Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PENDAHULUAN&ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

T 47
TAHUN PASIEN DENGAN CA. MAMAE METASTASE TULANG DI RUANG
KANKER RSUD AL-IHSAN BALEENDAH BANDUNG

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Case Based Learning (CBL) Keperawatan
Medikal Bedah

Dosen Pembimbing:
Ns. Nina Gartika, M. Kep

Disusun oleh
Ari Fitriyani
302017013

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN UNIVERSITAS ‘AISYIYAH


BANDUNG Jln. K.H.Ahmad Dahlan No. 6 Bandung
2021
LAPORAN PENDAHULUAN CA MAMMAE
A.Definisi CA Mammae
Ca mammae atau carcinoma mammae yaitu sebuah keganasan yang
berasal dari sebuah sel kelenjar, saluran kelenjar dan pada jaringan dengan
penunjang payudara. Ca mammae adalah sejenis tumor ganas yang tumbuh di
dalam jaringan sel di payudara. Kanker ini bisa tumbuh di dalam kelenjar
payudara seseorang, saluran payudara, di jaringan lemak maupun ada di jaringan
ikat pada payudara (Medicastore, 2011).
Menurut Nurarif (2015), carsinoma mammae atau kanker payudara
merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal mammae dimana sel
abnormal timbul dari sel-sel normal, berkembang biak dan menginfiltrasi
jaringan limfe dan pembuluh darah. Kanker payudara adalah tumor ganas pada
payudara atau salah satu payudara, kanker payudara juga merupakan benjolan
atau massa tunggal yang sering terdapat di daerah kuadran atas bagian luar,
benjolan ini keras dan bentuknya tidak beraturan dan dapat digerakkan.
B.Klasifikasi CA Mammae
Secara umum jenis kanker payudara dapat dibagi menjadi tiga yaitu kanker
payudara non-invasive, kanker payudara invasive dan kanker payudara paget’s
disease (Putra, 2015)
1. Kanker payudara non-invasive
Kanker terjadi pada kantong (tube) susu (penghubung antara alveolus,
kelenjar yang memproduksi susu, dan puting payudara). Jenis kanker ini
biasanya disebut dengan kanker carsinoma insitu, dimana kanker payudara
belum menyebar ke bagian luar jaringan kantong susu.
2. Kanker payudara invasive
Sel kanker merusak seluruh kelenjar susu serta menyerang lemak dan
jaringan di sekitarnya. Pada tahap ini kanker telah menyebar keluar dari
kantong susu dan menyerang jaringan disekitarnya, bahkan menyebabkan
metastase seperti ke jaringan kelenjar limfe.
3. Paget’s Disease
Kanker bermula tumbuh di saluran susu, kemudian menyebar ke kulit
areola dan puting. Tandanya terlihat kulit pecah-pecah, memerah, dan
mengeluarkan cairan. Penyembuhan pada jenis kanker ini lebih baik jika
tidak disertai dengan massa.
C.Stadium CA Mammae
Stadium kanker penting untuk panduan pengobatan, follow up dan menentukan
prognosis. Berikut stadium karsinoma mammae menurut Pudiastuti (2011):
1. Stadium 0 : kanker insitu dimana del kanker berada pada tempatnya didalam
jaringan payudara normal
2. Stadium I : Tumor dengan garis tenga kurang 2 cm dan belum menyebar ke
luar payudara
3. Stadium IIA: Tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar ke
kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah kurang 2 cm
tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.
4. Stadium IIB: Tumor dengan garis tengah lebih besr dari 5 cm dan belum
menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah 2-5
cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.
5. Stadium III A: Tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm dan sudah
menyebar kekelenjar getahbening ketiak disertai perlengketan satu sama lain
atau perlengketan ke struktur lainnya atau tumor dengan garis tengah lebih
dari dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.
6. Stadium IIIB: Tumor telah menyusup keluar payudara yaitu kedalam kulit
payudara atau ke dinding dada atau telah menyebar ke kelenjar getah bening
didalam dinding dada dan tulang dada.
7. Stadium IV: Tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan dinding dada
misalnya ke hati, tulang atau paru-paru.
D.Etiologi CA Mammae
Tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara itu sendiri, namun
meskipun belum adanya penyebab spesifik kanker payudara yang diketahui, para
peneliti telah mengidentifikasi sekelompok faktor risiko dari kanker payudara
(Brunner & Suddarth, 2002). Faktor risiko pada kanker payudara dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu: faktor yang dapat diubah seperti riwayat
kehamilan, riwayat menyusui, kontrasepsi oral, terapi sulih hormon, alkohol,
obesitas dan trauma. Sedangkan faktor yang tidak dapat diubah antara lain
riwayat keluarga yang menderita kanker, genetik, status menstruasi (menarche
dan menopause), riwayat tumor jinak dan kanker sebelumnya, tidak menikah,
tidak pernah melahirkan anak (Lestari, 2014).
Menurut Putra (2015), faktor risiko yang dapat menyebabkan kanker
payudara terbagi menjadi dua kelompok yaitu faktor resiko yang dapat diubah
dan faktor resiko tidak dapat diubah. Faktor-faktor tersebut sebagai berikut:
1. Faktor risiko yang dapat diubah
a. Obesitas
Obesetitas adalah kegemukan yang diakibatkan oleh kelebihan lemak
dalam tubuh. Jaringan lemak dalam tubuh merupakan sumber utama
estrogen, jadi jika memiliki jaringan lemak lebih banyak berarti memiliki
estrogen lebih tinggi yang meningkatkan risiko kanker payudara.
b. Pecandu alkohol
Alkohol bekerja dengan meningkatkan kadar darah didalam insulin darah,
seperti faktor pertumbuhan atau insulin like growth factors (IGFs) dan
estrogen. Oleh karena itu alkohol dapat meningkatkan risiko kanker
payudara.
c. Perokok berat
Rokok merupakan salah satu faktor risiko kanker payudara pada
perempuan, rokok mengandung zat-zat kimia yang dapat mempengaruhi
organ – organ tubuh. Menurut penelitian WHO menyatakan setiap jam
tembakau rokok membunuh 560 oranng di seluruh Dunia. Kematian
tersebut tidak terlepas dari 3800 zat kimia yang sebagian besar
merupakan racun dan karsinogen (zat pemicu kanker).
d. Stres
Stres dapat menjadi faktor risiko kanker payudara karena stres pisikologi
yang berat dan terus menerus dapat melemahkan daya tahan tubuh dan
penyakit fisik dapat mudah menyerang.

e. Terpapar zat karsinogen


Zat karsinogen di antaranya yaitu zat kimia, radiasi, dan pembakaran asap
tembakau. Zat karsinogen dapat memicu tumbuhnya sel kanker payudara
(Depkes, 2015).
2. Faktor risiko yang tidak dapat diubah
a. Faktor genetik atau keturunan
Kanker payudara sering dikatakan penyakit turun temurun, ada dua gen
yang dapat mewarisi kanker payudara maupun ovarium yaitu gen
BRCA1 (Brest Care Susceptibility Gene 1) dan BRCA2 (Brest Care
Susceptibility Gene 2) yang terlibat dari perbaikan DNA (Deoxyribo
Nucleic Acid). Kedua gen ini hanya mencapai 5% dari kanker payudara,
jika pasien memiliki riwayat kelurga kanker payudara uji gen BRCA
dapat dilakukan. Jika memiliki salah satu atau kedua gen BRCA1 dan
BRCA2 risiko terkena kanker payudara akan meningkat, BRCA1
berisiko lebih tinggi kemungkinan 60%-85% berisko kanker payudara
sedangkan BRCA2 berisiko 40% - 60% berisiko kanker payudara.
b. Faktor seks atau jenis kelamin
Perempuan memiliki risiko lebih besar mengalami kanker payudara,
tetapi laki-laki juga dapat terserang kanker payudara. Hal ini disebabkan
laki- laki memiliki lebih sedikit hormon estrogen dan progesteron yang
dapat memicu pertumbuhan sel kanker, selain itu payudara laki-laki
sebagian besar adalah lemak, bukan kelenjar seperti perempuan.
c. Faktor usia
Faktor risiko usia dapat menentukan seberapa besar risko kanker
payudara. presentase risiko kanker payudara menurut usia yaitu, dari usia
30-39 tahun berisiko 1 dari 233 perempuan atau 0,43%, usia 40-49 tahun
berisiko 1 dari 69 perempuan atau 1,4%, usia 50-59 tahun berisiko 1 dari
38 perempuan atau 2,6%, usia 60-69 tahun berisiko 1 dari 27 perempuan
atau 3,7%. Jadi, Semakin tua usia seseorang kemungkinan terjadinya
kanker payudara semakin tinggi karena kerusakan genetik (mutasi)
semakin meningkat dan kemampuan untuk beregenerasi sel menurun.

d. Riwayat kehamilan.
Perempuan yang belum pernah hamil (nullipara) memiliki risiko kanker
payudara lebih tinggi. Pertumbuhan sel payudara pada usia remaja
bersifat imatur (belum matang) dan sangat aktif. Sel payudara yang
imatur lebih rentan mengalami mutasi sel yang abnormal, ketika
seseorang hamil akan mengalami kematuran sel pada payudaranya dan
menurunkan risiko kanker payudara.
e. Riwayat menstruasi
Perempuan yang mendapatkan menstruasi pertama kali sebelum umur 12
tahun (menarche dini) berisiko 2-4 kali lebih tinggi terkena kanker
payudara. Risiko yang sama juga dimiliki perempuan yang menopause
pada usia di atas 55 tahun. Setelah wanita menstruasi akan mengalami
perubahan bentuk tubuh tidak terkecualai payudara, payudara akan mulai
tumbuh dan terdapat hormon yang dapat memicu pertumbuhan sel
abnormal.
f. Riwayat menyusui
Perempuan yang menyusui anaknya, terutama selama lebih dari satu
tahun, berisiko lebih kecil menderita kanker payudara. Selama menyusui,
sel payudara menjadi lebih matang (matur). Dengan menyusui mentruasi
akan mengalami penundaan. Hal ini akan mengurangi paparan hormon
estrogen terhadap tubuh sehingga menurunkan risiko kanker payudara.
E.Manifestasi Klinis CA Mammae
Menurut Nurarif (2015) tanda dan gejala kanker payudara pada stadium
awal biasanya massa tunggal, massa teraba keras dan padat, dapat digerakan atau
terfiksasi pada kulit atau jaringan yang berada dibawahnya, tidak memiliki
batasan yang jelas atau tidak teratur. Tanda lanjutan lainnya berupa adanya rabas
pada puting atau terjadi retraksi pada puting, edema atau cekungan pada kulit,
payudara tidak simetris, dan pembesaran nodus limfe aksila. Pasien yang
menderita carsinoma mamme biasanya ada yang merasakan nyeri dan ada yang
tidak merasakan nyeri, dan berat badan menurun menunjukan adanya metastase.

Menurut Tasripiyah (2012) tanda dan gejala carsinoma mammae antara lain
yaitu:
1. Adanya benjolan yang terasa sangat keras di bagian payudara.
2. Bentuk puting berubah (bisa masuk kedalam atau sering terasa sangat sakit
terus menerus), mengeluarkan cairan/ darah.
3. Ada banyak perubahan pada permukaan kulit payudara yaitu diantaranya
terlihat berkerut, seperti iritasi, dan juga seperti kulit jeruk.
4. Adanya benjolan-benjolan kecil.
5. Payudara terasa panas, memerah dan bengkak.
6. Adanya luka di bagian payudara yang sulit untuk disembuhkan.
7. Terasa sakit/ nyeri (bisa juga ini bukan penyebab sakit karena mengalami
kanker, tapi tetap harus di waspada).
8. Terasa akan sangat gatal pada bagian didaerah sekitar putting.
9. Benjolan yang sangat keras itu tidak akan bisa bergerak atau (terfiksasi) dan
biasanya pada awal-awal tidak ada terasa rasa sakit. Apabila sebuah benjolan
itu kanker, maka awalnya hanya terdapat pada 1 payudara.
F.Patofisiologi CA Mammae
Kanker payudara berasal dari jaringan epitelia dan paling sering terjadi
hiperflasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini berlanjut
menjadi karsinoma insitu dan menginvasi stroma. Kanker membutuhkan waktu
7 tahun untuk bertumbuh dari sebuah sel tunggal sampai menjadi massa yang
cukup besar untuk dapat teraba (diameter 1 cm). Pada ukuran tersebut kira kira
seperempat dari kanker payudara telah bermetastasis. Karsinoma payudara 95%
merupakan karsinoma berasal dari epitel saluran dan kelenjar payudara.
Karsinoma muncul sebagai akibat sel-sel yang abnormal terbentuk pada
payudara dengan kecepatan tidak terkontrol dan tidak beraturan. Sel tersebut
merupakan hasil mutasi gen dengan perubahan perubahan bentuk, ukuran
maupun fungsinya. Mutasi gen ini dipicu oleh keberadaan suatu benda asing
yang masuk dalam tubuh kita, diantara pengawet makanan, vetsin, radioaktif,
oksidan atau karsinognik yang dihasilkan oleh tubuh sendiri secara alamiah.
Pertumbuhan dimulai didalam duktus atau kelenjar lobulus yang disebut
karsinoma non invasif. Kemudian tumor menerobos keluar dinding duktus atau
kelenjar di daerah lobulus dan invasi ke dalam stroma, yang dikenal dengan
nama karsinoma invasif. Pada pertumbuhan

selanjutnya tumor meluas menuju fasia otot pektoralis atau daerah kulit yang
menimbulkan perlengketan-perlengketan. Pada kondisi demikian tumor
dikategorikan stadium lanju inoperabel.
Penyebaran tumor terjadi melalui pembuluh getah bening, deposit dan
tumbuh dikelenjar getah bening sehingga kelenjar getah bening aksiler ataupun
supraklavikuler membesar. Kemudian melalui pembukuh darah, tumor
menyebar ke organ jauh antara lain paru, hati, tulang dan otak. Akan tetapi dari
penelitian para pakar, mikrometastase pada organ jauh dapat juga terjadi tanpa
didahului penyebaran limfogen. Sel kanker dan racun racun yang dihasilkannya
dapat menyebar keseluruh tubuh kita seperti tulang, paru-paru dan liver tanpa
disadari oleh penderita. Oleh karena itu penderita kanker payudara ditemukan
benjolan diketiak atau dikelenjar getah bening lainnya. Bahkan muncul pula
kanker pada liver dan paru-paru sebagai kanker metastasisnya. Diduga penyebab
terjadinya kanker payudara tidak terlepas dari menurunnya atau mutasi dari
aktifitas gen T Supresor atau sering disebut dengan p53. Penelitian yang paling
sering tentang gen p53 pada kanker payudara adalah immunohistokimia dimana
p53 ditemukan pada insisi jaringan dengan menggunakan parafin yang tertanam
di jaringan. Terbukti bahwa gen supresor p53 pada penderita kanker payudara
telah mengalami mutasi sehingga tidak bekerja sebagaimana fungsinya. Mutasi
dari p53 menyebabkan terjadinya penurunan mekanisme apoptosis sel. Hal
inilah yang menyebabkan munculnya neoplasma pada tubuh dan pertumbuhan
sel yang menjadi tidak terkendali. (Irianto, 2015).
Sel-sel dari tumor primer akan mengikuti aliran pembuuh darah sampai
ke kapiler-kapiler yang ada pada tulang. Agregasi diantara sel-sel tumor dan juga
sel- sel darah lainnya akan membentuk sebuah emboli didalam kapiler tulang dan
juga bagian distal. Setelah memasuki tulang, maka sel-sel dari kanker akan mulai
berkembang. Sel-sel kanker yang telah banyak menyebar ke tulang akan
menyebabkan kerusakan pada tulang sangat hebat. Sel-sel tumor akan
mensekresikan substansi bahan kimia yang dapat menstimulasi osteoclast seperti
prostaglandin-E atau (PGE), beberapa jumlah jenis sitokin, dan fator-faktor
pertumbuhan seperti (TGF) a dan b, Epidermal growth factor (EGF), (TNF), dan
IL-1. Osteoclast yang sangat berlebihan akan menyebabkan resorpsi tulang yang
berlebihan pula. Hal ini menyebabkan tulang tidak padat, proses ini disebut
osteolitik. Proses ini terjadi pada proses metastase ke tulang oleh kanker
payudara. Sel-sel tumor juga akan dapat mensekresikan substansi-substansi
bahan kimia yang dapat menyebabkan pembentukan tulang tidak terkendali,
proses ini disebut dengan osteoblastik atau osteoklerotik. Contoh proses ini yaitu
metastase ke tulang oleh kanker prostate, kedua jenis kelainan ini dapat
menimbulkan rasa sakit dan lebih lemah dibandingan tulang yang normal
sehingga menjadi lebih mudah patah.
H.Komplikasi CA Mammae
Karsinoma payudara bisa menyebar ke berbagai bagian tubuh.
Karsinoma payudara bermetastase dengan penyebaran langsung ke jaringan
sekitarnya, dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah. Tempat yang paling
sering untuk metastase yang jauh atau sistemik adalah paru paru, pleura, tulang
(terutama tengkorak, vertebra dan panggul), adrenal dan hati. Tempat yang lebih
jarang adalah otak, tiroid, leptomeningen, mata, perikardium dan ovarium
(Irianto, 2015).
I.Pemeriksaan Penunjang CA Mammae
1. Non invasive
a. SADARI atau (Pemeriksaan Payudara dengan Sendiri)
Jika SADARI dilakukan dengan rutin, maka seorang wanita pasti
dapat menemukan sebuah benjolan pada stadium yang masih dini.
Sabaiknya SADARI ini dilakukan setiap bulan. Bagi wanita jika masih
mengalami proses menstruasi, inilah waktu yang paling tepat untuk kita
melakukan pemeriksaan SADARI yaitu 7 sampai 10 hari sesudah hari 1
setelah menstruasi. Dan Bagi wanita yang pasca menopause, maka
pemeriksaan SADARI bisa dilakukan dalam waktu kapan saja dengan
rutin melakukannya setiap bulan, misalnya dalam setiap diawal bulan.
b. Dengan cara Mammografi
Pemeriksaan Mammografi yaitu pemeriksaan dengan
menggunakan metode radiologis dengan menggunakan sinar X yang
akan diradiasikan pada salah satu payudara. Kelebihan dari mammografi
yaitu dalam kemampuan untuk mendeteksi sejumalah tumor yang belum
bisa teraba (radius 0,5 centimeter) sekalipun kanker ini masih dalam
stadium yang dini. Waktu yang sangat tepat tepat untuk melakukan tes
mammografi pada wanita yang usianya masih produktif adalah hari ke 1
sampai 14 dari siklus dalam haid. Jika Pada perempuan yang usia non
produktif sangat dianjurkan untuk memeriksakan kapan saja. Ketepatan
dalam pemeriksaan ini kadang berbeda-beda berkisar antara 83%- 95%.

c. Ultrasound
Ultrasound ini telah banyak digunakan yaitu sejak awal tahun 50-
an. Dan alat tersebut juga sangat berguna dan sangat akurat dalam
melakukan evaluasi dan densitas dalam payudara dan sangat akurat di
dalam membedakan mana yang kista dengan mana massa padat. Tapi
jika untuk massa yang jauh lebih kecil yaitu antara 5 sampai 10 mm tidak
dapat di vasualisasi dan jika massa pada jaringan yang lemak di payudara
itu akan sulit untuk dievaluasi. Keuntungannya adalah yaitu tidak
terdapat radiasi dan juga tidak ada terasa nyeri.
d. Computed Tomografi dan dengan Magnetic Resonance Imaging Scans
Yaitu dengan Penggunaan CT dan MRI untuk melakukan
scanning dan mengevaluasi kelainan yang ada di payudara. Teknik ini
mengambil peran yang dalam untuk mengevaluasi axil, mediastinum
dan di dalam area supralivikula untuk meraba adenopati.
2. Invasive
a. Metode Sitologi Aspirasi
Sitologi aspirasi dilakukan dengan menggunakan sebuah jarum
halus (dengan ukuran 20 atau yang lebih kecil) dengan menggunakan
spuit untuk melakukan aspirasi sel pada suatu area yang sangat dicurigai,
lalu dismear diatas slide dan difiksasi dengan di warnai untuk
mengevalasi sitology. Jika dalam specimen diambil dengan secara tepat,
maka prosedur ini akan sangat akurat. Namun pemeriksaan ini juga tidak
dapat melakukan pemeriksaan gambaran histopatologi di dalam jaringan
sebab dalam pemeriksaan ini tidak akan mampu untuk mengambil
struktur pada jaringan di sekitar.
b. Core Needle Biospy (CNB)
Biopsy jarum dengan cara menggunakan sebuah jarum bor yang
cukup besar dan sangat sering dilakukan. Karena hal ini lebih invasive
dan akurat dibandingkan dengan aspires dengan jarum. Karna CNB ini
lebih akurat dan juga bisa kita gunakan untuk dalam menentukan
reseptor estrogen dan hormon progesterone serta juga bisa dilakukan
untuk melakukan pemeriksaan gambaran dari histopatologi.

c. Biopsy
Ini juga bisa dilakukan dengan cara yang stereotaktik atau bisa juga
dengan cara bantuan ultrasound.
J.Penatalaksanaan CA Mammae
Terapi yang dapat diberikan kepada penderita kanker payudara secara medis
menurut Tasripiyah, 2012 diantaranya:
1. Pembedahan
Pada sebagian besar pasien, terapi bedah bertujuan untuk mengangkat
tumor (meminimalkan resiko rekurensi lokal) dan untuk menentukan
stadium dari tumor. Ada 3 cara pembedahan atau operasi payudara yaitu:
a. Mastektomi Radikal atau disebut (lumpektomi), yaitu operasi
mengangkat sebagian dari keseluruhan kulit payudara. Operasi ini harus
selalu diikuti dengan pemberian-pemberian terapi. Biasanya lumpektomi
direkomendasikan pada orang yang tumornya besar tidak lebih dari 2cm
dan letaknya selalu di pinggir payudara.
b. Mastektomi Total atau disebut (masetomi), yaitu sebuah operasi yang
dilakukan pengangkatan seluruh isi dari payudara, tatapi bukan untuk
mengangkat kelenjar yang ada di ketiak.
c. Dengan cara metode Modified Mastekromi Radikal, yaitu sebuah
operasi yang dilakukan untuk mengangkat seluruh dari isi payudara, dan
juga jaringan di payudara dan di atas tulang dada, seluruh selangka,
tulang iga, dan juga beserta benjolan yang di sekitar ketiak.
2. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan tarapi sistematik yang selalu digunakan apabila
adanya penyebaran sistemik dan sebagian terapi ajuvan. Kemoterapi ajuvan
ini diberikan kepada pasien pemeriksaan histopatolik pasca bedah
mastektomi ditemukan suatu metastasis di suatu atau di beberapa kelenjar.
3. Radioterapi
Radioterapi yang berfungsi untuk penderita kanker payudara dan
biasanya juga digunakan sebagai alat terapi yang kuratif dengan cara
mempertahankan mammae dan bisa juga sebagai alat terapi tambahan atau
terapi paliatif.

4. Terapi Hormonal
Pertumbuhan pada kanker payudara yang sangat bergantung kepada
suatu suplai hormone estrogen, dan juga oleh karena itu terapi ini adalah
tindakan berfungsi untuk mengurangi dalam pembentukan hormone yang
dapat menghambat laju dari perkembangan semua sel kanker itu, akan tetapi
terapi hormonal itu biasanya disebut juga dengan sebuah terapi anti estrogen
karna terapi ini system kerjanya sangat menghambat atau juga dapat
menghentikan kemampuan dari hormone estrogen yang sudah ada dalam
menstimulus perkembangan kanker payudara.
K.Definisi Kanker Metastase Tulang
Metastasis tulang adalah suatu kondisi dimana kanker dari daerah asal
dan menetap pada tulang maupun di tubuh sehingga terbetuk tumor baru.
Kondisi ini berbeda dari jenis kanker lain yang bermula pada tulang t(william &
wilkins, 2011). Metastasis tulang adalah kanker yang selalu sering muncul
akibat dari penyebaran dari kanker yang lain dari yang sebelumnya sudah terjadi,
misalnya yaitu kanker pada usus, bisa juga kanker pada paru-paru atau juga
kanker pada payudara yang setelah itu akan menyebar ke bagian di tulang.
Metastasis tulang adalah yaitu kanker yang sudah banyak sekali
menyebarnya dari bagian tubuh dimana sel kanker itu berawalnya atau (tumor
yang utama) menyebar ke bagian lain dari dalam tubuh seseorang. Sel-sel kanker
ini akan memisahkan diri dari sebuah tumor dan bisa juga menjalar kedalam
bagian lain dari tubuh melalui aliran dalam darah atau disebut juga dengan
sistem limfa atau disebut sistem dalam kekebalan. Kejadian Tumor tulang yang
paling banyak dan umum terjadi adalah metastasis pada tulang, dalam tahap
kedua yaitu setelah dari kanker utama yang pernah terjadi di dalam suatu tempat
lain yang ada di dalam tubuh (Wong, 2003).
L.Klasifikasi Kanker Metastase Tulang
1. Tipe Osteolitik
Dimana sudah terjadi penghancuran tulang yang tidak bisa dikendalikan, dan
dari osteoblast juga tidak akan mampu mengimbanginya dengan
pembentukan pada jaringan yang baru, sehingga dapat menyebabkan tulang
itu tidak akan padat dan akan melemah.

2. Tipe dari Osteoblastik (sklerotik)


Yang menyebabkan pembentukan dari sel-sel ke tulang tidak dapat
terkendali dan juga tidak bisa diimbangi dengan suatu proses penghancuran
oleh tulang osteoclast.
3. Tipe Osteolitik-Osteoblastik
M.Manifestasi Klinis Kanker Metastase Tulang
1. Nyeri Tulang
Nyeri pada tulang adalah gejala yang yang paling sering di dapati pada
proses metastasis kedalam tulang dan biasanya gejala awal yang disadari
oleh seorang pasien adalah nyeri yang timbul akibat dari peregangan
periosteum dan juga stimulsasi saraf pada semua endosteum oleh tumor,
maka nyeri dapat hilang timbul dan lebih terasa pada malam hari atau dalam
waktu istirahat.
2. Fraktur
Adanya metastasis kedalam tulang yang akan menyebabkan struktur pada
tulang menjadi lebih rapuh dan akan beresiko untuk mengalami fraktur dan
kadang fraktur timbul sebelum ada gejala-gejala lainnya.Daerah yang sangat
sering mengalami fraktur adalah tulang-tulang yang panjang disekitar
ekstremitas atas dan di bawah serta divertebra.
3. Penekanan pada Medula Spinalis
Ketika terjadi proses metastasis ke arah vertebra, maka medula spinalis
menjadi terdesak. Pendesakan kemedula spinalis tidak hanya dapat
menimbulkan rasa nyeri tetapi juga dapat menimbulkan parese atau disebut
mati rasa pada salah satu ekstremitas, atau gangguan miksi, atau mati rasa di
sekitar area abdomen.
4. Peninggian kadar kalsium dalam darah
Hal ini dapat disebabkan oleh karna tingginya pelepasan cadangan suatu
kalsium dari tulang. Peninggian kalsium dapat menyebabkan kurang nafsu
makan, rasa mual, haus, dan konstipasi, bahkan kelelahan, dan mengalami
gangguan kesadaran.
5. Gejala Lainnya
Apabila metastasis sampai ke bagian sum-sum tulang, dengan gejala
yang timbul itu sesuai dengan tipe sel darah sudah terkena atau anemia dapat
terjadi apabila mengenai suatu sel darah merah. Apabila sel darah putih yang
terkena, maka pasien dapat dengan mudah terjangkit infeksi.Sedangkan
gangguan pada platelet, dapat menyebabkan perdarahan. Akibat dari
metastasis tulang akan menimbulkan gangguan pada persyarafan eketremitas
sehingga terjadi gangguan mobilitas dan bisa berdampak terjadi decubitus.
N.Pencegahan Kanker Secara Alami
1. Olahraga teratur dapat menurunkan estrogen yang diproduksi tubuh sehingga
mengurangi resiko kanker payudara
2. Kurangi Lemak, yaitu lemak jenuh dalam daging, mentega makanan yang
mengandung susu full cream dan asam lemak dalam margarin yang dapat
meningkatkan kadar estrogen dalam darah.
3. Jangan terlalu matang memasak daging: daging yang dimasak /dipanggang
lama menghasilkan lama menghasilkan senyawa karsinogenik (amino
heterosiklik).
4. Konsumsi suplemen antioksidan, konsumsi makanan berserat , sayur dan
buah selain makanan berserat juga antioksidan yang akan mengikat estrogen
dalam saluran pencernaan sehingga kadarnya dalam darah berkurang.
5. Konsumsi makanan yang mengandung kedelai/protein, makanan berasal
darikedelai banyak mengandung estrogen tumbuhan (fito-estrogen) makanan
berkedelai menghalangi estrogen tubuh mencapai sel reseptor, juga
mempercepat pengeluaran estrogen dari tubuh.
6. Hindari alkohol, minuman beralkohol meningkatkan kadar estrogen dalam
darah
7. Berat Kontrol Badan, kenaikan setiap pon setelah usia 18 tahun
meningkatkan resiko kanker payudara. Ini disebabkan karena sejalan dengan
bertambahnya lemak tubuh, maka kadar estrogen sebagai hormon pemicu
kanker payudara dalam darah pun akan meningkat.
8. Hindari Xeno-estrogen, adalah dengan mengurangi konsumsi daging,
unggas, dan produk susu (whole milk dairy product).
9. Berjemur dibawah sinar matahari, Saat tubuh mengenaikulit, tubuh akan
membuat vitamin D, yang akan membantu jaringan payudara menyerap
calcium sehingga mengurangi resiko kanker payudara.

10. Hindari merokok


Berikan ASI rutin pada anak, menyusui berhubungan dengan berkurangnya
resiko kanker payudara sebelum menopause,
11. Pertimbangkan sebelum melakukan HRT (Hormon Replacement Therapy),
karena akan menambah resiko kanker payudara. (Irianto, 2015).
KASUS
Ny. T berusia 47 tahun, agama islam, status menikah, pendidikan SD, pekerjaan
ibu rumah tangga Diagnosis medis carcinoma mammae stadium IV metastase tulang.
Pada saat melakukan pengkajian, riwayat penyakit sekarang pasien diperoleh data klien
mengatakan nyeri punggung dirasakan lebih kurang sejak 2 bulan sebelum masuk
rumah sakit. Nyeri dirasakan jika terlalu banyak bergerak seperti ditusuk tusuk, skala 7,
dan nyeri hilang timbul dengan durasi nyeri ± 10 menit. Klien mengatakan awalnya
penyakit ada benjolan pada ketiak kiri sebesar kelereng ± 5 tahun yang lalu, klien
mengabaikannya. Pada bulan Mei 2019 benjolan di ketiak kiri terasa sakit, lalu klien
berobat ke alternatif yaitu bekam, dan ada ramuan yang ditempel ke ketiak dan minum
jamu. Setelah 4 kali berobat di alternatif yaitu selama ±1 bulan benjolan berpindah ke
payudara kiri. Kemudian klien berobat ke RSUD Soreang dan telah dilakukan biopsi
pada bulan juni 2019 dan didapatkan kesimpulannya lesi neoplastik DD/ ADH (Atypical
Ductal Hyperplasia) dan DCIS (Ductal Carsinoma Insitu). Pada bulan Februari 2020,
klien berobat lagi ke RSHS dan dilakukan operasi pengangkatan payudara kiri
(mastektomi sinistra). Setelah operasi dilakukan kemoterapi sebanyak 6 kali.
Pada awal bulan April 2020 klien mengeluh sakit pada punggung dan kaki terasa
berat sehingga tidak bisa diangkat, setelah pemeriksaan bone scan, kanker payudara
klien dinyatakan telah menyebar ke tulang dan klien direncanakan untuk radiasi
sebanyak 10 kali. Riwayat penyakit dahulu, klien mengatakan tidak memiliki riwayat
diabetes melitus, hipertensi, asma, dan penyakit menular lainnya serta tidak ada anggota
keluarga yang menderita penyakit kanker. Pada kakek dan nenek tidak diketahui hasil
anamnesanya karena sudah lama meninggal. Faktor risiko penyakit, klien mengatakan
sebelum sakit sering mengkonsumsi mie instan, hampir setiap hari. Klien mengatakan
sering terpapar dengan sinar matahari dan polusi udara. Klien mengatakan
menggunakan KB suntik satu kali 3 bulan. Klien menarche pada umur 12 tahun. Klien
tidak ada riwayat merokok, tetapi klien sebagai perokok pasif karena sering terpapar
dengan asap rokok di lingkungannya, baik dari suami maupun tetangga. Klien tidak
mempunyai riwayat minum alkohol. Pada hasil pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan
darah 110/70 mmHg, nadi 106x/menit, irama teratur dan kuat, suhu 36,70C, pernapasan
20x/menit, teratur. Klien mengalami batuk dan tidak ada sesak.
Normochest dada simetris kiri dan kanan, pergerakan dinding dada sama, tidak
ada yang tertinggal, tidak ada retraksi dinding dada, iktus cordis tidak terlihat, palpasi
iktus cordis tidak teraba, tidak ada trill, taktil fremitus kiri sama dengan kanan yatitu
pekak, perkusi resonan di semua lapang paru, auskultasi vesikuler. Suara jantung
normal, bunyi jantung I dan II tunggal, mur-mur dan gallop tidak ada. Clubbing finger
tidak ada, Capillary Refil Time (CRT) < 2 detik, akral hangat, konjungtiva anemis,
sklera tidak ikterik, tidak pucat, tidak sianosis, bibir tidak kering dan tidak ada
hematoma. Status antropometri klien adalah berat badan 45 kg, tinggi badan 148 cm,
IMT 20,5 Kg/m2 (normal), mengalami penurunan berat badan dalam 3 bulan terakhir
yaitu sekitar 3 kg. Klien mengatakan nafsu makan berkurang, tidak ada gangguan
menelan. Inspeksi abdomen normal, tidak ada asites, auskultasi bising usus ada disemua
kuadran abdomen 10x/menit, saat palpasi tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas, perkusi
abdomen timpani. Terdapat luka pada payudara kiri. Pada eliminasi klien mengatakan
sehari buang air kecil 6-7 kali, warna kuning jernih dan buang air besar sekali sehari
dengan konsistensi lunak, berwarna kuning kecoklatan. Balance cairan tanggal 12/4/17
adalah -300 cc. Status neurologi tingkat kesadaran compos mentis GCS E4M6V5,
orientasi baik yaitu tepat pada orang, tempat dan waktu, memori jangka pendek dan
panjang baik. Tidak mengalami gangguan penglihatan, pendengaran, penciuman, dan
pengecapan. Ektremitas atas tidak ada kelainan dengan kekuatan otot 5, tetapi pada
ektremitas bawah ada kelainan dengan kekuatan otot 2. Hasil pemeriksaan laboratorium
tanggal 13 April 2020 didapatkan hematologi rutin : hemoglobin 11,0 g/dL (N= 12-16),
leukosit 6,72.103 /uL (N= 5-10), trombosit 328.103 /uL (N=150-440), hematokrit
33,8% (N=37-43), eritrosit 3,75.106 /uL (N=4,0-5,0); Fungsi hati : Protein total 7,4
g/dL (N=6,6-8,7), albumin 3,6 g/dL (N=3,2- 5,2), globulin 3,8 g/dL (N=1,5-3,0),
SGOT 22 U/L (N=0-32), SGPT 16 U/L (0-31).
Karbohidrat : Glukosa sewaktu 88 mg/dL (N= 60), asam urat 8,2 mg/dL (N=2,4-5,7);
Elektrolit gas darah : Natrium 140 mmol/L (N=137-150), Kalium 4,6 mmol/L (N=3,5-
5,3), klorida 103 mmol/L (N=99-111), kalsium 10,5 mg/dL (8,1-10,4); Imunoserologi :
Hepatitis HbsAg non reaktif (N= non reaktif), anti HCV total non reaktif 0,034 (N= non
reaktif). Pemeriksaan penunjang klien lainnya hasil patologi anatomi tanggal 20 Juni
2019 dengan biopsi mammae kiri : Lesi neoplastik. DD/ ADH (Atypical Ductal
Hyperplasia) dan DCIS (Ductal Carsinoma Insitu); Foto thorak tanggal 9 Maret 2020 :
lesi metastasis pada kedua paru; USG abdomen tanggal 9 Maret 2020 : Fatty liver, tak
tampak kelainan pada organ intraabdominal lainnya; Bone scan tanggal 9 Maret 2017 :
suspek metastasis pada vertebrae Th 3,4,5; EKG tanggal 9 Maret 2017 : sinus rhytm;
Terapi medis yang di dapatkan klien adalah IVFD NaCl 0,9%, terapi intravena :
methylprenidsolon 4 x125 mg (jam 06, 12, 18, 24), ketorolac 30 mg + NS 100 ml (jam
18), morphin 10 mg + NS 50 ml/24 jam menggunakan syringe pump, morphin 1,5 mg/2
jam IV bolus; terapi oral : tamoxifen 1x2 tablet (jam 10), cavid D 1x1 tablet (jam 10),
lansoprazole 2x1 tablet (jam 06, 18), gabapentin 3x300 mg (jam 06, 12, 18). Laxadin
syrup 2x10 mg (jam 06, 18), allopurinol 1x300 mg (jam 10). Klien mendapatkan diet
lunak TKTP. Klien direncanakan untuk radiasi sebanyak 10 kali.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA MAMMAE
METASTASE TULANG DI RUANG KANKER RSUD AL-IHSAN BALEENDAH

A.PENGKAJIAN
1.Identitas Pasien

Nama Pasien : Ny. T


Usia/Tanggal Lahir : 47 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jalan Raya baleendah No. 102
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Status : Menikah
Nomor RM : 00001435
Diagnosa Medis : Carcinoma Mammae Stadium IV Metastase
Tulang
Tanggal Pengkajian : 20 Januari 2021
Tanggal Masuk RS : 19 Januari 2021

2.Identitas Penanggung Jawab Pasien

Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SLTA
Hubungan dengan Pasien : Suami
Alamat : Jalan Raya Baleenbdah No.
102

3.Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri punggung
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan nyeri punggung dirasakan lebih kurang sejak 2 bulan
sebelum masuk rumah sakit. Nyeri dirasakan jika terlalu banyak bergerak
seperti ditusuk tusuk, skala 7, dan nyeri hilang timbul dengan durasi nyeri
± 10 menit. Kaki terasa berat sehingga tidak bisa diangkat, setelah
pemeriksaan bone scan, kanker payudara klien dinyatakan telah menyebar
ke tulang dan klien direncanakan untuk radiasi sebanyak 10 kali. Pada hasil
pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah 110/70 mmHg, nadi
106x/menit, irama teratur dan kuat, suhu 36,70C, pernapasan 20x/menit.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan awalnya penyakit ada benjolan pada ketiak kiri
sebesar kelereng ± 5 tahun yang lalu, klien mengabaikannya. Pada bulan
Mei 2019 benjolan di ketiak kiri terasa sakit, lalu klien berobat ke
alternatif yaitu bekam, dan ada ramuan yang ditempel ke ketiak dan
minum jamu. Setelah 4 kali berobat di alternatif yaitu selama ±1 bulan
benjolan berpindah ke payudara kiri. Kemudian klien berobat ke RSUD
Soreang. Pada bulan juni 2019 pasien dilakukan biopsi dan didapatkan
kesimpulannya lesi neoplastik DD/ ADH (Atypical Ductal Hyperplasia)
dan DCIS (Ductal Carsinoma Insitu). Pada bulan Februari 2020, klien
berobat lagi ke RSHS dan dilakukan operasi pengangkatan payudara kiri
(mastektomi sinistra). Setelah operasi dilakukan kemoterapi sebanyak 6
kali.
Klien tidak ada riwayat merokok, tetapi klien sebagai perokok pasif
karena sering terpapar dengan asap rokok di lingkungannya, baik dari
suami maupun tetangga. Klien tidak mempunyai riwayat minum alkohol.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat diabetes melitus, hipertensi,
asma, dan penyakit menular lainnya serta tidak ada anggota keluarga yang
menderita penyakit kanker. Pada kakek dan nenek tidak diketahui hasil
anamnesanya karena sudah lama meninggal.
4.Riwayat Psikososial Spiritual
a. Data Psikologis
Tidak Terkaji. Namun harus dikaji status emosi pasien.
b. Data Sosial
Tidak Terkaji. Namun harus dikaji hubungan pasien dengan orang lain.
c. Data Spiritual
a. Praktik ibadah saat di rumah
Tidak Terkaji. Namun harus dikaji bagaimana kebiasaan praktik
ibadah saat dirumah.
b. Praktik ibadah saat di rumah sakit
Tidak Terkaji. Namun harus dikaji bagaimana kebiasaan praktik
ibadah saat dirumah sakit.
5.Riwayat Activity Daily Living (ADL)

N Kebiasaan di rumah di rumah sakit


o
1 Nutrisi
Makan
• Jenis Tidak Pasien mendapat diet
• Frekuensi Terkaji lunak TKTP
• Porsi
• Keluhan
Minum
• Jenis
• Frekuensi Tidak Tidak
• Jumlah (cc) Terkaji Terkaji
• Keluhan
2 Eliminasi
BAB
• Frekuensi Tidak 1 kali/hari
• Warna Terkaji Kuning kecoklatan
• Konsistensi Lunak
• Keluhan Tidak ada

BAK
• Frekuensi 6-7 kali
• Warna Tidak Kuning jernih
• Jumlah (cc) Terkaji -
• Keluhan Tidak ada

3 Istirahat dan tidur


• Waktu tidur
oMalam, pukul Tidak Tidak
oSiang, pukul Terkaji Terkaji
• Lamanya
• Keluhan
4 Kebiasaan diri
• Mandi
• Perawatan kuku
• Perawatan gigi Tidak Tidak
• Perawatan rambut Terkaji Terkaji
• Ketergantungan
Keluhan/gangg
u an

6.Pemeriksaan Fisik
a. Status Kesehatan Umum
Penampilan umum : Tampak kesakitan
Kesadaran : Compos Mentis - GCS 15 (E4M6V5)
Tanda-tanda vital : TD = 110/70 mmHg HR = 106
kali/menit
RR = 20 kali/menit
S = 36,7 OC
Status Antopometri : BB = 45 kg
TB = 148 cm
IMT = 20,5 kg/m2(Normal)

b. Sistem Pernapasan
Respirasi 20 kali/menit. Klien mengalami batuk dan tidak ada sesak.
Normochest dada simetris kiri dan kanan, pergerakan dinding dada sama,
tidak ada yang tertinggal, tidak ada retraksi dinding dada, iktus cordis tidak
terlihat, palpasi iktus cordis tidak teraba, tidak ada trill, taktil fremitus kiri
sama dengan kanan yaitu pekak, perkusi resonan di semua lapang paru,
auskultasi vesikuler.
c. Sistem Kardiovaskular
Suara jantung normal, bunyi jantung I dan II tunggal, mur-mur dan
gallop tidak ada. Clubbing finger tidak ada, Capillary Refil Time (CRT) <
2 detik, akral hangat, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, tidak pucat,
tidak sianosis, bibir tidak kering dan tidak ada hematoma.
d. Sistem Pencernaan
Klien mengatakan nafsu makan berkurang, tidak ada gangguan menelan.
Inspeksi abdomen normal, tidak ada asites, auskultasi bising usus ada
disemua kuadran abdomen 10x/menit, saat palpasi tidak ada nyeri tekan
dan nyeri lepas, perkusi abdomen timpani.
e. Sistem Endokrin
Tidak terkaji. Namun perlu dikaji adanya pembesaran kelenjar thyroid dan
getah bening
f. Sistem Perkemihan
Klien mengatakan sehari buang air kecil 6-7 kali, warna kuning.

g. Sistem Persarafan
• N1 (Olfaktorius): Tidak mengalami gangguan penciuman
• N2 (Optikus): Tidak mengalami gangguan penglihatan
• N3, N4, N6 (Okulomotoris, Trokhealis, Abdusen): Gerak bola mata ke
segala arah, respon pupil miosis (mengecil)
• N5 (Trigeminus): mata klien berkedip saat diberi pilinan kapas yang
diusapkan pada kelopak mata, klien dapat membedakan sensasi kasar,
halus, tajam, dan tumpul pada area wajah. Reflek mengedip (+).
• N7 (Fasialis): Tidak mengalami kelumpuhan di wajah
• N8 (Auditorius): Tidak mengalami gangguan pendengaran
• N9 dan N10 (Glosofaringeus): Tidak ada gangguan menelan
• N11 (Asesorius): Tidak terkaji. Namun harus dikaji kemampuan klien
menoleh ke kanan dan ke kiri dan kekuatan otot sternokleidomastoideus
dan trapezius
• N12 (Vagus): klien dapat menggerakan lidahnya ke segala arah dengan
bebas.
Pemeriksaan Tanda Meningeal
- Test kaku kuduk (Tidak Terkaji)
- Test Brudzinski 1 (Tidak Terkaji)
h. Sistem Muskuloskeletal
Ektremitas atas: Tidak terdapat kelainan, kekuatan otot 5.
Ektremitas bawah: Terdapat kelainan kekuatan otot 2.
i. Sistem Integumen
Terdapat luka pada payudara kiri pasien.
j. Sistem Reproduksi
Tidak terkaji. Namun perlu dikaji gangguan pada area genital.
7.Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Bone Scan (9 Maret 2017) Kesan: Suspek metastasis pada
vertebrae.
b. Pemeriksaan EKG (9 Maret 2017) Kesan: Sinus Rhythm.

c. Pemeriksaan Biopsi Mammae Kiri (20 Juni 2019)


Kesan: Lesi neoplastik. DD/ ADH (Atypical Ductal Hyperplasia) dan DCIS
(Ductal Carsinoma Insitu).
d. Pemeriksaan Foto Thoraks (9 Maret 2020)
Kesan: Lesi metastasis pada kedua paru
e. Pemeriksaan USG Abdomen (9 Maret 2020)
Kesan: Fatty liver, tak tampak kelainan pada organ intraabdominal lainnya.
f. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

Tanggal 13 April 2020

Hematologi -
Hemoglobi 12 ~ 16 g/Dl
11,0
n
- Hematokrit 33,8 37 ~ 43 %
- Eritrosit 3,75 4,0 ~ 5,0 /uL
- Lekosit 6,72 5 ~ 10 /uL
- Trombosit 328.103 150 ~ 440 /uL
Fungsi Hati
- Protein total 7,4 6,6 ~ 8,7 g/dL
- Albumin 3,6 3,2 ~ 5,2 g/dL
- Globulin 3,8 1,5 ~ 5,0 g/dL
- SGOT 22 0 ~ 32 U/L
- SGPT 16 0 ~ 31 U/L
Karbohidrat
- Glukosa Sewaktu 88 60 mg/dL
- Asam Urat 8,2 2,4 ~ 5,7 mg/dL
Elektrolit Gas Darah
- Natrium (Na) 140 137 ~ 150 mmol/L
- Kalium (K) 4,6 3,5 ~ 5,3 mmol/L
- Klorida (Cl) 103 99 ~ 111 mmol/L
- Kalsium (Ca) 10,5 8,1 ~ 10,4 mg/dL
Immunoserologi

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

-Hepatitis HbsAg Non Reaktif Non Reaktif


-Anti HCV Total Non Reaktif Non Reaktif

g. Program Terapi

Nama Obat Dosis Rute Indikasi


IVFD NaCl 0,9% Cairan saline NaCl 0,9% merupakan cairan
kristaloid yang mengandung natrium dan
clorida. Cairan infus ini digunakan untuk
menggantikan cairan tubuh yang hilang,
mengoreksi ketidak seimbangan elektrolit,
dan menjaga tubuh agar tetap terhidrasi
dengan baik.

Methylprednisolon 4 x 125 mg IV Sebagai anti inflamasi atau imuno supresan,


tatalaksana status asmatikus, reaksi penolakan
terhadap transplantasi organ dan kondisi
alergi.

Ketorolac + NS 30 mg + IV Untuk meredakan nyeri dan peradangan


10 ml

Morphin + NS 10 mg + IV Untuk mengatasi kondisi nyeri moderat hingga


50 ml/24 (Syringe berat pada onset akut maupun
jam pump) Kronis

Morphin 1,5 mg/ IV Bolus Untuk mengatasi kondisi nyeri moderat hingga
2 jam berat pada onset akut maupun
Kronis

Tamoxifen 1 x 2 tablet PO Untuk menangani kanker dan menurunkan


resiko kanker payudara

Cavid D 1 x 1 tablet PO Suplemen kalsium yang dibutuhkan saat


kehamilan dan menyusui serta dapat
membantu mengurangi resiko osteoporosis
pada usia menopause.

Lansoprazole 2 x 1 tablet PO Untuk mengatasi gangguan pada lambung


seperti tukak lambung, GERD, dan sindrom
Zollinger-Ellison.

Gabapentine 3 x 300 mg PO Untuk mencegah dan mengontrol


Kejang serta mengobati nyeri neuropatik

Laxadin Syrup 2 x 10 mg PO Untuk mengatasi susah buang air besar


(konstipasi)

Allopurinol 1 x 300 mg PO Untuk menurunkan kadar asam urat dalam


darah akibat penyakit asam urat.
B.ANALISA DATA

No. Data Subjektif Etiologi Masalah


1. DS: CA Mammae Nyeri Kronis
- Klien mengatakan nyeri
Mendesak jaringan sekitar
punggung
- Klien mengatakan nyeri Menekan jaringan mammae
dirasakan jika terlalu banyak
bergerak seperti ditusuk
Mammae bengkak
tusuk
- Klien mengatakan nyeri Metastase pada tulang
hilang timbul dengan durasi
nyeri ± 10 menit.
Mendesak sel saraf
- Klien terdiagnosa CA
Mammae DO:
Mengalami interrupt pada
- Klien tampak menahan sel
sakit
- Skala nyeri 7 Nyeri Kronis
- Biopsi mammae kiri: Lesi
Neoplastik. DD/ADH dan
DCIS
2. DS: CA Mammae Gangguan
mobilitas fisik
- Klien mengeluh kaki terasa
berat sehingga tidak bisa Mendesak jaringan sekitar

diangkat
- Klien mengeluh nyeri pada Menekan jaringan mammae

punggung dan dirasakan


ketika banyak bergerak Mammae bengkak

dengan durasi ±
10 menit DO: Metastase pada tulang

- Kekuatan otot ekstremitas


bawah 2 Nyeri

Bone Scan: Suspek


metastasis pada vertebrae Aktivitas terganggu

Gangguan mobilitas fisik

C.DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS


1. Nyeri kronis b.d Metastase Kanker
2. Gangguan mobilitas fisik b.d CA Mammae metastase tulang
D.RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. T Ruangan : Kanker


No. Medrek : 00001435 Diagnosa Medis : CA Mammae
metastase tulang

Diagnosa Keperawatan
No. Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri kronis b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri 1. Untuk mengetahui lokasi, karakteristik,
Metastase Kanker keperawatan selama 3 x 24 jam nyeri Observasi durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas
kronis dapat teratasi, dengan kriteria 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, nyeri pada pasien
hasil: frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri
2. Untuk mengetahui skala nyeri pada
a. Pasien tampak lebih nyaman 2. Identifikasi skala nyeri pasien
b. Skala nyeri berkurang 3. Identifikasi respon nyeri non-verbal 3. Untuk mengetahui respon nyeri non-
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan verbal pada pasien
memperingan nyeri 4. Untuk mengetahui faktor yang
5. Monitor keberhasilan terapi komplementer memperberat dan memperingan
terapi berdzikir pada pasien nyeri pada pasien
Terapeutik 5. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan
pasien dan keyakinan
1. Berikan terapi komplementer terap 5. Untuk mengetahui perkembangan
berdzikir untuk mengurangi nyeri pada dan hasil dari terapi komplementer
pasien terapi berdzikir yang diberikan
2. Kontrol lingkungan yang memperberat 6. Untuk mengurangi nyeri pada
pasien
rasa nyeri
7. Agar pasien merasa nyaman
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri 8. Agar pasien dapat beristirahat

dalam pemilihan strategi meredakan 9. Agar terapi yang diberikan sesuai


nyeri Edukasi dengan kondisi pasien

1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu 10. Agar pasien dan keluarga

nyeri mengetahui penyebab, periode dan


pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
11. Agar pasien dan keluarga
3. Ajarkan teknik nonfarmakologi terapi
mengetahui bagaimana strategi
berdzikir untuk meredakan nyeri
meredakan nyeri
Kolaborasi
1.Kolaborasi dengan dokter 12. Agar pasien mampu melakukan
pemberian analgetik (morphin 10 terapi nonfarmakologi terapi dzikir
mg + NS 50 ml/24 jam dengan untuk meredakan nyeri yang
syringe pump, morphin 1,5
mg/2jam IV bolus). dirasakan
13. Untuk mengurangi rasa nyeri pada
pasien
2. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan tindakan Observasi Observasi
fisik b.d CA Mammae keperawatan selama 3 x 24 jam
1. Monitor tingkat kesadaran (GCS) 1. Untuk mengetahui tingkat kesadaran
metastase tulang
gangguan mobilitas fisik dapat 2. Monitor tanda-tanda vital pasien
teratasi, dengan kriteria hasil: 3. Identifikasi keluhan fisik 2. Untuk mengetahui TTV pada pasien
a. Kekuatan otot ekstremitas bawah 3. Untuk mengetahui keluhan fisik pada
4. Identifikasi toleransi fisik melakukan
meningkat
ambulasi pasien

5. Identifikasi kesiapan dan kemampuan 4. Untuk mengetahui toleransi melakukan


menerima informasi ambulasi pada pasien untuk mencegah
Terapeutik terjadi cedera

1.Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan mambantu 5. Untuk mengetahui kesiapan pasien dan
pergerakan keluarga dalam menerima
informasi
2. Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik 6. Sebagai bahan edukasi untuk pasien
3. Libatkan keluarga dalam membantu pasien dan keluarga
dalam meningkatkan ambulasi 7. Sebagai kesepakatan untuk melakukan
4. Dokumentasikan hasil pemantauan pemberian penkes
Edukasi 8. Untuk mencegah adanya kebingungan
1. Jelaskan manfaat dari latihan yang akan di pada pasien dan keluarga
ajarkan 9. Agar pemantauan pada pasien
2. Jelaskan jenis latihan yang sesuai dengan dilakukan secara optimal
kondisi kesehatan 10. Untuk membantu pasien melakukan
3. Ajarkan teknik ROM mobilisasi
11. Agarkeluarga mampu membantu
pasien saat ambulasi
12. Sebagai catatan dokumentasi hasil
pemantauan
13. Agar pasien dan keluarga mengetahui
manfaat dari latihan yang
akan Diberikan
14. Agar pasien dan keluarga mengetahui
jenis latihan yang akan diberikan
15. Agar pasien mampu meningkatkan
kemampuan pergerakannya
D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama Pasien : Ny. T Ruangan : Kanker


No. Medrek : 00001223 Diagnosa Medis : CA Mammae
metastase tulang

Hari/Tanggal DX Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf


Rabu , 20 I 08.00 Melakukan Observasi Ttv,femeriksaan fisik ,didapatkan Diagnosa Keperawatan I
Januari 2021 hasil TD 110/70 mmhg, Nadi 90 x/menit, suhu 36,7 C, S : Pasien mengeluh nyeri di bagian punggung
Respirasi 20 x/menit, kekuatan otot ekstremitas bawah O : Setelah dilakukan terapi berdzikir skala
2 nyeri berkurang menjadi 5, pasien tampak relax
A : Nyeri Kronis teratasi sebagian P
: Lanjutkan intervensi:
09.00 Melakukan identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri
mengidentifikasi skala nyeri, mengidentifikasi respon 2. Identifikasi skala nyeri

10.15 nyeri non-verbal. 3. Identifikasi respon nyeri non-verbal


mengidentifikasi faktor yang memperberat dan 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri, mengidentifikasi pengetahuan dan memperingan nyeri

keyakinan pasien terhadap nyeri


Hari/Tanggal DX Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf
5. Berikan terapi komplementer terapi dzikir
untuk mengurangi nyeri pada pasien
6. Kontrol lingkungan yang memperberat
I rasa nyeri
7. Fasilitasi istirahat dan tidur
8. Pemberian obat morphin 10 mg + NS 50
ml/24 jam dengan syringe pump, morphin
1,5 mg/2jam IV bolus
Hari/Tanggal DX Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf

II - Memonitor tingkat kesadaran (GCS), memonitor


Diagnosa Keperawatan II
tanda- tanda vital.
S : Pasien mengatakan kaki terasa berat
12.00 - Mengidentifikasi keluhan fisik, dan
sehingga tidak bisa diangkat
mengidentifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
O : Tingkat kesadaran CM GCS 15, TD 110/70
Respon: Tingkat kesadaran CM GCS 15, TD 120/70
II mmhg, Nadi 90 x/menit, suhu 36,7 C,
mmhg, Nadi 88 x/menit, suhu 36,7 C, Respirasi 20
Respirasi 20 x/menit, kekuatan otot ekstremitas
x/menit, kaki terasa berat sehingga tidak bisa diangkat,
bawah 2, ambulasi pasien harus dibantu.
kekuatan otot ekstre
A : Gangguan mobilitas belum teratasi P
mitas bawah 2.
: Lanjutkan intervensi:
14.00
1. Monitor tingkat kesadaran (GCS)
Memberikan obat PO tamoxifen 1x2 tablet, cavid D 1x1
2. Monitor tanda-tanda vital
tablet, dan allopurinol 1x300 mg.
16.00 3. Identifikasi keluhan fisik
Respon: Obat masuk dan tidak ada keluhan
4. Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik
Memberikan obat IV methylprednisolone 4x125 mg dan
5.Libatkan keluarga dalam membantu pasien
PO gabapentin 3x300 mg
dalam meningkatkan ambulasi

17.00 6. Jelaskan manfaat dari latihan yang akan


di ajarkan
7. Jelaskan jenis latihan yang sesuai dengan
kondisi kesehatan

8. Ajarkan teknik ROM


Hari/Tanggal DX Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf

kamis, 21 I 08.00 - Melakukan identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, Diagnosa Keperawatan I


Januari 2021 frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri, S : Pasien mengeluh nyeri di bagian punggung
- mengidentifikasi skala nyeri, mengidentifikasi O : Setelah dilakukan terapi berdzikir skala
respon nyeri non-verbal,. nyeri berkurang menjadi 3, pasien tampak relax
- mengidentifikasi faktor yang memperberat dan A : Nyeri Kronis teratasi sebagian
memperingan nyeri, mengidentifikasi pengetahuan P : Lanjutkan intervensi:
dan keyakinan pasien terhadap nyeri 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Respon: Nyeri dirasakan pada punggung dengan skala frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri
3. Nyeri dirasakan ketika banyak bergerak, hilang 2. Identifikasi skala nyeri
timbul dengan durasi ± 3 menit. 3. Identifikasi respon nyeri non-verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
5. Berikan terapi komplementer terapi
dzikir untuk mengurangi nyeri pada
pasien
Hari/Tanggal DX Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf
II 09.00 - Memonitor tingkat kesadaran (GCS) dan
Diagnosa Keperawatan II
memonitor tanda- tanda vital
S : Pasien mengatakan kaki terasa berat
- mengidentifikasi keluhan fisik, dan
10.00 sehingga tidak bisa diangkat
mengidentifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
O : Tingkat kesadaran CM GCS 15, TD 120/70
Respon: Tingkat kesadaran CM GCS 15, TD 120/70
mmhg, Nadi 88 x/menit, suhu 36,7 C,
mmhg, Nadi 88 x/menit, suhu 36,7 C, Respirasi 20
Respirasi 20 x/menit, kekuatan otot ekstremitas
x/menit, kaki terasa berat sehingga tidak bisa
bawah 2, ambulasi pasien harus dibantu, pasien
diangkat, kekuatan otot ekstremitas bawah 2.
mampu melakukan ROM
A : Gangguan mobilitas teratasi sebagian
12.00 Memberikan obat PO tamoxifen 1x2 tablet, cavid D
P : Lanjutkan intervensi:
1x1 tablet, dan allopurinol 1x300 mg.
1. Monitor tingkat kesadaran (GCS)

II 13.00 2. Monitor tanda-tanda vital


Memberikan obat IV methylprednisolone 4x125 mg
dan 3. Identifikasi keluhan fisik
PO gabapentin 3x300 mg 4. Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik
14.00
Respon: Obat masuk dan tidak ada keluhan 5. Libatkan keluarga dalam membantu
Memonitor asupan makanan pasien pasien dalam meningkatkan ambulasi
Respon: Makanan tidak habis, tidak ada keluhan 6. Ajarkan teknik ROM
Membantu memfasilitasi ambulasi pasien dan
melibatkan keluarga
Respon: Tidak ada keluhan, ambulasi harus dibantu
Melakukan terapi murotal Al-Qur’an untuk
meredakan nyeri
Respon: Skala nyeri berkurang menjadi 3, pasien
tampak relax
Melakukan latihan ROM kepada pasien
Respon: Pasien mampu melakukan latihan ROM
Melakukan pemberian obat methylprednisolone
4x125 mg (IV), ketorolac 30 mg + NS 100 ml (IV),
lansoprazole 2x1 tablet (PO) , gabapentin 3x300
mg (PO) dan laxadin syrup 2x10 mg.
RESUME ANALISIS TINDAKAN KEPERAWATAN STASE KEPERAWATAN
MEDIKAL BEDAH

Nama Mahasiswa : Ari fitriyani


NIM : 302017013
Kelompok :3

Resume Analisis Tindakan Keperawatan

Nama Prosedur : Terapi berdzikir untuk Mengurangi Nyeri pada


Pasien Kanker
Tujuan Tindakan : Untuk mengetahui efek terapi berdzikir yang dapat
menurunkan intensitas atau mengurangi nyeri pada
pasien dengan pasien penyakit paliatif kanker.

Indikasi Pasien yang : Pasien-pasien yang mengalami nyeri dengan intensitas


Membutuhkan Tindakan sedang hingga berat

Rasionalisasi Prosedur

NO KEGIATAN RASIONAL
(Integrasi Jurnal)
1. Persiapan: Terapi dzikir merupakan
a.Alat salah satu terapi
- Earphone komplementer non invasif
yang dapat digunakan
- Handphone/mp3 dalam menurunkan
- Handrub/handsanitizer intensitas nyeri. Beberapa
penelitian membuktikan
- Lembar observasi bahwa terapi berdzikir
a. Pasien memiliki pengaruh yang
b. Lingkungan besar pada kehidupan

Pastikan lingkungan pasien tenang dan


kondusif
2. Langkah kerja: manusia. Para ahli
mengemukakan bahwa
1. Tahap Pra-Interaksi
a. Membaca status pasien
b. Mencuci tangan
c. Menyiapkan alat
2. Tahap Orientasi
a. Memberikan salam terapeutik
b. Validasi kondisi pasien berdzikir bisa berpengaruh
c. Menjaga privacy pasien pada kecerdasan manusia,
d. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang kesehatan fisik, mental dan
akan dilakukan kepada pasien dan emosional ,bisa meredakan
keluarga rasa nyeri ,selain itu terapi
3. Tahap Kerja dzikir ini menjadi pasien
a. Persiapkan alat handphone/mp3 dan melakukan relaksasi karena
earphone pasien merasa nyaman dan
b. Jaga privacy pasien lebih dekat dengan Allah
c. Cuci tangan SWT (Budiyanto, 2015).
Skala nyeri responden
d. Anjurkan pasien untuk berbaring atau setelah diberi terapi dzikir
mencari posisi yang nyaman mayoritas menurun menjadi
e. minta pasien untuk relaksasi kategori ringan. Hal ini
f. Mulai membaca bacaan dzikir selama 15 disebabkan oleh efek terapi
menit. dzikir yang mampu
g. Setelah selesai, rapihkan alat membuat tubuh menjadi

4. Tahap Terminasi rileks. Disamping itu, terapi


a. Kaji respon pasien dzikir juga dapat
b. Beri feedback kepada pasien meningkatkan spiritualitas
c. Lakukan kontrak selanjutnya pasien sehingga pasien
d. Bereskan alat tidak lagi menjadikan
e. Cuci tangan nyerinya sebagai beban.
f. ucapkan salam Terapi dzikir pada pasien
5. Dokumentasi kanker dapat berpengaruh
Implus listrik sehingga
a. Catat waktu pelaksanaan tindakan merangsang sistem limbic
yang merangsang sistem
b. Catat respon pasien
saraf pusat dan kelenjar
c. Paraf dan nama perawat hipofise yang menyababkan
terjadinya peningkatan
hormone endoprine dan
penurunan hormone
adrenaline sehingga
meningkatkan konsentrasi
dan mempermudah
mengatur nafas,oksigen
didalam darah meningkat
sehingga menimbulkan rasa
nyaman dan bahagia yang
berpengaruh menurunkan
rasa nyeri.
Referensi
Himawan Rizka,rosianna anny& ningrumsetiayuli(2019) .pengaruh terapi dzikir terhadap tingkat
nyeri pada pasiein post operasi benigna prostat hyperplasia.RSUD Ra,Kartika Jepara.

Prasetyo mohamad aji.(2019).perbedaan tingkat nyeri sebelum dan sesudah ddan sebelum
diberikan
terapi dzikir pada pasien post open reduction internal.RSUD Salatiga

Septiawan Erwin,Ariani &Hendra (2018).pengaruh relaksasi dzikir dalam menurunan nyeri kepala
pada pasien hipertensi.Upk puskesmas pal tiga kecamatan Pontianak kota.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta:
EGC
Irianto K. (2015). Kesehatan Reproduksi, Teori & Praktikum. Bandung: Alfabeta CV
Kementrian Kesehatan Republik indonesia. (2015). Buletin Jendela Data dan Informasi
Kesehatan Situasi Penyakit Kanker. Tersedia [online]:
https://www.google.com/search?q=buletin+jendela+data+dan+informasi+kesehatan+situasi+pe
nyakit+kanker&ie=utf-8&oe=utf-8&client=firefox-bab
Medicastore. (2011). Kampus Kedokteran. Jakarta: Djambadan
Nurarif, Amin H., Kusuma, Hardi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda NIC-NOC. Jakarta: Medication.
Olfah, Y., Mendri, N.K., Badi’ah, A. (2013). Kanker Payudara dan SADARI.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Putra., S., R. (2015). Kanker Payudara Lengkap. Yogyakarta: Laksana.
Tasripiyah, 2012. Konsep Teoritis CA Mammae. Jakarta: Aditama
William & Kins. (2012). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba
Wong, Donna L. (2003). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai