ISOLASI SOSIAL
Disusun Oleh :
Pengertian
Perilaku isolasi sosial menraik diri merupakan suatu gangguan hubungan interpersonal
yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku
maladaptive dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Depkes RI,
2000)
A. Faktor Predisposisi
B. Faktor Presipitasi
faktor presipitasi dari faktor sosio-cultural karena menurunnya stabilitas keluarga dan
berpisah karena meninggal dan fakto psikologis seperti berpisah dengan orang yang
terdekat atau kegagalan orang lain untuk bergantung, merasa tidak berarti dalam
keluarga sehingga menyebabkan klien berespons menghindar dengan menarik diri
dari lingkungan (Stuart and Sundeen, 1995).
C. Rentang Respon
Waktu membina suatu hubungan sosial, setiap individu berada dalam rentang respons
yang adaptif sampai dengan maladaptif. Respon adaptif merupakan respons yang dapat
diterima oleh norma – norma sosial dan budaya setempat yang secara umum berlaku,
sedangkan respons maladaptif merupakan respons yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma – norma sosial dan
budaya setempat. Respons sosial maladaptif yang sering terjadi dalam kehidupan
sehari – hari adalah menarik diri, tergantung (dependen), manipulasi, curiga, gangguan
komunikasi, dan kesepian.
Menurut Stuart dan Sundeen, 1999, respon setiap individu berada dalam rentang
adaptif sampai dengan maladaptive yang dapat dilihat pada bagan berikut :
a) Respon Adaptif
adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma –norma sosial dan
kebudayaan secara umum yang berlaku di masyarakat. Respon adaptif terdiri dari :
1) Menyendiri(Solitude): Merupakan respons yang dibutuhkan seseorang untuk
merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara
mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya. Solitude umumnya
dilakukan setelah melakukan kegiatan.
2) Otonomi: Merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan
menyampaikan ide-ide pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
3) Bekerja sama (mutualisme): adalah suatu kondisi dalam hubungan
interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk saling memberi dan
menerima.
4) Saling tergantung (interdependen): Merupakan kondisi saling tergantung antara
individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.
b) Respon maladaptive
Respon maladaptif adalah respon yang menimbulkan gangguan dengan berbagai
tingkat keparahan (Stuart dan Sundeen, 1998). Respon maladaptif terdiri dari :
1) Menarik diri: merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan
kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
2) Manipulasi: Merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu
yang menganggap orang lain sebagai objek. Individu tersebut tidak dapat
membina hubungan sosial secara mendalam.
3) Impulsif: Individu impulsif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu
belajar dari pengalaman, tidak dapat diandalkan.
4) Narkisisme: Pada individu narkisisme terdapat harga diri yang rapuh, secara
terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap
egosenetris, pencemburuan, marah jika orang lain tidak mendukung.
5) Tergantung (dependen): terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa
percaya diri atau kemampuannya untuk berfungsi secara sukses.
6) Curiga: Terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya dengan
orang lain. Kecurigaan dan ketidakpercayaan diperlihatkan dengan tanda-tanda
cemburu, iri hati, dan berhati-hati. Perasaan individu ditandai dengan humor
yang kurang, dan individu merasa bangga dengan sikapnya yang dingin dan
tanpa emosi.
a. Masalah keperawatan:
Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi
Isolasi sosial: menarik diri
Gangguan konsep diri: harga diri rendah
Tujuan umum : klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran hubungan
interaksi seanjutnya
Tindakan :
1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
dengan cara :
3.1 Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi
( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
3.2 Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat ber pujian
3.3 Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi:
a. Katakan “ saya tidak mau dengar”
b. Menemui orang lain
c. Membuat jadwal kegiatan sehari-hari
d. Meminta keluarga/teman/perawat untuk menyapa jika klien tampak bicara
sendiri
3.4 Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasinya secara bertahap
3.5 Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih
3.6 Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil
3.7 Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita, stimulasi persepsi
4. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya
Tindakan :
5.1 Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat
minum obat
5.2 Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya
5.3 Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping
minum obat yang dirasakan
5.4 Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi
5.5 Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain.
Tindakan :
3.1 Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi
( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
3.2 Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang
lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan prang lain
b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
3.3 Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
a. beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang lain
b. diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
c. beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
VI. SUMBER
Budi Anna Keliat. 2009. Model praktik keperawatan professional jiwa. Jakarta. ECG
Yosep Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Jakarta. ECG
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Proses Keperawatan
Kondisi Klien :
Tujuan Khusus :
Tindakan keperawatan :
ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
“Selamat pagi Pak!” Perkenalkan nama saya Perawat Fikri, saya mahasiswa Poltekkes
banten. Saya praktek disini mulai dari hari ini. Nama Bapak siapa? Senang di panggil
apa?
2. Evaluasi / Validasi
“ Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Apa yang terjadi sehingga Bapak dibawa kesini?”
3. Kontrak :
Topik : “Senang ya bisa berkenalan dengan bapak hari ini, bagaimana kalau kita
berbincang-bincang untuk lebih saling mengenal sekaligus agar bapak dapat mengetahui
keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain?
Waktu: “ Berapa lama pak? Bagaimana kalau 15 menit saja?”
Tempat : “Di mana ibu mau berbincang-bincang dengan saya? Ya sudah, di ruangan ini
saja kita berbincang-bincang.”
“Bapak, kalau boleh saya tau orang yang paling dekat dengan bapak siapa?”
“Menurut bapak apa keuntungann berinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak
berinteraksi dengan orang lain?”
“Kalau bapak tidak tahu saya akan memberitahukan keuntungan dari berinteraksi dengan
orang lain, yaitu bapak punya banyak teman, saling menolong, saling bercerita, dan tidak
selalu sendirian”.
“Sekarang saya akan mengajarkan bapak berkenalan. Bagus, bapak dapat mempraktekkan
apa yang saya ajarkan tadi. Bagaiman kalau kegiatan berbincang-bincang dengan orang
lain di masukkan kedalam jadwal kegiatan harian?”
TERMINASI
Proses Keperawatan
Kondisi Klien :
Tujuan Khusus :
Tindakan keperawatan :
ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
“ Selamat Pagi Pak!” masih ingat dengan saya? Benar bapak! saya Perawat Fikri”.
2. Evaluasi / Validasi
“ Bagaimana perasaan bapak hari ini ? masih ingat dengan yang kemarin saya ajarkan?”
3. Kontrak :
Topik : “Sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini kita akan mempraktekkan bagaimana
cara berkenalan dengan satu orang”.
Waktu : “Sesuai dengan kesepakatan kita kemarin, kita akan melakukannya selama 15
menit, bagaimana menurut bapak?
Tempat : “Kesepakatan kita kemarin!! Kita akan melakukannya di teras depan, apakah
bapak setuju?”
“Sebelum kita berkenalan dengan orang lain, coba bapak perlihatkan kepada saya
bagaimana cara berkenalan dengan orang lain?”
“Hebat, bapak dapat melakukannya dengan baik. Sekarangvmari kita melakukannya
dengan satu orang yang bapak belum kenal!!”
“Bagus, bapak dapat mempraktekkan dengan baik dan sesuai dengan apa yang saya
ajarkan. Bagaimana kalau kegiatan berkenalan dengan orang lain yang baru dikenal di
masukkan kedalam jadwal kegiatan harian?”
TERMINASI
Proses Keperawatan
Kondisi Klien
Tujuan Khusus :
Tindakan keperawatan :
ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
“ Selamat Pagi Pak!” masih ingat dengan saya? Benar bapak! saya Perawat Fikri”.
2. Evaluasi / Validasi
“ Bagaimana perasaan bapak hari ini ? masih ingat dengan yang kemarin bapak
lakukan?”
3. Kontrak :
Topik : “ Sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini bapak akan melakukan
interaksi dengan orang lain sebanyak 2 orang atau lebih pada orang yang tidak
bapak kenal atau orang baru”
W aktu : “ Sesuai dengan kesepakatan kita kemarin, kita akan melakukannya
selama 15 menit... bagaimana menurut bapak?”
Tempat : “Kesepakatan kita kemarin!! Kita akan melakukannya di teras, apakah
bapak setuju?”
“Sebelum kita berkenalan dengan orang lain, coba bapak perlihatkan kepada saya
bagaimana cara berkenalan dengan orang lain? Hebat... bapak dapat melakukannya dengan
baik”.
“Sekarang, mari kita melakukannya dengan orang lain yang bapak tidak kenal sebanyak 2
orang atau lebih!! Bagus, bapak dapat mempraktekkan dengan baik dan mulai berkembang
dalam berinteraksi dengan orang lain”.
“Bagaimana kalau kegiatan berkenalan dengan orang lain yang baru dikenal di
masukkankedalamjadwalkegiatanharian?”
TERMINASI
Disusun Oleh :
D. Faktor Predisposisi
E. Faktor Presipitasi
Yang merupakan factor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurangnya atau
penurunan motivasi, kerusakan kognisi, atau perseptual, cemas, lelah / lemah yang
dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri. Sedangkan menurut Depkes tahun 2000 faktor yang
mempengaruhi personal hygiene adalah body Image, praktik social, status sosial
ekonomi, pengetahuan, budaya, kebiasaan dan kondisi fisik.
Berikut penjabarannya. gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
perduli dengan dirinya. Pada anak anak selalu dimanja dalam kebersihan diri
maka,kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan, seperti sabun, sikat gigi, shampoo
dan alat mandi lainnya yang membutuhkan uang untuk menyediakannya.
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan, misalnya pada pasien penderita DM yang harus menjaga
kebersihan kakinya. Pada factor Budaya, terdapat budaya di sebagian masyarakat
tertentu jika individu sakit tidak boleh dimandikan. Ada pula kebiasaan seseorang
yang enggan menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri, missal sabun,
shampoo, dll.
Sedangkan, untuk factor kondisi fisik, pada keadaan tertentu / sakit kemampuan
untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukan nya.
F. Jenis
Adaptif Maladaptif
H. Mekanisme Koping
Gangguan pemeliharaan
Kesehatan (BAB/BAK,
mandi, makan, minum)
Core problem Defisit perawatan diri
Masalah yang ditemukan adalah : Defisit Perawatan Diri (SP 1 Kebersihan Diri, SP
1 Makan, SP 1 Toileting (BAB / BAK), SP 1 Berhias)
Contoh data yang biasa ditemukan dalam Defisit Perawatan Diri : Kebersihan Diri
adalah :
a) Data Subjektif :
Pasien merasa lemah,malas untuk beraktivitas,dan merasa tidak berdaya
b) Data Objektif :
Rambut kotor acak-acakan,badan dan pakaian kotor serta bau, mulut dan gigi
bau,kulit kusam dan kotor,kuku panjang dan tidak terawat.
c) Mekanisme Koping :
Regresi, penyangkalan, isolasi social menarik diri, intelektualisasi.
Defisit perawatan diri bukan merupakan bagian dari komponen pohon masalah
(causa,core problem,effect) tetapi sebagai masalah pendukung.
a) Effect
b) Core Problem
c) Causa
d) Defisit Perawatan Diri.
X. DIAGNOSA KEPERAWATAN
XII. SUMBER
(Pengkajian dan melatih cara menjaga kebersihan diri : Mandi, gosok gigi, cuci rambut)
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data Subjektif :
Pasien merasa lemah,malas untuk beraktivitas,dan merasa tidak berdaya
Data Objektif :
Rambut kotor dan acak-acakan, badan dan pakaian kotor serta bau, mulut dan
2. Diagnosa Keperawatan
4. Tindakan Keperawatan
c. Ajarkan klien mempraktekan cara perawatan diri : mandi, gosok gigi dan
cuci rambut
1. Fase Orientasi
a. Salam Teurapeutik
b. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan bapak hari ini..? Apakah bapak sudah mandi & gosok
gigi..? ”
c. Kontrak
Topik :
Waktu :
Tempat :
2. Fase Kerja
“Berapa kali bapak mandi dalam sehari..?, Menurut bapak, apa sih kegunaan
mandi..?, Apa alasan bapak sehingga tidak mau mandi..?, Menurut bapak, apa
manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan dir kiti,,? Kira – kira tanda tanda orang
yang merawat diri dengan baik, seperti apa yaa..? Kalau kita tidak teratur menjaga
kebersihan diri, masalah apa menurut bapak yang bisa timbul..? Sekarang coba
bapak sebutkan alat apa saja yang digunakan untuk menjaga kebersihan diri,
seperti kalau kita mandi, cuci rambut, gosok gigi… apa saja yang disiapkan..?
Benar sekali..!! bapak perlu menyiapkan pakaian ganti, handuk, sabun, sikat gigi,
sampo dan odol serta sisir. Wahhhh… Bagus sekali..!! bapak bisa menyebutkan
dengan benar..”.
3. Fase Terminasi
“ Baiklah pak, tadi bapak sudah menyebutkan manfaat bagi kita jika kita
menjaga kebersihan diri, dan kita juga sudah melakukan latihan, cara Merawat
diri, masukan kedalam jadwal yaa..! Selanjutnya jangan lupa untuk melakukan
sesuai jadwal ya pak..! mandi 2 X Sehari, gosok gigi 2 X sehari juga, keramas 2
X Seminggu. Bagaimana pak..? Bisa dilakukan..? Baguss sekali, bapak mau
mencoba melakukannya..!”
Topik :
“..Baiklah bapak, cukup untuk hari ini, besok kita akan bertemu lagi, dan
membicarakan tentang kebutuhan dan latihan cara berhias diri
(berpakaian)..!”
Waktu :
“.. bapak mau jam berapa..? bagaimana kalau jam 11,,?.baik pak kita akan
berbincang selama 15 menit”.
Tempat :
“..Bapak maunya kita berbincang dimana..? bagaimana kalau di ruang
makan..? baiklah pak, besok saya akan kesini jam 11 ya..! Sampai Jumpa
besok ya pak.. Saya permisi. Assalamualaikum..Wr. Wb..”.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) 2
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data Subjektif :
Pasien merasa lemas dan tidak berdaya.
Data Objektif :
Baju kotor dan berantakan, rambut acak-acakan, muka kusam.
2. Diagnosa Keperawatan
4. Tindakan Keperawatan
1. Fase Orientasi
a. Salam Teurapeutik
b. Evaluasi / Validasi
a. Kontrak
Topik :
“Baiklah pak.. sesuai janji kita kemarin, hari ini jam 11 kita berjumpa lagi
dan akan membicarakan tentang berhias (berpakaian)..?
Waktu :
“ Sesuai janji kita kemarin , kita akan berbincang bincang selama 15 menit
ya pak, bagaimana pak setuju?”
Tempat :
B. Fase Kerja
“..Menurut bapak apa itu berhias..? Apa manfaat berpakaian untuk bapak..?
Bagus sekali bapak bisa menyebutkan manfaat berhias dan berpakaian..!
Sekarang coba bapak tunjukan cara berpakaian yang baik..? Bagus sekali bapak
sudah dapat menunjukan cara berhias dan berpakaian yang baik! Mulai besok
coba bapak masukan Berhias dan Berpakaian kedalam kegiatan harian..!”
C. Fase Terminasi
“ Baiklah pak, tadi bapak sudah menyebutkan manfaat bagi bapak tentang
cara berhias dan berpakaian yang baik dan benar, mulai besok coba bapak
masukan ke jadwal kegiatan harian bapak”
Topik :
“..Baiklah pak, cukup untuk hari ini, besok kita akan bertemu lagi, dan
membicarakan tentang kebutuhan dan latihan cara makan dan minum yang
baik dan benar, apakah bapak bersedia..?..”
Waktu :
“Bapak mau jam berapa dan berapa lama..? bagaimana kalau jam 11,,?
Baik pak kita akan berbincang selama 15 menit”
Tempat :
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data Subjektif :
Pasien merasa lemas dan tidak berdaya.
Data Objektif :
Badan kurus, kulit bersih dan mulut bersih tapi klien masih terlihat lemah,
2. Diagnosa Keperawatan
C. Tindakan Keperawatan
c.Ajarkan klien mempraktekan tata cara makan dan minum yang baik
d. Bantu klien mempraktekan tata cara makan dan minum yang baik
e.Anjurkan klien memasukan kegiatan makan dan minum secara mandiri di dalan
jadwal kegiatan harian.
1. Fase Orientasi
a) Salam Teurapeutik
b) Evaluasi / Validasi
c) Kontrak
Topik :
“Baiklah pak. sesuai janji kita kemarin, hari ini jam 11 kita berjumpa lagi dan
akan membicarakan tentang manfaat dan tata cara makan dan minum yang
baik”
Waktu :
“ sesuai janji kita kemarin , kita akan mengobrol selama 15 menit ya pak,
bagaimana bapak setuju?”
Tempat :
2. Fase Kerja
“..Berapa kali bapak makan sehari..? Iya baguss..!! bapak makan 3 X Sehari..!
Kalau minum, sehari berapa gelas pak..?? Betul, Minum 10 Gelas sehari..? Apa
saja yang disiapkan untuk makan,,? Dimana bapak makan..? Bagaimana cara
makan yanag baik menurut bapak.? Apa yang dilakukan sebelum makan..? Apa
pula yang dilakukan setelah makan..?..”
3. Fase Terminasi
“ Baiklah pak, tadi bapak sudah menyebutkan manfaat bagi kita jika kita
menjaga kebersihan diri, dan kita juga sudah melakukan latihan,
Selanjutnya jangan lupa untuk melakukan sesuai jadwal ya pak..! makan 3
X sehari, dan minum 8 – 10 gelas sehari..”
Topik :
“..Baiklah bapak, cukup untuk hari ini, besok kita akan bertemu lagi, dan
membicarakan tentang kebutuhan dan latihan cara Toileting yang baik dan
benar (BAB dan BAK) besok..”
Waktu :
Tempat :
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data Subjektif :
Pasien merasa lemas dan tidak berdaya.
Data Objektif :
Kulit kotor, baju bau pesing, sekitar kamar klien bau pesing
2. Diagnosa Keperawatan
f. Klien dapat memasukan kegiatan BAK dan BAB dengan benar ke dalam
jadwal harian
4. Tindakan Keperawatan
c. Bantu Klien dalam melakukan pemenuhan kebutuhan BAK dan BAB dengan
benar
1. Fase Orientasi
a. Salam Teurapeutik
b. Evaluasi / Validasi
“Apakah ibu sudah mandi & gosok gigi sendiri? Bagaiman perasaan bapak
setelah mandi dan menggosok gigi? Sudah makan pagi ini..?”
c. Kontrak
Topik :
“Baiklah pak.. sesuai janji kita kemarin, hari ini jam 11 kita berjumpa lagi
dan akan membicarakan tentang tata cara BAK dan BAB yang baik”
Waktu :
“ sesuai janji kita kemarin , kita akan mengobsrol selama 15 menit ya pak,
bagaimana bapak setuju?”
Tempat :
2. Fase Kerja
“..Berapa kali bapak BAB sehari..? Kalau BAK berapa kali sehari..?, kalau
bapak BAB dan BAK di mana biasanya..? Setelah BAK dan BAB biasanya apa
yang bapak lakukan..? Menurut ibu apa manfaatnya jika menjaga kebersihan
setelah BAB dan BAK..?”
3. Fase Terminasi
“ Baiklah pak, tadi bapak sudah menyebutkan manfaat bagi kita jika kita
menjaga kebersihan diri setelah BAB dan BAK. Sekarang, coba bapak
masukan kedalam Jadwal Kegiatan Harian bapak, sesuai ceklis, BAB 1x di
toilet, BAK 1x di toilet/dikamar?”
Topik :
“..Baiklah bapak, cukup untuk hari ini, besok kita akan bertemu lagi, dan
mengevaluasi tentang tata cara BAK dan BAB yang baik dan benar”
Waktu :
Tempat :