Anda di halaman 1dari 33

TUGAS KEPERAWATAN KELUARGA

INTERVENSI KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN


KASUS ALKOHOLIK

OLEH:

ANDINI AGUSTIN C NIM 1702012389


IKA APRILIA INDAH S NIM 1702012412
SUNTAMA NIM 1702012488

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2020

1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
terselesaikannya penyusunan makalah yang berjudul “Intervensi Keperawatan
Keluarga dengan Kasus Alkoholik”. Penulisan makalah ini sebagai syarat untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas pada Program Studi S1
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Lamongan.
Makalah ini dapat penulis selesaikan berkat dukungan dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih atas segala bantuan
materi maupun non materi, dorongan dan doa dalam menyelesaikannya. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Drs.H.Budi Utomo,M.Kes., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Lamongan beserta para Wakil Rektor Dr.H.Masram.MM.,M.Pd dan H.
Alifin,S.KM,M.Kes, yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada
penulis untuk menempuh pendidikan di Program Studi S1 Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Lamongan.
2. Suratmi,S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Ketua Program Studi Program Studi S1
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Lamongan yang telah bersedia member arahan, perhatian, memberikan
fasilitas dan motivasi dalam menyelesaikan makalah ini.
3. Abdul Rohman,S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Dosen Penanggung Jawab Mata
Kuliah yang senantiasa memberi inspirasi, motivasi, bimbingan, dan
penguatan dalam mengerjakan makalah ini.
4. Suhariyati,S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Dosen Fasilitator yang senantiasa
memberi inspirasi, motivasi, bimbingan, dan penguatan dalam mengerjakan
makalah ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas segala semua kebaikan yang
telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Besar harapan
penulis semoga tesis ini dapat membawa manfaat.

Lamongan, ………. 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB 1PENDAHULUAN…………………………………………………………1
1.1 KONSEP KELUARGA........................................................................1
1.1.1 DefinisiKeluarga......................................................................1
1.1.2 TahapPekembanganKeluarga...................................................1
1.1.3 Teori FCN.................................................................................5
1.1.4 PeranPerawatKeluarga.............................................................8
1.2 KONSEP PENYAKIT..........................................................................7
1.2.1 Definisi.....................................................................................7
1.2.2 Etiologi.....................................................................................9
1.2.3 TandaGejala...........................................................................11
1.2.4 Patofisiologi............................................................................13
1.2.5 PenatalaksanaanMedis............................................................13
1.2.6 Penatalaksanaan Keperawatan...............................................13
1.3 ANALISIS JURNAL..........................................................................14

BAB 2ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA.............................................16


2.1. KASUS.............................................................................................16
2.2. PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA...........................16
2.3. DIAGNOSA KEPERAWATAN......................................................19
2.4. PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN..................................20
2.5. INTERVENSI KEPERAWATAN...................................................22
2.6. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN.............................................24
2.7. EVALUASI KEPERAWATAN.......................................................24

BAB 3 PENUTUP..................................................................................................26
3.1 KESIMPULAN...................................................................................26
3.2 SARAN...............................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27

LAMPIRAN JURNAL…………………………………………………………..28

ii
BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 KONSEP KELUARGA


1.1.1 DefinisiKeluarga
1. Menurut Departeman Kesehatan RI (1988)

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdirir dari


kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan yinggal di suatu
tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

2. BKKBN (1999)

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan
perkawinan yang sah mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan
materil yang layak, bertakwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang
selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta
lingkungan.

2. Jhonson R-Leng R (2010)

Keluarga adalah lingkungan dimana beberapa orang masih memiliki

hubungan darah.

1.1.2 TahapPekembanganKeluarga
Tahap perkembangan dibagi menurut kurun waktu tertentu yang
dianggap stabil.Menurut Rodgers cit Friedman (1998), meskipun setiap
keluarga melalui tahapanperkembangan secara unik, namun secara umum
seluruh keluarga mengikuti pola yang sama.
1. Pasangan baru
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki
(suami) danperempuan (istri) membentuk keluarga melalui
perkawinan yang sah danmeninggalkan keluarga masing-
masing.Meninggalkan keluarga bisa berartipsikologis karena

1
kenyataannya banyak keluarga baru yang masih tinggal
denganorang tuanya.
Dua orang yang membentuk keluarga baru membutuhkan
penyesuaian peran danfungsi.Masing-masing belajar hidup
bersama serta beradaptasi dengan kebiasaansendiri dan
pasangannya, misalnya makan, tidur, bangun pagi dan sebagainya.
Adapun tugas perkembangan, yaitu :
A. Membina hubungan intim danmemuaskan.
B. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan
kelompok sosial.
C. Mendiskusikan rencana memiliki anak.
Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga ;
keluarga suami, keluarga, istri dan keluarga sendiri(Widagdo
& Kholifah, 2016)
2. Keluarga “Child Bearing” Kelahiran Anak Pertama
Dimulai sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan
berlanjut sampai anak berumur 30 bulan atau 2,5 tahun.Tugas
perkembangan kelurga yang penting pada tahap ini adalah:
A. Persiapan menjadi orang tua.
B. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran,
interaksi, hubungan sexual dan kegiatan.
C. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
pasangan.
Peran utama perawat adalah mengkaji peran orang tua;
bagaiaman orang tua berinteraksi dan merawat
bayi.Perawat perlu menfasilitasi hubungan orang tua
danbayi yang positif dan hangat sehingga jalinan kasih
sayang antara bayi dan orang tua dapat tercapai(Widagdo &
Kholifah, 2016).
3.  Keluarga Dengan Anak Pra Sekolah
Tahap ini dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun dan
berakhir saat anak berusia 5 tahun. Tugas perkembangan :

2
A. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan
tempat tinggal, privasi dan rasa aman
B. Membantu anak untuk bersosialisasi
C. Beradaptasi dengan anaky baru lahir, sementara kebutuhan
anak lain juga harus terpenuhi
D. Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam
keluarga maupun dengan masyarakat.
E.  Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
F.  Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
G. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh
kembang(Widagdo & Kholifah, 2016).
4.  Keluarga Dengan Anak Sekolah
Tahap ini dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai sekolah )
dan berakhir padasaat anak berumur 12 tahun. Pada tahap ini
biasanya keluarga mencapai jumlahmaksimal sehingga keluarga
sangat sibuk.Selain aktivitas di sekolah, masing-masinganak
memiliki minat sendiri.Dmikian pula orang tua mempunyai
aktivitas yangberbeda dengan anak.Tugas perkembangan keluarga :
A. Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan
lingkungan.
B. Mempertahankan keintiman pasangan
C. Memenuhi kebutuhan  dan biaya kehidupan yang semakin
meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan
kesehatan anggota keluarga.
Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi
kesempatan pada anak untuk nbersosialisasi dalam aktivitas baik di
sekolah maupun di luar sekolah(Widagdo & Kholifah, 2016).

5. Keluarga Dengan Anak Remaja


Dimulai saat anak berumur 13 tahun dan berakhir 6 sampai 7
tahun kemudian.Tujuannya untuk memberikan tanggung jawab

3
serta kebebasan yang lebih besaruntuk mempersiapkan diri
menjadi orang dewasa.Tugas perkembangan :
A. Memberikan kebebasan yang seimbnag dengan tanggung
jawab.
B.  Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
C. Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan
orang tua. Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
D. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh
kembang keluarga(Widagdo & Kholifah, 2016).
6. Keluarga Dengan Anak Dewasa
Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat anakterakhir meninggalkan rumah.Lamanya
tahapan ini tergantung jumlah anak dan adaatau tidaknya anak
yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua.Tugas
perkembangan :
1.      Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2.      Mempertahankan keintiman pasangan.
3.      Membantu orang tua memasuki masa tua.
4.      Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
5.      Penataan kembali peran dan kegiatan rumah
tangga(Widagdo & Kholifah, 2016).
7. Keluarga Usia Pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan
rumah dan berakhirsaat pensiun atau salah satu pasangan
meninggal. Pada beberapa pasangan fase inidianggap sulit karena
masa usia lanjut, perpisahan dengan anak dan perasaan
gagalsebagai orang tua.Tugas perkembangan :
A. Mempertahankan kesehatan
B. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
teman sebaya dan anak-anak.
C. Meningkatkan keakraban pasangan.

4
Fokus mempertahankan kesehatan pada pola hidup
sehat, diet seimbang, olah raga rutin, menikmati hidup,
pekerjaan dan lain sebagainya(Widagdo & Kholifah,
2016).
8. Keluarga Usia Lanjut
Dimulai saat pensiun sanpai dengan salah satu pasangan
meninggal dan keduanya meninggal. Tugas perkembangan :
A. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
B. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan,
teman, kekuatan fisik dan pendapatan.
C. Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling
merawat.
D. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial
masyarakat
E. Melakukan life review.
F. Mempertahankan penataan yang memuaskan
merupakan tugas utama keluarga pada tahap
ini(Kholifah & Widagdo, 2016).

1.1.3 Teori FCN


Family Centre Nursing (FCN) atau keperawatan yang berpusat
pada keluarga didasarkan pada perspektif bahwa keluarga dalah unit dasar
untuk perawatan individu daro anggota dan unit yang lebih luas(Kholifah
& Widagdo, 2016).
Teori FCN terdiri dari pengkajian, sosial budaya, lingkungan,
struktur, fungsi, stress, dan strategi koping keluarga (Friedman. dkk,
2003).
1.1.4 PeranPerawatKeluarga
Peran perawat keluarga adalah sebagai berikut :
a. Sebagai pendidik, perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan
kesehatan kepada keluarga,terutama untuk memandirikan keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan.

5
b. Sebagai koordinator pelaksana pelayanan keperawatan, perawat
bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan yang
komprehensif.
c. Sebagai pelaksana pelayanan perawatan, pelayanan keperawatan dapat
diberikan kepada keluarga melalui kontak pertama dengan anggota
keluarga yang sakit yang memiliki masalah kesehatan.
d. Sebagai supervisor pelayanan keperawatan, perawat melakukan
supervise ataupun pembinaan terhadap keluarga melalui kunjungan rumah
secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko tinggi maupun yang tidak.
e. Sebagai pembela (advokat), perawat berperan sebagai advokat keluarga
untuk melindungi hak-hak keluarga sebagai klien.
f. Sebagai fasilisator, perawat dapat menjadi tempat bertanya individu,
keluarga, dan masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan dan
keperawatan yang mereka hadapi sehari-hari serta dapat membantu
memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah.
g. Sebagai peneliti, perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat
memahami masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh anggota
keluarga.
h. Sebagai modifikasi lingkungan, perawat komunitas juga harus dapat
memodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah, lingkungan masyarakat,
dan lingkungan sekitarnya agar dapat tercipta lingkungan yang sehat.
(Sudiharto dan Sri Setyowati, 2007)

6
1.2 KONSEP PENYAKIT
1.2.1 Definisi
1. Alkoholisme
Alkoholik dapat diartikan sebagai kekacauan dan kerusakan kepribadian
yang disebabkan karna nafsu untuk minum yang bersifat kompulsif, sehingga
penderita akan minum minuman beralkohol secara berlebihan dan dijadikan
kebiasaan (Chaplin. 1995). Pengertian alkoholisme tersebut juga mencakup
tidak dapat dikendalikannya kemampuan berpantang atau adanya perasaan
tidak dapat hidup tanpa minum (Atkinson dkk., 1992). Alkoholisme atau
ketergantungan pada alkohol biasanya dimulai dari acara minum-minum
sedikit pada acara-acara tertentu misalnya ada acara kumpul-kumpul atau
social event dari acara ke acara sampai kemudian berlanjut menjadi seorang
peminum setelah melewati masa tertentu. Istilah alkoholisme sendiri ditujukan
kepada orang yang tergantung kepada minuman beralkohol, artinya sudah ada
ketergantungan kepada alkohol yaitu orang menjadi terobsesi dengan
minuman beralkohol dan tidak dapat menguasai diri untuk mengatasi
keinginan minum alkohol hingga berapa banyak bahkan sering sudah
menyebabkan timbulnya masalah rumah tangga, problem di kantor maupun
masalah keuangan. Ada juga kategori peminum alkohol yang masih bisa
mengontrol diri tapi sudah sering minum dan mabuk tapi masih bisa
mengendalikan diri atau belum sepenuhnya masuk kedalam alkoholisme
dimasukkan kedalam kategori (alkohol abuse). Secara statistic alkohol
merupakan penyebab 1 kematian diantara 25 penyebab kematian lain
diseluruh dunia. Di Scotland menyebabkan 6 kematian perhari (British
Medical Journal),
2. Tahapan Dalam Alkoholisme penderita alkoholisme umumnya melewati empat
tahap yang meliputi: Pra Alkoholik. Prodromal. Gawat, Kronis (Atkinson
dkk., 1992).
a) Pra Alkoholik
Pada tahap ini individu minum-minum bersama-sama teman sebayanya
dan terkadang minum agak banyak untuk meredakan ketegangan dan
melupakan masalah yang dialaminya.

7
b) Prodormal
Pada tahap ini individu minum secara sembunyi-sembunyi. Ia masih tetap
sadar dan relatif koheren tetapi kemudian tidak lagi dapat mengingat
kejadian-kejadian yang pemah dialaminya.
c) Gawat
Pada tahap ini semua kendali hilang. Penderita akan minum dan
melanjutkannya sampai pingsan atau sakit. Pergaulan sosial menjadi
makin buruk dan ia terang-terangan minum di hadapan keluarga, teman
teman atau kantor. Penderita pada tahap ini mulai minum pada pagi hari,
lalu minum terus-menerus sampai berhari-hari tanpa mengindahkan aturan
makannya.
d) Kronis
Pada tahap ini hidup penderita hanya untuk minum, minum terus-menerus
tanpa berhenti. Kondisi tubuhnya sudah terbiasa dengan alkohol, sehingga
ia mengalami gejala-gejala penarikan diri tanpa alkohol dan gejala-gejala
gangguan fisiologis. Sedangkan menurut Soedjono Dirdjosisworo (1970)
dalam bukunya "Patologi Sosial", mereka yang kecanduan alkohol itu,
terdiri dari tiga tahap. Pertama, mengakibatkan kehilangan ingatan atau
yang kita kenal dengan nama amnesia. Biasanya orang tua yang kena
penyakit ini, akan tetapi bagi pemabuk, kecanduan juga bisa membuat ia
tidak ingat lagi mana yang benar dan mana yang salah. la bisa jadi terlihat
sadar, dia berbicara, tapi esoknya sangat besar kemungkinan ia lupa apa
yang dilakukannya hari kemarin. Tahapan kedua yaitu kehilangan
pengendalian diri ketika si peminum mulai menenggak. Pada titik ini si
peminum sulit sekali untuk mengendalikan dirinya ketika minum. la sulit
sekali berhenti, kalaupun hendak diberhentikan maka ia akan bersikeras
untuk berkata "tidak." Sama seperti orang kecanduan yang biasa kita lihat
di televisi. kurang lebih seperti itu. Pada tahapan ketiga sifatnya lebih
kronis. Si peminum makin lama makin buruk kesehatannya secara fisik
maupun sosial, la mengalami demoralisasi (tak tahu moral). dan halusinasi
(mendengar dan melihat apa yang tidak ada secara khayali). Selain itu,
pada titik ini, peminum juga akan didera delirium tremens atau melihat

8
yang seram-seram dan mengerikan secara khayali. Ia juga kehilangan
kepercayaan dan harapan untuk bisa sembuh(Risma, 2012).
1.2.2 Etiologi
2.2.1 Riwayat Masa Kanak-kanak
Beberapa faktor telah teridentifikasi dalam riwayat masa kanak-kanak
dari seseorang yang memiliki gangguan berhubungan dengan alkohol.
Anak-anak beresiko yang memiliki gangguan berhubungan dengan
alkohol yaitu jika satu atau lebih orang tuanya adalah pengguna alkohol.
Pada riwayat masa kanak-kanak terdapat gangguan defisit-atensi /
hiperaktivitas atau gangguan konduksi atau keduanya yang meningkatkan
resiko anak untuk memiliki gangguan berhubungan dengan alkohol pada
masa dewasanya. Gangguan kepribadian khususnya gangguan kepribadian
antisosial juga merupakan predisposisi seseorang kepada suatu gangguan
berhubungan dengan alkohol.
2.2.2 Faktor Psikoanalisis
Teori psikoanalisis tentang gangguan berhubungan dengan alkohol
telah dipusatkan pada hipotesis superego yang sangat bersifat menghukum
dan fiksasi pada stadium oral dari perkembangan psikoseksual.
Menurut teori psikoanalisis, orang dengan superego yang keras yang
bersifat menghukum diri sendiri berpaling ke alkohol sebagai cara
menghilangkan stres bawah sadar mereka. Kecemasan pada orang yang
terfiksasi pada stadium oral mungkin diturunkan dengan menggunakan zat
seperti alkohol melalui mulutnya. Beberapa dokter psikiatrik
psikodinamika menggambarkan kepribadian umum dari seseorang dengan
gangguan berhubungan dengan alkohol adalah pemalu, terisolasi, tidak
sabar, iritabel, penuh kecemasan, hipersensitif, dan terrepresi secara
seksual.
Aforisme psikoanalisis yang umum adalah bahwa superego dapat larut
dalam alkohol. Pada tingkat yang kurang teoritis, alkohol dapat
disalahgunakan oleh beberapa orang sebagai cara untuk menurunkan
ketegangan, kecemasan, dan berbagai jenis penyakit psikis. Konsumsi

9
alkohol pada beberapa orang juga menyebabkan rasa kekuatan dan
meningkatnya harga diri.
2.2.3 Faktor Sosial dan Kultural
Beberapa lingkungan sosial menyebabkan minum yang berlebihan.
Asrama perguruan tinggi dan basis militer adalah dua contoh lingkungan
dimana minum berlebihan dipandang normal dan prilaku yang diharapkan
secara sosial. Sekarang ini, perguruan tinggi dan universitas mencoba
mendidik mahasiswanya tentang resiko kesehatan dari minum alkohol
yang berlebihan.
2.2.4 Faktor Prilaku dan Pelajaran
Sama seperti faktor kultural, faktor prilaku dan pelajaran juga dapat
mempengaruhi kebiasaan minum, demikian juga kebiasaan di dalam
keluarga, khususnya kebiasaan minum pada orang tua dapat
mempengaruhi kebiasaan minum. Tetapi beberapa bukti menunjukkan
bahwa, walaupun kebiasaan minum pada keluarga memang mempengaruhi
kebiasaan minum pada anak-anaknya, kebiasaan minum pada keluarga
kurang langsung berhubungan dengan perkembangan gangguan
berhubungan dengan alkohol seperti yang dianggap sebelumnya, walaupun
hal tersebut memang memiliki peranan penting.
Dari sudut pandang prilaku, ditekankan pada aspek pendorong positif
dari alkohol, alkohol yang dapat menimbulkan perasaan sehat dan euforia
pada seseorang. Selain itu, konsumsi alkohol dapat menurunkan rasa takut
dan kecemasan yang dapat mendorong seseorang untuk minum lebih
lanjut.
2.2.5 Faktor Genetika dan Biologi Lainnya
Data yang kuat menyatakan adanya suatu komponen genetika pada
sekurangnya suatu bentuk gangguan berhubungan dengan alkohol. Laki-
laki lebih banyak menggunakan alkohol daripada wanita. Banyak
penelitian telah menunjukkan bahwa orang dengan sanak saudara tingkat
pertama yang terpengaruh oleh gangguan berhubungan dengan alkohol
adalah 3-4 kali lebih mungkin memiliki gangguan berhubungan dengan

10
alkohol daripada orang yang tidak memiliki sanak saudara tingkat pertama
yang terpengaruh dengan alkohol.

1.2.3 TandaGejala
a) minum sendirian saja
b) minum secara diam-diam
c) tak dapat membatasi diri sampai berapa banyak yang diminum
d) lupa waktu
e) acara minum sudah menjadi acar ritual, marah jika dikomentari atau
jika merasa terganggu, bisa dilakukan sebelum atau sesudah makan
atau sementara makan atau sesudah jam kerja.
f) Meninggalkan hobi atau kegiatan lain yang biasanya menghibur
untuk
orang biasa Merasa selalu ingin minum alkohol • Merasa mudah
marah pada jam tertentu yaitu masa untuk minum atau jika merasa
minuman tidak tersedia. Menyimpan persediaan alkohol pada tempat
rahasia Meneguk minuman agar bisa mabuk Ada masalah atau
gangguan hubungan dengan orang lain akibat dari minuman
g) Membutuhkan jumlah alkohol yang banyak untuk merasakan baru
ada efek merasa mual, muntah dan keringat dingin jika tidak minum.
(Risma, 2012)
1.2.4 Patofisiologi
Karakteristik rasa dan bau berbagai minuman yang mengandung
alkohol tergantung kepada metode pembuatannya, yang menghasilkan
berbagai senyawa dalam hasil akhirnya. Senyawa tersebut termasuk
metanol, butanol, aldehida, fenol, tannins, dan sejumlah kecil berbagai
logam. Walaupun senyawa ini dapat menyebabkan suatu efek
psikoaktif yang berbeda pada berbagai minuman yang mengandung
alkohol, perbedaan tersebut dalam efeknya adalah minimal
dibandingkan dengan efek etanol itu sendiri.
Kira-kira 10% alkohol yang dikonsumsi diabsorpsi di lambung,
dan sisanya di usus kecil. Konsentrasi puncak alkohol didalam darah

11
dicapai dalam waktu 30-90 menit, biasanya dalam 45-60 menit,
tergantung apakah alkohol diminum saat lambung kosong, yang
meningkatkan absorbsi atau diminum bersama makanan yang
memperlambat absorbsi.
Waktu untuk mencapai konsentrasi puncak dalam darah juga
merupakan suatu faktor selama alkohol dikonsumsi, waktu yang
singkat menurunkan waktu untuk mencapai konsentrasi puncak.
Absorbsi paling cepat 15-30% (kemurnian -30 sampai -60).
Tubuh memiliki alat pelindung terhadap masuknya alkohol.
Sebagai contoh, jika konsentrasi alkohol menjadi terlalu tinggi didalam
lambung, mukus akan disekresikan dan katup pilorik ditutup, hal
tersebut akan memperlambat absorbsi dan menghalangi alkohol masuk
ke usus kecil. Jadi, sejumlah besar alkohol dapat tetap tidak terabsorbsi
didalam lambung selama berjam-jam. Selain itu, pilorospasme sering
kali menyebabkan mual dan muntah.
Jika alkohol telah diabsorbsi ke dalam aliran darah, alkohol
didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh. Jaringan yang mengandung
proporsi air yang tinggi memiliki konsentrasi alkohol yang tinggi. Efek
intoksikasi menjadi lebih besar jika konsentrasi alkohol didalam darah
tinggi.
Kira-kira 90% alkohol yang diabsorbsi dimetabolisme di hati,
sisanya dieksresikan tanpa diubah oleh ginjal dan paru-paru.
Kecepatan oksidasi di hati konstan dan tidak tergantung pada
kebutuhan energi tubuh. Tubuh mampu memetabolisme kira-kira 15
mg/dl setiap jam dengan rentan berkisar antara 10-34 mg/dl per
jamnya.
Alkohol dimetabolisme dengan bantuan 2 enzim yaitu alkohol
dehidrogenase (ADH) dan aldehida dehidrogenase. ADH
mengkatalisasi konversi alkohol menjadi asetilaldehida yang
merupakan senyawa toksik. Aldehida dehidrogenase mengkatalisasi
konversi asetaldehida menjadi asam asetat. Aldehida dehidrogenase

12
diinhibisi oleh disulfiram ( An-tabuse), yang sering digunakan dalam
pengobatan gangguan terkait alkohol.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada wanita memiliki
ADH yang lebih rendah dari pada laki-laki, yang mungkin
menyebabkan wanita cenderung menjadi lebih terintoksikasi dibanding
laki-laki setelah minum alkohol dalam jumlah yang sama. Penurunan
fungsi enzim yang memetabolisme alkohol akan menyebabkan
mudahnya seseorang terjadi intoksikasi alkohol dan gejala toksik.

1.2.5 PenatalaksanaanMedis
1) Pemberian cairan atas dasar hasil pemeriksaan elektrolit dan
keadaan umum
2) Atasi kondisi gelisah dengan golongan benzodiazepin (diazepam 5
mg IM atau IV yang dapat diulang tiap 30 menit sampai dosis
maksimal 20 mg/hari)
3) Bila ada kejang akibat putus zat maka atasi dengan benzodiazepine
(diazepam 5 mg yang disuntikan IV secara perlahan)
4) Dapat juga diberikan thiamine 100 mg ditambah 4 mg magnesium
sulfat dalam 1 liter 5% Dextrose/normal saline selama 1-2 jam
(Risma, 2012)
1.2.6 Penatalaksanaan Keperawatan
a. Gejala: emosi labil, kulit memerah, muntah, depresi pernafasan, stupor
sampai koma.
b. Tindakan:
1). Bilas lambung dengan air
2). Beri kopi pahit
3). Infus glukosa: mencegah hipoglikemia (Risma, 2012)

13
1.3 ANALISIS JURNAL
Pencarian literature menggunakan database Science Direct, kata kunci
yang digunakan “Alcoholic Family.”. Pencarian literature didapatkan jurnal
sebagai berikut. Lihat tabel 1.1
Tabel 1.1 AnalilisJurnal
Sampel
DesainPenel Analisa
No. Judul danTeknik Variabel Instrumen Hasil
itian Data
Sampling
1. Cross- 401 sarjana di Perilaku Kuesioner Preliminar Hasil penelitian ini
Retrospective sectional universitas orangtua, y analyses menunjukkan bahwa ACOA
reports of negeri di keharmonisan mungkin menginginkan
parenting Virginia hubungan, hubungan intim, tetapi
received in tenggara. tingkat mengingat pengalaman masa
their families Sampel terdiri alkoholik kanak-kanak dengan angka
of origin: dari 81,3% remaja lampiran, mereka mungkin
Relationships wanita (n = memiliki kesulitan yang lebih
to adult 326) dan besar dalam mempercayai
attachment in 18,7% pria (n orang lain dan
adult children = 75). Semua mengantisipasi penolakan.
of alcoholics berusia antara Jelas, masalah ini penting
(Kelley et al., 18 dan 30 untuk diatasi karena
tahun (M = pengalaman dengan
2005)
21.0; SD = pengasuh yang tidak tersedia
2.7). atau tidak konsisten dapat
Sampling: menyebabkan ACOA
Random mengulangi hubungan yang
sama buruknya di masa
dewasa muda dan
memperkuat model internal
yang negatif..

Berdasarkan jurnal tersebut adanya hubungan harmonis pada keluarga


dapat menurunkan resiko anak mengalami kecanduan alcohol. Dimana alcohol
ini biasanya lebih sering digunakan untuk pelampiasan suatu emosi baik
kebahagian hingga kesedihan atau kemarahan. Perilaku orangtua juga mengambil
peran yang cukup besar dalam memberikan role model pada anak-anaknya. Oleh
karena itu orangtua yang memiliki perilku biasa mengkonsumsi alcohol dapat
meningkatkan resiko anak melakukan perilaku yang sama seperti orangtua.
Dari jurnal tersebut dapat disimpulkan kunci untuk menurunkan perilaku
alkoholik pada remaja adalah pada keluarga dan yang paling penting adalah peran

14
orangtua dalam mengasuh dan memberikan contoh perilaku yang baik kepada
anak.

15
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN REMAJA
ALKOHOLIK

2.1. KASUS
Keluarga Tn.S adalah sebuah keluarga menengah atas yang tinggal
di ibukota Jakarta. Anak E adalah bungsu dari pasangan Tn.G dan Ny.K
yang merasa tertekan dengan sikap dan perilaku orangtuanya karena sering
membanding-bandingkan dirinya dengan kedua kakaknya. Dia merasa tidak
diperhatikan lantaran tidak memiliki prestasi akademik. Kemudian ia
bergaul dengan anak-anak remaja yang notabenya adalah remaja nakal. Ia
sering minum minuman beralkohol dengan teman-temannya tanpa
sepengetahuan keluarganya karena hubungan mereka memang tidak dekat.
2.2. PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA
2.2.1 Data Biografi
Keluarga Tn.G (54 tahun ) dengan istrinya Ny,K (49 tahun) dan 2
anak An.T (24 tahun) dan An.E (17 tahun) berdomisili di Jakarta
Selatan. Keluarga Tn.G beragama katolik.
2.2.2 Riwayat keluarga / genogram

16
2.2.3 Riwayat pekerjaan
Tn.G adalah seorang direktur utama di salah satu Hotel di Jakarta
Pusat. Ny.K adalah pemilik perusahaan Travelling ternama. An.T
adalah seorang mahasiswa yang tengah menempuh pendidikan S2 di
salah satu universitas di Luar negeri dan An.E adalah siswi SMA di
Jakarta Selatan.
2.2.4 Riwayat lingkungan
Tipe tempat tinggal : Rumah sendiri
Jumlah penghuni rumah : 4 orang
Kondisi rumah : Bersih
2.2.5 Riwayat rekreasi
keluarga jarang sekali jalan-jalan bersama, karena lebih banyak
menghabiskan waktu untuk urusan pribadi
2.2.6 Status kesehatan
Keluhan utama : An.E memiliki kebiasaan minum-minuman
alkohol
Alergi : Tidak ada alergi
2.2.7 Struktur Keluarga
1. Peran :
a. Formal : Tn.G sebagai ayah/ kepala keluarga, Ny.K sebagai
ibu/ istri
b. Informal : Tn.G dan Ny.K sebagai sumber penghasilan ,
urusan rumahtangga seperti mencuci baju, membersihkan
rumah, menyiapkan makanan adalah tugas pembantu rumah
tangga.
2. Sistem nilai keyakinan yang dianut keluarga : tidak percaya dengan
mitos atau takhayul. Segala hal yang terjadi memiliki penjelasan
yang rasional secara ilmiah dan teknologi.
3. Pola komunikasi : bahasa yang digunakan setiap hari bahasa
indonesia dan bahasa inggris, komunikasi sangat jarang tejadi
karena kesibukan masing-masing anggota keluarga. Keluarga tidak
dapat berkomunikasi atau menungkan perasaan secara leluasa.
4. Struktur kekuatan keluarga :
a. Pemegang kekuasaan utama :
1. Ayah / kepala keluarga
2. Ibu / istri
b. Cara memutuskan masalah : orangtua mengambil
keputusan tanpa bermusyawarah dengan anggota keluarga
lainnya.
2.2.8 Fungsi Keluarga
1. Fungsi afektif : keluarga kurang memberi perhatian kepada satu
sama lain, sikap yang lebih acuh dan sibuk sendiri.
2. Fungsi ekonomi : keluarga Tn.G dapat mencukupi kebutuhan
sehari-hari bahkan lebih. Investasi keuangan dimasa mendatang
dengan memiliki sejumlah bangunan dan asuransi kesehatan dan
pendidikan untuk anggota keluarga.
3. Fungsi reproduksi : Ny.K sudah tidak ingin memiliki momongan
mengingat usia yang tidak lagi muda dan ingin fokus pada karir
dan bisnisnya.
4. Fungsi sosial : Tn.G kurang aktif dalam kegiatan social di
lingkungannya. Kehadirannya hanya sebatas memberikan bantuan
atau sumbangan berupa uang karena kesibukkannya di perusahaan.
5. Fungsi perawatan kesehatan keluarga :
a. Mengenal masalah : jika ada keluarga yang sakit maka akan
langsung menguhubungi dokter pribadi keluarga.
b. Memutuskan tindakan : jika anggota keluarga yang lain
sedang sakit dan pertolongan pertama masih tidak teratasi
maka akan segera dibawa ke klinik terdekat.
c. Memberikan perawatan : keluarga akan melakukan check
up rutin kesehatan 2x dalam setahun.
d. Modifikasi lingkungan : keluarga selalu memberikan
kenyaman pada lingkungan yang ditempati agar tidak cepat
bosan ketika dirumah.
e. Menggunakan pelayanan kesehatan : selalu membawa
menghubungi layanan dokter keluarga dan rumah sakit
langganan keluarga bila ada yang memerlukan perawatan
khusus.
2.2.9 Struktur Dan Koping Keluarga
1. Stresor jangka pendek : kurang dari 6 bulan
2. Koping keluarga : respons ketika keluarga dihadapkan pada
masalah yang mengancam pada keluarga mereka adalah dengan
mencari bantuan orang lain yan lebih profesional
2.2.10 Riwayat Kesehatan Keluarga
1. Tn.G memiliki riwayat gangguan tidur atau insomnia
2. Ny.K tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya
3. An.T memiliki riwayat gangguan tidur atau insomnia
4. An.E memiliki riwayat meminum minuman keras atau alcohol, An.
E juga merasa diabaikan dan tertekan karena selalu dibandingkan
dengan kakaknya.
2.2.11 Pengkajian Data Fokus
1. Tahap perkembangan keluarga : keluarga dengan anak dewasa
2. Tugas yang belum terpenuhi : belum dapat mempertahankan
keintiman keluarga
3. An.E diketahui kecanduan alcohol
4. Fungsi Afektif keluarga terganggu

2.3. DIAGNOSA KEPERAWATAN


DATA FOKUS MASALAH
ETIOLOGI
(DO,DS) KEPERAWATAN
Ds: keluarga tidak mampu Krisis perkembangan Gangguan proses
mengungkapkan keluarga Tn.G
perasaan secara leluasa dengan Ny.K
Do:
 Keluarga tidak mampu
berkomunikasi secara
terbuka diantara anggota
keluarga
 Keluarga tidak mampu
memnuhi kebutuhan
emosional anggota
keluarga.
 Keluarga tidak mampu
mencari atau menerima
bantuan secara tepat.
Ds: An. E merasa diabaikan, Hubungan keluarga Tn.G Ketidakmampuan
merasa tertekan (depresi) ambivalen koping keluarga
Do: pada Tn.G dengan
 Tidak toleran Ny.K
 Mengabaikan anggota
keluarga
 Perilaku individualistik

Faktor resiko Penyalagunaan zat atau Resiko bunuh diri


Ds : mengkonsumsi pada anak.E
- Merasa diabaikan alcohol secara
- Merasa tertekan karena berlebihan
dibandingkan
- Riwayat minum
minuman alcohol
- Hubungan keluarga tidak
harmonis

2.4. PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN


Masalah Keperawatan : Gangguan proses keluarga Tn.G dan Ny.K
No Kriteria Skor Bobot Nilai
1 Sifat masalah 2 1 2/3 x 1 = 0,60
 Tidak/kurang sehat (3)
 Ancaman kesehatan(2)
 Krisis/ keadaan
sejahtera(1)

2 Kemungkinan masalah dapat 2 2 2/2 x 2 = 2


diubah
 Dengan mudah (2)
 Hanya sebagian(1)
 Tidak dapat(0)

3 Potensi masalah untuk 3 1 3/3 x 1= 1


dicegah
 Tinggi (3)
 Cukup(2)
 Rendah(1)

4 Menonjolnya masalah 1 1 ½ x 1 = 0.50


Skala :
 Masalah berat, harus
segera ditangani (2)
 Ada masalah, tetapi tidak
perlu segera ditangani (1)
 Masalah tidak dirasakan(0)

Jumlah : 4,10
Masalah Keperawatan : Ketidakmampuan koping keluarga pada Tn.G
dan Ny.K
No Kriteria Skor Bobot Nilai
1 Sifat masalah 2 1 2/3 x 1 = 0,60
 Tidak/kurang sehat (3)
 Ancaman kesehatan(2)
 Krisis/ keadaan
sejahtera(1)

2 Kemungkinan masalah dapat 1 2 1/2 x 2 = 1


diubah
 Dengan mudah (2)
 Hanya sebagian(1)
 Tidak dapat(0)

3 Potensi masalah untuk 2 1 2/3 x 1= 0.60


dicegah
 Tinggi (3)
 Cukup(2)
 Rendah(1)

4 Menonjolnya masalah 1 1 1/2x 1 = 0.50


Skala :
 Masalah berat, harus
segera ditangani (2)
 Ada masalah, tetapi tidak
perlu segera ditangani (1)
 Masalah tidak dirasakan(0)

Jumlah : 2,70

Masalah Keperawat : Resiko Bunuh diri pada anak.E


No Kriteria Skor Bobot Nilai
1 Sifat masalah 3 1 3/3 x 1 = 1
 Tidak/kurang sehat (3)
 Ancaman kesehatan(2)
 Krisis/ keadaan
sejahtera(1)

2 Kemungkinan masalah dapat 1 2 1/2 x 2 = 1


diubah
 Dengan mudah (2)
 Hanya sebagian(1)
 Tidak dapat(0)
3 Potensi masalah untuk 2 1 2/3 x 1= 0,60
dicegah
 Tinggi (3)
 Cukup(2)
 Rendah(1)

4 Menonjolnya masalah 1 1 2/2 x 1 = 1


Skala :
 Masalah berat, harus
segera ditangani (2)
 Ada masalah, tetapi tidak
perlu segera ditangani (1)
 Masalah tidak dirasakan(0)

Jumlah : 3,60

Dari penilaian diatas maka didapat prioritas diagnose keperawatan


keluarga sebagai berikut :
1. Gangguan proses keluarga Tn.G dan Ny.K berhubungan dengan krisis
perkembangan
2. Resiko Bunuh diri pada anak E berhubungan dengan riwayat depresi dan
penggunaan minuman keras
3. Ketidakmampuan koping keluarga pada Tn.G dan Ny.K berhubungan
dengan hubungan keluarga ambivalen
2.5. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan Umum & Khusus Rencana Tindakan

Gangguan proses TU : - identifikasi beban


keluarga Tn.G Proses keluarga Tn.G prognosis secara
dan Ny.K membaik dalam waktu 3 x psikologi
berhubungan 24 jam - dengarkan masalah,
TK : perasaan, dan
- Keluarga mampu mengenal pertanyaan keluarga
masalah gangguan proses - informasikan kemajuan
keluarga yang dialami pasien secara berkala
- Keluarga mampu - rujuk pasien untuk
memutuskan tindakan yang terapi keluarga, jika
akan diambil dalam perlu
dengan krisis
mengatasi masalah
perkembangan
- Keluarga mampu mengatasi
tahap keluarga
masalah gangguan proses
keluarga yang dialami
- Keluarga mampu
memanfaatkan pelayanan
kesehatan untuk
memperbaiki proses
keluarga
Resiko bunuh TU : - identifikasi kondisi yang
diri pada anak.E Resiko Bunuh diri An.E di menyebabkan stress
di keluarga Tn.G keluarga Tn G menurun - identifikasi konsep diri
berhubungan dalam waktu 3 x 24 jam - identifikasi hubungan
dengan riwayat TK : social dan hambatan
depresi dan - Keluarga mampu mengenal - berikan lingkungan
konsumsi masalah resiko bunuh diri yang aman dan nyaman
minuman keras yang dialami An.E - perhatikan kebutuhan
- Keluarga mampu dasar dan psikologis
memutuskan tindakan yang - hindari pemberian
akan diambil dalam stigma
mengatasi masalah An.E - rujuk ke pelayanan
- Keluarga mampu terkair , jika perlu
memodifikasi lingkungan
agar tidak membahayakan
keselamatan An.E
- Keluarga mampu
memanfaatkan pelayanan
kesehatan untuk
mengobati kecanduan
alcohol pada An.E
TU : - identifikasi beban
Koping keluarga Tn.G prognosis secara
membaik dalam waktu 4 x psikologi
24 jam - dengarkan masalah,
TK : perasaan, dan
Ketidakmampuan - Keluarga mampu mengenal pertanyaan keluarga
koping keluarga masalah koping keluarga - informasikan kemajuan
Tn.G dan Ny.K yang dialami pasien secara berkala
berhubungan - Keluarga mampu - rujuk pasien untuk
dengan hubungan memutuskan tindakan yang terapi keluarga, jika
keluarga akan diambil dalam perlu
ambivalen mengatasi masalah
- Keluarga mampu
memanfaatkan pelayanan
kesehatan untuk
meningkatkan koping
keluarga

2.6. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


TGL/
TINDAKAN TTD
JAM
1. Mengidentifikasi beban prognosis secara
psikologi
2. Mendengarkan masalah, perasaan, dan pertanyaan
keluarga
3. Meginformasikan kemajuan pasien secara berkala
4. Merujuk pasien untuk terapi keluarga, jika perlu
1. mengidentifikasi kondisi yang menyebabkan
stress
2. mengidentifikasi konsep diri
3. mengidentifikasi hubungan social dan hambatan
4. memberikan lingkungan yang aman dan nyaman
5. memperhatikan kebutuhan dasar dan psikologis
6. menghindari pemberian stigma
7. merujuk ke pelayanan terkair , jika perlu
1. Mengidentifikasi beban prognosis secara
psikologi
2. Mendengarkan masalah, perasaan, dan pertanyaan
keluarga
3. Meginformasikan kemajuan pasien secara berkala
4. Merujuk pasien untuk terapi keluarga, jika perlu

2.7. EVALUASI KEPERAWATAN


TGL/
TINDAKAN TTD
JAM
S : - keluarga tidak mampu mengungkapkan perasaan
secara leluasa
- Keluarga tidak mampu berkomunikasi secara
terbuka diantara anggota keluarga

O : keadaan pasien Nampak linglung seperti orang


kebingungan
A : krisis perkembangan masih di rasakan sehingga
Keluarga tidak mampu memnuhi kebutuhan
emosional anggota keluarga.
P:
- berikan HE kepada pasien dan keluarga
- ajarkan teknik relaksasi agar pasien dan
keluarga tidak cemas dan bingung
- ajarkan keluarga dan pasien cara berinteraksi
dengan orang lain.
S : An. E merasa diabaikan, merasa tertekan (depresi)
O : keadaan umun an.E Nampak sedih dan gelisah
seperti tdk ada semangat dalam hidupnya
A: perasaan tidak enak atau merasa di abaikan masih
dirasakan
P : - berikan HE kepada an.E dan keluarganya
-Ajarkan cara berinteraksi dengan keluarga
- Ajarkan cara untuk merilekskan fikiran

S : - Merasa diabaikan
- Merasa tertekan karena dibandingkan
- Riwayat minum minuman alcohol
- Hubungan keluarga tidak harmonis
O : keadaan umum an.E Nampak acuh dan gelisah
A: perasaan tidak enak atau merasa di abaikan
P : - berikan HE kepada an.E dan keluarganya
-Ajarkan cara berinteraksi dengan keluarga
- Ajarkan cara untuk merilekskan fikiran
BAB 3
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Alkoholisme atau ketergantungan pada alkohol biasanya dimulai dari
acara minum-minum sedikit pada acara-acara tertentu misalnya ada acara
kumpul-kumpul atau social event dari acara ke acara sampai kemudian
berlanjut menjadi seorang peminum setelah melewati masa tertentu.
hubungan harmonis pada keluarga dapat menurunkan resiko anak
mengalami kecanduan alcohol. Dimana alcohol ini biasanya lebih sering
digunakan untuk pelampiasan suatu emosi baik kebahagian hingga
kesedihan atau kemarahan.
Perilaku orangtua juga mengambil peran yang cukup besar dalam
memberikan role model pada anak-anaknya. Oleh karena itu orangtua yang
memiliki perilku biasa mengkonsumsi alcohol dapat meningkatkan resiko
anak melakukan perilaku yang sama seperti orangtua.

3.2 SARAN
Setelah membaca makalah ini diharapkan untuk keluarga mampu
menjalin dan mempertahankan hubungan yang harmonis dan saling terbuka.
Serta mampu memotivasi anak untuk berperilaku dan menjaga kesehatan
baik fisik maupun mental dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Kelley, M. L., Nair, V., Rawlings, T., Cash, T. F., Steer, K., & Fals-Stewart, W.
(2005). Retrospective reports of parenting received in their families of origin:
Relationships to adult attachment in adult children of alcoholics. Addictive
Behaviors, 30(8), 1479–1495. https://doi.org/10.1016/j.addbeh.2005.03.005
Kholifah, S. N., & Widagdo, W. (2016). Keperawatan Keluarga Dan Komunitas.
In Pusdik SDM Kesehatan. Pusdik SDM Kesehatan.
Peran, M. K. (2018). Ir-perpustakaan universitas airlangga.
Risma, A. S. (2012). Hubungan antara kontrol diri dengan kecenderungan
perilaku alkoholisme pada remaja penggemar musik metal. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Widagdo, W., & Kholifah, S. N. (2016). Keperawatan Keluarga dan Komunitas.
Pusdik SDM Kesehatan.
LAMPIRAN

(JURNAL)

Anda mungkin juga menyukai