Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.

“N”
DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN “TUMOR MAMAE”
DI RUANG MELATI KAMAR 3 RSUD BATARA SIANG
PANGKAJENE DAN KEPULAUAN

OLEH:

NAMA : JULITA RANTE PAYUNG

NIM :

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GRAHA EDUKASI MAKASSAR

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

2022/2023
A. KONSEP MEDIS

1. DEFINISI

Tumor (karsinoma) mamae adalah tumor pada jaringan payudara (Irianto,

2015). Tumor mamae/tumor payudara adalah tumor yang tumbuh di dalam jaringan

payudara. Tumor ini bisa tumbuh didalam kelenjar susu, jaringan lemak dan jaringan

ikat payudara (Pudiastuti, 2011).

Tumor mamae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal mamae

dimana sel abnormal timnul dari sel-sel normal, berkembang biak dan menginfiltrasi

jaringan limfe dan pembuluh darah (Nurarif &Kusuma, 2013 ).

2. ETIOLOGI

Menurut Brunner dan Suddart dalam NANDA, (2015), penyebab tumor

payudara belum dapat ditentukan, tetapi terdapat beberapa faktor genetik.

Menurut Putra (2015) faktor risiko yang dapat menyebabkan tumor payudra

terbagi menjadi dua kelompok yaitu faktor resiko yang dapat diubah dan faktor

resiko tidak dapat diubah. Faktor-faktor tersebut sebagai berikut:

a. Faktor resiko yang dapat diubah

1) Obesitas

Jaringan lemak dalam tubuh merupakan sumber utama estrogen, jadi jika

memiliki jaringan lemak lebih banyak berarti memiliki estrogen lebih tinggi

yang meningkatkan risiko tumor payudara.

2) Pecandu alcohol

Alkohol bekerja dengan meningkatkan kadar darah didalam insulin darah,

seperti faktor pertumbuhan atau insulin like growth factors (IGFs) dan

estrogen. Oleh karena itu alkohol dapat meningkatkan risiko tumor payudara.
3) Perokok berat

Menurut penelitian WHO menyatakan setiap jam tembakau rokok membunuh

560 orang di seluruh Dunia. Kematian tersebut tidak terlepas dari 3800 zat

kimia yang sebagian besar merupakan racun dan karsinogen (zat pemicu

tumor).

4) Stress

Stres dapat menjadi faktor risiko tumor payudara karena stres pisikologi yang

berat dan terus menerus dapat melemahkan daya tahan tubuh dan penyakit

fisik dapat mudah menyerang.

5) Terpapar zat karsinogen

Zat karsinogen di antaranya yaitu zat kimia, radiasi, dan pembakaran asap

tembakau. Zat karsinogen dapat memicu tumbuhnya sel tumor payudara

(Depkes, 2015).

b. Faktor resiko yang tidak dapat diubah

1) Faktor genetik atau keturunan

Tumor payudara sering dikatakan penyakit turun temurun, ada dua gen yang

dapat mewarisi tumor payudara maupun ovarium yaitu gen BRCA1 (Brest

Care Susceptibility Gene 1) dan BRCA2 (Brest Care Susceptibility Gene 2)

yang terlibat dari perbaikan DNA (Deoxyribo Nucleic Acid). Kedua gen ini

hanya mencapai 5% dari tumor payudara, jika pasien memiliki riwayat kelurga

tumor payudara uji gen BRCA dapat dilakukan. Jika memiliki salah satu atau

kedua gen BRCA1 dan BRCA2 risiko terkena tumor payudara akan

meningkat, BRCA1 berisiko lebih tinggi kemungkinan 60%-85% berisko

tumor payudara sedangkan BRCA2 berisiko 40% - 60% berisiko tumor

payudara.
2) Faktor sex/jenis kelamin

Perempuan memiliki risiko lebih besar mengalami tumor payudara, tetapi laki-

laki juga dapat terserang tumor payudara. Hal ini disebabkan laki-laki

memiliki lebih sedikit hormon estrogen dan progesteron yang dapat memicu

pertumbuhan sel tumor, selain itu payudara laki-laki sebagian besar adalah

lemak, bukan kelenjar seperti perempuan.

3) Faktor usia

Faktor risiko usia dapat menentukan seberapa besar risko tumor payudara.

Presentase risiko tumor payudara menurut usia yaitu, dari usia 30-39 tahun

berisiko 1 dari 233 perempuan atau 0,43%, usia 40-49 tahun berisiko 1 dari 69

perempuan atau 1,4%, usia 50-59 tahun berisiko 1 dari 38 perempuan atau

2,6%, usia 60-69 tahun berisiko 1 dari 27 perempuan atau 3,7%. Jadi, Semakin

tua usia seseorang kemungkinan terjadinya tumor payudara semakin tinggi

karena kerusakan genetik (mutasi) semakin meningkat dan kemampuan untuk

beregenerasi sel menurun.

4) Riwayat kehamilan

Perempuan yang belum pernah hamil (nullipara) memiliki risiko tumor

payudara lebih tinggi. Pertumbuhan sel payudara pada usia remaja bersifat

imatur (belum matang) dan sangat aktif. Sel payudara yang imatur lebih rentan

mengalami mutasi sel yang abnormal, ketika seseorang hamil akan mengalami

kematuran sel pada payudaranya dan menurunkan risiko tumor payudara.

5) Riwayat menstruasi

Perempuan yang mendapatkan menstruasi pertama kali sebelum umur 12

tahun (menarche dini) berisiko 2-4 kali lebih tinggi terkena tumor payudara.

Risiko yang sama juga dimiliki perempuan yang menopause pada usia di atas
55 tahun. Setelah wanita menstruasi akan mengalami perubahan bentuk tubuh

tidak terkecualai payudara, payudara akan mulai tumbuh dan terdapat hormon

yang dapat memicu pertumbuhan sel abnormal.

6) Riwayat menyusui

Perempuan yang menyusui anaknya, terutama selama lebih dari satu tahun, berisiko

lebih kecil menderita tumor payudara. Selama menyusui, sel payudara menjadi lebih

matang (matur). Dengan menyusui mentruasi akan mengalami penundaan. Hal ini

akan mengurangi paparan hormon estrogen terhadap tubuh sehingga menurunkan

risiko tumor payudara.

3. KLASIFIKASI

Secara umum jenis tumor payudara dapat dibagi menjadi tiga yaitu kanke

payudara non-invasive, tumor payudara invasive dan tumor payudara paget’s

disease. Uraian lengkapnya sebagai berikut: (Putra, 2015)

a. Tumor payudara non-invasive

Tumor terjadi pada kantong (tube) susu (penghubung antara alveolus, kelenjar

yang memproduksi susu, dan puting payudara). Jenis tumor ini biasanya disebut

dengan tumor carsinoma insitu, dimana tumor payudara belum menyebar ke

bagian luar jaringan kantong susu.

b. Tumor payudara invasive

Sel tumor merusak seluruh kelenjar susu serta menyerang lemak dan jaringan di

sekitarnya. Pada tahap ini tumor telah menyebar keluar dari kantong susu dan

menyerang jaringan disekitarnya, bahkan menyebabkan metastase seperti ke

jaringan kelenjar limfe.


c. Paget’s Disease

Tumor bermula tumbuh di saluran susu, kemudian menyebar ke kulit areola dan

puting. Tandanya terlihat kulit pecah-pecah, memerah, dan mengeluarkan cairan.

Penyembuhan pada jenis tumor ini lebih baik jika tidak disertai dengan massa.

Klasifikasi tumor payudara menurut stadium dan harapan hidup: (National

Cancer Institute-surveilance, Epidemiology and Result (SEER), 2001 dalam

NANDA, 2015).

a. Stadium 0

Tidak terbukti adanya tumor primer, tidak ada tumor dalam kelenjar getah bening

region, tidak ada metastase ke bagian lain, dan memeiliki harapan hidup 99%

selama 5 tahun kedepan.

b. Stadium I

Tumor berukuran kurang atau sama dengan 2 cm, tidak ada tumor dalam kelenjar

getah bening region, tidak ada metastase jauh dan memiliki harapan hidup 92%

selama 5 tahun kedepan.

c. Stadium IIA

Tumor tidak ditemukan pada payudara, tetapi sel-sel tumor ditemukan di kelenjar

getah bening di ketiak yang terletak di bawah lengan dapat berpindahpindah,

tidak mengalami metastase jauh dan memiliki harapan hidup 82% selama 5 tahun

kedepan.

d. Stadium IIB

Tumor berukuran lebih besar dari 2 cm tidak lebih dari 5 cm, sel-sel tumor

ditemukan di kelenjar getah bening di ketiak yang terletak di bawah lengan dapat

berpindah-pindah dan tidak mengalami metastase jauh.


e. Stadium IIIA

Tumor tidak ditemukan di payudara, tetapi ditemukan di kelenjar getah bening

melekat bersama atau pada struktur yang lain, tidak ada metastase jauh dan

memiliki harapan hidup 47% selama 5 tahun kedepan.

f. Stadium IIIB

Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan juga

terdapat luka bernanah di payudara atau didiagnosis sebagai inflammatory breast

cancer, menyebar ke kelenjar getah bening dan memiliki harapan hidup 44%

selama 5 tahun kedepan.

g. Stadium IV

Ukuran tumor sudah tidak dapat ditentukan dan telah menyebar atau

bermetastasis ke lokasi yang jauh, seperti tulang, paru-paru, liver, tulang rusuk,

atau organ-organ tubuh lainnya dan memiliki harapan hidup 15% selama 5 tahun

kedepan.

4. PATOFISIOLOGI

Tumor payudara berasal dari jaringan epitelia dan paling sering terjadi

hiperflasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini berlanjut menjadi

karsinoma insitu dan menginvasi stroma. Tumor membutuhkan waktu 7 tahun untuk

bertumbuh dari sebuah sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk

dapat teraba (diameter 1 cm). Pada ukuran tersebut, kira kira seperempat dari tumor

payudara telah bermetastasis.

Karsinoma payudara 95% merupakan karsinoma , berasal dari epitel saluran

dan kelenjar payudara. Karsinoma muncul sebagai akibat sel sel yang abnormal

terbentuk pada payudara dengan kecepatan tidak terkontrol dan tidak beraturan. .Sel

tersebut merupakan hasil mutasi gen dengan perubahan perubahan bentuk, ukuran
maupun fungsinya. Mutasi gen ini dipicu oleh keberadaan suatu benda asing yang

masuk dalam tubuh kita, diantara pengawet makanan, vetsin, radioaktif, oksidan atau

karsinognik yang dihasilkan oleh tubuh sendiri secara alamiah. Pertumbuhan dimulai

didalam duktus atau kelenjar lobulus yang disebut karsinoma non invasif. Kemudian

tumor menerobos keluar dinding duktus atau kelenjar di daerah lobulus dan invasi ke

dalam stroma, yang dikenal dengan nama karsinoma invasif. Pada pertumbuhan

selanjutnya tumor meluas menuju fasia otot pektoralis atau daerah kulit yang

menimbulkan perlengketan-perlengketan. Pada kondisi demikian tumor

dikategorikan stadium lanjut inoperabel.

Penyebaran tumor terjadi melalui pembuluh getah bening, deposit dan tumbuh

dikelenjar getah bening sehingga kelenjar getah bening aksiler ataupun

supraklavikuler membesar. Kemudian melalui pembuluh darah, tumor menyebar ke

organ jauh antara lain paru, hati, tulang dan otak. Akan tetapi dari penelitian para

pakar, mikrometastase pada organ jauh dapat juga terjadi tanpa didahului

penyebaran limfogen. Sel tumor dan racun racun yang dihasilkannya dapat

menyebar keseluruh tubuh kita seperti tulang , paru-paru dan liver tanpa disadari

oleh penderita,. Oleh karena itu, penderita tumor payudara ditemukan benjolan

diketiak atau dikelenjar getah bening lainnya. Bahkan muncul pula tumor pada liver

dan paru-paru sebagai tumor metastasisnya.

Diduga penyebab terjadinya tumor payudara tidak terlepas dari menurunnya

atau mutasi dari aktifitas gen T Supresor atau sering disebut dengan p53. Penelitian

yang paling sering tentang gen p53 pada tumor payudara adalah immunohistokimia

dimana p53 ditemukan pada insisi jaringan dengan menggunakan parafin yang

tertanam di jaringan. Terbukti bahwa gen supresor p53 pada penderita tumor

payudara telah mengalami mutasi sehingga tidak bekerja sebagaimana fungsinya.


Mutasi dari p53 menyebabkan terjadinya penurunan mekanisme apoptosis sel. Hal

inilah yang menyebabkan munculnya neoplasma pada tubuh dan pertumbuhan sel

yang menjadi tidak terkendali. (Irianto, 2015).

5. PATH WAY

Faktor predisposisi dan


resiko tinggi hiperplasi Mendesak sel saraf Interupsi sel saraf
pada sel mamae Pekerjaan Berat, Pekerjaan Berat,
GANGGUAN POLA TIDUR (D.0055) NYERI (D.0077)
Pekerjaan Berat, Angkat Beban, Pekerjaan Berat,

Mendesak jaringan sekitar Mensuplai nutrisi ke Mendesak pembuluh darah


Pekerjaan Berat, Angkat jaringan mamae Pekerjaan Berat, Angkat
Menekan jaringan mamae Pekerjaan Berat, Aliran darah terhambat
Pekerjaan Berat, Angkat Hipermetabolisme ke Pekerjaan Berat, Angkat
Konsentrasi mamae jaringan mamae Hipoksia
Pekerjaan Berat, Pekerjaan Berat, Pekerjaan Berat, Angkat
Hipermetabolisme ke Nekrosis jaringan
jaringan mamae Pekerjaan Berat, Angkat
Pekerjaan Berat, Bakteri patogen
Penurunan Berat Badan Pekerjaan Berat, Angkat
Pekerjaan Berat, Angkat RESIKO INFEKSI
DEFICIT NUTRISI (D.0019) (D.0019)
Pekerjaan Berat, Angkat Pekerjaan Berat,

Konsistensi mamae Ukuran mamae abnormal Kesulitan bergerak


Pekerjaan Berat, Angkat Pekerjaan Berat, Angkat Pekerjaan Berat,
Massa tumor mendesak
jaringan Mammae asimetris
Pekerjaan Berat,
GANGGUAN CITRA DEF. PENGETAHUAN
TUBUH (D. 0083) (D.0083)
Pekerjaan Berat, ANSIETAS (D.0080)
Pekerjaan Berat,
Perfusi jaringan terganggu Infiltrasi pleura peritale

Ulkus Ekspansi paru menurun


Pekerjaan Berat, GANGGUAN
GANGGUAN POLA NAFAS TIDAK MOBILITAS FISIK
INTEGRITAS KULIT/ EFEKTIF (D. 0005) (D. 0054)
JARINGAN (D. 0129 Pekerjaan Berat,
Pekerjaan Berat,
Pekerjaan Berat,

(Nurarif, 2015)
6. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala tumor payudara pada stadium awal biasanya massa tunggal, massa

teraba keras dan padat, dapat digerakan atau terfiksasi pada kulit atau jaringan yang

berada dibawahnya, tidak memiliki batasan yang jelas atau tidak teratur. Tanda

lanjutan lainnya berupa adanya rabas pada puting atau terjadi retraksi pada puting,

edema atau cekungan pada kulit, payudara tidak simetris, dan pembesaran nodus

limfe aksila. Pasien yang menderita Carsinoma mamme biasanya ada yang

merasakan nyeri dan ada yang tidak merasakan nyeri, dan berat badan menurun

menunjukan adanya metastase (Nurarif, 2015).

7. KOMPLIKASI

Karsinoma payudara bisa menyebar ke berbagai bagian tubuh. Karsinoma payudara

bermetastase dengan penyebarab langsung ke jaringan sekitarnya, dan juga melalui

saluran limfe dan aliran darah. Tempat yang paling sering untuk metastase yang jauh

atau sistemik adalah paru paru, pleura, tulang (terutama tengkorak, vertebra dan

panggul), adrenal dan hati. Tempat yang lebih jarang adalah otak, tiroid,

leptomeningen, mata, perikardium dan ovarium (Irianto , 2015).

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan menurut Nurarif,

(2015) antara lain:

a. CT-Scan, MRI: dilakukan untuk diagnostic, identifikasi metastatic dan evaluasi.

b. Termografi yaitu suatu cara yang menggunakan sinar Infra Red.

c. Mamografi untuk mendeteksi massa maligna kecil dalam 2 tahun sebelum tumor

dapat dipalpasi.

d. Biopsy untuk mendiagnosis adanya BRCA1 dan BRCA2 (Breast Cancerr

Susceptibility Gene)
e. USG (Ultrasonografi) untuk membedakan lesi solid dan kistik

f. Pemeriksaan laboratorium berupa darah lengkap dan kimia darah

9. PENATALAKSANAAN

Penanganan penatalaksanaan pada pasien tumor payudara meliputi:

a. Mastektomi

Mastektomi aadalah pembedahan untuk mengangkat tumor payudara.

Tipe-tipe mastektomi menurut Martin & Griffin (2014) terbagi menjadi 7, yaitu:

1) Mastektomi radikal luas

Terdiri prosedur di atas di tambah eksisi klenjar limfe mammae internal.

Beberapa bagian rusuk harus diangkat untuk mencapai kelenjar mammae

internal.

2) Mastektomi radikal (haisted klasik)

Operasi ini jarang dilakukanMelalui insisi vertikal, seluruh payudara diangkat

dengan batas kulit yang bermakna disekitar puting, areola, dan tumor. Otot

pektoralis mayor dan minor diangkat, vena aksila dipotong. Dalam

pembedahan kulit yang tipis ditinggalkan.

3) Mastektomi radikal modifikasi

Seluruh payudara dan sebagian besar kelenjar limfe pada aksila diangkat,vena

aksila dipotong, otot pektoralis dipertahankan.

4) Mastektomi sederhana (total)

Seluruh payudara diangkat, tetapi kelenjar aksila dan otot pektoralis tidak.

Apabila tumor telah menyebar, aksila diradiasi atau dilakukan mastektomi

radikal.
5) Mastektomi sebagian

Tumor dan besar segmen di sekitar jaringan payudara di bawah fasia, dan kulit

di atasnya diangkat biasanya sekitar sepertiga payudara.

6) Lumpektomi, tilektomi atau eksisi lokal

Tumot berukuran 3 cm – 5 cm jaringan pada kedua sisi diangkat,

mempertahankan jaringan dan kulit payudara lainnya.

7) Mastektomi subkutan

Jaringan payudara, termasuk kedua aksila, diangkat melalui insisi di bawah

payudara. Semua kulit payudara, termasuk puting dan areola serta tonjolan

jaringankecil di bawah puting, dibiarkan ditempatnya. Implan silikon

disisipkan, baik pada saat pembedahan awal atau beberapa bulan sesudahnya.

b. Radioterapi

Radiotrapi yaitu proses penyinaran pada daerah yang terkena tumor dengan

menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel tumor

yang masih tersisa di payudara setelah operasi. Tindakan ini mempunyai efek

kurang baik seperti tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di

sekitar payudaar menghitam, serta Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai

akibat dari radiasi. Pengobatan ini biasanya diberikan bersamaan dengan

lumpektomi atau mastektomi (Putra, 2015).

c. Kemoterapi

Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti tumor dalam bentuk

pil, kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel tumor. Sistem ini

diharapkan mencapai target pada pengobatan tumor yang kemungkinan telah

menyebar ke bagian tubuh lainnya. Dampak dari kemoterapi adalah pasien


mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan

yang diberikan pada saat kemoterapi (Putra, 2015).

d. Terapi hormonal

Terapi ini biasa disebut trapi anti-estrogen yang sistem kerjannya memblok kemampuan

estrogen dalam menstimulus perkembangan tumor payudara (Putra, 2015).

e. Lintas metabolisme

Asam bifosfonat merupakan senyawa penghambat aktivitas osteoklas dan resorbsi

tulang yang sering digunakan untuk melawan osteoporosis yang diinduksi oleh

ovarian suppression, hiperkalsemia dan kelainan metabolism tulang, menunjukan

evektivitas untuk menurunkan metastasis sel tumor payudara menuju tulang.

Penggunaan asam bifosfonat dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek

samping seperti osteonekrosis dan turunnya fungsi ginjal (Nurarif, 2015).

10. PENCEGAHAN

a. Olah raga teratur

b. Kurangi lemak

c. Jangan terlalu matang masak daging

d. Konsumsi suplemen antioksidan

e. Konsumsi makanan berserat

f. Konsumsi makanan yang mengandung kedelai/protein

g. Hindari alkohol

h. Kontrol Berat Badan

i. Hindari Xeno-estrogen

j. Berjemur di bawah sinar matahari

k. Hindari merokok

l. Berikan ASI
m. Pertimbangkan sebelum melakukan HRT (Hormon Replacement Therapy)

Pemeriksaan SADARI

a. Mulailah dengan melihat payudara payudara dicermin dengan bahu lurus dan tangan

diletakkan dipinggul. Amatilah ukuran , bentuk dan warna payudara , apakah ada

perubahan yang mudah terlihat , benjolan .

b. Angkat lengan dan lihat perubahan yang mungkin terjadi. Sambil melihat cermin,

perlahan-lahan tekan puting susu antara ibu jari dan jari telunjuk serta lakukan cek

terhadap pengeluaran puting susu.( dapat berupa air susu, atau cairan kekuningan

atau darah ).

c. Lakukan perabaan terhadap payudara anda sambil berbaring . Gunakan tangan kanan

untuk meraba payudara kiri dan tangan kiri untuk meraba payudara kanan. Gunakan

sentuhan yang lembut dengan menggunakan tiga jari tangan (telunjuk, jari tengah

dan jari manis) dengan posisi berdekatan satu sama lain .Sentuh payudara dari atas ke

bawah , sisi ke sisi dari tulang selangka ke bagian atas perut dan dari ketiak ke

belahan dada.

d. Terakhir, lakukan perabaan terhadap payudara dengan gerakan yang sama sambil

berdiri atau duduk. Kebanyakan wanita merasa lebih mudah merasakan payudaranya

dalam kondisi basah sehingga sering dilakukan saat mandi (Irianto K, 2015).
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TUMOR

PAYUDARA

1. PENGKAJIAN

Pengkajian dilakukan secara sistematis, berisikan informasi subjektif dan

objektif dari klien yang diperoleh dari wawancara dan pemeriksaan fisik. Pengkajian

terhadap klien meliputi :

a. Biodata

Biodata klien secara lengkap yang mencakup umur, jenis kelamin, suku bangsa.

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan utama

Keluhan utama pada pasien dengan tumor payudara dapat nerupa adanya

massa tumor di payudara, rasa sakit di payudara, keluar cairan pada puting,

kemerahan pada payudara, payudara terasa restraksi.

2) Riwayat penyakit sekarang

Riwayat penyakit yang dialami pasien dari penjelasan sebelum terjadinya

keluhan utaman sampai terjadi keluhan utama dan hingga pada saat

pengkajian. Riwayat tumor payudara dari tanda gejala munjul, penetapan

biopsi, keluhan yang paling dirasakan hingga penanganan yang sudah

diberikan untuk menangani keluhan tersebut.

3) Riwayat penyakit dahulu

Riwayat penyakit dahulu adalah riwayat penyakit yang pernah di derita oleh

pasien dan berhubungan dengan penyakit yang sekarang ini.

4) Riwayat penyakit keluarga

Riwayat penyakit kelurga adalah berisi tentang semua anggota kelurga pasien

yang memiliki penyakit kronis, menular, menurun dan menahun seperti


penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus, TBC, HIV, hepatits B,

penyakit kelamin, dan apakah kelurga ada yang memiliki riwayat tumor

payudara.

5) Riwayat penggunaan obat

Pernahkah klien mendapatkan pengobatan sebelumnya dan bagaimana

hasilnya.

c. Pola Fungsi Kesehatan (Gordon)

1) Pola Persepsi Kesehatan

a) Kebiasaan minum alkohol

b) Kebiasaan merokok

c) Ketergantungan obat-obatan

2) Pola Nutrisi Metabolik

a) Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa kali sehari

makan.

b) Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas.

c) Jenis makanan yang disukai.

d) Nafsu makan menurun.

e) Penurunan berat badan.

3) Pola Eliminasi

a) Tanyakan pola berkemih dan bowel.

4) Pola Aktivitas dan Latihan

a) Pemenuhan sehari-hari terganggu.

b) Kelemahan umum, malaise.

c) Toleransi terhadap aktivitas rendah.

d) Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.


5) Pola Tidur dan Istirahat

a) Kesulitan tidur pada karena nyeri.

6) Pola Persepsi dan Konsep Diri

a) Perasaan tidak percaya diri atau minder.

b) Perasaan terisolasi.

7) Pola Reproduksi Seksualitas

a) Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan.

b) Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon.

8) Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress

a) Emosi tidak stabil

b) Ansietas, takut akan penyakitnya

c) Disorientasi, gelisah

9) Pola Sistem Kepercayaan

a) Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah

b) Agama yang dianut

10) Pola Persepsi Kognitif

a) Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.

b) Pengetahuan akan penyakitnya.

11) Pola Hubungan dengan Sesama

a) Hidup sendiri atau berkeluarga

b) Frekuensi interaksi berkurang

c) Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran


2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Menurut SDKI (2018), diagnosa keperawatan yang muncul antara lain:

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik. (D. 0077)

2. Pola nafas tidaak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru (D.

0005)

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri (D. 0055)

4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi (D. 0129)

5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur

tulang. (D. 0054)

6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan proses penyakit (D. 0083)

7. Ansietas behubungan dengan prosedur pembedahan (D. 0080)

8. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient ke

jaringan (D. 0019)

9. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D. 0111)

10. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit dan jaringan.

(D. 01420)
3. INTERVENSI KEPERAWATAN

N Diagnosa Keperawatan Hasil Yang Diharapkan Rencana Tindakan Alasan Tindakan


o. (SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. Nyeri akut berhubungan Tingkat Nyeri (I. 08066) Manajemen Nyeri (I.08238) Observasi
dengan agen pencedera Setelah dilakukan tindakan  Untuk mengetahui tindakan apa
fisik (D. 0077) keperawatan selama 3x24 jam Tindakan : yang selanjutnya akan
diharapkan gangguan rasa Observasi dilakukan
nyaman nyeri dapat teratasi  Identifikasi lokasi, karakteristik,  Untuk mengetahui tingkat
dengan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Kriteria Hasil : nyeri  Untuk mengetahui tingkat
 Identifikasi skala nyeri nyeri
 Kemampuan  Identifikasi respons nyeri non verbal  Untuk mencegah nyeri
menuntaskan aktivitas  Identifikasi faktor yang  Untuk mengetahui pemahaman
meningkat memperberat dan memperingan pasien terhadap nyeri
 Keluhan nyeri menurun nyeri  Untuk mengetahui tindakan
 Meringis menurun  Identifikasi pengetahuan dan selanjutnya
 Sikap protektif menurun keyakinan tentang nyeri  Untuk mengetahui kondisi
 Gelisah menurun  Identifikasi pengaruh budaya pasien terhadap nyeri
 Kesulitan tidur menurun terhadap respon nyeri  Untuk mengetahui terapi yang
 Menarik diri menurun  Identifikasi pengaruh nyeri pada diberikan berhasil atau tidak
 Berfokus pada diri sendiri kualitas hidup  Untuk mencegah bertambahnya
menurun  Monitor keberhasilan terapi masalah keperawatan
 Diaforesis menurun komplementer yang sudah diberikan Terapeutik
 Perasaan depresi  Monitor efek samping penggunaan  Untuk mengurangi nyeri
(tertekan) menurun analgetik  Untuk meringankan nyeri
 Perasaan takut mengalami Terapeutik  Untuk meringankan nyeri
cedera berulang menurun  Berikan teknik nonfarmakologis  Untuk mengetahui terapi yang
 Anoreksia menurun untuk mengurangi rasa nyeri (mis. cocok untuk meringankan nyeri
 Perineum terasa tertekan TENS, hipnosis akupresur, terapi Edukasi
menurun musik, biofeedback, terapi pijat,  Agar pasien dan keluarga
 Uterus teraba membulat aromaterapi, teknik imajinasi mengerti kapan nyeri muncul
menurun terbimbing, kompres hangat/dingin,  Agar pasien dan keluarga
 Ketegangan otot menurun terapi bermain) secara mandiri dapat
 Pupil dilatasi menurun  Kontrol lingkungan yang meringankan nyeri yang
 Muntah menurun memperberat rasa nyeri (mis. suhu dirasakan
 Mual menurun ruangan, pencahayaan, kebisingan)  Untuk mengetahui hal apa yang
 Frekuensi nadi membaik  Fasilitasi istirahat dan tidur bisa menyebabkan nyeri
 Pola napas membaik  Pertimbangkan jenis dan sumber bertambah
 Tekanan darah membaik nyeri dalam pemilihan strategi  Untuk mengurangi nyeri
 Proses berpikir membaik meredakan nyeri  Untuk meringankan nyeri
 Fokus membaik Edukasi Kolaborasi
 Fungsi berkemih  Jelaskan penyebab, periode dan
membaik
 Perilaku membaik pemicu nyeri  Untuk menghilangkan nyeri
 Nafsu makan membaik  Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis
 untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
2. Gangguan mobilitas fisik Mobilitas Fisik(L 05042) Dukungan Mobilisasi (I.05173)
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Observasi Observasi
kerusakan integritas keperawatan selama 3x24 jam  Identifikasi adanya nyeri atau  Untuk mengetahui tindakan
struktur tulang. (D. 0054) diharapkan mobilitas fisik keluhan fisik lainnya selanjutnya
meningkat dengan  Identifikasi toleransi fisik melakukan  Untuk mengetahui hambatan
Kriteria hasil: pergerakan dalam mobilisasi fisik
1. Pergerakan ekstremitas  Monitor frekuensi jantung dan  Untuk mengetahui tanda-tanda
meningkat tekanan darah sebelum memulai vital
2. Kekuatan otot meningkat mobilisasi  Untuk mengetahui kondisi
3. Rentang gerak (ROM)  Monitor kondisi umum selama umum selama melakuakan
meningkat
4. Nyeri menurun melakukan mobilisasi mobilisasi
5. Kecemasan menurun Terapeutik Terapeutik
6. Kaku sendi menurun  Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan  Untuk membantu dalam
7. Gerak tidak terkoordinasi alat bantu (mis: pagar tempat tidur) melakukan pergerakan
menurun  Fasilitasi melakukan pergerakan, jika  Untuk membantu pasien dalam
8. Gerak terbatas menurun perlu mobilisasi
9. Kelemahan fisik menurun  Libatkan keluarga untuk membantu  Untuk melatih pasien dan
pasien dalam meningkatkan keluarga dalam proses
pergerakan mobilisasi
Edukasi Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur  Untuk mengetahui tindakan
mobilisasi selanjutnya
 Anjurkan melakukan mobilisasi dini  Untuk melatih otot-otot agar
 Ajarkan mobilisasi sederhana yang tidak kaku
harus dilakukan (mis: duduk di  Untuk melatih pergerakan
tempat tidur, duduk di sisi tempat (ROM) pasien
tidur, pindah dari tempat tidur ke
kursi)
3. Ansietas berhubungan Tingkat Ansietas (L.09093) Reduksi Ansietas (I. 09314)
dengan kurang terpapar Setelah dilakukan tindakan
informasi. (D. 0080) keperawatan selama 3x24 jam Observasi Observasi
diharapkan tingkat ansietas  Identifikasi saat tingkat anxietas  Untuk mengetahui perubahan
menurun dengan berubah (mis. Kondisi, waktu, tingkat ansietas
Kriteria Hasil : stressor)
1. Verbalisasi kebingungan  Identifikasi kemampuan  Untuk mengukur persepsi
menurun mengambil keputusan kognitif pasien
2. Verbalisasi kekhawatiran  Monitor tanda anxietas (verbal dan  Untuk mengetahui tindakan
akibat kondisi yang non verbal) selanjutnya
dihadapi menurun Terapeutik Terapeutik
3. Perilaku gelisah menurun  Ciptakan suasana  terapeutik untuk  Untuk membina hubungan
4. Perilaku tegang menurun menumbuhkan kepercayaan saling percaya
5. Keluhan pusing menurun  Temani pasien untuk mengurangi  Untuk memotivasi
6. Anoreksia menurun kecemasan , jika memungkinkan
7. Palpitasi menurun  Pahami situasi yang membuat  Untuk mengetahui tindakan

8. Frekuensi bernafas anxietas selanjutnya

menurun  Dengarkan dengan penuh perhatian  Untuk lebih merasa empati

9. Frekuensi nadi menurun  Gunakan pedekatan yang tenang  Untuk membina hubungan

10. Tekanan darah menurun dan meyakinkan saling percaya

11. Diaphoresis menurun  Motivasi mengidentifikasi situasi  Untuk mengetahui tindakan

12. Tremor menurun yang memicu kecemasan selanjutnya

13. Pucat menurun  Diskusikan perencanaan  realistis  Untuk meminimalkan

14. Konsentrasi membaik tentang peristiwa yang akan datang munculnya kecemasan

15. Pola tidur membaik Edukasi Edukasi

16. Perasaan keberdayaan  Jelaskan prosedur, termasuk  Menambah informasi terkait


membaik sensasi yang mungkin dialami penyakit yang diderita
17. Kontak mata membaik  Informasikan secara factual  Menambah informasi terkait
18. Pola berkemih membaik mengenai diagnosis, pengobatan, penyakit yang diderita
19. Orientasi membaik dan prognosis
 Anjurkan keluarga untuk tetap  Untuk meminimalkan
bersama pasien, jika perlu terjadinya kecemasan
 Anjurkan melakukan kegiatan yang  Agar pasien dan keluarga
tidak kompetitif, sesuai kebutuhan mengerti tentang keadaannya
 Anjurkan mengungkapkan  Agar dapat merasa lebih rileks
perasaan dan persepsi
 Latih kegiatan pengalihan  Untuk mengurangi ketegangan

 Latih penggunaan mekanisme  Untuk mengurangi ketegangan

pertahanan diri yang tepat


 Latih teknik relaksasi  Untuk mengurangi ketegangan

Kolaborasi Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian obat ansietas,  Mencegah kecemasan

jika perlu

4. Resiko Infeksi Tingkat Infeksi (L.14137) Pencegahan Infeksi (I.14539)


Berhubungan Dengan Setelah dilakukan tindakan Tindakan :
Ketidakadekuatan keperawatan selama 3x24 jam
Pertahanan Tubuh Primer: diharapkan tingkat infeksi Observasi Observasi
Kerusakan Integritas Kulit menurun dengan  Monitor tanda dan gejala infeksi  Untuk mengetahui adanya
(D. 01420) Kriteria Hasil : lokal dan sistemik infeksi
20. Kebersihan tangan Terapeutik Terapeutik
meningkat  Batasi jumlah pengunjung  Mencegah kontaminasi
21. Kebersihan badan  Berikan perawatan kulit pada area  Mengurangi infeksi
meningkat edema  Menjaga kebersihan
22. Demam menurun  Cuci tangan sebelum dan sesudah  Mencegah kontaminasi
23. Kemerahan menurun kontak dengan pasien dan mikroorganisme
24. Nyeri menurun lingkungan pasien Edukasi
25. Bengkak menurun  Pertahankan teknik aseptik pada  Menambah informasi terkait
26. Vesikel menurun pasien berisiko tinggi penyakit yang diderita
27. Cairan berbau busuk Edukasi  Menjaga kebersihan
menurun  Jelaskan tanda dan gejala infeksi  Menjaga diri dan orang lain
28. Sputum berwarna hijau  Ajarkan cara mencuci tangan dengan dari paparan kuman
menurun benar  Agar pasien dan keluarga
29. Drainase purulen  Ajarkan etika batuk mengerti tentang keadaan luka
menurun  Ajarkan cara memeriksa kondisi  Untuk mengurangi risiko
30. Piuria menurun luka atau luka operasi infeksi
31. Periode malaise menurun  Anjurkan meningkatkan asupan  Untuk mengurangi risiko
32. Periode menggigil nutrisi infeksi
menurun  Anjurkan meningkatkan asupan
33. Letargi menurun cairan Kolaborasi
34. Gangguan kognitif Kolaborasi  Mencegah infeksi
menurun  Kolaborasi pemberian imunisasi,
35. Kadar sel darah putih jika perlu
membaik
36. Kultur darah membaik
37. Kultur urine membaik
38. Kultur sputum membaik
39. Kultur area luka membaik
40. Kultur feses membaik
41. Nafsu makan membaik
4. IMPLEMENTASI

Implementsi merupakan tindakan yang dilaksanakan berdasarkan rencana tindakan

yang telah direncanakan sebelumnya.

5. EVALUASI

Evaluasi adalah hasil yang didapatkan dengan menyebutkan item- item atauperilaku

yang dapat diamati dan dipantau untuk menentukan apakah hasilnya sudahtercapai

atau belum dalam jangka waktu yang telah ditentukan (Amin Huda, dkk 2015).

Evaluasi keperawatan disusun menggunakan SOAP dimana:

S : ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subyektif oleh


pasien dan keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.
O : keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan
pengamatan yang obyektif.
A : analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif dan obyektif
P : perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.
DAFTAR PUSTAKA

Aiolfi, A., et al. (2021). Treatment of Inguinal Hernia: Systematic Review and Updated
Network Meta-analysis of Randomized Controlled Trials. Annals of Surgery, 274(6),
pp. 954–61.

Amin Huda dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Jakarta : Mediaction

Diyono & Mulyanti, S. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan. Jitowiyonno
& Kristiyanasari,2012. Asuhan Keperawatan Post Operasi pendekatan

Muttaqin A & 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan System Perkemihan. Jakarta : Salamba
Medika.

Suratan danLusinah (2010). Pemekriksaan diagnostic pada pasien Hernia Inguinalis Lateral.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2018), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),  Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),  Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai