Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI

PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL DI PUSKESMAS KEMRANJEN I

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Klinik Keperawatan Jiwa

Dosen Pembimbing : Ruti Wiyati S.Kep, Ns., M.Kep

Disusun oleh:

JAROT SUKMONO

P1337420218106

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO

2021
A. PENGERTIAN
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Purba, dkk. 2008).
Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan mekanisme
individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara menghindari
interaksi dengan orang lain dan lingkungan (Dalami, dkk. 2009).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang
karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Twondsend,
1998). Atau suatu keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya, pasien mungkin
merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang
berarti dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Budi
Anna Kelliat, 2006 ). Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi
dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain ( Pawlin, 1993 dikutip
Budi Kelliat, 2001). Faktor perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor
predisposisi terjadinya perilaku isolasi sosial. (Budi Anna Kelliat, 2009).

B. PENYEBAB

Menurut Budi Anna Keliat (2009), salah satu penyebab dari menarik diri adalah
harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga
diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.

C. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Faktor perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu
dengan sukses. Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan
pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
Kurangnya stimulasi, kasih saying, perhatian dan kehangatan dari ibu atau
pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa percaya diri dan dapat mengembangkan
tingkah laku curiga pada orang lain maupun lingkungan dikemudian hari.
Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak
merasa diperlakukan sebagai objek :
1. Factor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan factor
pendukung terjandinya gangguan berhubungan.
2. Faktor biologis
Genetic merupakan salah satu factor pendukung yang menyebabkan
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang jelas
mempengaruhi adalah otak. Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada
keluarga yang anggota keluarganya ada yang menderita skizofrenia.
Klien skizofrenia yang mengalami masalah dalam berhubungan sosial
terdapat kelainan pada struktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel,
penurunan berat volume otak serta perubahan struktur limbic.

D. FAKTOR PRESIPITASI
Stressor presipitasi terjadi isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh factor internal
maupun eksternal meliputi:
1. Stressor sosial budaya
Dapat memicu kesulitan dalam berhubungan seperti perceraian, berpisah
dengan orang dicintai, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat dirumah
sakit atau dipenjara.
2. Stressor psikologi
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain (Damayanti,
2010)

E. TANDA DAN GEJALA


Menurut Budi Anna Kelia (2009), tanda dan gejala ditemui seperti:
1. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
2. Menghindar dari orang lain (menyendiri).
3. Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan
klien lain/perawat.
4.  Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk.
5. Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas.
6. Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan
atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
7. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari.
8. Posisi janin saat tidur.   

F. PENATALAKSANAAN
a. Terapi Psikofarmaka
1) Chlorpromazine
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai
realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma sosial dan tilik diri
terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental: faham, halusinasi.
Gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya
berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja, berhubungan
sosial dan melakukan kegiatan rutin. Mempunyai efek samping gangguan
otonomi (hypotensi) antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan
dalam miksi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi,
gangguan irama jantung. Gangguan ekstra pyramidal (distonia akut, akathsia
sindrom parkinson). Gangguan endoktrin (amenorhe). Metabolic (Soundiee).
Hematologik, agranulosis. Biasanya untuk pemakaian jangka panjang.
Kontraindikasi terhadap penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan
jantung (Andrey, 2010).
2) Haloperidol (HLP)
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi mental serta
dalam fungsi kehidupan sehari-hari. Memiliki efek samping seperti gangguan
miksi dan parasimpatik, defeksi, hidung tersumbat mata kabur, tekanan infra
meninggi, gangguan irama jantung. Kontraindikasi terhadap penyakit hati,
penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2010).
3) Trihexyphenidil (THP)
Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensepalitis dan idiopatik,
sindrom Parkinson akibat obat misalnya reserpina dan fenotiazine. Memiliki
efek samping diantaranya mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual,
muntah, bingung, agitasi, konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine.
Kontraindikasi terhadap hypersensitive Trihexyphenidil (THP), glaukoma
sudut sempit, psikosis berat psikoneurosis (Andrey, 2010).
b. Terapi individu
Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat diberikan
strategi pertemuan (SP) yang terdiri dari tiga SP dengan masing-masing strategi
pertemuan yang berbeda-beda. Pada SP satu, perawat mengidentifikasi penyebab
isolasi social, berdiskusi dengan pasien mengenai keuntungan dan kerugian
apabila berinteraksi dan tidak berinteraksi dengan orang lain, mengajarkan cara
berkenalan, dan memasukkan kegiatan latihan berbiincang-bincang dengan orang
lain ke dalam kegiatan harian. Pada SP dua, perawat mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien, memberi kesempatan pada pasien mempraktekkan cara
berkenalan dengan satu orang, dan membantu pasien memasukkan kegiatan
berbincang- bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian. Pada
SP tiga, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, memberi
kesempatan untuk berkenalan dengan dua orang atau lebih dan menganjurkan
pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan hariannya (Purba, dkk. 2008).
c. Terapi kelompok
Menurut (Purba, 2009), aktivitas pasien yang mengalami ketidakmampuan
bersosialisasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :
1) Activity Daily Living (ADL)
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan sehari-
hari yang meliputi:
a) Bangun tidur, yaitu semua tingkah laku/perbuatan pasien sewaktu bangun
tidur.
b) Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), yaitu semua bentuk
tingkah laku/perbuatan yang berhubungan dengan BAB dan BAK.
c) Waktu mandi, yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi, dalam kegiatan
mandi dan sesudah mandi.
d) Ganti pakaian, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan keperluan
berganti pakaian.
e) Makan dan minum, yaitu tingkah laku yang dilakukan pada waktu, sedang
dan setelah makan dan minum.
f) Menjaga kebersihan diri, yaitu perbuatan yang berhubungan dengan
kebutuhan kebersihan diri, baik yang berhubungan dengan kebersihan
pakaian, badan, rambut, kuku dan lain-lain.
g) Menjaga keselamatan diri, yaitu sejauhmana pasien mengerti dan dapat
menjaga keselamatan dirinya sendiri, seperti, tidak menggunakan/menaruh
benda tajam sembarangan, tidak merokok sambil tiduran, memanjat
ditempat yang berbahaya tanpa tujuan yang positif.
h) Pergi tidur, yaitu perbuatan yang mengiringi seorang pasien untuk pergi
tidur. Pada pasien gangguan jiwa tingkah laku pergi tidur ini perlu
diperhatikan karena sering merupakan gejala primer yang muncul
padagangguan jiwa. Dalam hal ini yang dinilai bukan gejala insomnia
(gangguan tidur) tetapi bagaimana pasien mau mengawali tidurnya.
2) Tingkah laku social
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan kebutuhan sosial pasien dalam
kehidupan bermasyarakat yang meliputi:
a) Kontak sosial terhadap teman, yaitu tingkah laku pasien untuk melakukan
hubungan sosial dengan sesama pasien, misalnya menegur kawannya,
berbicara dengan kawannya dan sebagainya.
b) Kontak sosial terhadap petugas, yaitu tingkah laku pasien untuk
melakukan hubungan sosial dengan petugas seperti tegur sapa, menjawab
pertanyaan waktu ditanya, bertanya jika ada kesulitan dan sebagainya.
c) Kontak mata waktu berbicara, yaitu sikap pasien sewaktu berbicara dengan
orang lain seperti memperhatikan dan saling menatap sebagai tanda
adanya kesungguhan dalam berkomunikasi.
d) Bergaul, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan kemampuan bergaul
dengan orang lain secara kelompok (lebih dari dua orang).
e) Mematuhi tata tertib, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan
ketertiban yang harus dipatuhi dalam perawatan rumah sakit.
f) Sopan santun, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan tata krama
atau sopan santun terhadap kawannya dan petugas maupun orang lain.
g) Menjaga kebersihan lingkungan, yaitu tingkah laku pasien yang bersifat
mengendalikan diri untuk tidak mengotori lingkungannya, seperti tidak
meludah sembarangan, tidak membuang puntung rokok sembarangan dan
sebagainya.
G. POHON MASALAH
 

Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi  


   
  Isolasi sosial: Menarik diri
H.   Core
DIAGNOSA
Problem
 

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah


 
KEPERAWATAN
1. Perubahan sensori persepsi halusinasi berhubungan dengan menarik diri
2. Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah (Prabowo,
2014).

I. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


1. Perubahan sensori persepsi halusinasi berhubungan dengan menarik diri
2. Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah. (Prabowo,
2014).
a. Tujuan umum
Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain
b. Tujuan khusus
1) TUK 1
Dapat membina hubungan saling percaya
a) Kriteria hasil
Setelah…X pertemuan pasien dapat menerima kehadiran perawat.
Pasien dapat mengungkapkan perasaan dan keberadaannya saat ini
secara verbal:
1. Mau menjawab salam
2. Ada kontak mata
3. Mau berjabat tangan
4. Mau berkenalan
5. Mau menjawab pertanyaan
6. Mau duduk berdampingan dengan perawat
7. Mau mengungkapkan perasaannya
b) Intervensi
Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi
terapeutik.
1. Sapa pasien dengan ramah, baik verbal maupun non verbal
2. Perkenalkan diri dengan sopan
3. Tanyakan nama lengkap pasien dan nama kesukaan pasien
4. Jelaskan tujuan pertemuan
5. Buat kontrak interaksi yang jelas
6. Jujur dan menepati janji
7. Tunjukkan sikap empati dan menerima pasien apa adanya
8. Ciptakan lingkungan yang tenang dan bersahabat
9. Beri perhatian dan pernghargaan: Temani pasien walau tidak
menjawab
10. Dengarkan dengan empati beri kesempatan bicara, jangan buru-
buru, tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan pasien
11. Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar pasien
2) TUK 2
Pasien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
a. Kriteria hasil
Setelah ... x pertemuan, pasien dapat menyebutkan minimal 1
penyebab menarik diri yang berasal dari :
1. Diri sendiri
2. Orang lain
3. Lingkungan
b. Intervensi
1. Tanyakan pasien tentang
a. Orang yang tinggal serumah atau teman sekamar pasien
b. Orang terdekat pasien dirumah atau diruang perawatan
c. Apa yang membuat pasien dekat dengan orang tersebut
d. Hal-hal yang membuat menjauhi orang tersebut
e. Upaya yang telah dilakukan untuk mendekatkan diri dengan
orang lain
2. Kaji pengetahuan pasien tentang perilaku marik diri dan tanda-
tandanya
3. Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan peasaan
penyebab menarik diri tidak mau bergaul
4. Diskusikan kepada pasien tentang perilaku menarik diri, tanda serta
penyebab yang muncul
5. Berikan reinforcement atau (Penguatan ) positif terhadap
kemampuan pasien dalam mengungkapkan perasaanya
3) TUK 3
Paien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
a. Kriteria hasil
Setelah.... x pertemuan, pasien dapat menyebutkan keuntungan
berhubungan dengan orang lain, misal:
1. Banyak teaman
2. Tidak kesepian
3. Bisa diskusi
4. Saling menolong

Setelah.. x pertemuan pasien dapat menyebutkan kerugian tidak


berhubungan dnegan orang lain, misal:

1. Sendiri
2. Tidak punya teman, kesepian
3. Tidak ada teman ngobrol
b. Intervensi
1. Kaji pengetahuan pasien tentang manfaat dan keuntungan
berhubungan dengan orang lain serta kerugianya bila tidak
berhubungan dengan orang lain
2. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaanya
tentang berhubungan dengan orang lain
3. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaanya
tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
4. Diskusikan bersama tentang keuntungan berhubungan dengan
orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
5. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian bisa tidak berhubungan dnegan orang lain
4) TUK 4
Pasien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
a. Kriteria hasil
Setelah ... x interaksi, pasien dapat mendemonstrasikan hubungan
sosial secara bertahap
b. Intervensi
1. Observasi perilaku pasien saat berhubungan dnegan orang lain
2. Beri motivasi dan bantu pasien untuk berkenalan atau
berkomunikasi dengan orang lain melalui: pasien-perawat, pasien-
perawat-perawat lain,pasien-perawat-perawat lain-pasien lain,
pasien-perawat-perawat lain-pasien lain-masyarakat
3. Beri reincforcement positif atas keberhasilan yang telah dicapai
4. Bantu pasien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan dengan
orang lain
5. Beri motivasi dan libatkan pasien dalam terapi aktivitas kelompok
sosialisai
6. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama pasien
dalam mengisi waktu luang
7. Memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan
jadwal yang telah dibuat
8. Beri reincforcement atas kegiatan pasien dalam memperluar
pergaulan melalui aktivitas yang dilaksanakan
5) TUK 5
Pasien dapat mengungkapkan perasaanya setelah berhubungan dnegan
orang lain
a. Kriteria hasil
Setelah ... x interaksi, pasien dapat mengungkapkan perasaan setelah
berhubungan dengan orang lain untuk diri sendiri dan orang lain untu:
1. Diri sendiri
2. Orang lain
3. Kelompok
b. Intervensi
1. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasanya bila berhubungan
dengan orang lain atau kelompok
2. Diskusikan dengan pasien tentang perasaan anfaat berhubungan
dengan orang lain
3. Beri reincforcement atas kemampuan pasien mengungkapkan
perasaanya berhubungan dengan orang lain
6) TUK 6
Pasien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga mampu
mengembangkan kemampuan pasien untuk berhubungan dnegan orang
lain
a. Kriteria hasil
Setelah ... x pertemuan keluarga dapat menjelaskan tentang
1. Pengertian menarik diri dan gejalanya
2. Penyebab dan akibat menarik diri
3. Cara merawat pasien dengan menarik diri
b. Intervensi
1. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga : salam,
perkenalkan diri, sampaikan tujuan, buat kontrak eksplorasi
perasaan keluarga
2. Diskusikan pentingnya peranan keluarga sebagai pendukung untuk
mengatasi perilaku menarik diri
3. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang : Perilaku menarik
diri, penyebab perilaku menarik diri, akibat yang akan terjadi jika
perilaku menarik diri tidak ditanggapi, cara keluarga menghadapi
pasien menarik diri
4. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu mengatasi pasien
menarik diri
5. Latih keluarga pasien menarik diri
6. Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatih
7. Anjurkan anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada
pasien untuk berkomunikasi dengan orang lain
8. Dorong anggota keluarga secara rutin dan bergantian, menjenguk
pasien bergantian minimal 1 kali seminggu
9. Beri reincforcement atas hal-hal yang telah dicapai keluarga
7) TUK 7
Pasien dapat meenggunakan obat dengan benar dan tepat
a. Kriteria hasil
Setelah .... x interaksi, pasien menyebutkan:
1. Manfaat minum obat
2. Kerugian tidak minum obat
3. Nama, warna, dosis, efek samping

Setelah ... x interaksi, pasien mampu mendemonstrasikan penggunaan


obat dan menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi
dokter

b. Intervensi
1. Diskusikan dnegan pasien tentang kerugian dan keuntungan tidak
minum, karakteristik obat yang diminum (Nama, dosis, frekuensi,
efek samping minum obat)
2. Bantu dalam menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (Benar
pasien, benar obat, benar dosis, benar cara dan waktu)
3. Anjurkan pasien minta sendiri obatnya kepada perawat agar pasien
dapat merasakan manfaatnya
4. Beri reincforcement positif bila pasien menggunakan obat dengan
benar
5. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan
dokter
6. Anjurkan pasien untuk konsultasi dengan dokter atau perawat
apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan (Prabowo, 2014)
DAFTAR PUSTAKA

Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Ferida Kusumawati & Yudi Hartono (2012). Buku Ajar Keperawtaan Jiwa.Jakarta: Salemba
Medika.

Mukhripah Damaiyanti & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika
Aditama.

Trimelia. (2011). Asuhan Keperawatan Klien Isolasi Sosial. Jakarta Timur: TIM.

Anna Budi Keliat, SKp. (2009). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial Menarik

Diri, Jakarta ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba

Medika.
STRATEGI PELAKSANAAN ISOLASI SOSIAL

Pertemuan 1

SP 1 Klien: Membina hubungan saling percaya, membantu klien mengenali penyebab isolasi
sosial, membantu klien mengenal keuntungan berhubungan dan kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain dan mengajarkan pasien berkenalan.

1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamualaikum. Selamat pagi Pak, perkenalan nama saya Jarot Sukmono, saya
Mahasiswa dari Poltekkes Kemenkes Semarang praktek di Puskesmas Kemranjen
I dan biasa dipanggil Jarot, saya akan merawat Bapak pagi ini, kalo boleh tau
nama Bapak siapa? Dan suka dipanggil apa?
b. Evaluasi
1. Bagaimana perasaan Bapak saat ini?
2. Masih ingatkah Bapak ada kejadian apa?
3. Apa keluhan Bapak pada hari ini? Dari tadi saya perhatikan Bapak duduk
menyendiri, dan Bapak tidak tampak ngobrol dengan orang lain.
4. Bapak sudah mengenal teman-teman yang ada disini apa belum?
c. Kontrak
1. Topik
Bagaimana kalo kita bercakap-cakap tentang keluarga dan teman-teman
Bapak? Juga tentang apa yang menyebabkan Bapak tidak mau ngobrol dengan
teman-teman?
2. Waktu
Bapak mau berapa lama bercakap-cakap? Bagaimana kalo 15 menit?
3. Tempat
Dimana enaknya kita ngobrolnya Pak? Bagai mana kalo disini saja?
2. Fase kerja
a. Siapa saja yang tinggal satu rumah dengan Bapak? Siapa yang paling dekat
dengan Bapak? Siapa yang jarang bercakap-cakap dengan Bapak? Apa yang
membuat Bapak jarang bercakap-cakap denganya.
b. Apa yang Bapak rasakan selama dirawat disini? Ooh Bapak merasa sendirian?
Siapa saja yang Bapak kenal lingkungan ini? Ooh jadi belum kenal? Apa yang
menyebabkan Bapak tidak mempunyai teman disini dan tidak mau bergabung atau
ngobrol dengan teman-teman yang ada disini?
c. Kalo Bapak tidak mau bergabung dengan teman-teman atau orang lain, tanda-
tandanya apa saja? Mungkin Bapak selalu menyendiri ya? Terus apa lagi Pak
(sebutkan).
d. Bapak tau keuntungan kita mempunyai banyak teman coba sebutkan apa saja
keuntungan dari mempunyai banyak teman itu Pak? (sebutkan)
e. Nah kalau kerugian dari tidak mempunyai banyak teman Bapak tau tidak? Coba
sebutkan apa saja? Coba sebutkan kerugian tidak mempunyai banyak teman, jadi
banyak juga kan Pak kerugianya jika tidak punya banyak teman, kalao begitu
inginkah Bapak berkenalan dengan orang lain?
f. Bagus bagaimana kalo sekarang kita belajar perkenalan dengan orang lain?
g. Begini Pak untuk berkenalan dengan orang lain caranya adalah: Pertama kita
mengucapkan salam sambil berjabat tangan, terus bila perkenlakan nama lengkap
lalu sebutkan nama panggilan yang disukai kemudian sebutkan asal dan hobi kita,
contohnya seperti ini ‘’ Asssalamualaikum nama saya Jarot Sukmono saya suka
dipanggil Jarot dan hobi saya bersepeda’’.
h. Selanjutnya Bapak menanyakan nama lengkap orang yang diajak kenalan nama
panggilan yang disukai dan menanyakan juga asal dan hobinya contohnya seperti
ini ‘’ Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana dan hobinya
apa?
i. Ayo Bapak sekarang mencoba, misalnya saya belum kenal Bapak coba berkenalan
dengan saya, yaaa bagus sekali coba sekali lagi, bagus sekali Pak.
j. Setelah bapak berkenalan dengan orang tersebut bapak bisa melanjutkan
percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan misalkan tentang cuaca, hobi,
keluarga, pekerjaan dsb.
3. Terminasi
a. Evaluasi respon
1. Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang penyebab
bapak tidak mau bergaul dengan orang lain dan berlatih cara berkenalan
2. Evaluasi obyektif
Coba bapak sebutkan kembali penyebab bapak tidak mau bergaul dengan
orang lain, apa saja tanda-tandanya pak? Lalu keuntungan dan kerugian apa
saja? Coba ibu sebutkan cara berkenalan dengan orang lain, yaitu.... yaah
bagus sekali pak.
Nahhh sekarang coba ibu praktikan lagi cara berkenalan dengan saya. Iyaa
bagus sekali pak.
b. Kontrak
1. Topik
Baik pak sekarang bincang-bincangnya sudah selesai, bagaimana kalo besok
saya kesini lagi bersama teman saya sekitar jam 08.00 pagi untuk melatih
bapak berkenalan dengan teman saya.
2. Waktu
Bapak mau bertemu lagi jam berapa? Bagaimana kalo jam 08.00?
3. Tempat
Bapak mau bercakap-cakap dimana?
c. Rencana tindak lanjut
1. Selanjutna bapak dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi. Sehingga
bapak siap untuk berkenalan dengan orang lain. Ibu bisa praktikkan dengan
orang lain atau keluarga bapak.
2. Sekarang kita buat jadwal latihanya ya pak, berapa kali sehari bapak mau
berlatih berkenalan dengan orang lain, jam berapa saja pak? Coba tulis disini.
Ooh jadi bapak mau 3 kali ya pak?
3. Ya bagus pak jangan lupa dilatih terus ya pak sesuai jadwal latihanya dan
bapak bisa berkenalan dengan tema-teman yang ada di lingkungan ini.

Anda mungkin juga menyukai