Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas stase jiwa program profesi
Ners STIKes Kuningan
Dosen Pembimbing :
TIM
Disusun Oleh:
GINA FADILA SARI
JNR0200106
Halusinasi
B. Pengertian, Etiologi, Tanda Dan Gejala
Jenis Halusinasi
Menurut Yosep dalam Prabowo, 2014 halusinasi terdiri dari beberapa jenis
dengan karakteristik tertentu, diantaranya a.
Etiologi
Menurut (Azizah, 2016) tanda dan gejala perlu diketahui agar dapat
menetapkan masalah halusinasi, antara lain:
1. Jenis Halusinasi
Data yang dikaji ini didapatkan melalui wawancara dengan tujuan untuk
mengetahui jenis dari halusinasi yang diderita oleh klien.
2. Isi Halusinasi
Data yang didapatkan dari wawacara ditujukan untuk mengetahui
halusinasi yang dialami klien.
3. Waktu Halusinasi Data yang dikaji ini didapatkan melalui wawancara
dengan tujuan untuk mengetahui kapan saja halusinasi itu mncul
4. Frekuensi Halusinasi
Data yang dikaji ini didapatkan melalui wawancara dengan tujuan untuk
mengetahui berapasering halusinasi itu muncul pada klien.
5. Situasi Munculnya Halusinasi Data yang dikaji ini didapatkan melalui
wawancara dengan tujuan untuk mengetahui klien ketika munculnya
halusinasi itu.
6. Respon terhadap Halusinasi
Data yang didapatan melalui wawancara ini ditujukan untuk mengetahui
respon halusinasi dari klien dan dampa dari halusinasi itu.
F. Pohon Masalah
Dalam proses keperawatan tindakan selanjutnya yaitu menentukan diagnosa
keperawatan. Adapun pohon masalah untuk mengetahui penyebab, masalah
utama dan dampak yang ditimbulkan. Menurut (Yosep, 2014) yaitu :
Effect
Resiko perilaku kekerasan
Core problem
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
Causa
Isolasi sosial : Menarik diri
2. Kategori Psikologis
3. Kategori Relasional
(D.0146) Tujuan Umum : klien Kontrol diri (L.09076) Pencegahan perilaku 1. Kepercayaan dari
dan keluarga mampu 1. Suara keras menurun kesehatan (I.14544) pasien merupakan
mengatasi atau (1) - meningkat (5) Observasi hal yang akan
mengendalikan risiko 2. Bicara ketus menurun 1. Monitor adanya benda memudahkan
perilaku kekerasan (1) – meningkat (5) yang berpotensi perawat dalam
TUK 1 : klien dapat 3. Alam perasaan membahayakan melakukan
membina hubungan depresi meningkat (5) 2. Monitor keamanan barang pendekatan
saling percaya – menurun (1) yang dibawa pengunjung keperawatan atau
TUK 2 : klien dapat 3. Monitor selama intervensi
mengidentifikasi penggunaan barang yang selanjutnya terhadap
penyebab perilaku dapat membahayakan pasien.
kekerasan yang Terapeutik 2. Menentukan
dilakukan 1. Pertahankan lingkungan mekanisme koping
TUK 3 : klien dapat bebas dari bahaya secara yang dimiliki oleh
mengidentifikasi tanda rutin pasien dalam
dan gejala perilaku 2. Libatkan keluarga dalam menghadapi
kekerasan keperluan masalah. Selain itu,
TUK 4 : klien dapat Edukasi juga sebagai langkah
mengidentifikasi perilaku 1. Anjurkan pengunjung dan awal dalam
kekerasan yang bisa keluarga menyusun strategi
dilakukannya. 2. Latih cara berikutnya.
TUK 5 : klien dapat menggungkapkan 3. - Ungkapan
mengidentifikasi akibat perasaan secara asertif perasaan Pasien di
dari perilaku kekerasan 3. Latih cara mengurangi perlukan agar Pasien
TUK 6 : klien dapat kemerahan secara verbal lebih dapat terbuka
mengidentifikasi cara dan nonverbal - Untuk mengetahui
konstruktif atau cara-cara tanda perilaku
sehat dalam kekerasan pada
mengungkapkan pasien
kemarahan. - Deteksi dini dapat
TUK 7: klien dapat mencegah tindakan
mendemonstrasikan cara yang bisa
mengontrol perilaku membahaykan
kekerasan Pemberian pasien dan
Terapi Aktivitas lingkungan sekitar.
Kelompok stimulasi 4. Melihat mekanisme
persepsi : sesi 1 koping pasien dalam
mengendalikan perilaku menyelesaikan
kekerasan secara fisik masalah yang
TUK 8: klien mendapat dihadapi
dukungan keluarga untuk 5. Membantu pasien
mengontrol risiko melihat dampak
perilaku kekerasan yang ditimbulkan
TUK 9: klien dapat akibat perilaku
menggunakan obat sesuai kekerasan yang
program dengan benar. dilakukan pasien
6. Menurunkan
perilaku yang
destruktif yang
berpotensi
mencederasi pasien
dan lingkungan
sekitar.
7. - Untuk mengetahui
manfaat cara yang
telah dipilih
- Untuk mengetahui
apakah pasien
dapat melakukan
roleplay
- Memberikan
dukungan positif
terhadap
keberhasilan
pasien melakukan
roleplay.
8. Keluarga merupakan
sistem pendukung
utama bagi pasien
dan merupakan
bagian penting dari
rehabilitasi pasien.
9. - Menyuksekan
program pengobatan
pasien
- Obat dapat
mengontrol risiko
perilaku kekrasan
pasien dan dapat
membantu
penyembuhan
pasien
- Mengontrol
kegiatan minum
obat dan mencegah
klien putus obat.
(D.0085) Tujuan umum (TUM) : Persepsi Sensori Manajemen Halusinasi Rasionalnya adalah
agar pasien dapat (L.09083) (I.09288) untuk mengetahui
mengontrol halusinasi 1. Melamun meningkat Observasi seperti apa kondisi
yang dialaminya (5) – menurun (1) 1. Monitor perilaku yang pasien.
tujuan khusus pertama 2. Mondar- mandir mengindikasikan
(TUK 1), Pasien dapat meningkat (5) – halusinasi
membina hubungan menurun (1) 2. Monitor dan sesuaikan
saling percaya, Pasien 3. Respon sesuai tingkat aktivitas dan
dapat mengenal stimulus memburuk stimulasi lingkungan
halusinasinya (jenis, (1) – membaik (5) 3. Monitor isi halusinasi
waktu, isi, situasi, 4. Konsentrasi Terapeutik
frekuensi, dan respon memburuk (1) – 1. Pertahankan lingkungan
saat timbulnya membaik (5) yang aman
halusinasi), Pasien dapat 5. Orientasi memburuk 2. Diskusi perasaan dan
mengontrol halusinasi (1) – membaik (5) respons terhadap
dengan menghardik. halusinasi
Tujuan khusus kedua 3. Hindari perdebatan
Tujuan khusus kedua tentang validitas tindakan yang biasa
(TUK 2), Pasien dapat halusinasi dilakukan pasien
mengontrol halusinasi Edukasi merupakan upaya
dengan berbincang- 1. Anjurkan monitor sendiri mengatasi halusinasi
bincang situasi terjadinya
Tujuan khusus ketiga halusinasi tindakan yang
(TUK 3), Pasien dapat 2. Anjurkan bicara pada dilakukan pasien
mengontrol halusinasi orang yang dipercaya merupakan upaya
dengan melakukan untuk memberi dukungan mengontrol halusinasi
aktivitas terjadwal dan umpan balik koretif
Tujuan khusus keempat terhadap halusinasi untuk membantu
(TUK 4), Pasien dapat 3. Anjurkan melakukan mempercepat
mengontrol halusinasi distraksi kesembuhan pasien.
dengan minum obat 4. Ajarkan pasien dan
secara benar. keluarga cara mengontrol
halusinasi
Kolaborasi
Pemberian obat antipsikotik
dan antiansietas (jika perlu)
(D.0121) TUM: Klien dapat Keterlibatan social Terapi Aktivitas (L.05186) 1. Membina hubungan
berinteraksi dengan (L.13116) Observasi saling percaya
orang lain. 1. Verbalisasi tujuan 1. Identifikasi deficit tingkat dengan Klien.
TUK 1: Klien dapat yang jelas menurun aktivitas kontak yang jujur,
membina hubungan (1) – meningkat (5) 2. Identifikasi kemampuan singkat, dan
saling percaya 2. Minat terhadap berpartisifasi dalam konsisten dengan
TUK 2: Klien mampu aktivitas menurun (1) aktivitas tertentu perawat dapat
menyebutkan penyebab – meningkat (5) 3. Identifikasi sumber daya membantu Klien
isolasi social 3. Verbalisasi untuk aktivitas yang membina kembali
TUK 3: Klien mampu isolasi menurun diinginkan interaksi penuh
menyebutkan keuntungan (5) – meningkat 4. Identifikasi strategi percaya dengan
berhubungan sosial dan (1) peningkatan partisipasi orang lain.
kerugian dari isolasi 4. Perilaku menarik diri dalam aktivitas 2. Dengan mengetahui
menurun (5) –
sosial. meningkat (1) 5. Identifikasi makna tanda dan gejala
TUK 4: Klien dapat 5. Kontak mata aktvitas rutin dan waktu isolasi sosial yang
melaksanaka n hubungan memburuk (1) – luang muncul, perawat
sosial secara bertahap membaik (5) 6. Monitor respons dapat menentukan
TUK 5: Klien mampu 6. Perilaku sesuai emosional, fisik, social, langkah intervensi
menjelaskan perasaannya dengan harapan orang dan spiritual terhadap selanjutnya.
setelah berhubugan lain memburuk (1) – aktivitas 3. Perbedaan seputar
social membaik (5) Terapeutik manfaat hubugan
TUK 6 : Klien mendapat 7. Perilaku bertujuan 1. Fasilitasi focus pada sosial dan kerugian
dukungan keluarga memburuk (1) – kemampuan bukan deficit isolasi sosial
dalam memperluas membaik (5) yang dialami membantu Klien
hubungan social 2. Fasilitasi memilih mengidentifi kasi
TUK 7: Klien dapat aktivitas yang dan apa yang terjadi
memanfaat kan obat tetapkan tujuan aktivitas pada dirinya,
dengan baik yang konsisten sesuai sehingga dapat
tujuan aktivitas diambil langkah
3. Fasilitasi makna aktivitas untuk mengatasi
4. Fasilitasi aktivitas fisik masalah ini.
rutin Penguatan dapat
5. Fasilitasi aktivitas membantu
motoric untuk meningkatka n harga
merelaksasikan otot diri Klien.
6. Koordinasikan pemilihan 4. Dengan kehadiran
aktivitas sesuai usia orang yang tepat
Edukasi dapat dipercaya
1. Jealskan metode memberi Klien rasa
aktivitas fisik sehari-hari aman dan
jika perlu terlindungi Setelah
2. Anjurkan melakukan dapat berinteraksi
aktivitas fisik, social, dengan orang lain
spiritual, dan kognitif dan memberi
dalam menjaga fungsi kesempatan Klien
dan kesehatan dalam mengikuti
3. Anjurkan dalam aktivitas aktifitas kelompok,
kelompok atau terapi Klien merasa lebih
4. Anjurkan kelurga berguna dan rasa
memberi penguatan percaya diri Klien
positif atas partisipasi dapat tumbuh
dalam aktivitas kembali.
Kolaborasi 5. Ketika Klien merasa
Dengan terapis okupasi dirinya lebih baik
dalam merencakan dan dan mempunyai
memonitor program aktivitas. makna, interaksi
Rujuk pada pusat atau sosial dengan orang
program komunitas, jika lain dapat
perlu ditingkatkan.
6. Dukungan dari
keluarga merupakan
bagian penting dari
rehabilitasi Klien.
7. Membantu dalam
meningkatkan n
perasaan kembali
dan keterlibatan
dalam perawatan
kesehatan Klien
I. Trend Issue Keperawatan Jiwa Dipandemi
FK-KMK UGM. Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan
Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) bersama dengan
Center for Economics and Development Studies (CEDS) Universitas
Padjajaran menggelar diskusi dengan mengusung tema “Monitoring Dampak
Pandemi Covid-19: Tren Gejala Depresif dan Perilaku pada
Mahasiswa”. Diskusi yang digelar melalui webinar ini juga ditayangkan live
streaming melalui website (www.kanalpengetahuan.fk.ugm.ac.id) pada Kamis
(16/04) pukul 13.00 – 15.00 WIB.
Selain itu juga, pembatasan fisik dan sosial merupakan salah satu cara dalam
memotong rantai penyebaran Covid-19. Akan tetapi dalam pelaksanaannya,
juga ada potensi isu gejala depresif disana. Oleh karena itu perlu adanya peran
institusi dalam kondisi Covid-19. Misalnya dengan
konseling online. “Rekomendasinya, bagi mahasiswa yang memiliki gejala
depresif memerlukan konsultasi psikologi secara aktif dan dorongan
motivasi”, jelas Dr. Adiatma Y.M Siregar., S.E., MEconSt., Direktur CEDS
FE Universitas Padjajaran.
Konseling online yang dilakukan Universitas Padjajaran, salah satunya yaitu
„Se.Me.Di (Selalu Mendampingi Dirimu)‟, AMARI-PEDULI Aplikasi Mawas
Diri Covid-19. Hal ini juga sejalan dengan yang dilakukan UGM dengan
membuka Call Center Psikososial dan dukungan melalui UGM Health
Promoting University.
Diskusi kali ini juga menghadirkan dr. Teddy Hidayat, Sp. KJ(K)., seorang
praktisi, klinisi, akademisi di Universitas Padjajaran, Dr. Diana Setiyawati.,
dari Center for Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi UGM, dan
Prof. Dra. RA. Yayi Suryo Prabandari, M.Si., Ph.D., Guru Besar FK-KMK
UGM yang juga merupakan Ketua UGM Health Promoting University (HPU).
Azizah, Lilik Ma‟rifatul, dkk. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
Dellazizzo, L., Potvin, S., Phraxayavong, K., Lalonde, P.,et al. 2018. Terapi avatar
untuk terus-menerus pendengaran Verbal Halusinasi pada pasien
skizofrenia UltraResistant : Laporan Kasus, 9(April), 1–7.
Yosep, Iyus., Sutini, Titin. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa (dan Advance
mental healyh nursing). Bandung: Refika Aditama.