KELAS B
NAMA KELOMPOK 4 :
Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT,
serta shalawat dan salam kami sampaikan hanya bagi tokoh teladan kita Nabi Muhammad SAW,
sehingga oleh karenannya kami dapat menyelesaikan makalah “rentang respon waham” ini
dengan baik dan tepat waktu. Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan tugas ini adalah untuk
memenuhi salah tugas yang diberikan oleh dosen pada mata kuliah Keperawatan Jiwa I yaitu Ibu
Ns.Wiwi Susanti Piola, M.Kep
Dalam proses penyususunan tugas ini kami menjumpai hambatan, namun berkat
dukungan materi dari berbagai pihak akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan
cukup baik. Oleh karena itu melalui kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu. Segala sesuatu yang salah datangnya hanya dari manusia dan
seluruh hal yang benar datangnya hanya dari agama berkat adanya nikmat iman dari Allah SWT,
meski begitu tentu tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, segala saran dan
kritik yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan. Harapan kami semoga tugas ini
bermanfaat bagi semua orang. Aamiin..
Akhir kata kami mengucapkan terimakasih, Billahi fii sabilil haq, fastabiqul khairat
Wasalamu`alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................2
1.4 Manfaat........................................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................................3
2.1 Definisi Waham...............................................................................................................................3
2.2 Etiologi Waham...............................................................................................................................4
2.3 Jenis – Jenis Waham........................................................................................................................6
2.4 Rentang Respon...............................................................................................................................6
2.5 Fase – Fase Waham.........................................................................................................................7
2.6 Proses Terjadinya Waham...............................................................................................................9
2.7 Gejal – Gejala Waham.....................................................................................................................9
2.8 Konsep Asuhan Keperawatan Waham...........................................................................................10
BAB III PEMBAHASAN.........................................................................................................................22
BAB IV PENUTUP...................................................................................................................................23
4.1 Kesimpulan....................................................................................................................................23
4.2 Saran..............................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Waham merupakan salah satu jenis gangguan jiwa,Waham sering ditemui pada
gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada
penderita skizofrenia. Semakin akut psikosis semakin sering ditemui waham
disorganisasi dan waham tidak sistematis. Kebanyakan pasien skizofrenia daya tiliknya
berkurang dimana pasien tidak menyadari penyakitnya serta kebutuhannya terhadap
pengobatan, meskipun gangguan pada dirinya dapat dilihat oleh orang lain.
Waham terjadi karena munculnya perasaan terancam oleh lingkungan, cemas,
merasa sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi sehingga individu mengingkari
ancaman dari persepsi diri atau objek realitas dengan menyalah artikan kesan terhadap
kejadian, kemudian individu memproyeksikan pikiran dan perasaan internal pada
lingkungan sehingga perasaan, pikiran, dan keinginan negatif tidak dapat diterima
menjadi bagian eksternal dan akhirnya individu mencoba memberi pembenaran personal
tentang realita pada diri sendiri atau orang lain.
Adapun standar asuhan keperawatan yang diterapkan pada klien dalam
keperawatan jiwa yaitu strategi pelaksanaan komunikasi teraupetik. Dalam melakukan
strategi pelaksanaan komunikasi teraupetik perawat mempunyai empat tahap komunikasi,
yang setiap tahapnya mempunyai tugas yang harus diselesaikan oleh perawat. Empat
tahap tersebut yaitu tahap prainteraksi, orientasi atau perkenalan, kerja dan terminasi.
Dalam membina hubungan teraupetik perawat- klien, diperlukan ketrampilan perawat
dalam berkomunikasi untuk membantu memecahkan masalah klien. Perawat harus hadir
secara utuh baik fisik maupun psikologis terutama dalam penampilan maupun sikap pada
saat berkomunikasi dengan klien (Riyadi,2009).
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
3
TINJAUAN PUSTAKA
Kaplan dan Sadock (1998) mengatakan bahwa waham adalah keyakinan yang salah
dan menetap dan tidak dapat dibuktikan dalam kenyataan. Waham sedikitnya harus ada
selama sebelum dan sistematik dan tidak bizar ( dalam bentuk fragmentasi, respon, emosi
pasien terhadap system waham biasanya kongruen dan sesuai dengan isi waham itu.
Pasien secara relative biaanya bebas dari psikopatologi diluar wawasan system
wahamnya. Awal mulanya sering terjadi pada umur dewasa , menengah dan lanjut.
David A Tomb (2004) beranggapan bahwa waham adalah suatu keyakinan kokoh
yang salah yang tidak sesuai dengan fakta dan keyakinan tersebut, mungkin aneh dan
tetap dipertahankan meskipun telah diberikan bukti-bukti yang jelas untuk
mengoreksinya.Waham sering ditemukan dalam gangguan jiwa berat dan beberapa
bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada skizoprenia.Semakin akut psikosis
semakin sering di temui waham disorganisasi dan waham tidak sistematis.
4
Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikir yang tidak sesuai dengan
kenyataanya atau tidak cocok dengan intelegensi dan latar belakang kebudayaan, biarpun
dibuktikan kemustahilan hal itu.
Townsend 1998 mengatakan bahwa waham adalah istilah yang digunakan untuk
menunjukan ide-ide yang salah.
Dari pendapat para ahli tersebut dapat dikatakan bahwa waham sebagai salah satu
perubahan proses khususnya isi pikir yang ditandai dengan keyakinan terhadap ide-ide,
pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan dan sulit diubah dengan logika atau bukti-
bukti yang ada.
Secara khusus factor penyebab timbulnya waham dapat diuraikan dalam beberapa
teori yaitu :
1. Factor Predisposisi
Menurut Townsend (1998, hal 146-147) factor predisposisi dari perubahan isi pikir :
waham kebesaran dapat dibagi menjadi dua teori yang diuraikansebagai berikut :
a. Teori Biologis
1) Faktor-faktor genetic yang pasti mungkin terlibat dalam perkembangan suatu
kelainan ini adalah mereka yang memiliki anggota keluarga dengan kelainan
yang sama (orang tua,saudara kandung, sanak saudara lain).
2) Secara relative ada penelitian baru yang menyatakan bahwa kelainan
skizoprenia mungkin pada kenyataanya merupakan suaru kecacatan sejak lahir
terjadi pada bagian hipokampusotak. Pengamatan memperlihatkan suatu
kekacauan dari sel-sel pramidaldi dalam otak dari orang-orang yang menderita
skizoprenia.
5
3) Teoribiokimia menyatakan adanya peningkata dupamin neorotransmiter yang
dipertukarkan mengahasilkan gejala-gejala peningkatan aktifitas yang
berlebihan dari pemecahanasosiasi-asosiasi yang umumnya diobservasi pada
psikosis
b. Teori Psikososial
1) Teorisistem keluarga Bawen dalam Townsend (1998) menggambarkan
perkembangan skizofrenia sebagai suatu perkembangan disfungsi
keluarga.Konflik diantara suami istri mempengaruhi anak. Penanaman hal ini
dalam anak akan menghasilkan keluarga yang selalu berfokus pada ansietas
dan suatu kondisi yang lebih stabil mengakibatkan timbulnya suatu hubungan
yang saling mempengaruhi yang berkembang antara orang tua dan anak-anak.
Anak harus meninggalkan ketergantungan diri kepada orang tua dan masuk
kepada masa dewasa,dimana dimasa ini anak tidak akan mampu memenuhi
tugas perkembangan dewasanya.
2) Teori interpersonal menyatakan bahwa orang yang mengalami psikosis akan
menghasilkan hubungan orang tua anak yang penuh akan kecemasan. Anak
menerima pesan-pesan yang membingungkan dan penuh konflik dan orang
tua tidakmampu membentuk rasa percaya tehadap orang lain.
3) Teotipsikodinamik menegaskan bahwa psikosis adalah hasil dari suatu ego
yang lemah. Perkembangan yang dihambat dan suatu hubungan saling
mempengaruhi orang tua dan anak .karena ego menjadi lebih lemah
penggunaan mekanisme pertahanan itu pada waktu kecemasan yang ekstrem
mennjadi suatu yang maladaptive dan perilakunya sering kali
merupakanpenampilan dan sekmen diri dalam kepribadian.
2. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart dan Sundeen (1998, hal 310) factor presipitasi dari perubahan isi
pikir : waham kebesaran yaitu :
1) Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan nerobiologis yang maladaptive
termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur
perubahan isi informasi dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam
6
otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi
rangsangan.
2) Stresslingkungan
Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stress yangberinteraksi
dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku.
3) Pemicu gejala
Pemicu yang biasanta terdapat pada respon neurobiologist yang maladaptive
berhubungan dengan kesehatan lingkungan, sikap dan prilaku individu, seperti
: gizi buruk, kurang tidur,infeksi, keletihan, rasa bermusuhan atau lingkunag
yang penuh kritik, masalah perumahan, kelainan terhadap penampilan, stress
agngguan dalam berhubungan interpersonal, kesepian, tekanan, pekerjaa,
kemiskinan, keputusasaan dan sebaigainya.
7
2.4 Rentang respon
Adapun rentang respon manusia terhadap stress yang menguraikan tentang respon
gangguan adaptif dan malladaptif dapat dijelaskan sebagai berikut ( stuart dan sundeen,
1998 hal 302) :
RENTANG RESPON
Gangguan proses
Pikiran Distorsi pikiran
pikir/delusi/waham
Persepsi akurat Ilusi
s terjadinya waham Halusinasi
Emosi konsisten dengan
Reaksi emosi
pengalaman
Waham adalah anggapan tentang orang yang hypersensitif,
Sulitdan mekanisme
brespon emosi waham
berlebihan atau kurang
Prilaku sesuai
Prilaku disorganisasi
Berhubungan social Prilaku aneh /tidak
biasa Isolasi sosial
8
history).
b. Fase lack of selfesteem
Tidak ada tanda pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self
ideal dengan self reality (kenyataan denganharapan) serta dorongan kebutuhan yang
tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya.
Misalnya, saat lingkungan sudah banyak yang kaya, menggunakan teknologi
komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta memiliki kekuasaan yang luas,
seseorang tetap memasang self ideal yang melebihi lingkungan tersebut. Padahal self
reality-nya sangat jauh. Dari aspek pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh,
support system semuanya sangat rendah.
c. Fase control internalexternal
Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa- apa yang ia
katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dtidak sesuai dengan kenyataan.
Tetapi menghadapikenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena
kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima
lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum
terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan
koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak
dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan.
Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif
berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan oranglain.
d. Fase environmentsupport
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya menyebabkan
klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan
tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai
terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma ( Super Ego ) yang
ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
e. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap
bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan
sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya
9
klien lebih sering menyendiri dan menghindar interaksi sosial (Isolasisosial).
f. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan
yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan
dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai
yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat
menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang
keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya keyakinan relegiusnya
bahwa apa- apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi
sosial.
10
kecacatan dirinya pada orang lain, situasi yang meningkatkan kemungkinan untuk
perenungan tentang arti dan motivasi terhadap sesuatu.
11
Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien
tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan,
topik pembicaraan.
b. Keluhan Utama / Alasan Masuk
Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang
ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan
perkembangan yang dicapai.
12
a) Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang
disukai dan tidak disukai.
b) Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien
terhadap status dan posisinya dan kepuasan klien sebagai laki- laki /
perempuan.
c) Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan masyarakat
dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas tersebut.
d) Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan dan
penyakitnya.
e) Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan
orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan
terhadap dirinya sebagai wujud harga diri rendah.
3) Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok
yang diikuti dalam masyarakat
4) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
f. Status Mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik
klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama
wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori,
tingkat konsentasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik diri.
g. Proses Pikir
Proses pikir dalam berbicara jawaban klien kadang meloncatloncat dari satu topik
ke topik lainnya, masih ada hubungan yang tidak logis dan tidak sampai pada
tujuan (flight of ideas) kadang-kadang klien mengulang pembicaraan yang sama
(persevere).
Masalah keperawatan : Gangguan Proses Pikir.
h. Isi Pikir
Contoh isi pikir klien saat diwawancara:
Klien mengatakan bahwa dirinya banyak mempunyai pacar, dan pacarnya
orang kaya dan bos batu bara Masalah keperawatan: waham kebesaran.
Klien mengatakan alasan masuk RSJ karena sakit liver.
13
Masalah keperawatan: waham somatik.
i. Kebutuhan Persiapan Pulang
1) Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat
makan
2) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta
membersihkan dan merapikan pakaian
3) Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.
4) Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah
5) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum
obat.
j. Aspek Medis
Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi psikomotor,
terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi, terapi
lingkungan. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan perkembangan klien
supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan
bermasyarakat.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan proses pikir: Waham
2. Isolasi sosial: menarik diri
3. Risiko perilaku kekerasan
C. Intervensi Keperawatan
14
Kategori: Psikologis 2. Perilaku waham lingkungan
Subkategori: Integritas Ego menurun 2. Monitor efek terapeutik
Domain: D.0105
3. Perilaku sesuai realita dan efek samping obat
Penyebab: membaik Terapeutik
1. Faktor biologis: 4. Isi pikir sesuai realita 1. Bina hubungan
kelainan
membaik interpersonal saling
genetik/keturunan,
kelainan neurologis 5. Pembicaraan membaik percaya
(mis., gangguan sistem 6. Produktivitas 2. Tunjukkan sikap tidak
limbik, gangguan
meningkat menghakimi secara
ganglia basalis, tumor
otak) 7. Khawatir menurun konsisten
2. Faktor psikodinamik 8. Curiga menurun 3. Diskusi waham dengan
(mis., isolasi sosial, 9. Sikap bermusuhan berfokus pada perasaan
hipersensitif)
3. Maladaptasi menurun yang mendsari waham
4. Stres berlebihan 10. Tegang menurun 4. Hindari perdebatan tentang
11. Menarik diri menurun ky=eyakinan keliru.,
Gejala dan tanda mayor:
12. Konsentrasi membaik nyatakan keraguan sesuai
Subjektif:
a. Mengungkapka isi 13. Pola tidur membaik fakta
waham 14. Kemampuan 5. Hindari memperkuat
Objektif:
a. Menunjukkan perilaku mengambil keputusan gagasan waham
sesuai isi waham membaik 6. Sediakan lingkungan aman
b. Isi pikir tidak sesuai
realitas 15. Proses pikir membaik dan nyaman
c. Isi pembicaraan sulit 16. Perawatan diri 7. Berikan aktivitas rekreasi
dimengerti
membaik dan pengalihan sesuai
Gejala dan tanda minor: kebutuhan
Subjektif: 8. Lakukan intervensi
a. Merasa sulit
berkonsentrasi pengontrolan perilaku
b. Merasa khawatir waham (mis., limit setting,
Objektif: pembatasan wilayah,
a. Curiga berlebihan
b. Waspada berlebihan pengekangan fisik atau
c. Bicara berlebihan seksual)
d. Sikap menentang atau
permusuhan Edukasi
15
e. Wajah tegang 1. Anjurkan mengungkapkan
f. Pola tidur berubah
dan memvalidasi waham
g. Tidak mampu
mengambil keputusan (uji realitas) dengan orang
h. Fight of idea
yang dipercaya (pemberi
i. Produktifitas kerja
menurun asuhan/keluarga)
j. Tidak mampu merawat
2. Anjurkan melakukan
diri
k. Menarik diri rutinitas harian secara
konsisten
3. Latih manajemen stres
4. Jelaskan tentang waham
serta penyakit terkait (mis.,
delirium, skizofrenia atau
depresi), cara mengatasai
dan obat yang diberikan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat,
sesuai indikasi
b. Diagnosa keperawatan
Gangguan proses pikir: waham
c. Tujuan
Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
16
Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
d. Tindakan keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya
Sebelum memulai mengkaji pasien dengan waham, saudara harus membina
hubungan saling percaya terlebih dahulu agar pasien merasa aman dan
nyaman saat berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang harus saudara
lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah:
Mengucapkan salam terapeutik
Berjabat tangan
Menjelaskan tujuan interaksi
Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien.
2. Bantu orientasi
Tidak mendukung atau membantah waham pasien
Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman
Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari
Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya dengarkan tanpa
memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti
membicarakannya
Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan realitas.
Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga
menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah.
Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional
pasien
Berdikusi tentang kemampuan positif yang dimiliki
17
Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki
Berdiskusi tentang obat yang diminum
Melatih minum obat yang benar
e. Strategi pelaksanaan
SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya; mengidentifikasi
kebutuhan yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan;
mempraktekkan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi
Orientasi:
“Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya Agung Nugroho, biasa
dipanggil Agung, saya mahasiswa keperawatan dari Universitas Kristen Satya
Wacana Salatiga yang akan praktek di ruangan ini selama 2 minggu ke depan.
Saya hari ini dinas pagi dari pukul 07.00-14.00, saya yang akan merawat Bapak
pagi ini.”
“Nama Bapak siapa?Senangnya dipanggil apa?”
“Pak K, bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang Pak K rasakan sekarang?”
“Berapa lama Pak K mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”
“Bapak mau kita berbincang-bincang di mana?”
Kerja:
“Saya mengerti Pak K merasa bahwa Pak K adalah seorang…., tapi yang Bapak
rasakan tidak dirasakan oleh orang lain”
“Tampaknya Bapak gelisah sekali, bisa Bapak ceritakan apa yang Bapak
rasakan?”
“O... jadi bang B merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya
hak untuk mengatur diri abang sendiri?”
18
“Jadi ibu yang terlalu mengatur-ngatur Bapak, juga kakak dan adik Bapak yang
lain?”
“O... bagus Bapak sudah punya rencana dan jadwal untuk diri sendiri”
“Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya Bapak ingin ada kegiatan diluar rumah
karena bosan kalau di rumah terus ya”
Terminasi :
“Oya Pak, karena sudak 15 menit, apakah Bapak mau kita berbincang - bincang
lagi atau sampai disini saja?”
“Bagaimana perasaan Bapak setelah berbincang-bincang dengan saya?”
“Jadi Bapak, hari ini kita sudah berbincang tentang perasaan yang Bapak rasakan,
Bapak ingin seperti apa dan jadwal yang sudah kita buat”
Orientasi :
19
“Selamat Pagi, bagaimana perasaan Bapak saat ini? Bagus!”
“Apakah Bapak sudah mengingat-ingat apa saja hobi atau kegemaran Bapak?”
Kerja :
“Apa saja hobi bapak? Saya catat ya Pak, terus apa lagi?”
“Wah.., rupanya Bapak pandai main volley ya, tidak semua orang bisa bermain
volley seperti itu lho Pak”
“Bisa Bapak ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main volley, siapa
yang dulu mengajarkannya kepada Bapak, dimana?”
“Bisa Bapak peragakan kepada saya bagaimana bermain volley yang baik itu?”
“Coba kita buat jadwal untuk kemampuan bapak ini ya, berapa kali
sehari/seminggu Bapak mau bermain volley?”
“Ada tidak hobi atau kemampuan Bapak yang lain selain bermain volley?”
Terminasi :
20
“Oya Pak, karena sudah 20 menit, apakah mau kita akhiri percakapan ini atau
mau dilanjutkan?”
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang hobi dan
kemampuan Bapak?”
“Setelah ini coba Bapak lakukan latihan volley sesuai dengan jadwal yang telah
kita buat ya?” “Besok kita ketemu lagi ya bang?”
“Bagaimana kalau nanti sebelum makan siang? Di kamar makan saja, ya setuju?”
“Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus Bapak minum, setuju?”
Orientasi :
“Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu bagaimana kalau sekarang kita
membicarakan tentang obat yang Bapak minum?”
Kerja :
“Bapak berapa macam obat yang diminum per Jam berapa saja obat diminum?”
21
“Bapak perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang”
“Obatnya ada tiga macam Pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya
agar tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah
jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum
3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam”
“Bila nanti setelah minum obat mulut Bapak terasa kering, untuk membantu
mengatasinya abang bisa banyak minum dan mengisap-isap es batu”
“Sebelum minum obat ini Bapak dan ibu mengecek dulu label di kotak obat
apakah benar nama B tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus diminum,
jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar”
“Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus
diminum dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi sebaiknya Bapak tidak
menghentikan sendiri obat yang harus diminum sebelum berkonsultasi dengan
dokter”.
Terminasi :
“Oya Pak, karena sudah 30 menit, apakah percakapan ini mau kita akhiri atau
lanjut?”
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat yang bang
B minum? Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?”
“Mari kita masukkan ke jadwal kegiatan Bapak? Jangan lupa minum obatnya dan
nanti saat makan minta sendiri obatnya pada suster”
22
“Pak, besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah
dilaksanakan. Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 dan di tempat sama?”
23
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam penelitian oleh Fallon Victoryna, Ice Yulia Wardani dan Fauziah (2020)
dijelaskan bahwa kemampuan pasien dalam menurunkan intensitas waham cukup banyak
perkembangan walaupun belum optimal. Evaluasi penilaian yang dilakukan hari kedelapan di
dapatkan bahwa intensitas waham mengalami penurunan setelah diberikan implementasi
sesuai dengan rencana tindakan keperawatan pada pasien waham. membina hunungan saling
percaya dengan pasien merupakan kunci awal untuk dapat memberikan intervensi secara
efektif, sehingga pasien dapat menerima apa saja yang perawat jelaskan. Faktor pendukung
lainnya adalah apabila pasien sudah mampu mengenali penyakit yang dideritanya. Hal ini
sangat penting karena dengan demikian bila pasien mulai merasakan gejala – gejala tersebut
ia dapat langsung mengatasinya.
Kepatuhan minum obat juga menjadi faktor pendukung dalam penurunan intensitas
waham. Seperti dalam penelitian oleh mohamed et al (2009) dijelaskan bahwa
ketidakpatuhan dalam pengobatan dianggap bahwa pasien mempunyai insight yang buruk.
Pada kondisi ini proses pengobatan akan sulit dilakukan, pasien akan menolak untuk minum
obat dan kontrol ke pelayanan kesehatan meskipun dilakukan dengan paksa.
24
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
waham adalah perubahan proses khususnya isi pikir yang ditandai dengan keyakinan
terhadap ide-ide, pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan dan sulit diubah dengan logika
atau bukti-bukti yang ada. 7 situasi yang memungkinkan perkembangan waham, yaitu :
peningkatan harapan, untuk mendapat terapi sadistik, situasi yang meningkatkan
ketidakpercayaan dan kecurigaan, isolasi sosial, situasi yang meningkatkan kecemburuan,
situasi yang memungkinkan menurunnya harga diri (harga diri rendah), situasi yang
menyebabkan seseorang melihat kecacatan dirinya pada orang lain, situasi yang
meningkatkan kemungkinan untuk perenungan tentang arti dan motivasi terhadap sesuatu.
Standar prosedur keluarga yang bisa perawat lakukan adalah membina hubungan saling
percaya dengan keluarga; mengidentifikasi masalah menjelaskan proses terjadinya masalah;
membantu pasien untuk patuh minum obat serta melatih keluarga cara merawat pasien.
Terapi yang dianjurkan pada pasien waham, yaitu: farmakoterapi (antipsikotik, antiansietas,
antiparkinson, antidepressan), psikoterapi, dan terapi keluarga.
4.2 Saran
Diharapkan bagi pembaca setelah membaca makalah ini khususnya perawat memahami dan
mengerti serta dapat mengaplikasikan tindakan keperawatan secara intensif serta mampu
berpikir kritis dalam melaksanakan proses keperawatan apabila mendapati klien dengan
gangguan jiwa terutama dengan gangguan proses pikir: waham.
25
DAFTAR PUSTAKA
Yager J. Gitlin MJ. “Clinical Manifestations of Psychiatric”. Ed.S Sadock BJ, Sadock VA. In
Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry. 7thEdition. Dalam Philadelphia.
Lippincott Williams & Wilkins. 2000: 797-802, American Psychiatric Association.
Diagnostic and Statistic Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, DSM-IV, Published by
The American Psychiatric Association, Washington DC. 1994
Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia, III, PPDGJ-III, Departemen
Kesehatan RI, Direktorat Jendral Pelayanan Medik, 1993.
Maramis, W. (2005) Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Surabaya: Airlangga University Press
Stuart, Sundeen. (1998) priciple and practice of Phychiatric nursing. Canada: Mosby,Inc. An
affiliate of Elsevier Inc
Keliat. (1998) Proses Keperawatan Kesehatn Jiwa. Jakarta: EGC Towsend.(1998) Essentials
of psychiatric Metall Health Nursing.
26