Anda di halaman 1dari 30

Tugas : Keperawatan Komunitas 1

Dosen Pembimbing : Dr. Suarnianti, S.Kep. Ns., M.Kes.

ETIK DAN NILAI DALAM KOMUNITAS

KELOMPOK 3 (A4 2016)

Syarifa Mahu (NH0116178)


Wiwik Damayanti (NH0116188)
Sintya Yolastri Lubuk (NH0116165)
Yunike Sriyulandari (NH0116198)
Yosepina Aprilia Kalkoy (NH0116192)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Dalam makalah ini penulis akan membahas topik mengenai ETIK DAN
NILAI DALAM KOMUNITAS Makalah ini dibuat dari beberapa sumber yang
penulis dapat dari buku kesehatan dan jurnal. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengundang pembaca untuk memberikan
saran atau kritik yang membangun.Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.Akhir kata, semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.Wassalam.

Makassar, 14 maret 2019

Penulis
BAB I
KONSEP DASAR KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. Definisi.
1. Komunitas
Komunitas adalah sekelompok orang yang mempunyai
karakteristik yang sama, yang dapat ditentukan berdasarkan ras,etnik, usia,
pekerjaan, minat, atau memiliki ikatan yang sama ( McKenzie dkk 2017 )
Menurut effendi ( 1998 ) komunitas adalah sekumpulan individu
yang menempati wilayah dengan batas-batas tertentu, mempunyai adat
istiadat kebudayaan dan identitas yang sama, saling berinteraksi dan
memiliki rasa saling ketergantungan.
Komunitas memiliki beberapa criteria, yaitu :
1. Batas wilayah dengan batas-batas tertentu
2. Hubungan social yang lebih dengan tingkat solidaritas yang tinggi
3. Memiliki struktur social, peran social, dan saling ketergantungan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan bidang kesehatan
yang professional, berdasarkan ilmu dan metode keperawatan, bersifat bio-
psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, untuk dan pada individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat, baik dalam keadaan sehat maupun
sakit serta mencakup seluruh proses kehidupan.
Menurut WHO ( 1959 ) keperawatan komunitas atau keperawatan
kesehatan masyarakat adalah lapangan keperawatan khusus yang
merupakan gabungan ketrampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan
masyarakat dan bantuan social, sebagai bagian dari program kesehatan
masyarakat secarah keseluruhan guna meningkatkan kesehatan,
penyempurnaan kondisi social, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi,
pencegahan penyakit, dan bahaya yang lebih besar dan ditunjukan kepada
individu, keluarga yang mempunyai masalah dan hal itu mempengaruhi
masyarakat secarah keseluruhan.
Berbagai definisi dari keperawatan kesehatan komunitas telah
dikeluarkan oleh organisasi-organisasi profesional. Berdasarkan
pernyataan dari American Nurses Association (2004) yang mendefinisikan
keperawatan kesehatan komunitas sebagai tindakan untuk meningkatkan
dan mempertahankan kesehatan dari populasi dengan mengintegrasikan
ketrampilan dan pengetahuan yang sesuai dengan keperawatan dan
kesehatan masyarakat. Praktik yang dilakukan komprehensif dan umum
serta tidak terbatas pada kelompok tertentu, berkelanjutan dan tidak
terbatas pada perawatan yang bersifat episodik. Definisi keperawatan
kesehatan komunitas menurut American Public Health Association (2004)
yaitu sintesis dari ilmu kesehatan masyarakat dan teori keperawatan
profesional yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan pada
keseluruhan komunitas (Zulkahfi, 2015)
2. Defenisi keperawatan komunitas
Terdapat banyak defenisi tentang keperawatan komunitas yang diberiksn
oleh para ahli mauoun orgnisasi profesi: (Suarjana, 2016)
a. Ruth B. Freeman (1981), keperawatan komunitas adalah kesatuan yang
unik dari praktek keperawatan dan kesehatan masyrakat yang
ditujukan kepada pengembangan dan peningkatan kemampuan
kesehatan baik diri sendiri sebagai perorangan maupun secara kolektif
sebagai keluarga, kelompok khusus atau masyarakat dan pelayanan
tersebut mencakup spectrum pelayanan kesehatan untuk masyarakat.
b. Pradley (1985), Logan dan Dawkhin (1987) keperawatan komunitaas
adalah pelayanan keperawatan professional yang ditujukan kepada
masyarakat denagn penekanan pada kelompok risiko tinggi. Dalam
upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan
penyakit dan peningkatan kesehatan, serta menjamin keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dengan melibatkan pasien
sebagai mitra dalam perencanaan ,pelaksanaan , dan evaluasi
pelayanan keperawatan.

B. Tujuan dan fungsi keperawatan komunitas


Tujuan keperawatan komunitas adalah untuk mencegah dan peningkatan
kesehatan masyarakat melalui upaya berikut ini (Zulkahfi, 2015).
1. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap keluarga,
individu dan kelompok dalam konteks komunitas.
2. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health general
community) dan mempertimbangkan bagaimana masalah atau isu
kesehatan masyarakat dapat mempengaruhi keluarga, individu dan
kelompok.
Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk:
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami
2. Menetapkan dan memprioritasakan masalah kesehatan.
3. Merumuskan serta memecahkan masalah.
4. Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi.
5. Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi yang
akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan
secara mandiri (Self care)

C. Perbedaan Keperawatan Komunitas Dari Disiplin Keperawatan Lain


Keperawatan kesehatan komunitas pada awalnya bekerja di sektor
pemerintahan seperti Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan dan puskesmas
tetapi dalam perkembangannya perawat komunitas juga bekerja di setting
lainnya misal pusat layanan kesehatan mandiri, organisasi home care maupun
organisasi kemasyarakatan lainnya. Menurut Institute of Medicine (IOM)
tahun 2003 mendefinisikan Keperawatan Kesehatan Komunitas sebagai
layanan keperawatan profesional yang diberikan oleh perawat yang telah
memeperoleh pendidikan keperawatan komunitas atau disiplin lain yang
berkaitan dan bekerja untuk meningkatkan derajat kesehatan yang berfokus
pada masyarakat.
Keperawatan kesehatan komunitas dibedakan dari spesialis keperawatan
lainnya berdasarkan delapan prinsip di bawah ini :
1. Klien atau unit keperawatan adalah populasi
Walaupun perawat komunitas memberikan asuhan pada individu, keluarga
dan kelompok tetapi tanggung jawab dominan tetap pada populasi
keseluruhan.
2. Tugas utama adalah meraih yang terbaik bagi sejumlah orang atau
populasi keseluruhan.
Perawat kesehatan komunitas mengidentifikasi kemungkinan menemukan
individu yang kebutuhannya tidak sesuai dengan prioritas kesehatan yang
menguntungkan bagi populasi keseluruhan.
3. Proses yang digunakan oleh perawat komunitas termasuk bekerja dengan
klien sebagai mitra yang sejajar
Tindakan perawat kesehatan komunitas harus menggambarkan kesadaran
dari kebutuhan yang komprehensif dari kesehatan dalam kemitraan dengan
komunitas dan populasi meliputi perspektif, prioritas dan nilai dari
populasii dalam menginterpretasikan data, kebijakan dan memutuskan
program serta memilih strategi yang sesuai untuk dilakukan.
4. Pencegahan primer adalah prioritas dalam memilih tindakan yang sesuai
Pencegahan primer meliputi promosi strategi kesehatan dan proteksi
kesehatan
5. Memilih strategi untuk menciptakan lingkungan sehat, kondisi sosial dan
ekonomi pada populasi yang berkembang merupakan fokus utama.
Intervensi keperawatan kesehatan komunitas meliputi pendidikan,
pengembangan masyarakat, perencanaan sosial, kebijakan pengembangan
serta enforcement. Dan intervensi tersebut akan berkembang ketika kita
bekerja dengan komunitas dan berakibat pada hukum, peraturan, kebijakan
dan prioritas dana. Advokasi pada komunitas untuk menciptakan kondisi
sehat merupakan bagian penting dari praktik keperawatan kesehatan
komunitas.
6. Ada tanggung jawab untuk mencapai keseluruhan populasi yang
memerlukan intervensi spesifik atau pelayanan
Beberapa faktor resiko tidak terdistribusi secara acak, subpopulasi spesifik
kemungkinan lebih dapat dipantau perkembangan penyakitnya atau
kecacatannya atau kemungkinan sulit untuk mengakses atau menggunakan
pelayanan, oleh sebab itu memerlukan jangkauan yang khusus.
Keperawatan kesehatan komunitas berfokus pada keseluruhan populasi
dan tidak hanya pada mereka yang datang ke pelayanan.
7. Penggunaan sumber-sumber kesehatan yang optimal untuk mendapatkan
perbaikan yang terbaik dari populasi merupakan kunci pokok dari kegiatan
praktik.
Perawat kesehatan komunitas harus terlibat dalam koordinasi dan
organisasi tindakan dalam merespon isu-isu yang berhubungan dengan
kesehatan. Perawat komunitas menggunakan dan memberikan informasi
pada pembuat kebijakan berdasarkan bukti ilmiah yang berhubungan
dengan outcome aksi spesifik, program atau kebijakan, seperti keuntungan
biaya atau efektifitas biaya dari strategi yang potensial. pada pembuat
kebijakan berdasarkan bukti ilmiah yang berhubungan dengan outcome
aksi spesifik, program atau kebijakan, seperti keuntungan biaya atau
efektifitas biaya dari strategi yang potensial. Perawat kesehatan komunitas
harus selalu berkembang untuk mencari bukti ilmiah ketika diperlukan.

Kolaborasi dengan berbagai jenis profesi, organisasi dan perkumpulan


merupakan cara paling efektif untuk mempromosikan dan melindungi
kesehatan orang-orang Menciptakan kondisi dimana komunitas selalu
sehat kemungkinan sangat kompleks, proses sumber daya yang intensif.
Perawat kesehatan komunitas bekerja sama dengan disiplin ilmu lain dari
berbagai bidang dan profesi dalam upaya meningkatkan kesehatan
populasi. Hal ini meliputi identifikasi perawat kesehatan komunitas akan
pentingnya tindakan legislatif dan keterlibatan kebijakan sosial dan
kesehatan di semua tingkat. Kolaborasi ini kemungkinan terjadi dalam
sistem pelayanan ksehatan dan pemerintah mengadopsi program promotif
dan kebijakan yang perlu direvisi (Sumijatun, 2005)

D. Area Praktik Perawat Kesehatan Komunitas


Perawat kesehatan komunitas merupakan praktik promotif dan proteksi
kesehatan populasi menggunakan pengetahuan keperawatan, sosial dan ilmu
kesehatan masyarakat (American Public Health Association, 1996). Praktik
yang dilakukan berfokus pada populasi dengan tujuan utama promosi
kesehatan dan mencegah penyakit serta kecacatan untuk semua orang melalui
kondisi yang dicipakan dimana orang bisa menjadi sehat. Meskipun praktik
yang dilakukan berada pada berbagai jenis organisasi dan masyarakat, semua
perawat kesehatan komunitas berfokus pada populasi. Populasi dapat
didefinisikan pada mereka yang hidup pada area geografis yang spesifik
(contoh : tetangga, komunitas, kota atau negara) atau mereka kelompok etnik
atau ras khusus yang mengalami beban berlebihan dari outcome kesehatan
yang rendah. Populasi juga dapat berpartisipasi dalam progra khusus seperti
perawatan maternitas untuk remaja yang hamil, atau mereka yang terkena
penyakit-penyakit khusus seperti HIV/AIDS atau tuberkulosis; atau faktor
resiko seperti hipertensi, kurangnya akses terhadap erawatan. Meskipun
perawat kesehatan komunitas melayani indvidu dan keluarga, fokus utama
adalah populasi. Perawat kesehatan komunitas bisa bekerja sama dengan
komunitas dan populasi untuk mengurangi resiko kesehatan dan
meningkatkan, mempertahankan serta memperbaiki kembali kesehatan.
Perawat kesehatan komunitas melakukan advokasi pada tingkat sistem untuk
merubah kesehatan. Perawat kesehatan komunitas harus memahami dan
menerapkan konsep dari berbagai area. Perawat komunitas juga harus
mengaplikasikan konsep pengorganisasian dan pengembangan komunitas,
koordinasi perawatan, pendidikan kesehatan, kesehatan lingkungan dan ilmu
kesehatan masyarakat. Perawat kesehatan komunitas bekerja sama dengan
populasi dan berbagai kelompok meliputi :
1. Anggota dari tim kesehatan masyarakat seperti epidemiologis, pekerja
sosial, nutrisionis dan pendidik kesehatan
2. Organisasi kesehatan pemerintah
3. Penyedia layanan kesehatan
4. Organisasi dan koalisi masyarakat
5. Unit pelayanan komunitas seperti sekolah, lembaga bantuan hukum dan
unit gawat darurat
6. Industri dan bisnis
7. Institusi penelitian dan pendidikan
Perawat kesehatan komunitas bekerja untuk meningkatkan kesehatan
individu, keluarga, komunitas dan populasi melalui fungsi inti dari pengkajian,
jaminan dan kebijakan pengembangan (IOM, 2003). Fungsi inti diaplikasikan
dalam cara sistematik dan komprehensif. Proses pengkajian meliputi
identifikasi kepedulian, kekuatan dan harapan populasi dan dipandu dengan
metode epidemiologi. Jaminan diperoleh melalui regulasi, advokasi pada
penyedia layanan kesehatan profesional lain untuk memenuhi kebutuhan
layanan yang dikehendaki populasi, koordinasi pelayanan komunitas atau
ketentuan langsung pelayanan. Srategi asuransi meliputi ketersediaan, bisa
diterima, dapat diakses dan kualitas layanan. Kebijakan ditetapkan
berdasarkan hasil pengkajian, prioritas ditentukan oleh populasi dan dengan
pertimbangan dari subpopulasi dan komunitas pada resiko terbesar, seperti
bukti keefektifan dari berbagai aktivitas atau strategi. Perawat kesehatan
komunitas proaktif dengan menghormati kecenderungan pelayanan kesehatan
dan sosial, merubah kepedulian, dan aktivitas legislatif serta kebijakan.
Fungsinya sebagai advokat pada populasi yang mereka layani. Seperti
advokasi untuk kesehatan masyarakat dan promosi kesehatan lingkungan,
menciptakan kondisi yang emperbaiki dan mempertahankan kesehatan
populasi dan merupakan peranan kunci dari perawat kesehatan komunitas.
Perawat kesehatan komunitas terlibat dalam penelitian untuk meningkatkan
praktik perawat kesehatan komunitas dan strategi serta intervensi khusus.
Perawat harus memiliki tanggung jawab secara aktif dalam meningkatkan
ilmu berbasis bukti yang profesional. Dokumentasi yang baik dan jelas
merupakan bukti praktik perawat kesehatan komunitas yang efisien, efektif
dan strategi biaya yang menguntungkan dalam promotif kesehatan
masyarakat. Ketika perawat kesehatan komunitas bermitra dengan individu,
fokusnya menjadi meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik yang
mendukung serta meningkatkan kesehatan dengan tujuan utama memperbaiki
keseluruhan kesehatan dari populasi. Sama juga tindakan dengan keluarga dan
komunitas yang meningkatkan kesehatan keluarga dan masyarakat
keseluruhan. Aktivitas dengan populasi berhubungan dengan organisasi,
kebijakan, hukum dan termasuk stake holder kunci yang mempengaruhi
lingkungan dimana orang-orang tinggal dan menciptakan kondisi yang
meningkatkan kesehatan untuk semua.
Menurut Depkes (2006) Pelayanan keperawatan kesehatan komunitas
dapat diberikan secara langsung pada semua tatanan pelayanan kesehatan ,
yaitu :
1. Di dalam unit pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, dll) yang
mempunyai pelayanan rawat jalan dan rawat nginap
2. Di rumah
Perawat “home care” memberikan pelayanan secara langsung pada
keluarga di rumah yang menderita penyakit akut maupun kronis. Peran
home care dapat meningkatkan fungsi keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang mempunyai resiko tinggi masalah kesehatan.
3. Di sekolah
Perawat sekolah dapat melakukan perawatan sesaat (day care)
diberbagai institusi pendidikan (TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan
tinggi, guru dan karyawan). Perawat sekolah melaksanakan program
screening kesehatan, mempertahankan kesehatan, dan pendidikan
kesehatan.
4. Di tempat kerja/industry
Perawat dapat melakukan kegiatan perawatan langsung dengan kasus
kesakitan/kecelakaan minimal di tempat kerja/kantor, home industri/
industri, pabrik dll. Melakukan pendidikan kesehatan untuk keamanan dan
keselamatan kerja, nutrisi seimbang, penurunan stress, olah raga dan
penanganan perokok serta pengawasan makanan.
5. Di barak-barak penampungan
Perawat memberikan tindakan perawatan langsung terhadap kasus
akut, penyakit kronis, dan kecacatan fisik ganda, dan mental.
6. Dalam kegiatan Puskesmas keliling
Pelayanan keperawatan dalam puskesmas keliling diberikan kepada
individu, kelompok masyarakat di pedesan, kelompok terlantar. Pelayanan
keperawatan yang dilakukan adalah pengobatan sederhana, screening
kesehatan, perawatan kasus penyakit akut dan kronis, pengelolaan dan
rujukan kasus penyakit.
7. Di Panti atau kelompok khusus lain, seperti panti asuhan anak, panti
wreda, dan panti sosial lainya serta rumah tahanan (rutan) atau lembaga
pemasyarakatan (Lapas).
8. Pelayanan pada kelompok kelompok resiko tinggi
a. Pelayanan perawatan pada kelompok wanita, anak-anak, lansia
mendapat perlakukan kekerasan
b. Pelayanan keperawatan di pusat pelayanan kesehatan jiwa
c. Pelayanan keperawatan dipusat pelayanan penyalahgunaan obat
d. Pelayanan keperawatan ditempat penampungan kelompok lansia,
gelandangan pemulung/pengemis, kelompok penderita HIV
(ODHA/Orang Dengan Hiv-Aids), dan WTS
Fokus utama kegiatan pelayanan keperawatan kesehatan komunitas
adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keperawatan,
membimbing dan mendidik individu, keluarga, kelompok, masyarakat
untuk menanamkan pengertian, kebiasaan dan perilaku hidup sehat
sehingga mampu memelihara dan meningkatkan derajad kesehatannya.
(Sumijatun, 2005)

E. Sasaran Keperawatan Kesehatan Komunitas (Depkes, 2006)


1. Sasaran individu
Sasaran priotitas individu adalah balita gizi buruk, ibu hamil risiko tinggi,
usia lanjut, penderita penyakit menular (TB Paru, Kusta, Malaria, Demam
Berdarah, Diare, ISPA/Pneumonia) dan penderita penyakit degeneratif.
2. Sasaran keluarga
Sasaran keluarga adalah keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah
kesehatan (vulnerable group) atau risiko tinggi (high risk group), dengan
prioritas :
1) Keluarga miskin belum kontak dengan sarana pelayanan kesehatan
(Puskesmas dan jaringannya) dan belum mempunyai kartu sehat.
2) Keluarga miskin sudah memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan
mempunyai masalah kesehatan terkait dengan pertumbuhan dan
perkembangan balita, kesehatan reproduksi, penyakit menular.
3) Keluarga tidak termasuk miskin yang mempunyai masalah kesehatan
prioritas serta belum memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan
3. Sasaran kelompok
Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat khusus yang rentan
terhadap timbulnya masalah kesehatan baik yang terikat maupun tidak
terikat dalam suatu institusi.
a. Kelompok masyarakat khusus tidak terikat dalam suatu institusi antara
lain Posyandu,Kelompok Balita, Kelompok ibu hamil, Kelompok Usia
Lanjut, Kelompok penderita penyakit tertentu, kelompok pekerja
informal.
b. Kelompok masyarakat khusus terikat dalam suatu institusi, antara lain
sekolah, pesantren, panti asuhan, panti usia lanjut, rumah tahanan
(rutan), lembaga pemasyarakatan (lapas).
4. Sasaran masyarakat
Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang rentan atau mempunyai risiko
tinggi terhadap timbulnya masalah kesehatan, diprioritaskan pada
a. Masyarakat di suatu wilayah (RT, RW, Kelurahan/Desa) yang
mempunyai :
1. Jumlah bayi meninggal lebih tinggi di bandingkan daerah lain
2. Jumlah penderita penyakit tertentu lebih tinggi dibandingkan
daerah lain
3. Cakupan pelayanan kesehatan lebih rendah dari daerah lain
b. Masyarakat di daerah endemis penyakit menular (malaria, diare,
demam berdarah, dll)
c. Masyarakat di lokasi/barak pengungsian, akibat bencana atau akibat
lainnya
d. Masyarakat di daerah dengan kondisi geografi sulit antara lain daerah
terpencil, daerah perbatasan
e. Masyarakat di daerah pemukiman baru dengan transportasi sulit seperti
daerah transmigrasi.

F. Keperawatan Kesehatan Komunitas di Masa Mendatang


Saat ini permasalahan kesehatan yang dihadapi cukup kompleks, upaya
kesehatan belum dapat menjangkau seluruh masyarakat meskipun dapat
dilihat beberapa terobosan dalam upaya pembangunan bidang kesehatan. Hal
ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kematian bayi yaitu 35 per
1000 kelahiran hidup (SDKI 2002-2003) serta angka kematian ibu yaitu 307
per 100.000 kelahiriran hidup (SDKI 2002-2003), Masalah kesehatan lainnya
adalah munculnya penyakit-penyakit (emerging diseases) seperti HIV/AIDS,
SARS, Chikungunya, dan meningkatnya kembali penyakit penyakit menular
(re-emerging diseases) seperti TBC, malaria, serta penyakit yang dapat
dicegah dengan immunisasi. Sementara itu untuk penyakit-penyakit
degeneratif seperti penyakit jantung dan penyakit pembuluh darah, juga terjadi
peningkatan. Selain permasalahan penyakit, krisis dalam komunitas seperti
bencana dan terjadinya kekerasan juga menjadi fokus perhatian kita, oleh
sebab itu di tahun-tahun mendatang dapat diprediksi bahwa kebutuhan akan
pelayanan keperawatan kesehatan komunitas yang berkualitas meningkat.
Pada akhirnya kemampuan kita untuk menangkap peluang dan berespon
terhadap perubahan dan tantangan di masa mendatang merupakan dasar yang
kuat bagi perkembangan keperawatan kesehatan komunitas. Kompetensi
perawat kesehatan komunitas, perawatan kesehatan di rumah, peran perawat
Puskesmas di komunitas, kepemimpinan serta pemakaian teknologi informasi
diprediksi menjadi fokus dari sistem kesehatan komunitas di masa mendatang
(Sumijatun, 2005)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Etika
Secara etimologi, etika ( ethic ) berasal dari bahasa yunani ‘ethos’ yang
berarti watak kesusilaan, adat, kebiasaan, perilaku, atau karakter. Etik
berkaitan dengan moral, yang berasal dari bahasa latin ‘mos’ atau bentuk
jamak ‘mores’, artinya adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan
melakukan perbuatan baik dan menghindari tindakan-tindakan buruk.
Efendi dan Makhfudli (2009) menyatakan, meski etika dan moral
memiliki pengertian hampir sama, terdapat perbedaan dalam konteks
keseharian, yaitu etika digunakan untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang
berlaku, sedangkan moral untuk penilaian perbuatan yang dilakukan.
Sementara menurut Mubarak dan Chayatin (2013); etika merupakan alat
untuk mengukur perilaku moral. Etika berhubungan dengan pertimbangan
keputusan suatu perbuatan, karena tidak terdapat undang-undang atau
peraturan yang menegaskan hal-hal yang harus dilakukan oleh moral.
Pemikiran etika didasarkan pada kode perilaku yang berhubungan
dengan baik-buruknya kewajiban moral. Prinsip benar atau salah dalam suatu
tindakan mengacu pada perilaku yang bersumber dari moral sanksi, yaitu
sanksi moral, bukan sanksi hukum.
Adapun definisi etika menurut para filsuf atau ahli lain dapat dijelaskan
melalui beberapa pokok pemikiran berikut ini :
a. Etika merupakan prinsip-prinsip moral yang mencakup ilmu tentang
kebaikan dan sifat dari hak
b. Etika adalah ilmu mengenai suatu kewajiban
c. Etika merupakan ilmu watak manusia yang sesuai dengan prinsip moral
individu
d. Etika adalah pedoman perilaku yang diakui, serta berkaitan dengan bagian
utama kegiatan manusia.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
etika merupakan ilmu kesusilaan yang mengatur tingkah laku kehidupan
manusia dalam bermasyarakat, dan berkaitan dengan aturan atau prinsip
tentang baik-buruk, benar-salah, serta kewajiban tanggung jawab
(RatnaWati, 2015)
Etika , dalam bahasa latin “ ethica “, berarti falsafah moral . etika
merupakan pedoman cara bertingkah laku yang baik dari sudut pandang
budaya, susila serta agama ( Martandi dan Suranta, 2006).
Mariani dan Ludigdo (2001) mendefinisikan etika sebagai
seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang mengatur perilaku
manusia, baik yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang
dianut oleh sekelompok atau segolongan manusia atau masyarakat atau
profesi. Dalam hal etika sebuah profesi harus memiliki komitmen moral
yang tingggi yang dituangkan dalam bentuk aturan khusus. Aturan ini
merupakan aturan main dalam menjalankan atau mengemban profesi
tersebut, yang biasa disebut kode etik. (Choiriah, 2013)

B. Ragam Etika
1. Deskriptif dan Normatif
Menurut Hanafia dan Amir (1999) dalam Etika kedokteran dan
Hukum Kesehatan, terdapat dua macam etika, yaitu sebagai berikut.
a. Etika Deskriptif
Etika deskriptif merupakan etika yang menelaah sikap dan perilaku
manusia serta nilai yang dikejar oleh setiap ornag dalam hidupnya.
Dengan kata lain, etika deskriptif menjelaskan fakta secara apa adanya,
yaitu mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta terkait
situasi dan realitas yang membudaya, fakta dalam penghayatan nilai
atau tanpa nilai pada suatu masyarakat terkait kondisi tertentu,
memungkinkan manusia bertindak secara etis.
b. Etika Normatif
Etika normatif merupakan etika yang menetapkan berbagai sikap
dan perilaku yang ideal dimiliki oleh manusia, atau ssesuatu yang
seharusnya dijalankan dan tindakan yang bernilai dalam hidup
manusia. Artinya, etika normatif adalah norma-norma yang dapat
menuntunn manusia bertindak secara baik dan menghindari hal buruk,
sesuai kaidah yang disepakati dan berlaku dimasyarakat.
2. Norma dan Nilai
Menurut Soekanto (2009), norma atau kaidah berarti suatu nilai
yang mengatur dan memberikan pedoman atau patokan tertentu bagi setiap
orang atau masyarakat untuk bersikap, bertindak, dan berperilaku sesuai
aturan-aturan yang telah disepakati bersama. Patokan atau pedoman
tersebut berupa norma ( norm ) atau kaidah yang berlaku sebagai standar
yang harus dipatuhi atau ditaati.
Norma diperlukan sebagai suatu tata ( orde ) guna memenuhi
kebutuhan dan kepentingan hidup dengan aman, tertib dan damai tanpa
adanya gangguan. Hal ini dikarenakan, kehidupan masyarakat terdiri dari
beraneka ragam aliran dan golongan yang masing-masing memiliki
kepentingan.
Meski demikian, kepentingan tersebut mengharuskan adanya
ketertiban dan keamanan, dalam bentuk peraturan yang disepakati
bersama, guna mengatur tingkah laku masyarakat. Aturan atau tata itu
kemudian diwujudkan dalam norma yang menjadi pedoman bagi
pergaulan kehidupan sehari-hari, sehingga kepentingan masing-masing
anggota masyarakat dapat terpelihara.
Setiap anggota masyarakat mengetahui hak dan kewajiban masing-
masing sesuai tata peraturan, kaidah atau norma. Menurut isisnya, norma
dibagi menjadi dua macam, yakni sebagai berikut :
a. Perintah
Perintah merupakan suatu keharusan bagi seseorang untuk berbuat
sesuatu sehingga akan dipandang baik.
b. Larangan
Larangan merupakan keharusan bagi seseorang untuk tidak berbuat
sesuatu karena dipandang tidak bail. Kansil (1989) menyatakan, norma
bertujuan untuk memberikan petunjuk kepada manusia mengenai
bagaimana seharusnya sseseorang bertindak dalam masyarakat serta
perbuatan-perbuatan yang harus dilakukan dan dihindari.
Dalam pergaulan hidup, norma terbagi men jadi 4, yaitu norma
agama, kesusilaan, kesopanan, dan hukum. Dalam pelaksanaannya, norma
terbagi menjadi 2, yaitu norma hukum dan nonhukum (umum).
Sedangkan dalam aspek kehidupan, pemberlakuan kedalam 2 macam
kaidah berikut ( Efendi dan Makhfudi, 2009):
a. Aspek kehidupan pribadi (individu), yang meliputi :
1) Kaidah kepercayaan untuk mencapai kesucian hidup pribadi atau
kehidupan yang beriman;
2) Kehidupan kesusilaan, nilai moral, dan etika yang tertuju pada
kebaikan hidup pribadi demi tercapainya kesucian hati nurani yang
berakhlak dan berbudi luhur.
b. Aspek kehidupan antar pribadi (bermasyarakat), yang meliputi :
1) Kaidah atau norma berupa sopan santun, tata krama dan etika
dalam pergaulan bermasyarakat sehari-hari.
2) Kaidah hukum yang tertuju pada terciptanya ketertiban,
kedamaian, dan keadilan dalam kehidupan bersama atau
bermasyarakat, yang penuh ketentraman atau kepastian
Dalam konteks profesional, norma dan etika tidak digunakan untuk
menilai bagaimana seseorang menjalankan profesinya ( misalnya perawat
ketika merawat pasien, atau dosen ketika menyampaikan materi kuliah ),
melainkan untuk menilai bagaimana seseorang menjalankan tugas dan
kewajibannya, sebagaimana profesional yang berbudi, bermoral,
berintegritas, dan bertanggungjawab.
Penekanan norma dan etika terdapat pada sikap atau perilaku
mereka dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai profesional untuk
saling menghargai sesama atau kehidupan manusia, terlepas dari misalnya
jitu dan tidaknya dalam pemberian obat sebagai penyembuh atau
keterampilan dan metodologi dalam pemberian bahan ajar kuliah dengan
tepat.
Dengan demikian, nilai moral, etika, kode perilaku, dan kode etik
standar profesi bertujuan memberikan jalan, pedoman, tolak ukur, dan
acuan guna mengambil keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan
pada berbagaia kondisi dan situasi tertentu, dalam memberikan pelayanan
profesi masing-masing.
Pengambilan keputusan etis (etik) didasarkan pada aspek kopetensi
dari perilaku moral seseorang profesional yang telah memperhitungkan
konsekuensinya secara matang baik buruknya akibat yang ditimbulkan
dari tindakan tersebut secara objektif dan tanggung jawab atau
integritasnya yang tinggi terhadap profesinya. (RatnaWati, 2015)

C. Etika Keperawatan
Etika keperawatan merupakan pedoman dan kesadaran yang mengatur
prinsip-prinsip moral dan etika dalam melaksanakan kegiatan profesi
keperawatan, sehingga mutu dan kualitas profesi keperawatan tetap terjaga
dengan cara yang terhormat. ( Efendi dan Makhfudi, 2009). Unsur-unsur
dalam etika keperawatan antara lain pengorbanan, pengabdian, dedikasi, serta
hubungan antara perawat dengan klien, dokter, reka sejawat, maupun diri
sendiri (RatnaWati, 2015)
1. Tujuan Etika Keperawatan
Menurut Mubarak dan Chayatin (2013), etika pada profesi
keperawatan disusun dengan beberapa tujuan antara lain sebagai berikut :
a. Membangun kepercayaan klien terhadap perawat
b. Membangun kepercayaan diantara sesama perawat
c. Membangun kepercayaan masyarakat terhadap profesi keperawatan.
2. Perilaku Etik Keperawatan
Dalam etik keperawatan, terdapat perilaku etik yang terbagi
menjadi 2 kelompok yaitu sebagai berikut:
a. Etik yang berorientasi pada kewajiban ; pedoman yang digunakan
adalah sesuatu yang seharusnya dan wajib dilakukan oleh seseorang
demimencapai kebaikan dankebajikan.
b. Etik yang berorientasi pada larangan : pedoman yang digunakan
adalah sesuatu yang dilarang dan tidak boleh dilakukan seseorang
demi mencapai kebaikan dan kebijakan.
3. Asas Etika Keperawatan
Menurut keperawatan Kesehatan Komunitas, terdapat enam asas
etika yang tidak akan berubah dalam etik profesi kedokteran maupun
keperawatan serta asuhan keperawatan antara lain sebagai berikut :
a. Asas Menghormati Otonomi Klien
Klien berhak dan bebas memutuskan apa yang akan dilakukan
terhadapnya, setelah mendapatkan informasi memadai, klien juga
berhak dihormati dan didengarkan pendapatnya perlu adanya
persetujuan tindakan medik.
b. Asas Manfaat
Semua tindakan dan pengobatan harus bertujuan menolong klien.
Oleh kakrena itu, dokter maupun perawat harus menyadari bahwa
tindakan atau pengobatan yang akan dilakukan benar-benar bermanfaat
bagi kesehatan dan kesembuhan klien. Perawat juga harus selalu
mengutamakan kesehatan klien dengan meminimalisasikan risiko yang
mungkin timbul.
c. Asas Tidak Merugikan
Tindakan dan pengobatan harus berpedoman pada prinsip primum
non nocere ( paling utama, jangan merugikan ). Risiko fisik,
psikologis, maupun sosial, akibat tindakan dan pengobatan yang akan
dilakukan hendaknya seminimal mungkin.
d. Asas Kejujuran
Dokter dan perawat sebaiknya mengatakan secara jujur dan jelas
mengenai tindakan yang akan dilakukan serta akibat yang dapat
terjadi. Informasi yang diberikan hendaknya sesuai dengan tingkat
pendidikan dan pemahaman klien.
e. Asas Kerahasiaan
Dokter dan perawat harus menghormati privasi dan kerahasiaan
klien, meskipun klien yang bersangkutan telah meninggal.
f. Asas Keadilan
Dokter dan perawat harus berlaku adil terhadap semua klien, serta
tidak berat sebelah.
Keenam asas etika tersebut diatas dituangkan dalamsuatu
kesepakatan nasional yang secara umum disebut kode etik bidang profesi
kesehatan, termasuk didalamnya kode etik keperawatan indonesia.

D. Kode Etik Keperawatan Indonesia


Kode etik keperawatan merupakan bagian dari etika kesehatan yang
menerapkan nilai etika terhadap bidang pemeliharaan atau pelayanan
kesehatan masyarakat. Kode etik digunakan untuk mendassari keputusan
perawat sebagai standar yang dapat diukur dan dievaluasi melalui perilaku
moral perawat (RatnaWati, 2015)
1. Prinsip dasar dan fungsi kode etik keperawatan
Prinsip dasar kode etik yaitu menghargai hak dan martabat
manusia. Dengan demikian , jika terdapat situasi yang melibattkan
keputusan bersifat etis, perawat hendaknya bertanya pada diri sendiri
tentang hal hal berikut ini :
a. Bagiamana pengaruh tindakan sauya terhadap klien ?
b. Bagiamana pengaruh tindakan saya terhadap rekan tim?
c. Bagaimana pengaruh tindakan saya terhadap diri sendiri ?
d. Bagaimana pengaruh tindakan saya terhadpa profesi ?
Menurut Hypocrates, kode etik memiliki fungsi antara lain
a. Menghindari ketegangan antara manusia
Dengan adanya kode etik, batasan te tang hal hal yang boleh
dilakukan dan tidak boleh dilakukan menjadi lebih jelas. Selain itu
terdapat sanksi bagi anggota profesi yang melakukan tidak kelalaian
atau malpraktik.
Etika memiliki beberaapa prinsip utama yang bisa diterima oleh
masyarakat secara luas. Menurut Delaune dan Ladner (2011) serta
Purtilo (2005) dalam Lewenson dan truglio – londrigan (2013) prinsip
etik terdiri dari autonomy (keputusan individu dalam memilih sendiri),
normaleficience perbuatan yang tidak merugikan , beneficience
( berbuat baik dan mempertahankan keseimbangan antara keuntungan
dan kerugian ), justice (bersikap adil), veracity (mengatakan yang
sesungguhnya), dan videlity ( menepati janji). (KURNIAWAN, 2011)
b. Memperbaiki status kepribadian
Dalam kode etik, terdapat prinsip moral yang memiliki peran
penting dalam menentukan perilaku etis, dan menjadi standar umum
dalam melakukan sesuatu sehingga membentuk suatu sistem etik.
c. Menopang pertumbuhan dan perkembangan pribadi
Standar dalam kode etik mennjadikan setiap tindakan yang
dilakukan oerawat mengacu pada aturan yang ada.

Sedangkan menurut Kozier , dkk .(2010) , fungsi kode etik dalam


sistem pelayanan kesehatan dan praktik keperawatan antara lain sebagai
berikut.
a. Etika berhubungan dengan standar profesi dalam melindungi perawat
dan klien,
b. Kode etik merupakan pedoman dalam melaksanakan tindakan dan
harus diterima sebagai nilai pribadi bagi anggota profesisonal.
c. Kode etik sebgai alat untuk menyusun , memperbaiki, dan memelihara
standar praktik profesional.
d. Kode etik memberi kerangka berfikir terhadap anggota profesi dalam
membuat keputusan
2. Tanggung jawab dan perilaku sesuai kode etik keperawatan.
Mubarak dan Chayatin (2013) menuliskan, terdapat empat
tanggung jawab perawat terhadap klien yang berhubungan dengan kode
etik keperawatan antara lain sebagai berikut.
a. Tanggung jawab terhadap tugas yakni upaya promotif dan
rehabilitatif .
b. Tanggung jawab terhadap orang lain, yakni mengahrgai anggota
masyarakat.
c. Tanggung jawab terhadap masyarakat , yakni sebagai anggota
masyarakat .
d. Tanggung jawab terhadap profesi yakni selalu mengembangkan
profesi.
Sedangkan perilaku pribadi perawat yang sesuai degan kode etik
keperawatan adalah sebagai berikut.
a. Perawat melaksanakan pelayanan dengan menghargai derajat manusia
dan tidak membedakan kebangsaan .
b. Perawat melindungi hak klien dan melibatkan diri hanya terhadap hal
hal yang relevan dengan asuhan keperawatan .
c. Perawat mempertahankan kompetensinya dalam praktik keperawatan,
serta mengenal dan menerima tanggung jawab pada tindakan dan
keputusan yang diambil.
d. Perawat mempertinbangkan orang lain dengan kriteria tertentu apabila
aka menyelesaikan tugas atau menunjuk seseorang untuk melakukan
kegiatan keperawatan.
e. Perawat melindungi klien apabila keperawatan dan keselamatannya
terganggu oleh pihak yang tidak berwenang, secara tidak etis dan
ilegal.
f. Perawat berpartisipasi dalam kegiatan penelitian, jika hak individu
yang menjadi subjek dilindungi .
g. Perawat berpartisipasi dalam usaha profesi guna meningkatkan standar
praktik dan pendidikan keperawatan.
h. Perawat bertindak melalui organisasi profesi, berperan serta dalam
mengadakan dan mempertahankan kondisi pekerjaan yang
memungkinkan kualitas tinggi dalam asuha keperawatan.
i. Perawat bekerja sama dengan anggota profesi kesehatan dan pihak lain
dalam upaya penigkatan kesehatan masyarakat.
3. Kode etik keperawatan menurut PPNI
Kode etik keperawatan di Indonesia disusun oleh Dewan Pimpinan
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia ( PPNI) melalui Musyawarah
Nasional PPNI pada tahun 1989. Kode etik tersebut kemudian direvisi
melalui musyawarah nasional VI PPNI pada tahun 2000.
Menurut PPNI sebagai profesi yang turut mengusahakan
tercapainya kesejahteraan fisik, material, mental, dan spiritual bagi
mahluk insani dalam wilayah Indonesia maka kehidupan profesi
keperawatan di Indonesia selalu berpedoman kepada sumber asalnya, yaitu
kebutuhan masyarakat Indonesia akan pelayanan keperawatan.
Warga keperawatan di Indonesia menyadari bahwa kebutuhan
akan keperawatan bersifat universal bagi klien (individu, keluarga,
kleompok, dan masyarakat ). Sehingga pelayanan yang diberikan oleh
perawat selalu berdasarkan pada cita cita yang luhur serta niat yang murni
untuk keselamatan dan kesejahteraan masyarakat, tanpa membedakan
suku , ras, warna kulit, usia, jenis kelamin, agama, afilasi politik, dan
status sosial dalam masyarakat.
Dalam melaksanakan tugas pelayanan keperawatan kepada klien,
perawat Indonesia bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan ,
mencegah terjadinya penyakit , mengurangi dan menghilangkan
penderitaan , serta memulihkan kesehatan yang didasarkan pada pelayanan
paripurna .
Dalam melaksanakan tugas profesionalnya , perawat hendaknya
mampu dan ikhlas memberikan pelayanan bermutu dengan memelihara
dan meningkatkan integritas pribadi, melalui ilmu dan keterampilan yang
memenuhi standar serta kesadaran bahwa pelayana yang diberikan
merupakan bagian dari upaya kesehatan secara menyeluruh.
Berkat bimbingan Tuhan Yang Maha Esa dalam melaksanakan
tugas pengabdian untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa, dan tanah air,
PPNI menyadari bahwa perawat Indonesia terpanggil untuk menunaikan
kewajiban dalam bidang keperawatan dengan berpedoman pada dasar
dasar sebagai berikut.
a. Perawat dan klien
1) Dalam memberikan pelayanan keperawatan, perawat menghargai
harkat dan martabat manusia, keunikan klien, serta tidak
terpengaruh oleh pertimbangan suku, bangsa , warna kulit, usia,
jenis kelamin, pandangan politik, agama dan kedudukan sosial.
2) Perawat senantiasa memelihara suasan lingkungan yang
menghormati nilai nilai budaya, adat istiadat, dan kelangusngan
hidup beragama dari klien.
3) Perawat bertanggung jawab kepada mereka yang membutuhkan
asuhan keperawatan
4) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui ,
terkait tugas yang dipercayakan kepadanya , kecuali jika
dibutuhkan oleh pihak berwenang sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku.
b. Perawat dan praktik
1) Perawat memelihara dan meningkatkan kompetensi dibidang
keperawatan dengan belajar secara terus menerus.
2) Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan disertai
kejujuran profesional yang menerapkan pengetahuan serta
keterampilan keperawatan sesuai kebutuhan klien.
3) Perawat membuat keputusan berdasarkan informasi akurat serta
mempertimbangkan kemampuan dan kualifikasi seseorang, ketika
melakukan konsultasi dan menerima / memberikan deligasi kepada
orang lain.
4) Perawat seantiasa manjunjung tinggi nama baik profesi keprawatan
dengan menunjukkan perilaku profesional.
c. Perawat dan masyarakat
Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk
memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi
kebutuhan dan kesehatan masyarakat .
d. Perawat dengan rekan sejawat
1) Perawat senantiasa memelihara hubungan yang baik dengan sesama
perawat maupun dengan tenaga kesehatan lainnya, serta memlihara
keserasian suasana lingkungan kerja guna mencapai tujuan pelayanan
kesehatan secara menyeluruh .
2) Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan memberikan
pelayanan secara tidak kompeten, tidak etis, dan tidak sah.
e. Perawat dan profesi
1) Perawat memiliki peran utama dalam menentukan standar pendidikan
dan pelayanan keperawatan , serta menerapkan dalam kegiatan
pelayanan dan profesi keperawatan .
2) Perawat berperan berperan aktif dalam berbagai kegiatan
pengembangan profesi keperawatan.
3) Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun
dan memlihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan
keperawatan bermutu tinggi.

E. Etika Keperawatan Komunitas


Menurut ilmu keperawatan komunitas, etika keperawatan kesehatan
komunitas adalah etika pengambilan keputusan berdasarkan moral,
pengetahuan tentang hak klien , dan tanggung jawab profesi .Hak klien atas
jesehatan merupakan hak yang bersifat alami. Oleh karena itu masyarakat
sebagai klien berhak untuk memperoleh derajat kesehatan seoptimal mungkin.
Hak atas pelayanan kesehatan tersebut meliputi hak untuk
mendapatkan pelayanan atas barang dan jasa kesehatan yang berupa
1. Hak untuk mendapatkan pelayanan yang terhormat .
2. Hak memperoleh informasi pengobatan yang lengkap
3. Hak atas informasi untuk suatu persetujuan,
4. Hak penolakan pengobatan,
5. Hak untuk meminta dilayani
6. Hak penolakan partisipasi riset,
7. Hak kesinambungan pelayanan,
8. Hak atas informasi tentang peraturan.
Dalam menjalankan profesinya , perawat kesehatan komunitas
berpedoman pada prinsip prinsip dasar dan etika kesehatan komunitas yang
dijelaskan melalui poin poin berikut .
1. Prinsip dasar keperawatan kesehatan komunitas
a. Keluarga adalah unit utama dalam pelayanan kesehatan masyarakat.
b. Tingkat sasaran dalam pelayanan perawatan kesehatan komunitas
yaitu:
1) Individu
2) Keluarga
3) Kelompok
a) Kelompok khusus
b) Masyarakat
c. Perawat kesehatan masyarakat selalu bekerja dengan mengikutsertakan
partisipasi masyarakat dalam menanggulangi masalah kesehatan
mereka sendiri.
d. Pelayanan kesehatan dan keperawatn yang diberikan lebih
menekankan pada upaya promotif dan preventif dengan tidak
melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif.
e. Dasar utama pelayanan kesehatan komunitas adalah menggunakan
pendekatan pemecahan masalah yang dituangkan dalam proses
keperawatan.
f. Kegiatan utama perawatan kesehatan komunitas pada masyarakat dan
klien yakni asuhan keperawatan kepada masyarakat secara
keseluruhan, baik yang sehat maupun sakit.
g. Tujuan keperawatan adalah meningkatkan fungsi kehidupan
masyarakat yang optimal
h. Penekanan pada upaya pembinaan perilaku sehat masyarakat.
i. Perawat komunitas bekerja secara tim , bukan individu.
j. Selalu melakukan kegiatan peningkatan kesehatan , pencegahan
penyakit, pelayanan terhadap masyarakat sehat dan sakit , masyarakat
yang tidak boleh ke puskesmas, serta klien yang baru kembali dsri
rumah sakit.
k. Kunjungan rumah sangat dibutuhkan dalam membantu mengatasi
masalah kesehatan atau perawatan pada klien
l. Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan utama.
m. Pelaksanaan kesehatan masyarakat mengacu pada sistem pelayanan
kesehatan yang ada.
n. Pelaksanaan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat dilakukan
dipuskesmas, panti, sekolah , dan keluarga sebagai unit pelayanan.
2. Prinsip etika keperawatan kesehatan komunitas.
a. Prinsip kebaikan
Mempertimbangkan bahaya dengan keuntungan dan analisa
kebutuhan biaya dalam penentuan dampak terhadap populasi.
b. Prinsip otonomi.
Menghormati setiap orang, karena setiap individu memiliki hak
untuk menentukan rencana hidupnya, menyiapkan persetujuan
informasi, bebas memilih dan menolak tindakan, serta mendapat
perlindungan terhadap otonomi yang hilang.
Setiap individu bebas menentukanan tindakan atau keputusan
berdasarkan rencana yang dipilih. Namun demikian, masalah yanag
muncul dalam penerapan prinsip otonomi yaitu adanya variasi
kemampuan klien yang dipengaruhi banyak hal, antara lain kesadaran,
usia, penyakit, lingkungan rumah sakit, ekonomi, tersedianya
informasi, dan sebagainya.
c. Prinsip kejujuran.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat komunitas
bertindak sesuai dengan kemampuan dan kapasitas komunitas, serta
selalu menyatakan hal yang sebenarnya dan tidak melakukan
kebohongan. Kejujuran harus dimiliki oleh perawat saat berhubungan
dengan klien.

F. Model Penyelesaian Dilemma Etik.


Dalam menghadapi situaasi sehari-hari, perawat terkadang harus membuat
keputusan-keputusan professional dan bertindak sesuai keputusan yang
diambil. Keputusan tersebut biasanya dibuat dalam hubungannya dengan
orang lain, yaitu klien, keluarga, maupun profesi kesehatan lain.
Ketika keputusan etik diambil, setiap orang yang terlibat harus
menghormati dan menghargai sudut pandang orang lain. Melalui kerjasama
yang saling menghormati, maka keputusan terbaik dapat dicapai meski dalam
dilemma sulit sekalipun. Perlu diperhatikan, keputusan yang dibuat bukanlah
keputusan paling benar, melaikan keputusan terbaik. Hal ini dikarenakan,
dalam dilemma etik tidak ada benar atau salah (RatnaWati, 2015)
Pada model penyelesaian dilema etik, dikenal prinsip DECIDE, yang
dijabarkan sebagai berikut ;

D = define the problem (s)


E = ethical review
C = consider the options
I = investigate oautcomes
D = bevin on actions
E = evaluate results
Untuk lebih jelasnya, effendi dan makhfuldli (2009) menjabarkan lagi
prinsip DECIDE ke dalam beberapa uraian berikut ini;
1. Memperjelas masalah.
Ketika terjadi sebuah kasus yang melibatkan dilemma etik, perawat
menganalisi tempat kejaadian dan situasi di lingkungan sekitarnya.
Perawat juga perlu mengkaji lebih jauh prosedur keperawatan yang
seharusnya dilakukan, berikut dokumentsi keperawatan serta rekam medis.
Kesaksian, baiik dari perawat , dokter maupun keluarga klien perlu
dilakukan untuk menambah validasi data.
2. Identitas komponen etik.
Setelah masalah teridentifikasi,perawat harus mendeskripsikan komponen-
komponen etik yang terlibat. Memang, sangant sulit untuk memutuskan
masalah etik tanpa melibatkan pandangan hukum. Selain itu, terkdang etik
dan hukum menimbulkan konflik tersendiri.
3. Identifikasi alternative.
Dalam menyelesaian untuk dilema etik, sebaiknya tetap
mengupayakan solusi alternative, agar pengadilan tetap menjadi solusi
terakhir yang harus ditempuh. Penyelesaian dengan prinsip kebersamaan
dan kekeluargaan hendaknya tetap lebih diutamakan. Hal ini berangkat
dari pemikiran bahwa perawat juga seorang manusia yang tdak luput dari
kesalahan.
Adapun solusi alternative yang dapat diberikan untuk
menyelesaikan dilemma etik keperawatan anatara lain :
a) Menyelesaikan dengan jalan damai dan kekeluargaan, cara ini
ditempuh bila perawat bersedia mengakui dan meminta maaf atas
perbuatannya. Konsekuensinya yaitu perawat tersebut harus mau
menanggung biaya perawatan dan biaya immaterial jika keluarga klien
memintanya.
b) Namun apabila perawat tidak bersedia bertanggung jawab atas
kesalahannya, maka jalan terakhir harus ditempuh adalah pengadilan.
Melalui jalur hukum pidana, hukum kesehatan undang-undang
perlindungan konsumen, maupun pengadila profesi.
4. Menerapkan prinsip etik.
Menelaah kasus dilemma etik berdasarkan prinsip-prinsip etik
dalam keperawatan, yaitu menghormati otonomi klien, manfaat
(beneficence), tidak merugikan (non-maleficence), kejujuran ( veracity ),
kerahasiaan ( confidentiality), dan keadilan (justice).
5. Memutuskan tindakan
Tindakan yang akan diambil didiskusikan bersama, antara klien-
perawat-dokter dan pihak rumah sakit. Keputusan yang diambil tetap
memperhatikan prinsip-prinsip etik keperawatan.

Saran etika keperawatan komunitas


1. Tenaga keperawatan harus dapat menunjukkan kemampuan professional
dalam pemberian asuhan keperawatan komunitas .
2. Bagi organisasi profesi diharapkan mampu mengembangkan ilmu
keperawatan komunitas. (SOEDIRMAN, 2006)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunitas adalah sekelompok orang yang mempunyai karakteristik yang
sama, yang dapat ditentukan berdasarkan ras,etnik, usia, pekerjaan, minat,
atau memiliki ikatan yang sama.
keperawatan kesehatan komunitas adalah tindakan untuk meningkatkan
dan mempertahankan kesehatan dari populasi dengan mengintegrasikan
keterampilan dan pengetahuan yang sesuai dengan keperawatan dan
kesehatan masyarakat.
etika dan moral memiliki pengertian hampir sama, terdapat perbedaan
dalam konteks keseharian, yaitu etika digunakan untuk pengkajian sistem
nilai-nilai yang berlaku, sedangkan moral untuk penilaian perbuatan yang
dilakukan.

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penyusun akan lebih focus dan detail dalam menjelaskan
tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan
tentunya dapat dipertanggungjawabkan.
DAFTAR PUSTAKA

Choiriah, A. (2013). Pengaruh Kecerdasan Emosional , Kecerdasan

spiritual dan Etika Profesi Terhadap Kinerja , 8.

KURNIAAWAN, D. E. (2011). Penyelesaian Masalah Etik dan Legal

Dalam Penelitian Keperawatan, 409.

RatnaWati, E. (2015). Keperawatan Komunitas. Yogyakarta: PUSTAKA

BARU PRESS.

SOEDIRMAN. (2006). The perception of senior high school student in

banyumas district towards profession and education of nursing

bachelor , 8.

Suarjana, I. K. (2016). Keperawatan Kesehatan Komunitas. Yogyakarta:

PENERBIT ANDA.

Sumijatun, D. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Komunitas. Jakarta:

PENERBIT BUKU KEDOKTERAN EGC.

Zulkahfi, A. S. (2015). Asuhan Keperawatan Komunitas. Tangerang

Selatan: BINA RUPA AKSARA PUBLISHER.

Anda mungkin juga menyukai