinoma duktal, 25%

-35 % penderita karsinoma duktal akan menderita kanker invasive.

2. Karsinoma insitu merupakan kanker dini yang belum menyebar ,kanker ini masih

berada ditempatnya.

3. Karsinoma meduler adalah kanker ini berasal dari kelenjar susu

4. Karsinoma tubuler, kanker ini juga berasal dari kelenjar susu

5. Kanker invasif merupakan kanker yang menyebar dan merusak jaringan lainya. 80%

kanker payudara invasive adalah kanker duktal, 10 % kanker lobuler.

6. Karsinoma lobuler, kanker ini terjadi setelah menopouse, 25-35 % penderita

karsinoma lobuler menderita kanker invasive.

E. Gejala dan Tanda

Tanda dan gejala ca. mammae dalam (Savitri, 2017) adalah:

1. Munculnya Benjolan pada Payudara

Benjolan di payudara atau ketiak yang muncul setelah menstruasi seringkali menjadi

gejala awal kanker payudara yang paling jelas

2. Munculnya Benjolan pada Payudara

Kadang-kadang benjolan kecil dan keras muncul di ketiak dan bisa menjadi tanda bahwa

kanker payudara telah menyebar hingga kelenjar getah bening. Benjolan ini terasa lunak,

tetapi seringkali terasa menyakitkan

3. Perubahan Bentuk dan Ukuran Payudara


Bentuk dan ukuran salah satu payudara mungkin terlihat berubah. Bisa lebih kecil atau

lebih besar daripada payudara sebelahnya, bisa juga terlihat turun

4. Keluarnya Cairan dari Puting (Niple Discharge)

Jika puting susu ditekan secara umum tubuh bereaksi dengan mengeluarkan cairan.

Namun apabila cairan keluar tanpa menekan puting susu, terjadi hanya pada salah satu

payudara disertai darah atau nanah berwarna kuning sampai kehijauan mungkin itu

merupakan tanda kanker payudara

5. Perubahan pada Puting Susu

Puting susu terasa seperti terbakar, gatal dan muncul luka yang sulit atau lama sembuh.

Selain itu puting terlihat tertarik masuk ke dalam (retraksi), berubah bentuk atau posisi

memerah atau berkerak. Kerak, bisul atau sisik pada puting susu mungkin merupakan

tanda dari beberapa jenis kanker payudara yang jarang terjadi

6. Kulit Payudara Berkerut

Muncul kerutan-kerutan seperti jeruk purut pada kulit payudara, selain itu kulit payudara

terlihat memerah dan terasa panas

7. Tanda-Tanda Kanker

Telah Menyebar Pada stadium lanjut bisa timbul tanda-tanda dan gejala yang

menunjukkan bahwa kanker telah tumbuh membesar atau menyebar ke bagian lain dari

tubuh lainnya. Tanda-tanda yang muncul seperti nyeri tulang, pembengkakan lengan atau

luka pada kulit, penumpukan cairan di sekitar paru-paru (efusi pleura), mual, kehilangan

nafsu makan, penurunan berat badan, penyakit kuning, sesak napas dan penglihatan

ganda

F. Stadium

Stadium kanker payudara dalam (Savitri, 2017), yaitu:


1. Stadium 0 : Jenis yang tidak menyebar yang tetap tinggal di tempat awal dimana kanker

tersebut tumbuh. Kanker payudara pada stadium ini disebut juga dengan carsinoma in

situ. Ada tiga jenis carsinoma in situ yaitu ductal carsinoma in situ (DCIS), lobuler

carsinoma in situ (LCIS) dan penyakit paget puting susu.

2. Stadium IA: tumor berukuran 2cm atau lebih kecil dan belum menyebar keluar payudara

3. Stadium IIB: tumor berukuran sekitar 2 cm dan tidak berada pada payudara melainkan

pada kelenjar getah bening

4. Stadium IIA : kanker berukuran sekitar 2-5 cm dan ditemukan pada 3 lajur kelenjar

getah bening

5. Stadium II A : kanker berukuran lebih dari 5cm dan ditemukan pada lajur 4-9 lajur getah

bening dan atau di area dekat tulang dada

6. Stadium III A: tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm dan sudah menyebar

kekelenjar getahbening ketiak disertai perlengketan satu sama lain atau perlengketan ke

struktur lainnya atau tumor dengan garis tengah lebih dari dari 5 cm dan sudah menyebar

ke kelenjar getah bening ketiak.

7. Stadium IIIB : ukuran kanker sangat beragam dan umumnya telah menyebar ke dinding

dada hingga mencapai kulit sehingga menimbulkan infeksi pada kulit payudara

(Inflammatory breast cancer)

8. Stadium IIIC: ukuran kanker sangat beragam dan umumnya telah menyebar ke dinding

dada dan atau kulit payudara sehingga mengakibatkan pembengkakan atau luka. Kanker

juga mungkin sudah menyebar ke 10 lajur kelenjar getah bening atau kelenjar getah

bening yang berada di bawah tulang selangka atau tulang dada


9. Stadium IV : Pada stadium ini kanker telah menyebar dari kelenjar getah bening menuju

aliran darah dan mencapai organ lain dari tubuh seperti otak, paru-paru, hati dan tulang
G. Pohon Masalah
H. Pemeriksaan Diagnostik

Terdapat beberapa pemeriksaan diagnostik untuk ca mammae (Swasri, 2021), yaitu:

1. Ultrasonografi (USG)

Payudara USG digunakan untuk membedakan masa kistik dengan solid dan sebagai

guide untuk biopsy. Diutamakan pada pasien usia muda (kurang dari 30 tahun).

2. Mamografi

Sekitar 75% kanker terdeteksi paling tidak satu tahun sebelum ada gejala atau tanda.

Lesi dengan ukuran 2 mm sudah dapat dideteksi dengan mamografi. Akurasi mamografi

untuk prediksi malignasi adalah70%-80%.

3. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

MRI digunakan untuk mendeteksi local recurrence pasca BCT atau augmentasi payudara

dengan implant, deteksi multi focal cancer dan sebagai tambahan terhadap mamografi

pada kasus tertentu. MRI sangat berguna dalam skrining klien usia muda dengan

intensitas payudara yang padat yang memiliki resiko ca. mammae yang tinggi.

Sensitivitas MRI mencapai 98%.

4. Biopsi

Biopsi pada payudara memberikan informasi sitologi atau histopatologi. FNAB (Fine

needle Aspiration Biopsy) merupakan salah satu prosedur diagnosis awal, untuk evaluasi

lesi kistik. Masa persisten atau rekurren setelah aspirasi berulang adalah indikasi untuk

biopsi terbuka (insisi atau eksisi).

5. Bone scan, foto toraks, USG abdomen


Pemeriksaan bone scan, foto toraks, USG abdomen, bertujuan untuk evaluasi metastase.

Tumor yang simtomatis stadium III, insiden posistif bone scan mencapai 25% oleh

karenanya pemeriksaan bone scan secara rutin sangat bermanfaat.

6. Pemeriksaan laboratorium dan marker

7. Pemeriksaan darah rutin, alkaline phospatase, SGOT, SGPT dan tumor marker

merupakan pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan. Tumor marker untuk kanker

payudara yang dianjurkan adalah carcinoembryonic antigen (CEA), cancer antigen

(CA)15-3, dan CA 27-29.

I. Penatalaksanaan Medis

Pengobatan ca. mammae bertujuan untuk mendapatkan kesembuhan yang tinggi dengan

kualitas hidup yang baik. Terapi yang diberikan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Terapi

kuratif ditandai oleh adanya periode bebas penyakit (disases free interval) dan peningkatan

harapan hidup (overall survival), dilakukan pada ca. mammae stadium I, II, dan III. Terapi

paliatif bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup tanpa adanya periode bebas penyakit,

umumnya dilakukan pada stadium IV. Kesembuhan yang tinggi dengan kualitas hidup yang

baik akan tercapai bila carsinoma diterapi pada stadium dini (Swasri, 2021). Modalitas terapi

ca. mammae secara umum meliputi:

1. Kemoterapi

Kemoterapi adalah penggunaan obat anti kanker (sitotastika) untuk menghancurkan sel

kanker. Obat ini umumnya bekerja dengan menghambat atau mengganggu sintesa DNA

dalam siklus sel. Pengobatan kemoterapi bersifat sistemik. Obat sitostatika dibawa

melalui aliran darah atau diberikan langsung ke dalam tumor. Terdapat 3 jenis setting

kemoterapi yakni adjuvant, neoadjuvant dan primer (paliatif).


2. Hormonal

Terapi Hormonal terapi mulai dikembangkan sejak satu abad yang lalu, masih paling

efektif dan paling jelas targetnya dari terapi sistemik untuk ca. mammae. Adjuvant

hormonal terapi diindikasikan hanya pada payudara yang menunjukkan ekspresi positif

estrogen reseptor dan atau progesterone reseptor tanpa memandang usia, status

menopause, status kelenjar getah bening aksila maupun ukuran tumor.

3. Operasi (mastektomi)

Operasi merupakan modalitas utama untuk penatalaksanaan ca. mammae. Beberapai

jenis operasi pada ca. mammae adalah Classic Radical Mastectomy (CRM), Modified

Radical Mastectomy (MRM), Skin Sparing Mastectomy (SSM), Nipple Sparing

Mastectomy (NSP), dan Breast Conserving Treatment (BCT). Masing-masing memiliki

indikasi dan keuntungan serta kerugian yang berbeda.

MRM (Modified Radical Mastectomy) adalah operasi pengangkatan seluruh jaringan

payudara beserta tumor, nipple aerola kompleks, kulit diatas tumor dan fascia pektoral

serta diseksi aksila level I-II. Operasi ini dilakukan pada kanker payudara stadium dini

dan lokal lanjut. MRM merupakan jenis operasi yang banyak dilakukan. Operasi

mastektomi dilakukan pada ca. mammae stadium 0 (insitu), keganasan jaringan lunak

pada payudara, dan tumor jinak payudara yang mengenai seluruh jaringan payudara

(misal: phylloydes tumor). Operasi mastektomi menjadi kontra indikasi pada tumor yang

melekat dinding dada, edema lengan, nodul satelit yang luas, dan mastitis inflamatoar.

Komplikasi operasi mastektomi dibedakan menjadi fase dini dan fase lambat. Fase dini

meliputi pendarahan, lesi nodul thoracalis longus wing scapula, dan lesi nodul thoracalis
dorsalis. Fase lambat meliputi infeksi, nekrosis flap, seroma, edema lengan, kekakuan

sendi, dan bahu kontraktur.

J. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan merupakan suatu proses pengumpulan

data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status

kesehatan klien (Rizal, 2019). Ada 2 tipe data yang diperoleh perawat selama pengkajian,

yaitu Data subjektif yang diperoleh berdasarkan persepsi klien tentang masalah kesehatan

mereka. Pada klien anak atau bayi, data subjektif didapat dari orangtua atau sumber lainnya.

Selanjutnya ada data objektif yang diperoleh melalui pengamatan, observasi, dan pengukuran

atau pemeriksaan fisik dengan beberapa metode (inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi).

Sumber data didapatkan dari klien (sumber utama), orang terdekat, rekan kerja, rekam medis,

dan catatan lainnya (Bawaulu, 2007). Pengkajian pada pasien post operasi ca mammae dalam

(Mooduto, 2018).

a) Identitas

Meliputi: nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor

register, tanggal masuk, rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosa medis, tindakan

medis.

b) Identitas penanggung jawab

Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,

hubungan dengan klien, sumber biaya.

c) Riwayat kesehatan sekarang

Keluhan pada Ca Mammae setelah melakukan operasi biasanya yang timbul adalah

nyeri, nyeri yang dirasakan bertambah apabila klien bergerak dan berkurang

apabila klien beristirahat. Nyeri biasanya dirasakan seperti ditusuk-tusuk. Nyeri

juga
biasanya hanya dirasakan paada bagian pembedahan saja. Dan untuk skala nyeri

bisa dihitung dari mulai (0-10).

d) Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat kesehatan keluarga dihubungkan dengan kemungkinan adanya penyakit

keturunan, kecenderungan alergi dalam satu keluarga, penyakit yang menular akibat

kontak langsung maupun tak langsung antar anggota keluarga. Biasanya terlihat dari

genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga menderita

Ca mammae.

e) Pola aktivitas sehari-hari

1) Makan dan minum

Pada aspek ini dikaji mengenai kebiasaan makan klien sebelum dan sesudah

masuk rumah sakit. Dikaji mengenai riwayat diet klien. Bagaimana kebiasaan

makan, apakah dijumpai perubahan pada makan jenis penyedap seperti MSG,

dan kebiasaan minum-minuman beralkohol.

2) Pola eliminasi

Dikaji mengenai frekuensi, konsistensi, warna dan kelainan eliminasi,

kesulitan-kesulitan eliminasi dan keluhan-keluhan yang dirasakan klien pada

saat buang air besar dan buang air kecil.

3) Pola istirahat dan tidur

Dikaji mengenai kebutuhan istirahat dan tidur, apakah ada gangguan sebelum

dan pada saat tidur, lama tidur dan kebutuhan istirahat tidur. Pada klien

dengan Ca mammae biasanya kebutuhan istirahat tidur yang kurang, karena

intensitas nyeri yang berlebihan.


4) Kebersihan

Dikaji mengenai kebiasaan mandi, gosok gigi, mencuci rambut, dan dikaji apakah

memerlukan bantuan orang lain atau dapat secara mandiri. Biasanya kesulitan

dalam pemenuhan ADL karena keterbatasan gerak.

f) Riwayat psikososial

Kaji kebiasaan aktivitas yang dilakukan di lingkungan keluarga dan masyarakat :

mandiri atau tergantung terhadap orang lain. Tergantung seberapa besar intensitas

nyeri nya dan ditemukan adanya keterbatasan dalam melakukan aktivitas.

g) Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum

Kesadaran dapat compos mentis sampai koma tergantung beratnya kondisi

penyakit yang dialami, tanda-tanda vital biasanya normal kecuali bila ada

komplikasi lebih lanjut, badan tampak lemah.

2) Tanda vital

Obeservasi tanda vital pasien, pasien rentan mengalami hipotensi.

3) Pemeriksaan kepala leher

Kaji jalan nafas pasien, observasi apakah ada lesi, lebam, kemerahan.

4) Pemeriksaan integumen

Kaji warna kulit, keadaan rambut, tekstur rambut, kulit kepala bersih atau tidak.

Kaji kelembaban kulit dan turgor kulit. Biasanya ditemukan adanya luka operasi

pada mamae, mungkin turgor kulit menurun akibat kurangnya volume cairan,

suhu tubuh dapat meningkat apabila terjadi infeksi.

5) Dada dan thorak

Kaji adanya pendarahan, observasi bentuk dada,


6) Payudara

Dikaji apakah terdapat benjolan di mamae atau tidak, apakah ada perubahan

kesimetrisan pada mamae, ada atau tidaknya perubahan warna kulit pada

mamae, riwayat manarce dini atau menopause lambat.

7) Abdomen

Daerah abdomen inspeksi bentuk abdomen, ada massa atau tidak, auskultasi

bunyi bising usus, palpasi ada nyeri atau tidak, ada benjolan atau tidak, kaji turgor

kulit, palpasi daerah hepar.

8) Genetalia

Klien biasanya terpasang kateter, pengukuran volume output urin

berhubungan dengan intake cairan oleh karena itu, perawat perlu memonitor

adanya oliguria karena hal tersebut merupakan tanda awal dari syok. Klien

diinformasikan agar terbiasa dengan urine yang berwarna jingga pekat dan

berbau yang menandakan fungsi ginjal masih normal.

9) Ekstermitas

Kaji pergerakan ROM dari pergerakan sendi mulai dari kepala sampai anggota

gerak bawah, kaji nyeri pada waktu klien bergerak. Biasanya ditemukan

keletihan, perasaan nyeri pada ekstremitas atas ketika digerakan.

h) Pemeriksaan neurologis

Pada umunya sistem persyarafan tidak terdapat kelainan, keadaan umum baik dan

kesadaran compos mentis, glasslow coma scale 15.


i) Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium:

1) Elektrolit : dapat ditemukan adanya penurunan kadar elektrolit akibat

kehilangan cairan berlebihan.

2) Hemoglobin : dapat menurun akibat kehilangan darah.

3) Leukosit : dapat meningat jika terjadi infeksi.

j) Terapi/pengobatan

Data ini digunakan untuk mengetahui jenis obat apa saja yang digunakan pada kasus

Ca Mammae. Untuk mengetahui keefektifan penyembuhan penyakit.

Terapi : biasanya klien post radikal mastektomi mendapat terapi analgetik untuk

mengurangi nyeri, antibiotik sebagai anti mikroba, dan antiemetik untuk

mengurangi rasa mual.

K. Daftar Diagnosa Keperawatan

Terdapat beberapa diagnosa keperawatan, yang dapat muncul, diantaranya (SDKI., 2016):

1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (D.0077)

2. Nausea b.d efek agen farmakologis (D.0076)

3. Risiko infeksi d.d efek prosedur invasif (D.0142)


L. Intervensi Keperawatan

No SLKI SIKI
1 Setelah dilakukan intervensi keperawatan maka tingkat Intervensi (SIKI, 2018):
nyeri menurun (L.08066) dengan kriteria hasil (SLKI, Manajemen nyeri (I.08238)
2018): 1. Mengidendentifikasi lokasi, karakteristik,skala, durasi,
1. Keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Tampak meringis menurun 2. Mengidendentifikasi faktor yang memperberat nyeri
3. Rasa gelisah menurun 3. Memberikan teknik non farmakologik untuk mengurangi
4. Mampu menggunakan teknik nonfarmakologis rasa nyeri (misal: terapi pijat, aromaterapi, kompres
hangat/dingin, teknik relaksasi)
4. Mengajarkan teknik nonfarmakologik untuk mengurangi
rasa nyeri
5. Kolaborasi pemberian analgesik
6. Menciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan
2 Setelah di berikan intervensi keperawatan maka tingkat Intervensi:
nausea (L.08065) menurun dengan kriteria hasil : Manajemen mual (I.03117)
1. Keluhan mual menurun 1. Mengidentifikasi faktor penyebab mual (misalnya
2. Perasaan ingin muntah menurun pengobatan dan prosedur)
3. Pucat membaik 2. Memonitor mual (misalnya frekuensi,. Durasi dan tingkat
keparahan)
3. Kolaborasi pemberian antiemetik
3 Setelah dilakukan intervensi keperawatan maka tingkat Intervensi:
infeksi menurun (L.14137) dengan kriteria hasil: Pencegahan infeksi (I.14539)
1. Tidak terdapat bau pada cairan luka pasien 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi
2. Bengkak berkurang 2. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptic
3. Nyeri berkurang 3. Memberikan perawatan kulit pada area luka
4. Kerusakan lapisan kulit menurun 4. Membatasi jumlah pengunjung
5. Kerusakan jaringan menurun 5. Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
6. Perdarahan menurun pasien
DAFTAR PUSTAKA

Bawaulu, T. (2007). Data-data dan teknik yang digunakan pada pengkajian dalam proses
keperawatan. Dokumentasi Proses Keperawatan, 2.

Damayanti. S.S, H. R. . (2022). Asuhan Keperawatan Pasien Ca Mamae Pada Ny.P Dengan
Diagnosa Keperawatan Nyeri Akut Di Ruang Wijayakusuma Rsud Prof.Dr.Margono
Soekarjo. Jurnal Inovasi Penelitian, 3(5), 6103–6108.

Ketut, S. (2022). Kanker payudara: Diagnostik, Faktor Risiko dan Stadium. Ganesha Medicine
Journal, 2(1), 2–7.

Laksono, S. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Ny E Dengan Karsinoma Mamae Di Ruang


Bougenvile Rsud Kota Yogyakarta. In Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.

Mooduto, S. R. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien Yang Mengalami Post Op Radikal
Mastectomy Sinistra Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di Ruang Marjan Bawah
Rsu Dr Slamet Garut. Stikes Bhakti Kencana Bandung.

PPNI., T. P. S. D. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Persatuan Perawat


Indonesia.

PPNI, T. P. S. D. (2018a). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) (Edisi 1). Persatuan
Perawat Indonesia.

PPNI, T. P. S. D. (2018b). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) (Edisi 1). Persatuan
Perawat Indonesia.

Rizal, L. K. (2019). Tujuan Dan Tahapan Pengkajian Dalam Proses Keperawatan. Ilmu
Keperawatan, 4. https://osf.io/59jbz/download/?format=pdf

Savitri, A. (2017). Kupas Tuntas Kanker Payudara, Leher Rahim dan Rahim. Pustaka baru press.

Sihite, E. D. O., Nurchayati, S., & Hasneli, yesi. (2019). Gambaran Tingkat Pengetahuan
Tentang Kanker Payudara dan Perilaku Periksa Payudara Sendiri (SADARI). Jurnal Ners
Indonesia, 10(1).

Sinuraya, E. (2017). Kualitas Hidup Penderita Kanker Payudara ( Ca Mamae ) Di Poli Onkologi
Rsu Dr. Pirngadi Medan. Jurnal Riset Hesti Medan Akper Kesdam I/BB Medan, 1(1), 51.
https://doi.org/10.34008/jurhesti.v1i1.8

Swasri, A. A. K. (2021). Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Ny. Y Dengan Carsinoma
Mammae Post Operasi Modified Radical Mastectomy Di Ruang Angsoka 2 Rsup Sanglah
Denpasar. Poltekkes Kemenkes Denpasar.

Anda mungkin juga menyukai