Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

CARCINOMA MAMMAE

Andriani Fransiska Sinaga


1490122148

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXIX


INSTITUT KESEHATAN IMMANUEL
BANDUNG
2022
1. Pendahuluan
Kanker payudara merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan
pengendalian dan fungsi nomal, seingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal,
cepat, serta tidak terkendali. Sel-sel tersebut membelah diri lebih cepat dari sel normal
dan berakumulasi, yang kemudian membentuk benjolan atau masa (Putra, 2015).
Oleh sebab itu penting sekali bagi wanita untuk melakukan deteksi dini kanker
payudara, dengan tujuan mendeteksi kanker sedini mungkin agar lebih mudah
ditangani.Salah satu cara yang paling sederhana dan paling murah untuk deteksi
kanker payudara adalah dengan mengenali payudara sendiri melalui Self Breast
Examination atau pemeriksaan payudara sendiri di singkat dengan SADARI. (Irianto,
2015)
Menurut data WHO (World Health Organization) Kanker payudara adalah bentuk
kanker paling umum pada wanita. 2,1juta wanita terkena kanker payudara pada tahun
2018. Sebanyak 630.000 di antaranya meninggal karena kurangnya pengetahuan akan
penyakit ini dan kurangnya biaya pengobatan (WHO, 2019). Para penderita kanker
payudara kebanyakan datang ke rumah sakit untuk melakukan perawatan telah masuk
kedalam stadium lanjut, penyebabnya yaitu kurangnya pengetahuan dan tidak
melakukan deteksi dengan SADARI (Periksa Payudara Sendiri), sehingga kasus ini
terus mengalami peningkatan (Irawan, 2018).
Badan Internasional untuk Penelitian Kanker WHO memperkirakan bahwa pada
tahun 2040 jumlah kanker payudara yang di diagnosis akan mencapai 3,1 juta, dengan
peningkatan terbesar di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah (WHO,
2019). Angka kejadian penyakit kanker di Indonesia (136.2/100.000 penduduk)
berada pada urutan 8 di Asia Tenggara, sedangkan di Asia urutan ke 23 (Globocan,
2018). Angka 2 kejadian untuk perempuan yang tertinggi adalah kanker payudara
yaitu sebesar 42,1per 100.000 penduduk penduduk dengan rata-rata kematian 13, 9
per 100.000 penduduk (Kemenkes RI, 2019).
Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi tumor/kanker di Indonesia menunjukkan
adanya peningkatan dari 1.4 per 1000 penduduk di tahun 2013 menjadi 1, 79 per 1000
penduduk pada tahun 2018. Prevalensi kanker tertinggi adalah di provinsi DI
Yogyakarta 4,86 per 1000 penduduk, diikuti Sumatera Barat 2, 47 per 1000 penduduk
dan Gorontalo 2,44 per 1000 penduduk (Riskesdas, 2018).
2. Pengertian
Karsinoma mamae adalah kanker pada jaringan payudara (Irianto, 2015).
Kanker payudara adalah tumor yng tumbuh didalam jaringan payudara. Kanker ini
bisa tumbuh didalam kelenjar susu, jaringan lemakdan jaringan ikat payudara
(Pudiastuti, 2011).
Karsinoma mamae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal
mamae dimana sel abnormal timnul dari sel-sel normal, berkembang biak dan
menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah. (Nurarif &Kusuma, 2013).
Jenis-jenis kanker payudara
a. Karsinoma duktal; 90 % penderita kanker payudara merupakan karsinoma duktal,
25% -35 % penderita karsinoma duktal akan menderita kanker invasive.
b. Karsinoma insitu; kanker dini yang belum menyebar, kanker ini masih berada
ditempatnya.
c. Karsinoma meduler: kanker ini berasal dari kelenjar susu
d. Karsinoma tubuler: kanker ini juga berasal dari kelenjar susu
e. Kanker invasif; kanker ini menyebar dan merusak jaringan lainya.
f. 80% kanker payudara invasive adalah kanker duktal, 10 % kanker lobuler.
g. Karsinoma lobuler: terjadi setelah menopouse, 25-35 % penderitakarsinoma
lobuler menderita kanker invasive.
3. Anatomi Fisiologi
Payudara adalah suatu kelenjar yang terdiri atas jaringan lemak, kelenjar
fibrosa, dan jaringan ikat. Jaringan ikat memisahkan payudara dari otot–otot dinding
dada, otot pektoralis dan otot serratus anterior. Payudara terletak di fascia superficialis
yang meliputi dinding anterior dada dan meluas dari pinggir lateral sternum sampai
linea axillaris media, dan pinggir lateral atas payudara meluas sampai sekitar pinggir
bawah musculus pectoralis major dan masuk ke axilla. Pada wanita dewasa muda
payudara terletak di atas costa II–IV. Secara umum payudara dibagi atas korpus,
areola dan puting. Korpus adalah bagian yang membesar. Di dalamnya terdapat
alveolus (penghasil ASI), lobulus, dan lobus. Areola merupakan bagian yang
kecokelatan atau kehitaman di sekitar puting. Tuberkel–tuberkel Montgomery adalah
kelenjar sebasea pada permukaan areola.
Puting (papilla mammaria) merupakan bagian yang menonjol dan berpigmen
di puncak payudara dan tempat keluarnya ASI. Puting mempunyai perforasi pada
ujungnya dengan beberapa lubang kecil, yaitu apertura duktus laktiferosa. Suplai
arteri ke payudara berasal dari arteri mammaria internal, yang merupakan cabang
arteri subklavia. Konstribusi tambahan berasal dari cabang arteri aksilari toraks.
Darah dialirkan dari payudara melalui vena dalam dan vena supervisial yang menuju
vena kava superior sedangkan aliran limfatik dari bagian sentral kelenjar mammae,
kulit, puting, dan aerola adalah melalui sisi lateral menuju aksila. Dengan demikian,
limfe dari payudara mengalir melalui nodus limfe aksilar (No Title, 2012).
4. Etiologi
Penyebab kanker payudara sangat beragam, tetapi ada sejumlah faktor risiko
yang dihubungkan dengan perkembangan penyakit ini yaitu asap rokok, konsumsi
alkohol, umur pada saat menstruasi pertama, umur saat melahirkan pertama, lemak
pada makanan, dan sejarah keluarga tentang ada tidaknya anggota keluarga yang
menderita penyakit ini.
Terdapat banyak factor yang akan menyebabkan terjadinya kanker payudara:
1. Usia: Pada wanita yang berusia 60 tahun keatas memiliki resiko tinggi terjadinya
kanker payudara.
2. Riwayat penyakit: Penderita pernah memilii riwayat penyakit yang sama yaitu
kanker payudara tetapi masih tahap awal dan sudah melakukan pengangkatan
kanker, maka akan beresiko pula pada payudara yang sehat.
3. Riwayat keluarga: Penderita memiliki riwayat keluarga yang mana ibu, atau
saudara perempuan yang mengalami penyakit yang sama akan beresiko tiga kali
lipat untuk menderita kanker payudara.
4. Faktor genetik dan hormonal: Kadar hormonal yang berlebihan menumbuhkan
sel-sel genetic yang rusak yang akan menyebabkan kanker payudara.
5. Menarce, menopause, dan kehamilan pertama : Seseorang yang mengalami
menarce pada umur kurang dari 12 tahun, 13 menopause yang lambat, dan
kehamilan pertama pada usia yang tua akan beresiko besar terjadinya kanker
payudara.
6. Obesitas pascamenopouse: Dimana seseorang yang mengalami obesitas itu akan
meningkatkan kadar estrogen pada wanita yang akan beresiko terkena kanker.
7. Dietilstilbestro: obat untuk mencegah keguguran bisa beresiko terkena kanker.
8. Penyinaran: Ketika masa kanak-kanak sering tekena paparan sinar pada dadanya,
dapat menimbulkan resiko terjadinya kanker payudara.
5. Patofisiologi
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi hormon.
Perubahan pertama adalah mulai dari masa hidup anak melalui pubertas, masa
fertilitas, dsampai klimakterium dan menopouse. Sejak pubertas pengaruh hormon
estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan hipofisis, telah menyebabkan
duktus berkembang dan timbulnya asinus.
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke 8
haid, payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum haid berikutnya
terjadi perbesaran maksimal. Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi
tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik terutama palpasi tidak mungkin
dilakukan.
Perubahan ketiga terjadi masa hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara
Menjadi besar karena epitel duktus lobus dan duktus alveolus berproliferasi dan
tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dan hipofise anterior memicu. Air susu
diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus kemudian dikeluarkan melalui duktus
ke puting susu. Kanker payudara berasal dari jaringan epitelia dan paling sering
terjadi hiperflasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini berlanjut
menjadi karsinoma insitu dan menginvasi stroma.
Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sebuah sel tunggal
sampai menjadi masa yang cukup besar untuk dapat teraba (diameter 1 cm). Pada
ukuran tersebut, kira kira seperempat dari kanker payudara telah bermetastasis.
Beberapa jenis kanker payudara sering menunjukan disregulasi hormon HGF dan
onkogen Met, serta ekspresi berlebihan enzim PTK-6. Hasdianah & Suprapto, 2014:
a. Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut
transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi.
b. Fase Inisiasi Pada tahap inisiasi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang
memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan
oleh suatu agen yang disebut karsinogen.
c. Fase Promosi Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi
berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak terpengaruh
oleh promosi. Karena itu diperukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan.
d. Fase Metastasis Metastasis menuju ke tulang merrupakan hal yang kerap terjadi
pada kanker payudara. Beberapa diantaranya disertai dengan komplikasi lain.
6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan (Fayzun et al, 2018) :
a. Laboratorium meliputi
1) Morfologi sel darah
2) Laju endap darah
3) Tes faal hati
4) Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum atau
plasma
5) Pemeriksaan sitologik
Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian cairan yang keluae
spontan dari putting payudar, cairan kista atau cairan yang keluar dari
ekskoriasi
b. Mammagrafi
Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk mendeteksi
secara dini. Memperlihatkan struktur internal mammae untuk mendeteksi
kanker yang tidak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap awal. Mammografi
pada masa menopause kurang bermanfaat karean gambaran kanker diantara
jaringan kelenjar kurang tampak.
c. Ultrasonografi
Biasanya digunakan untuk mndeteksi luka-luka pada daerah padat pada
mammae ultrasonography berguna untuk membedakan tumor sulit dengan kista.
kadang-kadang tampak kista sebesar sampai 2cm.
d. Thermography
Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal; dari mammae atau
mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas karena
peningkatan suplay darah dan penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi.
e. Xerodiography
Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara
pembuluh-pembuluh darah dan jaringan yang padat. Menyatakan peningkatan
sirkulasi sekitar sisi tumor.
f. Biopsi
Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau
ganas, dengan cara pengambilan massa. Memberikan diagnosa definitif terhadap
massa dan berguna klasifikasi histogi, pentahapan dan seleksi terapi.
g. CT. Scan
Dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara pada organ lain
7. Penatalaksanaan
Penatalakasanaan Medis menurut Putra S.R. 2015
Pengobatan kanker payudara yang disepakati oleh ahli kanker di dunia adalah
sebagai berikut:
Stadium I: Operasi + kemoterapi
Stadium II: Operasi + kemoterapi
Stadium III: Operasi + kemoterapi + radiasi
Stadium IV: Kemoterapi + radiasi
Sedangkan secara spesifik disebutkan bahwa pengobatan kanker payudara yang
penerapannya banyak tergantung pada stadium klinik penyakit ada tiga macam,
yakni mastektomi, radiasi, dan kemoterapi.
a. Mastektomi Tipe mastektomi dan penanganan kanker payudara bergantung
pada beberapa faktor, meliputi usia, kesehatan secara menyeluruh, status
menopouse, dimeni tumor, tahapan tumor dan seberapa luas penyebarannya,
stadium tumor dan keganasannya, status reseptor hormon tumor, serta
penyebaran tumor telah mencapai simpul limfa atau belum. Berikut beragam
tipe mastektomi saat ini :
1) Mastektomi preventif (preventive mastectomy). Perempuan yang
memiliki faktor genetik atau resiko keturunan kanker payudara tinggi
dapat memilih pembedahan preventif. Operasi ini dapat berupa total
mastektomi dengan mengangkat seluruh payudara dan puting, atau
berupa subcutaneous mastectomy yaitu seluruh payudara diangkat
namun puting tetap dipertahankan.
2) Mastektomi sederhana atau total (simple or total mastectomi). Tindakan
ini dilakukan dengan mengangkat payudara berikut kulit dan putingnya,
namun simpul limfa masih dipertahankan. Pada beberapa kasus, sentinel
node biopsy terpisah dilakukan untuk membuang satu sampai tiga
simpul limfa pertama.
3) Mastektomi radikal termodifikasi (modified radikal mastectomy).
Dengan MRM, seluruh payudara diangkat beserta simpul limfa dibawah
ketiak, tetapi otot pectoral (mayor dan minor), otot penggantung
payudara, masih dipertahankan. Sedangkan, kulit dada dapat diangkat
maupun dipertahankan. Prosedur ini diikuti dengan rekonstruksi
payudara yang diakukan oleh dokter bedah plastik.
4) Mastektomi radikal (radical mastectomy). Merupakan pengangkatan
payudara komplit, termasuk puting. Dokter juga mengangkat seluruh
kulit payudara, otot dibawah payudara, serta simpul limfa (getah
bening). Lantaran mastektomi ini tidak lebih efektif dan jarang dilakukan
saat ini.
5) Mastektomi parsial dan segmental (partial or segmental mastectomy).
Dokter dapat melakukan mastektomi parsial pada wanita dengan kanker
payudara stadium I dan II. Tindakan ini merupakan terai penyelamatan
payudara yang mengangkat bagian payudara dimana tumor bersarang.
Biasanya diikuti dengan terapi radiasi untuk mematikan sel kanker yang
tersisa. Sinar X berkekuatan penuh ditembakan pada jaringan payudara.
6) Quadranectomy. Tipe lain dari mastektomi parsial. Mastektomi ini
mengangkat seperempat bagian payudara, termasuk kulit dan jaringan
konektif. Dokter juga melakukan prosedur terpisah untuk mengangkat
beberapa atau seluruh simpul limfa dengan axillary node dissection atau
sentinel node biopsy.

7) Lumpectomy atau sayatan lebar. Teknik ini merupakan pembedahan


untuk mengangkat tumor payudara dan sedikit jaringan normal
disekitarnya. Jika sel kanker ditemukan di kemudian hari maka dokter
mengangkat lebih banyak jaringan. Prosedur ini disebut dengan re-
excision (penyayatan kembali)
8) Excisional biopsy. Tindakan ini juga mengangkat tumor payudara dan
sedikit jaringan normal disekitarnya. Pembedahan lanjutan tidak
diperlukan jika biopsy dengan sayatan ini berhasil mengangkat seluruh
tumor.
b. Radiasi atau radioterapi Penyinaran atau radiasi adalah proses penyinaran
pada daerah yang terkena kanker dengan sinar X dan sinar gamma yang
bertujuan membunuh sel kanker yang masih tersisan di payudara setelah
operasi.
c. Kemoterapi Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker
dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan
membunuh sel kanker. Tidak hanya sel kanker pada payudara tetapi juga
di seluruh tubuh. Efek kemoterapi yaitu pasien mengalami mual dan
muntah, serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan kemoterapi.
Pengobatan ini harus diberikan secara berulang-ulang dengan siklus yang
berlangsung antara 3-6 bulan.
d. Terapi hormon atau pengobatan sistemik Pengobatan ini merupakan
sebuah terapi anti-esterogen yang siste kerjanya memblok kemampuan
hormon 26 esterogen dalam menstimulus perkembangan kanker pada
payudara.
8. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Pengkajian Keperawatan menurut(Nugroho, 2011)

a. Identitas Klien Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, suku bangsa,
agama, status perkawinan, alamat, nomor MR, tanggal masuk dan penanggung
jawab.
b. Riwayat Kesehatan
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya seperti penyakit
payudara jinak, hyperplasia tipikal.
2) Wanita yang mempunyai tumor payudara disertai perubahan epitel proliferative
mempunyai resiko dua kali lipat biasanya mengalami kanker payudara, wanita
dengan hyperplasia tipikal mempunyai resiko empat kali lipat untuk mengalami
penyakit ini
3) Biasanya pasien mempunyai riwayat pemakaian terapi penggantian hormon
dalam waktu yang lama (lebih dari 10-15 tahun)seperti estrogen suplemen.
4) Biasanya klien mempunyai riwayat pemakaian kontrasepsi oral.
5) Riwayat perokok, konsumsi alkohol dan tinggi lemak, dan makanan yang
memakai penyedap dan pengawet.
6) Biasanya klien mempunyai riwayat menarche atau menstruasi pertama pada usia
yang relative mudah dan menopause pada usia yang relative lebih tua
7) Biasanya klien mempunyai riwayat nulipara (belum pernah melahirkan),
infertilitas, dan melahirkan anak pertama pada usia yang relative lebih tua(lebih
dari 35 tahun), serta tidak menyusui.
8) Riwayat kesehatan sekarang: Pengkajian RPS yang mendukung keluhan utama
dilakukan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan pada klien secara PQRST
yang meliputi:
1) Provoking incident: nyeri setelah beraktivitas dan tidak berkurang dengan
istirahat dan setelah diberikan nitrogliserin.
2) Quality of pain: seperti apa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien.
Sifat nyeri dapat seperti tertekan, di peras, atau diremas.
3) Region: radiation, relief: lokasi nyeri, dapat terjadi nyeri dan ketidak
mampuan menggerakkan bahu dan tangan.
4) Severity (Scale) of pain: klien ditanya dengan menggunakan rentang 0-4 atau
0-10 (visual analogue scale-VAS) dan klien akan menilai seberapa nyeri
yang dirasakan. Skala nyeri berkisar antara 3-4 (skala 0-4) atau 7-9 (skala 0-
10).
5) Time: sifat mula timbunya (onset). Biasanya gejala nyeri timbul mendadak.
Lama timbulnya (durasi)
d) Riwayat kesehatan masa lalu:
pasien memiliki alergi makanan, intoleransi, memiliki riwayat operasi
e) Riwayat kesehatan keluarga:
ada riwayat keluarga yang memiliki penyakit keturunan dan penyakit menular
d. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
No Tgl / Jam Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1 DS : Benjolan mendesak sel Nyeri akut
 Klien mengatakan sedikit saraf
nyeri pada daerah punggung
DO: Interupsi sel syaraf
 Pasien tampak meringis
 Pasien tampak gelisah Penekanan sel syaraf

Kerusakan integritas
kulit

Nyeri akut
2 DS: Kanker payudara Kurang pengetahuan
Klien mengatakan awalnya tidak
mengetahui jika menderita Tidak mengetahui
kanker. bagaimana terjadinya

DO: Kurang pengetahuan


Ttv
 TD :110/80 mmHg
 N : 132x/m
 S : 36,6OC
 RR : 26x/m

3. DS : Kanker Payudara Gangguan body


Klien mengatakan bahwa ia image
merasa malu dengan keadaanya. Hilangnya bagian tubuh

DO: Timbul rasa malu


Klien tampak jarang bersosiali
sasi dengan lingkungan Gangguan body image
sekitarnya

4. DS : Kanker payudara Resiko Infeksi


 Klien mengatakan gatal pada
daerah yang di insisi Tindakan invasif insisi
 Keluarga klien mengatakan post pembedahan
badan klien hangat Resiko infeksi

DO:
 Daerah pembedahan
tampak masih baru dan
terinfeksasi
 Suhu 37,50C

2. Analisa Dat
3. Diagnosa Keperawatan
 Nyeri Akut
 Kurang pengetahuaN
 Gangguan body image
 Resiko infeksi

4. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan & Kriteria hasil Intervensi Rasional
1. Nyeri Akut Kriteria hasil :  Lakukan pengkajian
 Mampu mengontrol nyeri secara
nyeri (tahu penyebab komprehensif termasuk
rasa nyeri, mampu lokasi, karakteristik,
menggunakan tehnik durasi, frekuensi,
nonfarmakologi untuk kualitas dan faktor
mengurangi rasa nyeri, presipitasi
mencari bantuan)  Observasi reaksi
 Menlaporkan bahwa nonverbal dari
nyeri berkutang dengan ketidaknyamanan
menggunakan  Ajarkan tentang teknik
menajemen nyeri non farmakologi
 Mampu mengenali rasa  Berikan analgetik untuk
nyeri (skalam frekuensi, mengurangi nyeri
tanda nyeri)  Evaluasi keefektifan
 Tanda vital rentan kontrol nyeri
normal  Tingkatkan istirahat
 Bantu pasien dan
keluarga untuk mencari
dan menemukan
dukungan
 Kolaborasikan dengan
dokter
2 Kurang Kriteria hasil :  Kaji tingkat
pengetahuan  Pasien dan keluarga pengetahuan klien dan
menyatakan pemahaman keluarga tentang proses
tentang penyakit, penyakit
kondisi, prognosis dan  Jelaskan tentang
program pengobatan patofisiologi penyakit,
 Pasien dan keluarga tanda dan gejala serta
mampu melaksanakan penyebabnya
prosedur yang dijelaskan  Sediakan informasi
secara benar tentang kondisi klien
 Pasien dan keluarga  Diskusikan perubahan
mampu menjelaskan gaya hidup
kembali apa yang  Jelaskan alasan
dijelaskan perawat/tim dilaksanakannya
kesehatan lainnya tindakan atau terapi
 Gambarkan komplikasi
yang mungkin terjadi

3 Kriteria Hasil :  Diskusikan dengan klien  membantu dalam


 Klien tidak malu dengan atau orang terdekat memastikan
keadaan dirinya. respon klien terhadap masalah untuk
 Klien dapat menerima penyakitnya. memulai proses
efek pembedahan.  Tinjau ulang efek pemecahan
pembedahan masalah
 bimbingan
 Berikan dukungan emosi antisipasi dapat
klien. membantu pasien
 Anjurkan keluarga klien memulai proses
untuk selalu adaptasi.
mendampingi klien.  klien bisa
menerima keadaan
dirinya
 klien dapat merasa
masih ada orang
yang
memperhatikannya.
4 Resiko Kriteria Hasil :  Cuci tangan sebelum
Infeksi  Pasien bebas dari tanda dan sesudah tindakan
infeksi keperawatan
 Menunjukkan perilaku  Pertahankan teknik
hidup sehat aseptik selama
 Jumlah angka leukosit pemasangan alat
dalam batas normal  Tingkatkan intake
nutrisi tinggi protein
 Monitor tanda dan
gejala infeksi
 Ajarkan pasien dan
keluarga tentang tanda
dan gejala infeksi
 Ajarkan cara mencegah
infeksi
 Berikan terapi antibiotik

a. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan yang bertujuan untuk menilai
hasil akhir dari seluruh tindakan keperawatan yang telah dilakukan (Bararah &
Jauhar, 2013).
Daftra Pustaka
Asmadi.2008.Konsep Dasar Keperawatan.Jakarta:EGC
Herdman, T.Heather . (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2012-2014: alih bahasa, Sumarwati M , Subekti N.B ; Jakarta; EGC
Riskesdas (2013)Kementrian Kesehatan ajak masyarakat cegah dan
kendalikan kanker .dipublikasikan dari
http://www.depkes.go.id/article/print/17020200002/kementeriankesehatan-
ajak-masyarakat-cegah-dan-kendalikan-kanker.html.2 Februari 2017
Fayzun., F., Muna., A., Y., D. A. R., Novitasari., E., & Baihaqi., I. (2018).
Kanker Payudara.
Nurarif, amin huda, & Kusuma, H. (2015). cancer mammae.
SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Putra, S. R. (2015). Buku lengkap kanker
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Tri Winarti. (2019). Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pasien Dengan
Carsinoma Mammae Di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda.

Anda mungkin juga menyukai