Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di indonesia kanker payudara menduduki tempat kedua 15,8% dari 10
kanker terbanyak setelah kanker mulut rahim.
Kanker adalah beban besar bagi orang di negara maju dan berkembang
secara ekonomi. Terjadinya kanker karena pertumbuhan populasi dan
penuaan, serta peningkatan prevalensi faktor risiko yang telah ditentukan
seperti merokok, kelebihan berat badan, aktivitas fisik, dan mengubah pola
reproduksi yang terkait dengan urbanisasi dan pembangunan ekonomi.
Berdasarkan perkiraan GLOBOCAN, sekitar 14,1 juta kasus kanker baru dan
8,2 juta kematian terjadi pada tahun 2012 di seluruh dunia. Selama bertahun-
tahun, beban telah bergeser ke negara-negara kurang berkembang, yang saat
ini mencapai sekitar 57% kasus dan 65% kematian akibat kanker di seluruh
dunia. Kanker payudara tetap menjadi penyebab utama kematian akibat
kanker di kalangan wanita di negara berkembang.Di negara-negara kurang
berkembang, kanker serviks di kalangan perempuan juga merupakan penyebab
utama kematian akibat kanker. Meskipun tingkat kejadian untuk semua kanker
kombinasi hampir dua kali lebih tinggi di negara-negara maju daripada di
negara-negara berkembang, tingkat kematian hanya 8% sampai 15% lebih
tinggi di negara-negara maju. Kesenjangan ini mencerminkan perbedaan
regional dalam campuran kanker, yang dipengaruhi oleh faktor risiko dan
praktek deteksi, dan/atau ketersediaan pengobatan. Sebagian besar kasus
kanker dan kematian dapat dicegah dengan secara ekstensif menerapkan
tindakan pencegahan yang efektif, seperti pengendalian tembakau, vaksinasi,
dan penggunaan tes deteksi dini.
Kanker Serviks merupakan keganasan pada leher rahim, terjadi di daerah
organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke rahim, dan terletak
antara rahim (uterus) dan lubang vagina. Salah satu penyebab Kanker Serviks
karena kurangnya memahami faktor resiko dan pencegahannya, oleh sebab itu
diperlukan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap

1
pada wanita usia subur. Ketika tidak diberikan pendidikan kesehatan tentang
Kanker Serviks dan Wanita Usia Subur tidak mengetahui tentang Kanker
Serviks maka resiko untuk terkena Kanker Serviks tidak dapat dicegah.
Kanker Payudara merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal
mammae dimana sel abnormal timbul dari sel - sel normal berkembang biak
dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah (Anoname I, 2012)

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah definisi dari Carsinoma mammae ?
1.2.2 Apakah etiologi dari Carsinoma mammae ?
1.2.3 Apakah manifestasi klinik dari Carsinoma mammae ?
1.2.4 Bagaimanakah patofisiologi dari Carsinoma mammae ?
1.2.5 Bagaimanakah penatalaksanaan Carsinoma mammae ?
1.2.6 Bagaimana prognosis pada Carsinoma mammae ?
1.2.7 Apakah komplikasi dari Carsinoma mammae ?
1.2.8 Bagaimana pemeriksaan penunjang bagi Carsinoma mammae ?
1.2.9 Apakah definisi dari CA. Serviks ?
1.2.10 Apakah etiologi dari CA. Serviks ?
1.2.11 Apakah manifestasi klinik dari CA. Serviks ?
1.2.12 Bagaimanakah patofisiologi dari CA. Serviks ?
1.2.13 Bagaimanakah penatalaksanaan CA. Serviks ?
1.2.14 Bagaimana prognosis pada CA. Serviks ?
1.2.15 Apakah komplikasi dari CA. Serviks ?
1.2.16 Bagaimana pemeriksaan penunjang bagi CA. Serviks ?
1.2.17 Bagaimana pengkajian pada Carsinoma mammae ?
1.2.18 Bagaimana pengkajian pada CA. Serviks ?
Bagaimana diagnosa dan intervensi pada Carsinoma mammae dan CA.
Serviks ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui definisi dari Carsinoma mammae

2
1.3.2 Untuk mengetahui etiologi dari Carsinoma mammae
1.3.3 Untuk mengetahui manifestasi klinik dari Carsinoma mammae
1.3.4 Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari Carsinoma mammae
1.3.5 Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan Carsinoma mammae
1.3.6 Untuk mengetahui prognosis pada Carsinoma mammae
1.3.7 Untuk mengetahui komplikasi dari Carsinoma mammae
1.3.8 Untuk mengetahui Bagaimana pemeriksaan penunjang bagi Carsinoma
mammae
1.3.9 Untuk mengetahui definisi dari CA. Serviks
1.3.10 Untuk mengetahui etiologi dari CA. Serviks
1.3.11 Untuk mengetahui apa manifestasi klinik dari CA. Serviks
1.3.12 Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari CA. Serviks
1.3.13 Untuk mengetahui penatalaksanaan CA. Serviks
1.3.14 Untuk mengetahui prognosis pada CA. Serviks
1.3.15 Untuk mengetahui komplikasi dari CA. Serviks
1.3.16 Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan penunjang bagi CA. Serviks
1.3.17 Untuk mengetahui pengkajian pada Carsinoma mammae
1.3.18 Untuk mengetahui pengkajian pada CA. Serviks
1.3.19 Untuk mengetahui diagnosa dan intervensi pada Carsinoma mammae dan
CA. Serviks

3
BAB II
KONSEP MEDIS
2.1 Carsinoma Mammae
2.1.1 Definis
Carsinoma Mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal
mammae dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal, berkembang biak dan
menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah (Nurarif & Kusuma,2015).
Cancer mammae disebut juga dengan Carcinoma Mammae adalah sebuah
tumor ganas yang tumbuh dalam jaringan payudara. Tumor ini dapat tumbuh
dalam susu, jaringan lemak, maupun pada jaringan ikat payudara. (Suryaningsih
& Sukaca 2009).
Jadi kanker payudara (ca mammae) adalah suatu gangguan pada sel
normal mammae yang tumbuh menjadi sel abnormal yang dapat berubah menjadi
ganas.

2.1.2 Etiologi
Penyebab kanker payudara belum dapat ditentukan, tetapi terdapat
beberapa faktor resiko yang telah ditetapkan, yaitu lingkungan atau
genetik.Kanker payudara memperlihatkan proliferasi keganasan sel epitel yang
membatasi duktus atau lobus payudara.Pada awalnya hanya terdapat hyperplasia
sel dengan perkembangan sel-sel yang atipikal dan kemudian berlanjut menjadi
karsinoma insitu dan menginvasi stroma. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun
untuk tumbuh dari satu sel menjadi massa. Hormone steroid yang dihasilkan oleh
ovarium juga berperan dalam pembentukan kanker payudara (estradisol dan
progesterone mengalami perubahan dalam lingkungan seluler) (Brunner &
Suddarth,2002).

2.1.3 Manifestasi Klinik


Romauli & Vindari (2011) menyebutkan bahwa pada tahap awal tidak
terdapat tanda dan gejala yang khas. Tanda dan gejala dapat terlihat pada tahap
lanjut antara lain :

4
1) Adanya benjolan di payudara,
2) Adanya borok atau luka yang tidak sembuh,
3) Keluar cairan abnormal dari puting susu, cairan dapat berupa nanah,
darah, cairan encer atau keluar air susu pada perempuan yang tidak
hamil dan menyusui.
4) Perubahan bentuk dan besarnya payudara,
5) Kulit puting susu dan areola melekuk ke dalam atau berkerut.
6) Nyeri di payudara.

2.1.4 Patofisiologi
Patofisiologi kanker payudara dibagi dalam tiga tahap: kanker payudara
primer, metastasis ke kelenjar getah bening aksila, dan metastasis jauh (Torre,
Bray, Siegel, Ferlay : 2012)
a. Kanker Payudara Primer
Sebagian besar kanker payudara ditandai dengan fibrosis jaringan
stroma dan epitel payudara.Seiring pertumbuhan kanker dan invasi kanker
ke jaringan sekitar, respon desmoplastik menyebabkan pemendekan
ligamentum suspensorium Cooper sehingga terjadi gambaran retraksi kulit
payudara.Saat aliran limfatik dari kulit ke kelenjar getah bening lokal
terhambat, terjadilah edema lokal yang ditandai oleh tampilan kulit jeruk
(peau d’orange).
Kanker kulit akan menyebabkan luka spontan pada kulit ketika sel
kanker mulai menginvasi kulit. Invasi lebih lanjut ke sel-sel kulit di sekitar
luka akan menyebabkan pembentukan nodul satelit di sekitar luka. Selain
itu, lebih dari 60% rekurensi kanker payudara terjadi pada organ jauh.20%
kanker payudara mengalami rekurensi lokal-regional, dan 20% merupakan
campuran (lokal-regional dan bermetastasis jauh).
b. Metastasis Kelenjar Getah Bening Aksila
Saat kanker payudara primer membesar, sel kanker menyusup ke
celah antar sel dan pindah ke sistem limfatik menuju kelenjar getah bening
regional, terutama kelenjar getah bening aksila.Kelenjar getah bening yang

5
terlibat awalnya teraba lunak namun menjadi keras dan mengalami
konglomerasi seiring pertumbuhan sel kanker.
Sel kanker mampu tumbuh hingga kapsul kelenjar getah bening
dan memfiksasi struktur lain di ketiak dan dinding dada. Semakin banyak
kelenjar getah bening aksila yang terlibat, maka semakin kecil peluang
kesintasan (survivorship).
Pasien yang tidak memiliki keterlibatan kelenjar getah bening
aksila berisiko < 30% mengalami rekurensi dibandingkan pasien yang
memiliki keterlibatan kelenjar getah bening yang berisiko 75% terhadap
rekurensi.
c. Metastasis Jauh
Metastasis jauh terjadi secara hematogenik setelah
neovaskularisasi. Aliran darah vena yang terlibat dalam metastasis jauh
antara lain vena interkostal dan aksila menuju paru-paru dan plexus vena
Batson yang menuju kolumna vertebra.
Hampir 60% pasien kanker payudara mengalami metastasis jauh
dalam 5 tahun pertama pengobatan.Pasien tanpa ekspresi reseptor estrogen
(ER-) memiliki risiko lebih besar mengalami rekurensi dalam 3-5 tahun
pertama dibanding pasien dengan ekspresi reseptor estrogen (ER+).
Organ yang paling sering terlibat dalam metastasis berdasarkan
kekerapannya berturut-turut adalah tulang, paru-paru, pleura, jaringan
lunak, dan hati.Metastasis ke otak lebih jarang terjadi.

2.1.5 Penatalaksanaan
Menurut (Asamris, Burmansyah, Tjindarbumi, Achmad, Dlildir, Handojo,
et al )Ada beberapa jenis pembedahan pada cancer mammae, yaitu:
1) Biopsi eksisi dengan lokalisasi jarum dilakukan dengan mengangkat
seluruh jaringan kanker dan menyisakan tepi jaringan tampak sehat
dibantu metode mamografi dan lokalisasi lesi oleh sebuah kawat yang
dilabel secara radiasi yang ditempatkan dekat dengan lokasi lesi.

6
2) Mastektomi radikal (cara Halstedt) dilakukan dengan mengangkat
seluruh jaringan payudara, kulit, kompleks puting-areola, m.pectoralis
mayor dan minor, serta KGB level I, II, dan III.
3) Mastektomi radikal modifikasi Patey dilakukan dengan mengangkat
seluruh jaringan payudara, kompleks puting-areola, kulit, KGB level I,
II, dan III (dengan memotong m.pectoralis minor untuk memperoleh
akses ke KGB level III) namun tetap mempertahankan m.pectoralis
mayor dan n.pectoralis lateral.
4) Breast Conserving Surgery (BCS) memerlukan reseksi lesi kanker
primer dengan margin jaringan yang tampak sehat, terapi radiasi
adjuvan, dan penilaian status KGB regional.
5) Pembedahan rekonstrutif payudara dan dinding dada dapat menjadi
pilihan pada kasus di mana terjadi pengangkatan jaringan kulit dan
subkutan yang masif dengan tetap mengutamakan penutupan luka dan
penyembuhan yang baik.

2.1.6 Prognosis
Mulyani, N.S & Nuryani (2013) menyebutkan bahwa prognosis cancer
mammae berdasarkan stadiumnya dibagi menjadi lima, yaitu :
1) Stadium I : 90%-80%
2) Stadium II : 70%-50%
3) Stadium III : 20%-11%
4) Stadium IV : 0%
5) Stadium Ca in situ : 96

2.1.7 Komplikasi
Komplikasi terjadi karena kanker ini bermetastasis melalui saluran limfe
(limfogen) ke paru-paru,tulang dan hati (Abdullah : 2011)

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang


1) Laboratorium

7
a. Morfologi sel darah b.
b. Laju endap darah
c. Tes faal hati
d. Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum
atau plasma
e. Pemeriksaan sitologik
f. Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian cairan
yang keluar spontan dari putting payudar, cairan kista atau cairan
yang keluar dari ekskoriasi
2) Mammagrafi
Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk mendeteksi
secara dini.Memperlihatkan struktur internal mammae untuk
mendeteksi kanker yang tidak teraba atau tumor yang terjadi pada
tahap awal.Mammografi pada masa menopause kurang bermanfaat
karean gambaran kanker diantara jaringan kelenjar kurang tampak.
3) Ultrasonografi
Biasanya digunakan untuk mndeteksi luka-luka pada daerah padat
pada mammae ultrasonography berguna untuk membedakan tumor
sulit dengan kista.kadang-kadang tampak kista sebesar sampai 2 cm.
4) Thermography
Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal; dari mammae
atau mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas
karena peningkatan suplay darah dan penyesuaian suhu kulit yang
lebih tinggi.
5) Xerodiography
Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara
pembuluh-pembuluh darah dan jaringan yang padat. Menyatakan
peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor.
6) Biopsi
Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau
ganas, dengan cara pengambilan massa. Memberikan diagnosa definitif

8
terhadap massa dan berguna klasifikasi histogi, pentahapan dan seleksi
terapi.
7) CT. Scan
Dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara pada
organ lain 8.
8) Pemeriksaan hematologi
Yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada
peredaran darah dengan sendimental dan sentrifugis darah
(Suryaningsih & Sukaca 2009).

2.2 CA Serviks
2.2.1 Definisi
Proses keganasan yang terjadi pada leher rahim, sehingga jaringan di
sekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya. Keadaan
tersebut biasanya disertai dengan adanya perdarahan dan pengeluaran cairan
vagina yang abnormal, penyakit ini dapat terjadi berulang-ulang. (F. Yatim 2005)
Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks.Serviks
merupakan sepertiga bagian bawah uterus, berbentuk silindris, menonjol dan
berhubungan dengan vagina melalui ostium uteri eksternum. (Arends J. ESPEN
2014)

2.2.2 Etiologi
Penyebab Penyebab Kanker serviks tidak diketahui secara pasti. Menurut
Prayetni, (2007), beberapa faktor predisposisi kanker serviks antara lain yaitu:
a) HPV (Human Papilloma Virus) adalah virus penyebab kutil genetalia
(kondiloma akuminata) yang ditularkan melalui hubungan seksual. Varian
yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45 dan 56. Sekitar 90-99%
jenis kanker serviks disebabkan oleh HPV. Virus ini bisa ditransfer melalui
hubungan seksual dan bisa hadir dalam berbagai variasi.

9
b) Tembakau dalam rokok bisa menurunkan system kekebalan tubuh dan
mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV pada leher
rahim.
c) Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini. Semakin muda seorang
perempuan melakukan hubungan seks, maka semakin besar risiko untuk
terkena kanker serviks. Berdasarkan penelitian para ahli, perempuan yang
melakukan hubungan seks pada usia kurang dari 17 tahun mempunyai risiko
3 kali lebih besar daripada yang menikah pada usia lebih dari 20 tahun, selain
itu sperma yang mengandung komplemen histone dapat bereaksi dengan
DNA sel leher rahim. Sperma yang bersifat alkalis dapat menimbulkan
hiperplasia dan neoplasia sel leher rahim.
d) Perilaku seksual berganti pasangan seks akan meningkatkan penularan
penyakit kelamin. Risiko terkena kanker serviks menjadi 10 kali lipat pada
wanita yang mempunyai partner seksual 6 orang atau lebih.
e) Pemakaian pil KB. Penggunaan kontrasepsi oral dilaporkan meningkatkan
insiden NIS (Neoplasia Intraepitelial Kanker serviks) meskipun tidak
langsung. Diduga mempercepat perkembangan progresivitas lesi. Pemakaian
pil KB lebih dari 6 tahun meningkatkan risiko terjadinya Kanker serviks.
Penjelasan yang rasional atas fenomena ini adalah karena kontrasepsi oral
menginduksi eversi epitel kolumnar sehingga meningkatkan atipia pada
wanita, menurunkan kadar asam folat darah sehingga terjadi perubahan
megaloblastik sel epitel leher rahim dan dapat meningkatkan efek ekspresi
onkoprotein virus.
f) Suami yang tidak disirkumsisi. Telah diketahui bahwa frekuensi kanker
serviks pada wanita Yahudi jauh lebih rendah dibandingkan dengan wanita
kulit putih lainnya. Mereka menyangka bahwa persetubuhan dengan laki-laki
yang tidak disirkumsisi lebih banyak menyebabkan Kanker serviks karena
hygiene penis tidak terawat, di mana terdapat kumpulan-kumpulan sengama.

10
2.2.3 Manifestasi Klinis
Umumnya pasien tidak merasakan gejala kanker serviks jika masih pada
stadium awal.Gejalanya baru muncul saat sel kanker serviks sudah
menginvasi jaringan di sekitarnya sehingga ketika pasien mengetahuinya
kanker serviks sudah berada pada stadium lanjut.Gejala umum yang
dirasakan oleh penderita kanker serviks yaitu perdarahan vagina yang tidak
normal, perdarahan setelah bersenggama ataupun perdarahan setelah
menoupouse, dan keputihan.Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna
kekuning- kuningan, berbau, dan dapat bercampur dengan darah. Penderita
akan merasakann nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada
radang panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke awah, kemungkinan
terjadi hidronefrosis.Pada stadium lanjut, terjadi penurunan berat badan,
edema kaki, timbul iritasi kandung kemih dan rektum. (Darmawati, 2015)

2.2.4 Patofisiologi
Jaringan yang normal mengandung sel- sel yang matang (matur) dalam
jumlah yang banyak. Sel- sel matang yang banyak ini mempunyai
karakteristik, besar, dan bentuk yang sama. Mitosis adalah pembelahan satu
sel menjadi dua sel. Pada sisi yang normal, pembelahan ini terjadi dalam
proses yang teratur untuk memenuhi kebutuhan tubuh (misalnya pada trauma,
inflamasi, dan luka bedah). Pertumbuhan kanker merupakan salah satu bentuk
pertumbuhan yang tidak normal. Sel kanker tersebut akan melewati tiga
langkah perkembangan, yaitu insisi, promosi, dan progresi. (Maulana dan Heri
D.J, 2009)
Insisi (tahap awal) dimulai dengan sel- sel yang normal lalu mengadakan
kontak dengan karsinogen yaitu radiasi, bahan kimia, obat, dan virus.
Karsinogen tersebut menyebabkan kerusakan genetik yang ireversibel dan
proses ini disebut mutasi atau perubahan. Promosi (Tahap kedua) dapat
berlangsung selama beberapa tahun.Faktor- faktor promotor yaitu rokok,
penyalahgunaan alkohol, dan komponen makanan secara terus menerus
memengaruhi sel- sel yang sudah mengadakan mutasi atau perubahan.Faktor-

11
faktor promotor tersebut menambah perubahan struktur sel, sehingga
kecepatan mutasi spontan juga bertambah menyebabkan jumlah peningkatan
sel- sel tidak normal.Pada progresi (tahap akhir) 16 terjadi pertumbuhan yang
tidak terkendali dari tumor malignan yang dapat bermetastasis. (Noor dan Nur
Nasry, 2008)

2.2.5 Penatalaksanaan
Menurut F. Yatim 2005 Upaya pencegahan yang paling utama adalah
menghindarkan diri dari faktor risiko seperti:
a) Penggunaan kondom bila berhubungan seks dapat mencegah penularan
penyakit infeksi menular seksual
b) Menghindari merokok, kandungan nikotin dalam rokok pun dapat
mengakibatkan Kanker serviks,
c) Menghindari mencuci vagina dengan anti septik tidak dilakukan secara
rutin, kecuali bila ada indikasi infeksi yang membutuhkan pencucian
dengan antiseptik. Obat tersebut dapat membunuh kuman, termasuk
kuman bacillus doderlain di vagina yang mempertahankan pH vagina
d) Jangan pernah menaburi talk pada vagina yang terasa gatal atau
kemerahan, dikhawatirkan serbuk talk tersebut akan terserap masuk ke
dalam vagina dan lama kelamaan berkumpul kemudian mengendap
menjadi benda asing yang bisa berubah menjadi sel kanker
e) Diet rendah lemak. Diketahui bahwa timbulnya kanker berkaitan erat
dengan pola makan, lemak memproduksi hormon estrogen, dan
endometrium yang sering bersinggungan dengan hormon estrogen mudah
berubah menjadi kanker
f) Memenuhi kecukupan gizi tubuh terutama betakaroten, vitamin C, dan
asam folat. Ketiga zat ini dapat memperbaiki dan memperkuat mukosa
kanker serviks. Oleh karena itu, rajinlah mengkonsumsi wortel, buah-
buahan yang mengandung vitamin C dan makanan hasil laut
g) Hubungan seks terlalu dini, idealnya hubungan seks dilakukan setelah
perempuan benar-benar matang. Ukuran pematangan bukan hanya dilihat

12
dari datangnya menstruasi, tetapi juga bergantung pada pematangan sel-sel
mukosa yang terdapat di selaput kulit bagian dalam rongga tubuh. Sel-sel
mukosa akan matang setelah perempuan berusia 20 tahun ke atas, maka
hendaknya perempuan yang berumur di bawah 16 tahun tidak melakukan
hubungan seks, meskipun sudah menikah
h) Menghindari berganti-ganti pasangan karena berisiko kemungkinan
tertularnya penyakit kelamin semakin besar
i) Penggunaan estrogen, risiko terkena kanker serviks juga dialami oleh
perempuan yang terlambat menopause. Sebab rangsangan terhadap
endometrium lebih lama, sehingga endometrium sering terkena estrogen
dan kemungkinan munculnya kanker rahim
j) Sosial Ekonomi, masalah Kanker serviks banyak dijumpai pada golongan
sosial ekonomi rendah, hal ini karena faktor sosial ekonomi ada kaitannya
dengan gizi dan imun tubuh
(Prayetni, 2007) Ada pun cara metode-metode dalam deteksi dini pada
Kanker serviks antara lain yaitu:
a) Pap smear merupakan salah satu cara deteksi dini Kanker serviks, test ini
mendeteksi adanya perubahan-perubahan sel leher rahim yang abnormal,
yaitu suatu pemeriksaan dengan mengambil cairan pada leher rahim
dengan spatula kemudian dilakukan pemeriksaan dengan mikroskop.
b) Biopsi ini dilakukan untuk melengkapi hasil pap smear. Teknik yang
biasa dilakukan adalah punch biopsy yang tidak memerlukan anestesi dan
teknik cone biopsy yang menggunakan anestesi. Biopsi dilakukan untuk
mengetahui kelainan yang ada pada kanker serviks. Jaringan yang
diambil dari daerah bawah kanal servikal. Hasil biopsi akan memperjelas
apakah yang terjadi itu kanker invasif atau hanya tumor saja (Prayetni,
2007)
c) Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) tes merupakan alternatif skrining
untuk kanker serviks. Tes sangat mudah dan praktis dilaksanakan,
sehingga tenaga kesehatan non dokter ginekologi, bidan praktek dan lain-
lain.

13
2.2.6 Prognosis
Prognosis kanker serviks adalah buruk.Prognosis yang buruk tersebut
dihubungkan dengan 85-90 % kanker serviks terdiagnosis pada stadium invasif,
stadium lanjut, bahkan stadium terminal. Selama ini, beberapa cara dipakai
menentukan faktor prognosis adalah berdasarkan klinis dan histopatologis seperti
keadaan umum, stadium, besar tumor primer, jenis sel, derajat diferensiasi
Broders. Prognosis kanker serviks tergantung dari stadium penyakit. Umumnya,
5-years survival rate untuk stadium I lebih dari 90%, untuk stadium II 60-80%,
stadium III kira - kira 50%, dan untuk stadium IV kurang dari 30% . (M.N. Bustan
2007)

2.2.7 Komplikasi
(Kartikawati E. 2013) Komplikasi bisa muncul akibat pengobatan, atau
karena kanker serviks yang sudah memasuki tahap akhir. Beberapa komplikasi
yang mungkin muncul akibat pengobatan kanker serviks antara lain:
a) Penyempitan vagina
b) Limfedema atau penumpukan cairan tubuh
c) Perdarahan berlebih
d) Fistula

2.2.8 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan klinik ini meliputi inspeksi, kolposkopi, biopsi serviks,
sistoskopi, rektoskopi, USG, BNO -IVP, foto toraks dan bone scan , CT scan atau
MRI, PET scan. Kecurigaan metastasis ke kandung kemih atau rektum harus
dikonfirmasi dengan biopsi dan histologik.Konisasi dan amputasi serviks
dianggap sebagai pemeriksaan klinik.Khusus pemeriksaan sistoskopi dan
rektoskopi dilakukan hanya pada kasus dengan stadium IB2 atau lebih. (Crowin
dan Elizabeth J. 2007)

14
PATHWAY KANKER PAYUDARA (CA MAMAE)
Virus
Mekanisme hormonal
Genetik
Invasi virus pada
Ketidakseimbangan hormon air susu ibu (ASI)
Mutasi gen estrogen dan progesteron
Proliferasi massa
Terbentuk mekanisme autokrin abnormal pada sel
perkembangan sel kanker payudara

Gangguan proliferasi jaringan


epitel dan sistem duktal
mastektomi
Merusak Invasi pada
jaringan stroma Hyperplasia pada sel
jaringan epitel dan
sistem duktal Dx.Gangguan Citra Tubuh
infamasi Pelepasan
mediator kimia
Perubahan
struktur payudara
Nosiseptor
menerima
rangsangan Adanya masa dan teraba
benjolan payudara
Rangsangan diteruskan
kekorteks serebri
Benjolan pecah Retraksi kulit
Kulit melekat ke
payudara/berkerut
jaringan dibawahnya
Persepsi nyeri secara tidak normal
ulserasi 15
dikirimkan kejaringan
yang rusak Dx.Gangguan Integritas
Kulit/jaringan
Dx.Nyeri akut Dx.Risiko infeksi
PATHWAY KANKER SERVIKS
Virus HPV Faktor-faktor resiko

Kanker Serviks

Epitel endoserviks
&eksoserviks terdesak

Displasia

Karsinoma invasif
Pelepasan mediator
kimia
Penebalan sel
epitel
Terbentuk lesi Nosiseptor
Eksofitik
menerima
infamasi rangsangan
Dari SSK ke lumen vagina Endofitik
Rangsangan diteruskan
Dari SSK kedalam stroma kekorteks serebri
Keputihan,bau busuk
serviks
Persepsi nyeri dikirimkan
Dx.HDR Meluas Merusak
Mengadakan infasi kejaringan yang rusak
situasional kejaringan jaringan
Dinding
pembuluh
Perdaraha Dx. Nyeri Akut
terdesak Kepembuluh limfe dan fena16 ulkus
n

Dx.Hipovolemia Dx Risiko Infeksi


BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1 PengkajianCarsinoma Mammae
3.1.1 Konsep Asuhan Keperawatan pada Cancer Mammae
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap pengumpulan data yang berhubungan dengan
pasien secara sistematis. Menurut Wijaya & Putri (2013), data yang dikaji
pada pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui riwayat
kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan laboraturium dan diagnostik, serta
review catatan sebelumnya. Langkah-langkah pengkajian yang sistematik
adalah pengumpulan data, sumber data, klasifikasi data, analisa data dan
diagnose keperawatan.
a. Identitas
Meliputi data pasien dan data penanggung-jawab, seperti nama,
umur (50 tahun ke atas), alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, nomor
medical record.
b. Keluhan utama adanya benjolan pada payudara, sejak kapan, riwayat
penyakit (perjalanan penyakit, pengobatan yang telah diberikan), faktor
etiologi/ resiko.
c. Konsep diri mengalami perubahan pada sebagian besar klien dengan
cancer mammae.
d. Pemeriksaan klinis
Mencari benjolan karena organ payudara dipengaruhi oleh factor
hormon antara lain estrogen dan progesteron, maka sebaiknya pemeriksaan
ini dilakukan saat pengaruh hormonal ini seminimal mungkin/ setelah
menstruasi ± 1 minggu dari hari akhir menstruasi. Klien duduk dengan
tangan jatuh ke samping dan pemeriksa berdiri didepan dalam posisi yang
sama tinggi.
e. Inspeksi
1) Simetri (sama antara payudara kiri dan kanan.

17
2) Kelainan papilla. Letak dan bentuk, adakah putting susu, kelainan kulit,
tanda radang, peaue d’ orange, dimpling ulserasi, dan lain-lain.
f. Palpasi
1) Klien berbaring dan diusahakan agar payudara tersebar rata atas
lapangan dada, jika perlu punggung diganjal bantal kecil.
2) Konsistensi, banyak, lokasi, infiltrasi, besar, batas dan operabilitas.
3) Pembesaran kelenjar getah bening (kelenjar aksila).
4) Adanya metastase nodus (regional) atau organ jauh
5) Stadium kanker (system TNM UICC)
g. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang klinis
1) Pemeriksaan radiologist
a) Mammografi/ USG Mamma
b) X-foto thoraks
c) Kalau perlu galktografi, tulang-tulang, USG abdomen, bone scan,
CT scan.
2) Pemeriksaan laboraturium
a) Darah lengkap, urin
b) Gula darah puasa dan 2 jpp
c) Enxym alkali sposphate, LDH
d) CEA, MCA, AFP
e) Hormon reseptor ER, PR
f) Aktivitas estrogen/ vaginal smear.
3) Pemeriksaan sitologis
a) FNA dari tumor.
b) Cairan kista dan efusi pleura.
c) Sekret puting susu, ditemukannya cairan abnormal seperti darah
atau nanah.

18
3.1.2 Analisa Data Carsinoma Mammae

DATA ETIOLOGI MASALAH


Terbentuk mekanisme autokrin
Gejala dan Tanda Mayor perkembangan sel kanker Dx. Nyeri akut
Subjektif: payudara (D.0077)
1. Mengeluh nyeri
Gangguan proliferasi jaringan
Objektif : epitel dan sistem duktal
1. Tampak
meringis Hyperplasia pada sel jaringan
epitel dan sistem duktal
Kondisi kinis tekait
1. infeksi Invasi pada stroma

Merusak jaringan

inflamasi

Pelepasan mediator kimia

Rangsangan diteruskan ke
korteks serebri

Persepsi nyeri dikirimkan


kejaringan yang rusak

Dx.Nyeri akut

19
Faktor Risiko : Terbentuk mekanisme autokrin Dx.Risiko
1. Peningkatan paparan perkembangan sel kanker Infeksi (0142)
organisme patogen payudara
lingkungan
2. Kerusakan intergritas Gangguan proliferasi jaringan
kulit epitel dan sistem duktal
3. Merokok
Kondisi Klinis Terkait Hyperplasia pada sel jaringan
1. Kanker epitel dan sistem duktal

Perubahan struktur payudara

Adanya masa dan teraba


benjolan payudara

Benjolan pecah

ulserasi

Dx.Risiko Infeksi

Gejala dan Tanda Mayor Terbentuk mekanisme autokrin Dx.Gangguan


Objektif : perkembangan sel kanker Integritas
1. Kerusakan jaringan payudara Kulit/jaringan
dan/ lapisan kulit (D.0129)
Gangguan proliferasi jaringan
Gejala dan Tanda Minor epitel dan sistem duktal
Objektif :
1. nyeri Hyperplasia pada sel jaringan
2. kemerahan epitel dan sistem duktal

20
3. hematoma
Perubahan struktur payudara

Adanya masa dan teraba


benjolan payudara

Kulit melekat ke jaringan


dibawahnya secara tidak normal

Retraksi kulit payudara/berkerut

Dx.Gangguan Integritas
Kulit/jaringan

Gejala dan Tanda Mayor Dx.Gangguan


Objektif : Terbentuk mekanisme autokrin Citra Tubuh
1. fungsi/struktur perkembangan sel kanker (D.0129)
tubuh payudara
berubah/hilan
Gangguan proliferasi jaringan
Gejala dan Tanda Minor epitel dan sistem duktal
Subjektif:
1. mengungkapkan Hyperplasia pada sel jaringan
kekhawatiran pada epitel dan sistem duktal
penolakan/reaksi
orang lain Perubahan struktur payudara
Objektif :
1. menghindari Adanya masa dan teraba
melihat dan/atau benjolan payudara
menyentuh
bagian tubuh mastektomi

21
Kondisi Klinis Terkait Dx.Gangguan Citra Tubuh
1. mastektomi

22
3.1.3 Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC RASIONAL
1. Nyeri akut (D.0077)  Kontrol Nyeri : Manajemen Nyeri Rasional
Tindakan pribadi untuk mengontrol Observasi :
Kategori : Psikologis nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Untuk mengetahui tentang
komprehensif yang meliputi penyebab atau stimulus-
Subkategori : Nyeri dan  Tingkat Nyeri : lokasi, karakteristik, stimulus nyeri , kualitas
ketidaknyamanan Keparahan dari nyeri yang diamati onset/durasi, frekuensi kualitas, nyeri seperti tajam, tumpul,
atau dilaporkan intensitas atau beratnya nyeri tertusuk, berpindah-pindah
Definisi : atau tertekan benda berat,
Pengalaman sensorik atau  Status Tanda-Tanda Vital : untuk mengetahui lokasi
emosional yang berkaitan Tingkat suhu, nadi, pernapasan dan terjadinya nyeri dan tingkat
dengan kerusakan jaringan tekanan darah dalam rentang keparahan nyeri.
actual atau fungsional, dengan normal 2. Observasi adanya petunjuk 2. Untuk mengetahui adanya
onset mendadak atau lambat nonverbal mengenai ketidaknyamanan yang
dan berintensitas ringan Tujuan : ketidaknyamanan terutama dirasakan klien melalui
hingga berat yang Setelah dilakukan tindakan pada mereka yang tidak dapat bahasa tubuh yang
berlangsung kurang dari 3 keperawatan dalam waktu ......x24 berkomunikasi secara efektif. disampaikan, adanya
bulan. peningkatan TD dan nadi,

23
jam diharapkan nyeri akut teratasi gelisah, merintih dan
Gejala dan tanda mayor dengan kriteria hasil : menggelepar.
Subjektif  Nyeri berkurang atau hilang Mandiri :
1. Mengeluh Nyeri  Pasien tampak rileks 3. Ajarkan penggunaan teknik 3. Untuk merilekskan
Objektif non farmakologi yaitu teknik ketegangan otot yang dapat
1. Tampak Meringis relaksasi napas dalam menunjang nyeri.Relaksasi
2. Bersikap Protektif adalah sebuah keadaan
(mis, waspada, posisi dimana seseorang terbebas
menghindari nyeri) dari tekanan dan
3. Gelisah kecemasan atau
4. Frekuensi nadi kembalinya keseimbangan
meningkat (equilibrium) setelah
5. Sulit tidur terjadinya
gangguan.Tujuan dari
Gejala dan tanda minor teknik relaksasi adalah
Subjektif : (tidak tersedia) mencapai keadaan
Objektif relaksasi menyeluruh,
1. Tekanan darah mencakup keadaan
meningkat relaksasi secara fisiologis,

24
2. Pola napas berubah secara kognitif, dan secara
3. Nafsu makan berubah behavioral. Secara
4. Proses berpikir fisiologis, keadaan
terganggu relaksasi ditandai dengan
5. Menarik diri penurunan kadar epinefrin
6. Berfokus pada diri dan norepinefrin dalam
sendiri darah, penurunan frekuensi
7. Diaforesis denyut jantung (sampai
mencapai 24 kali per
Kondisi Klinis Terkait menit), penurunan tekanan
1. Kondisi pembedahan darah, penurunan frekuensi
2. Cedera traumatis nafas (sampai 4-6 kali per
3. Infeksi menit), penurunan
4. Sindrom koroner akut ketegangan otot,
Glaukoma metabolisme menurun,
vasodilatasi dan
peningkatan temperatur
pada extermitas.
4. Berikan individu penurun nyeri 4. Obat analgesik adalah obat

25
yang optimal dengan peresepan yang dapat mengurangi
analgesik atau menghilangkan rasa
nyeri dan akhirnya akan
memberikan rasa nyaman
pada orang yang
menderita. Obat-obatan
dalam kelompok ini
memiliki target aksi pada
enzim, yaitu enzim
siklooksigenase (COX).
COX berperan dalam
sintesis mediator nyeri,
salah satunya adalah
prostaglandin. Mekanisme
umum dari analgetik ini
adalah mengeblok
pembentukan prostaglandin
dengan jalan menginhibisi
enzim COX

26
5. Kendalikan faktor lingkungan 5. Untuk mencegah timbulnya
yang dapat mempengaruhi nyeri yang disebabkan oleh
respon pasien terhadap suhu. Suhu dapat
ketidaknyamanan misalnya merangsang nyeri. Sinyal
suhu nyeri tajam yang cepat
dirangsang oleh stimuli
mekanik atau suhu. Sinyal
ini dijalarkan melalaui
saraf perifer ke medula
spinalis oleh serabut-
serabut kecil tipe Aδ pada
kecepatan penjalaran
antara 6 – 30 m/s.
Health Education :
6. Berikan informasi mengenai 6. Meningkatkan kemampuan
nyeri, seperti penyebab nyeri , pasien mengenai nyeri,
berapa lama nyeri akan penyebab nyeri, lamanya
dirasakan dan penanganannya nyeri dan penanganan
ketika nyeri timbul

27
Pemberian Analgesik
Observasi :
7. Monitor tanda vital sebelum 7. Untuk mengetahui apakah
dan setelah memberikan terjadi perubahan tanda-
analgesik narkotika pada tanda vital setelah
pemberian dosis pertama kali pemberian analgesik
narkotika
8. Evaluasi keefektifan analgesik 8. Untuk mengetahui
dengan interval yang teratur keefektifan dari pemberian
pada pasien setelah pemberian analgesik dengan
khusunya setelah pemberian melakukan pengecekan
pertama kali secara teratur sesuai
dengan interval waktu yang
ada,
Mandiri :
9. Tentukan lokasi, karakteristik, 9. Untuk menentukan terapi
kualitas sebelum mengobati yang sesuai dengan nyeri
pasien yang dirasakan pasien

28
10. Cek adanya riwayat alergi 10. Untuk mengetahui apakah
obat ada riwayat alergi sehingga
dapat mencegah pemberian
obat yang tidak sesuai untuk
pasien
11. Ajarkan tentang penggunaan 11. Agar pasien dapat
analgesik, strategi untuk mengetahui atau paham
menurunkan efek samping, bagaimana penggunaan
dan harapan terkait dengan analgesik, apabila terjadi
keterlibatan dalam keputusan efek samping dengan
pengurangan nyeri adanya informasi yang
diberikan pasien dapat
mengetahui bagaimana
menurunkan efek samping
Kolaborasi :
12. Kolaborasikan dengan dokter 12. Untuk meminimalkan
apakah obat, dosis, rute resiko yang tidak di
pemberian, atau perubahan inginkan dari pemberian
interval dibutuhkan, buat analgesik

29
rekomendasi khusus
berdasarkan prinsip analgesik

2. Resiko Infeksi (0142) NOC NIC Rasional


1. Keparahan Infeksi: Kontrol infeksi Kontrol Infeksi
Kategori : lingkungan Keparahan tanda dan gejala Mandiri : Mandiri :
infeksi 1. Anjurkan pasien mengenai 1. meminimalisir terjadinya
Subkategori : keamanan dan 2. Kontrol Resiko: teknik mencuci tangan dengan resiko infeksi nosokomia
proteksi Tindakan pribadi unruk benar
mengontrol nyeri 2. Pastikan teknik perawatan 2. untuk mencegah terjadinya
Definisi : beresiko mengalami luka yang tepat infeksi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan
peningkatan terserang organisme 3. Berikan terapi antibiotiki yang 3. Pemberian antibiotika
keperawatan dalam waktu….x24 jam
patogenik sesuai bertujuan agar penyebaran
kerusakan risiko infeksi dapat diatasi
infeksi tidak terjadi
dengan
Faktor Risiko
Kriteria hasil :
1. Penyakit kronis Health Education: Health Education
Keparahan infeksi
2. Efek prosedur invasif 4. Ajarkan pasien dan keluarga 4. mengenali infeksi secara dini
1.Kemerahan (4)
3. Malnutrisi mengenai tanda dan gejala dan memudahkan klien
2.Demam (4)
4. Peningkatan paparan infeksi dan kapan harus ketika terjadi nyeri.
3.Nyeri (4)

30
organisme patogen Ket : melaporkannya kepada
lingkungan 1. Berat (1) penyedia perawatan kesehatan
5. Ketidakadekuatan pertahanan 2. Cukup berat (2) 5. Ajarkan pasien dan anggota 5. Untuk meningkatkan
tubuh primer: 3. Sedang (3) keluarga mengenai bagaimana penyembuhan dan
a. Gangguan peristaltik 4. Ringan (4) menghindari infeksi menghindari infeksi pada
b. Kerusakan integritas kulit 5. Tidak ada(5) klien
c. Perubahan sekresi pH
d. Penurunan kerja siliaris Kontrol Infeksi Perlindungan Infeksi Perlindungan infeksi
e. Ketuban pecah lama 1. Mengenali kapan nyeri terjadi (4) Observasi : observasi
f. Ketuban pecah sebelum 2. Menggunakan analgesik yang 6. Monitor adanya tanda dan 6. Mencegah terjadinya
waktunya direkomendasikan (4) gejala infeksi sistemik dan komplikasi lebih berat yang
g. Merokok 3. Melaporkan gejala yang tidak lokal diakibatkan infeksi bakteri
h. Statis cairan tubuh terkontrol pada profesional patogen
6. Ketidakadekuatan pertahanan kesehatan(5)
tubuh sekunder: ket : Mandiri : Mandiri:
a. Penurunan hemoglobin 1. Tidak pernah menunjukkan 7. Anjurkan instirahat 7. Untuk meminimalisir
b. Imunosupresi 2. Jarang menunjukkan terjadinya produksi panas
c. Leukopenia 3. Kadang-kadang menunjukkan yang dihasilkan tubuh
d. Supresi respon inflamasi 4. Sering menunjukkan 8. Instruksikan pasien untuk 8. Agar infeksi tidak menyebar

31
e. Vaksinasi tidak adekuat 5. Secara konsisten menunjukkan minum antibiotik yang kemana-mana
diresepkan
Kondisi Klinis terkait:
1. AIDS Health Education Health Education
2. Luka bakar 9. Ajarkan pasien dan keluarga 9. Agar pasien dan keluarga
3. Penyakit paru obstruksi pasien mengenai perbedaan- mampu mengetahui
kronis perbadaan antara infeksi-infeksi perbedaan-perbedaan antara
4. Diabetes melitus virus dan bakteri infeksi virus, dan bakteri.
5. Tindakaninvasif 10. Ajarkan pasien dan 10. Agar pasien dan keluarga
6. Kondisi penggunaan terapi anggota keluarga bagaimana dapat mengetahui serta dapat
steroid cara menghindari infeksi mencegah terjadinya infeksi.
7. Penyalahgunaan obat
8. Ketuban pecah sebelum
waktunya (KPSW)
9. kanker
10. gagal ginjal
11. imunosupresi
12. lymphedema
13. leukositopenia

32
gangguan fungsi hati
3. Gangguan integritas kulit NOC NIC Rasional
(D.0129) 1. Integritas jaringan: kulit & Perawatan luka
membrane mukosa Observasi :
Kategori: Lingkungan Keutuhan struktur dan fungsi 1. Monitor karakteristik luka, 1. Untuk mengetahi
fisiologis kulit dan selaput lendir termasuk drainase, warna, karakteristik dari luka
Sub Kategori: Keamanan dan ukuran dan bau
proteksi 2. Respon Alergi : lokal 2. Bandingkan dan catat setiap 2. Untuk memantau
Keparahan respon imun perubahan luka perkembangan luka
Definisi: Kerusakan kulit hipersensitif terlokalisir terhadap
(dermis dan atau epidermis) atau suatu antigen luar spesifik Mandiri
jaringan (membran mukosa, 3. Bersihkan dengan normal 3. Agar tidak tidak terjadi iritasi
kornea, fasia, otot, tendon, 3. Perawatan diri: kebersihan saline atau pembersih yang pada luka
tulang, kartilago, kapsul sendi Tindakan seseorang untuk tidak beracun, dengan tepat
dan atau ligamen mempertahankan kebersihan diri 4. Reposisi pasien setidaknya 4. Untuk mengatasi tidak
dan menjaga penampilan secara setiap 2 jam, dengat tepat adanya penyumbatan aliran
Gejala dan Tanda Mayor mandiri dengan atau tanpa alat darah dalam waktu lama
Objektif : bantu 5. Dokumentasi lokasi luka, 5. Sebagai bahan acuan untuk
1. Kerusakan jaringan dan/atau Tujuan : setelah dilakukan tindakan ukuran, dan tampilan melakukan intervensi

33
lapisan kulit keperawatan dalam waktu….x24 jam selanjutnya
kerusakan integritas kulitb dapat
Gejala dan Tanda Minor diatasi dengan Kriteria Hasil : Health Education
Objektif : 1. Gatal-gatal yang dialami klien 6. Anjurkan pasien atau anggota 6. Untuk menambah wawasan

1. Nyeri teratasi keluarga pada prosedur pasien atau anggota

2. Perdarahan Berkurangnya kemerahan pada perawatan luka keluarganya dalam

3. Kemerahan daerah selangkangan menangani perawatan luka

Hematoma 7. Anjurkan pasien dan keluarga 7. Agar keluarga dapat

untuk mengenal tanda dan melaporkan atau mencegah

gejala infeksi kemungkinan terjadinya


infeksi

Kolaborasi
8. Oleskan salep yang sesuai 8. Untuk mengembangkan

dengan kulit/lesi rencana perawat dengan


orang-orang terdekatnya

Control infeksi
Mandiri
9. Pakai pakaian ganti atau jubah 9. Untuk mencegah terjadinya

34
saat menangani bahan-bahan infeksi/ penularan
yang infeksius

Health educaton
10. Anjurkan pasien mengenai 10. Untuk mencegah terjadinya
teknik mencuci tangan dengan infeksi
tepat
11. Ajarkan pada pasien dan 11. Agar klien dan keluarganya
keluarga mengenai tanda dan dapat mengetahui hal-hal
gejala infeksi dan kapan harus yang dapat menimbulkan
melaporkannya kepada adanya infeksi
penyedia perawatan kesehatan

35
4. Gangguan Citra Tubuh (0083) NOC NIC Rasional
1. Citra tubuh: Peningkatan Citra Tubuh
Kategori : psikologis persepsi terhadap penampilan Mandiri
dan fungsi tubuh sendiri 1. Bantu pasien untuk 1. Agar pasien mengetahui
Subkategori : integritas ego mendiskusikan perubahan- perubahan yang diakibatkan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan
perubahan disebakan adanya oleh penyakit
keperawatan dalam waktu….x24 jam
Definisi : perubahan persepsi penyakit atau dengan cara
Gangguang citra tubuh dapat diatasi
tentang penampilan, struktur dan yang tepat
dengan Kriteria Hasil :
fungsi fisik individu 2. Bantu pasien untuk 2. untuk mengenali perubahan
1. Klien Sudah tidak merasa malu
mengidentifikasi tindakan- cinta diri dan realitas yang
Klien tidak memiliki perasaan
Gejala dan Tanda Mayor tindakan yang akan dialami pasien agar pasien
negatif terhadap perubahan tubuh
Subjektif : meningkatkan penampilan dapat meningkatkan
1. Mengungkapkan penampilannya
kecatatan/kehilangan bagian
tubuh Peningkatan Koping
Mandiri
Objektif : 3. Bantu pasien untuk 3. Agar pasien dapat
1. Kehilangan bagian tubuh menyelesaikan masalah menyelesaikan masalah
2. Fungsi/struktur tubuh dengan cara konstruktif dengan baik

36
berubah/hilang
4. Berikan suasana penerimaan 4. pasien dapat menerima
Gejala dan Tanda Minor kondisinya saat ini
Subjektif :
1. Tidak mau mengungkapkan 5. Dukung kemampuan 5. pasien dapat mengatasi
kecatatan/kehilangan bagian mengatasi situasi secara situasi yang dihadapinya
tubuh berangsur-angsur pasien dapat
2. Mengungkapkan perasaan
negative tentang perubahan
tubuh
3. Mengungkapkan
kekhawatiran pada
penolakan/reaksi orang lain
4. Mengungkapkan perubahan
gaya hidup

Objektif :
1. Menyembunyikan/menunjukk
an bagian tubuh secara

37
berlebihan
2. Menghindari melihat dan/atau
menyentuh bagian tubuh
3. Focus berlebihan pada
perubahan tubuh
4. Respond nonverbal pada
perubahan dan persepsi tubuh
5. Focus pada penampilan dan
kekuatan masa lalu
Hubungan sosial berubah

38
3.2 Pengkajian CA Serviks
3.2.1 Konsep Asuhan Keperawatan pada CA Serviks
1. Identitas klien
a) Umur: biasanya kanker serviks menyerang wanita denganumur 35-55
tahun
b) Pendidikan : berhubungan dengan semakin rendahnya pendidikan
membuat pasien beresiko tinggi terkena kanker karena tidak pernah
melakukan papsmear atau kurang informasi.
2. Keluhan utama
Pasien biasanya datang dengan keluhan nyeri intraservikal disertai dengan
keputihan meyerupai air, berbau, bahkan perdarahan.
3. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien pada stadium awal tidak merasakan keluhan yang
mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan timbul keluhan
seperti: perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intraservikal.
4. Riwayat penyakit dahulu
Data yang perlu dikaji adalah : Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi
masa nifas, riwayat operasi kandungan, serta adanya tumor. Riwayat keluarga
yang menderita kanker.
5. Riwayat penyakitkeluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yangmenderita penyakit
sepertiini atau penyakit menular lain.
6. Riwayat psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah
dan bagaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks.Kanker
serviks sering dijumpai pada kelompok sosial ekonomi yang rendah,
berkaitan erat dengan kualitas dan kuantitas makanan atau gizi yang dapat
mempengaruhi imunitas tubuh, serta tingkat personal hygiene terutama
kebersihan dari saluran urogenital.

39
3.2.2 Analisa Data CA Serviks

DATA ETIOLOGI MASALAH


Gejala dan Tanda Mayor Kanker Serviks Dx.
Objektif : Hipovolemia
1. Tekanan nadi menyempit Epitel endoserviks &eksoserviks (0023)
terdesak
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : Displasia
1. Merasa lemah
Karsinoma invasif
Kondisi kinis tekait
1. Trauma/perdarahan Penebalan sel epitel

Terbentuk lesi

Endofitik

Dari SSK kedalam stroma


serviks

Mengadakan infasi

Meluas kejaringan

Kepembuluh limfe dan fena

Dinding pembuluh terdesak

Perdarahan

40
Dx. Hipovolemia
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif: Kanker Serviks Dx. Nyeri akut
1. Mengeluh nyeri (D.0077)
Epitel endoserviks &eksoserviks
Objektif : terdesak
2. Tampak
meringis Displasia

Kondisi kinis tekait Karsinoma invasif


2. infeksi
Penebalan sel epitel

Terbentuk lesi

Endofitik

Dari SSK kedalam stroma


serviks

Mengadakan infasi

Merusak jaringan

inflamasi

Pelepasan mediator kimia

Rangsangan diteruskan ke
korteks serebri

41
Persepsi nyeri dikirimkan
kejaringan yang rusak

Dx.Nyeri akut
Faktor Risiko : Dx.Risiko
1. Peningkatan paparan Kanker Serviks Infeksi (0142)
organisme patogen
lingkungan Epitel endoserviks &eksoserviks
2. Kerusakan terdesak
intergritas kulit
3. Merokok Displasia
Kondisi Klinis Terkait
1.Kanker Karsinoma invasif
2. AIDS
Penebalan sel epitel

Terbentuk lesi

Endofitik

Dari SSK kedalam stroma


serviks

Mengadakan infasi

Merusak jaringan

ulkus

42
Dx.Risiko infeksi

Gejala dan Tanda Mayor Kanker Serviks Harga Diri


Subjektif : Rendah
-Merasa Epitel endoserviks &eksoserviks Situasional
malu/bersalah terdesak (D.0087)
-Menolak penilaian
positif tentang diri Displasia
sendiri
Objektif : Karsinoma invasif
2. Menolak
berinteraksi dengan Penebalan sel epitel
orang lain
3. Berjalan merunduk Terbentuk lesi
4. Postur tubuh
menunduk Eksofitik

Gejala dan Tanda Minor Dari SSK ke lumen vagina


Objektif :
4. Lesu dan tidak
bergairah Keputihan,bau busuk
5. Pasif
6. Tidak mampu
membuat keputusan Dx.Harga Diri Rendah

43
3.2.3 Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC RASIONAL


1. Hipovolemia (0023)  Keseimbanagan cairan Manejemen cairan Rasional
Kategori : Fisiologis Keseimbanagan cairan didalam OBSERVASI
Subkategori : nutrisi dan ruang intraseluler dan ekstraseluler 1. Monitor pemasukan cairan
1. Untuk mengetahui volume
cairan tubuh
cairan yang masuk dalam
Definisi:penurunan volume 2. Monitor status hidrasi
tubuh
cairan intravascular,intertisial,  Hidrasi 2. untuk mengetahui adanya
dan/ atau intraselular. [ketersediaan] air yang cukup tanda-tandadehidrasi dan
dalam kompartemen intraseluler mencegah syok
Gejala dan Tanda Mayor dan ekstraseluler tubuh hipovolemik
Objektif :
 Tekanan nadi menyempit Setelah dilakukan tindakan MANDIRI
keperawatan dalam waktu ….. x24 3. Berikan cairan yang tepat 3. Agar pasien tidak
Gejala dan Tanda Minor jam diharapkan hipovolemia dapat mengalami dehidrasi
Subjektif : teratasi dengan kriteria hasil : 4. Jaga intake/asupan yang
4. Membantu dalam
2. Merasa lemah 1. Tidak terjadi penempitan nadi akurat dan catat output
menganalisa keseimbangan
2. Kien tidak merasa lemah [pasien]
cairan dan derajat kekurang
Kondisi kinis tekait 3. Perdarahan pada kien cairan
 Trauma/perdarahan berkurang atau berhenti.

KOLABORASI
5. Untuk mengetahui dengan
5. Konsultasi dengan dokter
segera seberapa jauh
jika tanda-tanda dan gejala
perjalanan penyakit serta
dan gejalah volume cairan
mengetahui kelainan yang
menetap atau memburuk

44
terjadi.

Manajemen hipovolemi
OBSERVASI
6. Monitor asupan dan 6. Untuk mengetahui jumlah
pengeluaran masukan dan pengeluaran
cairan, pengeluaran cairan
yang banyak dari dalam
tubuh tanpa diimbangi
pemasukan cairan yang
menandai dapat berakibat
dehidrasi

MANDIRI
7. Hitung kebutuhan cairan 7. Agar cairan dapat masuk
didasarkan pada area ditubuh klien dengan
permukaan tubuh dan ukuran yang tepat, yang
ukuran tubuh telah ditentukan oleh
petugas. kebutuhan cairan
klien salah satu dasar
pengambilan keputusan
untuk memberikan cairan
tambahan dari luar
8. Dukung asupan cairan oral 8. Karena cairan berfungsi
(misalnya,berikan cairan untuk mengatur suhu
lebih dari 24 jam dan tubuh, melancarakan
berikan cairan dan peredaran darah,
makanan). membuang racun dan sisa

45
makanan.dan juga asupan
cairan yang baik untuk
menghindari terjadinya
dehidrasi

HEALT EDUCATION
9. Instruksikan pada pasien 9. Untuk mengumpulkan
dan/atau keluarga untuk
dan menganalisis data
mencatat intake, dan
output, dengan tepat pasien untuk mengatur
keseimbangan cairan.

2. Nyeri akut (D.0077) NOC NIC Rasional

Kategori : Psikologis  Kontrol Nyeri : Manajemen Nyeri


Tindakan pribadi untuk mengontrol Observasi : 1. Untuk mengetahui tentang
nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri
Subkategori : Nyeri dan penyebab atau stimulus-
komprehensif yang meliputi
ketidaknyamanan stimulus nyeri , kualitas
 Tingkat Nyeri : lokasi, karakteristik,
nyeri seperti tajam, tumpul,
Keparahan dari nyeri yang diamati onset/durasi, frekuensi kualitas,
Definisi : tertusuk, berpindah-pindah
atau dilaporkan intensitas atau beratnya nyeri
Pengalaman sensorik atau atau tertekan benda berat,
emosional yang berkaitan untuk mengetahui lokasi
dengan kerusakan jaringan  Status Tanda-Tanda Vital : terjadinya nyeri dan tingkat
actual atau fungsional, dengan Tingkat suhu, nadi, pernapasan dan keparahan nyeri.
onset mendadak atau lambat tekanan darah dalam rentang 2.Observasi adanya petunjuk 2. Untuk mengetahui adanya
normal nonverbal mengenai
dan berintensitas ringan ketidaknyamanan yang
ketidaknyamanan terutama
hingga berat yang dirasakan klien melalui

46
berlangsung kurang dari 3 Tujuan : pada mereka yang tidak dapat bahasa tubuh yang
bulan. Setelah dilakukan tindakan berkomunikasi secara efektif. disampaikan, adanya
keperawatan dalam waktu ......x24 peningkatan TD dan nadi,
Gejala dan Tanda Mayor jam diharapkan nyeri akut teratasi gelisah, merintih dan
Subjektif: dengan kriteria hasil : menggelepar.
1. Mengeluh nyeri 1. Kien tidak mengeuh nyeri
2. Klien tidak tampak Mandiri :
Objektif : meringis 3. Ajarkan penggunaan 3. Ketika seseorang
2. Tampak meringis teknik non farmakologi melakukan relaksasi
yaitu teknik relaksasi pernapasan untuk
Kondisi kinis tekait napas dalam mengendalikan nyeri, di
1. infeksi dalam tubuh tersebut
meningkatkan komponen
saraf parasimpatik secara
stimulan maka hormon
adrenalin dan kortisol yang
dapat menyebabkan stres
akan menurun sehingga
meningkatkan konsentrasi
serta merasa tenang untuk
mengatur napas sampai
pernapasan kurang dari 60 –
70 x/menit.
4. Kendalikan faktor 4. Untuk mencegah timbulnya
lingkungan yang dapat nyeri yang disebabkan oleh
mempengaruhi respon suhu. Suhu dapat
pasien terhadap merangsang nyeri. Sinyal
ketidaknyamanan nyeri tajam yang cepat

47
misalnya suhu dirangsang oleh stimuli
mekanik atau suhu. Sinyal
ini dijalarkan melalaui saraf
perifer ke medula spinalis
oleh serabut-serabut kecil
tipe Aδ pada kecepatan
penjalaran antara 6 – 30
m/s.

Health Education :
5. Berikan informasi 5. Meningkatkan pengetahuan
mengenai nyeri, seperti pasien mengenai nyeri,
penyebab nyeri, berapa penyebab nyeri, lamanya
lama nyeri akan dirasakan nyeri dan penanganan
dan penanganannya ketika nyeri timbul

Pemberian Analgesik
Observasi : 6. Untuk mengetahui apakah
6. Monitor tanda vital terjadi perubahan tanda-
sebelum dan setelah tanda vital setelah
memberikan analgesik pemberian analgesik
narkotika pada pemberian narkotika
dosis pertama kali

Mandiri :
7. Tentukan lokasi, 7. Untuk menentukan terapi
karakteristik, kualitas yang sesuai dengan nyeri
sebelum mengobati pasien yang dirasakan pasien

48
8. Cek adanya riwayat alergi 8. Untuk mengetahui apakah
obat ada riwayat alergi sehingga
dapat mencegah pemberian
obat yang tidak sesuai untuk
pasien

Kolaborasi : 9. Untuk meminimalkan resiko


9. Kolaborasikan dengan yang tidak di inginkan dari
dokter apakah obat, dosis, pemberian analgesik
rute pemberian, atau
perubahan interval
dibutuhkan, buat
rekomendasi khusus
berdasarkan prinsip
analgesik

3. Risiko Infeksi (0142) NOC NIC Rasional


Katergori : Lingkungan
Sub Kategori : Keamanan dan  Kontrol Risiko: Proses Infeksi
Kontrol Infeksi
Tindakan individu untuk Observasi
Proteksi 1. Membersihkan lingkungan
mengerti, mencegah, 1. Bersihkan lingkungan

49
Definisi : berisiko mengalami mengeliminasi, atau mengurangi dengan baik setelah dengan baik setelah
peningkatan terserang organisme ancaman terkena infeksi digunakan untuk setiap
digunakan untuk setiap
patogenik  Intergritas Jaringan : Kulit pasien
Faktor Risiko : dan Membran Mukosa pasien
1. Peningkatan paparan Keutuhan struktur dan fungsi
organisme patogen fisiologis kulit dan selaput lendir
lingkungan secara normal Mandiri
2. Kerusakan intergritas kulit 2. Anjurkan pasien mengenal 2. Menganjurkan pasien
3. Merokok  Perilaku Berhenti Merokok teknik mencuci tangan mengeal teknik mencuci
Kondisi Klinis Terkait Perilaku seseorang untuk dengan tepat tangan dengan tepat
3. Kanker berhenti merokok
Tujuan: Health Education
setelah dilakukan tindakan 3. Ajarkan pasien dan
keperawatan dalam waktu …… X 24 keluarga mengenali tanda 3. Mengajarkan pasien dan
jam diharapkan masalah Risiko dan gejala infeksi dan keluarga mengenali tanda
Infeksi berkurang dengan kapan harus dan gejala infeksi dan kapan
Kriteri Hasil: melaporkannya kepada harus melaporkannya
 Klien mengatakan Peningkatan penyedia perawatan kepada penyedia perawatan
paparan organisme patogen kesehatan kesehatan
lingkungan
sudah teratasi Kolaborasi
 Klien mengatakan kerusakan 4. berikan terapi antibiotik 4. Memberikan terapi antibiotik
kulit sudah berkurang yang sesuai yang sesuai
 Klien mengatakan sudah tidak
mengkomsumsi rokok Perlindungan Infeksi
Observasi
5. Monitor adanya tanda dan 5. Melihat adanya tanda dan
gejala infeksi sistemik dan gejala infeksi sistemik dan

50
lokal lokal pada pasien

Mandiri 6. Memeriksa kulit dan selaput


6. Periksa kulit dan selaput lendir untuk adanya
lendir untuk adanya kemerahan, kehangatan
kemerahan, kehangatan ekstrim, atau drainase
ekstrim, atau drainase 7. Memeriksa semua
pengunjung terkait dengan
7. Skrining semua pengunjung penyakit menular
terkait penyakit menular
8. Menginstruksikan pasien
Kolaborasi untuk minum obat antibiotik
8. Intruksikan pasien untuk yang diresepkan
minum obat antibiotik yang
diresepkan 9. Mengajarkan pasien dan
keluarga bagaimana cara
Health Education menghindari infeksi
9. Ajarkan pasien dan keluarga
bagaimana cara
menghindari infeksi

51
4. Harga Diri Rendah Situasional NOC NIC Rasional
(D.0087)
Kategori : Fisiologis  Harga Diri Peningkatan Harga diri
Penilaian harga diri Observasi
SubKategori : Respirasi 1. Menilai pernyataan pasien
sendiri 1. Monitor pernyataan pasien
Definisi : evaluasi perasaan mengenai harga diri
negatif terhadap diri sendiri atau  Koping
mengenai harga diri
Tindakan pribadi untuk 2. Tentukan kepercayaan diri
kemampuan klien sebagai 2.Menentukan kepercayaan diri
mengelola stres yang membebani pasien dalam hal penilaian diri
respon terhadap situasi saat ini. pasien dalam hal
kemampuan individu penilaian diri
Mandiri
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif :  Tingkat Kecemasan 3. bantu pasien untuk
Keperahan dan tingkat menemukan penerimaan diri
1. Merasa malu/bersalah 3. Membantu pasien untuk
ketakutan, ketegangan atau 4. bantu pasien untuk
2. Menolak penilaian positif menemukan penerimaan
kegelisahan yang berasal dari mengidentifikasi respon
tentang diri sendiri diri
sumber yang tidak dapat di positif dari orang lain
Objektif : 4. Membantu pasien untuk
1. Menolak berinteraksi dengan identifikasi mengidentifikasi respon
orang lain Tujuan : Setelah dilakukantindakan positif dari orang lain
2. Berjalan merunduk keperawatan selama … x24 health Education
jamHarga Diri Rendah Situasional 5. berikan pengalaman yang
3. Postur tubuh menunduk
dapat diatasi dengan : akan meningkatkan otonomi
Kriteria Hasil : pasien dengan tepat
Gejala dan Tanda Minor 5. Memberikan pengalaman
Objektif : 1. Klien mengatakan sudah bisa yang akan meningkatkan
berinteraksi dengan orang lain Peningkatan Koping
1. Lesu dan tidak bergairah otonomi pasien dengan
2. Klien mengatakan berjalan Mandiri
2. Pasif tepat
merunduk sudah teratasi 6. bantu pasien dalam
3. Tidak mampu membuat
3. Klien mengatakan postur tubuh mengidentifikasi respon
keputusan
yang merunduk sudah dpat positif dari orang lain
teratasi 7. mengenalkan pasien pada
6. Membantu pasien dalam
4. Klien mengatakan lesu dan tidak seseorang (atau kelompok)

52
bergairahnya sudah teratasi yang telah berhasil melewati mengidentifikasi respon
pegalaman yang sama positif dari orang lain
7. Memperkenalkan pasien
pada seseorang (atau
kelompok) yang telah
berhasil melewati
pegalaman yang sama

53
Daftar Pustaka

Nur Arif dan Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarakan Nanda
NICNOC. Edisi Revisi. Jilid 1 dan 2. Penerbit Buku Kedokteran
EGC:Jakarta.
Suryaningsih, Endang Koni & Sukaca, Bertiani Eka. 2009. Kupas Tunytas Kanker
Payudara. Yogyakarta : Paradigma Indonesia.
Brunner and Suddarth.(2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8
volume 2.Jakarta : EGC.
Torre LA, Bray F, Siegel RL, Ferlay J. Global Cancer Statistics , 2012. CA A
Cancer J Clin [Internet]. 2015;65(2):87–108. Available from:
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.3322/caac.21262/full
van Diest P, Buerger H, Kuijper A, van der Wall E. Breast Carcinogenesis. In:
Kuerer H, editor. Kuerer’s Breast Surgical Oncology. New York:
McGraw-Hill; 2010. p. 3–152.
Mulyani, Nina Siti & Nuryani. 2013. Kanker Payudara dan PMS pada
Kehamilan.Yogyakarta : Nuha Medika.
Romauli, Suryati & Vindari, Anna Vida.2011. Kesehatan Reproduksi untuk
Mahasiswi Kebidanan.Yogyakarta : Nugroho Medika.
Mulyani, Nina Siti & Nuryani. 2013. Kanker Payudara dan PMS pada
Kehamilan.Yogyakarta : Nuha Medika.
Asamris, Burmansyah, Tjindarbumi D, Achmad D, Dlildir D, Handojo D, et al.
Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara. In: Manuaba IBTW, editor.
Jakarta: Sagung Seto; 2010. p. 17–48.
Abdullah, A. (2011). Kanker Payudara. Diambil dari
http://medicastore.com/penyakit/1045/Kanker_Payudara.html. 13 Oktober 2017
Wijaya, Andra Saferi & Putri, Yessie Mariza. 2013. Keperawatan Medikal Bedah.
Bengkulu : Nuha Medika
http://eprints.ums.ac.id/25950/10 (diakses pada tanggal 9 desember pukul 03:00)

54
http://journal.stikessuakainsan.ac.id (diakses pada tanggal 9 desember pukul
07:33)

55
56

Anda mungkin juga menyukai