Anda di halaman 1dari 28

TUGAS KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIF

ASUHAN KEPERAWATAN KANKER PAYUDARA STADIUM 4


(METASTASE)

DOSEN PENGAMPU : NURHIKMAH, SST., MPH

OLEH :

NAMA : NAZIMATUL FITRIYAH

NPM : 1814201110044

KELAS :B

SEMESTER : V (LIMA)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020-2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker merupakan masalah kesehatan global yang mengancam penduduk
dunia, tanpa memandang ras, gender, ataupun status sosial ekonomi tertentu,
saat ini kanker menjadi penyebab kematian nomor dua di negara maju dan
nomor tiga di negara berkembang (Noorhidayah, 2015).
Kenaikan jumlah kasus kanker payudara terkait dengan kenaikan masa hidup
wanita di seluruh dunia dan pertumbuhan populasi, selain itu, faktor kebiasaan
merokok dan diet memberikan pengaruh yang signifikan terhadap terjadinya
kanker payudara (Wibisono, 2009).
Kanker payudara merupakan penyakit yang paling ditakuti oleh kaum wanita,
penyebab kematian yang paling besar bagi perempuan berusia antara 18
hingga 54 tahun, perempuan yang berusia 45 tahun memiliki resiko terjangkit
kanker payudara berjumlah 25% lebih tinggi dibandingkan perempuan yang
lebih tua (Lee, 2008).
Angka kejadian atau prevalensi kanker payudara akan selalu bertambah setiap
tahun. Penyakit kanker adalah salah satu penyebab kematian di dunia. Saat
ini, kanker payudara memiliki peringkat 5%-10% dari seluruh jenis kanker.
Dilaporkan angka kejadian di seluruh dunia melompat 2 kali lipat, ini
merupakan tingkat kenaikan tertinggi sepanjang 30 tahun terakhir, WHO
(World Healthy Organization) memperkirakan angka kejadian dari tahun
2009 terdapat 11 juta yang terkena kanker dan tahun 2030 akan bertambah
menjadi 27 juta kematian akibat kanker dari 7 juta menjadi 17 juta, sehingga
akan didapatkan 75 juta orang yang hidup dengan kanker pada tahun 2030
nanti. Ditahun-tahun mendatang problem kesehatan yang khususnya bagi
Negara-negara berkembang adalah kanker payudara, dengan peningkatan
angka kejadian hingga 70%, dan pada tahun 2002 secara global tercatat 10,9
juta kasus kanker dengan angka kematian 6,7 juta orang (Yohanes, 2008).
Angka insiden tertinggi dapat ditemukan pada daerah di Amerika Serikat
(mencapai diatas 100/100.000, berarti ditemukan 100 penderita dari 100.000
orang), The Amerika Cancer Society memperkirakan bahwa pada tahun 2000,
552.200 orang Amerika akan meninggal akibat kanker, dan 40.800 atau 7% di
antaranya adalah perempuan penderita kanker payudara, ini berarti 15%
perempuan yang meninggal disebabkan kanker payudara (Purwoastuti, 2008).
Ibrahim (2008) menyatakan bahwa, di Indonesia kanker payudara adalah jenis
kanker yang menempati urutan kedua sesudah kanker leher rahim pada
wanita, hasil penelitian membuktikan bahwa kanker payudara dari 26 kasus
per 100.000 penduduk setiap tahunnya wanita yang mengalami kanker
payudara. Karena di Indonesia tidak memprioritaskan penanggulangan
masalah kanker dan masalah lain dianggap lebih penting, baik masalah
ekonomi, politik, maupun masalah kesehatan lain misalnya infeksi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi


1. Anatomi Payudara

Secara fisiologi anatomi payudara terdiri dari alveolusi, duktus laktiferus,


sinus laktiferus, ampulla, pori pailla, dan tepi alveolan. Pengaliran limfa
dari payudara kurang lebih 75% ke aksila. Sebagian lagi ke kelenjar
parasternal terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula
pengaliran yang ke kelenjar interpektoralis.

2. Fisiologi Payudara
Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon, yaitu :
Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa
pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak
pubertas pengaruh ekstrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium
dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan
timbulnya asinus.
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar
hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa
hari sebelum menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal.
Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama
beberapa hari menjelang menstruasi payudara menjadi tegang dan nyeri
sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan.
Pada waktu itu pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena
kontras kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya
berkurang.
Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan
payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus
berproliferasi, dan tumbuh duktus baru.
Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu
diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan
melalui duktus ke puting susu.

B. Definisi
Kanker payudara adalah adanya proliferasi keganasan sel epitel yang
membatasi duktus atau lobus payudara (Price & Wilson, 2014).
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang
terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk bejolan
di payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel
kanker bisa menyebar (metastase) pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase
bisa terjadi pada kelenjar getah bening (limfe) ketiak ataupun di atas tulang
belikat. Selain itu sel-sel kanker bisa bersarang di tulang, paru-paru, hati,
kulit, dan bawah kulit (Erik T, 2005).
Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan
payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu,
jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara.
Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan
tubuh yang berubah menjadi ganas (Harianto, dkk).

Jenis kanker payudara, menurut Andrews (2010), sel kanker yang tetap berada
dalam strukturnya disebut sel kanker noninvasif atau in situ. Sedangkan, sel
kanker yang memiliki kemampuan untuk menyebar di luar membran dasar
duktus dan lobulus tersebut dideskripsikan sebagai sel kanker invasive,
terdapat beberapa jenis kanker payudara, diantaranya:
 Karsinoma in situ
Karsinoma in situ ditandai dengan proliferasi sel epitel maligna yangg
tetap terkurung dalam duktus terminal.Terdapat dua jenis penyakit in
situ yang dideskripsikan sebagai karsinoma lobulus in situ atau
karsinoma duktus in situ.
 Karsinoma payudara invasif
Karsinoma invasif memiliki kemampuan untuk menyebar dari struktur
payudara. Kanker ini memiliki potensi untuk metastasis, dua jenis ini
utama kanker payudara invasif adalah karsinoma lobulus dan duktus.
 Penyakit paget
Biasanya, penyakit ini mengenai jaringan epidermis putting dan
terdapat rabas dari putting, perubahan kulit seperti ekzema, retraksi
putting, dan kadang-kadang adanya penebalan pada jaringan dasar
payudara.
 Kanker payudara inflamasi
Kanker jenis ini menunjukkan pembengkakan dan kemerahan pada
payudara, serta edema pada kulit dengan indurasi pada jaringan dasar
payudara (peau d’Orange).

C. Etiologi
Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa
faktor resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker
payudara, yaitu :
a. Tinggi melebihi 170 cm
Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker
payudara karena pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja
membuat adanya perubahan struktur genetik (DNA) pada sel tubuh yang
diantaranya berubah ke arah sel ganas.

b. Masa reproduksi yang relatif panjang.


 Menarche pada usia muda dan kurang dari usia 10 tahun.
 Wanita terlambat memasuki menopause (lebih dari usia 60 tahun).

c. Wanita yang belum mempunyai anak


Lebih lama terpapar dengan hormon estrogen relatif lebih lama
dibandingkan wanita yang sudah punya anak.

d. Kehamilan dan menyusui


Berkaitan erat dengan perubahan sel kelenjar payudara saat menyusui.

e. Wanita gemuk
Dengan menurunkan berat badan, level estrogen tubuh akan turun pula.

f. Preparat hormon estrogen : Penggunaan preparat selama atau lebih dari 5


tahun.

g. Faktor genetic
Kemungkinan untuk menderita kanker payudara 2-3 kali lebih besar pada
wanita yang ibunya atau saudara kandungnya menderita kanker payudara.
(Erik T, 2005)

D. Tanda dan Gejala


Gejala awal berupa sebuah benjolan yang biasanya dirasakan berbeda dari
jaringan payudara di sekitarnya, tidak menimbulkan nyeri dan biasanya
memiliki pinggiran yang tidak teratur.
Pada stadium awal, jika didorong oleh jari tangan, benjolan bisa digerakkan
dengan mudah di bawah kulit. Pada stadium lanjut, benjolan biasanya melekat
pada dinding dada atau kulit di sekitarnya. Pada kanker stadium lanjut, bisa
terbentuk benjolan yang membengkak atau borok di kulit payudara. Kadang
kulit diatas benjolan mengkerut dan tampak seperti kulit jeruk.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan adalah benjolan atau massa di ketiak,
perubahan ukuran atau bentuk payudara, keluar cairan yang abnormal dari
puting susu (biasanya berdarah atau berwarna kuning sampai hijau, mungkin
juga bernanah), perubahan pada warna atau tekstur kulit pada payudara,
puting susu maupun areola (daerah berwana coklat tua di sekeliling puting
susu), payudara tampak kemerahan, kulit di sekitar puting susu bersisik,
puting susu tertarik ke dalam atau terasa gatal, nyeri payudara atau
pembengkakan salah satu payudara. Pada stadium lanjut bisa timbul nyeri
tulang, penurunan berat badan, pembengkakan lengan atau ulserasi kulit.

1. Klasifikasi kanker payudara


a. Tumor primer (T)
 Tx : Tumor primer tidak dapat ditentukan.
 To : Tidak terbukti adanya tumor primer.
 Tis : Kanker in situ, paget dis pada papila tanpa teraba tumor.
 T1 : Tumor < 2 cm
T1a : Tumor < 0,5 cm
T1b : Tumor 0,5-1 cm
T1c : Tumor 1-2 cm
 T2 : Tumor 2-5 cm
 T3 : Tumor diatas 5 cm
 T4 : Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke
dinding thorax atau kulit.
T4a : Melekat pada dinding dada.
T4b : Edema kulit, ulkus, peau d’orange, satelit.
T4c : T4a dan T4b.
T4d : Mastitis karsinomatosis.

b. Nodus limfe regional (N)


 Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan.
 N0 : Tidak teraba kelenjar axila.
 N1 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang tidak
melekat.
 N2 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang melekat satu
sama lain atau melekat pada jaringan sekitarnya.
 N3 : Terdapat kelenjar mamaria interna homolateral.

c. Metastas jauh (M)


 Mx : Metastase jauh tidak dapat ditemukan.
 M0 : Tidak ada metastase jauh.
 M1 : Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula.
2. STADIUM Kanker Payudara :
a. Stadium I : tumor kurang dari 2 cm, tidak ada limfonodus terkena (LN)
atau penyebaran luas.
b. Stadium IIa : tumor kurang dari 5 cm, tanpa keterlibatan LN, tidak ada
penyebaran jauh. Tumor kurang dari 2 cm dengan keterlibatan LN.
c. Stadium IIb : tumor kurang dari 5 cm, dengan keterlibatan LN. Tumor
lebih besar dari 5 cm tanpa keterlibatan LN.
d. Stadium IIIa : tumor lebih besar dari 5 cm, dengan keterlibatan LN. semua
tumor dengan LN terkena, tidak ada penyebaran jauh.
e. Stadium IIIb : semua tumor dengan penyebaran langsung ke dinding dada
atau kulit semua tumor dengan edema pada tangan atau keterlibatan LN
supraklavikular.
f. Stadium IV : semua tumor dengan metastasis jauh.

E. Patofisiologi
Kanker payudara memperlihatkan proliferasi keganasan sel epitel yang
membatasi duktus atau lobus payudara.Pada awalnya hanya terdapat
hiperplasia sel dengan perkembangan sel-sel yang atipikal. Sel-sel ini
kemudian berlanjut menjadi karsinoma in situ dan mengivasi stroma. Kanker
membutuhkan waktu 7 tahun untuk tumbuh dari satu sel menjadi massa yang
cukup besar untuk dapat dipalpasi (kira-kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran
itu, sekitar 25% kanker payudara sudah mengalami metastasis (Price &
Wilson, 2014).
Penyebaran kanker payudara terjadi dengan invasi langsung ke parenkim
payudara, sepanjang duktus mamaria, pada kulit permukaan dan meluas
melalui jaringan limfatik payudara.Kelenjar getah bening regional yang
terlibat adalah aksilaris, mamaria interna, dan kelenjar supraklavikular (Price
& Wilson, 2014).
Sel kanker dapat melalui saluran limfatik akhirnya masuk ke pembuluh darah,
juga dapat menginvasi masuk pembuluh darah hingga terjadi metastasis jauh
yang dapat mengenai sembarang organ, tetapi tempat paling umum adalah
tulang (71%), paru-paru (69%), hepar (65%), pleura (51%), adrenal (49%),
kulit (30%), dan otak (20%). (Smeltzer & Bare, 2010).
F. Pathway

G. Pencegahan
Perlu untuk diketahui, bahwa 9 di antara 10 wanita menemukan adanya
benjolan di payudaranya. Untuk pencegahan awal, dapat dilakukan sendiri.
Sebaiknya pemeriksaan dilakukan sehabis selesai masa menstruasi. Sebelum
menstruasi, payudara agak membengkak sehingga menyulitkan pemeriksaan.
Cara pemeriksaan adalah sebagai berikut :
 Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada
payudara. Biasanya kedua payudara tidak sama, putingnya juga tidak
terletak pada ketinggian yang sama. Perhatikan apakah terdapat
keriput, lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam. Bila terdapat
kelainan itu atau keluar cairan atau darah dari puting susu, segeralah
pergi ke dokter.
 Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua
payudara.
 Bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah, dan periksa
lagi.
 Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang
kepala, dan sebuah bantal di bawah bahu kiri. Rabalah payudara kiri
dengan telapak jari-jari kanan. Periksalah apakah ada benjolan pada
payudara. Kemudian periksa juga apakah ada benjolan atau
pembengkakan pada ketiak kiri.
 Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya
kelenjar susu bila diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa
kenyal dan mudah digerakkan. Bila ada tumor, maka akan terasa keras
dan tidak dapat digerakkan (tidak dapat dipindahkan dari tempatnya).
Bila terasa ada sebuah benjolan sebesar 1 cm atau lebih, segeralah
pergi ke dokter. Makin dini penanganan, semakin besar kemungkinan
untuk sembuh secara sempurna. Lakukan hal yang sama untuk
payudara dan ketiak kanan.
H. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Sjamsuhidayat & de Jong (2012), pemeriksaan diagnostik yang
digunakan untuk menegakkan diagnosa kanker payudara adalah :
a. Mamografi

Mamografi merupakan metode pilihan deteksi kanker payudara pada


kasus kecurigaan keganasan maupun kasus kanker payudara kecil yang
tidak terpalpasi (lesi samar). Indikasi mamografi antara lain kecurigaan
klinis adanya kanker payudara, sebagai tindak lanjut pascamastektomi,
dan pasca – breast conserving therapy (BCT) untuk mendeteksi
kambuhnya tumor primer kedua, adanya adenokarsinoma metastatik dari
tumor primer yang tidak diketahui asalnya, dan sebagai program
skrinning.
Temuan mamograf yang menunjukkan kelainan yang mengarah keganasan
antara lain tumor berbentuk spikula, distorsi atau iregularitas,
mikrokalsifikasi (karsinoma intraduktal), kadang disertai pembesaran
kelenjar limf. Hasil mamografi dikonfirmasi lanjut dengan FNAB, core
biopsy, atau biopsi bedah.

b. Duktografi
Indikasi utama dilakukannya duktografi adalanya adanya luah dari putting
yang bersifat hemoragik. Keganasan tampak sebagai massa ireguler atau
adanya multiple filling defect intralumen.

c. Ultrasonografi
Ultrasonografi berguna untuk menentukan ukuran lesi dan membedakan
kista dengan tumor solid.

d. MRI
MRI dilakukan pada pasien usia muda, untuk mendeteksi adanya
rekurensi pasca – BCT, mendeteksi adanya rekurensi dini keganasan
payudara yang dari pemeriksaan fisik dan penunjang lainnya kurang jelas.

e. Imunohistokimia
Pemeriksaan imunohistokimia yang dilakukan untuk membantu terapi
target, antara lain pemeriksaan seratus ER (estrogen receptor), PR
(progesteron receptor), c-erbB-2 (HER-2 neu), cathepsin-D, p53
(bergantung situasi), Ki67, dan Bcl2.
Kanker payudara memiliki reseptor estrogen-disebut ER (+) atau memiliki
reseptor progesterone-disebut PR (+), cenderung memiliki prognosis yang
lebih baik karena masih peka terhadap terapi hormonal.
Satu dari lima kanker payudara memiliki jenis protein pemicu
pertumbuhan yang disebut HER2/neu (disingkat HER2). Kanker payudara
yang memiliki status ER (-), Pr (-), HER2/neu (-), yang disebut dengan
triple negatif, cenderung agresif dan prognosisnya buruk.

f. Biopsy
 Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB)
Dengan jarum halus sejumlah kecil jaringan dari tumor diaspirasi
keluar lalu diperiksa di bawah mikroskop.Jika lokasi tumor
terpalpasi dengan mudah, biopsi dapat dilakukan sambil
mempalpasi tumor.

 Core biopsy
Biopsi ini menggunakan jarum yang ukurannya cukup besar
sehingga dapat diperoleh spesimen silinder jaringan tumor yang
tentu saja lebih bermakna dibandingkan Fine Needle Aspiration
Biopsy (FNAB).
Core biopsy dapat membedakan tumor yang nonivasif dengan
yang invasif serta grade tumor.Core biopsy dapat digunakan untuk
membiopsi kelainan yang tidak dapat dipalpasi, tetapi terlihat pada
mamografi.

 Biopsy terbuka
Biopsy terbuka dilakukan bila pada mamografi terlihat adanya
kelainan yang mengarah ke tumor maligna, hasil Fine Needle
Aspiration Biopsy (FNAB) atau core biopsy yang meragukan.

 Sentinel node biopsy

Biopsi ini dilakukan untuk menentukan status keterlibatan kelenjar


limf aksila dan parasternal (internal mammary chain) dengan cara
pemetaan limfatik. Prosedur ini bermanfaat untuk staging nodus,
penentuan / prediksi terapi adjuvan sistemik, dan penentuan
tindakan diseksi regional.

I. Penatalaksanaan
Menurut Sjamsuhidayat & de Jong (2012), tata laksana kanker payudara
meliputi :
a. Pembedahan
Pembedahan dapat bersifat kuratif maupun paliatif. Indikasi pembedahan
yaitu tumor stage T is – 3, N 0 – 2, dan M 0.
Jenis pembedahan kuratif yang dapat dilakukakn adalah breast conserving
treatment (BCT), mastektomi radikal klasik, mastektomi radikal
dimodifikasi, areolaskin – sparing mastectomy, mastektomi radikal
extended, mastektomi simpel, atau lumpektomi.
 Mastektomi radikal klasik
Pembedahan radikal klasik meliputi pengangkatan seluruh kelenjar
payudara dengan sebagian besar kulitnya, otot pektoralis mayor
dan minor, dan seluruh kelenjar limf level I, II dan III.

 Mastektomi radikal dimodifikasi


Suatu tindakan pembedahan dengan mempertahankan otot
pektoralis mayor dan minor seandainya jelas otot-otot tersebut
bebas dari tumor, sehingga hanya kelenjar limf level I dan II yang
terangkat. Masektomi radikal dimodifikasi ini selalu diikuti dengan
diseksi aksila dan merupakan terapi pembedahan baku kanker
payudara.

 Mastektomi simple

Seluruh kelenjar payudara diangkat termasuk putting, namun tidak


menyertakan kelenjar limf aksila dan otot pektoralis. Mastektomi
simpel atau disebut juga mastektomi total hanya dilakukan bila
dipastikan tidak ada penyebaran ke kelenjar aksila.

 Breast conserving treatment (BCT)


Breast conserving treatmentbertujuan untuk membuang massa dan
jaringan payudara yang mungkin terkena tumor namun dengan
semaksimal mungkin menjaga tampilan kosmetik payudara.
Breast conserving treatment paling sering dilakukan pada tumor
stage Tis, T1, dan T2 yang penampangnya < 3 cm. Kontraindikasi
absolut breast conserving treatment antara lain multisentrisitas
(fokus tumor terdapat pada lebih dari satu kuadran),
mikrokalsifikasi maligna luas atau di atas 3 cm, margin positif luas
(extensive intraductal component, EIC) pascaeksisi ulang, ada
riwayat radiasi payudara, dan pasien memilih mastektomi karena
merasa lebih tuntas.
Pada breast conserving treatment, hanya tumor dan jaringan
payudara sehat disekitasnya yang dibuang, oleh karena itu
pembedahan ini sering juga disebut sebagai lumpektomi.

 Rekonstruksi segera
Rekonstruksi segera terbukti tidak mengganggu deteksi rekurensi
tumor dan tidak mempengaruhi onset kemoterapi, asalkan tidak
ada kontraindikasi secara onkologis untuk melakukan prosedur ini.

 Bedah paliatif
Bedah paliatif pada kanker payudara jarang dilakukan.Lesi tumor
lokoregional residif yang soliter kadang dieksisi, tetapi biasanya
pada awalnya saja tampak soliter, padahal sebenarnya sudah
menyebar, sehingga pengangkatan tumor residif tersebut sering
tidak berguna.

b. Radioterapi
Radioterapi kanker payudara dapat digunakan sebagia terapi adjuvan yang
kuratif pada pembedahan BCT, mastektomi simpel, mastektomi radikal
dimodifikasi, serta sebagai terapi paliatif.
Radioterapi dapat diberikan setelah BCT untuk tumor invasif in situ, stage
I, dan stage II. Sebagai terapi adjuvan, radioterapi diberikan
pascamastektomi tumor stage I dan II, dan sebagai sandwich therapy
(pembedahan dikombinasi dengan penyinaran pra dan pascabedah) pada
tumor stage III.
Radioterapi dilakukan dengan dua cara yaitu radiasi dari luar dan radiasi
dari dalam, seperti yang lazim dilakukan. Luasnya daerah penyinaran
bergantung pada jenis prosedur bedah yang dilakukan dan ada – tidaknya
keterlibatan kelenjar getah bening.Radiasi dari dalam atau disebut juga
dengan brakiterapi, adalah menanam bahan radioaktif di jaringan payudara
sekitar lesi.

c. Terapi sistemik
Pada dasarnya terapi sistemik dapat berfungsi sebagai terapi kuratif-
paliatif, namun dapat juga sebagai terapi adjuvan, maupun neoadjuvan
paliatif.
 Terapi hormonal
Terapi hormonal terdiri dari obat – obatan anti estrogen
(tamoksifen, toremifen), analog LHRH, inhibitor aromatase selektif
(anastrazol, letrozol), agen progestasional (megesterol asetat), agen
androgen, dan prosedur ooforektomi.
 Kemoterapi
Kemoterapi pada kanker payudara dapat terdiri atas kemoterapi
adjuvan atau paliatif. Kemoterapi adjuvan adalah kemoterapi yang
diberikan pasca mastektomi untuk membunuh sel-sel tumor yang
walaupun asimtomatik mungkin tertinggal atau menyebar secara
mikroskopik. Kemoterapi neoadjuvan adalah kemoterapi uang
diberikan sebelum pembedahan untuk memperkecil besar tumor
sehingga dapat diangkat dengan lumpektomi atau dengan
mastektomi simpel. Regimen kemoterapi yang paling sering
digunakan yaitu CMF (siklofosfamid, metotreksat, dan 5-
fluorourasil), FAC (siklofosfamid, adriamisin, dan 5-fluorourasil),
AC (adriamisin dan siklofosfamid), CEF (siklofosfamid, epirubisin,
dan 5-fluorourasil).
 Terapi biologi
Terapi biologi berupa terapi antiekspresi HER2/neu menggunakan
pemberika trastuzumab.Trastuzumab diberikan setiap 3 minggu
selama 1 tahun pada pasien dengan reseptor HER2/neu yang positif
3 bersamaan dengan kemoterapi adjuvan.

J. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara,
pengumpulan riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan
laboratorium dan diagnostik, serta review catatan sebelumnya.
Langkah-langkah pengkajian yang sistemik adalah pengumpulan data,
sumber data, klasifikasi data, analisa data dan diagnosa keperawatan.
 Pengumpulan data
Bagian dari pengkajian keperawatan yang merupakan landasan proses
keperawatan. Kumpulan data adalah kumpulan informasi yang
bertujuan untuk mengenal masalah klien dalam memberikan asuhan
keperawatan .
 Sumber data
Data dapat diperoleh melalui klien sendiri, keluarga, perawat lain dan
petugas kesehatan lain baik secara wawancara maupun observasi.Data
yang disimpulkan meliputi :
- Data biografi/biodata
Meliputi identitas klien dan identitas penanggung antara lain :
nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan dan
alamat.
- Riwayat keluhan utama.
Riwayat keluhan utama meliputi : adanya benjolan yang menekan
payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras,
bengkak, nyeri.
- Riwayat kesehatan masa lalu
• Apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama
sebelumnya.
• Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama .
- Pengkajian fisik meliputi :
• Keadaan umum
• Tingkah laku
• BB dan TB
• Pengkajian head to toe
- Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun, leukosit
meningkat, trombosit meningkat jika ada penyebaran ureum dan
kreatinin.
- Pemeriksaan urine
Di periksa apakah ureum dan kreatinin meningkat.
- Tes diagnostik yang biasa dilakukan pada penderita carsinoma
mammae adalah sinar X, ultrasonografi, xerora diagrafi,
diaphanografi dan pemeriksaan reseptor hormon.
- Pengkajian pola kebiasaan hidup sehari-hari meliputi :
• Nutrisi
Kebiasaan makan, frekuensi makan, nafsu makan, makanan
pantangan, makanan yang disukai, banyaknya minum. Dikaji
riwayat sebelum dan sesudah masuk RS.
• Eliminasi
Kebiasaan BAB/BAK, frekuensi, warna, konsistensi, sebelum
dan sesudah masuk RS.
• Istirahat dan tidur
Kebiasaan tidur, lamanya tidur dalam sehari sebelum dan
sesudah sakit.

 Klasifikasi Data
Data pengkajian :
- Data subyektif
Data yang diperoleh langsung dari klien dan keluarga,
mencakup hal-hal sebagai berikut : klien mengatakan nyeri
pada payudara, sesak dan batuk, nafsu makan menurun,
kebutuhan sehari-hari dilayani di tempat tidur, harapan klien
cepat sembuh, lemah, riwayat menikah, riwayat keluarga.
- Data obyektif
Data yang dilihat langsung atau melalui pengkajian fisik atau
penunjang meliputi : asimetris payudara kiri dan kanan, nyeri
tekan pada payudara, hasil pemeriksaan laboratorium dan
diagnostik.

b. Analisa Data
Merupakan proses intelektual yang merupakan kemampuan
pengembangan daya pikir yang berdasarkan ilmiah, pengetahuan yang
sama dengan masalah yang didapat pada klien.

c. Diagnosa Keperawatan
 Distress spiritual berhubungan dengan menjelang ajal.
 Nyeri kronis berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor.
 Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.
 Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh.

d. Intervensi
 Distress spiritual berhubungan dengan menjelang ajal
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
kesehatan spiritual dapat teratasi dengan kriteria hasil :
- Kualitas keyakinan dari skala 1-3.
- Arti dan tujuan hidup dari skala 1-3.
- Kualitas harapan dari skala 1-3.
- Kemampuan berdoa dari skala 1-3.
Intervensi : dukungan spiritual
- Gunakan komunikasi terapeutik dalam membangun hubungan
saling percaya dan caring.
- Dorong partisipasi terkait dengan keterlibatan anggota keluarga,
teman dan orang lain.
- Ajarkan metode relaksasi, meditasi, dan imajinasi
terbimbing/guided imagery.
- Berbagi mengenai keyakinan sendiri mengenai arti dan tujuan
hhidup dengan baik.
- Berdoa bersama individu.
- Berbagi mengenai perspektif spiritual dengan baik.

 Nyeri kronis berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor.


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
pasien sedikit atau tidak menunjukkan nyeri dengan kriteria hasil :
- Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang.
- Nyeri tekan tidak ada.
- Ekspresi wajah tenang.
- Luka sembuh dengan baik

Intervensi :
- Kaji karakteristik nyeri, skala nyeri, sifat nyeri, lokasi dan
penyebaran.
Rasional : Untuk mengetahui sejauhmana perkembangan rasa nyeri
yang dirasakan oleh klien sehingga dapat dijadikan sebagai acuan
untuk intervensi selanjutnya.
- Beri posisi yang menyenangkan.
Rasional : Dapat mempengaruhi kemampuan klien untuk
rileks/istirahat secara efektif dan dapat mengurangi nyeri.
- Anjurkan teknik relaksasi napas dalam.
Rasional : Relaksasi napas dalam dapat mengurangi rasa nyeri dan
memperlancar sirkulasi O2 ke seluruh jaringan.
- Ukur tanda-tanda vital
Rasional : Peningkatan tanda-tanda vital dapat menjadi acuan
adanya peningkatan nyeri.
- Penatalaksanaan pemberian analgetik
Rasional : Analgetik dapat memblok rangsangan nyeri sehingga
dapat nyeri tidak dipersepsikan.

Terapi komplementer berupa teknik relaksasi hand massage untuk


mengurangi nyeri pada pasien kanker. Memberikan stimulasi di bawah
jaringan kulit dengan memberikan sentuhan dan tekanan yang lembut
untuk memberikan rasa nyaman. Lakukan pengkajian nyeri secara
komperehensif terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan. Berikut
langkah-langkah untuk melakukan hand massage :
- Hand massage dilakukan 3 kali seminggu.
- Pijat dilakukan 5-10 menit lalu di evaluasi setelah 30 menit.
- Cuci tangan sebelum melakukan tindakan.
- Lakukan pengukuran tanda-tanda vital sebelum dan 30 menit
setelah di pijat.
- Atur posisi klien senyaman mungkin.
- Gunakan minyak yang bertekstur halus misalnya minyak zaitun
atau minyak aromaterapi.
- Jepit tangan pasien ( posisi supinasi ) menggunakan celah antara
jari manis dan kelingking.
- Pijat telapak tangan pasien secara melingkar dari dalam keluar
menggunakan ibu jari sebanyak 30 kali.
- Jepit tangan pasien ( posisi pronasi ) menggunakan celah antara jari
manis dan kelingking.
- Pijat punggung tangan pasien secara melingkar dari dalam keluar
menggunakan ibu jari sebanyak 30 kali.
- Tarik satu persatu jari pasien ( 1 jari 3 kali tarikan ). Penarikan tidak
boleh mengeluarkan bunyi.
- Remas pergelangan tangan pasien sebanyak 5 kali.
- Tarik satu persatu jari pasien ( 1 jari 3 kali tarikan ). Menggunakan
jepitan 2 jari penarikan tidak boleh mengeluarkan bunyi.
- Posisikan telapak tangan pasien dan perawat seperti bentuk toss.
- Tangan perawat yang lain memegang pergelangan tangan pasien.
- Gerakkan tangan pasien arah memutar ke kanan 5 kali dan kekiri 5
kali.
- Dorong pergelangan tangan pasien ke depan 5 kali dan ke belakang
5 kali.
- Remas dan pijat tangan pasien dari bawah ke atas sampai batas siku
5 kali.
- Setelah selesai cuci tangan pasien dan keringkan.
- Rapikan alat dan pasien. ( Intermountain Healthcare ( 2016)

 Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
pasien tidak menunjukkan adanya resiko infeksi dengan kriteria hasil :
- Tidak ada tanda-tanda infeksi.
- Luka dapat sembuh dengan sempurna.
Intervensi :
- Kaji adanya tanda-tanda infeksi.
Rasional : Untuk mengetahui secara dini adanya tanda – tanda
infeksi sehingga dapat segera diberikan tindakan yang tepat.
- Lakukan pencucian tangan sebelum dan sesudah prosedur tindakan.
Rasional : Menghindari resiko penyebaran kuman penyebab infeksi.
- Lakukan prosedur invasif secara aseptik dan antiseptik.
Rasional : Untuk menghindari kontaminasi dengan kuman
penyebab infeksi
- Penatalaksanaan pemberian antibiotik.
Rasional : Menghambat perkembangan kuman sehingga tidak
terjadi proses infeksi.

 Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh.


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam
kecemasan pasien berkurang dengan kriteria hasil :
- Klien tampak tenang.
- Mau berpartisipasi dalam program terapi.
Intervensi :
- Dorong klien untuk mengekspresikan perasaannya.
Rasional : Proses kehilangan bagian tubuh membutuhkan
penerimaan, sehingga pasien dapat membuat rencana untuk masa
depannya.
- Diskusikan tanda dan gejala depresi.
Rasional : Reaksi umum terhadap tipe prosedur dan kebutuhan
dapat dikenali dan diukur. Kehilangan payudara dapat
menyebabkan perubahan gambaran diri, takut jaringan parut, dan
takut reaksi pasangan terhadap perubahan tubuh.
- Diskusikan kemungkinan untuk bedah rekonstruksi atau pemakaian
prostetik.
Rasional : Rekonstruksi memberikan sedikit penampilan yang
lengkap, mendekati normal.

Terapi Komplementer : Hipnosis (NIC, 5920 hal 113) :


- Tentukan tujuan hypnosis bersama klien.
- Pertimbangkan penerimaan klien dalam menggunakan hypnosis.
- Koreksi mitos dan kesalahpahaman mengenai hypnosis.
- Bangun hubungan saling percaya.
- Siapkan lingkungan yang tenang dan nyaman.
- Instruksikan klien bahwa klien akan dirangsang untuk keadaan
tidak sadar namun tetap dengan control.
- Pilih Teknik stimulus.
- Berikan sugesti sedikit dengan cara asertif.
- Gunakan suara yang berirama, lembut, dan intonasi yang sama
selama menstimulasi klien.
- Dorong klien untuk mengambil nafas dalam untuk meningkatkan
keadaan rileks dan menurunkan ketegangan.
- Bantu klien menuju tempat yang menyenangkan dengan imajinasi
terbimbing.
- Bantu klien untuk bangkit dari ketidaksadaran dengan caranya
sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Internasional, NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi


2015 – 2017. Jakarta : EGC

Andrews, Gilly. 2010. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita Edisi 2. Jakarta:
EGC.

Tapan, (2010), Kanker, Anti Oksidan dan Terapi Komplementer, Elex Media
Komputindo, Jakarta.

Dixon M., dkk, (2005), Kelainan Payudara, Cetakan I, Dian Rakyat, Jakarta.

Mansjoer, dkk, (2000), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jakarta.

Sjamsuhidajat R., (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai