I
CA MAMMAE DENGAN MASTEKTOMY DI RUANGAN TULIP
RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS
Oleh:
Eka Yudhistira
Ilma Rosida
Indri Choiriyah
Nita Fatimah
Yuzia Melantika
A. LatarBelakang
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien kanker payudara yang dilakukan
mastektomi.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian terhadap pasien kanker payudara yang dilakukan
mastektomi
b. Mampu menyusun diagnosa keperawatan pada pasien kanker payudara yang
dilakukan mastektomi
c. Mampu membuat intervensi keperawatan pasien kanker payudara yang dilakukan
mastektomi
d. Mampu memberikan implementasi keperawatan, melakukan evaluasi, dan discharge
planning secara tepat pada pasien kanker payudara yang dilakukan mastektomi
e. Mampu melakukan analisa kasus terhadap asuhan keperawatan yang semestinya
pada pasien dengan kanker payudara yang dilakukan mastektomi
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi
Kanker merupakan suatu golongan penyakit yang ditimbulkan oleh sel tunggal yang
tumbuh abnormal dan tidak terkendali, sehingga dapat menjadi tumor ganas yang dapat
menghancurkan dan merusak sel atau jaringan sehat. Seiring dengan pertumbuhan
perkembangbiakannya, sel-sel kanker membentuk suatu massa dari jaringan ganas yang
menyusup ke jaringan di dekatnya (invasif) dan bisa menyebar (metastasis) ke seluruh tubuh
seperti halnya payudara. Kanker yang paling banyak terjadi pada wanita merupakan kanker
payudara (Mulyani dan Nuryani, 2013).
Payudara terdiri dari jaringan kelenjar yang mencakup jaringan kelenjar susu, lemak,
dan jaringan ikat. Selama kehamilan, kelenjar susu akan memproduksi dan mengeluarkan
susu sebagai makanan untuk bayi. Namun, jika sel-sel di dalam kelenjar susu membelah diri
dan berkembang secara tidak terkendali, sel-sel ini bisa berkembang menjadi tumor jinak
ataupun ganas. Kanker payudara merupakan tumor ganas yang berkembang di dalam
payudara (Breast Cancer, 2010).
Ca mammae atau biasa disebut dengan kanker payudara merupakan tumor ganas yang
menyerang jaringan payudara, merupakan penyakit yang paling sering menyerang dan
paling ditakuti oleh kaum wanita walaupun kaum pria juga bisa terkena kanker payudara
namun masih jarang terjadi (Purwoastuti, 2008).
B. Epidemiologi
Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker terbanyak di Indonesia.
Berdasarkan Pathological Based Registration di Indonesia, KPD menempati urutan pertama
dengan frekuensi relatif sebesar 18,6%. (Data Kanker di Indonesia Tahun 2010, menurut
data Histopatologik ; Badan Registrasi Kanker Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi
Indonesia (IAPI) dan Yayasan Kanker Indonesia (YKI)). Diperkirakan angka kejadiannya di
Indonesia adalah 12/100.000 wanita, sedangkan di Amerika adalah sekitar 92/100.000
wanita dengan mortalitas yang cukup tinggi yaitu 27/100.000 atau 18 % dari kematian yang
dijumpai pada wanita. Penyakit ini juga dapat diderita pada laki - laki dengan frekuensi
sekitar 1 %.Di Indonesia, lebih dari 80% kasus ditemukan berada pada stadium yang lanjut,
dimana upaya pengobatan sulit dilakukan (KPKN, 2015)
C. Etiologi
Faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan peningkatan terjadinya Kanker
payudara dalam Black & Hawks (2014) diantaranya:
a. Usia
Semakin lama wanita hidup, semakin tinggi resiko terkena kanker payudara
b. Riwayat keluarga
Wanita yang ibu atau saudarinya (saudara dekat, keturunan pertama/first degree
relatives) pernah atau sedang menderita kanker payudara memiliki resiko paling
sedikit dua sampai tiga kali lipat lebih besar debandingkan populasi umum.
Kecenderungan genetik untuk mengalami karsinogenesis mungkin disebabkan oleh
kerapuhan atau mutasi gen penekan tumor. Sebagian besar kasus kanker payudara
tidak diwariskan secara genetik, hanya sekitar 5% sampai 19% kasus yang
diwariskan.
c. Pengaruh hormon
Awitan haid sebelum usia 12 tahun, nuliparitas atau kehamilan pertama setelah usia
35 tahun, awitan menopause yang lambat, akan meningkatkan resiko mengidap
kanker payudara. Hormon yang dapat memicu terjadinya kanker payudara adalah
hormon estrogen. Karena wanita yang mengalami haid memiliki kadar hormon
estrogen yang tinggi, maka resiko terjadinya kanker payudara meningkat pada wanita
yang mengalami haid lebih awal dan menopause lebih lambat. Wanita yang hamil di
usia lanjut atau tidak hamil, juga dapat meningkatkan resiko kanker payudara.
Peningkatan resiko ini berkaitan dengan pajanan ekstrogen bertahun-tahun dan tidak
terputus. Tingkat estrogen yang tinggi meningkatkan risiko terjadinya kanker
payudara. Estrogen menstimulasi sel-sel payudara untuk tumbuh dan membelah. Sel-
sel payudara yang membelah secara aktif diyakini mempunyai suatu kemungkinan
kerusakan DNA yang lebih besar begitu juga suatu jumlah yang lebih besar dari sel-
sel yang telah mempunyai kerusakan DNA. Suatu jumlah yang lebih besar dari sel-
sel dengan kerusakan DNA meningkatkan risiko perkembangan kanker.
d. Riwayat penyakit payudara jinak. Wanita yang mempunyai tumor payudara disertai
perubahan epitel proliferatif mempunyai resiko dua kali lipat mengalami kanker
payudara.
e. Pajanan radiasi dalam waktu yang lama
f. Obesitas
Obesitas dapat menjadi faktor resiko terjadinya kanker payudara karena peningkatan
akumulasi toksin larut lemak dan potensial hormon karsinogenik dalam jaringan
lemak.
g. Oral kontrasepsi dan hormon eksogen
D. Patofisiologi
Kanker payudara adalah tumor ganas yang secara khas dimulai pada sel epitel duktal-
lobuler payudara dan menyebar melalui sistem limfatik ke nodus limfatik aksila. Tumor lalu
dapat bermetastasis ke bagian lain yang jauh, termasuk paru-paru, liver, tulang, dan otak.
Penemuan kanker payudara pada nodus limfatik aksila adalah indikator kemampuan tumor
untuk potensi penyebaran jauh dan tidak hanya pertumbuhan ke bagian sekitar yang
berdekatan dengan payudara. Kebanyakan kanker payudara primer adalah adenokarsinoma
yang berlokasi pada kuadran atas luar dati payudara.
Kanker payudara yang invasif disebabkan oleh pertumbuhan sel sel epitel payudara
yang berlebih dan tidak terkendali (Stopeck et al, 2015). Proliferasi sel yang berlebih ini
dapat disebabkan oleh mutasi gen, tidak aktifnya gen supresor tumor, gangguan apoptosis,
dan gangguan perbaikan DNA sehingga terjadi aktivasi onkogen yang pada akhirnya
menjadi sel kanker yang invasif. Selain itu, reseptor estrogen dan progesteron yang berada di
inti sel yang terdapat pada beberapa kanker payudara dapat mendorong replikasi DNA,
pembelahan sel dan pertumbuhan sel kanker ketika hormon yang sesuai berikatan pada
reseptor tersebut (Kosir, 2013).
Pertumbuhan sel ini dapat muncul pertama kali di duktus maupun lobulus payudara
yang kemudian menyebar ke jaringan sekitar melalui infiltrasi, invasi, dan penetrasi
progresif. Sel kanker dapat menyebar melalui aliran limfe dan sirkulasi darah yang
mengakibatkan metastasis ke organ tubuh lain. Metastasis sel kanker bisa ke viseral seperti
paru, hati, otak dan non viseral seperti tulang dan jaringan lunak (de Jong, 2010). Metastasis
kanker payudara seringkali muncul beberapa tahun setelah diagnosis dan terapi awal (Kosir,
2013).
E. Patoflow
G. Prognosis
Beberapa gambaran tumor payudara menunjang prognosisnya. Secara umum, makin
kecil tumor, makin baik prognosisnya. Karsinoma payudara bukan semata-mata keadaan
patologis yang terjadi hanya dalam semalam. Karsinoma ini bermula dengan perubahan
genetik dalam satu sel. Membutuhkan waktu hampir 16 kali penggandaan untuk karsinoma
menjadi 1 cm atau lebih besar, dimana pada waktu tersebut karsinoma telah tampak secara
klinis. Dengan menganggap bahwa membutuhkan 30 hari untuk setiap waktu penggandaan,
maka akan dibutuhkan minimal 2 tahun untuk karsinoma agar dapat teraba. Jika waktu
penggandaan adalah 210 hari, maka akan dibutuhkan waktu sampai 17 tahun sebelum
karsinoma tersebut dapat teraba. Kelangsungan hidup pasien kanker payudara dipengaruhi
oleh banyak hal seperti karakteristik tumor, status kesehatan, factor genetik, level stress,
imunitas, keinginan untuk hidup, dan lain-lain. Stadium klinis dari kanker payudara
merupakan indikator terbaik untuk menentukan prognosis penyakit ini. Harapan hidup
pasien kanker payudara dalam lima tahun digambarkan dalam five-year survivak rate
(Imaginis, 2009).
0 100%
I 100%
IIA 92%
IIB 81%
IIIA 67%
IIIB 54%
IV 20%
H. Pemeriksaan penunjang
1. Laboraturium
a) Pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan kimia darah sesuai dengan perkiraan
b) metastasis Tumor marker : apabila hasil tinggi, perlu diulang untuk follow up
2. diagnostik
a) CT Scan
Digunakan untuk mendiagnosis metastasis kanker payudara pada organ lain.
b) Mammografi
Mammografi adalah teknik pencitraan payudara yang dapat mendeteksi lesi yang
tidak terpalpasi. Untuk pandangan ini, payudara secara mekanik ditekan dari atas ke
bawah dan dari sisi ke sisi. Mammografi dapat mendeteksi tumor sebelum tumor
tersebut dapat teraba (< 1 cm). Mammografi dianjurkan 1 atau 2 tahun bagi wanita
antara usia 40-50 tahun.
c) Ultrasonografi digunakan bersama dengan mammografi untuk membedakan kista
yang berisi cairan dengan lesi lainnya.
d) Aspirasi jarum halus
Jarum halus pada ujung spuit diarahkan ke tempat pengambilan sampel. Kemudian
spuit digunakan untuk mengambil jaringan atau cairan ke dalam jarum. Bahan
sitologik ini diusapkan di atas preparat kaca dan dikirim ke laboratorium untuk
dianalisis.
e) Biopsi eksisional
Merupakan prosedur yang dilakukan terhadap segala massa payudara yang dapat
diraba. Untuk melakukan biopsi ini, digunakan jarum khusus dengan lumen yang
besar untuk mengangkat inti jaringan. Prosedur ini digunakan ketika tumor relatif
besar dan dekat dengan permukaan kulit. Jaringan ini diperiksa terhadap adanya
reseptor estrogen dan progesteron.
I. Penatalaksanaan
Menurut Breast Cancer 2017, penatalaksanaan penderita kanker payudara dapat
dilakukan dengan ada dua jenis utama operasi bedah, yaitu:
1. Terapi konservasi payudara
Pembedahan hanya dilakukan untuk mengangkat tumor payudara dan jaringan di
sekitarnya; pasien harus menjalani radioterapi setelahnya untuk mengurangi risiko
kambuhnya penyakit. Pendekatan ini paling cocok diterapkan pada benjolan kecil yang
terletak jauh dari puting dan hanya ada sedikit efek samping yang tidak diinginkan pada
kosmesis.
2. Mastektomi (pengangkatan seluruh payudara)
Jika tumor payudara terlalu besar atau ditemukan di beberapa bagian payudara, maka
seluruh payudara harus diangkat dengan tindakan pembedahan.
a) Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM)
MRM adalah tindakan pengangkatan tumor payudara dan seluruh payudara
termasuk kompleks puting-areola, disertai diseksi kelenjar getah bening aksilaris
level I sampai II secara en bloc. Indikasi: Kanker payudara stadium I, II, IIIA dan
IIIB. Bila diperlukan pada stadium IIIb, dapat dilakukan setelah terapi neoajuvan
untuk pengecilan tumor.
b) Mastektomi Radikal Klasik (Classic Radical Mastectomy)
Mastektomi radikal adalah tindakan pengangkatan payudara, kompleks puting-
areola, otot pektoralis mayor dan minor, serta kelenjar getah bening aksilaris level I,
II, III secara en bloc. Jenis tindakan ini merupakan tindakan operasi yang pertama
kali dikenal oleh Halsted untuk kanker payudara, namun dengan makin
meningkatnya pengetahuan biologis dan makin kecilnya tumor yang ditemukan
maka makin berkembang operasi operasi yang lebih minimal. Indikasi:
1) Kanker payudara stadium IIIb yang masih operable
2) Tumor dengan infiltrasi ke muskulus pectoralis major
c) Mastektomi dengan teknik onkoplasti
Rekonstruksi bedah dapat dipertimbangkan pada institusi yang mampu ataupun ahli
bedah yang kompeten dalam hal rekonstruksi payudara tanpa meninggalkan prinsip
bedah onkologi. Rekonstruksi dapat dilakukan dengan menggunakan jaringan
autolog seperti latissimus dorsi (LD) flap atau transverse rectus abdominis
myocutaneous (TRAM) flap; atau dengan prosthesis seperti silikon. Rekonstruksi
dapat dikerjakan satu tahap ataupun dua tahap, misal dengan menggunakan tissue
expander sebelumnya.
d) Mastektomi Simpel
Mastektomi simpel adalah pengangkatan seluruh payudara beserta kompleks
puting- areolar,tanpa diseksi kelenjar getah bening aksila. Indikasi: - Tumor
phyllodes besar - Keganasan payudara stadium lanjut dengan tujuan paliatif
menghilangkan tumor. - Penyakit Paget tanpa massa tumor – DCIS.
e) Mastektomi Subkutan (Nipple-skin-sparing mastectomy)
Mastektomi subkutan adalah pengangkatan seluruh jaringan payudara, dengan
preservasi kulit dan kompleks puting-areola, dengan atau tanpa diseksi kelenjar
getah bening aksila Indikasi yaitu Mastektomi profilaktik dan Prosedur onkoplasti.
A. Pengakajian
1. Biodata
Cantumkan biodata pasien terdiri dari nama pasie, umur, jenis kelamin, suku/ bangsa,
agama, pendidikan, pekerjaan , alamat, MRS, dan tanggal pengkajian.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Meliputi adanya benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna
merah dan mengeras, bengkak, nyeri.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
1) Apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya
c. Riwayat kesehatan keluarga
1) Apakah ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama
3. Pengkajian fisik meliputi :
a. Keadaan umum : CM
b. Tingkah laku
c. BB dan TB
d. Pengkajian head to toe atau persistem
4. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun, leukosit meningkat, trombosit
meningkat jika ada penyebaran ureum dan kreatinin.
a. Pemeriksaan urine, diperiksa apakah ureum dan kreatinin meningkat.
b. Tes hormon yang biasa dilakukan pada penderita hormon mammae
5. Pengkajian pola kebiasaan hidup sehari-hari meliputi :
a. Nutrisi : Kebiasaan makan, frekuensi makan, nafsu makan, makanan pantangan,
makanan yang disukai, banyaknya minum. Dikaji riwayat sebelum dan sesudah
masuk RS.
B. Analisa Data
DO:
DO:
DO:
5 Gangguan Gangguan citra Peningkatan kesadaran identifikasi cara-cara untuk mengurangi dapak dari
citra tubuh tubuh pasien dan segala kesalahan pengganbaran
dengan Yang di tunjukan tingkah laku terhadap mekanisme untuk mengevaluasi persepsi citra tubuh
Total Skor
F. Gastro Intestinal
1.Mulut : □ Tidak ada keluhan
: □ Ada, benjolan / stomatitis / lainnya, sebutkan…..
Esophagust : □ Tidak ada keluhan
: □ Ada, gangguan menelan / disfagia/ lainnya, sebutkan…..
Abdoment : □ Tidak ada keluhan
□ Ada, asites / luka/ stoma / fistula/ distensi/ lainnya, sebutkan….
H. Sirkulasi
1. keluhan pada hidung
□ Tidak ada □ Ada
2. . keluhan pada dada
□ Tidak ada □ Ada
3. keluhan pada Jantung
□ Tidak ada □ Ada
Penggunaa alat pacu ajantung
□Tidak ada □Ada
4. keluhan pada paru
□ Tidak ada □ Ada
5. Perdarahan
□ Tidak ada □ Ada
6.Turgor kulit
□ Baik □ Buruk
7. Edema
□ Ada, lokasi…
□ Tidak ada
8. Capilary Refill Time (CRT)
□<2 detik □ > 2 detik
J. Kenyamanan
1.Skrining nyeri
Keluhan nyeri
□ Tidak ada keluhan □ Ya, skor….
Metofe : NRS / Wong baker / BPS (penurunan kesadaran)
Lanjutkan pengkajian :
P = Provoactive: Apa yang memprovokasi nyeri? □rudapaksa □benturan
Q = Quality : Seperti apa rasanya? □tertusuk benda tajam □tertusuk benda tumpul
□sakit berdenyut
R = Regio : Dimana daerah nyeri= Area Selangkangan kanan
S = Severity : Berapa skla nyeri, sebutkan= 5
T = Time : Kapan nyeri datang? □ Hilang timbul □ Terus menerus
2. Integritas kulit
a.Kondisi kulit:
□ Utuh / Intak □ Lainnya, ptechie/hematoma/ Ikterik/ …..
b. Luka
□ Tidak □ Ya
c. Asesmen Resiko luka tekan ( Skala Braden)
□ Skor > 15 : Risiko rendah : dipantau setiap 2 hari
□ Skor 13-14 : Risiko Sedang : dipantau setiap hari
□ Skor <12 : Risiko tinggi : dipantau tiap shift
K. Seksual/ Produksi
1. Pengkajian Genetalia:
□ Tidak ada keluhan
□ Ada, Keputihan/prolapse uteri/ edema skrotum/ hernia/ lainnya…
2. Riwayat penggunaan alat kontrasepsi
□ Tidak ada
□Ada, Sebutkan; KB Suntik 5 tahun, dan KB pil
L. Eliminasi
1. Defeksasi
□ Tidak ada keluhan
□ Ada keluhan, Inkontinensia
Alvi/konstipasi/ diare/…..
2. Miksi
□Tidak ada keluhan
□ Ada keluhan, inkontinensia uri/dysuria/poliuriahematuri/anuria/lainnya
□ Stoma) : Nefrosomi/ Urostomi/Sistostomi
( ) ( )
Tanda tangan dan Nama Jelas Tanda tangan dan Nama Jelas
PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN
NYERI AKUT
Mengetahui :
KARU / CCM Perawat PN/ KATIM
( ) ( )
Tanda tangan dan Nama Jelas Tanda tangan dan Nama Jelas
PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN
RESIKO INFEKSI
TANGGAL : 24 JUNI 2019
DIAGNOSA KEPERAWATAN KRITERIA HASIL (NOC) INTERVENSI (NIC)
Resiko infeksi berhubungan dengan: □ Tidak terjadi tanda dan gejala infeksi ⃝ pengkajian
□ Penekanan sistem imun □ Memperlihatkan hygiene personal □ Monitor tanda dan gejala infeksi
adekuat
□ Pertahanan primer tidak adekuat □ Mengindikasikan status gastrointestinal, □ Kaji faktor yang dapat meningkatkan
kerentanan terhadap infeksi
□ prosedur invasive Pernafasan, genitourinaria dan imun □ pantau hasil laboraturium (leukosit,
dalam batas normal protein serum, albumin, hitung jenis)
□ kerusakan jaringan □ Amati hygiene personal
□ Agens farmasi: obat imunosupresi ⃝penyuluhan pasien dan keluarga
□ penyakit kronis □informasikan kepada pasien dan keluarga
tentang resiko infeksi
□ lain-lain: ………….. □instruksikan untuk menjaga hygiene
personal
□ Jelaskan tentang tanda dan gejala infeksi
⃝ Manajemen Pengendalian Infeksi
□ lindungi pasien dari resiko kontaminasi
silang
□ pertahankan lingkungan yang bersih dan
aman dari infeksi
□ perhatikan tekhnik aseptic
□ lakukan perawatan luka
□ lakukan perawatan area pemasangan alat
infeksi
⃝ Kolaborasi
□ therapy antibiotik
□ pemeriksaan laboraturium (kultur, dll)
Mengetahui :
KARU / CCM Perawat PN/ KATIM
( ) ( )
Tanda tangan dan Nama Jelas Tanda tangan dan Nama Jelas