OLEH:
LUH DILA AYU PARAMITA
2002621001
2. Epidemiologi
Kanker payudara merupakan kanker tersering dan penyebab kematian
utama akibat kanker pada perempuan. Setiap tahun lebih dari 185.000
wanita didiagnosa menderita kanker payudara. Insiden penyakit ini
semakin meningkat di negara-negara maju (Kemenkes RI, 2015). Data
Global Cancer Observatory tahun 2018 menunjukkan angka kejadian
penyakit kanker di Indonesia (136,2/100.000 penduduk) berada pada
urutan 8 di Asia Tenggara, sedangkan di Asia urutan ke 23 (Bray, Ferlay,
Soerjomataram, Siegel, Torre & Jemal, 2018). Angka kejadian untuk
perempuan yang tertinggi adalah kanker payudara yaitu sebesar 42,1 per
100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk
yang diikuti kanker leher rahim sebesar 23,4 per 100.000 penduduk
dengan rata-rata kematian 13,9 per 100.000 penduduk (Kemenkes RI,
2019).
Prevalensi tumor/kanker di Indonesia menunjukkan adanya peningkatan
dari 1,4 per 2 1.000 penduduk di tahun 2013 menjadi 1,79 per 1.000
penduduk pada tahun 2018. Prevalensi kanker tertinggi adalah di provinsi
DI Yogyakarta sebanyak 4,86 per 1.000 penduduk, diikuti Sumatera Barat
2,47 per 1.000 penduduk dan Gorontalo 2,44 per 1.000 penduduk
(Kemenkes RI, 2019). Data menunjukkan bahwa pada tahun 2018 jumlah
kasus baru kanker payudara di Indonesia sebanyak 137.514 dengan jumlah
kematian 18.279 kasus tiap tahunnya.
3. Etiologi
Faktor risiko kanker payudara menurut Smeltzer, et al (2010) :
a. Wanita dengan usia 30-50 tahun.
Semakin tua usia seorang wanita, maka risiko untuk menderita kanker
payudara akan semakin tinggi. Pada usia 40-64 tahun adalah kategori usia
paling berisiko terkena kanker payudara, terutama bagi mereka yang
mengalami menopause terlambat yaitu setelah umur 55 tahun.
b. Riwayat keluarga, merupakan faktor risiko yang penting. Wanita yang
memiliki ibu dan saudara perempuan atau dua saudara perempuan yang
terkena kanker payudara berisiko enam kali lebih besar mengalami kanker
payudara. Gen-gen kanker payudara dapat diwariskan dengan cara
dominan-otosom. Wanita yang mewarisi BRCA 1 yang rusak mempunyai
risiko seumur hidup sebesar 56% sampai 85% mengidap kanker ovarium
sedangkan wanita yang mewarisi gen BRCA 2 yang rusak mempunyai
risiko yang sama mengidap kanker payudara
c. Terapi sulih hormon (TSH)
Wanita yang mengonsumsi pil KB atau kontrasepsi oral lainnya. Wanita
yang menggunakan hormon setelah menopause baik berupa esterogen
maupun progesteron juga dapat meningkatkan risiko terjangkit kanker
payudara.
d. Wanita nulipara. Wanita dengan kadar esterogen/ androgen yang tinggi
dalam darah. Wanita yang mengalami abortus spontan sebelum kelahiran
pertama juga memiliki risiko yang tinggi terkena kanker payudara.
e. Riwayat menstruasi (menarke) pada usia dini dibawah 12 tahun serta
wanita yang mengalami menopause terlambat yaitu setelah usia 50 tahun.
f. Obesitas dapat meningkatkan risiko kanker payudara, wanita yang
mengalami obesitas memiliki 80% lebih besar terhadap risiko terkena
kanker payudara akibat jaringan lemak yang lebih banyak pada payudara.
g. Penyakit payudara lain yang sebelumnya pernah diderita. Wanita yang
pernah mengalami penyakit hiperplasia duktus dan lobulus atipia memiliki
risiko delapan kali lebih besar terkena kanker payudara. Wanita dengan
adanya riwayat penyakit payudara jinak/ kanker ovarium dan adanya
mutasi gen kanker BRCA 1 atau BRCA 2 dapat meningkatkan risiko.
h. Paparan radiasi dalam jumlah besar saat muda
Semakin muda ketika menerima pengobatan radiasi, semakin tinggi risiko
untuk terkena kanker payudara di kemudian hari (Mulyani & Nuryani,
2013).
4. Patofisiologi
Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi antara lain
obesitas, radiasi, hiperplasia, optik, riwayat keluarga dengan
mengkonsumsi zat-zat karsinogen sehingga merangsang pertumbuhan
epitel payudara dan dapat menyebabkan kanker payudara. Kanker
payudara berasal dari jaringan epithelial, dan paling sering terjadi pada
sistem duktal. Mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan
sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma in situ dan
menginvasi stroma. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh
dari sebuah sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk
dapat diraba (kira-kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu, kira-kira
seperempat dari kanker payudara telah bermetastase. Kebanyakan dari
kanker ditemukan jika sudah teraba, biasanya oleh wanita itu sendiri.
Gejala kedua yang paling sering terjadi adalah cairan yang keluar dari
muara duktus satu payudara, dan mungkin berdarah. Jika penyakit telah
berkembang lanjut, dapat pecahnya benjolan-benjolan pada kulit ulserasi
(Price, 2013) Karsinoma inflamasi, adalah tumor yang tumbuh dengan
cepat terjadi kirakira 1-2% wanita dengan kanker payudara gejala-
gejalanya mirip dengan infeksi payudara akut. Kulit menjadi merah, panas,
edematoda, dan nyeri. Karsinoma ini menginfasi kulit dan jaringan limfe.
Tempat yang paling sering untuk metastase jauh adalah paru, pleura, dan
tulang (Price, 2013). Karsinoma payudara bermetastase dengan
penyebaran langsung kejaringan sekitarnya, dan juga melalui saluran limfe
dan aliran darah. Bedah dapat mendatangkan stress karena terdapat
ancaman terhadap tubuh, integritas dan terhadap jiwa seseorang. Rasa
nyeri sering menyertai upaya tersebut pengalaman operatif di bagi dalam
tiga tahap yaitu preoperatif, intra operatif dan pos operatif. Operasi ini
merupakan stressor kepada tubuh dan memicu respon neuron endokrine
respon terdiri dari system saraf simpati yang bertugas melindungi tubuh
dari ancaman cidera. Bila stress terhadap sistem cukup gawat atau
kehilangan banyak darah, maka mekanisme kompensasi dari tubuh terlalu
banyak beban dan syok akan terjadi. Anestesi tertentu yang di pakai dapat
menimbulkan terjadinya syok. Respon metabolisme juga terjadi.
Karbohidrat dan lemak di metabolisme untuk memproduksi energi. Protein
tubuh pecah untuk menyajikan suplai asam amino yang di pakai untuk
membangun jaringan baru. Intake protein yang di perlukan guna mengisi
kebutuhan protein untuk keperluan penyembuhan dan mengisi kebutuhan
untuk fungsi yang optimal. Kanker payudara tersebut menimbulkan
metastase dapat ke organ yang deket maupun yang jauh antara lain
limfogen yang menjalar ke kelenjar limfe aksilasis dan terjadi benjolan,
dari sel epidermis penting menjadi invasi timbul krusta pada organ pulmo
mengakibatkan ekspansi paru tidak optimal.
5. Klasifikasi
Berdasarkan WHO Histological Classification of Breast Tumor (sifat
serangannya), kanker payudara diklasifikasikan sebagai berikut (Rahmadani &
Winda, 2015) :
a. Non - Invasif Karsinoma
Non-invasif karsinoma adalah kanker yang masih berada pada tempatnya,
merupakan kanker dini yang belum menyebar atau menyusup keluar dari
tempat asalnya. Non-invasif karsinoma dibedakan menjadi menjadi dua,
yaitu:
1) Karsinoma duktus in situ
Adalah suatu sel abnormal di sepanjang saluran air susu yang tidak
menyerang jaringan sekitar payudara. Ini adalah kanker payudara
stadium awal. Karsinomaduktus in situ dapat terjadi baik pada wanita
pre-menopause maupun pasca-menopause, biasanya pada kelompok
umur 40-60 tahun.
2) Karsinoma lobulus in situ
Bahwa suatu sel abnormal masih berada dalam kelenjar air susu,
dantidak menyerang jaringan disekitarnya. LCIS terjadi terutama pada
wanita pre-menopause. Masalah utamanya, tumor ini secara klinis
tidak teraba, dan ditemukan pada hasil biopsi yang dilakukan atas
indikasi adanya kista atau lesi palpabel jinak lainnya.
b. Invasif Karsinoma
Invasif karsinoma adalah kanker yang telah menyebar dan merusak
jaringan lainnya, bisa terlokalisir (terbatas pada payudara) maupun
metastatik (menyebar ke bagian tubuh lainnya). Sekitar 80% kanker
payudara invasif adalah kanker duktal dan 10% adalah kanker lobuler.
Invasif karsinoma terdapat beberapa jenis, antara lain:
1) Invasif Duktal Karsinoma
Invasif Duktal Karsinoma, umumnya juga dikenal sebagai karsinoma
duktal infiltratif, merupakan kanker payudara invasif yang ditandai
dengan penyebaran sel-sel kanker dari saluran air susu ke jaringan
payudara dan kelenjar getah bening di sekitarnya terdiri dari beberapa
bagian antar lain : Papilobular karsinoma, solid-tubular karsinoma,
scirrhous karsinoma, Special types, Mucinous karsinoma, dan
Medulare karsinoma.
2) Invasif Lobular
Karsinoma Invasif duktal karsinoma adalah jenis kanker payudara
yang berawal dari kelenjar penghasil susu (lobules) payudara.
Karsinoma lobular invasif adalah kanker invasif, yang berarti sel
kanker yang telah rusak keluar dari lobulus dan memiliki potensi untuk
menyebar ke area lain dari tubuh. Karsinoma lobular invasif
merupakan jenis yang jarang dari semua kanker payudara. Jenis yang
paling umum dari kanker payudara dimulai pada duktus payudara
(duktal karsinoma). Beberapa kanker payudara mengandung sel-sel
kanker lobular dan duktal. Karsinoma lobular invasif biasanya tidak
membentuk benjolan, seperti anggapan sebagian besar wanita
mengenai kanker payudara. Sebaliknya, karsinoma lobular invasif
lebih sering menyebabkan penebalan jaringan atau kepenuhan di salah
satu bagian dari payudara dan terdiri dari beberapa bagian antar lain :
a) Adenoidcarsinoma merupakan kanker payudara yang berbentuk
oval dan sering menempel (invasif) pada jaringan lain
b) Medullary carcinoma merupakan jenis karsinoma invasif yang
sering menembus kelenjar getah bening.
c) Mucinous karsinoma merupakan jenis kanker karsinoma lobular
invasif yang memproduksi gelatinous tumor
d) Inflammatory karsinoma merupakan paling invasif terlihat dengan
kulit mengalami pembengkakan diakibatkan pembuluh limfa
terhambat.
6. Gejala klinis
Gejala penyakit kanker menurut Pudiastuti, (2011) adalah :
a. Ada benjolan pada ketiak
b. Perubahan bentuk payudara
c. Kemerahan dan bengkak pada payudara
d. Puting susu gatal dan bersisik
e. Adanya cairan abnormal pada payudara
Sedangkan menurut Irianto (2015) ada tanda dan gejala yang khas
menunjukkan adanya suatu keganasan, antara lain :
a. Adanya retraksi / inversi nipple (dimana puting susu tertarik ke dalam atau
masuk dalam payudara) berwarna merah atau kecoklatan sampai menjadi
edema hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk (peau d “orange),
mengkerut atau timbul borok (ulkus) pada payudara. Ulkus makin lama
makin besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh
payudara , sering berbau busuk dan mudah berdarah.
b. Keluarnya cairan dari puting susu. Yang khas adalah cairan keluar dari
muara duktus satu payudara dan mungkin berdarah ,timbul perbesaran
kelenjar getah bening diketiak, bengkak (edema) pada lengan dan
penyebaran kanker ke seluruh tubuh. Kanker payudara yang sudah lanjut
sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria operbilitas Heagensen
sebagai berikut :
1) Benjolan payudara umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada
payudara. Benjolan itu mula-mula tidak nyeri makin lama makin besar,
lalu melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit
payudara atau pada puting susu.
2) Adanya nodul satelit pada kulit payudara ,kanker jenis mastitis
karsinimatosa; terdapat nodul pada sternal; nodul pada supraklavikula;
adanya edema lengan; adanya metastase jauh
3) Kulit terfiksasi pada dinding thorak, kelenjar getah bening aksila
berdiameter 2,5 cm dan kelenjar getah bening aksila melekat satu sama
lain.
7. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan adalah :
a. Inspeksi: ukuran, simetri kedua mammae, benjolan tumor atau perubahan
patologik kulit (misal, cekungan, kemerahan, edema, erosi, nodul satelit,
dll). Pada papila mammae apakah simetris, ada retraksi, distorsi, atau
erosi.
b. Palpasi: dalam posisi berbaring dan duduk lakukan SADARI (Pemeriksaan
Payudara Sendiri). Apakah ada pengeluaran sekret dari puting, tumor, dan
nyeri tekan.
8. Pemeriksaan diagnostik/penunjang
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan (Fayzun et al, 2018) :
a. Pemeriksaan radiologik/imaging, antara lain Ultrasonografi (USG)
payudara, Mammografi dan USG abdomen. Bilamana ada indikasi
dilakukan Bone scanning, CT Scan.
1) Ultrasonografi (USG) payudara
Pemeriksaan ultrasonografi merupakan pemeriksaan yang sangat
penting untuk menilai struktur lesi. Lesi solid atau kistik dapat dengan
mudah diidenfifikasi dengan USG, selain itu ukuran lesi dapat lebih
akurat dengan menggunakan USG. Pada gambaran mamografi dengan
densitas fibroglanduler yang padat, pemeriksaan USG akan
memberikan tambahan informasi untuk evaluasi struktur payudara.
Oleh karena itu pemeriksaan mamografi dan USG payudara bersifat
saling melengkapi untuk mendapatkan diagnosis yang optimal pada
kelainan payudara. Penggunaan USG untuk tambahan mamografi
meningkatkan akuransinya sampai 7,4%.
2) Mamografi
Mamografi merupakan metode pilihan deteksi kanker payudara pada
kasus kecurigaan keganasan maupun kasus kanker payudara kecil yang
tidak terpalpasi (lesi samar). Indikasi mamografi antara lain kecurigaan
klinis adanya kanker payudara, sebagai tindak lanjut pascamastektomi,
dan pasca – breast conserving therapy (BCT) untuk mendeteksi
kambuhnya tumor primer kedua, adanya adenokarsinoma metastatik
dari tumor primer yang tidak diketahui asalnya, dan sebagai program
skrinning. Temuan mamograf yang menunjukkan kelainan yang
mengarah keganasan antara lain tumor berbentuk spikula, distorsi atau
iregularitas, mikrokalsifikasi (karsinoma intraduktal), kadang disertai
pembesaran kelenjar limf. Hasil mamografi dikonfirmasi lanjut dengan
FNAB, core biopsy, atau biopsi bedah.
3) Bone Scan, Foto Toraks, USG Abdomen
Pemeriksaan bone scan bertujuan untuk evaluasi metastasis di tulang.
Pemeriksaan ini dianjurkan pada kasus advanced local disease, lymfe
node metastasis, distant metastasis dan ada simptom pada tulang. Foto
toraks dan USG abdomen rutin dilakukan untuk melihat adanya
metastasis di paru, pleura, mediastinum dan organ viseral (terutama
hepar).
b. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium, antara lain pemeriksaan darah rutin dan
pemeriksaan kimia darah sesuai dengan perkiraan metastase, reseptor ER
dan PR, tumor marker (hanya untuk di follow up). Pemeriksaan
imunohistokimia yang dilakukan untuk membantu terapi target, antara lain
pemeriksaan seratus ER (estrogen receptor), PR (progesteron receptor), c-
erbB-2 (HER-2 neu), cathepsin-D, p53 (bergantung situasi), Ki67, dan
Bcl2. Kanker payudara memiliki reseptor estrogen – disebut ER (+) atau
memiliki reseptor progesteron – disebut PR (+), cenderung memiliki
prognosis yang lebih baik karena masih peka terhadap terapi hormonal.
Satu dari lima kanker payudara memiliki sejenis protein pemicu
pertumbuhan yang disebut HER2/neu (disingkat HER2). Kanker payudara
yang memiliki status ER (-), PR (-), dan HER2/neu (-), yang disebut
sebagai tripel negatif, cenderung agresif dan prognosisnya buruk.
c. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI merupakan instrument yang sensitif untuk deteksi kanker payudara,
karena itu MRI sangat baik untuk deteksi local reccurence pasca BCT atau
augmentasi payudara dengan implant, deteksi multifocal cancer dan
sebagai tambahan terhadap mamografi pada kasus tertentu. MRI sangat
berguna dalam skrining pasien usia muda dengan densitas payudara yang
padat yang memiliki resiko kanker payudara yang sangat tinggi.
Sensitivitas MRI mencapai 98% tapi spesifitasnya rendah, biaya
pemeriksaan mahal dan waktu pemeriksaan yang lama oleh karena itu
MRI belum jadi prosedur rutin.
d. Biopsi
1) Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB)
Dengan jarum halus sejumlah kecil jaringan dari tumor diaspirasi
keluar lalu diperiksa di bawah mikroskop. Jika lokasi tumor terpalpasi
dengan mudah, biopsi dapat dilakukan sambil mempalpasi tumor.
2) Core biopsy
Biopsi ini menggunakan jarum yang ukurannya cukup besar sehingga
dapat diperoleh spesimen silinder jaringan tumor yang tentu saja lebih
bermakna dibandingkan Fine Needle Aspiration Biopsy(FNAB). Core
biopsy dapat membedakan tumor yang nonivasif dengan yang invasif
serta grade tumor. Core biopsy dapat digunakan untuk membiopsi
kelainan yang tidak dapat dipalpasi, tetapi terlihat pada mamografi.
3) Biopsi terbuka
Biopsi terbuka dilakukan bila pada mamografi terlihat adanya kelainan
yang mengarah ke tumor maligna, hasil Fine Needle Aspiration Biopsy
(FNAB) atau core biopsy yang meragukan.
4) Sentinel node biopsy
Biopsi ini dilakukan untuk menentukan status keterlibatan kelenjar
limf aksila dan parasternal (internal mammary chain) dengan cara
pemetaan limfatik. Prosedur ini bermanfaat untuk staging nodus,
penentuan / prediksi terapi adjuvan sistemik, dan penentuan tindakan
diseksi regional.
9. Diagnosis/kriteria diagnosis
Penyakit kanker payudara dapat diketahui dengan pasti dengan Gambaran
histopatologi yang didefinisikan sebagai morfologi jaringan kanker secara
mikroskopis dari patologi anatomi, merupakan parameter penting dan baku
emas (gold standard) bersama dengan pemeriksaan fisik payudara dan
pemeriksaan ultrasonografi dalam diagnosis kanker payudara (Sudarsa &
Hartaningsih, 2014).
11. Komplikasi
Menurut Smeltzer & Bare (2010), kanker payudara yang bermetastasis dapat
menyebabkan peningkatan mortalitas. Kanker dapat bermetastasis ke
pembuluh limfatik dan hematogen yang menyebabkan limfedema, ke tulang,
paru – paru, hepar, pleura, adrenal, kulit, dan otak. Menurut Andrews (2010),
kanker payudara dapat bermetastasis dan menyebab gangguan di organ –
organ tertentu, diantaranya:
a. Metastasis hati.
Metastasis kanker payudara ke hati memiliki prognosis buruk.
b. Metastasis paru – paru.
Metastasis kanker payudara ke paru – paru biasanya ditandai dengan napas
pendek.
c. Efusi pleura.
Pengumpulan cairan pada ruang pleura ini disebabkan oleh penumpukan
sel kanker dan berefek menekan paru – paru. Biasanya menunjukkan napas
pendek dan nyeri saat inspirasi.
d. Efusi perikardium.
Pengumpulan cairan dalam perikardium yang disebabkan oleh infiltrasi
tumor jarang terjadi.
e. Asites maligna
Merupakan penyakit sekunder yang jarang terjadi pada wanita penderita
kanker payudara. Penumpukan sel kanker di antara peritoneum abdomen
dapat menyebaban akumulasi cairan dalam rongga peritoneum. Volume
akumulasi cairan tersebut dapat sangat banyak dan menyebabkan
ketidaknyamanan serta menimbulkan sesak napas jika cairan
mengakibatkan penekanan pada diafragma.
f. Hiperkalsemia
Kondisi ini merupakan komplikasi kanker payudara yang sering terjadi
dan disebabkan oleh peningkatan destruksi tulang osteoklastik sehingga
terjadi pelepasan kalsium ke dalam aliran darah. Kadar kalsium darah yang
lebih tinggi dari normal dapat menyebabkan mual, rasa haus yang tinggi,
disorientasi, dehidrasi, dan poliuri, serta kadang kala dapat menyebabkan
perubahan tingkat kesadaran.
g. Metastasi otak.
Manifestasi kondisi ini sangat bervariasi termasuk gejala peningkatan
tekanan intrakranial, seperti sakit kepala, muntah, limbung, gangguan
penglihatan, dan kerusakan fungsi intelektual, defisit neurologis spesifik
pada area penyakit, seperti lemah atau hilang keseimbangan, atau yang
jarang terjadi, kejang.
h. Kompresi medula spinalis.
Penumpukan metastasis penyakit dalam vertebrata atau dura dapat
menyebabkan kompresi medula spinalis. Gangguan ini dimanifestasikan
dengan kelemahan pada lengan atau tungkai, gangguan spinkter, dan
perubahan sensori.
i. Meningitis karsinoma.
Keterlibatan meningen dalam metastasis kanker payudara dapat
menyebabkan sakit kepala, konfusi, diplopia, paralisis saraf kranial, dan
gangguan sensasi.
2. Diagnosa Keperawatan
- Nyeri kronis b.d agen cedera biologis (ca mamae) d.d ekspresi wajah
nyeri, laporan tentang perilaku nyeri, keluhan tentang intensitas
menggunakan standar skala nyeri
- Kerusakan integritas kulit/jaringan b.d perubahan sirkulasi ke
payudara (akibat ca mammae) d.d kerusakan jaringan dan lapisan
kulit
- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor
biologis (ca mamae) d.d berat badan 20% atau lebih berada dibawah
rentang berat badan ideal
- Ketidakefektifan pola napas b.d ekspansi paru tidak maksimal d.d pola
napas abnormal
- Risiko infeksi b.d penyakit kronis d.d nekrose jaringan, gangguan
integritas kulit.
3. Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Nyeri kronis b.d agen Setelah diberikan asuhan NIC Label: Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri
cedera biologis (ca keperawatan selama 1 x 60 1. Identifikasi lokasi, 1. Mengetahui tingkat nyeri
mamae) d.d ekspresi menit diharapkan nyeri karakteristik, durasi, frekuensi, pasien dan menentukan
wajah nyeri, laporan berkurang dengan kriteria hasil: kualitas, dan intensitas nyeri tindakan yang akan
tentang perilaku nyeri, NOC Label: Tingkat Nyeri 2. Kontrol lingkungan yang dilakukan selanjutnya.
keluhan tentang 1. Mengenal faktor-faktor memperberat rasa nyeri 2. Untuk meningkatkan
intensitas menggunakan penyebab nyeri 3. Jelaskan penyebab, periode, kenyamanan pasien dan
standar skala nyeri 2. Melakukan tindakan pemicu nyeri mengurangi nyeri
manajemen nyeri dengan 4. Kolaborasi pemberian 3. Untuk menambah
teknik nonfarmakologis analgetik pengetahuan pasien
3. Melaporkan nyeri 5. Ajarkan teknik mengenai nyeri yang
berkurang dengan skala 1-2 nonfarmakologis untuk dirasakan
dari 10 atau nyeri ringan mengurangi nyeri 4. Pemberian analgetik
4. Ekspresi wajah tenang merupakan
penatalaksanaan nyeri
secara farmakologi
5. Untuk mengurangi nyeri
yang dirasakan pasien
2. Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan NIC Label: Perawatan Integritas Perawatan Integritas
kulit/jaringan b.d keperawatan selama 3x24 jam Kulit/Jaringan Kulit/Jaringan
perubahan sirkulasi ke diharapkan gangguan integritas 1. Monitor karakteristik luka 1. Untuk mengetahui
payudara (akibat ca kulit/jaringan berkurang 2. Bersihkan dengan cairan NaCl keparahan luka yang
mammae) d.d dengan kriteria hasil : atau pembersih nontoksik diakibatkan oleh ca
kerusakan jaringan dan 1. Perfusi jaringan membaik 3. Bersihkan jaringan nekrotik mammae
lapisan kulit 2. Kemerahan berkurang 4. Pasang balutan sesuai jenis 2. Cairan NaCl bersifat
3. Jaringan nekrosis luka isotonik, sehingga tidak
berkurang 5. Pertahankan teknik steril saat mengganggu proses
melakukan perawatan luka penyembuhan luka
3. Untuk menghilangkan
jaringan nekrotik
4. Untuk mempertahankan
kesterilan luka dan
mencegah infeksi
3. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan NIC Label: Manajemen Nutrisi 1. Untuk mengetahui status
nutrisi kurang dari keperawatan selama 6x24 jam nutrisi pasien
1. Identifikasi status nutrisi
kebutuhan tubuh b.d diharapkan kebutuhan nutrisi 2. Untuk mencegah
faktor biologis (ca terpenuhi dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi adanya alergi atau terjadinya alergi akibat
mamae) d.d berat badan adanya intoleransi makanan makanan
NOC Label: Status Nutrisi :
20% atau lebih berada 3. Monitor berat badan 3. Untuk mencegah
dibawah rentang berat 1. Tidak ada penurunan berat terjadinya perburukan
badan 4. Berikan makanan tinggi protein
badan ideal kondisi akibat kekurangan
dan tinggi kalori
2. Tidak ada tanda-tanda atau kelebihan nutrisi
Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
Volume 3. Jakarta: EGC
Fayzun., F., Muna., A., Y., D. A. R., Novitasari., E., & Baihaqi., I. (2018). Kanker
Payudara.
Kementrian Kesehatan RI. (2017). Pusat Data & Informasi. Jakarta Selatan.
Kementrian Kesehatan RI. (2019). Hari Kanker Sedunia Tahun 2019. Jakarta
Selatan. Diakses dari :
https://www.kemkes.go.id/article/view/19020100003/hari-kanker-sedunia-
2019.html
Mulyani, N. S., & Nuryani. (2013). Kanker Payudara dan PMS Pada Kehamilan.
Yogyakarta. Nuha Medika
Satyanegara (2014). Ilmu Bedah Saraf. V ed. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Smeltzer, C. S., & Bare, B. G. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddart. Jakarta: EGC.
Sudarsa, I.W., & Hartaningsih, N.M.D. (2014). Kanker Payudara Pada Wanita
Usia Muda Di Bagian Bedah Onkologi Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
Denpasar Tahun 2002 – 2012. E-Jurnal Medika Udayana. 1-14
PATHWAY