Anda di halaman 1dari 19

KEBIJAKAN NASIONAL DIABETES MELITUS

(Disampaikan untuk memenuhi tugas Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif)

Disusun oleh:

Kelompok 8

Disi Nurul Amalia 20200910170011

Fonda Bertha Maulitha 20200910170017

Laily Latifah 20200910170026

Ninda Rahma Wijaya 20200910170031

Bramantyo Ricardo P 20200910170065

Sabila Ainingrum 20200910170085

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM TRANSFER
2021

i
Kata Pengantar

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya kelompok dapat menyelesaikan makalah ini yang diberi judul
“Kebijakan Nasional Penyakit Diabetes Melitus”. Penyusunan makalah ini
kelompok susun untuk memenuhi tugas yang telah diberikan oleh dosen mata
kuliah Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif.

Kami mengucapkan terimakasih kepada ibu Ns. Aisyah, S.Kep.,M.Kep. sebagai


dosen pembimbing penyusunan makalah yang telah membimbing dan
mengarahkan kelompok dalam penyusunan makalah kelompok ini. Kami juga
tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah kelompok kami ini.

Kelompok berharap dengan adanya makalah kelompok kami ini dapat digunakan
dalam menambah wawasan pembaca terutama mahasiswa/I keperawatan,
sehingga mampu memahami dan menerapkan Asuhan Keperawatan Menjelang
Ajal dan Paliatif.

Jakarta, Februari 2020

Kelompok 8

ii
Daftar Isi

KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Tujuan................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3
A. Kebijakan Nasional Keperawatan Paliatif............................................................3
B. Tujuan Kebijakan Nasional Keperawatan Paliatif................................................3
C. Sasaran Kebijakan Keperawatan Paliatif.............................................................3
D. Lingkup Kegiatan Keperawatan Paliatif..............................................................4
E. Sumber Daya Manusia.........................................................................................4
F. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
812/Menkes/Sk/Vii/2007.....................................................................................5
G. Kebijakan Pengendalian Diabetes Melitus...........................................................7
H. Strategi ................................................................................................................3
BAB III PEMBAHASAN...............................................................................................9
A. Pengertian ...........................................................................................................9
B. Sasaran Kebijakan Pelayanan Paliatif Pasien dengan Penyakit Diabetes
Melitus..................................................................................................................10
C. Identifikasi Kebijakan dan Strategi untuk Pelayanan Kegiatan............................10
D. Kegiatan Pokok.....................................................................................................11
BAB IV PENUTUP..........................................................................................................14
A. Kesimpulan...........................................................................................................14
B. Saran.....................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan
menyeluruh dengan menggunakan pendekatan multidisiplin yang
terintegrasi. Meski pada akhirnya pasien meninggal dunia, yang terpenting
sebelum meninggal dia sudah siap secara psikologis dan spiritual, serta tidak
stress menghadapi penyakit yang dideritanya. Prinsip keperawatan paliatif
adalah menghargai setiap kehidupan, mengganggap kematian sebagai proses
yang normal, tidak mempercepat atau menunda kematian, menghargai nyeri
dan keluhan lain yang mengganggu dan lain-lain.

Masyarakat menganggap perawatan paliatif hanya untuk pasien dalam


kondisi terminal yang akan segera meninggal. Namun konsep baru
perawatan paliatif menekan pentingnya integrasi perawatan paliatif lebih
dini agar masalah fisik, psikososial, dan spiritual dapat diatasi dengan baik.
Perawatan paliatif adalah pelayanan kesehatan yang bersifat holistic dan
terintegrasi dengan melibatkan berbagai profesi dengan falsafah bahwa
setiap pasien berhak mendapatkan perawatan terbaik sampai akhir hayatnya.
Salah satu penyakit paliatif yaitu diabetes melitus.

Keadaan sarana pelayanan perawatan paliatif di Indonesia masih belum


merata sedangkan pasien memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan yang
bermutu, komperhensif dan holistik, maka diperlukan kebijakan nasional
keperawatan paliatif di Indonesia khususnya pada pasien diabetes melitus
sehingga terselenggaranya perawatan paliatif.

Penyakit Diabetes Melitus telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di


pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia termasuk Indonesia.
Indonesia sendiri diperkirakan menempati posisi ke empat dalam jumlah
penderita Diabetes Melitus tertinggi di dunia setelah India, Cina dan

1
Amerika Serikat. Penderita DM diperkirakan meningkat menjadi 21,3 juta
orang di tahun 2030.

Dari data tersebut maka sangat diperlukan sekali kebijakan nasional dalam
penanganan dan terselenggaranya perawatan paliatif bagi pasien dengan
diabetes melitus.

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui kebijakan nasioanal keperawatan paliatif
2. Untuk mengetahui kebijakan nasional keperawatan paliatif
3. Untuk mengetahui sasaran kebijakan keperawatan paliatif
4. Untuk mengetahui lingkup kegiatan keperawatan paliatif
5. Untuk mengetahui sumber daya mausia
6. Untuk mengetahui kebijakan pengendalian diabetes militus
7. Untuk mengetahui strategi

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Kebijakan Nasional Perawatan Paliatif


Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas
hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan
dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan
penundaan melalui identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta
penanganan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual.
Paliatif home care adalah pelayanan perawatan paliatif yang dilakukan di
rumah pasien, oleh tenaga paliatif dan keluarga atas bimbingan/pengawasan
tenaga paliatif.

Hospis adalah tempat dimana pasien dengan penyakit stadium terminal yang
tidak dapat dirawat dirumah namun tidak melakukan tindakan yang harus
dilakukan di rumah sakit. Pelayanan yang diberikan tidak seperti di rumah
sakit, tetapi dapat memberikan pelayanan untuk mengendalikan gejala-
gejala yang ada, dengan keadaan seperti di rumah pasien sendiri.

B. Tujuan Kebijakan Nasional Keperawatan Paliatif


Tujuan umum kebijakan nasional paliatif adalah sebagai hukum dan arahan
perawatan paliatif di Indonesia. Adapun tujuan khusus keperawatan paliatif
yaitu sebagai berikut:
a. Terlaksananya perawatan paliatif yang bermutu sesuai dengan standar
yang berlaku di seluruh Indonesia.
b. Tersusunnya pedoman-pedoman pelaksanaan perawatan paliatif.
c. Tersedianya tenaga medis dan non medis yang terlatih.
d. Tersedianya sarana dan prasarana yang diperlukan.

C. Sasaran Kebijakan Pelayanan Paliatif


1. Seluruh pasien (dewasa dan anak) dan anggota keluarga, lingkungan
yang memerlukan perawatan paliatif dimanapun pasien berada di

3
seluruh Indonesia.
2. Pelaksanaan perawatan paliatif: dokter, perawat, tenaga kesehatan
lainnya dan tenaga terkait lainnya.
3. Institusi-institusi terkait, misalnya:
a. Dinas kesehatan provinsi dan dinas kesehatan kabupaten/kota.
b. Rumah sakit pemerintah dan swasta
c. Puskesmas
d. Rumah perawatan/hospis
e. Fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta lain.

D. Lingkup Kegiatan Perawatan Paliatif


1. Jenis kegiatan perawatan paliatif
a. Penatalaksanaan nyeri
b. Penatalaksanaan keluhan fisik
c. Asuhan keperawatan
d. Dukungan psikologis
e. Dukungan sosial
f. Dukungan kultural dan spiritual
g. Dukungan persiapan dan selama masa dukacita (bereavement)
2. Perawatan paliatif dilakukan mulai dari rawat inap, rawat jalan, dan
kunjungan atau rawat rumah.

E. Sumber Daya Manusia


1. Pelaksanaan perawatan paliatif adalah tenaga kesehatan, pekerja sosial,
rohaniawan, keluarga, dan relawan.
2. Kriteria pelaksana perawatan paliatif adalah telah mengikuti
pendidikan/pelatihan perawatan paliatif dan telah mendapat sertifikat.
3. Pelatihan
4. Pendidikan-pendidikan formal spesialis paliatif (ilmu kedokteran
paliatif, ilmu keperawatan paliatif).

4
F. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
812/Menkes/Sk/Vii/2007
1. Tentang Kebijakan Perawatan Paliatif Menteri Kesehatan Republik
Indonesia
Menimbang:
a. bahwa kasus penyakit yang belum dapat disembuhkan semakin
meningkat jumlahnya baik pada pasien dewasa maupun anak
b. bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan bagi pasien dengan penyakit yang belum dapat
disembuhkan selain dengan perawatan kuratif dan rehabilitative
juga diperlukan perawatan paliatif bagi pasien dengan stadium
terminal;
c. bahwa sesuai dengan pertimbangan butir a dan b di atas, perlu
adanya Keputusan Menteri Kesehatan tentang Kebijakan
Perawatan Paliatif.
Mengingat :
1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3495);
2. Undang-undang Nomor 29 tahun 2004, tentang Praktik
Kedokteran (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 116,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4431);
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
159b/Menkes/Per/II/1988 tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
585/Menkes/Per/IX/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medik;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1045/Menkes/Per/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi RS di
Lingkungan Departemen Kesehatan;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
0588/YM/RSKS/SK/VI/1992 tentang Proyek Panduan
Pelaksanaan Paliatif dan Bebas Nyeri Kanker;

5
7. Surat Keputusan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia
Nomor 319/PB/A.4/88 tentang Informed Consent;
8. Surat Keputusan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia
Nomor 336/PB/A.4/88 tentang MATI.

Memutuskan :
Menetapkan:
1. Kesatu :keputusan menteri kesehatan tentang kebijakan
perawatan paliatif
2. Kedua Keputusan Menteri Kesehatan mengenai Perawatan
Paliatif sebagaimana dimaksud Diktum Kesatu sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I Keputusan ini.
3. Ketiga: Surat Persetujuan Tindakan Perawatan Paliatif
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Keputusan ini
4. Keempat: Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
keputusan ini dilakukan oleh Menteri Kesehatan, Dinas
Kesehatan Propinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai
dengan fungsi dan tugasnya masing-masing.
5. Kelima : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan;
6. Keenam : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam
surat keputusan ini, akan dilakukan perbaikan-perbaikan
sebagaimana mestinya.

G. Kebijakan Pengendalian Diabetes Melitus


Untuk mencapai tujuan dari pengendalian diabetes melitus, perlu ditetapkan
kebijakan teknis sebagai berikut:

1. Menetapkan standar, norma, pedoman, kriteria kesehatan dan prosedur


kerja dengan mengacu pada pedoman dan peraturan yang berlaku.
2. Menyelenggarakan pengendalian diabetes melitus melalui penncegahan
penaggulangan faktor risiko, penemuan dan tatalaksana kasus secara
tepat, survailens epidemiologi dan komunikasi, informasi dan edukasi
diabetes melitus.

6
3. Mengembangkan dan meningkatkan survailens epidemiologi di sarana
pelayanan kesehatan sebagai bahan informasi dan perencanaan program
pengendalian diabetes melitus.
4. Meningkatkan kemampuan petugas dan masyarakat serta mengupayakan
ketersediaan sarana dan prasarana dalam pengendalian diabetes melitus.
5. Meningkatkan jejaring kerja lintas program, lintas sektor, dan stake
holder terkait baik di pusat maupun di provinsi, dan kabupaten/kota.
6. Menumbuhkembangkan potensi masyarakat kearah kemandirian melalui
pendekatan kelembagaan di tingkat desa/kelurahan.
7. Meningkatkan peran pemerintah provinsi, kabupaten/kota dan
masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi upaya
pengendalian diabetes melitus.

H. Strategi
Untuk mencapai keberhasilan program secara efektif dan efisien, perlu
dikembangkan strategi pelaksanaan kegiatan, yaitu:
1. Pengendalian diabetes melitus berdasarkan fakta (evidence-based) dan
skala prioritas.
2. Melaksanakan sosialisasi dan advokasi pada pemerintah, pihak
legislative dan stake holder serta pemerintah daerah
3. Melakukan pembinaan dan monitoring serta evaluasi program
pengendalian diabetes melitus
4. Intensifikasi upaya pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
survailans epidemiologi, penemua dan tatalaksana kasus diabetes
melitus.
5. Meningkatkan kemitraan melalui jejaring kerja baik nasional, regional
maupun internasional.
6. Memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta hasil-hasil
penelitian atau kajian yang mendukung dalam upaya peningkatan
program pengendalian diabetes melitus.
7. Pemberdayaan masyarakat melalui pembentukan berbagai kelompok
masyarakat di desa/kelurahan sepertu posyandu, poslansia, dan lain-lain.

7
8. Meningkatkan peran dan fungsi sesuai kewenangan daerah serta
memanfaatkan sumber daya pusat melalui sistem penganggran (dana
dekonsentrasi dan perbantuan).

8
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan
kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam
menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, dengan cara meringankan
penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna,
dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis,
sosial atau spiritual.

Perawatan paliatif merupakan perawatan yang berfokus pada pasien dan


keluarga dalam mengoptimalkan kualitas hidup dengan mengantisipasi,
mencegah, dan menghilangakan penderitaan. Perawatan paliatif
mencangkup seluruh rangkaian penyakit termasuk fisik, intelektual, sosial,
dan kebutuhan spiritual serta untuk memfasilitasi otonomi pasein,
mengakses informasi, dan pilihan.

Diabetes melitus merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya


hiperglikemia yang disebabkan oleh ketidakmampuan dari organ pankreas
untuk memproduksi insulin atau kekurangannya sensitivitas insulin pada
sel target tersebut.

Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit progresif yang


memerlukan penanganan lama dan baiaya yang besar. Pasien dengan
penyakit progresif tidah hanya mengalami berbagai masalah fisik seperti
nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan aktivitas, tetapi juga
mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang mempengaruhi
kualitas hidup pasien dan keluarganya. Kebutuhan pasien yang memiliki
penyakit pada stadium lanjut tidak hanya pada pemenuhan atau
pengobatan gejala fisik, tetapi juga membutuhkan dukungan terhadap
kebutuhan psikologis, sosial, dan spiritual yang dikenal dengan perawatan

9
paliatif. Diabetes penyakit progresif yang tidak hanya membutuhkan
perawatan kuratif dan rehabilitative tetapi juga perawatan paliatif. Salah
satu indikator penting tercapainya perawatan paliatif yang efektif adalah
kepuasan pasien.

B. Sasaran kebijakan pelayanan paliatif pasien dengan penyakit


Diabetes melitus
Sasaran kebijakan pelayanan paliatif pasien diabetes melitus sama seperti
sasaran kebijakan pada pelayanan paliatif secara umum. Sararannya yaitu
sebagai berikut:
1. Seluruh pasien diabetes (dewasa dan anak) dan anggota keluarga,
lingkungan yang memerlukan perawatan paliatif dimanapun pasien
berada di seluruh Indonesia.
2. Pelaksanaan perawatan paliatif: dokter, perawat, tenaga kesehatan
lainnya dan tenaga terkait lainnya.
3. Institusi-institusi terkait, misalnya:
a. Dinas kesehatan provinsi dan dinas kesehatan kabupaten/kota.
b. Rumah sakit pemerintah dan swasta
c. Puskesmas
d. Rumah perawatan/hospis
e. Fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta lain.

C. Identifikasi kebijakan dan stategi untuk pelaksanaan kegiatan


Pelaksanaan kegiatan pengendalian diabetes melitus perlu memeprhatikan
kebijakan pusat dan daerah agar kegiatan yang dilaksanakan dapat sinkron/
sesuai kebutuhan dan berkelanjutan.
Misalnya kebijakan pembangunan daerah dalam meningkatkan indeks
pembangunan manusia (IPM). Pengendalian diabetes melitus perlu
menintegrasikan dengan kebijakan pemda lainnya, khususnya dalam
rangka peningkatan IPM antara lain indeks pendidikan, dan usia harapan
hidup.
Kebutuhan pasien yang memiliki penyakit pada stadium lanjut tidak hanya pada

10
pemenuhan atau pengobatan gejala fisik, tetapi juga membutuhkan dukungan
terhadap kebutuhan psikologis, sosial, dan spiritual yang dikenal sebagai
perawatan paliatif. Perawatan paliatif dapat meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan bagi pasien.
1. Kebutuhan Psikologis
Variabel psikologis merupakan hal yang penting karena kepercayaan akan
kesehatan, pengetahuan dan perilaku pada pasien DM akan mempengaruhi
pasien DM dalam mengontrol penyakitnya. Perawat dapat melakukan
pemberian edukasi mengenai penjelasan penyakit, cara mengontrol
penyakit dan terapi pengobatan. Pemahaman mengenai penyakit dibuktikan
dalam penelitian menurunkan angka kecemasan dan depresi. (Lufthiani, Evi
Karota tahun 2019)
2. Kebutuhan Sosial
Dukungan sosial akan membantu pasien untuk bertahan mengelola
penyakitnya. Persepsi dukungan sosial yang diterima pasien akan
sejalan dengan penerimaan atas kondisi sakitnya, sehingga pasien akan
mengalami penurunan depresi akan penyakitnya. Keluarga, orang
terdekat dan lingkungan perawatan berperan penting dalam hal ini.
3. Kebutuhan Spiritual
Johnson, et al. (2011) menjelaskan bahwa domain spiritual mencakup
koping spiritual, kesejahteraan, spiritual riwayat spiritual, iman dan
kepercayaan, dan partisipasi religius. Sila pertama dari Pancasila
sebagai dasar negara, “Ketuhanan yang Maha Esa” sangat tertanam di
masyarakat. Kemampuan spiritualitas pasien dengan cara
mengingatkan kepada Allah Yang Maha Esa ataupun berbuat baik
kepada sesama
D. Kegiatan Pokok
1. Pusat
a. Membuat perumusan dan kebijakan umum dan teknis.
b. Menyusun norma, standar, prosedur, modul, dan pedoman.
c. Menyusun rencana program DM dan PM sesuai prioritas kegiatan.
d. Menyusun materi penyuluhan KIE melalui berbagai metode dan
media baik media cetak maupun media elektronik.

11
e. Mengadakan dan mendistribusikan bahan / alat deteksi dini /
diagnosik dalam rangka deteksi dini DM dan PM.
f. Menyelenggarakan TOT ( Training of Trainers ) kepada pemegang
/ pengelola program DM dan PM provinsi.
g. Melakukan sosialisasi dan advokasi baik kepada lintas program,
lintas sektor dan pemegang kebijakan baik di pusat dan daerah.
h. Membentuk dan memfasilitasi jejaring kerja dalam pengendalian
DM dan PM di pusat, Provinsi dan kabupaten/Kota.
i. Memfasilitasi provinsi dan kabupaten/kota dalam melaksanakan
kegiatan peningkatan kemandirian masyarakat dalam pengendalian
DM dan PM
j. Melakukan bimbingan teknis program pengendalian DM dan PM
k. Melakiuakan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan
kebijakan DM dan PM
l. Menyusun laporan tahunan di bidang pengendalian DM dan PM
2. Balai Besar / Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Pemberantasan
Penyakit Menular ( BB / BTKL PPM )
a. Menyusun rencana program DM dan PM sesuai prioritas kegiatan.
b. Melaksanakan pengendalian faktor risiko DM dan PM melalui
berbagai kegiatan di wilayah kerja.
c. Melaksanakan surveilans epidemiologi DM dan PM
d. Melaksanakan kegiatan deteksi dini DM dan PM di wilayah kerja
e. Memfasilitasi pertemuan baik lintas program maupun lintas sektor
f. Membangun memantapkan jejaring kerja serta melakukan
koordinasi secara berkesinambungan di bidang DM dan PM
g. Melakukan pemantauan, bimbingan teknis dan monitoring
pelaksanaan dan pencapaian program di wilayah kerja.
h. Mengirimkan laporan hasil program secara rutin ke pusat
3. Dinas kesehatan Provinsi
a. Melaksanakan kebijakan, peraturan dan perundang-undangan
dibidang DM dan PM
b. Mensosialisasikan pedoman umum dan teknis, modul, standar dan

12
prosedur di bidang DM dan PM.
c. Melaksanakan deteksi dini DM dan PM di kabupaten atau kota
dalam rangka evidence atauu pengumppulan data
d. Melaksanakan survailans epidemmiologi DM dan PM 5.
Menyelenggarakan TOT ( Training of Trainers ) kepada pemegang
atau pengelola program DM dan PM kabupaten dan kota
e. Melaksanakan penyuluhan DM dan PM melalui berbagai metode
dan media penyuluhan di kabupaten dan kota
f. Melakukan sosialisasi dan advokasi program pengendalian DM
dan PM kepada pemmerintah daerah, DPRD, lintas program, lintas
sektor, dan swasta.
g. Memfasilitasi pertemuan baik lintas program maupun lintas sektor
h. Membangun dan memantapkan kemitraan dan jejaring kerja DM
dan PM secara berkseinambungan.
i. Memfasilitasi kemandirian masyarakat dalam pengendalian DM
dan PM
j. Melaksanakan bimbingan dan pembinaan teknis di kabupaten atau
kota
k. Melaksanakan monitoring dan evaluasi di kabupaten atau kota
l. Melaksanakan pencatatan atau pelaporan serta mengirimkan ke
pusat
4. Dinas kesehatan Kabupaten / Kota
a. Melaksanakan kebijakan, peraturan dan perundang-undangan di
bidang pengendalian DM dan PM
b. Mensosialisasikan pedoman umum dan teknis, modul, standar
opersional prosedur di bidang DM dan PM
c. Melaksanakan deteksi dini DM dan PM di puskesmas dan
masyarakat dalam rangka Envcilance basic atau penguumpulan
data
d. Melaksanakan surveilans epidemiologi DM dan PM
e. Melaksanakan KIE melalui berbagai metode dan media
penyuluhan kepada puskesmas, masyarakat atau kader

13
f. Menyyelenggarakan pelatihan dan penemuan dini dan tata laksana
DM dan PM bagi petugas puskesmas dan kader

14
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pedoman pengendalian DM dan PM ini diharapkan dapat memberikan
arahan bagi pengelola atau pemegang kegiatan pengendalian DM dan PM di
Pusat dan di Daerah sehingga mampu merencanakan, melaksanakan dan
melakukan penilaian kegiatan dalam pengendalian DM dan PM.

Disadari bahwa upaya pengendalian DM dan PM merupakan kegiatan yang


relatif masih baru (Tiga Tahun), sehingga sangat diperlukan ekstra dalam
upaya sosialisasi dan pengembangan kegiatannya. Diharapkan para
pengambilan kebijakan, dan masyakarkan mau dan berperan aktif dalam
pengendalian DM dan PM setelah mengetahui, dan memahami, masalah,
tantangan dan peluang serta solusi pemasalahan DM dan PM.

Oleh karena itu, berbagai upaya terutama peningkatan sumber daya baik
tenaga, biaya, fasilan peralatan pendukung dan waktu sangat diperlukan
dalam pengembangan dan pemantapan maupun penguatan sistem dalam
kegiatan pengendalian DM dan PM.

B. Saran

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan


makalah telaah jurnal dari kami, maka dari itu kami berharap
mendapatkan saran dan kritik yang membangun lagi positif dari
pembaca untuk penilasan makalah ini.

15
Daftar Pustaka

Anwar, L. and Karota, E., 2019. Efektifitas Pendampingan: Konseling


Kesehatan terhadap Pengendalian Kadar Gula Darah pada Klien
dengan Diabetes Melitus. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 2(3),
pp.129-138.
Apriyanto,dkk. 2019. Makalah Etik dalam Keperawatan Paliatif dan
Kebijakan Nasional Terkait Perawatan Paliatif. Jakarta
D.CommH, Yusharmen. 2008. Pedoman Pengendalian Diabetes Melitus
dan Penyakit Metabolik. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia

16

Anda mungkin juga menyukai