DEFINISI PENYAKIT
Tekanan intrakranial adalah tekanan yang diakibatkan cairan cerebrospinal dalam
ventrikel otak. Secara umum istilah (PTIK) adalah fenomena dinamik yang
berfluktuasi sebagai respon dari berbagai faktor penyebab. Dalam keadaan normal
PTIK harus kurang dari 10 mmHg, bila diukur dengan alat pengukur yang dipasang
setinggi foramen Monro dalam posisi bwebaring. Beberapa pakar menganggap nilai
normal antara0 – 10 mmHg. Meninggikan letak kepala atau berdiri akan
menurunkan PTIK, sedangkan batuk, bersin, atau mengeden (manuver Vaisava)
akan meningkatkan PTIK.
PTIK juga tidak selalu dapat disamakan dengan adanya meninggian tekanan dispinal
saat melakukan punksi lumbal. Berarti dikenal adanya istilah PTIK Regional (PTIK
pada suatu daerah tertentu diotak).
1. Awal
2. Lanjut
2.8.
Perwujudan klinis gejala dan tanda klinik Ptik tergantung dari :
2. Lokasi spesifik dari massa ( hemisfer cerebral, batang otak atau cerebelum0
(1) Sebagian besar otak terbenrtuk dari sel – sel tubuh yang sangat khusus, tetapi
sensitif terhadap perubahan Kadar oksigen. Respon otak terhadap tidak
mencukupinya kebutuhan oksigen terlihat sebagai somnolen dan gangguan daya
nalar (kognisi)
Oleh karena itu gejala awal dari penurunan derajad kesadaran adalah somnolen,
delirium dan letargi. Penderita menjadi disorientasi, mula – mula terhadap waktu,
lalu tempat, dan akhirnya dalam hal memgenali seseorang, Dengan semakin
meningginya TIK, derajat kesadaran semakin rendah , dimana rangsang nyeri mulai
memberi reaksi adequat, hingga akhirnya komplikasi.
2. Disfungsi pupil
Akibat peninggian TIK supratentorial atau oedema otak, perubahan ukuran pupil
terjadi. Tidak saja ukuran pupil yang berubah, tetapi dapat juga bentuk dan reaksi
terhadap cahaya. Pada tahap awal ukuran pupil menjadi berdiameter 3,5 mm atau
disebut sebagaui ukuran tengah. Lalu makin melebar (dilatasi) secara bertahap.
Bewntuknya dapat berubah menjadi Nmelonjong dan reaksi tyerhadap cahaya
menjadi lamban. Perlambatan reaksi cahaya dan tau perubahan melonjong,
merupakan gejala awal dari penekanan pada syaraf okulomotor.
Karena sumber PTIK cenderung berdampak sesuai kompartemen pada tahap awal,
disfungsi pupil masih ipsilateral (pada sisi yang yang sam,a terhadap penyebabnya).
Pada tahap lanjut PTIK, pupil ipsilateral berdilatasi bilateral dan non reaktif
terhadap cahaya. Pupil menjadi berdilatasi bilateral dan non reaktif pada fase
terminal, karena Ptik menyebabkan proses herniasi.
3. Abnormalitas visual
Devisit visual dap[at terjadi sejak gejala masih awal. Gangguan tersebut dapat
berupa : ketajaman visus, kabur dan diplopia. Menurutnya ketajaman penglihatan
dan penglihatan kabur adalah keluhan yang sering terjadi, karena diperkirakan
akibat penekanan syaraf – syaraf nervus optikus (N. 11) melintasi hemisfer cerebri.
Diplopia berkaitan dengan kelumpuhan dari satu atau lerbih syaraf – syaraf
penggerak bola mata ekstra- okuler (N. III, IV, VI) Sehingga pasien melihat dobel
pada posisi tertentu. Gejala – gejala visual semakin menonjol seiring semakin
m,eningkatnya TIK.Pemburukan fungsi motorik
Pada tahap awal, monoparesis stau hemiparesis terjadi akibat penekanan traktus
piramidalis kontra lateral pada massa. Pada tahap[ selanjutnya hemiplegia,
dekortikasi dan deserebrasi dapat terjadi unilateral atau bilateral. Pada tahap akhir
(terminal menjelang mati) penderita menjadi flasid bilateral.Secara klinis sering
terjadi keracunan dengan respon primitif perkembangan manusia, yaitu reflek fleksi
yang disebut trifleksi (triple fleksion). Trifleklsi terjadi akibat aktivasi motoneuron
difus dengan hasil berupa aktivasi otot – otot fleksosr menjauhi rangsang nyeri (otot
– otot fleksor dipergelangan lutut, kaki, dan panggul me-
ngkontraksikankeempatanggota badan kearah badan). Trirefleks ini merupakan
bentuk primitif refleks spinal.
v Nyeri kepala
Pada tahap paling awal PTIK, beberapa penderita mengeluh nyeri kepala ringan atau
samar – samar. Secara umum, nyeri kepala sebenarnya tidak terlalu sering terjkadi
seperti diperkirakan banyak orang. Bnyeri kepala terjadi akibat pereganggan
struktur intrakranial yang peka nyeri (duramater, pembuluh darah besar basis
kranji, sinus nervus dan bridging veins0. Nyeri terjadiakibat penekanan langsung
akibat pelebaran pebuluh darah saat kompensasi. Nyeri kepala I pada kelainan ini
sering dilaporkan sebagi nyeri yang bertambah hebat saat bangkit dari tidur di pagi
hari. Hari ini dikarenakan secara normal terjadi peningkatan aktivitas metabolisme
yang paling tinggi saat pagi harii, ,dimana pada saat tidur menjelang bangun pagi
fase REM mengaktifkan metabolisme dan produksi CO2. Dengan peningkatan kadar
CO2 terjadilah vasodilatasi.
di Muntah
Muntah akibat PTIK tidak selalu sering dijumpai pada orang dewasa. Muntah
disebabkan adanya kelainan di infratentorial atau akibat penekanan langsung pada
pusat muntah. Kita belum mengerti secara lengkap bagaimana mekanisme refleks
muntah terjadi. Muntah dapat didahului oleh mual / dispepsia atau tidak.
Seandainya didahului oleh p[erasaan mual / dispepesia, berarti terjadi aktivasi saraf
– saraf ke otot Bantu pernafasan akibat kontraksi mendadak otot –otot abdomen
dan thorak.
v Perubahan tekanan darah dan denyut nadi
Pada tahap awal tekanan darah dan denyut nadi relatif stabil pada tahap selanjutnya
karena penekanan ke batang otak terjadi perubahan tekanan darah. Penekanan ke
batang otak menyebabkan susasana iskemik di pusat vasomotorik di batang otak.
Seiring dengan meningkatnya TIK, refleks rtespon Chusing teraktivasi agar tetap
menjaga tekanan didalam pembuluh darah serebral tetap lebih tinggi daripada TIK.
Dengan meningginya tekanan darah, curah jantunmgpun bertambah dengan
meningkatnya kegiatan pompa jantung yang tercermin dengan semakin
memburuknya kondisi penderita akan terjadi penurunan tekanan darah. Pada tahap
awal denyut nadi masih relatif stabil dengan semakin meningkatnya TIK, denyut
nadi akan semakin menurun kearah 60 kali permenit sebagai usaha kompensasi.
Menurunnya denyut nadi dan “ isi “ denyut terjadi sebagai upayta jatung untuk
memompa akan ireguler, cepat, “ halus “ dan akhirnya menghilang.
TIK. Bila terjadi PTIK akut sering terjadi oedema pulmoner akut tanpadistress
syndrome )
Pada tahap lanjut PTIK terjadi penekanan kebatang otak yang berakibat hilangnya
atau disfungsi reflek – reflek batang otak. Refleks – refleks ini diantaranya : refleks
kornea, oukosefalik, dan aukulovestibuler. Prognosis penderita akan menjadi buruk
bila terjadi refleks – refleks tersebut.
v Papiludema
Tergantung keadaan yang ada, pail oedema dapat terjadi akibat PTIK, atau memang
sudah ada sejak awal. Papiloedema akibat PTIK tak akan tyerjadi seandainya belum
menjadi ingkat yang sangat tinggi. Tetapi perlu diingat bahwa tak adanya
papiloedema tak beraarti tak ada PTIK. Pada beberapa orang dapat ada jika PTIK
terjadi secara bertahap.
C. ETIOLOGI
a. Edema serebral
Dapat disebabkan oleh kontosio, tumor atau abses; intoksikasi air (hipoosmolalitas);
perubahan barier otak darah (kebocoran protein ke dalam jaringan menyebabkan air
mengalir)
b. Hipoksia
Penurunan PaO2 menyebabkan vasodilatasi serebral kurang dari 60 mmHg.
Peningkatan tekanan ini karena batuk, PEEP, valsalva maneuver yang menyebabkan
penurunan aliran balik vena.
D. PATHOFISIOLOGI
Ruang intracranial ditempati oleh jaringan otak, darah, dan cairan serebrospinal.
Setiap bagian menempati suatu volume tertentu yang menghasilkan suatu tekanan
intracranial normal sebesar 50 sampai 200 mmH O atau 4 sampai 15 mmHg. Dalam
2
Teori ini menyatakan bahwa tulang tengkorak tidak dapat meluas sehingga bila salah
satu dari ketiga ruangannya meluas, dua ruang lainnya harus mengkompensasi
dengan mengurangi volumenya (apabila TIK masih konstan). Mekanisme
kompensasi intracranial ini terbatas, tetapi terhentinya fungsi neural ini dapat
menjadi parah bila mekanisme ini gagal.
Kompensasi terdiri dari meningkatnya aliran CSF ke dalam kanalis spinalis dan
adaptasi otak terhadap peningkatan tekanan tanpa meningkatkan TIK.
TIK pada umumnya meningkat secara bertahap. Setelah cedera kepala, edema
terjadi dalam 36 hingga 48 jam hingga mencapai maksimum. Peningkatan TIK
hingga 33 mmHg (450 mmH2O) menurunkan secara bermakna aliran darah ke otak
(cerebral blood flow, CBF). Iskemia yang terjadi merangsang pusat vasomotor, dan
tekanan darah sistemik meningkat. Rangsangan pada pusat inhibisi jantung
mengakibatkan bradikardia dan pernapasan menjadi lebih lambat. Mekanisme
kompensasi ini dikenal sebagai reflek cushing, membantu mempertahankan aliran
darah otak. (akan tetapi, menurunnya pernapasan mengakibatkan retensi CO2 dan
mengakibatkan vasodilatasi otak yang membantu menaikan tekanan intracranial).
Tekanan darah sistemik akan terus meningkat sebanding dengan peningkatan TIK,
walaupun akhirnya dicapai suatu titik ketika TIK melebihi tekanan arteria dan
sirkulasi otak berhenti yang mengakibatkan kematian otak. Pada umumnya, kejadian
ini didahului oleh tekanan darah arteria yang cepat menurun. Siklus deficit
neurologik progresif yang menyertai kontusio dan edema otak (atau setiap lesi massa
intracranial yang membesar). Seperti pada gambar dibawah peningkatan tekanan
pada jaringan dan akhirnya meningkatkan TIK, yang pada gilirannya akan
menurunkan CBF, iskemia, hipoksia, asidosis (penurunan pH dan peningkatan
PaCO2), dan kerusakan BBB lebih lanjut. Siklus ini akan terus berlanjut sehingga
terjadi kematian sel dan bertambahnya edema secara progresif kecuali bila dilakukan
intervensi.
Beberapa komponen plasma darah melewati dinding kapiler dan epitel khoroid
dengan susah payah, lainnya masuk CSS secara difusi dan lainnya melalui bantuan
aktifitas metabolik pada sel epitel khoroid. Transport aktif ion ion tertentu (terutama
ion sodium) melalui sel epitel, diikuti gerakan pasif air untuk mempertahankan
keseimbangan osmotik antara CSS dan plasma darah.
ü Peredaran Ventriculer
Setelah dibentuk oleh pleksus khoroid, cairan bersirkulasi pada sistem ventrikuler,
dari ventrikel lateral melalui foramen Monro (foramen interventrikuler) keventrikel
tiga, akuaduktus dan ventrikel keempat. Dari sini keluar melalui foramina diatap
ventrikel keempat kesisterna magna.
ü Sirkulasi Subarakhnoid
ü Penyerapan
Cairan selanjutnya diabsorpsi kesistem vena melalui villi arakhnoid. Villa arakhnoid
adalah evaginasi penting rongga subarakhnoid kesinus venosus dural dan vena
epidural; mereka berbentuk tubuli mikro, jadi tidak ada membran yang terletaka
antara CSS dan darah vena pada villi. Villi merupakan katup yang sensitif tekanan
hingga aliran padanya adalah satu arah. Bila tekanan CSS melebihi tekanan vena,
katup terbuka, sedang bila lebih rendah dari tekanan vena maka katup akan
menutup sehingga mencegah berbaliknya darah dari sinus kerongga subarakhnoid.
Secara keseluruhan, kebanyakan CSS dibentuk di ventrikel lateral dan ventrikel
keempat dan kebanyakan diabsorpsi di sinus sagittal.
ü Komposisi CSS
CSS merupakan cairan jernih tak berwarna dengan tampilan seperti air. Otak dan
cord spinal terapung pada medium ini dan karena efek mengambang, otak yang
beratnya 1400 g akan mempunyai berat netto 50-100 g. Karenanya otak dilindungi
terhadap goncangan oleh CSS dan mampu meredam kekuatan yang terjadi pada
gerak kepala normal. Otak mempunyai kapasitas gerakan terbatas terhadap gerakan
tengkorak karena terpaku pada pembuluh darah dan saraf otak.
Pada dewasa terdapat 100-150 ml CSS pada aksis kraniospinal, sekitar 25 ml pada
ventrikel dan 75 ml pada rongga subarakhnoid. Pencitraan Resonansi Magnetik telah
digunakan untuk mengukur isi CSS intrakranial. Isi CSS kranial total meningkat
bertahap sesuai usia pada tiap jenis kelamin. Tingkat rata-rata pembentukan CSS
sekitar 0.35 ml/menit, atau 20 ml/jam atau sekitar 500 ml/hari. CSS terdiri dari air,
sejumlah kecil protein, O2 dan CO2 dalam bentuk larutan, ion sodium, potasium dan
klorida, glukosa dan sedikit limfosit. CSS adalah isotonik terhadap plasma darah dan
sesungguhnya mungkin dianggap sebagai ultrafiltrat darah yang hampir bebas sel
dan bebas protein. Konsentrasi protein berbeda secara bertingkat sepanjang
neuraksis. Pada ventrikel nilai rata-rata protein adalah 0.256, dan pada sisterna
magna 0.316. Dalam keadaan normal, TIK ditentukan oleh dua faktor. Pertama,
hubungan antara tingkat pembentukan CSS dan tahanan aliran antara vena serebral.
Kedua, tekanan sinus venosus dural, yang dalam kenyataannya merupakan tekanan
untuk membuka system aliran. Karenanya tekanan CSS = (tingkat pembentukan X
tahanan aliran) + tekanan sinus venosus
Tingkat pembentukan CSS hampir konstan pada daerah yang luas dari TIK namun
mungkin jatuh pada tingkat TIK yang sangat tinggi. Dilain fihak, absorpsi tergantung
pada perbedaan tekanan antara CSS dan sinus venosus besar, karenanya makin
tinggi tingkat absorpsi bila TIK makin melebihi tekanan vena.
Bagian yang paling labil pada peninggian TIK dan yang mempunyai hubungan yang
besar dengan klinis adalah peningkatan volume darah serebral (VDS/CBV, Cerebral
Blood Volume). Ini mungkin akibat dilatasi arterial yang berhubungan dengan
peningkatan aliran darah serebral, atau karena obstruksi aliran vena dari rongga
kranial sehubungan dengan pengurangan aliran darah serebral (ADS/CBF,Cerebral
Blood Flow).
Volume darah serebral normal sekitar 100 ml. Pada percobaan binatang dengan
menggunakan sel darah merah yang dilabel dengan fosfor-32, khromium-51 dan
albumin yang dilabel dengan yodium-131 didapatkan volume darah serebral sekitar
2% dari seluruh isi intracranial. Pengukuran langsung VDS, ADS regional dan
ekstraksi oksigen kini dapat diukur pada manusia dengan menggunakan tomografi
emisi positron (PET scanning).
Sekitar 70 % volume darah intrakranial terdapat pada pembuluh kapasitans, yaitu
bagian vena dari sistem vaskular. Pada berbagai volume intrakranial, hanya volume
darah yang dapat berubah cepat sebagai respons terhadap perubahan TIK atau
perubahan pada volume in- trakranial lainnya. Ini adalah hubungan langsung antara
vena serebral, sinus venosus dural dan vena besar dleher. Jadi tak ada yang
menghalangi transmisi peninggian tekanan vena dari dada dan leher ke isi
intrakranial. Fenomena ini mempunyai kegunaan terapeutik yang penting.
F. MANIFESTASI KLINIK
Prinsip penangganan yang harus dilakukan adalah prinsip super akut yang dilakukan
oleh multidisipilin terutama kerjasama yang baik antara perawat dan tenaga medis
(dokter). Diagnosa keperawatan yang dapat ditagakkan pada kasus seperti ini adalah
gangguan perfusi cerebral berhubungan dengan adanya oedema, pembengkakkan
atau hemoragik intracerebral. Dan lalu dikembangkan penatalaksanaan dalan upaya
– upaya untuk mengatasi masalah tersebut.
G. KOMPLIKASI
Berdasarkan data pengkajian, komplikasi potensial meliputi:
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Scan otak. Meningkatt isotop pada tumor.
BAB III
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
A. STUDI
b. Tingkat kesadaran
pasien dikaji sebagai dasar dalam mengidentifikasi criteria Skala Koma Glasgow.
Pasien dengan peningkatan TIK memperlihatkan perubahan lain yang dapat
mengarah pada peningkatan TIK berat. Hal ini termasuk perubahan yang tidak
terlihat, perubahan tanda vital, sakit kepala, perubahan pupil, dan muntah.
c. Perubahan samar.
Gelisah, sakit kepala, pernapasan cepat, gerakan tidak tertuju dan mental berkabut
dapat merupakan indikasi klinis dini dari peningkatan TIK. Indicator pertama TIK
adalah perubahan tingkat kesadaran.
Tanda vital pasien berkompensasi selama sirkulasi otak dipertahankan. Bila, sebagai
akibat dari kompresi , sirkulasi utama mulai gagal, nadi dan pernapasan mulai cepat
dan suhu biasanya meningkat tetapi tidak diikuti pola yang konsisten. Tekanan nadi
(perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolic) melebar, keadaan ini berkembang
serius. Perubahan cepat pada respons klinik sebelumnya selalu berada pada periode
di mana fluktuasi nadi menjadi cepat, dengan kecepatan yang bervariasi dari lambat
sampai cepat. Intervensi pembedahan adalah penting untuk mencegah kematian.
Tanda vital tidak selalu berubah, pada keadaan peningkatan TIK. Pasien dikaji
terhadap perubahan dalam tingkat responsivitas dan adanya syok, manifestasi ini
membantu dalam evaluasi.
e. Sakit kepala
Sakit kepala konstan, yang meningkat intensitasnya, dan diperberat oleh gerakan
atau mengejan.
g. Muntah.
Muntah berulang dapat terjadi pada peningkatan tekanan pada pusat refleks muntah
di medulla. Pengkajian klinis tidak selalu diandalkan dalam menentukan
peningkatan TIK, terutama pasien koma. Pada situasi tertentu, pemantauan TIK
adalah bagian esensial dari penatalaksanaan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
5. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan disfungsi (kompresi batang otak,
perubahan posisi struktur.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tekanan dalam tulang kranial dijaga oleh tiga kompartemen yang telah disebutkan
yaitu otak, darah otak dan CSF. Ada hipotesa Monro – Kellie, suatu untuk
memahami TIK yang mana teori ini menyatakan bahwa karrena tuylang kranium
tidak dapat membesar, ketika salah satu dari lompartemen intrakranial itu
bertambah artau meluas dua kompartemen lainnya akan mengkompensasiokannnya
dengan menurunkan bvolume agar supaya volume dan 6tekanan total otak tetap
konstan. Karena adanya pembesaran massa, kompensasi dalam tlang cranium
dilakukan melalui pemindahan cairan otak kekanal medula spinalis atau diserap
kembali ke vena mjelalui vili – vili yang ada dilapisan arachnoid.
Ketika terjadi penurunan darah otak mencapai 40 % jarinagn otak akan mengalami
asidosis dan apabila penurunan tersebut mencapai 60 % maka kan tampak adanya
kelainan pada EEG dan beberapa bagian dari jaringan otak akan mengal;ami
nekrosis. Kompensasi terakhir yang dilakukan namun bersifat lethal (mematikan)
adalah pemindahan jaringan otak ke daerah tentorialis dibawah falk cerebri melalui
foramen magnum kedalam kanal medula spinalis tahap ini ddisebut herniasi dan
menyebabkan kematian.
Saat tekanan meningkat di salah satu kompartemen maka tekanan akan menekan
bagian bawah. Jika tekanan peristirit berlanjut, maka herniasi di daerah ini tidak
bisa dihindari. Tentu kita masih ingat bahwa area tentorial atau batang otak
mengandung fungsi vital tubuh dan jika terjadi gangguan bisa mengakibatkan
kematian segera.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Bare, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Bruner & Suddart Vol
3 E/8, EGC, Jakarta
Iklan
Bagikan ini: