Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN CA MAMMAE DI RUANG

INSTALASI BEDAH SENTRAL DENGAN RENCAN


TINDAKAN MASTEKTOMI RADIKAL MODIFIKASI
(MRM) RSUD ULIN BANJARMASIN

Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan Medikal


Bedah Program Studi Profesi Ners

Disusun Oleh:
Sylvi Wulandari, S. Kep
11194692110124

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL KASUS : Laporan Pendahuluan Ca mammae


NAMA MAHASISWA : Sylvi Wulandari, S. Kep
NIM : 11194692110124

Banjarmasin, Januari 2022


Menyetujui,
RSUD Ulin Banjarmasin Program Studi Profesi Ners
Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)

Renny Flora, S.Kep., Ns M. Riduansyah, Ns., M.Kep


NIP.177202051995032002 NIDN.1121048702
A. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi
Payudara adalah suatu kelenjar yang terdiri atas jaringan lemak,
kelenjar fibrosa, dan jaringan ikat. Jaringan ikat memisahkan payudara
dari otot–otot dinding dada. Payudara terletak di fascia superficialis yang
meliputi dinding anterior dada dan meluas dari pinggir lateral sternum
sampai linea axillaris media, dan pinggir lateral atas payudara meluas
sampai sekitar pinggir bawah musculus pectoralis major dan masuk ke
axilla. Pada wanita dewasa muda payudara terletak di atas costa II–IV.
Secara umum payudara dibagi atas korpus, areola dan puting.
Korpus adalah bagian yang membesar. Di dalamnya terdapat alveolus
(penghasil ASI), lobulus, dan lobus. Areola merupakan bagian yang
kecokelatan atau kehitaman di sekitar puting. Tuberkel–tuberkel
Montgomery adalah kelenjar sebasea pada permukaan areola.
Puting (papilla mammaria) merupakan bagian yang menonjol dan
berpigmen di puncak payudara dan tempat keluarnya ASI. Puting
mempunyai perforasi pada ujungnya dengan beberapa lubang kecil, yaitu
apertura duktus laktiferosa. Suplai arteri ke payudara berasal dari arteri
mammaria internal, yang merupakan cabang arteri subklavia. Konstribusi
tambahan berasal dari cabang arteri aksilari toraks. Darah dialirkan dari
payudara melalui vena dalam dan vena supervisial yang menuju vena
kava superior sedangkan aliran limfatik dari bagian sentral kelenjar
mammae, kulit, puting, dan aerola adalah melalui sisi lateral menuju
aksila. Dengan demikian, limfe dari payudara mengalir melalui nodus
limfe aksilar (Winarti, 2019).

Anatomi Payudara (Winarti, 2019)


2. Fisiologi payudara
Kelenjar payudara mencapai potensi penuh pada perempuan saat
menarke; pada bayi, anak–anak, dan laki–laki, kelenjar ini hanya
berbentuk rudimenter. Fungsi utama payudara wanita adalah menyekresi
susu untuk nutrisi bayi. Fungsi ini diperantarai oleh hormon estrogen dan
progesterone.
Payudara wanita mengalami tiga tahap perubahan perkembangan
yang dipengaruhi oleh hormon. Perubahan pertama terjadi sejak masa
pubertas, dimana estrogen dan progesteron menyebabkan
berkembangnya duktus dan timbulnya asinus. Selain itu yang
menyebabkan pembesaran payudara terutama karena bertambahnya
jaringan kelenjar dan deposit lemak.
Perubahan kedua sesuai dengan siklus menstruasi, yaitu selama
menstruasi terjadi pembesaran vaskular, dan pembesaran kelenjar
sehingga menyebabkan payudara mengalami pembesaran maksimal,
tegang, dan nyeri saat menstruasi. Perubahan ketiga terjadi pada masa
hamil dan menyusui. Payudara akan membesar akibat proliferasi dari
epitel duktus lobul dan duktus alveolus, sehingga tumbuh duktus baru.
Selama kehamilan tua dan setelah melahirkan, payudara
menyekresikan kolostrum karena adanya sekresi hormon prolaktin
dimana alveolus menghasilkan ASI, dan disalurkan ke sinus kemudian
melalui duktus ke puting susu. Setelah menyapih, kelenjar lambat laun
beregresi dengan hilangnya jaringan kelenjar. Pada saat menopause,
jaringan lemak beregresi lebih lambat bila dibandingkan dengan jaringan
kelenjar, namun akhirnya akan menghilang meninggalkan payudara yang
kecil dan menggantung (Winarti, 2019).

B. Pengertian
Carsinoma mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel
normal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal,
berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah
(Nurarif & Kusuma, 2015).
Carsinoma mamae adalah penyakit seluler yang dapat timbul dari
jaringan payudara dengan manifestasi yang dapat mengakibatkan kegagalan
untuk mengontrol proliferasi dan maturase sel (Wijaya, Dkk. 2013)
Ca mamae adalah suatu penyakit pertumbuhan sel, akibat adanya
onkogen yang menyebabkan sel normal menjadi sel kanker pada jaringan
payudara (Brunner&Suddarth, 2015)

C. Etiologi/Penyebab
Tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara, sebaliknya
serangkaian factor genetic, hormonal dan kemungkinan kejadian lingkungan
dapat menunjang terjadinya kanker ini. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun
untuk tumbuh dari satu sel menjadi massa. Hormone steroid yang dihasilkan
oleh ovarium juga berperan dalam pembentukan kanker payudara (estradiol
dan progesterone mengalami perubahan dalam lingkungan seluler). (Nurarif
& Kusuma, 2015).
Factor-faktor risiko timbulnya Ca Mammae menurut Brunner & Sudarth,
2015 :
1. Riwayat pribadi tentang kanker payudara. Risiko mengalami kanker
payudara sebelahnya meningkat hampir 1% setiap tahun.
2. Anak perempuan atau saudara perempuan (hubungan keluarga
langsung) dari wanita dengan kanker payudara. Risikonya meningkat dua
kali jika ibunya terkena kanker sebelum berusia 60 tahun, risiko
meningkat 4 sampai 6 kali jika kanker payudara terjadi pada dua orang
saudara langsung.
3. Menarke dini. Risiko kanker payudara meningkat pada wanita yang
mengalami menstruasi sebelum usia 12 tahun.
4. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama. Wanita
yang mempunyai anak pertama setelah usia 30 tahun mempunyai risiko
dua kali lipat untuk mengalami kanker payudara dibanding dengan wanita
yang mempunyai anak pertama mereka pada usia 20 tahun.
5. Menopause pada usia lanjut. Menopause setelah usia 50 tahun
meningkatkan risiko untuk mengalami kanker payudara. Dalam
perbandingan, wanita yang telah menjalani ooferoktomi bilateral sebelum
usia 35 tahun mempunyai risiko sepertiganya.
6. Riwayat penyakit payudara jinak. Wanita yang mempunyai tumor
payudara disertai perubahan epitel proliferative mempunyai risiko dua kali
lipat untuk mengalami kanker payudara, wanita dengan hyperplasia tipikal
mempunyai risiko empat kali lipat untuk mengalami penyakit ini.
7. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum
usia 30 tahun berisiko hampir dua kali lipat.
8. Obesitas risiko terendah diantara wanita pasca menopause.
Bagaimanapun, wanita gemuk yang didiaganosa penyakit ini mempunyai
angka kematian lebih tinggi yang paling sering berhubungan dengan
diagnosis yang lambat.
9. Kontrasepsi oral. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral berisiko
tinggi untuk mengalami kanker payudara. Bagaimanapun, risiko tinggi ini
menurun dengan cepat setelah penghentian medikasi.
10. Terapi penggantian hormone. Wanita yang berusia lebih tua yang
menggunakan estrogen suplemen dan menggunakannya untuk jangka
panjang (lebih dari 10 sampai 15 tahun) dapat mengalami peningkatan
risiko. Sementara penambahan progesterone terhadap penggantian
estrogen meningkatkan insidens kanker endometrium, hal ini tidak
menurunkan kanker payudara.
11. Masukan alkohol. Sedikit peningkatan risiko ditemukan pada wanita yang
mengonsumsi bahkan dengan hanya sekali minum dalam sehari. Di
Negara dimana minuman anggur dikonsumsi secara teratur misal Prancis
dan Itali, angkanya sedikit lebih tinggi. Beberapa temuan riset
menunjukkan bahwa wanita muda yang minum alkohol lebih rentan untuk
mengalami kanker payudara pada tahun-tahun terakhirnya.
Beberapa factor risiko seperti usia dan ras, tidak dapat diganggu gugat.
Namun, beberapa risiko dapat dimodifikasi khususnya yang berkaitan
dengan lingkungan dan perilaku. Seperti kebiasaan merokok, minum
alkohol dan pengaturan pola makan. Risiko seorang wanita menderita
kanker payudara dapat berubah seiring dengan waktu. (Astrid Savitri,
dkk.,2015).

D. Klasifikasi
Menurut Brunner & Sudarth, (2015) klasifikasi ca mamae terbagi menjadi 6
yaitu :
1. Karsinoma duktal menginfiltrasi.
Merupakan tipe histologis yang paling umum, merupakan 75% dari
semua jenis kanker payudara. Kanker ini sangat jelas karena keras saat
dipalpasi. Kaker jenis ini biasanya bermetastatis di nodus aksila.
Prognosisnya lebih buruk dibanding dengan tipe kanker lainnya.
2. Karsinoma lobular menginfiltrasi.
Tipe ini jarang terjadi, merupakan 5% sampai 10% kanker
payudara. Tumor ini biasanya terjadi pada suatu area penebalan yang
tidak baik pada payudara bila dibandingkan dengan tipe duktal
menginfiltrasi. Tipe ini lebih umum multisentris, dengan demikian dapat
terjadi penebalan beberapa area pada salah satu atau kedua payudara.
Karsinoma duktal menginfiltrasi dan lobular menginfiltrasi mempunyai
keterlibatan nodus aksilar yang serupa, meskipun tempat metastatisnya
berbeda. Karsinoma duktal biasanya menyebar ke tulang, paru, hepar
atau otak, sementara karsinoma lobular biasanya bermetastatis ke
permukaan meningeal atau tempat-tempat tidak lazim lainnya.
3. Karsinoma medular.
Tipe ini menempati 6% dari kanker payudara dan tumbuh dalam
kapsul di dalam duktus. Tipe tumor ini dapat menjadi besar tetapi meluas
dengan lambat, sehingga prognosisnya seringkali lebih baik.
4. Kanker musinus.
Tipe ini menempati 3% dari kanker payudara. Penghasil lendir, juga
tumbuh dengan lambat sehingga kanker ini mempunyai prognosis yang
lebih baik dari lainnya.
5. Kanker duktal tubular.
Tipe ini jarang terjadi, menempati hanya sekitar 2% dari kanker.
Karena metastatis aksilaris secara histologi tidak lazim, maka
prognosisnya sangat baik.
6. Karsinoma inflamatori.
Merupakan tipe kanker payudara yang jarang (1% sampai 2%) dan
menimbulkan gejala-gejala yang berbeda dari kanker payudara lainnya.
Kulit diatas tumor ini merah dan agak hitam. Sering terjadi edema dan
retraksi puting susu. Gejala-gejala ini dengan cepat berkembang
memburuk dan biasanya mendorong pasien mencari bantuan medis lebih
cepat dibanding pasien wanita lainnya dengan massa kecil pada
payudara. Penyakit dapat menyebar dengan cepat pada bagian tubuh
lainnya. Radiasi dan pembedahan biasanya juga digunakan untuk
mengontrol penyebaran.
E. Manifestasi Klinik/ Tanda dan Gejala
Tanda Ca Mammae kini mempunyai ciri fisik yang khas, mirip pada
tumor jinak, massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk bulat dan elips. Gejala
carcinoma kadang tak nyeri, kadang nyeri, adanya keluaran dari puting susu,
puting eritemme, mengeras asimetik, inversi, gejala lain nyeri tulang, berat
badan turun dapat sebagai petunjuk adanya metastase. (Nurarif & Kusuma,
2015).
Beberapa gejala kanker payudara yang dapat terasa dan terlihat cukup jelas
menurut Astrid Savitri, dkk. (2015) antara lain :
1. Munculnya benjolan pada payudara
Benjolan di payudara atau ketiak yang muncul setelah siklus
menstruasi seringkali menjadi gejala awal kanker payudara yang paling
jelas. Benjolan yang berhubungan dengan kanker payudara biasanya
tidak menimbulkan rasa sakit, meskipun kadang-kadang dapat
menyebabkan sensasi tajam pada beberapa penderita.
2. Munculnya benjolan di ketiak (aksila)
Kadang-kadang benjolan kecil dan keras muncul di ketiak dan bisa
menjadi tanda bahwa kanker payudara telah menyebar hingga kelenjar
getah bening. Benjolan ini terasa lunak, tetapi seringkali terasa
menyakitkan dan nyeri.
3. Perubahan bentuk dan ukuran payudara
Bentuk dan ukuran salah satu payudara mungkin terlihat berubah.
Bisa lebih kecil atau lebih besar daripada payudara sebelahnya. Bisa juga
terlihat turun.
4. Keluarnya cairan dari puting (Nipple Discharge)
Jika puting susu ditekan, secara umum tubuh bereaksi dengan
mengeluarkan cairan. Namun, apabila cairan keluar tanpa menekan
putting susu, terjadi hanya pada salah satu payudara disertai darah atau
nanah berwarna kuning sampai kehijauan, mungkin itu merupakan tanda
kanker payudara.
5. Perubahan pada puting susu
Puting susu terasa seperti terbakar, gatal dan muncul luka yang
sulit/lama sembuh. Selain itu puting terlihat tertarik masuk ke dalam
(retraksi), berubah bentuk atau posisi, memerah atau berkerak. Kerak,
bisul atau sisik pada puting susu mungkin merupakan tanda dari
beberapa jenis kanker payudara yang jarang terjadi.
6. Kulit payudara berkerut
Muncul kerutan-kerutan seperti jeruk purut pada kulit payudara.
Selain itu kulit payudara terlihat memerah dan terasa panas
7. Tanda-tanda kanker telah menyebar
Pada stadium lanjut bisa timbul tanda-tanda dan gejala yang
menunjukkan bahwa kanker telah tumbuh membesar atau menyebar ke
bagian lain dari tubuh lainnya. Tanda-tanda yang muncul seperti nyeri
tulang, pembengkakan lengan atau luka pada kulit, penumpukan cairan
disekitar paru-paru (efusi pleura), mual, kehilangan nafsu makan,
penurunan berat badan, penyakit kuning, sesak napas, atau penglihatan
ganda.

F. Patofisiologi
Untuk dapat menegakkan diagnosa kanker dengan baik, terutama untuk
melakukan pengobatan yang tepat, diperlukan pengetahuan tentang proses
terjadinya kanker dan perubahan strukturnya. Tumor atau neoplasma
merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri proliferasi yang
berlebihan dan tak berguna, yang tak mengikuti pengaruh jaringan
sekitarnya. Proliferasi abnormal sel kanker akan mengganggu fungsi jaringan
normal dengan menginfiltrasi dan memasukinya dengan cara menyebarkan
anak sebar ke organ-organ yang jauh. Di dalam sel tersebut telah terjadi
perubahan secara biokimia terutama dalam intinya. Hampir semua tumor
ganas tumbuh dari suatu sel yang mengalami transformasi maligna dan
berubah menjadi sekelompok sel ganas di antara sel normal (Wijaya dan
Putri, 2013).
Sel kanker dapat menyebar melalui aliran pembuluh darah dan
permeabilitas kapiler akan terganggu sehingga sel kanker dapat berkembang
pada jaringan kulit. Sel kanker tersebut akan terus menginfiltrasi jaringan
kulit, menghambat dan merusak pembuluh darah kapiler yang mensuplai
darah ke jaringan kulit. Akibatnya jaringan dan lapisan kulit akan mati
(nekrosis) kemudian timbul luka kanker. Jaringan nekrosis merupakan media
yang baik untuk pertumbuhan bakteri, baik bakteri aerob atau anaerob.
Bakteri tersebut akan menginfeksi dasar luka kanker sehingga menimbulkan
bau yang tidak sedap. Selain itu, sel kanker dan proses infeksi itu sendiri
akan merusak permeabilitas kapiler kemudian menimbulkan cairan luka
(eksudat) yang banyak. Cairan yang banyak dapat menimbulkan iritasi sekitar
luka dan juga gatal-gatal. Pada jaringan yang rusak dan terjadi infeksi akan
merangsang pengeluaran reseptor nyeri sebagai respon tubuh secara
fisiologis, akibatnya timbul gejala nyeri yang hebat. Sel kanker itu sendiri juga
merupakan sel imatur yang bersifat rapuh dan merusak pembuluh darah
kapiler yang menyebabkan mudah pendarahan. Adanya luka kanker, bau
yang tidak sedap dan cairan yang banyak keluar akan menyebabkan
masalah psikologis pada pasien. Akhirnya, pasien cenderung merasa rendah
diri, mudah marah atau tersinggung, menarik dini dan membatasi
kegiatannya. Hal tersebut yang akan menurunkan kualitas hidup pasien
kanker (Astuti, 2013).
G. Komplikasi
Gangguan Neurovaskuler, Metastasis (otak, paru, hati, tulang
tengkorak, vertebra, iga, tulang panjang), Fraktur patologi, Fibrosis payudara,
hinga kematian (Nurarif & Kusuma, 2018).

H. Penatalaksanaan Medis
Terapi yang dapat diberikan kepada penderita kanker payudara secara
medis diantaranya : (tasripiyah,2012)
1. Pembedahan
Pada sebagian besar pasien, terapi bedah bertujuan untuk
mengangkat tumor, (meminimalkan resiko rekurensi lokal) dan untuk
menentukan stadium dari tumor. Ada 3 cara pembedahan atau operasi
payudara yaitu :
a. Mastektomi Radikal atau disebut (lumpektomi), yaitu operasi
mengangkat sebagian dari keseluruhan kulit payudara.mingikuti
Operasi ini harus selalu diikuti dengan pemberian-pemberian terapi.
Biasanya lumpektomi direkoendasikan pada orang yang tumornua
besar tidak lebih dari 2cm dan pada letaknya selalu di pinggir
payudara.
b. Mastektomi Total atau disebut (masetomi), yaitu sebuah operasi yang
dilakukan pengangkatan seluruh isi dari payudara saya, tatapi bukan
untuk mengangkat kelenjar yang ada di ketiak.
c. Dengan cara metode Modified Mastekromi Radikal, yaitu sebuah
operasi yang dilakukan untuk pengangkatan seluruh dari isi payudara,
dan juga jaringan di payudara dan di atas tulang dada, seluruh
selangka san tulang iga, dan juga beserta benjolan yang di sekitar
ketiak.
2. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan tarapi sistematik yang selalu digunakan
apabila adanya penyebaran sistemik dan sebagian terapi ajuvan, yang
kemoterapi ajuvan ini diberikan kepada pasien pemeriksaan histopatolik
pasca bedah mastektomi ditemukan suatu metastasis di suatu atau di
beberapa kelenjar.
3. Radioterapi
Radioterapi yang berfungsi untuk penderiita kanker payudara dan
biasanya juga digunakan sebagai alat terapi yng kuratif dengan cara
mempertahankan mammae dan bisa juga sebagai alat terapi tambahan
atau terapi paliatif.
4. Terapi Hormonal
Sebuah Pertumbuhan pada kanker payudara yang sangat
bergantung kepada suatu suplai hormone estrogen, dan juga oleh karena
itu terapi ini adalah tindakan berfungsi untuk mengurangi dalam
pembentukan hormone yang dapat menghambat laju dari perkembangan
semua sel kanker itu, akan tetapi terapi hormonal itu biasanya disebut
juga dengan sebuah terapi anti estrogen karna terapi ini system kerjanya
terapi ini sangat menghambat atau juga dapat menghentikan kemampuan
dari hormone estrogen yang sudah ada di dalam menstimulus
perkembangan kanker payudara.

I. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut Hidayat (2012), pengkajian adalah langkah awal dari
tahapan proses keperawatan, kemudian dalam mengkaji harus
memperhatikan data dasar dari pasien, untuk informasi yang diharapkan
dari pasien. Pengkajian yang dilakukan pada pasien yang menderita Ca
Mammae adalah sebagai berikut:
a. Identitas
Kebanyakan pasien Ca Mammae terjadi pada wanita dewasa
usia lebih dari 30 tahun, didukung dengan faktor-faktor predisposisi
kanker payudara. Tetapi tidak menutup kemungkinan usia dibawah 30
tahun terkena kanker payudara, dikarenkan pola hidup yang tidak
sehat. Risiko seorang wanita menderita kanker payudara dapat
berubah seiring dengan waktu. (Astrid Savitri, dkk., 2015)
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien Ca Mammae
biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya
benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna
merah dan mengeras, bengkak serta nyeri. Pada pasien Pre Op Ca
Mammae pasien akan mengeluh cemas serta khawatir bagaimana
nanti ketika di operasi (Wijaya & Putri, 2013).
2. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Uraian mengenai penyakit mulai dari timbulnya keluhan yang
dirasakan sampai saat dibawa ke layanan kesehatan, apakah pernah
memeriksakan diri ke tempat lain serta pengobatan yang telah
diberikan dan bagaimana perubahannya.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Dalam hal ini yang perlu dikaji atau ditanyakan pada pasien
yaitu tentang penyakit apa saja yang pernah diderita. Apakah pasien
pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya seperti penyakit
payudara jinak, hyperplasia tipikal. Biasanya pasien mempunyai
riwayat pemakaian terapi pengganti hormone dalam waktu yang lama
(lebih dari 10-15 tahun) seperti estrogen suplemen dan apakah pasien
juga mempunyai riwayat pemakaian kontrasepsi oral. Biasanya
pasien Ca Mammae mempunyai riwayat menarche atau menstruasi
pertama pada usia yang relative muda dan menopause pada usia
yang relative tua. Dan pada riwayat obstetri, biasanya pasien
mempunyai riwayat nulipara (belum pernah melahirkan) infertilitas dan
melahirkan anak pertama pada usia yang relative lebih tua (lebih dari
35 tahun) serta tidak menyusui.
c. Riwayat penyakit keluarga
Adanya keluarga yang mengalami Ca Mammae berpengaruh
pada kemungkinan klien mengalami Ca Mammae atau pun keluarga
klien pernah mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker
ovarium atau kanker serviks.
d. Riwayat psikososial
Merupakan respon emosi klien terhadap penyakit yang
dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta
respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari (Padila, 2012
dalam Andini, 2018).
Pada penderita kanker payudara akan terjadi perubahan tubuh
sejak kanker mulai menyebar pada tubuh, menyebabkan perubahan
persepsi sehingga pasien harus beradaptasi dari sisi fisiologis dan
psikososial baik konsep diri, peran fungsi dan interdependensi.
Adanya gejala fisik seperti kerontokan rambut dimana rambut
merupakan identitas diri pasien sehingga ketika mengalami kebotakan
akan mempengaruhi penampilan mereka dan kondisi ini akan
menimbulkan persepsi serta harga diri yang negatif. Perubahan citra
tubuh akibat perubahan fisik merupakan respon psikologis yang
sangat menekan bagi pasien kanker payudara, dimana payudara
merupakan organ penyusuan bagi bayinya dan sebagai daya tarik
bagi kaum pria. Payudara juga mempunyai fungsi sebagai simbol
kewanitaan (body image) dan fungsi erotik atau seksual terhadap
lawan jenis. Kehliangan payudara pada akhirnya dapat menciptakan
disfungsi seksual yang parah sebagai bentuk hilangnya sefl image,
rendahnya self esteem, hilangnya perceived attractiveness, rasa malu
dan kehilangan gairah. (Ambarwati, 2017)
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan (Fayzun et al, 2018) :
a. Laboratorium meliputi
1) Morfologi sel darah
2) Laju endap darah
3) Tes faal hati
4) Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum
atau plasma
5) Pemeriksaan sitologik
Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian
cairan yang keluar spontan dari putting payudar, cairan kista atau
cairan yang keluar dari ekskoriasi
b. Mammagrafi
Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk
mendeteksi secara dini. Memperlihatkan struktur internal mammae
untuk mendeteksi kanker yang tidak teraba atau tumor yang terjadi
pada tahap awal. Mammografi pada masa menopause kurang
bermanfaat karean gambaran kanker diantara jaringan kelenjar
kurang tampak.
c. Ultrasonografi
Biasanya digunakan untuk mndeteksi luka-luka pada daerah padat
pada mammae ultrasonography berguna untuk membedakan tumor
sulit dengan kista. kadang-kadang tampak kista sebesar sampai 2 cm.
d. Thermography
Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal; dari mammae
atau mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas
karena peningkatan suplay darah dan penyesuaian suhu kulit yang
lebih tinggi.
e. Xerodiography
Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara
pembuluh-pembuluh darah dan jaringan yang padat. Menyatakan
peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor.
f. Biopsi
Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau
ganas, dengan cara pengambilan massa. Memberikan diagnosa
definitif terhadap massa dan berguna klasifikasi histogi, pentahapan
dan seleksi terapi.
g. CT. Scan
Dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara
pada organ lain
h. Pemeriksaan hematologi
Pemeriksaan hematologi yaitu dengan cara isolasi dan
menentukan sel-sel tumor pada speredaran darah dengan
sendimental dan sentrifugis darah.

J. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik


2. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan
sirukulasi
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru menurun
4. Risiko Infeksi
5. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
6. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
7. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan efek
tindakan/pengobatan
K. Intervensi Keperawatan
No
Dx Keperawatan SLKI SIKI
.
1. Nyeri akut Tingkat nyeri (L.08066) Manajemen nyeri
berhubungan Setelah dilakukan (I.08238)
dengan agen cedera tindakan keperawatan Observasi
fisik (D.0077) selama 1x8 jam tingkat 1. Identifikasi lokasi,
nyeri dapat teratasi karekteristik, durasi,
Kriteria hasil: frekuensi, kualitas,
1. Keluhan nyeri dari intensitas nyeri
skala 3 (sedang) 2. Identifikasi skala nyeri
menjadi 1 3. Identifikasi respons
(menurun) nyeri non verbal
2. Meringis dari skala 4. Identifikasi faktor yang
3 (sedang) menjadi memperberat dan
1 (menurun) memperingan nyeri
3. Gelisah dari skala 3 5. Identifikasi
(sedang) menjadi 1 pengetahuan dan
(menurun) keyakinan tentang
nyeri
6. Identifikasi pengaruh
budaya terhadap
respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
8. Monitor
keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah
diberikan
9. Monitor efek samping
penggunaan
analgesic
Terapeutik
1. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi
music, biofeedback,
terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis. suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Gangguan integritas Integritas Kulit & Perawatan luka (I.14564)
jaringan jaringan (L.14125) Observasi
berhubungan Setelah dilakukan 1. monitor karakteristik
dengan perubahan tindakan keperawatan luka
sirukulasi selama 1x8 jam 2. monitor tanda-tanda
(D.0129) integritas kulit & infeksi
jaringan dapat teratasi Terapeutik
Kriteria hasil: 1. lepaskan balutan dan
1. Kerusakan jaringan plester secara
dari skala 5 perlahan
(menurun) menjadi 2. bersihkan dengan
3 (sedang) cairan NaCl atau
2. Nyeri dari skala 5 pembersih nontoksik
(menurun) menjadi sesuai kebutuhan
3 (sedang 3. pasang balutan sesuai
3. Kemerahan dari jenis luka
skala 5 (menurun) 4. pertahankan teknik
menjadi 3 (sedang) steril saat melakukan
perawatan luka
5. ganti balutan sesuai
jumlah eksudat dan
drainase
6. jadwalkan perubahan
posisi setiap 2 jam
atau sesuai kondisi
pasien
7. berikan diet dengan
kalori 30-35
kkal/kgBB/hari dan
protein 1,25-1,5
gram/kgBB/hari
8. Berikan suplemen
vitamin dan mineral
9. berikan terapi tens, jika
perlu
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
2. anjurkan
mengkonsumsi
makanan tinggi kalori
dan protein
3. ajarkan prosedur
perawatan luka secara
mandiri
Kolaborasi
1. kolaborasi prosedur
debridement, jika
perlu
2. kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu
3. Pola nafas tidak Setelah dilakukan Manajemen jalan napas
efektif berhubungan tindakan keperawatan (I.01011)
dengan ekspansi selama 1x8 jam pola Observasi
paru menurun nafas dapat teratasi 1. Monitor pola napas
(D.0009) Kriteria hasil: (frekuensi, kedalaman,
1. Penggunaan otot usaha napas)
bantu napas 2. Monitor bunyi
menurun napas
2. Pernapasan cuping tambahan (mis.
hidung menurun gurgling,
3. Frekuensi napas mengi,wheezing,
membaik ronkhi kering)
Terapeutik
1. Pertahankan
kepatenan jalan
napas dengan head-
tilt dan chin- lift (jaw-
thrust jika curiga
trauma servikal)
2. Posisikan semi-
Fowler atau Fowler
3. Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
4. Lakukan penghisapan
lender kurang dari 15
detik
5. Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
6. Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsep McGill
7. Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
1. Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari,
jika tidak
kontraindikasi
2. Anjurkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik,jika perlu

4. Risiko Infeksi Tingkat infeksi pencegahan infeksi


(D.0142) (L.14137) (I.14539) observasi
Setelah dilakukan 1. monitor tanda dan
tindakan keperawatan gejala infeksi lokal
selama 1x8 jam tingkat dan sistemik
infeksi dapat teratasi terapeutik
Kriteria hasil: 2. Batasi jumlah
1. Demam dari skala pengunjung
5 (menurun) 3. berikan perawatan
menjadi 3 (sedang) kulit pada area edema
2. Kemerahan dari 4. cuci tangan sebelum
skala 5 (menurun) dan sesudah kontak
menjadi 3 (sedang) dengan pasien dan
3. Bengkak dari skala lingkungan pasien
5 (menurun) 5. pertahankan teknik
menjadi 3 (sedang) aseptik pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
2. ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
3. Ajarkan etika batuk
4. ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
5. Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
6. anjurkan
meningkatkan asupan
cairan
kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu
5. Ansietas Tingkat ansietas Reduksi Ansietas (I.
berhubungan (L.09093) 09314)
dengan kurang Setelah dilakukan Observasi
terpapar informasi tindakan keperawatan 1. Identifikasi saat tingkat
(D.0080) selama 1x8 jam tingkat ansietas berubah (mis.
infeksi dapat teratasi kondisi, waktu, stresor)
Kriteria hasil: 2. Identifikasi
1. Perilaku gelisah kermampuan
dari skala 5 mengambili.keputusan
(meningkat) 3. Monitor tande-tanda
menjadi 3 ansietas (verbal dan
(sedang) nonverbal)
2. Perilaku tegang Terapeutik
dari skala 5 1. Ciptakan suasana
(meningkat) terapeutik untuk
menjadi 3 menumbuhkan
(sedang) kepercayaan
3. Keluhan pusing 2. Temani pasien untuk
dari skala 5 mengurangi
(meningkat) kecemasan, jika
menjadi 3 memungkinkan
(sedang) 3. Pahami situasi yang
mernbuat ansietas
4. Dengarkan dengan
penuh perhatian
5. Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
6. Tempalkan barang
pribadi yang
memberikan
kenyamanan
7. Motivasi
mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
8. Diskusikan
perencanaan realistis
tentang peristiwa yang
akan datang
Edukasi
1. Jelaskan prosedur,
temasuk sensasi yang
mungkin dialami
2. Informasikan secara
faktual mengenai
diagnosis,
pangobatan, dan
prognosis
3. Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama
pasien, jlka perlu
4. Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitir, sasual
kebutuhan
5. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan
persepsi
6. Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan
7. Latih penggunaan
mekanisme
pertahanan diri yang
tepat
8. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
obat antiansietas, Jika
perlu
6. Defisit pengetahuan Tingkat pengetahuan Edukasi Kesehatan
berhubungan (L.12111) (I.12383)
dengan kurang Setelah dilakukan Observasi
terpapar informasi tindakan keperawatan 1. Identifikasi kesiapan
(D.0111) selama 1x8 jam tingkat dan kemampuan
pengetahuan dapat menerima informasi
teratasi 2. Identifikasi faktor-
Kriteria hasil: faktor yang dapat
1. Perilaku sesuai meningkatkan
dengan anjuran dan menurunkan
dari skala 1 motivasi perilaku
(menurun) menjadi hidup bersih dan sehat
3 (sedang) Terapeutik
2. Kemampuan 1. Sediakan materi dan
menjelaskan medla pendidikan
pengetahuan kesehatan
tentang suatu topik 2. Jadwalkan pendidikan
dari skala 1 kesehatan sosial
(menurun) menjadi kesepakatan
3 (sedang) 3. Berikan kesempatan
3. Pertanyaan tentang untuk bertanya
masalah yang Edukasi
dihadapi dari skala 1. Jekaskan faktor risiko
5 (menurun) yang dapat
menjadi 3 (sedang) mempengaruhi
kesehatan
2. Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
3. Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat
7. Gangguan Citra Citra tubuh (L.09067) Promosi citra tubuh
Tubuh berhubungan Setelah dilakukan (I.09305)
dengan efek tindakan keperawatan Observasi
tindakan/pengobatan selama 1x8 jam citra 1. Identifikasi harapan
(D.0083) tubuh dapat teratasi citra tubuh
Kriteria hasil: berdasarkan
1. Melihat bagian tahap perkembangan
tubuh dari skala 3 2. Identifikasi budaya,
(sedang) menjadi 5 agama, jenis kelamin,
(membaik) dan umur terkalt citra
2. Menyentuh bagian tubuh
tubuh dari skala 3 3. Identifikasi perubahan
(sedang) menjadi 5 citra tubuh yang
(membaik) mengakibatkan isolasi
3. Verbalisasi social
kehilangan bagian 4. Monitor frekuensi
tubuh dari skala 3 pernyataan kritik
(sedang) menjadi 5 terhadap diri sendiri
(membaik) 5. Monitor apakah pasien
bisa melihat bagian
tubuh yang berubah
Terapeutik
1. Diskusikan perubahan
tubuh dan fungsinya
2. Diskusikan perbedaan
penampilan fisik
terhadap harga diri
3. Diskusikan perubahan
akibat pubertas,
kehamilan dan
penuaan
4. Diskusikan kondisi
stres yang
mempengaruhi citra
tubuh (mis, luka,
penyakit.
pembedahan)
5. Diskusikan cara
mengembangken
harapan citra tubah
secara realistis
6. Diskusikan persepsi
pasien dan keluarga
tentang perubahan
citra tubuh
Edukasi
1. Jelaskan kepada
keluarga tentang
perawatan perubahan
citra tubuh
2. Anjurkan
mengungkapkan
gambaran diri
terhadap citra tubuh
3. Anjurkan
menggunakan alat
bantu (mis,
pakalan, wig,
kosmetik)
4. Anjurkan mengikuti
kelompok pendukung
(mis. kelompok
sebaya)
5. Latih fungsi tubuh
yang dimiliki
6. Latih peningkatan
penapilan diri (mis.
berdandan)
7. Latih pengungkapan
kemampuan diri
kepada orang lain
maupun kelompok
Daftar Pustaka

Ambarwati. (2017). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. In Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia.
Astrid, Savitri, dkk. (2015). Kupas Tuntas Kanker Payudara, Leher Rahim &
Rahim. Yogyakarta, Pustaka Baru Press
Astuti, Yanita (2013). Asuhan keperawatan pada Ny. C denganaa Perawatan
Luka Kanker Payudara di RSPAD Gatot Subroto. Karya Ilmiah Akhir Ners:
Universitas Indonesia.
Brunner & Suddarth. 2015. Keperawatan Medikal Bedah vol 2. Jakarta: ECG

Fayzun., F., Muna., A., Y., D. A. R., Novitasari., E., & Baihaqi., I. (2018). Kanker
Payudara.
Hidayat, A. Z. 2012. Riset Keperawatan dan teknik penulisah ilmiah, Jakarta:
Salemba Medika
Nurarif, amin huda, & Kusuma, H. (2015). cancer mammae.

Nurarif, amin huda, & Kusuma, H. (2018). Cancer


Mammae. http://www.perawatciamik.com/2018/03/laporan-pendahuluan-
ca-mamae- nanda-nic.html?view=timeslide
Tasripiyah, A. S., Prawesti, A., & Rahayu, U. (2012). Hubungan Koping dan
Dukungan Sosial Dengan Body Image Pasien Kanker Payudara Post
Mastektomi di Poli Bedah Onkologi RSHS Bandungm Jurnal Universitas
Padjajaran.1-15
Tri Winarti. (2019). Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pasien Dengan
Carsinoma Mammae Di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda.

Wijaya, Andra S & Putri, Yesi M. 2013 Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta:
Nuha Msssedika

Anda mungkin juga menyukai