Anda di halaman 1dari 42

TUGAS

LAPORAN PENDAHULUAN DAN

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

ISOLASI SOSIAL

Dosen pengampu : Ermawati Dalami, S.Kep, M.Kes

Disusun Oleh :

Ahmad Fikri Perangin Angin


P27905118001

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN


JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
KEPERAWATAN
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

I. KASUS (MASALAH UTAMA)

Isolasi sosial : menarik diri


II. PROSES TERJADINYA MASALAH

Pengertian
Perilaku isolasi sosial menraik diri merupakan suatu gangguan hubungan interpersonal
yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku
maladaptive dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Depkes RI,
2000)

A. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi terjadinya perilaku menarik diri adalah kegagalan perkembangan


yang dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya orang lain, ragu
takut salah, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang
lain, tidak mampu merumuskan keinginan dan meresa tertekan.

B. Faktor Presipitasi

faktor presipitasi dari faktor sosio-cultural karena menurunnya stabilitas keluarga dan
berpisah karena meninggal dan fakto psikologis seperti berpisah dengan orang yang
terdekat atau kegagalan orang lain untuk bergantung, merasa tidak berarti dalam
keluarga sehingga menyebabkan klien berespons menghindar dengan menarik diri
dari lingkungan (Stuart and Sundeen, 1995).

C. Rentang Respon

Waktu membina suatu hubungan sosial, setiap individu berada dalam rentang respons
yang adaptif sampai dengan maladaptif. Respon adaptif merupakan respons yang dapat
diterima oleh norma – norma sosial dan budaya setempat yang secara umum berlaku,
sedangkan respons maladaptif merupakan respons yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma – norma sosial dan
budaya setempat. Respons sosial maladaptif yang sering terjadi dalam kehidupan
sehari – hari adalah menarik diri, tergantung (dependen), manipulasi, curiga, gangguan
komunikasi, dan kesepian.

Menurut Stuart dan Sundeen, 1999, respon setiap individu berada dalam rentang
adaptif sampai dengan maladaptive yang dapat dilihat pada bagan berikut :

a) Respon Adaptif
adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma –norma sosial dan
kebudayaan secara umum yang berlaku di masyarakat. Respon adaptif terdiri dari :
1) Menyendiri(Solitude): Merupakan respons yang dibutuhkan seseorang untuk
merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara
mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya. Solitude umumnya
dilakukan setelah melakukan kegiatan.
2) Otonomi: Merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan
menyampaikan ide-ide pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
3) Bekerja sama (mutualisme): adalah suatu kondisi dalam hubungan
interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk saling memberi dan
menerima.
4) Saling tergantung (interdependen): Merupakan kondisi saling tergantung antara
individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.

b) Respon maladaptive
Respon maladaptif adalah respon yang menimbulkan gangguan dengan berbagai
tingkat keparahan (Stuart dan Sundeen, 1998). Respon maladaptif terdiri dari :
1) Menarik diri: merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan
kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
2) Manipulasi: Merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu
yang menganggap orang lain sebagai objek. Individu tersebut tidak dapat
membina hubungan sosial secara mendalam.
3) Impulsif: Individu impulsif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu
belajar dari pengalaman, tidak dapat diandalkan.
4) Narkisisme: Pada individu narkisisme terdapat harga diri yang rapuh, secara
terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap
egosenetris, pencemburuan, marah jika orang lain tidak mendukung.
5) Tergantung (dependen): terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa
percaya diri atau kemampuannya untuk berfungsi secara sukses.
6) Curiga: Terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya dengan
orang lain. Kecurigaan dan ketidakpercayaan diperlihatkan dengan tanda-tanda
cemburu, iri hati, dan berhati-hati. Perasaan individu ditandai dengan humor
yang kurang, dan individu merasa bangga dengan sikapnya yang dingin dan
tanpa emosi.

III. A. POHON MASALAH

Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi

Isolasi sosial: Menarik diri

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

A. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

a. Masalah keperawatan:
 Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi
 Isolasi sosial: menarik diri
 Gangguan konsep diri: harga diri rendah

b. Data yang perlu dikaji


Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi
Data Subjektif:
 Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus
nyata.
 Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata.
 Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus.
 Klien merasa makan sesuatu.
 Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya.
 Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar.
 Klien ingin memukul/melempar barang-barang.
Data Objektif:
 Klien berbicara dan tertawa sendiri.
 Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu.
 Klien berhebti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu.
 Disorientasi

Isolasi Sosial : menarik diri


Data Subyektif:
 Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data Obyektif:
 Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Data subyektif:
 Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data obyektif:
 Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencederai diri atau ingin mengakhiri hidup.
IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Isolasi sosial: menarik diri


Gangguan konsep diri : harga diri rendah.

V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnosa I : perubahan sensori persepsi halusinasi

Tujuan umum : klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Tujuan khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran hubungan
interaksi seanjutnya
Tindakan :

1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
dengan cara :

a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal


b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat mengenal halusinasinya
Tindakan :

2.1 Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap


2.2 Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya: bicara dan
tertawa tanpa stimulus memandang ke kiri/ke kanan/ kedepan seolah-olah ada
teman bicara
2.3 Bantu klien mengenal halusinasinya
a. Tanyakan apakah ada suara yang didengar
b. Apa yang dikatakan halusinasinya
c. Katakan perawat percaya klien mendengar suara itu ,
namun perawat sendiri tidak mendengarnya.
d. Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti itu
e. Katakan bahwa perawat akan membantu klien
2.4 Diskusikan dengan klien :
a. Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi
b. Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam)
2.5 Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi
(marah, takut, sedih, senang) beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya

3. Klien dapat mengontrol halusinasinya


Tindakan :

3.1 Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi
( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
3.2 Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat ber pujian
3.3 Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi:
a. Katakan “ saya tidak mau dengar”
b. Menemui orang lain
c. Membuat jadwal kegiatan sehari-hari
d. Meminta keluarga/teman/perawat untuk menyapa jika klien tampak bicara
sendiri
3.4 Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasinya secara bertahap
3.5 Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih
3.6 Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil
3.7 Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita, stimulasi persepsi
4. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya
Tindakan :

4.1 Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi


4.2 Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat kunjungan rumah):
a. Gejala halusinasi yang dialami klien
b. Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi
c. Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah, diberi
kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama
d. Beri informasi waktu follow up atau kenapa perlu mendapat bantuan :
halusinasi tidak terkontrol, dan resiko mencederai diri atau orang lain
5. Klien memanfaatkan obat dengan baik
Tindakan :

5.1 Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat
minum obat
5.2 Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya
5.3 Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping
minum obat yang dirasakan
5.4 Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi
5.5 Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.

Diagnosa 1: Isolasi sosial: menarik diri


Tujuan Umum :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien

2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri


Tindakan:
2.1 Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.
2.2 Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik
diri atau mau bergaul
2.3 Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab
yang muncul
2.4 Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya

3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain.
Tindakan :
3.1 Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi
( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
3.2 Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang
lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan prang lain
b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
3.3 Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
a. beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang lain
b. diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
c. beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial


Tindakan:
4.1 Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
4.2 Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :
▪ Klien – Perawat
▪ Klien – Perawat – Perawat lain
▪ Klien – Perawat – Perawat lain – Klien lain
▪ K – Keluarga atau kelompok masyarakat
4.3 Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
4.4 Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
4.5 Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu
4.6 Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
4.7 Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan

5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain


Tindakan:
5.1 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang
lain
5.2 Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang
lain.
5.3 Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat
berhubungan dengan oranglain

6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga


Tindakan:
6.1 Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
▪ Salam, perkenalan diri
▪ Jelaskan tujuan
▪ Buat kontrak
▪ Eksplorasi perasaan klien
6.2 Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
▪ Perilaku menarik diri
▪ Penyebab perilaku menarik diri
▪ Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
▪ Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
6.3 Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien untuk
berkomunikasi dengan orang lain.
6.4 Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal
satu kali seminggu
6.5 Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga

Diagnosa 2 : harga diri rendah


Tujuan Umum :
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki


Tindakan:
2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
2.2 Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif
2.3 Utamakan memberikan pujian yang realistik

3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan


Tindakan:
3.1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit.
3.2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.

4. Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang


dimiliki
Tindakan:
4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan
▪ Kegiatan mandiri
▪ Kegiatan dengan bantuan sebagian
▪ Kegiatan yang membutuhkan bantuan total
4.2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
4.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya


Tindakan:
5.1. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan
5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien.
5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada


Tindakan:
6.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan
harga diri rendah.
6.2 Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
6.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah

VI. SUMBER

Budi Anna Keliat. 2009. Model praktik keperawatan professional jiwa. Jakarta. ECG
Yosep Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Jakarta. ECG
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL


(PERTEMUAN PERTAMA)

Proses Keperawatan

Kondisi Klien :

S: Klien mengatakan orang-orang jahat dengan dirinya


O: Klien tampak menyendiri, klien terlihat mengurung diri, klien tidak mau bercakap-cakap
dengan orang lain.

Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial

Tujuan Khusus :

a. Membina hubungan saling percaya dengan klien


b. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial klien

Tindakan keperawatan :

 Bina hubungan saling percaya dengan klien


 SP 1 :
1) Identifikasi penyebab isolasi sosial pasien
2) Diskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain.
3) Diskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan orang lain
4) Ajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
5) Anjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan
orang lain dalam kegiatan harian

Proses Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan

ORIENTASI

1. Salam Terapeutik
“Selamat pagi Pak!” Perkenalkan nama saya Perawat Fikri, saya mahasiswa Poltekkes
banten. Saya praktek disini mulai dari hari ini. Nama Bapak siapa? Senang di panggil
apa?

2. Evaluasi / Validasi

“ Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Apa yang terjadi sehingga Bapak dibawa kesini?”

3. Kontrak :

 Topik : “Senang ya bisa berkenalan dengan bapak hari ini, bagaimana kalau kita
berbincang-bincang untuk lebih saling mengenal sekaligus agar bapak dapat mengetahui
keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain?
 Waktu: “ Berapa lama pak? Bagaimana kalau 15 menit saja?”
 Tempat : “Di mana ibu mau berbincang-bincang dengan saya? Ya sudah, di ruangan ini
saja kita berbincang-bincang.”

KERJA (Langkah – langkah tindakan keperawatan)

 “Bapak, kalau boleh saya tau orang yang paling dekat dengan bapak siapa?”
 “Menurut bapak apa keuntungann berinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak
berinteraksi dengan orang lain?”
 “Kalau bapak tidak tahu saya akan memberitahukan keuntungan dari berinteraksi dengan
orang lain, yaitu bapak punya banyak teman, saling menolong, saling bercerita, dan tidak
selalu sendirian”.
 “Sekarang saya akan mengajarkan bapak berkenalan. Bagus, bapak dapat mempraktekkan
apa yang saya ajarkan tadi. Bagaiman kalau kegiatan berbincang-bincang dengan orang
lain di masukkan kedalam jadwal kegiatan harian?”

TERMINASI

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan


 Evaluasi Subyektif: “Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang
tadi?”
 Evaluasi Objektif: “Coba bapak ceritakan kembali keuntungan berinteraksi dan
kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain?”
2. Tindak Lanjut: “Tadi saya sudah menjelaskan keuntungan dan kerugian tidak berinteraksi
dengan orang lain dan cara berkenalan yang benar. Saya harap bapak dapat mencobanya
bagaimana berinteraksi dengan orang lain!“
3. Kontrak yang akan datang
 Topik : “Baiklah, pertemuan kita cukup sampai disini. Besok kita akan
berbincang-bincang lagi tentang jadwal yang telah kita buat dan mempraktekkan
cara berkenalan dengan orang lain”.
 Waktu: “Berapa lama bapak punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya
besok? Bagaimana kalau 15 menit saja?”
 Tempat: “Di mana bapak mau berbincang-bincang dengan saya besok? Ya
sudah... bagaimana kalau besok kita melakukannya di teras depan saja?”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL


(PERTEMUAN KEDUA)

Proses Keperawatan

Kondisi Klien :

S: Klien mengatakan malas berinteraksi


O: Klien menyendiri di kamar, klien tidak mau melakukan aktivitas di luar kamar, klien tidak
mau melakukan interaksi dengan yang lainnya

Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial

Tujuan Khusus :

a. Membina hubungan saling percaya dengan klien


b. Klien dapat mempraktekkan cara berkenalan denagn orang lain
c. Klien memiliki keinginan untuk melakukan kegiatan berbincang-bincang dengan orang
lain

Tindakan keperawatan :

 Bina hubungan saling percaya dengan klien


 SP 1 :
1) Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2) Berikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang
3) Bantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai
salah satu kegiatan harian

Proses Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan

ORIENTASI

1. Salam Terapeutik
“ Selamat Pagi Pak!” masih ingat dengan saya? Benar bapak! saya Perawat Fikri”.

2. Evaluasi / Validasi

“ Bagaimana perasaan bapak hari ini ? masih ingat dengan yang kemarin saya ajarkan?”

3. Kontrak :

 Topik : “Sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini kita akan mempraktekkan bagaimana
cara berkenalan dengan satu orang”.
 Waktu : “Sesuai dengan kesepakatan kita kemarin, kita akan melakukannya selama 15
menit, bagaimana menurut bapak?
 Tempat : “Kesepakatan kita kemarin!! Kita akan melakukannya di teras depan, apakah
bapak setuju?”

KERJA (Langkah – langkah tindakan keperawatan)

 “Sebelum kita berkenalan dengan orang lain, coba bapak perlihatkan kepada saya
bagaimana cara berkenalan dengan orang lain?”
 “Hebat, bapak dapat melakukannya dengan baik. Sekarangvmari kita melakukannya
dengan satu orang yang bapak belum kenal!!”
 “Bagus, bapak dapat mempraktekkan dengan baik dan sesuai dengan apa yang saya
ajarkan. Bagaimana kalau kegiatan berkenalan dengan orang lain yang baru dikenal di
masukkan kedalam jadwal kegiatan harian?”

TERMINASI

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan


 Evaluasi Subyektif : “Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang
tadi?” Siapa nama orang yang bapak ajak berkenalan tadi?”
 Evaluasi Objektif : “Klien terlihat berkenalan dengan orang yang baru di kenalnya
sebanyak 1 orang”.
2. Tindak Lanjut :“Bapak saat saya tidak ada bapak dapat melakukan hal seperti yang
bapak lakukan tadi dengan orang yang belum bapak kenal, kemudian bapak ingat
nama yang pernah bapak ajak kenalan atau bisa bapak catat di buku saat berkenalan.”
3. Kontrak yang akan datang
 Topik : “Baiklah, pertemuan kita cukup sampai disini. Besok kita akan
melakukan berkenalan dengan orang lain sebanyak 2 orang atau lebih?”
 Waktu : “Berapa lama bapak punya waktu untuk interaksi dengan orang lain?
Bagaimana kalau besok kita melakukannya selama 15 menit?”
 Tempat : “ Di mana bapak bisa melakukannya besok? Bagaimana kalau besok
kita melakukannya di tempat ini lagi? Selamat siang bapak”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL


(PERTEMUAN KETIGA)

Proses Keperawatan

Kondisi Klien

S: Klien mengatakan sudah dapat berinteraksi dengan orang lain


O: Klien tampak sudah mau keluar kamar, klien dapat melakukan aktivitas di ruangan

Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial

Tujuan Khusus :

a. Klien mempu berkenalan dengan dua orang atau lebih


b. Klien dapat memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian

Tindakan keperawatan :

 Bina hubungan saling percaya dengan klien


 SP 1 :
1) Evaluasi jadwal kegitan harian pasien
2) Berikan kesempatan pada klien berkenalan
3) Anjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.

Proses Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan

ORIENTASI

1. Salam Terapeutik

“ Selamat Pagi Pak!” masih ingat dengan saya? Benar bapak! saya Perawat Fikri”.

2. Evaluasi / Validasi
“ Bagaimana perasaan bapak hari ini ? masih ingat dengan yang kemarin bapak
lakukan?”
3. Kontrak :

 Topik : “ Sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini bapak akan melakukan
interaksi dengan orang lain sebanyak 2 orang atau lebih pada orang yang tidak
bapak kenal atau orang baru”
 W aktu : “ Sesuai dengan kesepakatan kita kemarin, kita akan melakukannya
selama 15 menit... bagaimana menurut bapak?”
 Tempat : “Kesepakatan kita kemarin!! Kita akan melakukannya di teras, apakah
bapak setuju?”

KERJA (Langkah – langkah tindakan keperawatan)

 “Sebelum kita berkenalan dengan orang lain, coba bapak perlihatkan kepada saya
bagaimana cara berkenalan dengan orang lain? Hebat... bapak dapat melakukannya dengan
baik”.
 “Sekarang, mari kita melakukannya dengan orang lain yang bapak tidak kenal sebanyak 2
orang atau lebih!! Bagus, bapak dapat mempraktekkan dengan baik dan mulai berkembang
dalam berinteraksi dengan orang lain”.
 “Bagaimana kalau kegiatan berkenalan dengan orang lain yang baru dikenal di
masukkankedalamjadwalkegiatanharian?”

TERMINASI

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan


 Evaluasi Subyektif : “Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang
tadi? Siapa saja nama orang yang bapak ajak berkenalan tadi?”
 Evaluasi Objektif : “Klien terlihat berkenalan dengan orang yang baru di kenalnya
sebanyak 3 orang”.
2. Tindak Lanjut : “nah.. saat saya tidak ada, bapak dapat melakukannya hal seperti yang
ibu lakukan tadi dengan orang yang baru bapak kenal... kemudian bapak ingat nama yang
pernah bapak ajak kenalan atau bisa bapak catat di buku saat berkenalan.”
3. Kontrak yang akan datang:
 Topik : “Baiklah, pertemuan hari ini kita akhiri. Besok kita ulangi apa yang telah kita
pelajari dari kemarin ya pak. Apakah bapak bersedia?”
 Waktu : “Berapa lama bapak mau melakukannya? Bagaimana kalau besok kita
melakukannya selama 15 menit?”
 Tempat : “ Di mana bapak bisa melakukannya besok? Baiklah kita melakukannya di
sini saja. Selamat siang bapak!!!”
TUGAS

LAPORAN PENDAHULUAN DAN

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

Dosen pengampu : Ermawati Dalami, S.Kep, M.Kes

Disusun Oleh :

Ahmad Fikri Perangin Angin


P27905118001

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN


JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
KEPERAWATAN
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

VII. KASUS (MASALAH UTAMA)

Defisit Perawatan Diri

VIII. PROSES TERJADINYA MASALAH

Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan dalam : kebersihan diri, makan,


berpakaian, berhias diri, makan sendiri, buang air besar atau kecil sendiri
(toileting) (Keliat B. A, dkk, 2011).
Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah timbul pada pasien
gangguan jiwa. Pasien gangguan iwa kronis sering mengalami ketidakpedulian
merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan
pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun masyarakat (Yusuf, Rizky &
Hanik,2015:154)

D. Faktor Predisposisi

Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kurang perawatan diri adalah,


Perkembangan. Dalam perkembangan, keluarga yang terlalu melindungi dan
memanjakan klien dapat menimbulkan perkembangan inisiatif dan keterampilan.
Lalu faktor predisposisi selanjutnya adalah Faktor Biologis, beberapa penyakit
kronis dapat menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri secara
mandiri. Faktor selanjutnya adalah kemampuan realitas yang menurun. Klien
dengan gangguan jiwa mempunyai kemampuan realitas yang kurang, sehingga
menyebabkan ketidak pedulian dirinya terhadap lingkungan termasuk perawatan
diri. Selanjutnya adalah faktor Sosial, kurang dukungan serta latihan kemampuan
dari lingkungannya, menyebabkan klien merasa

E. Faktor Presipitasi

Yang merupakan factor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurangnya atau
penurunan motivasi, kerusakan kognisi, atau perseptual, cemas, lelah / lemah yang
dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri. Sedangkan menurut Depkes tahun 2000 faktor yang
mempengaruhi personal hygiene adalah body Image, praktik social, status sosial
ekonomi, pengetahuan, budaya, kebiasaan dan kondisi fisik.
Berikut penjabarannya. gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
perduli dengan dirinya. Pada anak anak selalu dimanja dalam kebersihan diri
maka,kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan, seperti sabun, sikat gigi, shampoo
dan alat mandi lainnya yang membutuhkan uang untuk menyediakannya.
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan, misalnya pada pasien penderita DM yang harus menjaga
kebersihan kakinya. Pada factor Budaya, terdapat budaya di sebagian masyarakat
tertentu jika individu sakit tidak boleh dimandikan. Ada pula kebiasaan seseorang
yang enggan menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri, missal sabun,
shampoo, dll.
Sedangkan, untuk factor kondisi fisik, pada keadaan tertentu / sakit kemampuan
untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukan nya.

F. Jenis

Menurut Nanda (2012),jenis perawatan diri terdiri dari :


1. Defisit perawatan diri : mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandi/beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri.
2. Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
berpakaian dan berhias untuk diri sendiri
3. Defisit perawatan diri : makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas makan
secara mandiri
4. Defisit perawatan diri : eliminasi / toileting
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
eliminasi sendiri.
G. Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

Pola perawatan diri Kadang perawatan tidak melakukan perawatan


seimbang diri tidak seimbang diri

H. Mekanisme Koping

Mekanisme koping berdasarkan penggolongan nya di bagi 2 (Stuart & Sundeen,


2000), yaitu :
 Mekanisme Koping Adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan,
belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah : Klien bisa memenuhi
kebutuhan perawatan diri secara mandiri.

 Mekanisme Koping Mal Adaptif


Mekanisme koping yang menghambat, fungsi integrasi, memecah
pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.
Kategori nya adalah : Tidak mau merawat diri.

IX. A. POHON MASALAH

Gangguan pemeliharaan
Kesehatan (BAB/BAK,
mandi, makan, minum)
Core problem Defisit perawatan diri

Causa Menurunnya motivasi dalam


Perawatan diri

Isolasi sosial : menarik diri

B. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

Masalah yang ditemukan adalah : Defisit Perawatan Diri (SP 1 Kebersihan Diri, SP
1 Makan, SP 1 Toileting (BAB / BAK), SP 1 Berhias)
Contoh data yang biasa ditemukan dalam Defisit Perawatan Diri : Kebersihan Diri
adalah :
a) Data Subjektif :
Pasien merasa lemah,malas untuk beraktivitas,dan merasa tidak berdaya
b) Data Objektif :
Rambut kotor acak-acakan,badan dan pakaian kotor serta bau, mulut dan gigi
bau,kulit kusam dan kotor,kuku panjang dan tidak terawat.
c) Mekanisme Koping :
Regresi, penyangkalan, isolasi social menarik diri, intelektualisasi.
Defisit perawatan diri bukan merupakan bagian dari komponen pohon masalah
(causa,core problem,effect) tetapi sebagai masalah pendukung.
a) Effect
b) Core Problem
c) Causa
d) Defisit Perawatan Diri.

X. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Defisit Perawatan Diri : Ketidakmampuan merawat kebersihan diri


2. Menurunnya motivasi dalam merawat diri
XI. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Defisit Perawatan Diri : Merawat Kebersihan Diri

1. Bina hubungan saling percaya

2. Diskusikan dengan klien :


         Penyebab klien tidak merawat diri
         Manfaat menjaga perawatan diri untuk keadaan fisik, mental dan
sosial
         Tanda-tanda perawatan diri yang baik
         Penyakit atau gangguan kesehatan yang bisa dialami oleh klien bila
perawatan diri tidak adekuat
3. Diskusikan frekuensi menjaga perawatan diri selama ini
4. Bantu klien saat perawatan diri
5. Pantau klien dalam melaksanakan perawatan diri
6. Beri pujian saat klien melaksakan perawatan diri secara mandiri

XII. SUMBER

 Herdman Ade. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Nuha


Medika.
 Iqbal Wahit, dkk. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta:
Salemba Medika.
 Keliat, B. A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas :
CMHN
(Basic Course).Yogyakarta: EGC.
 Kelliat, B., A, dkk. (2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa :Edisi 2.
Jakarta: EGC.
 Mukhripah & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT
Refika Aditama.
 Nurjannah. (2004). Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa.
Yogyakarta:
Momedia.
 Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Medika.
 Yusuf, Rizky, & Hanik. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)1

PASIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI : KEBERSIHAN DIRI

(Pengkajian dan melatih cara menjaga kebersihan diri : Mandi, gosok gigi, cuci rambut)

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

Data Subjektif :
Pasien merasa lemah,malas untuk beraktivitas,dan merasa tidak berdaya

Data Objektif :
Rambut kotor dan acak-acakan, badan dan pakaian kotor serta bau, mulut dan

gigi bau,kulit kusam dan kotor,

2. Diagnosa Keperawatan

Defisit Keperawatan Diri : Mandi, Gosok gigi, cuci rambut

3. Tujuan Tindakan keperawatan

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.

b. Klien dapat menjelaskan, pentingnya kebersihan diri.

c. Klien dapat menjelaskan cara menjaga kebersihan diri.

d. Klien dapat melaksanakan perawatan diri dengan bantuan perawat.

e. Klien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri.

4. Tindakan Keperawatan

a. Bina hubungan saling percaya.

b. Jelaskan pentingnya perawatan diri yang baik..

c. Ajarkan klien mempraktekan cara perawatan diri : mandi, gosok gigi dan
cuci rambut

d. Bantu klien mempraktekan cara perawatan diri.


e. Anjurkan klien memasukan kegiatan perawatan diri secara mandiri di
dalan jadwal kegiatan harian.

B. Proses Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan

1. Fase Orientasi

a. Salam Teurapeutik

“Assalamualaikum..!! Selamat Pagi pak, Perkenalkan nama saya Perawat Fikri,


Saya Mahasiswa Praktik Poltekkes Banten, saya akan dinas diruangan Ini selama
3 minggu. Hari ini saya dinas pagi, dari jam 07 pagi sampai jam 2 siang. Saya
akan merawat bapak selama di RS ini, nama bapak siapa? Senang nya dipanggil
apa.”

b. Evaluasi / Validasi

“Bagaimana perasaan bapak hari ini..? Apakah bapak sudah mandi & gosok
gigi..? ”

c. Kontrak

 Topik :

“Baiklah pak.. Bagaimana kalau kita diskusi tentang kebersihan diri..?”

 Waktu :

“ Berapa lama bapak mau mengobrolnya..?, Bagaimana kalau 15 menit..?”

 Tempat :

“ Bapak maunya kita ngobrol dimana..?, Bagaimana kalau di ruang


tamu..?”

2. Fase Kerja

“Berapa kali bapak mandi dalam sehari..?, Menurut bapak, apa sih kegunaan
mandi..?, Apa alasan bapak sehingga tidak mau mandi..?, Menurut bapak, apa
manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan dir kiti,,? Kira – kira tanda tanda orang
yang merawat diri dengan baik, seperti apa yaa..? Kalau kita tidak teratur menjaga
kebersihan diri, masalah apa menurut bapak yang bisa timbul..? Sekarang coba
bapak sebutkan alat apa saja yang digunakan untuk menjaga kebersihan diri,
seperti kalau kita mandi, cuci rambut, gosok gigi… apa saja yang disiapkan..?
Benar sekali..!! bapak perlu menyiapkan pakaian ganti, handuk, sabun, sikat gigi,
sampo dan odol serta sisir. Wahhhh… Bagus sekali..!! bapak bisa menyebutkan
dengan benar..”.

3. Fase Terminasi

a. Evaluasi Subjektif dan Objektif :

“..Bagaimana perasaan bapak setelah, kita membicarakan tentang cara merawat


kebersihan diri? Baguss sekali pak..! Nah, sekarang, coba bapak sebutkan, cara
perawatan diri yang telah kita pelajari dan latih tadi..? Bagus sekali..!!

b. Rencana Tindak Lanjut

“ Baiklah pak, tadi bapak sudah menyebutkan manfaat bagi kita jika kita
menjaga kebersihan diri, dan kita juga sudah melakukan latihan, cara Merawat
diri, masukan kedalam jadwal yaa..! Selanjutnya jangan lupa untuk melakukan
sesuai jadwal ya pak..! mandi 2 X Sehari, gosok gigi 2 X sehari juga, keramas 2
X Seminggu. Bagaimana pak..? Bisa dilakukan..? Baguss sekali, bapak mau
mencoba melakukannya..!”

c. Kontrak yang akan datang

 Topik :

“..Baiklah bapak, cukup untuk hari ini, besok kita akan bertemu lagi, dan
membicarakan tentang kebutuhan dan latihan cara berhias diri
(berpakaian)..!”

 Waktu :

“.. bapak mau jam berapa..? bagaimana kalau jam 11,,?.baik pak kita akan
berbincang selama 15 menit”.

 Tempat :
“..Bapak maunya kita berbincang dimana..? bagaimana kalau di ruang
makan..? baiklah pak, besok saya akan kesini jam 11 ya..! Sampai Jumpa
besok ya pak.. Saya permisi. Assalamualaikum..Wr. Wb..”.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) 2

PASIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI : BERHIAS

(Pengkajian dan melatih cara berhias : Berpakaian)

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

Data Subjektif :
Pasien merasa lemas dan tidak berdaya.

Data Objektif :
Baju kotor dan berantakan, rambut acak-acakan, muka kusam.

2. Diagnosa Keperawatan

Defisit Keperawatan Diri : Berhias (berpakaian)

3. Tujuan Tindakan keperawatan

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.

b. Klien dapat menjelaskan cara berhias dengan benar.

c. Klien dapat melakukan pemenuhan kebutuhan berhias dengan benar


dengan bantuan perawat.

d. Klien dapat melakukan pemenuhan berhias secara mandiri.

e. Klien dapat memasukan kegiatan berhias dengan benar ke dalam jadwal


harian.

4. Tindakan Keperawatan

a. Bina hubungan saling percaya.

b. Jelaskan caraberhias (berpakaian) dengan benar.

c. Bantu Klien dalam melakukan pemenuhan kebutuhan berdandan dengan


benar.
d. Anjurkan klien melakukan pemenuhan berdandan secara mandiri.

e. Anjurkan klien untuk memasukan kegiatan berdandan dengan benar ke


dalam jadwal harian

B. Proses Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan

1. Fase Orientasi

a. Salam Teurapeutik

“Assalamualaikum..!! Selamat Pagi pak , apa kabar pagi ini??

b. Evaluasi / Validasi

“Apakah bapak sudah mandi & gosok gigi sendiri?bagaimana perasaan


bapak setelah mandi dan menggosok gigi?

a. Kontrak

 Topik :

“Baiklah pak.. sesuai janji kita kemarin, hari ini jam 11 kita berjumpa lagi
dan akan membicarakan tentang berhias (berpakaian)..?

 Waktu :

“ Sesuai janji kita kemarin , kita akan berbincang bincang selama 15 menit
ya pak, bagaimana pak setuju?”

 Tempat :

“ Bagaimana kalau kita berbincang di ruang makan ini saja?”

B. Fase Kerja

“..Menurut bapak apa itu berhias..? Apa manfaat berpakaian untuk bapak..?
Bagus sekali bapak bisa menyebutkan manfaat berhias dan berpakaian..!
Sekarang coba bapak tunjukan cara berpakaian yang baik..? Bagus sekali bapak
sudah dapat menunjukan cara berhias dan berpakaian yang baik! Mulai besok
coba bapak masukan Berhias dan Berpakaian kedalam kegiatan harian..!”
C. Fase Terminasi

a. Evaluasi Subjektif dan Objektif :

“..Bagaimana perasaan bapak setelah kita membicarakan tentang manfaat


dan tata cara berhias dan berpakaian yang baik..? Bagus sekali pak, bapak
sudah bisa menyebutkan dengan baik tentang manfaat dan cara berhias dan
berpakaian yang baik, “

b. Rencana Tindak Lanjut

“ Baiklah pak, tadi bapak sudah menyebutkan manfaat bagi bapak tentang
cara berhias dan berpakaian yang baik dan benar, mulai besok coba bapak
masukan ke jadwal kegiatan harian bapak”

c. Kontrak yang akan datang.

 Topik :

“..Baiklah pak, cukup untuk hari ini, besok kita akan bertemu lagi, dan
membicarakan tentang kebutuhan dan latihan cara makan dan minum yang
baik dan benar, apakah bapak bersedia..?..”

 Waktu :

“Bapak mau jam berapa dan berapa lama..? bagaimana kalau jam 11,,?
Baik pak kita akan berbincang selama 15 menit”

 Tempat :

“..Bapak maunya kita berbincang dimana..? bagaimana kalau di ruang


makan..? baiklah pak, besok saya akan kesini jam 11 ya..! Sampai Jumpa
besok ya pak.. Saya permisi. Assalamualaikum..Wr. Wb..”.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP ) 3

PASIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI : MAKAN DAN MINUM

(Pengkajian dan melatih cara makan dan minum)

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

Data Subjektif :
Pasien merasa lemas dan tidak berdaya.

Data Objektif :
Badan kurus, kulit bersih dan mulut bersih tapi klien masih terlihat lemah,

klien terlihat mengacuhkan makanan nya.

2. Diagnosa Keperawatan

Defisit Keperawatan Diri : Makan dan minum

3. Tujuan Tindakan keperawatan

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.

b. Klien dapat menjelaskan, pentingnya manfaat makan dan minum.

c. Klien dapat menjelaskan cara makan dan minum yang baik.

d. Klien dapat melakukan pemenuhan makan dan minum dengan bantuan


perawat.

e. Klien dapat melakukan pemenuhan makan dan minum dengan bantuan


perawat.

C. Tindakan Keperawatan

a. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien.

b. Evaluasi pengetahuan klien tentang manfaat makan dan minum

c.Ajarkan klien mempraktekan tata cara makan dan minum yang baik
d. Bantu klien mempraktekan tata cara makan dan minum yang baik

e.Anjurkan klien memasukan kegiatan makan dan minum secara mandiri di dalan
jadwal kegiatan harian.

B. Proses Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan

1. Fase Orientasi

a) Salam Teurapeutik

“Assalamualaikum..!! Selamat Pagi pak , apa kabar pagi ini??

b) Evaluasi / Validasi

“Apakah bapak sudah mandi, berhias dan berpakaian dengan baik?


bagaimana perasaan bapak setelah mandi, berhias dan berpakaian dengan
baik?

c) Kontrak

 Topik :

“Baiklah pak. sesuai janji kita kemarin, hari ini jam 11 kita berjumpa lagi dan
akan membicarakan tentang manfaat dan tata cara makan dan minum yang
baik”

 Waktu :

“ sesuai janji kita kemarin , kita akan mengobrol selama 15 menit ya pak,
bagaimana bapak setuju?”

 Tempat :

“ Bagaimana kalau kita berbincang di ruang makan ini saja?”

2. Fase Kerja

“..Berapa kali bapak makan sehari..? Iya baguss..!! bapak makan 3 X Sehari..!
Kalau minum, sehari berapa gelas pak..?? Betul, Minum 10 Gelas sehari..? Apa
saja yang disiapkan untuk makan,,? Dimana bapak makan..? Bagaimana cara
makan yanag baik menurut bapak.? Apa yang dilakukan sebelum makan..? Apa
pula yang dilakukan setelah makan..?..”

3. Fase Terminasi

a. Evaluasi Subjektif dan Objektif :

“..Bagaimana perasaan bapak setelah, kita membicarakan tentang cara


Makan dan minum yang baik? Baik sekali pak, bapak sudah bisa
menyebutkan manfaat makan dan minum dengan baik”

b. Rencana Tindak Lanjut

“ Baiklah pak, tadi bapak sudah menyebutkan manfaat bagi kita jika kita
menjaga kebersihan diri, dan kita juga sudah melakukan latihan,
Selanjutnya jangan lupa untuk melakukan sesuai jadwal ya pak..! makan 3
X sehari, dan minum 8 – 10 gelas sehari..”

c. Kontrak yang akan datang.

 Topik :

“..Baiklah bapak, cukup untuk hari ini, besok kita akan bertemu lagi, dan
membicarakan tentang kebutuhan dan latihan cara Toileting yang baik dan
benar (BAB dan BAK) besok..”

 Waktu :

“.. bapak mau jam berapa..? bagaimana kalau jam 11,,?..”

 Tempat :

“..bapak maunya kita berbincang dimana..? bagaimana kalau di ruang


makan..? baiklah pak, besok saya akan kesini jam 11 ya..! Sampai Jumpa
besok ya pak.. Saya permisi. Assalamualaikum..Wr. Wb..”.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) 4

PASIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI : TOILETING

(Pengkajian dan melatih cara BAB dan BAK)

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

Data Subjektif :
Pasien merasa lemas dan tidak berdaya.

Data Objektif :
Kulit kotor, baju bau pesing, sekitar kamar klien bau pesing

2. Diagnosa Keperawatan

Defisit Keperawatan Diri : Toileting (BAB dan BAK)

3. Tujuan Tindakan keperawatan

b. Klien dapat membina hubungan saling percaya..

c. Klien dapat menjelaskan cara BAK dan BAB dengan benar.

d. Klien dapat melakukan pemenuhan kebutuhan BAK dan BAB dengan


benar dengan bantuan perawat

e. Klien dapat melakukan pemenuhan makan dan minum secara mandiri

f. Klien dapat memasukan kegiatan BAK dan BAB dengan benar ke dalam
jadwal harian

4. Tindakan Keperawatan

a. Bina hubungan saling percaya..

b. Jelaskan cara BAK dan BAB dengan benar.

c. Bantu Klien dalam melakukan pemenuhan kebutuhan BAK dan BAB dengan
benar

d. Anjurkan klien melakukan pemenuhan makan dan minum secara mandiri


e. Anjurkan klien untuk memasukan kegiatan BAK dan BAB dengan benar ke
dalam jadwal harian

B. Proses Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan

1. Fase Orientasi

a. Salam Teurapeutik

“Assalamualaikum..!! Selamat Pagi pak , apa kabar pagi ini??

b. Evaluasi / Validasi

“Apakah ibu sudah mandi & gosok gigi sendiri? Bagaiman perasaan bapak
setelah mandi dan menggosok gigi? Sudah makan pagi ini..?”

c. Kontrak

 Topik :

“Baiklah pak.. sesuai janji kita kemarin, hari ini jam 11 kita berjumpa lagi
dan akan membicarakan tentang tata cara BAK dan BAB yang baik”

 Waktu :

“ sesuai janji kita kemarin , kita akan mengobsrol selama 15 menit ya pak,
bagaimana bapak setuju?”

 Tempat :

“ Bagaimana kalau kita berbincang di ruang makan ini saja?”

2. Fase Kerja

“..Berapa kali bapak BAB sehari..? Kalau BAK berapa kali sehari..?, kalau
bapak BAB dan BAK di mana biasanya..? Setelah BAK dan BAB biasanya apa
yang bapak lakukan..? Menurut ibu apa manfaatnya jika menjaga kebersihan
setelah BAB dan BAK..?”

3. Fase Terminasi

a. Evaluasi Subjektif dan Objektif :


“..Bagaimana perasaan bapak setelah kita membicarakan tentang cara BAB
dan BAK yang baik..? Bagaimana perasaan bapak setelah membersihkan
diri setelah BAB dan BAK..? Bagus sekali pak, bapak sudah bisa
menyebutkan dengan baik cara BAK dan BAB yang benar..!”

b. Rencana Tindak Lanjut

“ Baiklah pak, tadi bapak sudah menyebutkan manfaat bagi kita jika kita
menjaga kebersihan diri setelah BAB dan BAK. Sekarang, coba bapak
masukan kedalam Jadwal Kegiatan Harian bapak, sesuai ceklis, BAB 1x di
toilet, BAK 1x di toilet/dikamar?”

c. Kontrak yang akan datang.

 Topik :

“..Baiklah bapak, cukup untuk hari ini, besok kita akan bertemu lagi, dan
mengevaluasi tentang tata cara BAK dan BAB yang baik dan benar”

 Waktu :

“.. Bapak mau jam berapa..? bagaimana kalau jam 11,,?..”

 Tempat :

“..Bapak maunya kita berbincang dimana..? bagaimana kalau di ruang


makan..? baiklah pak, besok saya akan kesini jam 11 ya..! Sampai Jumpa
besok ya pak.. Saya permisi. Assalamualaikum..Wr. Wb..”.

Anda mungkin juga menyukai