Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

PADA PASIEN DENGAN MASALAH HALUSINASI


Disusun untuk memenuhi Mata Kuliah Keperawatan jiwa
Dosen Pengampu : Ernawati Hamidah, M. Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 4

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
Jl. R. Syamsudin, SH No. 50 Sukabumi 43113 Tlp. (0266) 218345, Fax 218342
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami ucapkan kepada Allah SWT atas ridho dan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Asuhan keperawatan keluarga hipertensi . Tidak
lupa, kami mengucapkan terima kasih kepada Pak Hendri hadiyanto, M. Kep yang telah
membimbing dan membantu kami dalam proses penyusunan makalah ini. Ucapan terima kasih
juga kami sampaikan kepada teman-teman yang telah membantu baik secara moral maupun
material sehingga makalah ini dapat terwujud.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan keluarga selain itu untuk
mengetahui dan memahami arti dari Asuhan keperawatan keluarga hipertensi
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dan kesalahan dalam makalah yang disusun.
Oleh karena itu penulis mohon maaf atas kesalahan tersebut. Kritik dan saran dari pembaca
senantiasa ditunggu oleh penulis guna meningkatkan kualitas tulisan ke depannya.

Sukabumi,april 2023

Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..............................................................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................
A. Latar Belakang .....................................................................................................................................
B. Rumusan Masalah ...............................................................................................................................
C. Tujuan .................................................................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI.....................................................................................................................
A. Pengertian Halusinasi .........................................................................................................................
B. Penyebab halusinasi .............................................................................................................................
C. Tanda dan Gejala Halusinasi................................................................................................................
D. Proses keperawatan pada klien dengan masalah Halusinasi ...............................................................
E. strategi pelaksanaan dengan masalah Halusinasi.................................................................................
F. Proses Keperawatan Pada klien dengan masalah Gangguan Halusinasi.................................
BAB III PENUTUPAN.............................................................................................................................
A. Kritik ....................................................................................................................................
B. Saran ....................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................

BAB 1
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Gangguan jiwa merupakan ketidak mampuan individu maupun kelompok yang akan
menghambat tumbuh kembang pada individu itu sendiri maupun pada kelompok lingkungan,
karena ketidak produktifan dan tidak efisien. Penyebab gangguan jiwa bermacam – macam ada
yang dari diperlakukan semena – mena dengan orang lain, diperlakukan tidak sama mestinya,
ditinggal pergi oleh orang yang dicintai, dan lain – lain (maskim, 2012).
Salah satu jenis gangguan jiwa terbanyak sekarang adalah Skizofernia dengan tanda dan gejala
halusinasi, merupakan gangguan psikotik yang dapat ditandai dengan munculnya gangguan pada
pikiran, persepsi, emosi maupun perilaku individu sendiri (APA, 2015; Davidson, Nale & Kring
2015). Halusinasi merupakan proses penerimaan rangsangan sampai rangsangan itu disadari dan
dimengerti penginderaanya oleh individu itu sendiri. Gangguan persepsi timbul dari ketidak
mampuan manusia dalam membedakan antara rangsangan yang timbul maupun dari sumber
internal seperti (pikiran, perasaan) dan stimulus eksternal. (Rusdi, 2013). Halusinasi yang sering
muncul yaitu halusinasi penglihatan dan halusinasi pendengaran. Halusinasi penglihatan sendiri
yaitu stimulus visual dalam bentuk kilata, cahaya dan bayangan yang berbentuk rumit dan
kompleks dan bayangan itu bisa juga menyenangkan maupun menyeramkan (Hartono, 2011)
Dampak dari terjadinya halusinasi pada seseorang yaitu mengalami ketidak mampuan dalam
mengenali realita atau berkomunikasi yang menyebabkan kesulitan dalam melakukan peran
sebagaimana mestinya dalam kehidupan sehari–hari. Penyebab halusinasi yang paling dominan
yaitu disebabkan oleh stresss yang berat dan umumnya penderita itu sendiri lebih suka dengan
menyendiri dari pada berkumpul pada orang-orang (Iskandar, 2014)
B.Rumusan masalah
1.Jelaskan apa yang dimaksud dengan halusinasi?
2.Jelaskan faktor penyebab halusinasi?
3.Jelaskan tanda gejala dari halusinasi?
4. Bagaimana proses keperawatan pada klien dengan masalah halusinasi
5. Strategi pelaksanaan dengan masalah halusinasi?
6. Asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah halusinasi?
c.Tujuan
1.Untuk mengetahui dan menjelaskan apa yang dimaksud dengan halusinasi?
2.Untuk mengetahui faktor penyebab halusinasi?
3.Untuk mengetahui tanda gejala dari halusinasi?
4. Untuk mengetahui proses keperawatan pada klien dengan masalah halusinasi?
5.Untuk mengetahui strategi pelaksanaan dengan masalah halusinasi?
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.Pengertian konsep dasar halusinasi
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu obyek rangsangan dari luar,
gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh pancaindra. Halusinasi merupakan salah satu
gejala gangguan jiwa yang pasien mengalami perubahan sensori persepsi, serta merasakan
sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penciuman. Pasien
merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien gangguan jiwa mengalami perubahan
dalam hal orientasi realitas (Yusuf, PK, & Nihayati, 2015).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh pasien
gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau
penghiduan tanpa stimulus yang nyata Keliat, (2011) dalam Zelika, (2015).
Halusinasi pendengaran merupakan gangguan stimulus dimana pasien mendengar suara
yang membicarakan, mengejek, menertawakan, mengancam, memerintahkan untuk melakukan
sesuatu (kadang-kadang hal yang berbahaya) (Trimelia, 2011). Sedangkan halusinasi
pendengaran menurut (Damaiyanti, 2014), merupakan suatu kondisi dimana klien mendengar
suara-suara yang tidak berhubungan dengan stimulasi nyata yang orang lain tidak mendengarnya.
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa halusinasi pendengaran
adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami gangguan persepsi pendengaran berupa suara-
suara palsu yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata dan pasien mengalami perubahan
dalam hal orientasi realitas.
B.Penyebab halusinasi
Menurut Yosep (2014) terdapat dua factor penyebab halusinasi, yaitu:
1. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah
frustasi, hilang percaya diri, dan lebih.
2. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungan sejak bayi sehingga akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya
3. Faktor Biokimia
Hal ini berpengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang
berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang
bersifat halusiogenik neurokimia. Akibat stress berkepanjangan menyebabkan
teraktivasinya neurotransmitter otak,misalnya terjadi ketidakseimbangan acetylchoin dan
dopamine.
4. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien mengambil
keputusan tegas, klien lebih suka memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata
menuju alam hayal.
5. Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian Menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orangtua skizofrenia
cenderung mengalami skizofrenia . Hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga
menunjukkan hubungan yang sangatberpengaruh pada penyakit ini. entan terhadap stress.
b. Faktor Presipitasi
Menurut Rawlins dan Heacock dalam Yosep (2014) dalam hakekatnya seorang individu
sebagai mahluk yang dibangun atas dasar unsur bio-psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi
dapat dilihat dari lima dimensi,yaitu:
1. Dimensi Fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan luar
biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium dan kesulitan tidur dalam waktu
yang lama.
2. Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi.
Halusinasi dapat berupa perintah memasa dan menakutkan. Klien tida sanggup
menentang sehingga klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
3. DimensiIntelektual
Dalam hal ini klien dengan halusinasi mengalami penurunan fungsi ego. Awalnya
halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang
menekan,namun menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian
klien dan tak jarang akan mengontrol semua perilaku klien.
4. Dimensi Sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosialdi dalam fase awal dan comforting
menganggap bahwa bersosialisasi nyata sangat membahayakan. Klien halusinasi lebih
asyik dengan halusinasinya seolah-olah itu tempat untuk bersosialisasi.
5. Dimensi Spiritual
Klien halusinasi dalam spiritual mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas tidak
bermakna, dan hilangnya aktivitas beribadah. Klien halusinasi dalam setiap bangun
merasa hampa dan tidak jelas tujuan hidupnya
C.Tanda dan Gejala halusinasi
Menurut hamid (2000) yang dikutip oleh jallo (2008)dan Menurut Keliat (1999)dikutip
oleh Syahbana (2009) perilaku klien yang berkaitan dengan halusinasi adalah sebagai berikut :
a. bicara, srenyum, dan ketawa sendiri,
b. Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang epat, dan respon verbal yang
lambat.
c. Menarik diri dari orang lain, dan berusaha untuk menghindari diri dari orang lain.
d. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan yang tidak nyata.
e. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
f. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik dan berkonsentrasi
dengan pengalaman sensorinya.
g. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya dan takut
h. Sulit berhubungan dengan orang lain.
i. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah.
j. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
k. Tampak tremor dan berkeringat, perilaku
D. Proses keperawatan pada klien dengan masalah Halusinasi.

Tindakan keperawatan yang tepat untuk mengatasi halusinasi mulai dengan melakukan
hubungan saling percaya dengan pasien. Selanjutnya membantu pasien mengenal halusinasi dan
membantu mengontrol halusinasi. Pelaksanaan dan pengotrolan halusinasi dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu secara kelompok dan secara individu. Pasien halusinasi perlu dilatih
keterampilan mengatasi halusinasinya. Keterampilan baru ini diajarkan melalui tindakan
keperawatan interaksi perawat-klien. Selain mengajarkan keterampilan baru, perawat juga
melibatkan pasien dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori maupun stimulasi persepsi
halusinasi. Lingkungan yang rendah stimulasi juga sangat dibutuhkan oleh pasien untuk
menurunkan intensitas halusinasinya dengan menyediakan lingkungan yang nyaman yang tidak
memicu atau memperparah munculnya halusinasi pendegaran. Terapi yang diberikan pada pasien
halusinasi pendengaran, selain terapi farmakologis juga non farmakologis. Terapi non
farmakologis dilaksanakan oleh perawat sepanjang masa perawat sesuai kondisi pasien. Terapi
non farmakologis lebih ditujukan untuk membantu pasien mempunyai koping baru dalam
mengontrol atau mencegah munculnya halusinasi pendengaran. Keterampilan koping yang
diajarkan perawat kepada pasien antara lain: latihan menghardik, latihan 5 benar minum obat,
latihan bercakap-cakap, dan latihan aktivitas. Beberapa keterampilan baru yang sering diajarkan
pada pasien dengan halusinasi adalah: latihan menghardik, latihan 5 benar minum obat, latihan
bercakap-cakap, latihan aktivitas. Pengontrolan halusinasi dapat dilakukan dengan empat cara
yaitu, menghardik halusinasi, bercakap-cakap dengan orang lain, melakukan aktivitas secara
terjadwal, dan mengkoncumsi obat dengan teratur.
Tehnik menghardik dapat menurunkan tanda dan gejala halusinasi. Menghardik
dilakukan dengan cara mengucapkan kalimat yang telah disepakati secara berulang-ulang dapat
membantu pasien memutus isi halusinasi sehingga secara berangsur-angsur halusinasi yang
dialami hilang. Aktivitas terstruktur yang dilakukan pasien halusinasi dapat membantu pasien
mengalihkan isi halusinasi yang dialaminya. pasien mengalami penurunan tingkat halusinasi
setelah dilakukan terapi menghardik dan pada pasien yang mengalami penurunan tingkat
halusinasi dengar setelah dilakukan menghardik tanpa menutup telinga maupun dengan menutup
telinga. kedua cara mengardik tersebut diatas boleh dilakukan oleh perawat di rumah sakit karena
sama-sama dapat menurunkan frekuensi halusinasi. Akan tetapi pengaruh terapi menghardik
dengan menutup telinga memberikan pengaruh lebih besar dalam penurunan tingkat halusinasi
dengar, sehingga dianjurkan untuk para perawat di rumah sakit agar menggunakan terapi
menghardik dengan menutup telinga karena hasilnya akan lebih baik.
E. strategi pelaksanaan dengan masalah Halusinasi
Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi, perawat dapat melatih pasien empat
cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi. Keempat cara mengontrol halusinasi adalah
sebagai berikut:
a. SP 1 Latihan menghardik halusinasi.
Menghardik halusinasi adalah cara mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan cara
menolak halusinasi yang muncul. Pasien diatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang
muncul atau tidak memedulikan halusinasinya. Jika ini dapat dilakukan, pasien akan mampu
mengendalikan diri dan tidak mngikuti halusinasi yang muncul. Mungkin halusinasi tetap ada,
tetapi dengan kemampuan ini, pasien tidak akan larut untuk menuruti halusinasinya.
b. SP 2 Latihan bercakap cakap dengan orang lain.
Bercakap cakap dengan orang lain dapat membantu mengontrol halusinasi. Ketika pasien
bercakap cakap dengan orang lain, terjadi disraksi, focus perhatian pasien akan beralih dari
halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain.
c. SP 3 Latihan melakukan aktivitas terjadwal.
Untuk mengurangi resiko halusinasi muncul lagi adalah dengann menyibukkan diri
melakukan aktifitas yang teratur. Dengan beraktifitas secara terjadwal, pasien tidak akan
mengalami banyak waktu luang sendiri yang sering kali mencetuskan halusinasi. Oleh karena itu,
halusinasi dapat di control dengan cara beraktifitas secara teratur dari bangunn pagi sampai tidur
malam.
d. SP 4 menggunakan obat secara teratur.
Minum Obat secara teratur dapat mengontrol halusinasi. Pasien juga harus dilatih untuk
minum obat secara teratur sesuai denga terapi dokter. Pasien gangguan jiwa yang dirawat di
rumah sering mengalami putus obat sehingga pasien mengalami kekambuhan. Jika kekambuhan
terjadi, untuk mencapai kondisi seperti semula akan membutuhkan waktu. Oleh karena itu, pasien
harus dilatih minum obat sesuai program dan berkelanjutan.
F. Proses Keperawatan Pada klien dengan masalah Gangguan Halusinasi Asuhan Keperawatan Jiwa

1. Identitas Klien
Inisial : Tn.A
MR No : 04.22.31
Tanggal Masuk RS : 04 mei 2019
Tanggal Pengkajian : 25 februari 2021
Umur : 33 Tahun
Penanggung Jawab : Klien dan Status Klien
2. Alasan Masuk
Klien sering senyum – senyum sendiri, ngomel-ngomel sendiri,
tidak bisa tidur, gelisah, klien mengatakan mendengar suara – suara
dan bisikan yang menyuruh klien untuk memecahkan kaca rumah
tetangga.
3. FAKTOR PREDISPOSISI
a. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu : tidak.
b. Pengobatan sebelumnya : -
c. klien tidak mengalami aniaya fisik, aniaya seksual, penolakan dan kekerasan
keluarga.
Jelaskan a, b, c: klien mengatakan belum pernah di rawat di rawat di RS
dan tidak pernah mengalami sakit seperti ini.
d. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa: Tidak
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
e. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan. Klien merasa kehilangan saat
ayah klien meninggal dunia.
Masalah Keperawatan: Respon Pasca Trauma.
4. Pemeriksaan Fisik Tanda – tanda vital
a. TD : 120/80 mmHg
b. N : 94 x/menit
c. S : 36,4oC
d. RR : 20 x/menit
e. Ideal Tubuh = TB : 158 CM
BB : 59 KG
f. Keluhan Fisik Tidak ada.
Saat pengkajian tidak ditemukan keluhan.
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
5. Konsep Diri
a. Gambaran diri : klien mengatakan suka dengan semua anggota tubuhnya,
penampilan klien bersih, rapi dan tidak bau dan klien mampu merawat dirinya
sendiri.
b. Identitas : klien mengatakan sudah menikah dan mempunyai 4 orang anak dan
klien merupakan anak kedua dari empat bersaudara.
c. Peran : klien berperan sebagai ibu rumah tangga.
d. Ideal diri : klien ingin cepat sembuh agar dapat berkumpul seperti biasanya
dengan keluarga.
e. Harga diri : klien merasa penuh dosa kepada orang lain dan ingin meminta maaf
atas apa yang sudah klien perbuat kepada orang lain.
Masalah Keperawatan : harga diri rendah.
6. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : klien mengatakan orang yang berarti adalah ibunya, karena
ibunya lah yang mengajarkan banyak ilmu tentang kehidupan, kesehatan, dll.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat : klien kooperatif selalu
mengikuti kegiatan yang diadakan mahasiswa seperti TAK dan selalu ikut
rehabilitasi.
c. Hambatan dalam berbuhungan dengan orang Lain : klien tidak ada hambatan
dalam berhubungan dengan orang lain.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
7. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : klien yakin kalau allah SWT itu ada.
b. Kegiatan ibadah : klien selalu menjalankan ibadahnya.
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
8. STATUS MENTAL
a. Penampilan : penampilan klien bersih, sesuai keadaan dan rapi.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.
b. Pembicaraan : lancar dan selalu menjawab jika ditanya.
Masalah Keperawan : tidak ada masalah keperawatan.
c. Aktivitas Motorik : gelisah karena klien ingin cepat sembuh.
Masalah Keperawatan : gangguan alam pikir.
d. Alam perasaaan : khawatir karena suara-suara tidak jelas dan tidak ada wujudnya
itu selalu mengganggu klien.
Masalah Keperawatan : gangguan alam pikir.
e. Afek : labil disaat ada suara bisikan klien berbicara sendiri, senyum-senyum
sendiri, dan kadang gelisah.
Masalah Keperawatan : halusinasi pendengaran
f. lnteraksi selama wawancara : kooperatif dan mau menjawab pertanyaan-
pertanyaan.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.
g. Persepsi : pendengaran, isi: berupa bisikan dan suara-suara yang menyuruh klien
untuk memecahkan kaca jendela rumah tetangga, frekuensi: kadang - kadang,
waktu: disaat pagi dan jika tidak ada teman untuk diajak bicara.
Masalah Keperawatan : halusinasi pendengaran.
h. Proses Pikir : klien menjawab saat ditanya dengan perawat.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.
i. Isi Pikir : klien tidak mengalami waham.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.
j. Tingkat kesadaran : klien dapat mengetahui waktu dan tempat dimana klien
sekarang.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.
k. Memori : tidak ada gangguan daya ingat.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.
l. 12. Tingkat konsentrasi dan berhitung : konsentrasi baik dan mampu berhitung.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.
m. Kemampuan penilaian : Gangguan ringan, klien ingin suara bisikan itu agar
segera hilang.
Masalah Keperawatan : halusinasi pendengaran.
n. Daya tilik diri : klien mengatakan bahwa dirinya tidak mengerti dengan
penyakitnya.
o. Masalah Keperawatan : kurangnya informasi.
9. Analisa Data

Anda mungkin juga menyukai