Anda di halaman 1dari 16

PENGKAJIAN FISIK

• Pada umumnya pasien mengalami penyakit


stadium lanjut dan terminal memiliki
keterbatasan atau masalah untuk melakukan
kegiatan rutin setiap hari dalam berbagai aspek
perkembangannya.
• Tujuan pengkajian fungsi fisik dalam
perawatan paliatif yaitu untuk mengetahui
kondisi dan status fungsional pasien secara
fisik. Fungsional itu kemungkinan adanya
hubungan dengan kondisi nyeri berat yang
tiba-tiba, dispnea dengan usaha yang minimal,
fatik, dirilirum.
Pengkajian Nyeri
Perawat paliatif mengkomunikasikan terkait
diagnosis nyeri serta merencanakan tindakan untuk
mengelola nyeri tersebut dengan efektif.
Model pengkajian nyeri
- Wawancara terkait nyeri yang dialami pasien,
karena terkadang pasien tidak mampu
mengungkapkan/menggambarkan nyeri yang
dirasakan, tetapi merupakan standar yang terbaik
dalam mendiagnosis saat pasien mampu
malaporkan/menceritakan sendiri tentang nyeri yang
dialami
- Metode SOCRATES
• Instrumen rating yang sederhana – rating yang
panjang digunakan oleh perawat pemula
• Pengkajian nyeri multidimensi digunakan oleh
perawat spesialis paliatif yang telah
berpengalaman menangani pasien dengan
nyeri komplek yang kadang nyeri sulit
dikelola.
• Dalam pengkajian nyeri
• A. The numerical rating scale (NRS)
Menggunakan skala nyeri 0(tidak ada nyeri) - 10
(Nyeri sangat berat)
b. The visual analog scale (VAS)
c. The verbal rating score
d. Body cart
Memberikan kesempatan pada pasien untuk
menetapkan dan menunjukan tempat kejadian nyeri
yang dialaminya karena beberapa pasien memiliki
nyeri lebih dari 1 tempat, pasien juga dapat lebih
aktiv dan dapat dengan baik mengidentifikasi dan
memahami daerah yang nyeri.
• Adapun pengkajian nyeri pada pasien dewasa
dengan kategori khusus
PENGKAJIAN DISPNEA

• Digunakan berbagai alat ukur yang tervalidasi


untuk menilai dispnea secara baik secara
kuantitatif maupun kualitatif pada pasien
paliatif.
- Acuan single item seperti :
* Visual analog scale
* Numerical rating scale (NRS) dimana angka
0 menunjukan tidak mengalami dispnea
sedangkan angka 10 dispnea yang sangat berat
atau sangat buruk.
• Modified Borg Scale digunakan untuk menilai
intensitas dispnea
• The medikal research council dyspnea scale, dan
baseline dyspnea indeks
• The memorial symptom Assesment scale dan
edmonton symptom
• The cancer dispnea scale (terdiri dari 12 item
pertanyaan yang mencakup berbagai dimensi
terkait, seperti usaha untuk beradaptasi, dan
dispnea, kecemasan dan rasa ketidaknyamanan,
sehingga intrumen tersebut disebut sebagai
multidimensi dispnea scale, dan digunakan untuk
membantu mengidentifikasi penyebab dispnea,
dan menilai adanya perubahan pada KH dari hasil
pengobatan.
• The Respiratory Distress Observation Scale
(RDOS) merupakan instrumen yang valid dan
reliabel untuk mengukur dan menilai tanda-
tanda yang konsisten ditemukan pada saat
dispnea terjadi, intesitas dan respon terhadap
pengobatan terutama pada pasien yang tidak
mampu melaporkan sendiri mengenai kondisi
dispnea yang dialami. Scala ordinal pada 8
variabel di nilai dari skor 0-2 lalu seluruh skor
total untuk menentukan derajat dispnea.
Semakin tinggi skor semakin tinggi pula
intensitas hasil distress pernapasan pasien.
• Tanda-tanda fisik yang sering di observasi pada
instrumen RDOS yaitu ; takikardia, takipnoe,
restlessness, penggunaan otot-otot bantu
pernapasan, pola pernapasan paradoks, adanya
suara seperti mendengkur pada akhir ekspirasi
dan ekpresi wajah yang menunjukan adanya
kecemasan.
• Pengkajian yang adekuat haruslah berdasarkan
pada laporan pasien terhadap kondisi dispnea
yang dialaminya hal ini dilakukan selain untuk
memperoleh informasi tetapi juga dapat bernilai
terapi terhadap pasien itu sendiri namun perlu
diperhatikan juga karena ada pasien yang
pernapasannya semkin buruk saat menyampaikan
dispnea yang dialami.
PENGKAJIAN FATIK
• Beberapa istilah yang sering digunakan oleh
paien untuk menggambarkan kondisi fatik
yang dialaminya seperti hilang energi atau
tenaga untuk melakukan aktifitas ringan,
kelemahan dan kelelahan. Pada pasien kanker
stadium lanjut, fatik menjadi gejala yang
sering dikeluhkan dan sebagai penyebab
terjadi kelemahan dan ketidakberdayaan pada
pasien.
• Gejala fatik yang dirasakan hampir setiap hari dalam kurun 2
minggu terakhir.
• Menyatakan akan adanya kelemahan yang bersifat umum atau
tungkai terasa berat.
• Kemampuan berkonsentrasi ataupun perhatian semakin
berkurang
• Menurunnya motivasi atau keinginan untuk melakukan kegiatan
rutin.
• Insomnia atau hypersomnia.
• Pasien merasa tidak segar saat terbangun dari tidur
• Mengalami kesulitan untuk mengatasi kondisi ketidakaktifan
• D.d reaktif emosional yang mengakibatkan pasien merasa fatik
seperti kesedihan , frustasi dan iritabilitas.
• Mengalami kesulitan untuk menyelesaikan aktifitas rutin RT
• Mengalami masalah terkait memori jangka pendek
• Merasakan ketidaknyamanan dalam beberapa jam setelah
melakukan latihan fisik atau aktitifas
• Instrumen Pengukuran fatik:
• The multidimensional assessment of fatigue,
the symptom distress scale, the fatigue scale,
the fatigue, the fatigue observation checklist,
dan visual analog scale untuk fatigue. Dalam
tatanan klinik, penggunaan skala rating secara
verbal merupakan metode yang sangat efisien
diamana derajat fatil akan dengan mudah dan
cepat untuk dikaji dengan menggunakan
kriteria 0 (tidak fatik) dan 10 (fatik berat).
• Dalam melakukan pengkajian fatik yaitu
menelusuri karakteristik fatik seperti derajat
fatik yang dialami pasien, kapan pasien mulai
merasakan fatik, bagaimana durasi fatik,
bagaimana pola harian kondisi fatik, faktor-
faktor apa saja yang meningkatkan dan
menjadikan fatik semakin buruk, faktor-faktor
yang dapat mengurangi dan meringankan
kondisi fatik, adakah distress yang terjadi
sebagai akibat kejadian fatik, dan bagaimana
dampak fatik terhadap kehidupan keseharian
pasien.
Pengkajian delirium
• Merupakan komplikasi yang paling lasim
ditemukan pada pasien dengan penyakit stadium
lanjut atau tahap akhir/terminal.
• Identifikasi delirium harus berdasarkan pada
observasi di tempat tidur pasien dan juga
informasi dari pihak keluarga dan penjaga orang
sakit, dilakukan secara cermat dan teliti yang
mengacu pada 4 gambaran umum delirium yaitu
kejadian yang sifatnya akut dan berfluktuasi,
menurunnya perhatian, proses piker yang tidak
terorganisir, dan perubahan tingkat kesadaran.
• The neecham confusion scale sering digunakan sebagai
instrument pengkajian yang sifatnya cepat dan
sekaligus memonitor kondisi konfusi akut pada pasien
lanjut usia, the nurshing delirium screening scale juga
dapat digunakan untuk memonitor gejala, terdiri dari 5
item pertanyaan sehingga menjadikan instrument
tersebut mudah digunakan dan akurat.
• The Assesment Method (CAM) merupakan instrument
yang didesain untuk tenaga kesehatan profesional non
psikiatri untuk mengidentifikasi dan mengenal delirium
secara cepat dan akurat baik ditatanan klinis maupun
penelitian, menskrining para lanjut usia dirumah
perawatan maupun panti.
• The CAM-ICU merupakan instrument yang sangat
valid dan reliabel sebagai instrument diagnosis delirium
untuk pasien perawatan intensif.

Anda mungkin juga menyukai