Anda di halaman 1dari 70

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit Ca Mammae
2.1.1 Definisi Ca Mammae
Kanker adalah kondisi kelainan pada jaringan organ tubuh berupa
tumbuhnya sel-sel abnormal secara cepat, dan akhirnya mengganggu kinerja
sel-sel normal. Sel yang mengalami abnormalitas ini bisa jadi sel organ
dalam, sel jaringan otot, sel tulang, sel otak, bahkan sel darah. Tidak ada satu
sel pun di dalam tubuh yang tidak memiliki kemungkinan terserang kanker.
Bahkan yang lebih mengerikan sel yang sudah mengalami penyimpangan
atau disebut sel kanker, dapat berpindah tempat mengikuti aliran darah dan
cairan limfa. Sehingga banyak kasus kanker yang menyerang di berbagai
tempat di tubuh manusia, bahkan berpindah tempat dalam waktu singkat.
(Nurcahyo, 2010).
Kanker payudara atau istilah medisnya Carsinoma Mammae adalah
momok pembunuh kedua bagi kaum wanita Indonesia setelah kanker rahim
(Nurcahyo, 2010). Kanker payudara terjadi karena terganggunya system
pertumbuhan di dalam jaringan payudara. Carcinoma mammae merupakan
gangguan dalam pertumbuhan sel normal mammae dimana sel abnormal
timbul dari sel-sel normal, berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan
limfe dan pembuluh darah. (Nurarif & Kusuma, 2015)
2.1.2 Etiologi Ca Mammae
Tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara, sebaliknya
serangkaian factor genetic, hormonal dan kemungkinan kejadian lingkungan
dapat menunjang terjadinya kanker ini. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun
untuk tumbuh dari satu sel menjadi massa. Hormone steroid yang dihasilkan
oleh ovarium juga berperan dalam pembentukan kanker payudara (estradiol
dan progesterone mengalami perubahan dalam lingkungan seluler). (Nurarif
& Kusuma, 2015).
Factor-faktor risiko timbulnya Ca Mammae menurut Brunner &
Sudarth, 2015 :
1. Riwayat pribadi tentang kanker payudara. Risiko mengalami kanker
payudara sebelahnya meningkat hampir 1% setiap tahun.
2. Anak perempuan atau saudara perempuan (hubungan keluarga langsung)
dari wanita dengan kanker payudara. Risikonya meningkat dua kali jika
ibunya terkena kanker sebelum berusia 60 tahun, risiko meningkat 4
sampai 6 kali jika kanker payudara terjadi pada dua orang saudara
langsung.
3. Menarke dini. Risiko kanker payudara meningkat pada wanita yang
mengalami menstruasi sebelum usia 12 tahun.
4. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama. Wanita
yang mempunyai anak pertama setelah usia 30 tahun mempunyai risiko
dua kali lipat untuk mengalami kanker payudara dibanding dengan
wanita yang mempunyai anak pertama mereka pada usia 20 tahun.
5. Menopause pada usia lanjut. Menopause setelah usia 50 tahun
meningkatkan risiko untuk mengalami kanker payudara. Dalam
perbandingan, wanita yang telah menjalani ooferoktomi bilateral
sebelum usia 35 tahun mempunyai risiko sepertiganya.
6. Riwayat penyakit payudara jinak. Wanita yang mempunyai tumor
payudara disertai perubahan epitel proliferative mempunyai risiko dua
kali lipat untuk mengalami kanker payudara, wanita dengan hyperplasia
tipikal mempunyai risiko empat kali lipat untuk mengalami penyakit ini.
7. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum
usia 30 tahun berisiko hampir dua kali lipat.
8. Obesitas-risiko terendah diantara wanita pascamenopause.
Bagaimanapun, wanita gemuk yang didiaganosa penyakit ini
mempunyai angka kematian lebih tinggi yang paling sering
berhubungan dengan diagnosis yang lambat.
9. Kontrasepsi oral. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral berisiko
tinggi untuk mengalami kanker payudara. Bagaimanapun, risiko tinggi
ini menurun dengan cepat setelah penghentian medikasi.
10. Terapi penggantian hormone. Wanita yang berusia lebih tua yang
menggunakan estrogen suplemen dan menggunakannya untuk jangka
panjang (lebih dari 10 sampai 15 tahun) dapat mengalami peningkatan
risiko. Sementara penambahan progesterone terhadap penggantian
estrogen meningkatkan insidens kanker endometrium, hal ini tidak
menurunkan kanker payudara.
11. Masukan alkohol. Sedikit peningkatan risiko ditemukan pada wanita
yang mengonsumsi bahkan dengan hanya sekali minum dalam sehari. Di
Negara dimana minuman anggur dikonsumsi secara teratur misal
Prancis dan Itali, angkanya sedikit lebih tinggi. Beberapa temuan riset
menunjukkan bahwa wanita muda yang minum alkohol lebih rentan
untuk mengalami kanker payudara pada tahun-tahun terakhirnya.
Beberapa factor risiko seperti usia dan ras, tidak dapat diganggu gugat.
Namun, beberapa risiko dapat dimodifikasi khususnya yang berkaitan
dengan lingkungan dan perilaku. Seperti kebiasaan merokok, minum alkohol
dan pengaturan pola makan. Risiko seorang wanita menderita kanker
payudara dapat berubah seiring dengan waktu. (Astrid Savitri, dkk.,2015).
2.1.3 Patofisiologi Ca Mammae
Untuk dapat menegakkan diagnosa kanker dengan baik, terutama
untuk melakukan pengobatan yang tepat, diperlukan pengetahuan tentang
proses terjadinya kanker dan perubahan strukturnya. Tumor atau neoplasma
merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri proliferasi yang
berlebihan dan tak berguna, yang tak mengikuti pengaruh jaringan
sekitarnya. Proliferasi abnormal sel kanker akan mengganggu fungsi jaringan
normal dengan menginfiltrasi dan memasukinya dengan cara menyebarkan
anak sebar ke organ-organ yang jauh. Di dalam sel tersebut telah terjadi
perubahan secara biokimia terutama dalam intinya. Hampir semua tumor
ganas tumbuh dari suatu sel yang mengalami transformasi
maligna dan berubah menjadi sekelompok sel ganas di antara sel normal
(Wijaya dan Putri, 2013).
Sel kanker dapat menyebar melalui aliran pembuluh darah dan
permeabilitas kapiler akan terganggu sehingga sel kanker dapat
berkembang pada jaringan kulit. Sel kanker tersebut akan terus
menginfiltrasi jaringan kulit, menghambat dan merusak pembuluh darah
kapiler yang mensuplai darah ke jaringan kulit. Akibatnya jaringan dan
lapisan kulit akan mati (nekrosis) kemudian timbul luka kanker. Jaringan
nekrosis merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri, baik
bakteri aerob atau anaerob. Bakteri tersebut akan menginfeksi dasar luka
kanker sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu, sel kanker
dan proses infeksi itu sendiri akan merusak permeabilitas kapiler kemudian
menimbulkan cairan luka (eksudat) yang banyak. Cairan yang banyak
dapat menimbulkan iritasi sekitar luka dan juga gatal-gatal. Pada jaringan
yang rusak dan terjadi infeksi akan merangsang pengeluaran reseptor nyeri
sebagai respon tubuh secara fisiologis, akibatnya timbul gejala nyeri yang
hebat. Sel kanker itu sendiri juga merupakan sel imatur yang bersifat rapuh
dan merusak pembuluh darah kapiler yang menyebabkan mudah
pendarahan. Adanya luka kanker, bau yang tidak sedap dan cairan yang
banyak keluar akan menyebabkan masalah psikologis pada pasien.
Akhirnya, pasien cenderung merasa rendah diri, mudah marah atau
tersinggung, menarik dini dan membatasi kegiatannya. Hal tersebut yang
akan menurunkan kualitas hidup pasien kanker (Astuti, 2013).
2.1.4 Pathway Ca Mammae

Gambar 2.1 : Pathway Ca Mammae (Sumber : Nurarif dan Kusuma, 2015)


2.1.5 Manifestasi Klinis Ca Mammae
Tanda Ca Mammae kini mempunyai ciri fisik yang khas, mirip pada
tumor jinak, massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk bulat dan elips. Gejala
carcinoma kadang tak nyeri, kadang nyeri, adanya keluaran dari puting susu,
puting eritemme, mengeras asimetik, inversi, gejala lain nyeri tulang, berat
badan turun dapat sebagai petunjuk adanya metastase. (Nurarif & Kusuma,
2015).
Beberapa gejala kanker payudara yang dapat terasa dan terlihat cukup
jelas menurut Astrid Savitri, dkk. (2015) antara lain :
1. Munculnya benjolan pada payudara
Benjolan di payudara atau ketiak yang muncul setelah siklus menstruasi
seringkali menjadi gejala awal kanker payudara yang paling jelas.
Benjolan yang berhubungan dengan kanker payudara biasanya tidak
menimbulkan rasa sakit, meskipun kadang-kadang dapat menyebabkan
sensasi tajam pada beberapa penderita.
2. Munculnya benjolan di ketiak (aksila)
Kadang-kadang benjolan kecil dan keras muncul di ketiak dan bisa
menjadi tanda bahwa kanker payudara telah menyebar hingga kelenjar
getah bening. Benjolan ini terasa lunak, tetapi seringkali terasa
menyakitkan dan nyeri.
3. Perubahan bentuk dan ukuran payudara
Bentuk dan ukuran salah satu payudara mungkin terlihat berubah. Bisa
lebih kecil atau lebih besar daripada payudara sebelahnya. Bisa juga
terlihat turun.
4. Keluarnya cairan dari puting (Nipple Discharge)
Jika puting susu ditekan, secara umum tubuh bereaksi dengan
mengeluarkan cairan. Namun, apabila cairan keluar tanpa menekan
putting susu, terjadi hanya pada salah satu payudara disertai darah atau
nanah berwarna kuning sampai kehijauan, mungkin itu merupakan tanda
kanker payudara.
5. Perubahan pada puting susu
Puting susu terasa seperti terbakar, gatal dan muncul luka yang sulit/lama
sembuh. Selain itu puting terlihat tertarik masuk ke dalam (retraksi),
berubah bentuk atau posisi, memerah atau berkerak. Kerak, bisul atau
sisik pada puting susu mungkin merupakan tanda dari beberapa jenis
kanker payudara yang jarang terjadi.
6. Kulit payudara berkerut
Muncul kerutan-kerutan seperti jeruk purut pada kulit payudara. Selain itu
kulit payudara terlihat memerah dan terasa panas.
7. Tanda-tanda kanker telah menyebar
Pada stadium lanjut bisa timbul tanda-tanda dan gejala yang menunjukkan
bahwa kanker telah tumbuh membesar atau menyebar ke bagian lain dari
tubuh lainnya. Tanda-tanda yang muncul seperti nyeri tulang,
pembengkakan lengan atau luka pada kulit, penumpukan cairan disekitar
paru-paru (efusi pleura), mual, kehilangan nafsu makan, penurunan berat
badan, penyakit kuning, sesak napas, atau penglihatan ganda.
2.1.6 Tipe Ca Mammae (Brunner & Sudarth, 2015) :
1. Karsinoma duktal menginfiltrasi. Merupakan tipe histologis yang paling
umum, merupakan 75% dari semua jenis kanker payudara. Kanker ini
sangat jelas karena keras saat dipalpasi. Kaker jenis ini biasanya
bermetastatis di nodus aksila. Prognosisnya lebih buruk dibanding dengan
tipe kanker lainnya.
2. Karsinoma lobular menginfiltrasi. Tipe ini jarang terjadi, merupakan 5%
sampai 10% kanker payudara. Tumor ini biasanya terjadi pada suatu area
penebalan yang tidak baik pada payudara bila dibandingkan dengan tipe
duktal menginfiltrasi. Tipe ini lebih umum multisentris, dengan demikian
dapat terjadi penebalan beberapa area pada salah satu atau kedua
payudara. Karsinoma duktal menginfiltrasi dan lobular menginfiltrasi
mempunyai keterlibatan nodus aksilar yang serupa, meskipun tempat
metastatisnya berbeda. Karsinoma duktal biasanya menyebar ke tulang,
paru, hepar atau otak, sementara karsinoma lobular biasanya
bermetastatis ke permukaan meningeal atau tempat-tempat tidak lazim
lainnya.
3. Karsinoma medular. Tipe ini menempati 6% dari kanker payudara dan
tumbuh dalam kapsul di dalam duktus. Tipe tumor ini dapat menjadi
besar tetapi meluas dengan lambat, sehingga prognosisnya seringkali
lebih baik.
4. Kanker musinus. Tipe ini menempati 3% dari kanker payudara. Penghasil
lendir, juga tumbuh dengan lambat sehingga kanker ini mempunyai
prognosis yang lebih baik dari lainnya.
5. Kanker duktal tubular. Tipe ini jarang terjadi, menempati hanya sekitar
2% dari kanker. Karena metastatis aksilaris secara histologi tidak lazim,
maka prognosisnya sangat baik.
6. Karsinoma inflamatori. Merupakan tipe kanker payudara yang jarang (1%
sampai 2%) dan menimbulkan gejala-gejala yang berbeda dari kanker
payudara lainnya. Kulit diatas tumor ini merah dan agak hitam. Sering
terjadi edema dan retraksi puting susu. Gejala-gejala ini dengan cepat
berkembang memburuk dan biasanya mendorong pasien mencari bantuan
medis lebih cepat dibanding pasien wanita lainnya dengan massa kecil
pada payudara. Penyakit dapat menyebar dengan cepat pada bagian tubuh
lainnya. Radiasi dan pembedahan biasanya juga digunakan untuk
mengontrol penyebaran.
2.1.7 Tahapan Ca Mammae
Menurut Wijaya & Putri (2013), tahapan klinik yang paling banyak
digunakann untuk kanker payudara adalah sistem klasifikasi TNM yang
mengevaluasi ukuran tumor, nodus limfe yang terkena dan bukti adanya
metastasis yang jauh. Sistem TNM diadaptasi oleh The America Joint
Committee on Cancer Staging and Resuid Reformatting. Pertahapan ini
didasarkan pada fisiologi memberikan prognosis yang lebih akurat, tahap-
tahapannya adalah sebagai berikut :
TUMOR SIZE (T)
1. Tx : Tak ada tumor
2. To : Tak dapat ditunjukkan adanya tumor primer
3. T1 : Tumor dengan diameter, kurang dari 2 cm
4. T2 : Tumor dengan diameter lebih dari 2-5 cm
5. T3 : Tumor dengan diameter lebih dari 5 cm
6. T4 : Tumor tanpa memandang ukurannya telah menunjukkan perluasan
secara langsung ke dinding thorax atau kulit.
REGIONAL LIMPHO NODUS (N)
1. Nx : Kelenjar ketiak tak teraba.
2. No : Tak ada metastase kelenjar ketiak homolateral.
3. N1 : Metastase ke kelenjar ketiak homolateral tapi masih bisa digerakkan.
4. N2 : Metastase ke kelenjar ketiak homolateral, melekat terfiksasi satu
sama lain atau jaringan sekitarnya.
5. N3 : Metastase ke kelenjar homolateral supraklavikuler/infraklavikuler
atau odeme lengan.
METASTASE JAUH (M)
1. Mo : Tak ada metastase jauh
2. M1 : Metastase jauh termasih perluasan ke dalam di luar payudara.
2.1.8 Stadium Ca Mammae
Untuk kepentingan pengobatan dan prognosa, kanker payudara dibagi
4 stadium yaitu :
1. Stadium I
Ukuran tumor tidak lebih dari 2 cm dan tidak terdapat penyebaran ke
organ lain maupun di kelenjar getah bening supra clavicula.
2. Stadium II
Ukuran tumor antara 2-5 cn dan tidak terdapat penyebaran di organ lain
maupun dikelenjar getah bening supra clavicula.
3. Stadium III
Ukuran tumor lebih dari 5 cm dan tidak terdapat penyebaran di organ
tubuh lain atau di kelenjar getah bening supra clacikula.
4. Stadium IV
Ukuran tumor seberapapun bilamana sudah ada penyebaran di organ
tubuh atau dikelenjar getah bening supra clavicula masuk ke dalam
stadium IV.
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Wijaya dan Putri, (2013) :
1. Pemeriksaan laboratorium meliputi :
a. Morfologi sel darah
b. LED
c. Test fal marker (CEA) dalam serum/plasma
d. Pemeriksaan sitologis
2. Monografi
Menemukan kanker insito yang kecil yang tida dapat dideteksi dengan
pemeriksaan fisik.
3. SCAN (CT, MRI, Galfum), ultra pasienund
Untuk tujuan diagnostic, identfikasi metastatic, respon pengobatan.
4. Biopsi (aspirasi, eksisi)
Untuk diagnosis banding dan menggambarkan pengobatan.
a. Biopsi, ada 2 macam tindakan menggunakan jarum dan 2 macam
tindakan pembedahan.
1) Aspirasi biopsi (FNAB)
Dengan aspirasi jarum halus, sifat massa dibedakan antar kistik
atau padat.
2) True cut/care biopsy
Dilakukan dengan perlengkapan stereotactic biopsy mamografi
untuk memandu jarum pada massa.
b. Incisi biopsy
c. Eksisi biopsy
Hasil biopsi dapat digunakan selama 36 jam untuk dilakukan
pemeriksaan histologik secara froxen section.
5. Penanda tumor
Zat yang dihasilkan dan disekresi oleh dalam serum (alfa feto protein,
HCG asam fosfat). Dapat menambah dalam mendiagnosis kanker tetapi
lebih bermanfaat sebagai prognosis/monitor terapeutik.
6. Tes skrining kimia : elektrolit, tes hepar, hitung sel darah
7. Foto thoraks
8. USG
USG digunakan untuk membedakan kista (kantung berisi cairan)
dengan benjolan padat.
9. Mammografi
Pada mammografi digunakan sinar X dosis rendah untuk menemukan
daerah yang abnormal pada payudara.
10. Termografi
Pada termografi digunakan suhu untuk menemukan kelainan pada
payudara.
11. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)
Jika SADARI dilakukan secara rutin, seorang wanita akan dapat
menemukan benjolan pada stadium dini. Sebaiknya SADARI dilakukan
pada waktu yang sama setiap bulan. Bagi wanita yang masih mengalami
menstruasi, waktu yang paling tepat untuk melakukan SADARI adalah
7-10 hari sesudah 1 hari menstruasi. Bagi wanita pasca menopause,
SADARI bisa dilakukan kapan saja tetapi secara rutin dilakukan setiap
bulan (misalnya setiap awal bulan).
2.1.10 Penatalaksanaan
Brunner & Suddarth (2018) mengatakan berbagai pilihan
penatalaksanaan tersedia. Pasien dan dokter dapat memutuskan
pembedahan, terapi radiasi, kemoterapi atau terapi hormonal atau
kombinasi terapi.
1. Mastektomi radikal yang dimodifikasi mencakup pengangkatan
seluruh jaringan payudara, termasuk kompleks puting-aerola dan
bagian nodus limfe aksila.
2. Mastektomi total mencakup pengangkatan payudara dan kompleks
puting-aerola tetapi tidak mencakup diseksi nodus limfe aksila
(axillary lymph node dissection, ALND).
3. Pembedahan penyelamatan payudara : lumpektomi, mastektomi
eksisi luas, parsial atau segmental, kuadrantektomi dilanjutkan oleh
pengangkatan nodus limfe untuk kanker payudara invasif.
4. Biopsi nodus limfe sentinel : dianggap sebagai standar asuhan untuk
terapi kanker payudara stadium dini.
5. Terapi radiasi sinar eksternal : biasanya radiasi dilakukan pada
seluruh payudara, tetapi radiasi payudara parsial (radiasi ke tempat
lumpektomi saja) kini sedang dievaluasi di beberapa institusi pada
pasien tertentu secara cermat.
6. Kemoterapi untuk menghilangkan penyebaran mikrometastatik
penyakit : siklofosfamid (Cytoxan), metotreksat, fluorourasil,
regimen berbasis antrasiklin misalnya dokpasienrubisin
(Adriamycin), epirubisin (Ellence), taksans (paklitaksel seperti
Taxol), dosetaksel (Taxoter).
7. Terapi hormonal berdasarkan indeks reseptor estrogen dan
progesteron : Tamoksifen (Pasienltamox) adalah agen hormonal;
primer yang digunakan untuk menekan tumor yang bergantung
hormonal lainnya adalah inhibitor anastrazol (Arimidex), letrozol
(Femara), dan eksemestan (Aromasin).
8. Terapi target : trastuzumab (Herceptin), bevacizumab (Avastin).
9. Rekonstruksi payudara.
2.1.11 Komplikasi
Potensial komplikasinya dapat dapat mencakup sebagai berikut :
limfedema terjadi saat limfe yang digunakan untuk menjamin aliran balik
limfe bersirkulasi umum tidak berfungsi dengan baik. Jika nodus aksilaris
harus mengambil alih fungsi. Limfedema dapat dicegah dengan
meninggikan setiap sendi lebih tinggi dari sendi yang proksimal. Jika
terjadi limfedema keluasan biasanya berhubungan dengan jumlah saluran
limfatik kolateral yang diangkat selama pembedahan (Fatimah, 2009).
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian
Menurut Hidayat (2012), pengkajian adalah langkah awal dari
tahapan proses keperawatan, kemudian dalam mengkaji harus
memperhatikan data dasar dari pasien, untuk informasi yang diharapkan
dari pasien. Pengkajian yang dilakukan pada pasien yang menderita Ca
Mammae adalah sebagai berikut:
1. Identitas
Kebanyakan pasien Ca Mammae terjadi pada wanita dewasa usia
lebih dari 30 tahun, didukung dengan faktor-faktor predisposisi kanker
payudara. Tetapi tidak menutup kemungkinan usia dibawah 30 tahun
terkena kanker payudara, dikarenkan pola hidup yang tidak sehat. Risiko
seorang wanita menderita kanker payudara dapat berubah seiring dengan
waktu. (Astrid Savitri, dkk., 2015)
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien Ca Mammae
biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya benjolan
yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan
mengeras, bengkak serta nyeri. Pada pasien Pre Op Ca Mammae pasien
akan mengeluh cemas serta khawatir bagaimana nanti ketika di operasi
(Wijaya & Putri, 2013).
3. Riwayat penyakit sekarang
Uraian mengenai penyakit mulai dari timbulnya keluhan yang
dirasakan sampai saat dibawa ke layanan kesehatan, apakah pernah
memeriksakan diri ke tempat lain serta pengobatan yang telah diberikan
dan bagaimana perubahannya.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Dalam hal ini yang perlu dikaji atau ditanyakan pada pasien yaitu
tentang penyakit apa saja yang pernah diderita. Apakah pasien pernah
mengalami penyakit yang sama sebelumnya seperti penyakit payudara
jinak, hyperplasia tipikal. Biasanya pasien mempunyai riwayat
pemakaian terapi pengganti hormone dalam waktu yang lama (lebih dari
10-15 tahun) seperti estrogen suplemen dan apakah pasien juga
mempunyai riwayat pemakaian kontrasepsi oral. Biasanya pasien Ca
Mammae mempunyai riwayat menarche atau menstruasi pertama pada
usia yang relative muda dan menopause pada usia yang relative tua. Dan
pada riwayat obstetri, biasanya pasien mempunyai riwayat nulipara
(belum pernah melahirkan) infertilitas dan melahirkan anak pertama
pada usia yang relative lebih tua (lebih dari 35 tahun) serta tidak
menyusui.
5. Riwayat penyakit keluarga
Adanya keluarga yang mengalami Ca Mammae berpengaruh pada
kemungkinan klien mengalami Ca Mammae atau pun keluarga klien
pernah mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau
kanker serviks.
6. Riwayat psikososial
Merupakan respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya
dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari (Padila, 2012 dalam Andini,
2018). Pada penderita kanker payudara akan terjadi perubahan tubuh
sejak kanker mulai menyebar pada tubuh, menyebabkan perubahan
persepsi sehingga pasien harus beradaptasi dari sisi fisiologis dan
psikososial baik konsep diri, peran fungsi dan interdependensi. Adanya
gejala fisik seperti kerontokan rambut dimana rambut merupakan
identitas ^diri pasien sehingga ketika mengalami kebotakan akan
mempengaruhi penampilan mereka dan kondisi ini akan menimbulkan
persepsi serta harga diri yang negatif. Perubahan citra tubuh akibat
perubahan fisik merupakan respon psikologis yang sangat menekan bagi
pasien kanker payudara, dimana payudara merupakan organ penyusuan
bagi bayinya dan sebagai daya tarik bagi kaum pria. Payudara juga
mempunyai fungsi sebagai simbol kewanitaan (body image) dan fungsi
erotik atau seksual terhadap lawan jenis. Kehliangan payudara pada
akhirnya dapat menciptakan disfungsi seksual yang parah sebagai
bentuk hilangnya sefl image, rendahnya self esteem, hilangnya
perceived attractiveness, rasa malu dan kehilangan gairah. (Ambarwati,
2017)
7. Pola seharai-hari
a. Nutrisi
Mengkaji pola nutrisi saat klien sebelum MRS dan saat MRS apakah
ada perubahan yang signifikan dan kaji penyebab-penyebab yang
mungkin muncul pada klien akan mengalami rasa cemas dan
khawatir sehingga hal tersebut dapat mneyebabkan menurunnya
nafsu makan serta berat badan pada klien.
b. Eliminasi
Mengkaji intake dan output BAK maupun BAB meliputi bau, warna,
volume dan konsistensi.
c. Tidur/istirahat
Mengkaji istirahat sebelum MRS dan saat MRS, apakah terjadi
perubahan misalnya tidak bisa tidur karena perasaan cemas ketika
akan menjalani tindakan operasi dikarenakan kurangnya pengetahuan
klien terkait tindakan selanjunya sehingga klien akan gelisah dan
sulit untuk istirahat dengan tenang.
d. Personal Hygiene
Merupakan upaya untuk menjaga kebersihan diri seperti mandi,
gosok gigi, keramas dan ganti baju. Tanyakan pada klien bagaimana
personal hygiene klien sebelum dilakukan tindakan operasi dan
apakah dilakukan secara mandiri ataupun dibantu oleh keluarga.
e. Aktivitas
Apakah terjadi perubahan yang signifikan seperti melakukan
aktivitas dengan dibantu keluarga atau secara mandiri.
8. Pemeriksaan fisik (Head to Toe)
a. Keadaan umum
Pada pasien Pre Op CaMammae biasannya tidak terjadi penurunan
kesadaran (composmentis), untuk pemeriksaan tanda-tanda vital
yang dikaji yaitu tekanan darah, suhu, nadi, respirasi.
b. Kepala dan Wajah
1) Inspeksi
Lihat apakah kulit kepala dan wajah terdapat lesi atau tidak,
apakah ada edema atau tidak. Pada rambut terlihat kotor, kusam
dan kering. Lihat apakah wajah simetris atau tidak.
2) Palpasi
Raba dan tentukan ada benjolan atau tidak di kepala, tekstur kulit
kasar/halus, ada nyeri tekan atau tidak dan raba juga apakah
rambut halus/kasar maupun adanya kerontokan.
c. Mata
1) Inspeksi
Lihat bentuk mata simetris atau tidak, apakah ada lesi dikelopak
mata. Pada pemeriksaan mata terdapat konjungtiva yang tampak
anemis disebabkan oleh nutrisi yang tidak adekuat, amati reaksi
pupil terhadap cahaya isokor/anisokor dan amati sklera
ikterus/tidak.
2) Palpasi
Raba apakah ada tekanan intra okuler dengan cara ditekan ringan
jika ada peningkatan akan teraba keras, kaji apakah ada nyeri
tekan pada mata
d. Hidung
1) Inspeksi
Lihat apakah hidung simetris/tidak, lihat apakah hidung terdapat
secret/tidak, apakah terdapat lesi/tidak, adanya polip/tidak,
adanya pernafasan cuping hidung yang disebabkan klien sesak
nafas terutama pada pasien yang kankernya sudah bermetastase
ke paru-paru.
2) Kaji adanya nyeri tekan pada sinus
e. Telinga
1) Inspeksi
Cek apakah telinga simetris/tidak, terdapat lesi/tidak, melihat
kebersihan telinga dengan adanya serumen/tidak.
2) Palpasi
Adanya nyeri tekan pada telinga atau tidak
f. Mulut
1) Inspeksi
Mengamati bibir apakah ada kelainan kongenital (bibir
sumbing), mukosa bibir biasanya tampak pucat dan kurang
bersih, pada gusi biasanya mudah terjadi pendarahan akibat
rapuhnya pembuluh darah dan caries positif
2) Palpasi
Apakah ada nyeri tekan pada daerah sekitar mulut
g. Leher
1) Inspeksi
Mengamati adanya bekas luka, kesimetrisan, ataupun massa
yang abnormal
2) Palpasi
Mengkaji adakah pembesaran vena jugularis, kelenjar getah
bening dan kelenjar tiroid.
h. Payudara dan Ketiak
1) Inspeksi
Biasanya ada benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus
dan berwarna merah, keluar cairan dari puttng. Serta payudara
mengerut seperti kulit jeruk.
2) Palpasi
Teraba benjolan payudara yang menegeras dan teraba
pembengkakakan, teraba pembesaran kelenjar getah bening
diketiak atau timbul benjilan kecil di bawah ketiak. Dan pada
penederita Ca Mammae yang sudah parah akan terdapat cairan
yang keluar dari puting ketika ditekan.
i. Thorax
1) Jantung
a) Inspeksi
Amati kesimetrisan, Ictus cordis tampak atau tidak.
b) Palpasi
Apakah Ictus cordis teraba di ICS 5 midklavikula sinistra
c) Perkusi
Normalnya terdengar pekak
d) Auskultasi
Normalnya BJ I dan BJ II terdengar tunggal “lup dup’.
dengarkan apakah ada bunyi jantung tambahan seperti
murmur/gallop/friction-rub
2) Paru-paru
a) Inspeksi
(1) Pada stadium 1 : Biasanya bentuk dada klien tidak
simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh
pembengkakan pada payudara,dengan ukuran 1-2 cm.
(2) Pada stadium 2 : Biasanya bentuk dada klien tidak
simetris kiri dan kanan yang juga disebabkan payudara
dengan ukuran dengan tumor 2,5-5 cm.
(3) Pada stadium 3A : Biasanya dada klien juga tidak
simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh
pembengkakan tumor yang sudah meluas dalam payudara
besar tumor 5-10 cm.
(4) Pada stadium 3B : Bentuk dada juga tidak simetris kiri
dan kanan yang disebabkan oleh pembengkakan dan
kanker sudah melebar ke seluruh bagian payudara,bahkan
mencapai kulit, dinding dada,tulang rusuk,dan otot dada.
(5) Pada stadium 4 : Bentuk dada tidak simetris kiri dan
kanan yang disebabkan oleh pembengkakan dan
mestastase jauh keorgan lain seperti paru-paru.
b) Palpasi
(1) Pada stadium 1 : Biasanya taktil fremitus pada paru-paru
kiri dan kanan karena kanker belum bermetastase keorgan
lain Pada stadium 2 : Biasanya taktil fremitus pada paru-
paru kiri dan kanan karena kanker belum bermetastase
keorgan lain
(2) Pada stadium 3A : Biasanya taktil fremitus pada paru-
paru kiri dan kanan karena kanker belum bermetastase
keorgan lain
(3) Pada stadium 3B : Biasanya taktil fremitus pada paru-
paru kiri dan kanan karena kanker belum bermetastase
keorgan lain seperti tulang rusuk, dinding dada dan otot
dada.
(4) Pada stadium 4 : Biasanya tidak fremitus kiri dan kanan
yang juga disebabkan oleh karena kanker sudah metastase
ke organ yang lebih jauh seperti paru-paru sehingga
mengakibatkan paru-paru mengalami
kerusakan dan tidak mampu melakukan fungsinya
c) Perkusi
(1) Pada stadium 1 : Biasanya akan terdengar sonor pada
lapangan paru-paru klien.
(2) Pada stadium 2 : Biasanya akan terdengar sonor pada
lapangan paru-paru klien karena kanker belum
mengalami metastase.
(3) Pada stadium 3A : Masih akan terdengar sonor pada
lapangan paru karena kanker belum metastase.
(4) Pada stadium 3B : Biasanya terdengar bunyi redup yang
dapat di temukan pada infiltrate paru dimana parenkim
paru lebih padat / mengadung sedikit udara dan bunyi
pekak pada paru-paru pasien yang disebabkan pada paru-
paru pasien didapatkan berisi cairan disebut dengan efusi
pleura jika kanker telah bermetastase pada organ paru.
(5) Pada stadium 4 : Biasanya akan terdengar pekak pada
paru-paru pasien yang disebabkan pada paru-paru pasien
didapatkanberisi cairan yang disebut dengan efusi pleura
akibat metastase dari kanker payudara yang berlanjut,dan
nafas akan terasa sesak.
d) Auskultasi
(1) Pada stadium 1 : Biasanya akan terdengar vesikuler
(bunyi hampir terdengar seluruh lapangan paru dan
inspirasi lebih panjang, lebih keras, nadanya lebih tinggi
dari ekspirasi. suara nafas tambahan tidak ada, seprti
ronchi (-) dan wheezing (-)
(2) Pada stadium 2 : Biasanya bunyi nafas terdengar
vesikuler (bunyi hampir seluruh lapangan paru dan
inspirasi lebih panjang lebih keras, nadanya lebih tinggi
dari ekspirasi. Biasanya buni nafas klien juga dapat
terdengar bronkovesikuler dengan bronchial. Suara nafas
tambahan tidak ada, seperti ronchi (-) dan wheezing (-)
(3) Pada stadium 3 A : Biasanya bunyi nafas berbunyi
vesikuler (bunyi hampir seluruh lapangan paru dan
inspirasi yang lebih panjang, lebih keras, nadanya lebih
tinggi dari ekspirasi, dan bronkovesikuler yaitu pada
daerah suprasternal, interscapula: campuran antara
element vaskuler dengan bronchial. Suara nafas tambahan
tidak ada, seperti: Ronchi (+) dan wheezing (-)
(4) Pada stadium 3 B : Biasanya nafas klien bisa terdengar
bronchial yaitu ekspirasi lebih panjang, lebih keras
nadanya lebih tinggi dari pada inspirasi dan terdengar dan
terdapat suara nafas tambahan seperti: Ronchi dan
Wheezing ini disebabkan oleh kanker sudah menyebar ke
seluruh bagian payudara, dan mencapai ke dinding dada,
tulang rusuk, dan otot dada sehingga mengakibatkan
terjadinya penurunan ekspansi paru dan compressive
atelektasis.
(5) Pada stadium 4 : Biasanya bunyi nafas pasien bisa
terdengar bronchial yaitu ekspirasi lebih panjang, lebih
keras, nadanya lebih tinggi, dari pada inspirasi dan
terdengar. Dan terdapat suara tambahan seperti : Ronchi
dan wheezing. Ini disebabkan oleh kanker metastase ke
bagian tubuh lainnya seperti paru-paru sehingga
mengakibatkan terjadinya penurunan ekspansi paru dan
compressive atelektasis sehingga terjadi penumpukan
secret pada daerah lobus paru
j. Abdomen
1) Inspeksi
Amati kesimetrisan perut, bentuk, warna dan ada tidaknya lesi.
2) Auskultasi
Dengarkan peristaltic usus selama satu menit (normalnya 5-35
x/menit)
3) Perkusi
Suara perut biasanya timpani (normal)
4) Palpasi
Tidak ada distensi abdomen, dan tidak terdapat nyeri tekan pada
area abdomen.
k. Sistem integument
1) Inspeksi
Amati warna kulit, kulit kering/tidak, terdapat gatal-gatal pada
kulit atau tidak, terdapat lesi/tidak.
2) Palpasi
Biasanya terjadi perubahan pada kelembaban kulit klien dan
turgor kulit klien tidak elastic, Capillary Refill Time (CRT) pada
jari normalnya < 2 detik, rasakan akral hangat/tidak.
l. Ekstremitas
1) Inspeksi
Mengkaji kesimetrisan dan pergerakan ekstremitas atas dan
bawah, lihat ada tidaknya lesi, lihat ada tidaknya cyanosis,
periksa kekuatan otot lemah/kuat
2) Palpasi
Mengkaji bila terjadi pembengkakan pada ekstremitas atas
maupun bawah.
5 5 - - - - - -
5 5 - - - - - -
Kekuatan Otot Edema Fraktur Atropi
m. Genetalia dan sekitarnya
1) Inspeksi
Apakah terpasang kateter atau tidak.
n. Status Neurologis
1) Status neurologis
a) Pemeriksaan Nervus
(1) Nervus olfaktorius
Fungsinya untuk penciuman. Cara pemeriksaannya
yaitu pasien memejamkan mata kemudian instruksikan
pasien untuk memebedakan bau yang diciumnya seperti
teh, kopi, dll. Lihat apakah ada gangguan pada
penciuman pasien
(2) Nervus optikus
Fungsinya untuk penglihatan. Cara pemeriksaanya yaitu
dengan menggunakan snellen card dan lapang pandang.
Lihat apakah pasien dapat melihat dengan jelas.
(3) Nervus okulomotoris
Fungsinya untuk melihat pergerkan kelopak mata dan
bola mata, kontriksi dilatasi pupil. Cara pemeriksaanya
yaitu dengan tes putaran bola mata, mengangkat kelopak
mata kearah atas, cek reflek pupil. Lihat apakah pasien
dapat menggerakkan bola mata keatas dan kebawah,
kemudian lihat apakah pasien dapat mengangkat
kelopak mata keatas jika tidak itu menunjukkan bahwa
ada ptosis, lihat apakah refleks pupil normal/tidak
(4) Nervus trochlearis
Fungsinya untuk melihat pergerakan mata. Cara
pemeriksaannya yaitu dengan tes putaran bola mata.
Lihat apakah pasien dapat menggerakkan bola mata
keatas, kebawah maupun kesamping kanan dan kiri.
(5) Nervus trigeminus
Fungsinya untuk melihat gerakan mengunyah, sensasi
wajah, lidah dan gigi, reflek kedip. Cara pemeriksaanya
yaitu dengan menggerakkan rahang ke semua sisi,
pasien disuruh untuk memejamkan mata kemudian
sentuh menggunakan benda yang ujungnya
tumpul/tajam pada dahi dan pipi untuk melihat sensasi
wajah sebelah kanan dan kiri kemudian sensasi raba
atau nyeri, menyentuh permukaan kornea dengan
menggunakan kapas untuk melihat reflek kedip pasien
normal/tidak.
(6) Nervus abdusen
Fungsinya untuk melihat gerakan bola mata. Cara
pemeriksaannya yaitu dengan tes putaran bola mata.
Lihat apakah pasien dapat menggerakkan bola mata
keatas, kebawah maupun kesamping kanan dan kiri.
(7) Nervus facialis
Fungsinya untuk melihat ekspresi wajah dan fungsi
pengecap. Cara pemeriksaanya yaitu melihat apakah
wajah pasien bagian kanan dan kiri simetris/tidak, minta
pasien untuk mengerutkan dahi bagian yang lumpuh
lipatannya tidak dalam, minta pasien mengangkat alis,
minta pasien menutup mata kemudian pemeriksa
membuka dengan tangan, minta pasien
memoncongkan bibir atau nyengir, minta klien
menggembungkan pipi lalu tekan pipi kanan dan kiri
lihat apakah kekuatannya sama bila ada kelumpuhan
maka angin akan keluar dari bagian yang lumpuh,
kemudian cek fungsi pengecap dengan meminta pasien
menjulurkan lidah kemudian letakkan
gula/garam/sesuatu yang asam maupun pahit lihat
apakah pasien dapat membedakan rasa tersebut.
(8) Nervus akustikus
Fungsinya untuk pendengaran. Cara pemeriksaanya
yaitu dengan menggunakan weber, ritme dan
schwabach.
(9) Nervus glosofaringeus
Fungsinya untuk melihat reflek platum (menelan). Cara
pemeriksaanya yaitu minta pasien membuka mulut
kemudian tekan lidah kebawah dengan menggunakan
tongue spatel kemudian minta pasien untuk
mengucapakan a.. .a.. .a... dengan panjang lihat apakah
pasien mampu mengucapkan atau terbata-bata amati
kesimetrisan uvula, minta pasien menelan ludah
tanyakan apakah ada gangguan menelan seperti terasa
nyeri/tidak.
(10) Nervus vagus
Fungsinya untuk melihat reflek platum (menelan) dan
reflek muntah. Cara pemeriksaanya yaitu minta pasien
membuka mulut lihat apakah uvula berada di tengah,
kemudian minta pasien untuk memasukkan jari di
belakang lidah lihat reflek muntah pada pasien
baik/tidak, minta pasien menelan ludah tanyakan apakah
ada gangguan menelan seperti tersa nyeri/tidak.
(11) Nervus asesorius
Fungsinya untuk melihat pergerakan kepala dan bahu.
Cara pemeriksaanya yaitu minta pasien mangangkat
kepala keatas, menundukkan kepala dan menggelengkan
kepala kesamping kanan dan kiri lihat apakah pasien
mampu menggerakkan bahu dan berikan tahanan minta
pasien untuk menahan tahanan tersebut lihat apakah
pasien mampu menahan tahanan yang diberikan.
(12) Nervus hipoglosus
Fungsinya untuk melihat keadaan lidah. Cara
pemeriksaannya yaitu minta pasien membuka mulut
kemudian lihat bentuk lidah kemudian apakah terdapat
kelumpuhan maka lidah akan tertarik ke sisi yang sakit.
b) Pemeriksaan Refleks
(1) Refleks bisep
Caranya yaitu dengan merefleksikan siku klien
kemudian letakkan lengan bawah klien diatas paha
dengan posisi telapak tangan keatas, letakkan ibu jari
kiri diatas tendon bisep klien, perkusi ibu jari pemeriksa
dengan reflek hammer, amati adanya fleksi ringan yang
normal pada siku klien dan rasakan kontraksi otot bisep.
(2) Reflek trisep
Caranya yaitu dengan memfleksikan siku klien
kemudian sangga lengan klien dengan tangan non
dominan, palpasi tendon trisep sekitar 2-5 cm diatas
siku, perkusi menggunakan reflek hammer pada tendon
trisep, amati adanya ekstensi ringan yang normal pada
siku klien.
(3) Reflek brakioradialis
Caranya yaitu dengan meletakkan lengan klien dalam
posisi istirahat atau pronasi, ketukkan reflek hammer
secara langsung pada radius 2-5 cm diatas pergelangan
tangan, amati adanya fleksi dan supinasi normal pada
lengan klien dan jari-jari tangan sedikit ekstensi.
(4) Reflek patella
Caranya yaitu dengan meminta klien untuk duduk di
tepi meja kemudian periksa agar kaki klien dapat
menggantung dengan bebas tidak menginjak lantai,
tentukan lokasi tendon patella, ketukkan hammer
langsung pada tendon, amati adana ekstensi kaki atau
tendangan kaki yang normal.
(5) Reflek Achilles
Caranya yaitu dengan meminta klien untuk duduk di
tepi meja kemudian periksa agar kaki klien dapat
menggantungkan dengan bebas tidak menginjak lantai,
dorsofleksikan sedikit pergelangan kaki klien dengan
menopang kaki klien pada tangan pemeriksa, ketukkan
hammer pada tendon Achilles tepat diatas tumit, amati
dan rasakan plantar fleksi (sentakan ke bawah) yang
normal pada kaki klien.
(6) Reflek Abdominal
Caranya yaitu dengan memposisikan klien supine dan
buka area abdomen, lakukan pemeriksaan dengan cara
menggoreskan sikat pemeriksa secara vertical,
horizontal dan diagonal pada daerah epigastrik sampai
umbilicus (normalnya dinding abdomen akan
kontraksi).
(7) Reflek Babinski atau Plantar
Caranya yaitu dengan menggunakan bagian jarum dan
reflek hammer kemudian goreskan tepi lateral telapak
kaki klien mulai dari tumit melengkung sampai pangkal
ibu jari, babinski (+) jika dorsum fleksi ibu jari diikuti
fanning (pengembangan) jari-jari.
(8) Reflek Chaddock
Caranya yaitu dengan menggoreskan bagian maleolus
lateral (buku lali) dari arah lateral kearah medial sampai
dibawah ibu jari kaki, chaddock (+) jika dorsum fleksi
ibu jari diikuti fanning (pengembangan) jari-jari.
(9) Reflek Openhim
Caranya yaitu dengan melakukan pengurutan Krista
anterior tibia dari proksimal ke distal, openhim (+) jika
dorsum fleksi ibu jari diikuti faning (pengembangan)
jari-jari
(10) Reflek Gordon
Caranya yaitu dengan melakukan penekanan pada
daerah betis klien secara keras, amati respon Gordon (+)
jika dorsum fleksi ibu jari diikuti fanning
(pengembangan) jari-jari.
(11) Reflek Schaffer
Caranya yaitu dengan memencet tendon Achilles secara
keras, amati respon schaffer (+) jika dorsum fleksi ibu
jari diikuti fanning (pengembangan) jari-jari.
(12) Reflek Gonda
Caranya yaitu dengan melakukan penekukan (plantar
fleksi) maksimal jari ke empat, kemudian amati respon
gonda (+) jika dorsum fleksi ibu jari diikuti fanning
(pengembangan) jari-jari.
(13) Reflek Hoffman
Caranya yaitu dengan menggoreskan sesuatu pada kuku
jari tengah klien kemudian amati respon ibu jari,
telunjuk dan jari lainnya fleksi.
2.3.2 Diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah respons individu terhadap rangsangan
yang timbul dan diri sendiri maupun luar (lingkungan) (Nursalam, 2015).
Diagnosa yang muncul menurut Nurarif dan Kusuma (2015), adalah :
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya penekanan masa tumor
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot
pernapasan, deformitas dinding dada
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient ke jaringan
4. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik
(tekanan jaringan mammae)
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan pada bentuk
tubuh karena proses penyakit (mammae asimetris)
6. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan
penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi
7. Ansietas berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh
8. Resiko infeksi berhubungan dengan kurangnya informasi
2.3.3 Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan tujuan
merubah atau memanipulasi stimulus fokal, kontektual dan residual.
Pelaksanaannya juga ditujukan kepada kemampuan klien dalam
menggunakan koping secara luas, supaya stimulus secara keseluruhan dapat
terjadi pada klien (Nursalam, 2015). SIKI (Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia) mendefinisikan intervensi keperawatan adalah segala treatment
yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan
penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (Tim
Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan Defisit Pengetahuan
No.
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria
(SDKI)^^^" Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
1. Defisit Pengetahuan Luaran Utama Edukasi
Definisi : ketiadaan atau Tingkat Pengetahuan Preoperative
kurangnya informasi Luaran Tambahan observasi
kognitif yang berkaitan Memori 1. Identifikasi
dengan topik tertentu. Motivasi kesiapan dan
Penyebab : Proses informasi kemampuan
1. Keterbatasan kognitif Tingkat agitasi menerima
2. Gangguan fungsi Tingkat kepatuhan informasi
kognitif dilakukan intervensi keperawatan
Setelah 3. Kekeliruan mengikuti selama..... x 24 jam
anjuran maka Tingkat
4. Kurang terpapar Pengetahuan, Meningkat dengan kriteria
informasi
hasil :
5. Kurang minat dalam
belajar 1. Perilaku sesuai anjuran
6. Kurang mampu ^^meningkat
mengingat 2. Verbalisasi minat dalam belajar
7. Ketidaktahuan meningkat
menemukan sumber 3. Kemampuan
informasi menjelaskan pengetahuan tentang
suatu
Gejala Dan Tanda Mayor topik (kanker
: payudara) meningkat
Subjektif 4. Kemampuan menggambarkan
1. Menanyakan masalah
pengalaman
yang dihadapi
v/'sebelumnya yang sesuai dengan
Objektif topik meningkat
1. Menunjukkan perilaku 5. Perilaku sesuai dengan pengetahuan
tidak sesuai anjuran meningkat
2. Menunjukkan persepsi
6. Perilaku tentang masalah yang
yang keliru terhadap
masalah dihadapi menurun
7. Persepsi yang keliru terhadap
Gejala dan Tanda Minor: masalah menurun
Subjektif 8. Perilaku membaik pengalaman
(tidak tersedia) pembedahan dan tingkat
Objektif
pengetahuan tentang pembedahan
1. Menjalankan
pemeriksaan yang 3. Identifikasi
tidak tepat harapan akan
2. Menunjukkan perilaku pembedahan
(mis. Apatis, 4. Identifikasi kecemasan pasien dan
bermusuhan, agitasi, keluarga
hysteria) Terapeutik
1. Sediakan materi operasi dan lama operasi akan
dan media berlangsung
pendidikan kesehatan 2. Informasikan hal-
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan hal yang akan didengar, dicium,
sesuai kesepakatan dilihat atau
3. Sediakan waktu untuk mengajukan ^^dirasakan selama operasi
pertanyaan dan mendiskusikan 3. Jelaskan rutinitas
masalah preoperasi (mis. Anestesi, diet,
Edukasi persiapan usus, tes laboratorium,
1. Informasikan persiapan kulit, terapi IV,
jadwal, lokasi pakaian, ruang tunggu keluarga,
transportasi ke
ruang operasi)
Sumber : Tim Pokja DPP PPNI (2018)
2.3.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perancanaan atau
intervensi keperawatan -untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap
implementasi dimulai dan ditujukan pada perawat untuk membantu klien
dalam mencapai tujuan yang diharapkan (Nursalam, 2013). Implementasi
adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan (Sri Wahyuni, 2016). Implementasi yang
bisa dilakukan oleh perawat dalam meningkatkan pengetahuan pada pasien
Pre Op Ca Mammae adalah dengan cara memberikan edukasi preoperative.
Adapun tahapannya SOP adalah terlampir.
Hasil beberapa penelitian terdahulu yang menjadi keefektifan tindakan
keperawatan yang diangkat oleh peneliti yakni tindakan melakukan edukasi
preoperative atau pendidikan kesehatan. Dengan literature dari tiga jurnal
sebagai berikut :
Pada penelitian Wijayanto (2015) yang berjudul Pendidikan
Kesehatan Terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien Preoperasi Kanker
Payudara, menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan berpengaruh terhadap
tingkat kecemasan pada pasien preoperasi, kecemasan pada pasien
preoperasi kanker payudara dapat menimbulkan perubahan terhadap
peningkatan tekanan darah yang pada akhirnya akan menghambat proses
pembedahan. Kurangnya pengetahuan pasien tentang prosedur pembedahan
akan menimbulkan pertanyaan seputar proses pembedahan dan perawatan
paska pembedahan, seperti mobilisasi dini (latihan napas dalam, batuk
efektif, latihan miring kanan dan kiri, serta latihan ROM aktif). Pendidikan
kesehatan tentang persiapan operasi sangat dibutuhkan untuk mengantisipasi
tingkat kecemasan yang tidak diinginkan. Jika pengetahuan pasien baik
tentang persiapan operasi, maka pasien bisa memperbaiki kemampuan
kopingnya terhadap cemas.
Pada penelitian Titi Astuti, Rizki Azni Desvianti & Merah Bangsawan
(2019) yang berjudul Pengaruh Psikoedukasi terhadap Kecemasan Ibu Pre
Operasi Kanker Payudara, juga menyatakan bahwa terapi psikoedukasi
dapat menurunkan tingkat kecemasan pasien Pre Operasi kanker payudara.
Dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa melakukan psikoedukasi
kepada pasien dapat meningkatkan pengetahuan dan meningkatkan koping
yang kuat untuk menghadapi operasi.
Berdasarkan penelitian Bina Melvia Girsang, Hasrul (2015), yang
berjudul Gambaran Persiapan Perawatan Fisik dan Mental pada Pasien
Pre Operasi Kanker Payudara, peranan perawat dalam persiapan mental
pasien dapat dilakukan dengan memberikan informasi, gambaran, penjelasan
tentang tindakan persiapan operasi dan memberikan kesempatan bertanya
tentang prosedur operasi serta kolaborasi dengan dokter terkait pemberian
obat pre medikasi.
Dilihat dari segi keislaman terdapat hadis-hadis terkait penanganan
penyakit, diantaranya yaitu Hadis yang disampaikan oleh Muhammad bin
Abdurrahim yang mendapat khabar dari Suraij bin Yunus Abu al-Harith
yang diceritakan oleh Marwan bin Suja' dari Salim al-Afthas dari Sa'id bin
Jubair dari Ibnu Abbas bahwa Nabi SAW bersabda: " Terapi pengobatan itu
ada tiga cara,yaitu; berbekam, minum madu dan kay (menempelkan besi
panas pada daerah yang terluka), sedangkan aku melarang ummatku
berobat dengan kay." (HR. Bukhari - 5249). Dalam versi lain diriwayatkan
oleh Jabir ibn ‘Abd Allah bahwa ia mendengar Nabi Muhammad Saw.
Bersabda. “Jika terdapat penyembuhan dalam perobatan kamu, maka itu
adalah berbekam, meminum madu atau membakar yang sesuai dengan
penyakitnya. Tetapi, saya tidak suka dibakar dengan api. ”
Dalam penjelasannya terhadap Hadis-hadis di atas, Ibn Hajar al-
‘Asqlani -seorang ahli hadits dari mazhab Syafi'i mengingatkan para
pembacanya bahwa penanganan penyakit tidak membatasi hanya pada tiga
metode penyembuhan itu saja, Cyaitu meminum madu, berbekam, dan
dibakar dengan metal panas. Untuk menjawab pertanyaan mengapa Nabi
Muhammad Saw. menyebutkan hanya tiga metode penyembuhan saja, Ibn
Hajar menjelaskan bahwa Rasulullah menyebutkan tiga metode
penyembuhan saja karena ketiganya merupakan ushul al-‘ilaj, dasar atau
prinsip penyembuhan. Di samping itu, masih banyak lagi cara penyembuhan
lain di kalangan orang Arab pada waktu itu. Penjelasan lain yang dapat
ditambahkan bahwa Hadis Bini dilandasi oleh telah berkembangnya
pemikiran pada waktu itu bahwa timbulnya penyakit pada dasarnya
disebabkan oleh kondisi darah (damawi) atau safrawi (yellow bile) atau
sawdawi (black bile) atau balghi (phlegm). Ini menunjukkan bahwa orang
Arab pada waktu itu memandang penyebab penyakit dalam pengertian
filsafat dan memandangnya sebagai gangguan dalam keseimbangan
darah tubuh dan unsur-unsur yang lain.

Ketika mencermati metode perawatan dan penyembuhan penyakit di


atas, kita dapat menemukan bahwa pada masa Nabi Muhammad Saw.
Penanganan penyakit utamanya didasarkan pada penyebab penyakit dan
upaya mengetahui cara menanggulanginya. Umat Islam didorong untuk
mempelajari gejala, penyebab,dan selanjutnya upaya penyembuhannya
(ma’rifatuh bi tahqiq al- sabab wa al-‘alamah). Karena pada hakikat
manusia tidak terpisah dari kemampuannya untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan, maka ilmu yang disertai iman, adalah ukuran derajat manusia.
Manusia yang ideal adalah manusia yang mencapai ketinggian iman dan
ilmu. (QS.58:11). Arti pengembangan ilmu pengetahuan pada hadis tersebut
jika dikaitkan dengan masalah keperawatan deficit pengetahuan yaitu
dengan diterimanya informasi atau edukasi kesehatan khususnya
preoperative pada kanker payudara.
Allah SWT berfirman dalam Qur’an SurahSurat Al-Baqarah Ayat 31 :
-? > o'? , k. ' £ 'k £ 't/ - "? 0 'Y
k
1 - ° 1 • e • l tl -X t C -1 t' • > ' • '' 1 - 11' -1 - ° - \ -t' -
C-LA^U ^JjJJJl JUS 4^-U-AJI ^JO fl ^JO fj £LA^7' fJI f^J

,
4
“Dan ia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,
kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman:
“Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar
orang-orang yang benar! ”
Berdasarkan sabda Rasulullah dan Sunahnya, apabila sedang sakit
wajib berobat. Disamping itu juga harus bersabar, karena orang yang sakit
dan bersabar adalah surga. “Berobatlah kalian wahai hamba-hamba Allah
swt, karena Allah swt tidak menciptakan penyakit melainkan juga
menciptakan obat-nya, kecuali satu penyakit yang tidak ada obatnya yaitu
penyakit tua (pikun). ” (HR. Abu-Daud).
Maka dari itu tenaga medis yang mempunyai peran sebagai edukator
dapatmembantu pasien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan sesuai
dengan QS. Al-Mujadalah ayat 11.
2.3.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah penilaian terakhir proses keperawatan didasarkan
pada tujuan keperawatan yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan
keperawatan didasarkan pada perubahn perilaku dari criteria hasil yang ditetapkan,
yaitu terjadinya adaptasi pada individu (Nursalam, 2015). Evaluasi ini sangat
penting karena manakala setelah dievaluasi ternyata tujuan tidak tercapai atau
tercapai sebagian, maka harus di reassesment kembali kenapa tujuan tidak tercapai
(Purwanto, 2016). Dalam evaluasi menggunakan metode SOAP (subyektif,
obyektif, assessment, planning).

BEDAH JURNAL
No Judul Tujuan Populasi Metode Hasil Pembahasan Analisis thinkin

1. PENGARUH penelitian ini .World Health Jenis penelitian Berdasarkan


TERAPI adalah untuk Organization penelitian ini dari penelitian menunjukan penelitian dan
DZIKIR mengetahui (WHO) adalah pra pada jurnal ini bahwa Rata- pembahasan
TERHADAP pengaruh terapi menyebutkan experiment di dapatkan rata nyeri mengenai
INTENSITA dzikir bahwa 8-9% dimana 1. Intensitas sebelum pengaruh terapi
S NYERI terhadap wanita akan bentuk nyeri pada dilakukan dzikir terhadap
PADA intensitas nyeri mengalami desain yang pasien Post perlakuan intensitas nyeri
PASIEN pada pasien Post kanker digunakan Operasi adalah 7,80 pada pasien pos
POST Operasi Ca payudara. adalah Ca mammae dengan nyeri operasi ca
OPERASI mammae di Kanker desain one sebelum terendah mammae di
CA RSUD Prof dr. payudara group pretest dilakukan terapi adalah 7 dan RSUD Prof Dr
MAMMAE Margono sebagai jenis and posttest dzikir pada tertinggi Margono
DI RSUD Soekarjo kanker yang design. pasien Post adalah 9. Rata- Soekarjo
PROF DR Purwokerto.Jenis paling banyak Rancangan Operasi Ca rata nyeri Purwokerto,
MARGONO penelitian ini ditemui pada jenis ini mammae di setelah maka ditarik
SOEKARJO adalah pra wanita. Kasus hanya RSUD Prof dr. dilakukan kesimpulan
PURWOKE experiment kanker payudara menggunaka Margono perlakukan sebagai
RTO dengan desain one setiap tahun n satu Soekarjo adalah 3,32 berikut:
group pretest and terdiagnosa kelompok Purwokerto. dengan nyeri 1. Intensitas
posttest lebih dari subjek, yaitu sebanyak 6 terendah nyeri pada
design. Teknik 250.000 pengukuran orang (40%), adalah 2 dan pasien post
Sampel yang kasus baru di dilakukan intensitas nyeri tertinggi operasi ca
digunakan adalah Eropa dan sebelum dan sedikit sedang adalah 6. Ada mammae di
accidental kurang lebih sesudah sebanyak 4 pengaruh RSUD Prof Dr
sampling, sampel 175.000 perlakuan orang (26,7%), terapi dzikir Margono
penelitian ini di Amerika (Saryono, intensitas nyeri terhadap Soekarjo
adalah seluruh Serikat. Kasus 2010). sangat berat 3 intensitas nyeri Purwokerto
pasien post pada tahun 2010 Teknik orang (20%) dan pada pasien dengan rata-rata
operasi ca ditemukan pengambilan intensitas nyeri Post Operasi nyeri
mammae sebanyak 1,2 sampel yang ringan sebanyak Ca mammae sebelum
juta wanita digunakan 2 orang sebelum dan dilakukan
terdiagnosa pada (13,3%). sesudah perlakukan
kanker payudara penelitian ini 2. Intensitas diberikan adalah 7,80
dan lebih dari adalah nyeri pada terapi dzikir dengan nyeri
700.000 accidental pasien Post dengan nilai ρ- terendah adalah
penderita sampling. Operasi Ca value sebesar 7 dan tertinggi
meninggal Accidental mammae 0,000, ρ-value adalah 9.
akibat kanker sampling sesudah < α (0,000 < 2. Intensitas
payudara merupakan dilakukan terapi 0,05).Sehingga nyeri pada
(Mulyani dan teknik dzikir terapi pasien post
Nuryani, 2013). pengambilan pada pasien Post dzikir sangat operasi ca
Di Indonesia sampel yang Operasi Ca bermanfaat mammae di
belum ada data menggunaka mammae di terhadap RSUD Prof Dr
statistik n RSUD Prof dr. penurunan Margono
yang akurat, pendekatan Margono intensitas nyeri Soekarjo
namun data waktu, Soekarjo pada pasien Purwokerto
yang terkumpul dimana Purwokerto post operasi ca dengan rata-rata
dari peneliti Hasil penelitian mammae nyeri
Rumah Sakit secara didapatkan rata- selain setelah
menunjukkan kebetulan rata dengan terapi dilakukan
bahwa kanker bertemu nyeri setelah farmakologi. perlakukan
payudara dengan dilakukan adalah 3,32
menduduki sampel tanpa perlakukan dengan nyeri
peringkat pemilihan sebesar 3,32 terendah adalah
pertama di terlebih atau nyeri 2 dan tertinggi
antara kanker dahulu ringan. Nyeri adalah 6.
lainnya pada (Saryono, yang dialami 3. Ada pengaru
wanita. setelah 2010). oleh terapi dzikir
menjalani Teknik responden terhadap
perawatan, Analisis Data setelah intensitas nyeri
sekitar 50% dilakukan pada pasien Pos
pasien yang perlakuan Operasi Ca
mengalami adalah mammae
kanker stadium karena efek dari sebelum dan
akhir dapat pemberian sesudah
bertahan terapi. Menurut diberikan
hidup 18-30 peneliti terapi dzikir
bulan terjadinya dengan nilai ρ-
(Kumalasari dan penurunan nyeri value sebesar
Adhyantoro, pada pasien 0,000, ρ-value <
2012). Kejadian karena terapi α (0,000 < 0,05
kanker di yang dilakukan
Indonesia secara berulang
terdapat akan dapat
sebanyak 23.310 menimbulkan
kasus dan rasa nyaman
kanker payudara yang
sebanyak 2.743 pada akhirnya
kasus. Dari akan
data survey meningkatkan
penelitian yang toleransi
dilakukan di RS persepsi dalam
Kanker menurunkan
Dharmais rasa nyeri yang
Jakarta, di dialami. Jika
temukan data seseorang
bahwa tahun mampu
2011 ada 10 meningkatkan
jenis kanker toleransinya
yang terhadap nyeri
paling sering maka seseorang
diterjadi yaitu : akan mampu
kanker payudara beradaptasi
43,7%, kanker dengan nyeri,
serviks 26,4%, dan juga
kanker paru akan memiliki
11,3%, kanker pertahanan diri
nesopharing yang baik pula.
10,4%, merasakan
hepatoma keikhlasan
7,6%, kanker dalam menerima
tyroid 6,2%, kondisi
kanker kolon sehingga dapat
6%, mengurangi
kanker ovarium perasaan
5,7%, kanker yang tidak
recti 5,6% dan nyaman
Limfoma Non terhadap rasa
Hodgkin nyeri.
(kanker limfe) Penting bagi
3,5%. pasien untuk
Hal ini meyakini
menunjukkan bahwa
bahwa kanker kondisinya saat
payudara ini adalah
paling banyak sebuah ujian
terjadi daripada yang harus
kejadian kanker dijalani dengan
lain (Haryono, sabar dan tabah.
2012). Hasil Hal
survey riset ini akan
Kesehatan Dasar semakin mudah
di Indonesia jika pasien
menunjukkan menyerahkan
angka prevalensi diri sepenuhnya
penyakit kepada Allah
tumor/kanker SWT dengan
sebesar pengakuan
4,3 per 1000 bahwa tidak ada
penduduk tuhan
(Kementrian kecuali Allah
Kesehatan, SWT. Kalimat
2007). dzikir dengan
Berdasarkan lafaz “Laa Ilaa
hasil Survey Ha Illallah”
Kesehatan adalah kalimat
Rumah Tangga dzikir yang tepat
(SKRT) kasus diberikan
kanker payudara kepada pasien.
senantiasa Lafaz “Laa Ilaa
mengalami Ha Illallah”
peningkatan dari memiliki makna
tahun bahwa tidak ada
ke tahun di Jawa tuhan kecuali
Tengah. Pada Allah SWT.
tahun 2005- Kalimat dzikir
2008 prevalensi ini bermakna
kanker payudara bahwa seorang
mengalami hamba
peningkatan dari menerima
0,1% sampai keesaan Allah
0,03%. Besar SWT dan
kematian menerima
penderita kanker apapun
ini dikarenakan ketetapannya.
terlambat Hawari (2010)
pemeriksaan menyatakan
dini ke fasilitas bahwa
kesehatan “Dzikir dan Doa
seperti Bidan dari sudut
Praktek Swasta pandang ilmu
(BPS), kedokteran jiwa
Puskesmas dan atau kesehatan
rumah sakit. Di mental
Provinsi Jawa merupakan
Tengah terapi psikiatrik,
berdasarkan setingkat lebih
laporan program tinggi daripada
dari psikoterapi
Dinkes biasa. Hal ini
Kabupaten yang dikarenakan
berasal dari dzikir dan doa
Rumah mengandung
Sakit dan unsur
Puskesmas spiritual
tahun 2011, kerohanian,
kasus keagamaan,
penyakit kanker yang dapat
ditemukan membangkitkan
sebanyak 27.125 harapan dan
kasus terdiri dari percaya diri
kanker payudara pada
8.568 kasus diri klien atau
(31,59%), penderita, yang
kanker serviks pada gilirannya
12.271 kasus kekebalan tubuh
(45,24%), dan kekuatan
kanker hepar psikis
dan empedu 300 meningkat
kasus sehingga
(2,5%) serta mempercepat
kanker paru dan proses
bronkus 256 penyembuhan”.
kasus Dalam hal ini,
(2,2%) (Dinkes tentu terapinya
Jateng, 2011). juga disertai
Diantara kanker Hasil penelitian
dalam tubuh didapatkan rata-
wanita, rata
kanker payudara nyeri responden
merupakan sebelum
kanker yang diberikan
paling perlakuan
banyak adalah 7,8 atau
dijumpai. nyeri berat.
Karena kanker Berdasarkan
payudara hasil
mempengaruhi penelitian
kehamilan dan tersebut menurut
persalinan peneliti pada
begitu proses
pola terhadap operasi
konsepsi. Setiap digunakan
wanita memiliki anastesi agar
hal yang sama pasien tidak
berisiko merasakan nyeri
mengalami pada saat
kanker dibedah. Namun
payudara. setelah operasi
Risiko kanker selesai dan
payudara pasien mulai
dialami sadar
wanita yang dan efek
mengalami anestesi habis
kenaikan berat bereaksi, pasien
badan akan
27 kg sejak usia merasakan nyeri
18 tahun sampai pada bagian
masa tubuh yang
menghadapi mengalami
peningkatan pembedahan.
risiko kanker Hal ini sejalan
payudara hingga dengan teori
45 %, kanker Semiun
leher rahim (2006) bahwa
(Proverawati, permasalahan
2010). pada pasien post
operasi adalah
rasa nyeri yang
dirasakan akibat
luka operasi.
Setelah efek
anestesi hilang
maka
pasien akan
merasakan nyeri
pada area
payudara setelah
dilakukan
mastektomi. Hal
ini
akan
mengakibatkan
kondisi pasien
merasa
tidak nyaman,
tidak tenang,
gelisah dan
berbagai
gangguan
perasaan atau
mood lainnya.
Ketika
seseorang
dihadapkan pada
suatu
keadaan yang
cenderung
menimbulkan
perasaan
tertekan, maka
mereka sangat
membutuhkan
sebuah
kompensasi agar
perasaan yang
dirasakan
tersebut bisa
diatasi.
Hal ini sesuai
dengan yang
dikemukakan
oleh Potter dan
Perry (2005)
bahwa nyeri
merupakan
pengalaman
yang
menyeluruh
dirasakan oleh
semua manusia
dan bersifat
subjektif,
sehingga
nilainya dapat
berbeda-beda
dari satu orang
dengan orang
lain serta
bervariasi
dirasakan oleh
orang dari
waktu ke
waktu.
Munculnyal
nyeri sangat
berkaitan erat
dengan reseptor
dan adanya
rangsangan.
Reseptor nyeri
dapat
memberikan
respons akan
adanya
setimulus atau
rangsangan.
Stimulus
yang diterima
oleh reseptor
tersebut
ditrasmisikan
berupa implus-
implus nyeri ke
sumsung tulang
belakang oleh
dua jenis
serabut, yaitu
serabut A (delta)
dan serabut C.
Implus nyeri
menyebrangi
tulang belakang
pada
interneuron dan
bersambung ke
jalur spinal
asendens yang
paling utama,
yaitu jalur
spinothalamic
tract (STT) atau
spinothalamus
dan
spinoreticular
tract (SRT) yang
membawa
informasi
mengenai sifat
dan lokasi nyeri
(Uliyah, 2008).
Hasil penelitian
ini sejalan
dengan
penelitian
Rampengan
(2014) tentang
“Pengaruh
teknik relaksasi
dan teknik
distraksi
terhadap
perubahan
intensitas nyeri
pada pasien
post operasi”,
didapatkan hasil
sebagian besar
responden
mengalami
intensitas nyeri
berat dengan
obat dan
tindakan medis
lainnya tanpa
harus
mengabaikanny
a. Dengan
demikian,
menunjukkan
bahwa terapi
medis disertai
dzikir
dan doa
merupakan
pendekatan
holistik di
dunia
kedokteran
modern pada
saat ini.
3. Pengaruh
terapi dzikir
terhadap
intensitas
nyeri pada
pasien Post
Operasi Ca
mammae
di RSUD Prof
dr. Margono
Soekarjo
Purwokerto
Berdasarkan
tabel 4.3 dapat
diketahui
bahwa nilai ρ-
value sebesar
0,000, ρ-value <
α
(0,000 < 0,05)
yang artinya ada
pengaruh terapi
dzikir terhadap
intensitas nyeri
pada pasien Post
Operasi Ca
mammae
sebelum dan
sesudah
diberikan terapi
dzikir.
Berdasarkan
hasil penelitian
menurut
peneliti hal ini
terjadi karena
seseorang yang
mengalami nyeri
akan mencari
pertolongan
untuk memenuhi
kebutuhan rasa
nyamannya,
dengan Dzikir
perawat dapat
memenuhi
kebutuhan rasa
nyaman pasien.
Dzikir sebagai
penyembuh
terhadap nyeri
diantaranya
dengan
berdzikir
menghasilkan
beberapa efek
medis
dan psikologis
di dalam tubuh,
dimana
fenomena ini
akan
menyebabkan
hati dan
pikiran merasa
tenang
dibandingkan
sebelum
berzikir. Otot-
otot tubuh
mengendur
terutama
otot bahu yang
sering
mengakibatkan
ketegangan
psikis.
Hal ini
didukung
dengan teori
Lukman
(2012) yang
menyatakan
bahwa secara
fisiologis, terapi
spiritual dengan
berdzikir atau
mengingat asma
Allah
menyebabkan
otak akan
bekerja, ketika
otak mendapat
rangsangan dari
luar, maka otak
akan
memproduksi
zat kimia
yang akan
memberi rasa
nyaman yaitu
neuropeptida.
Setelah otak
memproduksi
zat
tersebut, maka
zat ini akan
menyangkut dan
diserap didalam
tubuh yang
kemudian akan
memberi umpan
balik berupa
kenikmatan atau
kenyamanan.
Hasil penelitian
ini sejalan
dengan
penelitian
Munzir (2008)
menunjukkan
bahwa
kata-kata dzikir
itu dapat
menjadi salah
satu
frasa fokus
(kata-kata yang
menjadi titik
fokus
perhatian) dalam
proses
penyembuhan
diri klien
dari kecemasan,
ketakutan
bahkan dari
keluhan
fisik seperti
sakit kepala,
nyeri dada dan
hipertensi.
Al-qur’an juga
bermanfaat
dalam
kesehatan yakni
dalam proses
penyembuhan.
Al-qur’an
terbukti
berpengaruh
tehadap
relaksasi
ketegangan pada
otot dan saraf.
Ketegangan
pada otot saraf
dapat berpotensi
mengurangi
daya tahan
tubuh yang
disebabkan
oleh gangguan
keseimbangan
fungsi organ
dalam tubuh.
Dengan
menggunakan
Al-qur’an
sebagai media
relaksasi, daya
tahan tubuh
dapat
di pengaruhi
sehingga
mampu
melawan
penyakit dan
membantu
proses
penyembuhan
(Al-Qadhiy,
2009).
Selama
melaksanakan
asuhan
keperawatan
pada aspek
spiritual care
perawat
dituntut untuk
mampu hadir
secara fisik
maupun psikis
dimanifestasika
n dalam
mendengarkan
dengan aktif,
sikap empati
melalui
komunikasi
terapeutik dan
memfasilitasi
ibadah praktis
membantu
pasien
untuk
menginterospek
si diri merujuk
kepada
rohaniawan jika
pasien
membutuhkan.
Adapun
kriteria hasil
yang ingin
dicapai dari
asuhan
keperawatan
dengan
pendekatan
spiritual
care ini adalah
ditemukannya
kemampuan
pasien dalam
bersyukur,
kedamaian atau
ketenangan dan
tergalinya
mekanisme
koping
yang efektif
untuk mengatasi
rintangan hidup
diantaranya
dalam
mengahapi nyeri
(Potter &
Perry, 2005).
Hasil penelitian
ini sejalan
dengan
penelitian
Hidayat (2014)
tentang
menganalisis
dzikir khafi
untuk
menurunkan
skala nyeri
osteoartritis
pada lansia di
Panti Sosial
Trisna
Werda (PSTW)
Unit Budi Luhur
Bantul
Yogyakarta.
Hasil analisa
terdapat
perbedaan
skala nyeri
sebelum dan
sesudah
perlakuan
pada kelompok
eksperimen
dengan nilai ρ-
value sebesar
0,000 (<0,05)
serta tidak ada
perbedaan skala
nyeri sebelum
dan sesudah
pada kelompok
kontrol dengan
nilai ρ-value
sebesar 0,627
(>0,05) dan
terdapat
perbedaan
skala nyeri
sesudah
perlakuan pada
kelompok
kontrol dan
eksperimen
dengan nilai ρ-
value
sebesar 0,000
(<0,05).
.

N Judul Tujuan Populasi Metode Hasil Pembahasan Analisis


O thinking
2 PENERAPAN Terapi musik Penelitian ini pengumpulan dari hasil dari jurnal ini Analisis
TERAPI MUSIK ini juga menunjukkan data berupa penelitian pada didapat thingkin
KLASIK mempunyai bahwa artikel yang jurnal ini pembahasan yang di
DALAM tujuan untuk intensitas nyeri mana didapat berupa Hasil simpulkan
MENURUNKA membantu pada Tinjauan Carcinoma penelitian yang dari jurnal
N NYERI mengekspresika pasien post literatur yang mammae dilakukan ini,
PADA PASIEN n operasi hernia dilakukan merupakan oleh (Agustini, Berdasarkan
CA MAMMAE perasaan, sebelum melalui penyakit yang 2018) dengan hasil
LITERAURE membantu dilakukan penelusuran paling ganas judul penelitian
REVIEW. rehabilitasi pemberian hasil-hasil akibat Pengaruh yang telah
fisik, terapi musik publikasi tumbuhnya sel Terapi Musik dilakukan
memberi klasik ilmiah pada kanker Klasik dapat dilihat
pengaruh diperoleh rata- rentang tahun abnormal yang Terhadap bahwa terap
positif terhadap rata sebesar 2006-2018 berasal dari sel- Penurunan musik klasik
kondisi suasana 4,75 (nyeri menggunakan sel normal pada Intensitas Nyeri terbukti
hati dan emosi sedang) pada database payudara Pada Pasien efektif
serta pre test sesi 1 Pubmed, yang dapat Post Operasi dalam
mengurangi dan sebesar google berasal dari Hernia. menurunkan
tingkat 4,05 (nyeri cendekia. kelenjar susu, Penelitian ini nyeri pada
kecemasan sedang) pada Pada database saluran susu, menunjukkan pasien yang
serta pre test sesi 2. pubmed atau jaringan bahwa mengalami
menurunkan Intensitas nyeri dengan penunjang intensitas nyeri nyeri. Hal
intensitas nyeri pada pasien memasukkan seperti lemak pada ini dapat
pada pasien. post operasi keyword 1 dan saraf pasien post dilihat dari
Terapi musik hernia setelah ``Therapy (Khasanah, operasi hernia kondisi
juga dapat pemberian Music`` 2013). sebelum klien,
digunakan terapi musik ditemukan Tanda yang dilakukan dimana
untuk klasik diperoleh 3.000 artikel. mungkin pemberian setelah
berbagai rata-rata Keyword muncul pada terapi musik diberikan
kondisi sebesar 3,10 2 ``Pain`` penderita Ca klasik terapi musik
termasuk (nyeri ringan) ditemukan mammae ialah diperoleh rata- klasik klien
gangguan pada post test 1.500 artikel. timbulnya rata sebesar tampak lebih
kejiwaan, sesi 1 dan Keyword 3 benjolan yang 4,75 (nyeri tenang dan
masalah medis, sebesar 2,10 ``Breast tidak terasa sedang) pada rileks.
cacat fisik, (nyeri ringan) Cnancer`` nyeri. Benjolan pre test sesi 1 Diharapkan
gangguan pada post test ditemukan itu awalnya dan sebesar bagi perawa
sensorik, cacat sesi 2, dan 500 artikel. kecil namun 4,05 (nyeri serta rumah
perkembangan, dengan hasil Keyword 4 semakin lama sedang) pada sakit dapat
masalah akhir dilakukan maka akan pre test sesi 2. menjadikan
penuaan, mendapatkan penggabunga semakin Intensitas nyeri musik klasik
meningkatkan nilai (ρ value n keyword 1, membesar serta pada pasien sebagai
konsentrasi 0,000) yang 2, dan 3 yaitu menimbulkan post operasi terapi
belajar, berarti terdapat ``Therapy nyeri. Benjolan hernia setelah komplement
mendukung pengaruh terapi Music AND tersebut pemberian er, serta
latihan musik pain AND melekat pada terapi musik menambah
fisik, serta klasik terhadap breast kulit atau klasik diperoleh referensi
mengurangi penurunan cancer`` menimbulkan rata-rata sebesar untuk lebih
stres dan intensitas nyeri ditemukan perubahan pada 3,10 meningkatka
kecemasan pada pasien 100 artikel. kulit payudara, (nyeri ringan) n mutu
post operasi Setelah serta pada pada post test pelayanan
hernia di ruang dilakukan puting susu. sesi 1 dasebesar yang
dadali RSUD pencarian Nyeri dapat 2,10 (nyeri diberikan
Cideres Tahun artikel, berkurang ringan) pada pada pasien
2018. selanjutnya dengan post test yang
Penelitian lain dilakukan melakukan sesi 2, dan mengalami
yang dilakukan pembatasan terapi non dengan hasil Ca
oleh jumlah artikel farmakologi akhir Mammae
(Boyde, sesuai kriteria dan mendapatkan (kanker
Linden, Boehm, penelitian farmakologi nilai (ρ value payudara)
& Ostermann, dengan (Hidayat, 0,000) yang dengan nyer
2012) dengan langkah- Utami, Tri, & berarti terdapat dalam
judul The use langkah : Agrina, 2008). pengaruh terapi pemberian
of music LIMIT Namun jangan musik terapi musik
therapy during Abstrak khawatir jika klasik terhadap klasik.
the treatment of ditemukan 19 ditemukan penurunan
Cancer artikel. benjolan pada intensitas nyeri
patients: A LIMIT Full payudara, pada pasien
Collection of Text karena tidak post operasi
evidence ditemukan 15 semuanya hernia di ruang
terdapat 12 artikel. berarti dadali RSUD
studi klinis LIMIT to date carcinoma Cideres Tahun
yang dilakukan (2006-2018) (kanker) tetapi 2018.
antara tahun ditemukan 10 kebanyakan Penelitian lain
2001 dan 2011 artikel. yang bersifat yang dilakukan
terdiri dari LIMIT of jinak (tumor) oleh
total 922 humans (Houghty, (Boyde, Linden,
pasien. Delapan ditemukan 5 Veronika, & Boehm, &
studi secara artikel. Limit Florensa, Ostermann,
acak uji coba Clinical Trial 2018). 2012) dengan
terkontrol RCT ditemukan 1 Nyeri judul The use of
(Randomized artikel. Nyeri atau rasa music
Controlled Pada database sakit therapy during
Trial), dan google merupakan the treatment of
empat studi cendekia respon yang Cancer
observasional. dengan paling patients: A
Empat memasukkan dipahami oleh Collection of
penelitian keyword 1 individu ketika evidence
dilakukan di ``Therapy mengalami terdapat 12
bidang Music`` cidera. Nyeri studi klinis
onkologi ditemukan terbagi menjadi yang dilakukan
pediatrik, yang 1.000 2 (dua) yaitu antara tahun
menunjukkan artikel. nyeri akut 2001 dan 2011
bahwa Keyword 2 dan nyeri terdiri dari
terdapat ``Therapy kronik. Nyeri total 922
perbedaan pada Music AND akut pasien. Delapan
perbaikan pain`` merupakan studi secara
jangka ditemukan nyeri yang acak uji coba
pendek dalam 500 artikel. timbul secara terkontrol RCT
suasana hati, Keyword 3 mendadak dan (Randomized
relaksasi ``Therapy cepat Controlled
pasien, Music AND menghilang, Trial), dan
kelelahan, serta Breast serta tidak empat studi
kecemasan cancer`` melebihi 6 observasional.
dalam ditemukan (enam) bulan. Empat
menghadapi 300 artikel. Sedangkan penelitian
nyeri kanker. Keyword 4 nyeri kronis dilakukan di
Penelitian lain ``Therapy merupakan bidang onkologi
yang dilakukan Music AND nyeri yang pediatrik, yang
oleh randomized timbul secara menunjukkan
(Martini et al., controlled perlahan-lahan bahwa
2018) dengan trial`` dan melebihi 6 terdapat
judul Terapi ditemukan (enam),bulan perbedaan pada
Distraksi 200 artikel. (Martini, perbaikan
(Musik Klasik) Keyword 5 Watiningsih, jangka
Terhadap dilakukan Pertama, & pendek dalam
Penurunan penggabunga Lisnayani, suasana hati,
Nyeri Pada n 2018). relaksasi
Pasien Post keyword 1, 2, Nyeri dapat pasien,
Operasi Fraktur 3, dan 4 yaitu muncul akibat kelelahan, serta
Di Ruang ``Therapy adanya kecemasan
Bedah RSUD Music`` AND rangsangan dalam
Kabupaten ``Therapy yang diterima menghadapi
Buleleng. Music AND oleh nyeri kanker.
Dengan ini pain`` AND nociceptors Penelitian lain
menunjukkan ``Therapy pada kulit, bisa yang dilakukan
bahwa sebelum Music AND intesitas oleh
diberikan Breast tinggi maupun (Martini et al.,
terapi distraksi cancer`` AND rendah seperti 2018) dengan
(musik klasik) ``Therapy perenggangan judul Terapi
pada pasien Music AND dan suhu serta Distraksi
post operasi randomized oleh lesi (Musik Klasik)
fraktur di ruang controlled jaringan. Sel Terhadap
Kamboja trial`` yang Penurunan
RSUD diemukan mengalami Nyeri Pada
Kabupaten 50 artikel. nekrotik Pasien Post
Buleleng, Setelah akan merilis Operasi Fraktur
menunjukkan dilakukan K+ dan protein Di Ruang
bahwa dari 22 pencarian intraseluler. Bedah RSUD
pasien artikel, Peningkatan Kabupaten
sebelum selanjutnya kadar K+ Buleleng.
diberikan rata- dilakukan ekstraseluler Dengan ini
rata mengalami pembatasan. akan menunjukkan
intensitas nyeri menyebabkan bahwa sebelum
4.41 (nyeri depolarisasi diberikan
sedang) dan nociceptor, terapi distraksi
setelah sedangkan (musik klasik)
diberikan terapi protein pada pada pasien
distraksi (musik beberapa post operasi
klasik), keadaan fraktur di ruang
menunjukkan akan Kamboja
rata-rata menginfiltrasi RSUD
intensitas mikroorganism Kabupaten
nyeri pasien e Buleleng,
post operasi sehingga menunjukkan
fraktur menyebabkan bahwa dari 22
mengalami peradangan pasien
penurunan atau sebelum
intensitas nyeri inflamasi. diberikan rata-
2.77 (nyeri Akibatnya, rata mengalami
ringan), dengan mediator nyeri intensitas nyeri
nilai p value dilepaskan 4.41 (nyeri
0,000 (0,000 < seperti sedang) dan
0,05) yang leukotrien, setelah
berarti terdapat prostaglandin diberikan terapi
pengaruh terapi E2, dan distraksi (musik
distraksi histamin yang klasik),
(Musik Klasik) akan menunjukkan
terhadap merangsang rata-rata
penurunan nosiseptor intensitas
nyeri pada sehingga nyeri pasien
pasien rangsangan post operasi
post operasi berbahaya dan fraktur
fraktur di ruang tidak mengalami
kamboja berbahaya penurunan
RSUD dapat intensitas nyeri
Kabupaten menyebabkan 2.77 (nyeri
Buleleng nyeri ringan), dengan
(hiperalgesia nilai p value
atau allodynia) 0,000 (0,000 <
(Baharudin, 0,05) yang
2017). berarti terdapat
Adapun terapi pengaruh terapi
yang dapat distraksi (Musik
menurunkan Klasik)
intensitas nyeri terhadap
yaitu dengan penurunan nyeri
Terapi pada pasien
farmakologis post operasi
dan non fraktur di ruang
farmakologis. kamboja
Untuk RSUD
menurunkan Kabupaten
nyeri Buleleng
secara
farmakologi
meliputi
analgesik
dengan
penggunaan
opioid. Obat
opioid
ini berfungsi
untuk
penghilang rasa
sakit
yang bekerja
dengan reseptor
opioid di
dalam sel
tubuh, obat ini
dibuat dari
tanaman opium
seperti morfin.
Dengan
efek samping
seperti
memperlambat
pernapasan dan
detak jantung
(Rahayuwati et
al., 2018).
Sedangkan
untuk terapi
non
farmakologi
ialah terapi
musik (Faridah,
2016).
Terapi Musik
Terapi musik
adalah suatu
bentuk
terapi dibidang
kesehatan yang
menggunakan
musik dan
aktivitas musik
untuk
mengatasi
masalah dalam
berbagai
aspek fisik,
psikologis,
kognitif dan
kebutuhan
sosial individu
yang
mengalami
cacat fisik
(Faridah,
2016).
Terapi musik
ini juga
mempunyai
tujuan untuk
membantu
mengekspresik
an
perasaan,
membantu
rehabilitasi
fisik,
memberi
pengaruh
positif terhadap
kondisi suasana
hati dan emosi
serta
mengurangi
tingkat
kecemasan
serta
menurunkan
intensitas nyeri
pada pasien.
Terapi musik
juga dapat
digunakan
untuk
berbagai
kondisi
termasuk
gangguan
kejiwaan,
masalah medis,
cacat fisik,
gangguan
sensorik, cacat
perkembangan,
masalah
penuaan,
meningkatkan
konsentrasi
belajar,
mendukung
latihan
fisik, serta
mengurangi
stres dan
kecemasan
(Larasati,
2016).
Adapun efek
yang
ditimbulkan
ialah
dapat
menurunkan
nyeri dan
membuat
relaksasi.
Rangsangan
musik
meningkatkan
pelepasan
endorfin
sehingga
mengurangi
kebutuhan obat
analgesik.
Musik dapat
memperlambat
serta
menyeimbangk
an gelombang
otak,
bahkan dapat
mempengaruhi
irama
pernapasan,
denyut jantung,
dan tekanan
darah (Rilla et
al., 2017).
N JUDUL TUJUAN POPULASI METODE HASIL PEMBAHASA AN
O N TH
4. Hubungan Tujuan Dari jurnal ini Desain didapat hasil Di dapat isi dari An
Penggunaan penelitian ini di dapat sempel penelitian ini peneliatan dari jurnal ini ada
Terapi untuk populasi yang adalah jenis jurnal ini Tabel memilki bahasan jurn
Modern dan mengidentifikas berisikan data correlation 1 dapat yang berisikan Ter
Komplemente i hubungan Sejak tahun cross sectional menggambarka Uji korelasi pada hub
r terhadap penggunaan 2005 sampai dimana melihat n bahwa terapi modern pos
Kualitas terapi modern dengan tahun hubungan responden dan sig
Hidup Pasien dan terapi 2010, variabel terdiri dari komplementer ant
Kanker komplementer WHO independen karekteristik terhadap kualitas mo
Payudara (herbal, pijat, memperkirakan yaitu kombinasi lansia hidup kom
dan herbal- ada 58 juta terapi awal (80,9%), dengan r
pijat) terhadap kematian modern dan tidak bekerja Spearman terh
kualitas hidup karena komplementer (78,7%), mendapatkan kua
pasien penyakit- (pijat, herbal berpenghasilan hasil p-value hid
kanker penyakit kronik serta, pijat dan lebih dari UMR = 0,00 < α = mo
payudara yang dan 7.6 juta herbal) dengan (65,2%), 0,01 dan ρ (rho) terh
menjalani disebabkan oleh variabel menikah = +0,2. Hasil kua
kemoterapi. kanker. Saat ini dependen yaitu (71,9%), tersebut hid
Penelitian ini terdapat kualitas hidup kanker stadium menunjukkan mo
adalah jenis tiga jenis pasien kanker III bahwa terapi her
korelasi yaitu kanker sebagai payudara. Jenis (69,7%), dan modern terh
hubungan penyebab terapi pijat memiliki dan kua
antara dua atau kematian yang terdapat dukungan komplementer hid
lebih utama pada dalam keluarga memiliki pas
variabel dengan wanita di dunia penelitian ini yang sangat hubungan positif kan
pendekatan yaitu kanker adalah terapi mendukung yang signifikan pay
cross sectional payudara, pijat (55,6%). Secara terhadap kualitas yan
dan analisis kanker paru, tradisional dan pendidikan, hidup pasien me
data dengan dan kanker pijat refleksi kelompok kanker kem
Spearman test. serviks sedangkan jenis terbesar payudara. Nam
Pengambilan dimana kanker herbal yang berpendidikan Penggunaan terd
data payudara terdapat dalam SD (36,0%). terapi modern hub
berdasarkan menjadi penelitian ini Terkait Jenis dan neg
kuesioner penyebab adalah sirsak, terapi modern komplementer sig
penelitian paling umum bawang cina, dan dapat ant
sebelumnya, untuk kematian dan kunyit. komplementer meningkatkan mo
meliputi terapi di kalangan Populasi dalam yang digunakan kualitas hidup pija
modern, terapi wanita dengan penelitian ini oleh pasien kanker terh
komplementer, jumlah 425.000 adalah seluruh responden payudara. Hal kua
dan kualitas orang. penderita dapat terlihat ini sejalan hid
hidup terhadap Jumlah kanker pada tabel 2. dengan tida
178 penderita payudara di Tabel 2 penelitian yang hub
responden yang kanker Puskesmas menunjukkan, dilakukan pos
diambil dengan payudara Sekota pada pengguna Cheung et al. sig
teknik semakin Bandung dan terapi (2001); Sloman ant
accidental meningkat. Rumah Singgah modern dan et al. (2003); tera
sampling. Hasil Pada tahun Viona komplementer Jacobsen et al. mo
penelitian 2012, penderita Lautan Kasih (pijat, herbal, (2002); Stanley pija
menunjukkan kanker yang berjumlah serta pijat dan dan Konhauser her
terapi modern payudara di 320 orang. herbal) (2011); dan terh
dan dunia sebanyak Responden sebagian Pederson dan kua
komplementer 1,7 juta direkrut pengguna David (2012). hid
berhubungan dan menggunakan terapi modern Namun, hasil pas
positif dengan diperkirakan accidental (33,71%). Pada tersebut pay
kualitas hidup akan meningkat sampling pengguna berbading yan
(ρ-value=0,00, menjadi selama tiga terapi modern terbalik me
ρ(rho) = +0,2), empat kali lipat bulan sebagian dengan nk
terapi modern pada tahun berdasarkan menggunakan penelitian
secara 2020 (WHO, kriteria inklusi kemoterapi dan Thompson et al.
bermakna 2012). Insidensi responden radioterapi (2006).
berhubungan kanker adalah wanita (41,70%). Perbedaan hasil
positif dengan payudara adalah yang berusia Sedangkan penelitian
kualitas hidup 20% lebih dari 30 pada pengguna dengan
(ρ-value = 0,00, dari seluruh tahun. sehingga terapi modern penelitian
ρ(rho) = +0,5) keganasan didapatkan dan terdahulu dapat
dan terapi (American jumlah sampel pijat, sebagian terjadi karena
modern dengan Cancer 178 orang. menggunakan perbedaan jenis
herbal secara Society, 2011). Instrumen kemoterapi, terapi
bermakna Di Indonesia terdiri dari bedah, dan pijat komplementer
berhubungan jumlah empat jenis (48,80%). dan perbedaan
positif dengan penderita kuesiner Kemudian pada stadium,
kualitas hidup kanker yaitu data pengguna terapi yang mana pada
(ρ-value=0,00, payudara adalah demografi, modern dan penelitian
ρ(rho)= +0,4) 61.682 dengan terapi modern, herbal, Thompson et al.
prevalensi terapi sebagian (2006) sebagian
12/100.000 komplementer, besar besar responden
wanita dan kualitas menggunakan termasuk
(Kementrian hidup pasien kemoterapi, stadium I dan II
Kesehatan kanker bedah, dan sedangkan
Republik payudara. Pada herbal penelitian ini
Indonesia, data demografi (60,40%). stadium III.Uji
2015). dibuat Sedangkan korelasi pada
Penderita berdasarkan pada pengguna terapi modern
kanker penelitian terapi modern, terhadap kualitas
payudara Lopez et al., pijat, dan hidup dengan
menyebar (2011) yang herbal, Spearman
diseluruh meliputi nomor sebagian menunjukkan p-
provinsi. Jawa urut responden, menggunakan value = 0,00 < α
barat pendidikan, kemoterapi, = 0,01 dan
merupakan usia, pekerjaan, radioterapi, ρ (rho) = +0,4.
provinsi ketiga penghasilan, pijat, Hasil tersebut
terbanyak status dan herbal menunjukkan
untuk penderita pernikahan, (46,20%). bahwa terapi
kanker stadium kanker, Hubungan modern
payudara, yaitu dan antara memiliki
6.701 dukungan karekteristik hubungan
orang dengan keluarga. responden positif yang
prevalensi 0.3% Instrumen dengan kualitas signifikan
(Kementrian penelitian hidup dan terhadap kualitas
Kesehatan tentang terapi hubungan hidup pasien
Republik modern terapi kanker
Indonesia, berdasarkan modern dan payudara.
2013). hasil kualitas hidup Penggunaan
Risiko penelitian Saini dianalisis terapi modern
terjadinya et al., (2011). menggunakan dapat
kanker Terdapat 1 Spearman. meningkatkan
payudara pertanyaan Hubungan kualitas
semakin yaitu jenis kanker hidup pasien
meningkat terapi modern payudara p- kanker
dengan yang value = 0,57 payudara. Hal
peningkatan digunakan. dan ρ (rho) ini sejalan
usia. Kasus Instrumen = -0,1. Tidak dengan
kanker untuk terdapat penelitian yang
payudara mengukur hubungan dilakukan Byar,
banyak terjadi terapi positif yang Bakken, dan
pada rentang komplementer signifikan Cetak (2006)
usia 30 sampai dari hasil antara terapi serta Saini et al.
dengan 50 penelitian modern, pijat, (2011). Hasil ini
tahun (Ostad & Noeres, dan sesuai dengan
Parsa, 2011). Grabow, herbal terhadap penelitian
Perempuan Sperlich, & kualitas hidup sebelumnya,
yang berusia ßelmann pasien kanker karena terapi
lebih (2013), terdiri payudara p- modern telah
dari 50 tahun dari satu value = 0,41 terbukti secara
lebih berisiko pertanyaan dan ρ (rho) = medis dan
terkena kanker yaitu +0,2. gejala-gejala
payudara jenis terapi yang
(Kementerian komplementer ditimbulkan oleh
Kesehatan yang penyakit kanker
Republik digunakan. payudara
Indonesia, Adapun dikurangi
2013). kualitas hidup dengan terapi
Efek kanker diukur modern sehingga
payudara adalah menggunakan secara global
perubahan kuesioner kualitas hidup
kondisi dari EORTC penderita kanker
fisik, (Europe payudara
psikologis, Organization meningkat.
sosial, dan for Research Uji korelasi pada
spiritual yang and Treatment terapi modern
menyebabkan of Cancer) dan pijat
kualitas hidup yang terhadap kualitas
dari pasien merupakan hidup dengan
menurun sistem Spearman
(Fatmadona, terintegrasi mendapatkan p-
2015). untuk value = 0,57; < α
Masalah fisik menilai kualitas = 0,01; dan
yang sering hidup yang ρ (rho) = -0,1.
terjadi seperti berhubungan Hasil tersebut
nyeri dengan keadaan menunjukkan
pada bagian pada pasien- bahwa terapi
payudara, pasien kanker modern dan pijat
adanya yang tidak memiliki
perubahan berpartisipasi hubungan
warna pada pada uji klinik negatif yang
payudara, secara signifikan
pusing, dan internasional. terhadap
masalah Kuesioner kualitas hidup
tidur EOTC QLQ C- pasien kanker
(Fatmadona, 30 payudara.
2015). Masalah berisi 30 Penggunaan
psikologi pertanyaan terapi modern
seperti perasaan mengenai dan pijat
sedih, takut, kualitas memiliki
cemas, hidup khusus nilai negatif
marah, dan pasien kanker. terhadap kualitas
lainnya Terjemahan hidup, namun
Sedangkan dan hubungannya
masalah validasi tidak signifikan
sosial yang EORTC-QLQ- sehingga tidak
muncul seperti C30 ke dalam membuktikan
malu ketika versi dapat
bertemu dengan Indonesia untuk menurunkan
orang lain pasien kanker kualitas
karena masalah di Indonesia hidup pasien
penyakitnya dilakukan oleh kanker
ataupun pasca Perwitasari et al payudara. Hal
mastektomi. (2011). ini
Pada masalah Hasil uji sejalan dengan
spiritual validitas untuk penelitian yang
terdapat pasien semua item dilakukan
yang kuesioner Alimi et al.
lebih menunjukkan (2000). Namun,
mendekatkan semua data hasil tersebut
diri dengan valid, berbanding
sang pencipta karena semua terbalik dengan
adapula yang item memiliki penelitian
menyalahkan nilai koefisien Wilkie
dan kecewa korelasi > 0,30. et al. (2000).
dengan sang Hasil uji Perbedaan hasil
pencipta reliabilitas pada penelitian
(Tsitsis & instrumen data dengan peneltian
Lavdaniti, demografi terdahulu dapat
2014). Masalah didapatkan nilai terjadi
kualitas hidup koefisien alpha karena
yang sering sebesar 0,814, perbedaan jenis
terjadi adalah dukungan terapi
pandangan keluarga komplementer
secara subjektif sebesar 0.899, dan perbedaan
mengenai dan kualitas stadium, yang
masalah fisik, hidup mana pada
psikologis, 0,940. Artinya, penelitian
sosial, semua Wilkie et al.
dan spiritual. instrumen (2000), sebagian
Kualitas hidup tersebut besar
pasien kanker dapat dikatakan responden
dipengaruhi reliabel dan termasuk
oleh memiliki hasil stadium II
pendidikan, nilai reliabilitas sedangkan
usia, pekerjaan, tinggi karena pada penelitian
pendapatan, nilai alpha ini termasuk
status cronbach lebih stadium III.
pernikahan, dari 0,70. Uji korelasi pada
stadium kanker, Analisis data terapi modern
dan univariat dan herbal
dukungan disajikan untuk terhadap kualitas
keluarga (Lopez menggambarka hidup dengan
et al., 2011). n frekuensi dan Spearman
Kualitas hidup persentase mendapatkan p-
pada pasien karekteristik value = 0,00; < α
kanker responden, = 0,01; dan
payudara terapi modern, ρ (rho) = +0,4.
menurun dua terapi Hasil tersebut
kali lipat modern dan menunjukkan
setelah operasi komplementer, bahwa terapi
pengangkatan serta kualitas modern dan
payudara hidup. Analisis herbal memiliki
terutama bivariat hubungan positif
masalah digunakan yang signifikan
psikologis. untuk terhadap
Kualitas hidup menguji kualitas hidup
kanker hipotesis pasien kanker
payudara adanya payudara. Hal
secara klinis hubungan ini sejalan
menurun antara dengan
setelah jenis terapi penelitian yang
terdiagnosa (modern dan dilakukan
dan terus komplementer Sudarti dan
menurun secara dengan kualitas Handojo (2002);
periodik setiap hidup pasien Wang et al.
lima kanker (2016); Bao et
tahun setelah payudara) al. (2012); dan
terdiagnosa menggunakan Wu, Lai, &
kanker Spearman, Teal (2014).
payudara dengan Berdasarkan
(DiSipio, tingkat hasil penelitian,
Hayes, kemaknaan (α penggunaan
Newman, = 0,01). terapi modern
Aitken, & dan herbal
Janda, dapat
2010). meningkatkan
Dukungan kualitas hidup
keluarga dan pasien
lingkungan kanker
meningkatkan payudara.
kualitas hidup Namun, pada
pasien kanker penelitian
payudara ini memiliki
terutama kelemahan yang
masalah mana tidak
psikologis dan dikaji mengenai
sosial walaupun lama, intensitas,
secara fisik dan siapa
mengalami pemberi herbal
penurunan sehingga perlu
(Yanez, pengkajian
Thompson, & kembali
Stanton, mengenai hal
2011). tersebut oleh
Kualitas hidup peneliti
pasien kanker selanjutnya.
payudara Uji korelasi pada
dapat terapi modern,
ditingkatkan pijat,
dengan terapi dan herbal
modern. terhadap kualitas
Jenis-jenis hidup dengan
terapi modern Spearman
diantaranya menunjukkan p-
adalah value = 0,41; >
terapi radiasi, α = 0,01; dan ρ
kemoterapi, (rho) = +0,2.
pembedahan, Hasil tersebut
dan menunjukkan
kombinasi bahwa terapi
(Wolff et al., modern, pijat,
2007). Dari dan herbal tidak
berbagai memiliki
jenis terapi hubungan positif
modern, di yang signifikan
Indonesia terhadap kualitas
kemoterapi hidup
menjadi terapi pasien kanker
yang sering payudara.
digunakan Penggunaan
sehubungan terapi
dengan kondisi modern, pijat,
pasien yang late dan herbal
diagnosed. berhubungan
Meskipun positif dengan
kemoterapi kualitas hidup,
banyak namun tidak
memberikan signifikan
hasil positif, di sehingga tidak
sisi lain banyak membuktikan
menimbulkan dapat
efek samping meningkatkan
seperti mual kualitas hidup
muntah, pasien kanker
penurunan sel payudara. Hal
darah merah tersebut
(RBC), berbading
penurunan sel terbalik
darah puih dengan
(WBC/leukosit) penelitian
, Kozikowski
penurunan (2008).
jumlah Perbedaan hasil
trombosit, penelitian dapat
mukositis, terjadi
rambut rontok, karena terdapat
dan gangguan jenis terapi
saraf tepi komplementer
(National yang lain seperti
Cancer akupuntur dan
Institute, 2007). latihan otot
Kemoterapi progressive pada
diberikan secara penelitian
bertahap, sebelumnya
biasanya yang
sebanyak bisa saja
enam sampai membuat
delapan siklus hubungan
agar mendapat dengan kualitas
efek yang hidup lebih
diharapkan signifikan.
dengan efek
samping
yang masih bisa
diterima. Hasil
pemeriksaan
imunohistokimi
a memberikan
beberapa
pertimbangan
penentuan
regimen
kemoterapi
yang akan
diberikan
(Kementrian
Kesehatan
Republik
Indonesia,
2015). Sebagian
besar
pasien kanker
payudara
setelah
menjalani
kemoterapi
memiliki
kualitas hidup
sedang
(Heydarnejad et
al., 2009;
Pradana,
Nuryani,
Siluh, Wayan,
2012).
Selain efek
samping, terapi
modern untuk
penderita
kanker
payudara pada
stadium lanjut
sangat sulit dan
hasilnya dinilai
kurang
memuaskan
(Manuaba,
2008).
Karenanya
dalam
memaksimalka
n pengobatan
dan
mengurangi
efek samping
terapi modern,
penderita
kanker
payudara
banyak
menggunakan
terapi
komplementer
(Saquib
et al., 2012).

NO JUDUL TUJUAN POPULASI METODE HASIL PEMBAHASAN ANALI


THINK
5 PENERAPAN Dalam jurnal sempel data yang Metode Di dapat dari Dalam jurnal ini analis
AKUPRESUR ini penulis di ambil dari data yang hasil penelitian juga memuat di dap
DALAM Penelitian ini Insiden kasus baru digunakan sebelumnya pembahasan penuli
MENGURANGI bertujuan kanker di dunia adalah dalam jurnal ini yang berisakan bedah
MUAL untuk mencapai 19,2 juta systematic di dapati Akupresur telah ini ber
MUNTAH menganalisis jiwa pada review Berdasarkan lama digunakan kesim
PADA pemanfaatan tahun 2020 (Sung melalui hasil review sebagai yang
PASIEN akupresur et al., 2021). database terhadap pengobatan Pener
KANKER dalam Berdasarkan data Proquest, delapan artikel, tradisional di akupr
DENGAN mengurangi dari The Global Science enam artikel Tiongkok. efektif
KEMOTERAPI mual muntah Cancer direct dan menunjukan Prinsip menu
yang Observatory Scopus. bahwa titik perawatan pada mual
diinduksi (2020), angka akupresur yang akupresur munta
kemoterapi. kejadian kasus digunakan merupakan pasien
baru kanker di adalah bentuk terapi diindu
Indonesia pada menggunakan sentuhan yang kemot
tahun 2020 yaitu titik P6 memanfaatkan Selain
sebanyak (neiguan), satu prinsip-prinsip antiem
396 ribu kasus. artikel dengan pengobatan pasien
Jenis pengobatan titik P6 dan titik akupuntur dan diberi
kanker dapat ST36 dan satu pengobatan cina, tindak
diklasifikasikan artikel namun akupr
menjadi terapi menggunakan akupresur lebih sebag
lokal auricular sederhana pilihan
(pembedahan dan akupresur. dibandingkan altern
radioterapi) dan Hasil telaah juga dengan interv
pengobatan memperlihatkan akupuntur. keper
sistemik seperti bahwa sebagian Akupresur dalam
kemoterapi dan besar artikel merupakan menga
terapi menyatakan intervensi mual d
target (Miller et al., bahwa alternatif yang munta
2019). Pengobatan akupresur secara efektif pada p
kanker akan signifikan dapat dapat yang
berdampak kepada mengurangi mengurangi menja
masalah fisik, mual dan mual dan kemot
psikologis, sosial muntah pada muntah pasien
dan spiritual pasien kanker dan
(Cipriano-Steffens dengan merupakan
et al., 2020). kemoterapi, dua terapi
Masalah fisik yang lainnya komplementer
terjadi akibat dari menunjukkan yang dapat
pengobatan pada bahwa tidak membantu
pasien kanker yaitu ditemukannya mengurangi dan
kelelahan, nyeri, perbedaan mengatasi efek
mual dan secara samping dari
muntah, signifikan pada mual muntah
perubahan kelompok yang yang diinduksi
kognitif, mendapatkan oleh kemoterapi.
berkurangnya intervensi Area penekanan
kekuatan fisik, akupresur pada
masalah dengan akupresur sama
gastrointestinal, kelompok seperti
gangguan saraf kontrol akupunktur,
dan perubahan sehingga jurnal namun yang
aktivitas seksual ini dapat membedakannya
(Peoples et al., menghasilkan yaitu pada
2019). Mual dan Hasil penelitian tindakan
muntah yang menunjukkan akupresur adalah
diinduksi bahwa dari tidak
kemoterapi (CINV) delapan artikel menggunakan
adalah salah satu yang ditelaah, jarum (Ismuhu et
efek enam artikel al., 2020).
samping menunjukkan Titik Akupresur
kemoterapi kanker bahwa P6 (Neiguan)
yang paling akupresur Akupresur
melemahkan, yang efektif dalam melibatkan
secara serius mengurangi stimulasi
mempengaruhi mual dan acupoint dari
kualitas hidup muntah pada pericardium 6
pasien dan pasien yang (P6) yang
kepatuhan menerima terletak di
pengobatan (Chen kemoterapi dan anterior
et al., 2021). Mual dua artikel pergelangan
dan muntah menyatakan tangan antara
yang diinduksi bahwa tidak ada tendon fleksor
kemoterapi sangat perbedaan yang karpiradialis
umum terjadi pada signifikan pada longus
pasien kanker kelompok yang palmaris(Alfar et
meskipun menerima al., 2019).
sepenuhnya patuh intervensi Penekanan
dan menerima akupresur akupresur pada
pendidikan dengan titik P6 dapat
komprehensif dan kelompok memberikan
antiemetik yang kontrol. manfaat berupa
efektif. Simpulan, perbaikan energi
CINV masih akupresur dapat yang ada di
memiliki dampak menurunkan meridian
yang tinggi pada mual muntah lambung yang
berbagai aspek yang diinduksi dapat
kualitas hidup kemoterapi. memperkuat sel-
(Ilyas et sel saluran
al., 2020). Keadaan pencernaan
mual muntah yang terhadap efek
tidak terkendali kemoterapi
dapat sehingga
menyebabkan menurunkan
ketidakseimbangan rangsangan mual
cairan elektrolit, muntah
dehidrasi, ke pusat muntah
anoreksia dan yang ada di
penurunan berat medulla
badan oblongata.
(Tsugita et al., Manipulasi
2021). tersebut juga
dapat
meningkatkan
beta endorfin di
hipofise sehingga
menjadi
antimual alami
dalam
menurunkan
impuls mual
muntah di
Chemoreceptor
Trigger Zone
(CTZ) dan pusat
muntah.
Penurunan rasa
mual dan
muntah setelah
pemberian
terapi akupresur
pada
pasien
kemoterapi juga
dipengaruhi oleh
beberapa faktor
seperti faktor
psikologis, jenis
obat kemoterapi
yang diberikan
dan pengalaman
kemoterapi
sebelumnya
(Afrianti,
2020).
Rata-rata
penekanan titik
P6 oleh
kelompok
eksperimen
dilakukan selama
3
menit.
Penekanan titik
P6 menggunakan
ibu jari tangan
yang berlawanan
setiap kali
merasa mual
selama 5 hari.
Responden
diminta untuk
menggunakan
gelang di kedua
pergelangan
tangan mereka
selama 5 hari
kecuali tidur
malam dan
mereka juga
diberitahu
bahwa mereka
bisa melepasnya
saat mencuci
tangan atau
mandi dan
sesegera
mungkin
memakai gelang
kembali. Untuk
memantau hasil
dari intervensi
tersebut
dilakukan
pengisian Index
of Nausea,
Vomiting, and
Retching (INVR)
oleh pasien
secara mandiri
yang
sebelumnya
telah dijelaskan
oleh perawat.
Form tersebut
akan
dikumpulkan
kembali kepada
perawat apabila
sudah diisi oleh
pasien. Dari 7
artikel
tersebut, 1
artikel
menyatakan
bahwa evaluasi
mual muntah
dilakukan 1 jam
setelah
intervensi
penekanan titik
P6 dengan
menggunakan
instrumen
Adapted Rhodes
Index of
Nausea and
Vomiting.
menurut Perkins
et al., (2020)
aplikasi
akupresur P6
efektif
dalam mencegah
muntah, efeknya
lebih baik pada
intensitas mual
serta dapat
meningkatkan
kenyamanan
pada pasien
kanker. Titik
Akupresur ST36
(Zusanli)
Teknik akupresur
di titik akupresur
ST36 (Zusanli/leg
three miles)
terletak di
daerah 3 cun
atau 4 jari di
bawah patella
dan satu cun
atau 1 jari lateral
dari krista tibia.
Titik ST36 ini
berfungsi untuk
menekan
penyakit yang
berkaitan
dengan
lambung,
seperti mual dan
muntah, diare,
serta nyeri
epigastrik. Titik
akupresur ST36
sering
dikombinasikan
dengan titik
akupresur P6
dalam
mengurangi
mual muntah.
Hasil telaah
menunjukkan
bahwa
pemberian
akupresur satu
kali dapat
menurunkan
intensitas mual
segera setelah
intervensi dan
kelelahan serta
mual pada
satu jam pasca
perawatan pada
pasien anak
dengan Acute
Lymphoblastic
Leukemia.
Sejalan dengan
hasil penelitian
Rahmah &
Alfiyanti (2021)
dimana mual
muntah pasien
Acute
Limfoblastik
Leukemia yang
menjalani
kemoterapi
mengalami
penurunan
dengan
diberikannya
terapi akupresur
pada titik ST36
yang
dikombinasi
dengan titik P6.
Auricular
Akupresur
Terapi auricular
akupresur adalah
aplikasi
akupresur pada
titik-titik tekanan
telinga untuk
membantu
pergerakan
lambung dan
usus (Chen et al.,
2021). Peneliti
menempelkan
plester auricular
dengan biji
vaccaria
diaplikasikan
pada acupoint.
Setelah itu
pasien dilatih
untuk menekan
setiap titik
setidaknya 3 kali
sehari (pagi,
siang
dan malam)
selama 3 menit.
Hasil telaah
menunjukkan
terapi auricular
akupresur
menyebabkan
penurunan
jumlah dan
intensitas mual
dan muntah
pada fase akut
dan fase
tertunda pada
pasien
kanker
payudara. Terapi
auricular
akupresur ini
diaplikasikan
selama lima hari
pada
titik-titik tekanan
pada telinga.
Sejalan dengan
penelitian Tan et
al., (2020)
disebutkan
bahwa terapi
auricular
akupresur telah
digunakan
sebagai
pendekatan
kesehatan
komplementer
yang
menjanjikan dan
terbukti efektif
untuk
mengurangi
mual dan
muntah setelah
kemoterapi pada
pasien kanker
payudara. Selain
itu, intervensi
akupresur
auricular juga
dapat digunakan
untuk
meningkatkan
kualitas hidup
pasien
kanker payudara
dalam menjalani
kemoterapi di
Brazil (Vallim et
al., 2019).
BAB IV

PEMBAHASAN BAB II DAN BAB III

Brunner & Suddarth (2018) mengatakan berbagai pilihan


penatalaksanaan tersedia. Pasien dan dokter dapat memutuskan
pembedahan, terapi radiasi, kemoterapi atau terapi hormonal atau
kombinasi terapi.
10. Mastektomi radikal yang dimodifikasi mencakup pengangkatan
seluruh jaringan payudara, termasuk kompleks puting-aerola dan
bagian nodus limfe aksila.
11. Mastektomi total mencakup pengangkatan payudara dan kompleks
puting-aerola tetapi tidak mencakup diseksi nodus limfe aksila
(axillary lymph node dissection, ALND).
12. Pembedahan penyelamatan payudara : lumpektomi, mastektomi
eksisi luas, parsial atau segmental, kuadrantektomi dilanjutkan oleh
pengangkatan nodus limfe untuk kanker payudara invasif.
13. Biopsi nodus limfe sentinel : dianggap sebagai standar asuhan untuk
terapi kanker payudara stadium dini.
14. Terapi radiasi sinar eksternal : biasanya radiasi dilakukan pada
seluruh payudara, tetapi radiasi payudara parsial (radiasi ke tempat
lumpektomi saja) kini sedang dievaluasi di beberapa institusi pada
pasien tertentu secara cermat.
15. Kemoterapi untuk menghilangkan penyebaran mikrometastatik
penyakit : siklofosfamid (Cytoxan), metotreksat, fluorourasil,
regimen berbasis antrasiklin misalnya dokpasienrubisin
(Adriamycin), epirubisin (Ellence), taksans (paklitaksel seperti
Taxol), dosetaksel (Taxoter).
16. Terapi hormonal berdasarkan indeks reseptor estrogen dan
progesteron : Tamoksifen (Pasienltamox) adalah agen hormonal;
primer yang digunakan untuk menekan tumor yang bergantung
hormonal lainnya adalah inhibitor anastrazol (Arimidex), letrozol
(Femara), dan eksemestan (Aromasin).
17. Terapi target : trastuzumab (Herceptin), bevacizumab (Avastin).
18. Rekonstruksi payudara.
1. PENGARUH penelitian ini adalah .World Health Jenis penelitian ini
TERAPI DZIKIR untuk mengetahui Organization (WHO) adalah pra dari penelitian pada
TERHADAP pengaruh terapi dzikir menyebutkan bahwa 8- experiment jurnal ini di dapatkan
INTENSITAS terhadap intensitas nyeri 9% wanita akan dimana bentuk 1. Intensitas nyeri pada
NYERI PADA pada pasien Post Operasi mengalami kanker desain yang pasien Post Operasi
PASIEN POST Ca mammae di RSUD payudara. Kanker digunakan adalah Ca mammae sebelum
OPERASI CA Prof dr. Margono payudara desain one group dilakukan terapi
MAMMAE DI Soekarjo sebagai jenis kanker pretest and posttest dzikir pada pasien Pos
RSUD Purwokerto.Jenis yang paling banyak design. Operasi Ca
PROF DR penelitian ini adalah pra ditemui pada wanita. Rancangan jenis ini mammae di RSUD Pro
MARGONO experiment dengan desain Kasus kanker payudara hanya dr. Margono
SOEKARJO one group pretest and setiap tahun terdiagnosa menggunakan satu Soekarjo Purwokerto.
PURWOKERTO posttest lebih dari 250.000 kelompok subjek, yaitu sebanyak 6 orang
design. Teknik Sampel kasus baru di Eropa dan pengukuran (40%), intensitas nyeri
yang digunakan adalah kurang lebih 175.000 dilakukan sedikit sedang sebanya
accidental sampling, di Amerika Serikat. sebelum dan 4 orang (26,7%),
sampel penelitian ini Kasus pada tahun 2010 sesudah perlakuan intensitas nyeri sangat
adalah seluruh ditemukan sebanyak 1,2 (Saryono, berat 3 orang (20%)
pasien post operasi ca juta wanita terdiagnosa 2010). dan
mammae kanker payudara dan Teknik intensitas nyeri ringan
lebih dari 700.000 pengambilan sebanyak 2 orang
penderita meninggal sampel yang (13,3%).
akibat kanker payudara digunakan pada 2. Intensitas nyeri pada
(Mulyani dan Nuryani, penelitian ini pasien Post Operasi Ca
2013). adalah accidental mammae sesudah
Di Indonesia belum ada sampling. dilakukan terapi dzikir
data statistik Accidental pada pasien Post
yang akurat, namun sampling Operasi Ca mammae d
data yang terkumpul merupakan RSUD Prof dr.
dari teknik pengambilan Margono Soekarjo
Rumah Sakit sampel yang Purwokerto
menunjukkan bahwa menggunakan Hasil penelitian
kanker pendekatan waktu, didapatkan rata-rata
payudara menduduki dimana peneliti nyeri setelah dilakukan
peringkat pertama di secara perlakukan sebesar 3,3
antara kanker lainnya kebetulan bertemu atau nyeri ringan. Nye
pada wanita. setelah dengan sampel yang dialami oleh
menjalani perawatan, tanpa responden setelah
sekitar 50% pasien pemilihan terlebih dilakukan perlakuan
yang dahulu (Saryono, adalah
mengalami kanker 2010). karena efek dari
stadium akhir dapat Teknik Analisis pemberian terapi.
bertahan Data Menurut
hidup 18-30 bulan peneliti terjadinya
(Kumalasari dan penurunan nyeri pada
Adhyantoro, 2012). pasien
Kejadian kanker di karena terapi yang
Indonesia terdapat dilakukan secara
sebanyak 23.310 kasus berulang
dan akan dapat
kanker payudara menimbulkan rasa
sebanyak 2.743 kasus. nyaman yang
Dari pada akhirnya akan
data survey penelitian meningkatkan tolerans
yang dilakukan di RS persepsi dalam
Kanker Dharmais menurunkan rasa nyeri
Jakarta, di temukan yang
data dialami. Jika seseorang
bahwa tahun 2011 ada mampu meningkatkan
10 jenis kanker yang toleransinya terhadap
paling sering diterjadi nyeri maka seseorang
yaitu : kanker payudara akan mampu
43,7%, kanker serviks beradaptasi dengan
26,4%, kanker paru nyeri, dan juga
11,3%, kanker akan memiliki
nesopharing 10,4%, pertahanan diri yang
hepatoma baik pula.
7,6%, kanker tyroid merasakan keikhlasan
6,2%, kanker kolon 6%, dalam menerima
kanker ovarium 5,7%, kondisi sehingga dapat
kanker recti 5,6% dan mengurangi perasaan
Limfoma Non Hodgkin yang tidak nyaman
(kanker limfe) 3,5%. terhadap rasa nyeri.
Hal ini menunjukkan Penting bagi pasien
bahwa kanker payudara untuk meyakini
paling banyak terjadi bahwa kondisinya saat
daripada kejadian ini adalah sebuah ujian
kanker yang harus dijalani
lain (Haryono, 2012). dengan sabar dan tabah
Hasil survey riset Hal
Kesehatan Dasar di ini akan semakin
Indonesia menunjukkan mudah jika pasien
angka prevalensi menyerahkan diri
penyakit tumor/kanker sepenuhnya kepada
sebesar Allah
4,3 per 1000 penduduk SWT dengan
(Kementrian pengakuan bahwa tida
Kesehatan, ada tuhan
2007). kecuali Allah SWT.
Berdasarkan hasil Kalimat dzikir dengan
Survey Kesehatan lafaz “Laa Ilaa Ha
Rumah Tangga (SKRT) Illallah” adalah kalima
kasus kanker payudara dzikir yang tepat
senantiasa mengalami diberikan kepada
peningkatan dari tahun pasien.
ke tahun di Jawa Lafaz “Laa Ilaa Ha
Tengah. Pada tahun Illallah” memiliki
2005- makna
2008 prevalensi kanker bahwa tidak ada tuhan
payudara mengalami kecuali Allah SWT.
peningkatan dari 0,1% Kalimat dzikir ini
sampai 0,03%. Besar bermakna bahwa
kematian penderita seorang
kanker ini dikarenakan hamba menerima
terlambat pemeriksaan keesaan Allah SWT da
dini ke fasilitas menerima apapun
kesehatan seperti Bidan ketetapannya.
Praktek Swasta (BPS), Hawari (2010)
Puskesmas dan rumah menyatakan bahwa
sakit. Di Provinsi Jawa “Dzikir dan Doa dari
Tengah berdasarkan sudut pandang ilmu
laporan program dari kedokteran jiwa atau
Dinkes Kabupaten yang kesehatan mental
berasal dari Rumah merupakan terapi
Sakit dan Puskesmas psikiatrik, setingkat
tahun 2011, kasus lebih
penyakit kanker tinggi daripada
ditemukan sebanyak psikoterapi biasa. Hal
27.125 ini
kasus terdiri dari kanker dikarenakan dzikir dan
payudara 8.568 kasus doa mengandung unsu
(31,59%), kanker spiritual kerohanian,
serviks 12.271 kasus keagamaan, yang dapa
(45,24%), kanker hepar membangkitkan
dan empedu 300 kasus harapan dan percaya
(2,5%) serta kanker diri pada
paru dan bronkus 256 diri klien atau
kasus penderita, yang pada
(2,2%) (Dinkes Jateng, gilirannya
2011). kekebalan tubuh dan
Diantara kanker dalam kekuatan psikis
tubuh wanita, meningkat
kanker payudara sehingga mempercepa
merupakan kanker yang proses penyembuhan”.
paling Dalam hal ini, tentu
banyak dijumpai. terapinya juga disertai
Karena kanker Hasil penelitian
payudara didapatkan rata-rata
mempengaruhi nyeri responden
kehamilan dan sebelum diberikan
persalinan begitu perlakuan
pola terhadap konsepsi. adalah 7,8 atau nyeri
Setiap wanita memiliki berat. Berdasarkan has
hal yang sama berisiko penelitian tersebut
mengalami kanker menurut peneliti pada
payudara. Risiko proses
kanker payudara operasi digunakan
dialami anastesi agar pasien
wanita yang mengalami tidak
kenaikan berat badan merasakan nyeri pada
27 kg sejak usia 18 saat dibedah. Namun
tahun sampai masa setelah operasi selesai
menghadapi dan pasien mulai sadar
peningkatan risiko dan efek anestesi habis
kanker bereaksi, pasien akan
payudara hingga 45 %, merasakan nyeri pada
kanker leher rahim bagian tubuh yang
(Proverawati, 2010). mengalami
pembedahan.
Hal ini sejalan dengan
teori Semiun
(2006) bahwa
permasalahan pada
pasien post
operasi adalah rasa
nyeri yang dirasakan
akibat
luka operasi. Setelah
efek anestesi hilang
maka
pasien akan merasakan
nyeri pada area
payudara setelah
dilakukan mastektomi.
Hal ini
akan mengakibatkan
kondisi pasien merasa
tidak nyaman, tidak
tenang, gelisah dan
berbagai gangguan
perasaan atau mood
lainnya.
Ketika seseorang
dihadapkan pada suatu
keadaan yang
cenderung
menimbulkan
perasaan tertekan, mak
mereka sangat
membutuhkan sebuah
kompensasi agar
perasaan yang
dirasakan tersebut bisa
diatasi.
Hal ini sesuai dengan
yang dikemukakan
oleh Potter dan Perry
(2005) bahwa nyeri
merupakan pengalama
yang menyeluruh
dirasakan oleh semua
manusia dan bersifat
subjektif, sehingga
nilainya dapat berbeda
beda
dari satu orang dengan
orang lain serta
bervariasi dirasakan
oleh orang dari waktu
ke
waktu.
Munculnyal nyeri
sangat berkaitan erat
dengan reseptor dan
adanya rangsangan.
Reseptor nyeri dapat
memberikan respons
akan
adanya setimulus atau
rangsangan. Stimulus
yang diterima oleh
reseptor tersebut
ditrasmisikan berupa
implus-implus nyeri ke
sumsung tulang
belakang oleh dua jeni
serabut, yaitu serabut A
(delta) dan serabut C.
Implus nyeri
menyebrangi tulang
belakang pada
interneuron dan
bersambung ke jalur
spinal
asendens yang paling
utama, yaitu jalur
spinothalamic tract
(STT) atau
spinothalamus
dan spinoreticular trac
(SRT) yang membawa
informasi mengenai
sifat dan lokasi nyeri
(Uliyah, 2008).
Hasil penelitian ini
sejalan dengan
penelitian Rampengan
(2014) tentang
“Pengaruh teknik
relaksasi dan teknik
distraksi
terhadap perubahan
intensitas nyeri pada
pasien
post operasi”,
didapatkan hasil
sebagian besar
responden mengalami
intensitas nyeri berat
dengan obat dan
tindakan medis lainnya
tanpa
harus mengabaikannya
Dengan demikian,
menunjukkan bahwa
terapi medis disertai
dzikir
dan doa merupakan
pendekatan holistik di
dunia kedokteran
modern pada saat ini.
3. Pengaruh terapi
dzikir terhadap
intensitas
nyeri pada pasien Post
Operasi Ca mammae
di RSUD Prof dr.
Margono Soekarjo
Purwokerto
Berdasarkan tabel 4.3
dapat diketahui
bahwa nilai ρ-value
sebesar 0,000, ρ-value

(0,000 < 0,05) yang
artinya ada pengaruh
terapi
dzikir terhadap
intensitas nyeri pada
pasien Post
Operasi Ca mammae
sebelum dan sesudah
diberikan terapi dzikir.
Berdasarkan hasil
penelitian menurut
peneliti hal ini terjadi
karena seseorang yang
mengalami nyeri akan
mencari pertolongan
untuk memenuhi
kebutuhan rasa
nyamannya,
dengan Dzikir perawat
dapat memenuhi
kebutuhan rasa nyama
pasien. Dzikir sebagai
penyembuh terhadap
nyeri diantaranya
dengan
berdzikir menghasilka
beberapa efek medis
dan psikologis di dalam
tubuh, dimana
fenomena ini akan
menyebabkan hati dan
pikiran merasa tenang
dibandingkan sebelum
berzikir. Otot-otot
tubuh mengendur
terutama
otot bahu yang sering
mengakibatkan
ketegangan psikis.
Hal ini didukung
dengan teori Lukman
(2012) yang
menyatakan bahwa
secara
fisiologis, terapi
spiritual dengan
berdzikir atau
mengingat asma Allah
menyebabkan otak aka
bekerja, ketika otak
mendapat rangsangan
dari
luar, maka otak akan
memproduksi zat kimi
yang akan memberi
rasa nyaman yaitu
neuropeptida. Setelah
otak memproduksi zat
tersebut, maka zat ini
akan menyangkut dan
diserap didalam tubuh
yang kemudian akan
memberi umpan balik
berupa kenikmatan ata
kenyamanan.
Hasil penelitian ini
sejalan dengan
penelitian Munzir
(2008) menunjukkan
bahwa
kata-kata dzikir itu
dapat menjadi salah
satu
frasa fokus (kata-kata
yang menjadi titik
fokus
perhatian) dalam prose
penyembuhan diri klie
dari kecemasan,
ketakutan bahkan dari
keluhan
fisik seperti sakit
kepala, nyeri dada dan
hipertensi.
Al-qur’an juga
bermanfaat dalam
kesehatan yakni dalam
proses penyembuhan.
Al-qur’an terbukti
berpengaruh tehadap
relaksasi ketegangan
pada otot dan saraf.
Ketegangan pada otot
saraf dapat berpotensi
mengurangi daya tahan
tubuh yang disebabkan
oleh gangguan
keseimbangan fungsi
organ
dalam tubuh. Dengan
menggunakan Al-
qur’an
sebagai media relaksas
daya tahan tubuh dapa
di pengaruhi sehingga
mampu melawan
penyakit dan membant
proses penyembuhan
(Al-Qadhiy, 2009).
Selama melaksanakan
asuhan
keperawatan pada
aspek spiritual care
perawat
dituntut untuk mampu
hadir secara fisik
maupun psikis
dimanifestasikan dalam
mendengarkan dengan
aktif, sikap empati
melalui komunikasi
terapeutik dan
memfasilitasi ibadah
praktis membantu
pasien
untuk menginterospek
diri merujuk kepada
rohaniawan jika pasien
membutuhkan. Adapun
kriteria hasil yang ingi
dicapai dari asuhan
keperawatan dengan
pendekatan spiritual
care ini adalah
ditemukannya
kemampuan
pasien dalam
bersyukur, kedamaian
atau
ketenangan dan
tergalinya mekanisme
koping
yang efektif untuk
mengatasi rintangan
hidup
diantaranya dalam
mengahapi nyeri (Potte
&
Perry, 2005).
Hasil penelitian ini
sejalan dengan
penelitian Hidayat
(2014) tentang
menganalisis
dzikir khafi untuk
menurunkan skala nye
osteoartritis pada lansi
di Panti Sosial Trisna
Werda (PSTW) Unit
Budi Luhur Bantul
Yogyakarta. Hasil
analisa terdapat
perbedaan
skala nyeri sebelum da
sesudah perlakuan
pada kelompok
eksperimen dengan
nilai ρ-
value sebesar 0,000
(<0,05) serta tidak ada
perbedaan skala nyeri
sebelum dan sesudah
pada kelompok kontro
dengan nilai ρ-value
sebesar 0,627 (>0,05)
dan terdapat perbedaan
skala nyeri sesudah
perlakuan pada
kelompok
kontrol dan eksperime
dengan nilai ρ-value
sebesar 0,000 (<0,05).

Anda mungkin juga menyukai