T 47
TAHUN PASIEN DENGAN CA. MAMAE METASTASE TULANG DI RUANG
KANKER RSUD AL-IHSAN BALEENDAH BANDUNG
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Case Based Learning (CBL) Keperawatan
Medikal Bedah
Dosen Pembimbing:
Ns. Nina Gartika, M. Kep
Disusun oleh
Ari Fitriyani
302017013
d. Riwayat kehamilan.
Perempuan yang belum pernah hamil (nullipara) memiliki risiko kanker
payudara lebih tinggi. Pertumbuhan sel payudara pada usia remaja
bersifat imatur (belum matang) dan sangat aktif. Sel payudara yang
imatur lebih rentan mengalami mutasi sel yang abnormal, ketika
seseorang hamil akan mengalami kematuran sel pada payudaranya dan
menurunkan risiko kanker payudara.
e. Riwayat menstruasi
Perempuan yang mendapatkan menstruasi pertama kali sebelum umur 12
tahun (menarche dini) berisiko 2-4 kali lebih tinggi terkena kanker
payudara. Risiko yang sama juga dimiliki perempuan yang menopause
pada usia di atas 55 tahun. Setelah wanita menstruasi akan mengalami
perubahan bentuk tubuh tidak terkecualai payudara, payudara akan mulai
tumbuh dan terdapat hormon yang dapat memicu pertumbuhan sel
abnormal.
f. Riwayat menyusui
Perempuan yang menyusui anaknya, terutama selama lebih dari satu
tahun, berisiko lebih kecil menderita kanker payudara. Selama menyusui,
sel payudara menjadi lebih matang (matur). Dengan menyusui mentruasi
akan mengalami penundaan. Hal ini akan mengurangi paparan hormon
estrogen terhadap tubuh sehingga menurunkan risiko kanker payudara.
E.Manifestasi Klinis CA Mammae
Menurut Nurarif (2015) tanda dan gejala kanker payudara pada stadium
awal biasanya massa tunggal, massa teraba keras dan padat, dapat digerakan atau
terfiksasi pada kulit atau jaringan yang berada dibawahnya, tidak memiliki
batasan yang jelas atau tidak teratur. Tanda lanjutan lainnya berupa adanya rabas
pada puting atau terjadi retraksi pada puting, edema atau cekungan pada kulit,
payudara tidak simetris, dan pembesaran nodus limfe aksila. Pasien yang
menderita carsinoma mamme biasanya ada yang merasakan nyeri dan ada yang
tidak merasakan nyeri, dan berat badan menurun menunjukan adanya metastase.
Menurut Tasripiyah (2012) tanda dan gejala carsinoma mammae antara lain
yaitu:
1. Adanya benjolan yang terasa sangat keras di bagian payudara.
2. Bentuk puting berubah (bisa masuk kedalam atau sering terasa sangat sakit
terus menerus), mengeluarkan cairan/ darah.
3. Ada banyak perubahan pada permukaan kulit payudara yaitu diantaranya
terlihat berkerut, seperti iritasi, dan juga seperti kulit jeruk.
4. Adanya benjolan-benjolan kecil.
5. Payudara terasa panas, memerah dan bengkak.
6. Adanya luka di bagian payudara yang sulit untuk disembuhkan.
7. Terasa sakit/ nyeri (bisa juga ini bukan penyebab sakit karena mengalami
kanker, tapi tetap harus di waspada).
8. Terasa akan sangat gatal pada bagian didaerah sekitar putting.
9. Benjolan yang sangat keras itu tidak akan bisa bergerak atau (terfiksasi) dan
biasanya pada awal-awal tidak ada terasa rasa sakit. Apabila sebuah benjolan
itu kanker, maka awalnya hanya terdapat pada 1 payudara.
F.Patofisiologi CA Mammae
Kanker payudara berasal dari jaringan epitelia dan paling sering terjadi
hiperflasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini berlanjut
menjadi karsinoma insitu dan menginvasi stroma. Kanker membutuhkan waktu
7 tahun untuk bertumbuh dari sebuah sel tunggal sampai menjadi massa yang
cukup besar untuk dapat teraba (diameter 1 cm). Pada ukuran tersebut kira kira
seperempat dari kanker payudara telah bermetastasis. Karsinoma payudara 95%
merupakan karsinoma berasal dari epitel saluran dan kelenjar payudara.
Karsinoma muncul sebagai akibat sel-sel yang abnormal terbentuk pada
payudara dengan kecepatan tidak terkontrol dan tidak beraturan. Sel tersebut
merupakan hasil mutasi gen dengan perubahan perubahan bentuk, ukuran
maupun fungsinya. Mutasi gen ini dipicu oleh keberadaan suatu benda asing
yang masuk dalam tubuh kita, diantara pengawet makanan, vetsin, radioaktif,
oksidan atau karsinognik yang dihasilkan oleh tubuh sendiri secara alamiah.
Pertumbuhan dimulai didalam duktus atau kelenjar lobulus yang disebut
karsinoma non invasif. Kemudian tumor menerobos keluar dinding duktus atau
kelenjar di daerah lobulus dan invasi ke dalam stroma, yang dikenal dengan
nama karsinoma invasif. Pada pertumbuhan
selanjutnya tumor meluas menuju fasia otot pektoralis atau daerah kulit yang
menimbulkan perlengketan-perlengketan. Pada kondisi demikian tumor
dikategorikan stadium lanju inoperabel.
Penyebaran tumor terjadi melalui pembuluh getah bening, deposit dan
tumbuh dikelenjar getah bening sehingga kelenjar getah bening aksiler ataupun
supraklavikuler membesar. Kemudian melalui pembukuh darah, tumor
menyebar ke organ jauh antara lain paru, hati, tulang dan otak. Akan tetapi dari
penelitian para pakar, mikrometastase pada organ jauh dapat juga terjadi tanpa
didahului penyebaran limfogen. Sel kanker dan racun racun yang dihasilkannya
dapat menyebar keseluruh tubuh kita seperti tulang, paru-paru dan liver tanpa
disadari oleh penderita. Oleh karena itu penderita kanker payudara ditemukan
benjolan diketiak atau dikelenjar getah bening lainnya. Bahkan muncul pula
kanker pada liver dan paru-paru sebagai kanker metastasisnya. Diduga penyebab
terjadinya kanker payudara tidak terlepas dari menurunnya atau mutasi dari
aktifitas gen T Supresor atau sering disebut dengan p53. Penelitian yang paling
sering tentang gen p53 pada kanker payudara adalah immunohistokimia dimana
p53 ditemukan pada insisi jaringan dengan menggunakan parafin yang tertanam
di jaringan. Terbukti bahwa gen supresor p53 pada penderita kanker payudara
telah mengalami mutasi sehingga tidak bekerja sebagaimana fungsinya. Mutasi
dari p53 menyebabkan terjadinya penurunan mekanisme apoptosis sel. Hal
inilah yang menyebabkan munculnya neoplasma pada tubuh dan pertumbuhan
sel yang menjadi tidak terkendali. (Irianto, 2015).
Sel-sel dari tumor primer akan mengikuti aliran pembuuh darah sampai
ke kapiler-kapiler yang ada pada tulang. Agregasi diantara sel-sel tumor dan juga
sel- sel darah lainnya akan membentuk sebuah emboli didalam kapiler tulang dan
juga bagian distal. Setelah memasuki tulang, maka sel-sel dari kanker akan mulai
berkembang. Sel-sel kanker yang telah banyak menyebar ke tulang akan
menyebabkan kerusakan pada tulang sangat hebat. Sel-sel tumor akan
mensekresikan substansi bahan kimia yang dapat menstimulasi osteoclast seperti
prostaglandin-E atau (PGE), beberapa jumlah jenis sitokin, dan fator-faktor
pertumbuhan seperti (TGF) a dan b, Epidermal growth factor (EGF), (TNF), dan
IL-1. Osteoclast yang sangat berlebihan akan menyebabkan resorpsi tulang yang
berlebihan pula. Hal ini menyebabkan tulang tidak padat, proses ini disebut
osteolitik. Proses ini terjadi pada proses metastase ke tulang oleh kanker
payudara. Sel-sel tumor juga akan dapat mensekresikan substansi-substansi
bahan kimia yang dapat menyebabkan pembentukan tulang tidak terkendali,
proses ini disebut dengan osteoblastik atau osteoklerotik. Contoh proses ini yaitu
metastase ke tulang oleh kanker prostate, kedua jenis kelainan ini dapat
menimbulkan rasa sakit dan lebih lemah dibandingan tulang yang normal
sehingga menjadi lebih mudah patah.
H.Komplikasi CA Mammae
Karsinoma payudara bisa menyebar ke berbagai bagian tubuh.
Karsinoma payudara bermetastase dengan penyebaran langsung ke jaringan
sekitarnya, dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah. Tempat yang paling
sering untuk metastase yang jauh atau sistemik adalah paru paru, pleura, tulang
(terutama tengkorak, vertebra dan panggul), adrenal dan hati. Tempat yang lebih
jarang adalah otak, tiroid, leptomeningen, mata, perikardium dan ovarium
(Irianto, 2015).
I.Pemeriksaan Penunjang CA Mammae
1. Non invasive
a. SADARI atau (Pemeriksaan Payudara dengan Sendiri)
Jika SADARI dilakukan dengan rutin, maka seorang wanita pasti
dapat menemukan sebuah benjolan pada stadium yang masih dini.
Sabaiknya SADARI ini dilakukan setiap bulan. Bagi wanita jika masih
mengalami proses menstruasi, inilah waktu yang paling tepat untuk kita
melakukan pemeriksaan SADARI yaitu 7 sampai 10 hari sesudah hari 1
setelah menstruasi. Dan Bagi wanita yang pasca menopause, maka
pemeriksaan SADARI bisa dilakukan dalam waktu kapan saja dengan
rutin melakukannya setiap bulan, misalnya dalam setiap diawal bulan.
b. Dengan cara Mammografi
Pemeriksaan Mammografi yaitu pemeriksaan dengan
menggunakan metode radiologis dengan menggunakan sinar X yang
akan diradiasikan pada salah satu payudara. Kelebihan dari mammografi
yaitu dalam kemampuan untuk mendeteksi sejumalah tumor yang belum
bisa teraba (radius 0,5 centimeter) sekalipun kanker ini masih dalam
stadium yang dini. Waktu yang sangat tepat tepat untuk melakukan tes
mammografi pada wanita yang usianya masih produktif adalah hari ke 1
sampai 14 dari siklus dalam haid. Jika Pada perempuan yang usia non
produktif sangat dianjurkan untuk memeriksakan kapan saja. Ketepatan
dalam pemeriksaan ini kadang berbeda-beda berkisar antara 83%- 95%.
c. Ultrasound
Ultrasound ini telah banyak digunakan yaitu sejak awal tahun 50-
an. Dan alat tersebut juga sangat berguna dan sangat akurat dalam
melakukan evaluasi dan densitas dalam payudara dan sangat akurat di
dalam membedakan mana yang kista dengan mana massa padat. Tapi
jika untuk massa yang jauh lebih kecil yaitu antara 5 sampai 10 mm tidak
dapat di vasualisasi dan jika massa pada jaringan yang lemak di payudara
itu akan sulit untuk dievaluasi. Keuntungannya adalah yaitu tidak
terdapat radiasi dan juga tidak ada terasa nyeri.
d. Computed Tomografi dan dengan Magnetic Resonance Imaging Scans
Yaitu dengan Penggunaan CT dan MRI untuk melakukan
scanning dan mengevaluasi kelainan yang ada di payudara. Teknik ini
mengambil peran yang dalam untuk mengevaluasi axil, mediastinum
dan di dalam area supralivikula untuk meraba adenopati.
2. Invasive
a. Metode Sitologi Aspirasi
Sitologi aspirasi dilakukan dengan menggunakan sebuah jarum
halus (dengan ukuran 20 atau yang lebih kecil) dengan menggunakan
spuit untuk melakukan aspirasi sel pada suatu area yang sangat dicurigai,
lalu dismear diatas slide dan difiksasi dengan di warnai untuk
mengevalasi sitology. Jika dalam specimen diambil dengan secara tepat,
maka prosedur ini akan sangat akurat. Namun pemeriksaan ini juga tidak
dapat melakukan pemeriksaan gambaran histopatologi di dalam jaringan
sebab dalam pemeriksaan ini tidak akan mampu untuk mengambil
struktur pada jaringan di sekitar.
b. Core Needle Biospy (CNB)
Biopsy jarum dengan cara menggunakan sebuah jarum bor yang
cukup besar dan sangat sering dilakukan. Karena hal ini lebih invasive
dan akurat dibandingkan dengan aspires dengan jarum. Karna CNB ini
lebih akurat dan juga bisa kita gunakan untuk dalam menentukan
reseptor estrogen dan hormon progesterone serta juga bisa dilakukan
untuk melakukan pemeriksaan gambaran dari histopatologi.
c. Biopsy
Ini juga bisa dilakukan dengan cara yang stereotaktik atau bisa juga
dengan cara bantuan ultrasound.
J.Penatalaksanaan CA Mammae
Terapi yang dapat diberikan kepada penderita kanker payudara secara medis
menurut Tasripiyah, 2012 diantaranya:
1. Pembedahan
Pada sebagian besar pasien, terapi bedah bertujuan untuk mengangkat
tumor (meminimalkan resiko rekurensi lokal) dan untuk menentukan
stadium dari tumor. Ada 3 cara pembedahan atau operasi payudara yaitu:
a. Mastektomi Radikal atau disebut (lumpektomi), yaitu operasi
mengangkat sebagian dari keseluruhan kulit payudara. Operasi ini harus
selalu diikuti dengan pemberian-pemberian terapi. Biasanya lumpektomi
direkomendasikan pada orang yang tumornya besar tidak lebih dari 2cm
dan letaknya selalu di pinggir payudara.
b. Mastektomi Total atau disebut (masetomi), yaitu sebuah operasi yang
dilakukan pengangkatan seluruh isi dari payudara, tatapi bukan untuk
mengangkat kelenjar yang ada di ketiak.
c. Dengan cara metode Modified Mastekromi Radikal, yaitu sebuah
operasi yang dilakukan untuk mengangkat seluruh dari isi payudara, dan
juga jaringan di payudara dan di atas tulang dada, seluruh selangka,
tulang iga, dan juga beserta benjolan yang di sekitar ketiak.
2. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan tarapi sistematik yang selalu digunakan apabila
adanya penyebaran sistemik dan sebagian terapi ajuvan. Kemoterapi ajuvan
ini diberikan kepada pasien pemeriksaan histopatolik pasca bedah
mastektomi ditemukan suatu metastasis di suatu atau di beberapa kelenjar.
3. Radioterapi
Radioterapi yang berfungsi untuk penderita kanker payudara dan
biasanya juga digunakan sebagai alat terapi yang kuratif dengan cara
mempertahankan mammae dan bisa juga sebagai alat terapi tambahan atau
terapi paliatif.
4. Terapi Hormonal
Pertumbuhan pada kanker payudara yang sangat bergantung kepada
suatu suplai hormone estrogen, dan juga oleh karena itu terapi ini adalah
tindakan berfungsi untuk mengurangi dalam pembentukan hormone yang
dapat menghambat laju dari perkembangan semua sel kanker itu, akan tetapi
terapi hormonal itu biasanya disebut juga dengan sebuah terapi anti estrogen
karna terapi ini system kerjanya sangat menghambat atau juga dapat
menghentikan kemampuan dari hormone estrogen yang sudah ada dalam
menstimulus perkembangan kanker payudara.
K.Definisi Kanker Metastase Tulang
Metastasis tulang adalah suatu kondisi dimana kanker dari daerah asal
dan menetap pada tulang maupun di tubuh sehingga terbetuk tumor baru.
Kondisi ini berbeda dari jenis kanker lain yang bermula pada tulang t(william &
wilkins, 2011). Metastasis tulang adalah kanker yang selalu sering muncul
akibat dari penyebaran dari kanker yang lain dari yang sebelumnya sudah terjadi,
misalnya yaitu kanker pada usus, bisa juga kanker pada paru-paru atau juga
kanker pada payudara yang setelah itu akan menyebar ke bagian di tulang.
Metastasis tulang adalah yaitu kanker yang sudah banyak sekali
menyebarnya dari bagian tubuh dimana sel kanker itu berawalnya atau (tumor
yang utama) menyebar ke bagian lain dari dalam tubuh seseorang. Sel-sel kanker
ini akan memisahkan diri dari sebuah tumor dan bisa juga menjalar kedalam
bagian lain dari tubuh melalui aliran dalam darah atau disebut juga dengan
sistem limfa atau disebut sistem dalam kekebalan. Kejadian Tumor tulang yang
paling banyak dan umum terjadi adalah metastasis pada tulang, dalam tahap
kedua yaitu setelah dari kanker utama yang pernah terjadi di dalam suatu tempat
lain yang ada di dalam tubuh (Wong, 2003).
L.Klasifikasi Kanker Metastase Tulang
1. Tipe Osteolitik
Dimana sudah terjadi penghancuran tulang yang tidak bisa dikendalikan, dan
dari osteoblast juga tidak akan mampu mengimbanginya dengan
pembentukan pada jaringan yang baru, sehingga dapat menyebabkan tulang
itu tidak akan padat dan akan melemah.
A.PENGKAJIAN
1.Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SLTA
Hubungan dengan Pasien : Suami
Alamat : Jalan Raya Baleenbdah No.
102
3.Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri punggung
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan nyeri punggung dirasakan lebih kurang sejak 2 bulan
sebelum masuk rumah sakit. Nyeri dirasakan jika terlalu banyak bergerak
seperti ditusuk tusuk, skala 7, dan nyeri hilang timbul dengan durasi nyeri
± 10 menit. Kaki terasa berat sehingga tidak bisa diangkat, setelah
pemeriksaan bone scan, kanker payudara klien dinyatakan telah menyebar
ke tulang dan klien direncanakan untuk radiasi sebanyak 10 kali. Pada hasil
pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah 110/70 mmHg, nadi
106x/menit, irama teratur dan kuat, suhu 36,70C, pernapasan 20x/menit.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan awalnya penyakit ada benjolan pada ketiak kiri
sebesar kelereng ± 5 tahun yang lalu, klien mengabaikannya. Pada bulan
Mei 2019 benjolan di ketiak kiri terasa sakit, lalu klien berobat ke
alternatif yaitu bekam, dan ada ramuan yang ditempel ke ketiak dan
minum jamu. Setelah 4 kali berobat di alternatif yaitu selama ±1 bulan
benjolan berpindah ke payudara kiri. Kemudian klien berobat ke RSUD
Soreang. Pada bulan juni 2019 pasien dilakukan biopsi dan didapatkan
kesimpulannya lesi neoplastik DD/ ADH (Atypical Ductal Hyperplasia)
dan DCIS (Ductal Carsinoma Insitu). Pada bulan Februari 2020, klien
berobat lagi ke RSHS dan dilakukan operasi pengangkatan payudara kiri
(mastektomi sinistra). Setelah operasi dilakukan kemoterapi sebanyak 6
kali.
Klien tidak ada riwayat merokok, tetapi klien sebagai perokok pasif
karena sering terpapar dengan asap rokok di lingkungannya, baik dari
suami maupun tetangga. Klien tidak mempunyai riwayat minum alkohol.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat diabetes melitus, hipertensi,
asma, dan penyakit menular lainnya serta tidak ada anggota keluarga yang
menderita penyakit kanker. Pada kakek dan nenek tidak diketahui hasil
anamnesanya karena sudah lama meninggal.
4.Riwayat Psikososial Spiritual
a. Data Psikologis
Tidak Terkaji. Namun harus dikaji status emosi pasien.
b. Data Sosial
Tidak Terkaji. Namun harus dikaji hubungan pasien dengan orang lain.
c. Data Spiritual
a. Praktik ibadah saat di rumah
Tidak Terkaji. Namun harus dikaji bagaimana kebiasaan praktik
ibadah saat dirumah.
b. Praktik ibadah saat di rumah sakit
Tidak Terkaji. Namun harus dikaji bagaimana kebiasaan praktik
ibadah saat dirumah sakit.
5.Riwayat Activity Daily Living (ADL)
BAK
• Frekuensi 6-7 kali
• Warna Tidak Kuning jernih
• Jumlah (cc) Terkaji -
• Keluhan Tidak ada
6.Pemeriksaan Fisik
a. Status Kesehatan Umum
Penampilan umum : Tampak kesakitan
Kesadaran : Compos Mentis - GCS 15 (E4M6V5)
Tanda-tanda vital : TD = 110/70 mmHg HR = 106
kali/menit
RR = 20 kali/menit
S = 36,7 OC
Status Antopometri : BB = 45 kg
TB = 148 cm
IMT = 20,5 kg/m2(Normal)
b. Sistem Pernapasan
Respirasi 20 kali/menit. Klien mengalami batuk dan tidak ada sesak.
Normochest dada simetris kiri dan kanan, pergerakan dinding dada sama,
tidak ada yang tertinggal, tidak ada retraksi dinding dada, iktus cordis tidak
terlihat, palpasi iktus cordis tidak teraba, tidak ada trill, taktil fremitus kiri
sama dengan kanan yaitu pekak, perkusi resonan di semua lapang paru,
auskultasi vesikuler.
c. Sistem Kardiovaskular
Suara jantung normal, bunyi jantung I dan II tunggal, mur-mur dan
gallop tidak ada. Clubbing finger tidak ada, Capillary Refil Time (CRT) <
2 detik, akral hangat, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, tidak pucat,
tidak sianosis, bibir tidak kering dan tidak ada hematoma.
d. Sistem Pencernaan
Klien mengatakan nafsu makan berkurang, tidak ada gangguan menelan.
Inspeksi abdomen normal, tidak ada asites, auskultasi bising usus ada
disemua kuadran abdomen 10x/menit, saat palpasi tidak ada nyeri tekan
dan nyeri lepas, perkusi abdomen timpani.
e. Sistem Endokrin
Tidak terkaji. Namun perlu dikaji adanya pembesaran kelenjar thyroid dan
getah bening
f. Sistem Perkemihan
Klien mengatakan sehari buang air kecil 6-7 kali, warna kuning.
g. Sistem Persarafan
• N1 (Olfaktorius): Tidak mengalami gangguan penciuman
• N2 (Optikus): Tidak mengalami gangguan penglihatan
• N3, N4, N6 (Okulomotoris, Trokhealis, Abdusen): Gerak bola mata ke
segala arah, respon pupil miosis (mengecil)
• N5 (Trigeminus): mata klien berkedip saat diberi pilinan kapas yang
diusapkan pada kelopak mata, klien dapat membedakan sensasi kasar,
halus, tajam, dan tumpul pada area wajah. Reflek mengedip (+).
• N7 (Fasialis): Tidak mengalami kelumpuhan di wajah
• N8 (Auditorius): Tidak mengalami gangguan pendengaran
• N9 dan N10 (Glosofaringeus): Tidak ada gangguan menelan
• N11 (Asesorius): Tidak terkaji. Namun harus dikaji kemampuan klien
menoleh ke kanan dan ke kiri dan kekuatan otot sternokleidomastoideus
dan trapezius
• N12 (Vagus): klien dapat menggerakan lidahnya ke segala arah dengan
bebas.
Pemeriksaan Tanda Meningeal
- Test kaku kuduk (Tidak Terkaji)
- Test Brudzinski 1 (Tidak Terkaji)
h. Sistem Muskuloskeletal
Ektremitas atas: Tidak terdapat kelainan, kekuatan otot 5.
Ektremitas bawah: Terdapat kelainan kekuatan otot 2.
i. Sistem Integumen
Terdapat luka pada payudara kiri pasien.
j. Sistem Reproduksi
Tidak terkaji. Namun perlu dikaji gangguan pada area genital.
7.Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Bone Scan (9 Maret 2017) Kesan: Suspek metastasis pada
vertebrae.
b. Pemeriksaan EKG (9 Maret 2017) Kesan: Sinus Rhythm.
Hematologi -
Hemoglobi 12 ~ 16 g/Dl
11,0
n
- Hematokrit 33,8 37 ~ 43 %
- Eritrosit 3,75 4,0 ~ 5,0 /uL
- Lekosit 6,72 5 ~ 10 /uL
- Trombosit 328.103 150 ~ 440 /uL
Fungsi Hati
- Protein total 7,4 6,6 ~ 8,7 g/dL
- Albumin 3,6 3,2 ~ 5,2 g/dL
- Globulin 3,8 1,5 ~ 5,0 g/dL
- SGOT 22 0 ~ 32 U/L
- SGPT 16 0 ~ 31 U/L
Karbohidrat
- Glukosa Sewaktu 88 60 mg/dL
- Asam Urat 8,2 2,4 ~ 5,7 mg/dL
Elektrolit Gas Darah
- Natrium (Na) 140 137 ~ 150 mmol/L
- Kalium (K) 4,6 3,5 ~ 5,3 mmol/L
- Klorida (Cl) 103 99 ~ 111 mmol/L
- Kalsium (Ca) 10,5 8,1 ~ 10,4 mg/dL
Immunoserologi
g. Program Terapi
Morphin 1,5 mg/ IV Bolus Untuk mengatasi kondisi nyeri moderat hingga
2 jam berat pada onset akut maupun
Kronis
diangkat
- Klien mengeluh nyeri pada Menekan jaringan mammae
dengan durasi ±
10 menit DO: Metastase pada tulang
Diagnosa Keperawatan
No. Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri kronis b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri 1. Untuk mengetahui lokasi, karakteristik,
Metastase Kanker keperawatan selama 3 x 24 jam nyeri Observasi durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas
kronis dapat teratasi, dengan kriteria 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, nyeri pada pasien
hasil: frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri
2. Untuk mengetahui skala nyeri pada
a. Pasien tampak lebih nyaman 2. Identifikasi skala nyeri pasien
b. Skala nyeri berkurang 3. Identifikasi respon nyeri non-verbal 3. Untuk mengetahui respon nyeri non-
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan verbal pada pasien
memperingan nyeri 4. Untuk mengetahui faktor yang
5. Monitor keberhasilan terapi komplementer memperberat dan memperingan
terapi berdzikir pada pasien nyeri pada pasien
Terapeutik 5. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan
pasien dan keyakinan
1. Berikan terapi komplementer terap 5. Untuk mengetahui perkembangan
berdzikir untuk mengurangi nyeri pada dan hasil dari terapi komplementer
pasien terapi berdzikir yang diberikan
2. Kontrol lingkungan yang memperberat 6. Untuk mengurangi nyeri pada
pasien
rasa nyeri
7. Agar pasien merasa nyaman
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri 8. Agar pasien dapat beristirahat
1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu 10. Agar pasien dan keluarga
1.Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan mambantu 5. Untuk mengetahui kesiapan pasien dan
pergerakan keluarga dalam menerima
informasi
2. Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik 6. Sebagai bahan edukasi untuk pasien
3. Libatkan keluarga dalam membantu pasien dan keluarga
dalam meningkatkan ambulasi 7. Sebagai kesepakatan untuk melakukan
4. Dokumentasikan hasil pemantauan pemberian penkes
Edukasi 8. Untuk mencegah adanya kebingungan
1. Jelaskan manfaat dari latihan yang akan di pada pasien dan keluarga
ajarkan 9. Agar pemantauan pada pasien
2. Jelaskan jenis latihan yang sesuai dengan dilakukan secara optimal
kondisi kesehatan 10. Untuk membantu pasien melakukan
3. Ajarkan teknik ROM mobilisasi
11. Agarkeluarga mampu membantu
pasien saat ambulasi
12. Sebagai catatan dokumentasi hasil
pemantauan
13. Agar pasien dan keluarga mengetahui
manfaat dari latihan yang
akan Diberikan
14. Agar pasien dan keluarga mengetahui
jenis latihan yang akan diberikan
15. Agar pasien mampu meningkatkan
kemampuan pergerakannya
D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Rasionalisasi Prosedur
NO KEGIATAN RASIONAL
(Integrasi Jurnal)
1. Persiapan: Terapi dzikir merupakan
a.Alat salah satu terapi
- Earphone komplementer non invasif
yang dapat digunakan
- Handphone/mp3 dalam menurunkan
- Handrub/handsanitizer intensitas nyeri. Beberapa
penelitian membuktikan
- Lembar observasi bahwa terapi berdzikir
a. Pasien memiliki pengaruh yang
b. Lingkungan besar pada kehidupan
Prasetyo mohamad aji.(2019).perbedaan tingkat nyeri sebelum dan sesudah ddan sebelum
diberikan
terapi dzikir pada pasien post open reduction internal.RSUD Salatiga
Septiawan Erwin,Ariani &Hendra (2018).pengaruh relaksasi dzikir dalam menurunan nyeri kepala
pada pasien hipertensi.Upk puskesmas pal tiga kecamatan Pontianak kota.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta:
EGC
Irianto K. (2015). Kesehatan Reproduksi, Teori & Praktikum. Bandung: Alfabeta CV
Kementrian Kesehatan Republik indonesia. (2015). Buletin Jendela Data dan Informasi
Kesehatan Situasi Penyakit Kanker. Tersedia [online]:
https://www.google.com/search?q=buletin+jendela+data+dan+informasi+kesehatan+situasi+pe
nyakit+kanker&ie=utf-8&oe=utf-8&client=firefox-bab
Medicastore. (2011). Kampus Kedokteran. Jakarta: Djambadan
Nurarif, Amin H., Kusuma, Hardi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda NIC-NOC. Jakarta: Medication.
Olfah, Y., Mendri, N.K., Badi’ah, A. (2013). Kanker Payudara dan SADARI.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Putra., S., R. (2015). Kanker Payudara Lengkap. Yogyakarta: Laksana.
Tasripiyah, 2012. Konsep Teoritis CA Mammae. Jakarta: Aditama
William & Kins. (2012). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba
Wong, Donna L. (2003). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta: EGC