Anda di halaman 1dari 31

A.

Konsep Dasar

1. Pengertian Kanker Payudara

Kanker payudara merupakan penyakit yang disebabkan karena terjadinya


pembelahan sel-sel tubuh secara tidak teratur sehingga pertumbuhan sel tidak
dapat di kendalikan dan akan tumbuh menjadi benjolan tumor (kanker) sel
(Brunner dan Suddarth, 2005 ).

Kanker payudara adalah suatu penyakit seluler yang dapat timbul dari jaringan
payudara dengan manifestasi yang mengakibatkan kegagalan untuk mengontrol
proliferasi dan maturasi sel (Brunner dan Suddarth, 2005 ).

Kanker payudara adalaah suatu penyakit yang menggambarkan gangguan


pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok penyakit,bukan penyakit tunggal
(Tucker dkk,1998).

Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari parenkim, stoma areola,
dan papila mamae (Taufan Nugroho,2011).

2. Anatomi Fisiologi Payudara

Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit,di atas
otot dada.Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi.
Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200
gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram. Pada payudara terdapat
tiga bagian utama yaitu:
1) Korpus
Korpus (badan ) yaitu bagian yang membesar. Alveolus, yaitu unit terkecil
yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel aciner, jaringan
lemak, sel plasma, sel otot polos, dan pembuluh darah. Lobulus, yaitu
kumpulan dari alveolus. Lobus,yaitu beberapa lobulus yang berkumpul
menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara.ASI disalurkan dari alveolus ke dalam
saluran kecil(duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk
saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).
2) Areola
Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah sinus laktiferus, yaitu saluran
di bawah areola yang besar melebar, akhirnya memusat ke dalam putingndan
bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat
otot polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.
3) papilla / Puting
Papila atau Puting,yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.

Bentuk puting ada 4, yaitu bentuk yang normal, pendek/datar, panjang dan
terbenam (inverted).

3. Etiologi
Tidak satupun penyebab spesifik dari kanker payudara,sebaliknya serangkaian
faktor genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan dapt menunjang
terjadinya kanker ini. Bukti yang terus bermunculan menunjukan bahwa
perubahan genetik belum berkaitan dengan kanker payudara, namun apa yang
menyebabkan perubahan genetik masih belum diketahui. Perubahan genetik ini
termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal, dan pengaruh protein yang
menekan atau menigkatkan perkembangan kanker payudara. Hormon steroid yang
dihasilkan oleh ovarium mempunyai peran penting dalam kanker payudara. Dua
hormon ovarium utama-estradiol dan progesterone mengalami perubahan dalam
lingkungan seluler, yang dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi kanker
payudara (Brunner dan Sudart, 2001)

Faktor resiko timbul kanker payudara terdiri dari faktor resiko yang tidak dapat di
ubah (unchangeable) dan dapat di ubah (changeable) yaitu :

Faktor resiko yang tidak dapat di ubah (unchangable)


1) Umur
Semakin bertambahnya umur meningkat resiko kanker payudara. Wanita
paling sering terserang kanker payudara adalah usia di atas 40 tahun. Wanita
berumur di bawah wanita 40 tahun juga dapat terserang kanker payudara,
namun resikonya lebih rendah dibandingkan wanita berusia diatas 40 tahun.
2) Menarche Usia Dini
Resiko terjadinya kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami
menstruasi pertama sebelum umur 12 tahun. Umur menstruasi yang lebih awal
berhubungan dengan lamanya paparan hormone estrogen dan progesterone
pada wanita yang berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan termasuk
jaringan payudara.
3) Menoupause usia lanjut
Menopause setelah usia 55 tahun meningkatkan resiko untuk mengalami
kanker payudara. Sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor jauh sebelum
terjadinya perubahan klinis. Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada
masa sebelum menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor
terjadinya perubahan klinis.
4) Riwayat keluarga
Terdapat peningkatan resiko menderita kanker payudara pada wanita yang
keluarganya menderita kanker payudara tertentu. Apabila BRCA 1 (Breast
Cancer 2),yaitu suatu kerentanan terhadap kanker payudara, untuk terjadi
kanker payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur
70 tahun. 10% kanker payudara bersifat familial. Pada studi genetik ditemukan
bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen probabilitas.
5) Riwayat penyakit payudara jinak
Wanita yang menderita kelainan ploriferatif pada payudara memiliki
peningkatan resiko untuk mengalami kanker payudara. Menurut penelitian
Brinton (2008) di Amerika Serikat dengan desain cohort, wanita yang
mempunyai tumor payudara (adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis)
mempunyai resiko 2,0 kali lebih tinggi untuk mengalami kanker payudara 4,0
kali lebih besar untuk terkena kanker payudara (RR=4,0).

Faktor resiko yang dapat diubah / dicegah (changeable)

1) Riwayat kehamilan
Usia lanjut saat melahirkan anak pertama meningkatkan resiko mengalami
kanker payudara. Menurut penelitian Briston (2008) di Amerika Serikat
dengan desain cohort, wanita yang kehamilan pertama setelah 35 tahun
mempunyai resiko 3,6 kali lebih besar dibandingkan wanita yang kehamilan
pertama sebelum 35 tahun untuk terkena kanker payudara (RR=3,6). Wanita
yang multipara atau belum pernah melahirkan mempunyai faktor resiko 4,0
kali lebih besar dibandingkan wanita multipara atau sudah lebih dari sekali
melahirkan untuk terkena kanker payudara (RR=4,0)
2) Obesitas dan konsumsi lemak tinngi
Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dengan kanker payudara
pada wanita pasca menopause. Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu
faktor resiko terjadinya kanker payudara.
3) Penggunaan Hormone dan Kontrasepsi Oral
Hormon berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Wanita yang
menggunakan kontrasepsi oral berisiko tinggi untuk mengalami kanker
payudara. Kandungan estrogen dan progestron pada kontrasepsi oral akan
memberikan efek proliferasi berlebih pada kelenjer payudara. Wanita yang
menggunakan kontrasepsi oral untuk waktu yang lama mempunyai resiko
untuk mengalami kanker payudara sebelum menopause.
4) Konsumsi Rokok
Wanita yang merokok meningkatkan resiko untuk mengalami kanker payudara
daripada waita yang tidak merokok. Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr.
Kariadi Semarang dengan desain case control menunjukkan bahawa
diperkirakaan resiko bagi wanita yang merokok untuk terkena kanker payudara
2,36 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok
(OR=2,36).
5) Riwayat Keterpaparan Radiasi
Radiasi diduga meningkatkan resiko kejadian kanker payudara. Pemajanan
terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun
meningkatkan resiko kanker payudara.
Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang dengan desain case
control menunjukkan bahwa diperkirakan resiko bagi wanita yang terpapar
radiasi lebih dari 1 jam sehari untuk terkena kanker payudara 3,12 kali lebih
tinggi (OR=3,12).

4. Patofisiologi

Bukti yang terus bermunculan menunjukkan bahwa adanya perubahan genetik


berkaitan dengan kanker payudara namun ap yang menyebabkan genetik masih
belum diketahui.Meskipun belum ada penyebab spesifik kanker payudara yang
diketahui namun bisa diindentifikasi melalui beberapa faktor resiko,faktor ini
penting dalam membantu mengembangkan program pencegahan.Hal yang selalu
harus diingat adalah bahwa 60% yang di diagnosa kanker payudara tidak
mempunyai faktor resiko yang terindentifikas kecuali lingkungan hormonal
mereka.Di masa kehidupan,wanita dianggap beresiko untuk mengalami kanker
payudara,namun mengidentifikasi faktor resiko merupakan cara untuk
mengidentifikasi wanita yang mungkin diuntungkan dari kelangsungan hidup
yang harus meningkat dan pengobatan dini (Prince,A Sylvia.2006).

Kanker payudara berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada sistem
duktal, mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik.
Sel-sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma insitu dan menginvasi stroma.
Karsinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai
menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba (kira-kira berdiameter 1 cm).
Pada ukuran itu kira-kira seperempat dari karsinoma mammae telah bermetastasis.
Karsinoma mammae bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan
sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah (Prince, Sylvia, Wilson
Lorrairee M, 1995).

Tumor / neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri:proliferasi


yang berlebihan dan tak berguna,yang tak mengikuti pengaruh jaringan
sekitarnya.Proliferasi abnormal sel kanker akan mengganggu fungsi jaringan
normal dengan meninfiltrasi dan memasukinya dengan cara menyebarkan anak
sebar keorgan-organ yang jauh.Didalam sel tersebut telah terjadi perubahan secara
biokimiawi terutama dalam maligna dan berubah menjadi sekelompok sel ganas
diantara sel normal (Prince,A Sylvia.2006).

Transformasi sel-sel kanker dibentik dari sel-sel normal dalam suatu proses rumut
yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi, promosi dan progresi.
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam genetiksel yang memancing
selmenjadi maligna.perubahan dalam denetic sel ini disebabakan oleh suatu gen
yang disebut dengan karsinogen,yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi atau
penyinaran dan sinar matahari. Tetapi, tidak semua sel memiliki kepekaan yang
sama terhadap suatu karsinogen harus merupakan mutagen yang dapat
menimbulkan mutasi pada gen (Sukarja,2000).

Apabila ditemukan suatu kesalahan maka basa-basa DNA yang terlihat akan
dipotong dan diperbaiki. Namun, kadang terjadi transkripsi dan tidak terdeteksi
oleh enzim-enzim pengoreksi. Pada keadaan tersebut akan timbul satu atau lebih
protein regulator yang akan mengenali kesalahan resebut dan menghentikan sel
dititik tersebut dari proses pembelahan.pada titik ini, kesalahan DNA dapat
diperbaiki,atau sel tersebut deprogram untuk melakukan bunuh diri yang secara
efektif menghambat pewarisan kesalahan sel-sel keturunan jika sel tersebut
kembali lobs, maka sel tersebut akan menjadi mutasi permanen dan bertahan di
semua keturunan dan masuk ketahap irreversible (CERWIN, 2000).

Pada tahap promosi kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut
promoter, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan
gangguan fisik menahun pun dapat membuat sel menjadi lebih peka untuk
mengalami suatu keganasan. Promotor adalah zat non-mutagen tetapi dapat
menikkan reaksi karsinogen dan tidak menimbulkan amplifikasi gen produksi copi
multiple gen (Sukarha, 2000). Suatu sel yang telah megalami insiasi akan menjadi
maligna. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpenngaruhi oleh
promosi. Oleh karena itu, diperlukan beberapa faktor untuk terj adinya suatu
keganasan (gabungan dari sel yang akan peka dan suatu karsinogen).

Pada tahap progresif terjadi aktivitas, mutasi, atau hilangnya gen.pada progresif
ini timbul perubahan benigna menjadi pre-maligna dan maligna. Kanker payudara
menginvasi secara lokal dan menyebar pertama kali melalui kelenjer getah bening
regional, aliran darah, atau keduanya. Kanker payudara yang bermetastasis dapat
mengenai seluruh organ tubuh, terutama paru-paru, hepar, tulang, otak dan kulit
(Weiss.M 2010).

Metastasis kanker payudara biasanya muncul bertahun-tahun atau beberapa


dekade setelah diagnosis pertama dan terapi (Swart R, DAN Harris JE, 2011).

Stadium-stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaia Dokter
saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasienya,sudah sejauh
mana tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ maupun penyebaran
ketempat jauh.Stadium hanya di kenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada
tumor jinak.Untuk menentukan suatu stadium,harus dilakukan pemeriksaan klinis
dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang lainnya,yaitu
histopologi,PA,rontgen,usg,danbila memungkinkan CT Scan,Scintigrafi
(Sukarja,2000).

5. Manifestasi klinis
Gejala- gejala kanker payudara yang tidak di sadari dan tidak di rasakan pada
stadium dini menyebabkan bayak penderita yang berobat dalam kondisi stadium
lanjut. Hal tersebut akan mempersulit penyembuhan dan semakin kecil peluang
untuk di sembuhkan. Bila kanker payudara dapat di ketahui secara dini maka akan
lebih mudah dilakukan pengobatan (Ramli M, 2013)

Gejala yang timbul data penyakit memasuki stadium lanjut semakin bayak ,
seperti:
1) Timbul benjolan pada payudara yang dapat di raba dengan tangan, makin lama
benjolan makin keras dan bentuknya tidak beraturan.
2) Saat benjolan mulai membesar,barulah mulai terasa nyeri saat ditekan, karena
terbentuk penebalan pada kulit payudara.
3) Bentuk, ukuran, berat salah satu payudara berubah bentuk karena terjadi
pembengkakan.
4) Pembesaran kelenjar getah bening di ketiak atau timbul benjolan kecil di
bawah ketiak.
5) Bentuk atau arah puting berubah, misalnya puting susu tertarik ke dalam yang
tadinya berwarna merah muda berubah menjadi kecoklatan.
6) Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting susu pada wanita yang
tidak sedang hamil.
7) Luka pada payudara tidak sudah lama dan tidak sembuh walau sudah diobati.
8) Kulit payudara seperti mengerut kulit jeruk (peuau d’orange) akibat dari
neoplasma menyekat drainase limfatik sehingga terjadi edema dan piting kuli.

6. Stadium Kanker Payudara

Pembagian stadium menurut Portman yang disesuaikan aplikasi klinik yaitu:


1) Stadium I
Tumor teraba dalam payudara, bebas dari stadium jaringan sekitarnya, tidak
ada fixasi/ infiltrasi ke kulit dan jaringan yang di bawahnya (otot). Besar
tumor 1-2 cm dan tidak dapat terdeteksi dari luar. Kelenjer getah bening
regional belum teraba. Perawatan yang sangat sistematis diberikan tujuannya
agar sel kanker tidak dapat menyebar dan tidak berlanjut pada stadium
selanjutnya. Pada stadium ini, kemungkinan penyembuhan pada penderita
adalah 70%.
2) Stadium II
Tumor terbebas dalam payudara, besar tumor 2,5-5 cm, sudah ada atau
beberapa kelenjer getah bening axila yang masih bebas dengan diameter
kurang dari 2 cm. Untuk mengangkat sel-sel kanker biasanya dilakukan
operasi dan setelah operasi dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada
lagi sel-sel kanker yang tertinggal. Pada stadium ini, kemungkinan sembuh
penderita adalah 30-40%.
3) Staium IIIA
Tumor sudah meluas pada payudara, besar tumor 5-10 cm, tapi masih bebas di
jaringan sekitarnya, kelenjar getah bening axila masih bebas satu sama lain.
Menurut data Depkes, 87% kanker payudara ditemukan pada stadium ini.
4) Stadium III B
Tumor melekat pada kulit atau dinding dada, kulit merah, ada edema (lebih
dari sepertiga permukaan kulit payudara) ulserasi, kelenjar getah bening axila
melekat satu sama lain atau ke jaringan sekitarnya dengan diameter 2-5 cm.
Kanker sudah menyebar pada seluruh bagian payudara, bahkan mencapai
kulit, dinding dada, tulang rusuk dan otot dada.
5) Stadium IV
Tumor seperti pada stadium I,II,III tapi sudah disertai dengan kelenjar getah
bening axila supra-klafikula dan metastasis jauh. Sel-sel kanker sudah
merembet menyerang bagian tubuh lainnya, biasanya tulang, paru-paru, hati,
otak, kulit, kelenjar limfa yang ada di batang leher. Tindakan yang harus
dilakukan adalah mengangkat payudara. Tujuan pengobatan pada palliative
bukan lagi kuratif(menyembuhkan).

7. Komplikasi
1. Limpedema
limfedema terjadi jika saluran limfe untuk menjamin aliran balik limfe
bersirkulasi umum tidak berfungsi dengan kuat. Jika nodus axilaris dan sistem
limfe di angkat maka sistem kolater dan axilaris harus mengambil ahli fungsi
mereka. Limfedema dapat dicegah dengan meninggikan setiap sendi lebih
tinggi dari sendi yang prokximal. Jika terjadi limfedema keluasan biasanya
berhubungan dengan jumlah saluran limfatik kolateral yang diangkat selama
pembedahan (Brunner & Suddharta,2011).
2. Sidroma hiperkalsemik
Sidroma hiperkalsemik terjadi jika kanker menghasilkan hormon yang
meningkatkan kadar kalsium darah/ hormon yang secara langsung
mempengaruhi tulang.

8. Pemeriksaan Diagnostik

Ada beberapa pemeriksaan penunjang.Namun secara umum terbagi 2 yaitu non


invasive dan invasive.
 Non Invasif
1. Mamografi
Mammografi yaitu pemeriksaan dengan metode radiologis sinar X
yang diradiasikan pada payudara. Kelebihan mammografi adalah
kemampuan mendeteksi tumor yang belum teraba (radius 0,5 cm)
sekalipun masih dalam stadium dini.Waktu yang tepat untuk
melakukan mammografi pada wanita usia produktif adalah hari ke 1-
14 dari siklus haid. Pada perempuan usia nonproduktif dianjurkan
untuk kapan saja. Ketepatan pemeriksaan ini berbeda-beda berkisar
antara 83%-95%.
2. USG
Ultrasound telah digunakan sejak awal 50-an. Alat tersebut sangat
berguna dan akurat dalam mengevaluasi densitas payudara dan dan
akurat dalam membedakan antara kista dengan massa padat. Namun
untuk masa yang lebih kecil antara 5-10 mm tidak dapat divisualisasi
dan massa pada jaringan lemak payudara sulit dievaluasi.
Keuntungannya adalah tidak ada radiasi dan tidak ada nyeri.
3. Computed Tomografi Dan Magnetic Resonance Memindai Pencitraan
Penggunaan CT dan MRI untuk scanning untuk mengevaluasi
kelainan payudara sekarang sudah mulai diselidiki. Teknik ini
mengambil peran dalam mengevaluasi axila, mediastinum dan area
supralivikula untuk adenopati dan membantu dalam melakukan stging
pada proses keganasan.
 Invasif
1. Sitologi Aspirasi
Sitologi aspirasi dilakukan menggunakan jarum halus (ukuran 20 atau
yang lebih kecil) dengan spuit untuk mengaspirasi sel pada area yang
dicuriga, lalu dismear di atas slide dan difiksasi segera dan diwarnai
untuk evaluasi sitologi. Jika specimen diambil secara tepat, prosedur
ini sangat akurat. Namun pemeriksaan ini tidak dapat untuk memeriksa
gambaran histopatologi jaringan sebab pemeriksaan ini tidak mampu
mengambil struktur jaringan sekitar. Teknik stereotaktik untuk
sampling lesi nonpalble sudah menjadi hal umum diamerika serikat.
Kelemahan teknik ini adalah ketidak mampuan untuk menentukan
secara akurat resptor estrogen dan progesterone pada specimen yang
sangat kecil. Untuk menegtahui resptor menggunakan teknik ini sudah
dikembangkan namun masih belum merata keberadaanya
dilaboratorium patologi anatomi.
2. Inti Needle Biopsi (CNB)
Biopsi jarum dengan menggunakan jarum bor yang besar sering
dilakukan. Hal tersebut lebih invasive dibandingkan dengan aspires
jarum. CNB lebih akurat dan bisa digunakan untuk menentukan
reseptor estrogen dan progesterone serta bisa dilakukan untuk
memeriksa gambaran histopatologi.
3. Biopsi
Ini bisa dilakukan secara stereotaktik atau dengan bantuan ultrasound.
Biopsi TerbukaTerdapat berbagai macam teknik biopsy terbuka yaitu:
1) biopsi Eksisi
Istilah biopsI Eksisi merujuk pada istilah yang berarti dengan
mengangkat seluruh massa yang terlihat dan biasanya dengan
sedikit batas jaringan yang sehat. Hal tersebut perlu direncanakan
secara hati-hati dan curiga lesinya bersifat gana. Kebanyakan
boipsi bisa dilakukan dengan lokal anestesi. Namun dengan
kenyamanan pasien biasa dilakukan dengan sedasi intravena.
Poting beku biasa dilakukan dan bisa disimpan untuk tes resptor
estrogen dan progesterone.
2) Biopsi sendiri
Untuk lesi yang besar dan sulit untuk dilakukan biopsy eksisi
biasanya dilakukan biopsy insisi dengan hanya mengambil sedikit
jaringan. Hal ini bisa dilakukan dalam anestesi lokal dan cukup
nyaman pada pasien poli.
3) Jarum-Dipandu Biopsi (GNB)
Skrinning mammografi bisa digunakan untuk melihat lesi
mencurigakan sebelum muncul secara klinis. Dan hal tersebut bisa
dijadikan petokan dalam melakukan biopsy jarum dengan bantuan
mammografi. Teknik ini dilakukan atas dasar prinsip
menghilangkan lesi secara presisi tanpa mengorbankan jaringan
sehat sekitar. Pasien dilakukan mamografi yang disesuaikan
dengan film aslinya dan dilakukan introduks berdasarkan gambaran
film tersebut. Jadi bisa disimpulkan NGB merupakan biopsy
dengan bantuan mamograf.
4) USG-Dipandu Biopsi (UGB)
Untuk lesi yang tidak teraba anamun terlihat gambarannya melalui
ultrasound. Bisa dilakukan dengan pasien pada posisi supine, dan
payudara discan menggunakan tranducer. Lalu kulitnya ditandai
dengan pensil; lalu dilakukan biopsy secara standard. Aspirasi kista
juga bisa dilakukan dengan bantuan ultrasound.
5) Puting Discharge Smear (NDS)
Setelah menekan daerah puting maka akan keluar cairan .cairan
yang bisa keluar bisa diusap pada gelas kaca difikasi dan dapat
dilihat untuk dievaluasi secara sitologi. Dilaporkan, sitologi dari
NDS memiliki hasil negative palsu sebesar 18% dan positif sebesar
2,5% jadi dibutuhkan ketelitian dan kehati-hatian dalam
menginterprestasi hasil tersebut.
6) puting Biopsi
Perubahan epithelium dari puting sering terkait dengan gatal atau
nipple discharge biasa diperbolehkan untuk dilakukan biopsy
puting. Sebuah potongan nipple /areola complex bisa dieksisi
dalam lokal anatesi dengan tepi minimal.

9. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Medis
Adanya beberapa cara pengobatan kanker payudara yang penerapannya
tergantung pada stadium klinik payudara. Pengobatan kanker payudara
biasanya meliputi pembedahan/ operasi, radioterapi/ penyinaran, kemoterapi,
dan terapi hormonal. Penatalaksanaan medis biasanya tidak dalam bentuk
tunggal, tetapi dalam beberapa kombinasi.
1) Bedah / operasi
Pembedahan dilakukan untuk mengangkat sebagian atau seluruh payudara
yang terserang kanker payudara. Pembedahan paling utama dilakukan
pada kanker payudara stadium I dan II. Pembedahan dapat bersifat kuratif
(menyembuhkan) maupun paliatif (menghilangkan gejala-gejala penyakit).

Tindakan pembedahan atau operasi kanker payudara dapat dilakukan


dengan 3 cars yaitu:
 Masektomi radikal (lumpektomi), yaitu operasi pengangkatan sebagian
dari payudara. Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian pemberian
terapi. Biasanya lumpektomi direkomendasikan pada penderita yang besar
tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara.
 Masektomi total (masetomi), yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara
saja, tetapi bukan kelenjer di ketiak.
 Modified Mastektomi radikal, yaitu operasi pengangkatan seluruh
payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang
iga, serta benjolan disekitar ketiak.
2) Radioterapi
Radiologi yaitu proses penyinaraan pada daerah yang terkena kanker
dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh
sel kanker yang masih terisisa di payudara setelah payudara.tindakan ini
mempunyai efek kurang baik seperti tubuh menjadi lemah, nafsu makan
berkurang, warna kulit disekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan
leukosit cendrung menurun sebagai akibat dari radiasi. Pengobatan ini
biasanya diberikan bersamaan dengan lumpektomi atau masektomi.
3) Kemoterapi
Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam
bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infuse yang bertujuan membunuh
sel kanker. Sistem ini diharapkan mencapai target pada pengobatan kanker
yang kemungkinan telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Dampak dari
kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut
rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi.
4) Terapi hormonal
Pertumbuhan kanker payudara bergantung pada suplai hormone estrogen,
oleh karena itu tindakan mengurangi pembentukan hormone dapat
menghambat laju perkembangan sel kanker, terapi hormonal disebut juga
dengan therapi anti estrogen karena system kerjanya menghambat atau
menghentikan kemampuan hormone estrogen yang ada dalam
menstimulus perkembangan kanker pada payudara.

10. Pencegahan Kanker Payudara

Pencegahan kanker payudara adalah pencegahan yang bertujuan menurunkan


insidens kanker payudara dan secara tidak langsung akan menurun angka
kematian akibat kanker payudara.
a. Pencegahan primodial
Pencegahan primodial yaitu upaya pencegahan yang ditujukan kepada orang
sehat yang memiliki faktor resiko. Upaya yang dimaksudkan dengan
menciptakan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan kanker payudara
tidak mendapat dukungan dasar dari kebiasaan, gaya hidup dan faktor resiko
lainnya. Pencegahan primodial dilakukan melalui promosi kesehatan yang
ditunjukan pada orang sehat melalui upaya pola hidup sehat.
b. Pencegahan Primer
Pencegahan primer pada kanker payudara dilakukan pada orang sehat yang
sudah memiliki faktor resiko untuk terkena kanker payudara. Pencegahan
primer dilakukan melalui upaya menghindari diri dari keterpaparan berbagai
faktor resiko dan melaksanakan pola hidup sehat. Konsep dasar dari
pencegahan primer adalah menurunkan insiden kanker payudara yang dapat
dilakukan dengan:
 Mengurangi makanan yang mengandung lemak tinggi.
 Memperbanyak aktivitas fisik dengan berolahraga.
 Menghindari terlalu banyak terkena sinar X atau jenis radiasi lainnya.
 Mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak serat.Serat akan
menyerap zat-zat yang bersifat karsinigen dan lemak, yang kemudian
membawanya keluar melalui feces.
 Mengkonsumsi produk kedelai serta produk olahan seperti tahu atau
tempe. Kedelai mengandung flonoid yang berguna untuk mencegah
kanker dan genestein yang berfungsi sebagai ektrogen nabati
(fitoestrogen). Ektrogen nabati ini akan menempel pada reseptor
estrogen sel-sel epitel saluran kelenjer susu, sehingga akan
menghalangi estrogen asli untuk menempel pada saluran susu yang
akan merangsang tumbuhnya sel kanker.
 Memperbanyak mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran, terutama
yang mengandung vitamin C, zat antioksidan dan fitokimia, seperti
jeruk, wortel, tomat, labu, pepaya, mangga, brokoli, lobak, kangkung,
kacang-kacangan dan biji-bijian.

Hampir setiap kanker payudara ditemukan pertama kali oleh penderita sendiri dari
pada oleh dokter. Karena itu, wankita hares mewaspadai setiap [perubahan yang
terjadi pada payudara. Untuk mengetahui perubahan-perubahantersebut dilakukan
pemeriksaan sederhana yang disebut pemeriksaan payudar sendiri (SADARI).

SADARI sebaiknya dilakukan setiap bulan secara teratur. Cara ini sangat efektif
di Indonesia karena tidak semua rumah sakit menyediakan fasilitas pemeriksaan
memadai. Kebiasaan ini memudahkan kita untuk menemukan perubahan pada
payudara dan bulan ke bulan. Pemeriksaan optimum dilakukan pada sekitar 7-14
hari setelah awal siklus menstruasi karena pada masa itu retensi cairan minimal
dan payudara dalam keadaan lembut dan tidak membengkak sehingga jika ada
pembengkakan akan lebih mudah ditemukan. Jikan suadah menopause maka
pilihlah satu hari tertentu, misalnya hari pertama untuk mengingatkan melakukan
SADARI setiap bulan. 17,23 SADARI dapat dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut
1) Langkah 1 : Berdiri didepan cermin, pandanglah kedua payudara. Letakkan
kedua tangan dipinggang dan dorong siku ke depan agar otot-otot dada
menegang. Perhatikan kemungkinan adanya perubahan yang tidak biasa
seperti cairan dari puting, pengerutan, penarikan atau pengelupasan kulit
2) Langkah 2 : Lebih diarahkan perhatian kecermin, tangkaplah kedua tangan di
belakang kepal dan tekan ke depan
3) Langkah 3 : Angkat lengan kanan. Pergunakan 3-4 jari tangan kiri untuk
memeriksa payudara kanan secara lembut, hati-hati dan secara menyeluruh.
Dimulai dari bagian tepi sisi luar, tekankan ujung jari tangan membentuk
lingkaran itu secara lambat seputar payudara. Secara bertahap lakukan kearah
puting. Pastikan mencakup seluruh payudara. Berikan perhatian khusus di
daerah antara payudara dengan ketiak, termasuk bagian ketiak kiri. akan untuk
setiap ganjalan yang tidak biasa atau di bawah kulit
4) Langkah 4 : Dengan lembut, pijit puting susu dan lihat jika ada cairan yang
keluar. Tidak normal apabila keluar darah atau adanya cairan yang spontan
5) Langkah 5 : Ulangi langkah (3) dan (4) dengan posisi berbaring. Berbaringlah
di tempat dengan permukaan rata. Berbaringlah dengan lengan kanan
dibelakang kepala dan bantal kecil atau lipatan handuk diletakan di bawah
pundak. Posisi menyebabkan payudara menjadi rata dan membuat
pemeriksaan lebih mudah. Lakukan gerakan melingkar yang sama seperti pada
tahap (3) dan (4). Lakukan pula untuk payudara kiri
c. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan untuk mengobati para penderita dan
mengurangi akibat-akibat yang lebih serius dari penyakit kanker payudara
melalui diagnosa dan deteksi dini dan pemberian pengobatan.

B. Asuhan Keperawatan Teoritis Pada Klien Ca Mammae

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan, suatu proses
keperawatan, suatu kolaboratif melibatkan perawat, pasien dan tim kesehatan
lainnya. Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data subjektif dan objektif yang
dilakukan dengan wawancara dan pemeriksaan fisik, data tersebut kemudian
diolah, dianalisa yang kemudian akan menghasilkan suatu diagnosa keperawatan
yang membutuhkan perencanaan untuk mengatasi masalah yang timbul dan
muncul.Tujuan utama pengkajian adalah memberikan gambaran secara terus
menerus mengenai keadaan pasien yang memungkinkan perawat merencanakan
asuhan keperawatan kepada klien dengan mudah.

Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam lima tahap kegiatan
yang meliputi:
a. Identitas Klien
Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, suku bangsa, agama, status
perkawinan, alamat, nomor MR, tanggal masuk dan penanggung jawab.
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya seperti penyakit
payudara jinak ,hyperplasia tipikal.
2) Wanita yang mempunyai tumor payudara disertai perubahan epitel
proliferative mempunyai resiko dua kali lipat biasanya mengalami kanker
payudara, wanita dengan hyperplasia tipikal mempunyai resiko empat kali
lipat untuk mengalami penyakit ini
3) Biasanya pasien mempunyai riwayat pemakaian terapi penggantian
hormon dalam waktu yang lama (lebih dari 10-15 tahun)seperti estrogen
suplemen.
4) Biasanya klien mempunyai riwayat pemakaian kontrasepsi oral
5) Riwayat perokok, konsumsi alkohol dan tinggi lemak, dan makanan yang
memakai penyedap dan pengawet.
6) Biasanya klien mempunyai riwayat menarche atau menstruasi pertama
pada usia yang relative mudah dan menopause pada usia yang relative
lebih tua
7) Biasanya klien mempunyai riwayat nulipara (belum pernah melahirkan),
infertilitas, dan melahirkan anak pertama pada usia yang relative lebih
tua(lebih dari 35 tahun), serta tidak menyusui
c. Riwayat kesehatan sekarang
1) Biasanya klien mengatakan timbul benjolan pada payudara yang dapat
diraba dengan tangan, makin lama benjolan ini makin mengeras dan
bentuknya tidak beraturan.
2) Klien mengatakan terasa nyeri pada payudara saat benjolan mulai
membesar.
3) Klien mengeluh keluar nanah, darah atau cairan encer dari puting susu
pada wanita yang tidak hamil.
4) Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk akibat neoplasma menyekat
drainase limfatik sehingga terjadi edema dan piting kulit.
5) Biasanya klien mengatakan tubuh terasa lemah, tidak nafsu makan , mual,
muntah, ansietas.
6) Terdapat edema ( bengkak) pada lengan atau kelainan kulit, ruam kulit,
dan ulserasi.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
1) Kemungkinan ada keluarga yang menderita kanker terutama ibu, anak
perempuan serta saudara perempuan. Risikonya meningkat dua kali jika
ibunya terkena kanker pada usia kurang dari 60 tahun. Risiko meningkat 4-
6 kali jika terjadi pada dua orang saudara langsung.
2) Tiga atau lebih keluarga dari sisi keluarga yang sama terkena kanker
payudara atau ovarium.
3) Dua atau lebih keluarga dari sisi yang sama terkena kanker payudara atau
ovarium dibawah 40 tahun.
4) Adanya keluarga dari sisi yang sama yang terkena kanker payudara atau
ovarium.
5) Adanya riwayat kanker payudara bilateral pada keluarga.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum klien, biasanya di kaji tingkat kesadaran klien, BB,Tinggi
badan, tekanan darah, suhu, RR, Nadi.
2) Kepala
 Rambut
Biasanya kulit kepala dan rambut klien akan rontok atau alopesia
karna pengaruh kemoterapi, kulit kepala tidak tampak bersih.
 Wajah
Biasanya tidak terdapat edema atau hematon.
 Mata
Biasanya mata simetris kiri dan kanan Konjungtiva anemis
disebabkan oleh nutrisi yang tidak adekuat Sklera tidak
ikterik,palpebra tidak edema.
 Hidung
Biasanya hidung kurang bersih, tampak sekret, adanya pernafasan
cuping hidung yang disebabkan klien sesak nafas terutama pada
pasien yang kankernya sudah bermetastase ke paru-paru.
 Bibir
Mukosa bibir tampak pucat dan kurang bersih.
 Gigi
Biasanya gusi klien mudah terjadi pendarahan akibat rapuhnya
pembuluh darah dan caries positif
 Lidah
Lidah biasanya tampak pucat, dan lidah klien kurang bersih.
3) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
4) Dada ATAU Thorak
a) Inspeksi
Pada stadium 1
biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan kanan yang
disebabkan oleh pembengkakan pada payudara,dengan ukuran 1-2 cm.
Pada stadium 2
biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan kanan yang juga
disebabkan payudara dengan ukuran dengan tumor 2,5-5 cm
Pada stadium 3A
biasanya dada klien juga tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan
oleh pembengkakan tumor yang sudah meluas dalam payudara besar
tumor 5-10 cm.
PADA stadion 3B
bentuk dada juga tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh
pembengkakan dan kanker sudah melebar ke seluruh bagian
payudara,bahkan mencapai kulit, dinding dada,tulang rusuk,dan otot
dada.
Pada stadium 4
Bentuk dada tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh
pembengkakan dan mestastase jauh keorgan lain seperti paru-paru.
b) Palpasi
Pada stadium 1
biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker
belum bermetastase keorgan lain
Pada stadium 2
biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker
belum bermetastase keorgan lain
Pada stadium 3A
biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker
belum bermetastase keorgan lain
Pada stadium 3B
biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker
belum bermetastase keorgan lain seperti tulang rusuk, dinding dada
dan otot dada
Pada stadium 4\biasanya tidak fremitus kiri dan kanan yang juga
disebabkan oleh karena kanker sudah metastase ke organ yang lebih
jauh seperti paru-paru sehingga mengakibatkan paru –paru mengalami
kerusakan dan tidak mampu melakukan fungsinya.
c) Perkusi
Pada stadium 1
biasanya akan terdengar sonor pada lapangan paru-paru klien.
Pada stadium 2
biasanya akan terdengar sonor pada lapangan paru-paru klien karena
kanker belum mengalami metastase.
Pada stadium 3A
Masih akan terdengar sonor pada lapangan paru karena kanker belum
metastase.
Pada stadium 3B
biasanya terdengar bunyi redup yang dapat di temukan pada infiltrate
paru dimana parenkim paru lebih padat / mengadung sedikit udara dan
bunyi pekak pada paru-paru paien yang disebabkan pada paru-paru
pasien didapatkan berisi cairan disebut dengan efusi pleura jika kanker
telah bermetastase pada organ paru.
Pada stadium 4
biasanya akan terdengar pekak pada paru-paru pasien yang disebabkan
pada paru-paru pasien didapatkanberisi cairan yang disebut dengan
efusi pleura akibat metastase dari kanker mammae yang berlanjut,dan
nafas akan terasa sesak.
d) Auskultasi
Pada stadium 1
biasanya akan terdengar vesikuler (bunyi hampir terdengar seluruh
lapangan pare dan inspirasi lebih panjang, lebih keras, nadanya lebih
tinggi dari ekspirasi. suara nafas tambahan tidak ada, seprti ronchi (-)
dan wheezing (-)
Pada stadium 2
biasanya bunyi nafas terdengar vesikuler (bunyi hampir seluruh
lapangan paru clan inspirasi lebih panjang lebih keras, nadanya lebih
tinggi dari ekspirasi. Biasanya buni nafas klien juga dapat terdengar
bronkovesikuler dengan bronchial. Suara nafas tambahan tidak ada,
seperti ronchi (-) dan wheezing (-)
Pada stadium 3 A
Biasanya bunyi nafas berbunyi vesikuler (bunyi hampir seluruh
lapangan paru dan inspirasi yang lebih panjang, lebih keras, nadanya
lebih tinggi dari ekspirasi, dan bronkovesikuler yaitu pada daerah
suprasternal, interscapula: campuran antara element vaskuler dengan
bronchial. Suara nafas tambahan tidak ada, seperti : Ronchi (+) dan
wheezing (-)
Pada stadium 3 B
biasanya nafas klien bisa terdengar bronchial yaitu ekspirasi lebih
panjang, lebih keras nadanya lebih tinggi dari pada inspirasi dan
terdengar dan terdapat suara nafas tambahan seperti: Ronchi dan
Wheezing ini disebabkan oleh kanker sudah menyebar ke seluruh
bagian payudara, dan mencapai ke dinding dada, tulang rusuk, dan otot
dada sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan ekspansi paru dan
compressive atelektasis.
Pada stadium 4
biasanya bunyi nafas pasien bisa terdengar bronchial yaitu ekspirasi
lebih panjang, lebih keras, nadanya lebih tinggi, dari pada inspirasi dan
terdengar. Dan terdapat suara tambahan seperti : Ronchi dan wheezing.
Ini disebabkan oleh kanker metastase ke bagian tubuh lainnya seperti
paru-pare sehingga mengakibatkan terj adnnya penurunan ekspansi
paru dan compressive atelektasis sehingga terjadi penumpukan secret
pada daerah lobus paru.
5) Jantung (Kardiovaskuler)
a) Inspeksi
Biasanya iktus tidak terlihat
b) Palpasi
Biasanya iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
c) Perkusi
Batas jantung normal, (batas jantung kanan RIC II, linea staralis
dektra, batas jantung kiri RIC V,1 jari media linea clavukularis
sinistra)
d) Auskultasi
Biasanya irma jantung murni,murmur (-)
6) Mammae (payudara)
a) Inspeksi
Biasanya ada benjolan yang menekan payudara.adanya ulkus dan
berwarna merah dan payudara mengerut seperti kulit jeruk
b) Palpasi
Teraba benjolan payudara yang mengeras dan teraba pembengkakan
dan teraba pembesaran kelenjar getah bening diketiak atau timbul
benjolan kecil di bawah ketiak.
7) perut
a) Inspeksi
Biasanya tidak ada pembesaran
b) Palpasi
Biasanya bising usus (-)
c) Perkusi
Biasanya lien dan hepar tidak teraba
d) Auskultasi
tympani
8) Genitourinari
Biasanya genetalia Bersih
9) Ekstremitas
Biasanya ekstremitas tidak odema,tidak ada lesi
10) Sistem intergument
Biasanya terjadi perubahan pada kelembaban kulit klien dan turgor kulit
klien tidak elastis

f. Pola Kebiasaan Sehari-hari


1) Nutrisi
 Makan
Sehat: biasanya makan 3 kali sehari dan habis satu porsi
Sakit : biasanya 3 kali sehari,dan hanya menghabiskan setengah
porsi
 Minum
Sehat: biasanya minum 6-8 gelas sehari
Sakit :biasanya klien hanya menghabiskan minum 3-5 gelas sehari
2) Eliminasi
 Berkemih
Sehat : biasanya frekuensi BAK sehari 1500 cc
Sakit : biasanya frekuensi BAK sehari 800 cc,karateristiknya
warna kekunangan,pekat dan bau khas
 Defekasi
Sehat : biasanya frekuensi BAB 1 kali sehari
Sakit : pada saat sakit 1 kali dalam 3 hari karateristik warna
kehitaman atau kemerahan, konsistensi padat dan bau khas
3) Istirahat dan Tidur
Sehat: biasanya jam tidur siang 2 jam dan malam 9 jam sehari
Sakit : biasanya saat sakit susah tidur karena rasa nyeri yang dirasakan di
bagian payudara
4) Kebersihan Diri
Sehat : biasanya klien mandi 2 kali sehari,menggosok gigi 2 kali
sehari,cuci rambut 1 kali dalam 2 hari,pakain di ganti sesudah mandi
Sakit : biasanya pada sakit mandi 1 kali sehari,menggosok gigi 1 kali
sehari,cuci rambut 2 kali seminggu,pakain di ganti 1 kali sehari.
g. Data sosial ekonomi
Biasanya di tanyakan pada klien tentang pekerjaan, sumber penghasilan dalam
keluarga dan perubahan yang dialami sejak klien sakit, penangguang jawab
biaya perawatan klien selama sakit dan masalah keuangan yang dialami saat
ini.
h. Data psikologi
Biasanya keadaan psikologi saat sakit lemas dan takut di rawat di rumah sakit,
harapan klien terhadap penyakitnya dapat segera sembuh setelah
diobati,dukungan dari keluarga baik dalam perubahan terhadap konsep diri
tidak seperti biasanya.
i. Data spritual
Biasanya pelaksaanaan ibadah klien selama sakit tertinggal dan agak
terganggu di bandingkan dengan sehat rutin dan rajin beribadah, pandangan
klien terhadap penyakit tetap optimis selama segala penyakit ada obatnya.
j. Pemeriksaan laboratorium/penunjang
 Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun, leukosit meningkat,
trombosit meningkat.
 Pemeriksaan urin, diperiksa apakah ureum dan kreatini meningkat
 Tes diagnostik yang biasanya di lakukan pada penderita karsinoma
mammae adalah sinar X, sinar X ini di perlukan selain untuk screening pra-
operasi,juga untuk melihat apakah ada penyebaran kanker ke paru-paru,
ultrasonografi : diperlukan bersamaan dengan mammografi untuk
membedakan krista yang berisi cairan dengan jenis lesi lainnya.
 Respon Hormone
Diperlukan untuk mengetahui adanya peningkatan hormone estrogen dan
progesteron.
 Pemeriksaan Biopsi Jarum Halus
Pemeriksaan ini di lakukan pada lesi yang secara klinis dan radiologi di
curigai ganas. Biopsi jarum halus dilakukan dengan menusuk tumor dengan
jarum halus dan di sedot dengan spuit 10 cc sampai jaringan tumor
diperiksa di laboratorium oleh ahli patologi anatomi untuk mengetahui
apakah jaringan tersebut ganas (maligna) atau jinak (benigna)
 Penanda tumor(zat yang di hasilkan dan di sekresi oleh sel tumor dan di
temukan dalam serum missal CEA, antigen spesifik frosfat, alfa-fetoprotein,
HCG, asam dll)dapat membantu dalam mendiagnosis kanker tetapi lebih
bermanfaat sebagai prognostik
 Tes kimia skrining
 Elektrolit(natrium,kalium,kalsium)
 Tes ginjal (BUN)
 Tes hepar (bilirubin,AST/SGOT alkalin fosfat,LDH)
 Tes tulang(alkalin fosfat,kalsium)
 Sinar X dada
Menyelidiki penyakit paru metastasis
k. Analisa Data
Merupakan proses intelektual yang merupakan kemampuan pengembangan
daya fikir berdasarkan ilmiah,pengetahuan yang sama dengan masalah yang di
dapat pada pasien (Gusneli,2007)

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan pengkajian diatas kemungkinan dignosa keperawatan yang timbul


adalah:
1) Gangguan rasa nyaman :nyeri berhubungan dengan penyakit(kompressi atau
dekstruksi, jaringan saraf, infiltrasi syaraf, atau suplai vaskulernya, obtruksi
jaringan syaraf inflamasi dan adanya penekanan masa tumor (Marilynn
E.Doenges, 2000)
2) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan desakan paru oleh diafragma
sekunder terhadap ancites dan efusi pleura (Marilynn E.Doenges )
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik berkenaan dengan kanker, konsekwensi kemoterapi, radiasi,
pembedahan misalnya, anoreksia, iritasi lambung, penyimpangan, rasa mual,
distress emosional, control nyeri batuk (Marilynn E.doenges, 2000)
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi energi,
peningkatan energi (status hipermetabolik) kebutuhan psikologis atau
emosional berlebihan dan perubahan kimia tubuh: efek samping obat-obatan :
kemoterapi (Marilynn E.Doenges, 2000)
5) Gangguan intergritas kulit / jaringan berhubungan dengan Penurunan
imunologis, Penurunan status nutrisi, anemia (Marilyn E Dongees,2000).
6) Gangguan rasa nyaman: cemas berhubungan dengan krisis situasi (kanker)
ancaman pada perubahan status kesehatan, fungsi peran, pola interaksi,
ancaman kematian, perpisahan dari keluarga, transmisi atau penularan
perasaan interpersonal, perubahan gambaran tubuh (Marilynn E doenges
2000).
7) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek samping kemoterapi atau
radioterapi misal kehilangan rambut, mual dan muntah, penurunan berat
badan, impotensi, sterilisasi, kelelahan berlebihan, nyeri tidak terkontrol
kecacatan bedah (Marilynn E.Doenges 2000).
8) Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan serta pengobatan
penyakit berhubungan dengan kurang informasi (Marilynn E. Doenges 2000).

3. Rencana Asuhan Keperawatan

No Tujuan dan
Diagnosa
Dx. Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan
Hasil
1. Gangguan rasa Tujuan : Mandiri:
nyaman : nyeri nyeri teratasi a. Tentukan riwayata.Informasi data dasar
berhubungan Kriteria hasil: nyeri, lokasi nyeri, untuk mengevaluasi
dengan prosesa. klien frekuensi durasi kebutuhan atau
penyakit menyatakan dan intensitas keefektifan intervensi
(kompressi atau nyeri berkurang (skala nyeri 0-10),
dekstruksi, atau hilang dan tindakan
jaringan syaraf, b. Nyeri tekan penghilang yang
infiltrasi syaraf, tidak ada digunakan
adanya penekanan c. Ekspresib. Evaluasi ataub. Ketidaknyamanan
tumor. wajah tenang sadari therapy rentang luas adalah
d. Luka tertentu misalnya: umum (misal nyeri
sembuh dengan pembedahan, insisi, kulit terbakar,
baik radiasi, nyeri punggung
khemoterapi, bawah, sakit kepala)
bioterapi, ajarkan tergantung pada
klien dan keluarga prosedur atau agen
tentang cara yang digunakan
menghadapinya
dan apa yang
diharapkan
c. Berikan tindakanc. Meningkatkan
kenyamanan dasar relaksasi dan
(misal : reposisi membantu
gosokan memfokuskan kembali
punggung) dan perhatian
aktivitas
menyenagkan
seperti
mendengarkan
musik dan
menonton tv,
membaca buku.
d. Dorong d. Memungkinkan klien
penggunaan untuk berpartisipasi
keterampilan cara efektif dan
manajement nyeri meningkatkan rasa
(misal teknik kontrol
relaksasi,
visualisasi,
bimbingan
imajinasi) tertawa,
musik,dan
sentuhan
teraupetik
Kolaborasi
a. kembangkan a. rencana
rencana terorganisasi
manajemen nyeri mengembangkan
dengan klien dan kesempatan untuk
dokter kontrol nyeri terutama
dengan nyeri kronis,
klien atau
orangterdekat harus
aktif menjadi
partisipasin dalam
manajemen nyeri di
rumah
b. Berikan b. Nyeri tekan adalah
analgesik sesuai komplikasi dari
dengan indikasi kanker, meskipun
respon individual
berbeda.saat
perubahan penyakit
atau pengobatan
terjadi,penilaian dosis
dan pemberian akan di
perlukan
2. Ketidak efektifan Tujuan : Mandiri:
pola nafas pola nafasa. Atur posisi kliena. Isi rongga abdomen
berhubungan kembali efektif senyaman terdorong kebawah
dengan efek dari Kriteria hasil : mungkin dengan sehingga tidak
desakan paru oleh a. Suara napas meninggikan mendesak diafragma
difragma vesikuler daerah kepala
sekunder terhadap b. RR b. Pantau tanda-b. Perubahan dari vital
ancites dan efusi normal(20- tanda vital sisgn dapat di jadikan
pleura 24x/menit) sebagai pedoman
c. Tidak ada untuk mengambil
tanda-tanda keputusan dalam
sianosis dan tindakan
pucat selanjutnya
d. Tidak ada c. Dengan nafas dalam
sputum c. Anjurkan klien diharapkan dapat
nafas dalam mempelancar O2
dengan menarik keparu-paru
nafas melalui
hidung dan
mengeluarkan
melalui mulut
secara pelan-pelan d. Dengan adanya
d. Diskusikan diskusi dengan klien
penyebab dari diharapkan klien
sesak nafas klien menerima Apa
penyebab dari sesak
nafas

Kolaborasi: a. pemberian oksigen


a. Kolaborasi yang sesuai dengan
dengan dokter program akan lebih
dalam pemberian bermanfaat bagi klien
oksigen dalam mengatasi sesak
nafas dan mensuplai
O2 yang mencukupi
b. Mencegah kekeringan
mukosa
b. Kolaborasi membran,mengurangi
dengan tim dokter kekentalan secret dan
dalam pemberian memperbesar ukuran
obat- lumen trakeobroncial
obatan(ekspektora
n
dan bronkodilator)
3. Gangguan Tujuan: Mandiri:
pemenuhan Kebutuhan a. pantau masukan
a. Mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi nutrisi makanan setiap kekuatan atau
berhubungan terpenuhi hari. biarkan defisiensi nutrisi
dengan intake Kriteria hasil: pasien menyimpan
yang tidak a. nafsu makan buku harian
adekuat,mual dan meningkat tentang makanan
muntah b. klien tidak sesuai dengan
lemah indikasi
c. Penambahan
b. Ukur tinggi,
berat badan berat badan, dan
b. membantu dalam
yang ketebalan trisep mengidentifikasi
progresif,dan (atau pengukuran malnutrisi protein,
bebas dari antropometrik lain kalori, khususnya bila
tanda-tanda sesuai dengan berat badan dan
malnutrusi indikasi, timbang pengukuran
d. Hb normal berat badan setiap antropometri kurang
(12-14 gr / dl) hari) dari normal
c. Dorong klien
makan diet tinggi
kalori kaya
nutrient , denganc. Kebutuhan jaringan
masukan cairan metabolik ditingkatkan
adekuat begitu juga
d. Nilai diet cairan(untuk
sebelum dan menghilangkan produk
segera pengobatan sisa)
misal makanan
d. Keefektifan
bening, cairan penilaian diit sangat
dingin, skrekers individual dalam
kering, roti penghilangan mual
panggang,minuma pasca terapi
n karbonat,
berikan cairan 1
jam sebelum atau
1 jam setelah
makan
e. Control faktor
lingkungan
misalnya bau kuat
atau tidak sedap
atau
kebisingan.hindari e. Dapat menriger
makanan terlalu respon mual atau
manis,berlemak muntah
atau makanan
pedas
Kolaborasi:
a. tinjau ulang
pemeriksaan
laboratorium
sesuai dengan
indikasi misal
limfosi total a., Membantu
transferin mengidentifikasi
serum,dan derajat
albumin ketidakseimbangan
biokimia atau
malnutrisi dan
mempengaruhi pilihan
intervensi diet
4 Intoleransi Tujuan: Mandiri :
aktivitas kembali a. Rencana a. Periode istirahat
berhubungan melakukan keperawatan sering diperlukan
dengan penurunan aktivitas untuk untuk memperbaiki
produksi Kriteria : memungkinkan atau menghemat energi
energy,peningkatan
a. Melaporkan periode istirahat b. Memberikan rasa
energy (status perbaikan rasa
b. Buat tujuan control dan mampu
hipermetabolik) berenergi aktivitas realitas memecahkan
b. Melakukan dengan pasien c. Meningkatkan
aktivitas dan
c. Dorong pasien kekuatan/stamina dan
berpartisipasi untuk melakukan memampukan pasien
dalam apa saja bila menjadi lebih aktif
beraktivitas mungkin misalnya tanpa kelelahan yang
yang di mandi berarti.
inginkan pada duduk,bangun dari
tingkat kursi, dan
kemampuan berjalan.tingkat
aktivitas sesuai
dengan
kemampuan. d. Toleransi sangat
d. Pantau respon bervariasi tergantung
fisiologi pada tahap proses
aktivitas,perubaha penyakit.
n pada TD atau
frekuensi
jantung/pernafasa
n. a. Adanya
Kolaborasi : anemia/hipoksemia
a. Berikan 02 menurunkan
suplemen sesuai ketersediaan 02 untuk
indikasi ambilan seluler dan
memperberat
keletihan.

5 Gangguan rasa
aman : cemas Tujuan Mandiri :
berhubungan :Kecemasan a. Tinjauan ulang
a. Membantu dalam
dengan krisis
situasi (kanker), berkurang pengalaman mengidentifikasi rasa
ancaman pada Kriteria hasil pasien / orang takut dan kesalahan
perubahan status
kesehatan,fungsi : terdekat konsep berdasarkan
peran perubahan
a. klien sebelumnya pada pengalaman
gambaran tubuh
tampak tenang dengan kanker. dengan kanker.
b. Mau
berpartisipasi b. Memberikan
dalam b. Mendorong kesempatan untuk
program terapi
perasaan pasien memeriksa rasa takut
untuk realitas serta kesalahan
mengungkapkan konsep tentang
pikiran dan diagnosis.
perasaan. c. Membantu pasien
c. Berikan untuk merasa di terima
lingkungan pada adanya kondisi
terbuka dimana tanpa ada perasaan
pasien merasa dihakimi dan
aman untuk meningkatkan rasa
menduskusikan terhormat dan kontrol.
atau menolak
d. Keterampilan koping
untuk bicara. sering rusak setelah
d. Bantu pasien atau diagnosis dan selama
orang terdekat fase pengobatan yang
dalam mengalami berbeda. dukungan dan
dan konseling sering perlu
mengklasifikasi untuk memungkinkan
rasa takut untuk individu mengenal dan
memulai menghadapi rasa takut
mengembangkan dan untuk meyakini
strategi koping bahwa strategi kontrol
untuk menghadapi atau koping tersedia.
rasa takut. e. Memberikan
keyakinan bahwa
pasien tidak sendiri
atau di tolak : berikan
e. Mempertahankan respek dan penerimaan
kontrak sering individu.
dengan
pasien,bicara f. Proses kehilangan
dengan bagian tubuh
menyentuh pasien membutuhkan
dengan tepat. penerimaan, sehingga
f. Dorong pasien pasien dapat membuat
untuk rencana untuk masa
mengekspresikan depannya.
g. Reaksi umum
perasaannya. terhadap tipe prosedur
dan kebutuhan dapat di
kenali dan di ukur.
g. Diskusikan tanda
dan gejala depresi.

4. Implementasi
Merupakan langkah keempat dalam proses keperawatan pada kasus kanker
payudara dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan
keperawatan) khususnya pada kanker payudara diman ini telah direncanakan
dalam rencana tindakan keperawatan (Lukman and Sorensen, 2000).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses akhir dari keperawatan khususnya pada kanker
payudara dengan cara identifikasi/ melihat sejauh mana tujuan dari implementasi
kanker payudara tercapai atau tidak (Lukman and Sorensen, 2000).
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001 . Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 1 .Jakarta : EGC

Brunner & Suddarth. 2001 . Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 2 .Jakarta : EG

Donengoes Marilynn E.2000 Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien Edisi 3,Jakarta EGC

Nugroho ,Taufan 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas,Anak, Bedah, dan Penyakit Dalam
Yogyakarta : Nuha Medika

Rahayu Wahyu .2011.Menggali,Mencegah dan mengobati 35jenis kanker.Jakarta : Victory


Inti Cipta

Rasjidi Iman 0,2009 Deteksi Dini dan Pencegahan Kanker. Jakarta: CV Sagung Seto

Sjamsuhidajat R.1997.Buku Ajar Ilmu Bedah,Edisi Revisi.Jakarta : ECG

Anda mungkin juga menyukai