Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.

N DENGAN MASALAH UTAMA


GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN
DI WISMA AMARTA RUMAH SAKIT JIWA
PROF. Dr. SOEROJO MAGELANG

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pendidikan Profesi Ners


Praktik Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :
Oktavian Kuncoro Aji
(2021030056)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG
2022
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. N DENGAN MASALAH UTAMA
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN
DI WISMA AMARTA RUMAH SAKIT JIWA
PROF. Dr. SOEROJO MAGELANG

DISUSUN OLEH:

Oktavian Kuncoro Aji

Telah disetujui pada tanggal ………September 2022

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

( Trisumarsih, MNS) ( Daryati, S.Kep, Ners )


BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN HALUSINASI
Halusinasi adalah gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra
tanpa ada rangsangan dari lar, suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui
panca indra tanpa stimulus ekstren ata persepsi palsu (Prabowo, 2014).
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang
nyata, sehingga klien menginterpretasikan sesuatu yang tidak nyata tanpa stimulus
atau rangsangan dari luar (Azizah 2016).
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana klien mengalami perubahan sensori
persepsi yang disebabkan stimuls yang sebenarnya itu tidak ada (Sutejo, 2017).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah
suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan sensori persepsi seperti
penglihatan, pendengaran, pengecapan, perabaan atau penghidungan yang tidak nyata.

B. JENIS HALUSINASI
Menurut Yosep dalam Prabowo, 2014 halusinasi terdiri dari beberapa jenis dengan
karakteristik tertentu, diantaranya:
1. Halusinasi pendengaran (audotorik)
Gangguan stimulus dimana pasien mendengar suara-suara terutama suara orang.
Biasanya mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang
dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi pengelihatan (visual)
Stimulus visual dalam bentuk beragam seperti bentuk pancaran cahaya,gambaran
geometric, gambar kartun, panorama yang luas dan bayangan yang menakutkan.
3. Halusinasi penghidu (Olfaktori)
Gangguan stimulus pada penghidu, yang ditandai dengan adanya bau busuk, amis,
dan bau menjijikan, tapi kadang terhidu bau harum.
4. Halusinasi peraba (taktil)
Gangguan stimulusyang ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
ada stimulus yang terlihat, seperti merasakan sensasi listrik datang dari tanah,
benda mati atau orang lain.
5. Halusinasi pengecap (gustatorik)
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasaan sesuatuyang busuk, amis, dan
menjijikan
6. Halusinasi sinestetik
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentuan urine.

C. RENTANG RESPON HALUSINASI

D. FASE HALUSINASI
Fase halusinasi menurut Direja (2011) yaitu :
1. FASE 1. Comforting (ansietas sebagai halusinasi menyenangkan)
a. Karaktersitik: Klien mengalami perasaan seperti ansietas, kesepian, rasa
bersalah dan takut mencoba untuk berfokus pada pikiran menyenangkan untuk
meredakan ansietas individu mengenal bahwa pikiran-pikiran dan pengalaman
sensor berada dalam kondisi kesadaran jika ansietas dapat ditangani
(nonpsikotik).
b. Perilaku klien: Tersenyum dan tertawa tidak sesuai menggerakkan bibir tanpa
suara menggerakkan mata yang cepat dan respon verbal yang lambat
2. FASE II Condemning (Ansietas berat halusinasi memberatkan)
a. Karaktersitik: Pengalaman sensasi menjijikan dan Peningkatan system saraf
otonom yang menunjukan menakutkan,klien mulai lepas kendali dan mungkin
menciba untuk menjauhkan dirinya dari sumber yang di persepsikan,individu
mungkin merasa malu karena pengalaman sensorinya dan menarik diri dari
orang lain(nonpsikotik).
b. Perilaku klien: Peningkatan system saraf otonom yang menunjukan
ansietas,peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi dan pernapasan,
penyempitan kemampuan konsentrasidan kehilangan kemampuan
membedakan halusinasi dan realita.
3. FASE III Controling (Anxietas berat, pengalaman sensori menjadi penguasa)
a. Karaktersitik: Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi
dan mnyerah dan membiarkan halusinasi menguasai dirinya,individu mungkin
mengalami kesepian jika pengalaman sensori tersebut berahir(psikotik).
b. Perilaku klien: Kemampuan dikendalikan hlusinasi akan lebih di
takuti,kerusakan berhubungan dengan orang lain,rentang perhatian hanya
beberapa detik/menit adanya tanda-tanda fisik ansietas berat,tremor, tidak
mampu memahamiperaturan
4. FASE IV Conquering/panic (Umumnya menjadi lezat dalam halusinasinya)
a. Karaktersitik: Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti
perintah halusinasi berahir dari beberapa jam/hari jika intervensi
terapeutik(psikotik berat).
b. Perilaku klien: Perilaku tremor akibat panic,potensi berat suicida/nomicide
aktifitas merefleksikan halusinasi perilaku isi, seperti kekerasan, agitasi,
agitas menarik diri, tidak mampu merespon terhadap perintah yang komplek
dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang.

E. TANDA DAN GEJALA HALUSINASI


Tanda dan gejala halusinasi menurut Satrio, dkk (2015) diantaranya :
1. Data subjektif
Pasien mengatakan :
a. Mendengar suara-suara atau kegaduhan
b. Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
c. Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu
d. Melihat bayangan-bayangan
e. Mencium bau-bauan
f. Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses
g. Merasa takut atau senang dengan halusinasinya
2. Data objektif
a. Berbicara atau tertawa sendiri
b. Marah-marah tanpa sebab
c. Mengarahkan telinga ke arah tertentu
d. Menutup telinga
e. Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
f. Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
g. Mencium sesuatu seperti bau-bauan tertent
h. Menutup hidung
i. Sering meludah
j. Muntah
k. Menggaruk-garuk permukaan kulit

F. PENYEBAB HALUSINASI
Menurut Yosep (2014) terdapat dua factor penyebab halusinasi, yaitu:
1. Faktor presdisposis
a. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil,
mudah frustasi, hilang percaya diri, dan lebih rentan terhadap stress.
b. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungan sejak bayi sehingga akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya
c. Faktor Biokimia
Hal ini berpengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang
berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat
yang bersifat halusiogenik neurokimia. Akibat stress berkepanjangan
menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak,misalnya terjadi
ketidakseimbangan acetylchoin dan dopamine.
d. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien
mengambil keputusan tegas, klien lebih suka memilih kesenangan sesaat dan
lari dari alam nyata menuju alam hayal.
e. Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian Menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orangtua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia . Hasil studi menunjukkan
bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangatberpengaruh pada
penyakit ini.
2. Faktor Presipitasi
Menurut Rawlins dan Heacock dalam Yosep (2014) dalam hakekatnya seorang
individu sebagai mahluk yang dibangun atas dasar unsur bio-psiko-sosio-spiritual
sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi,yaitu:
a. Dimensi Fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan luar
biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium dan kesulitan tidur
dalam waktu yang lama.
b. Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi.
Halusinasi dapat berupa perintah memasa dan menakutkan. Klien tida sanggup
menentang sehingga klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
c. Dimensi Intelektual
Dalam hal ini klien dengan halusinasi mengalami penurunan fungsi ego.
Awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls
yang menekan,namun menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil
seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua perilaku klien.
d. Dimensi Sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosialdi dalam fase awal dan comforting
menganggap bahwa bersosialisasi nyata sangat membahayakan. Klien
halusinasi lebih asyik dengan halusinasinya seolah-olah itu tempat untuk
bersosialisasi.
e. Dimensi Spiritual
Klien halusinasi dalam spiritual mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas
tidak bermakna, dan hilangnya aktivitas beribadah. Klien halusinasi dalam
setiap bangun merasa hampa dan tidak jelas tujuan hidupnya.
G. POHON MASALAH

Resiko Bunuh Diri

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

Harga Diri Rendah Situasional

H. FOKUS PENGKAJIAN
1. Faktor Predisposisi
Riwayat Penyakit Lalu
a. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu?
b. Pengobatan sebelumnya
c. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang)
d. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan (bio, psiko, sosio, cultural
dan spiritual)
2. Faktor Presipitasi
Faktor –faktor pencetus respon neurobiologis meliputi:
a. Berlebihannya proses informasi pada system syaraf yang menerima dan
memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
b. Mekanisme penghataran listrik di syaraf terganggu (mekanisme penerimaan
abnormal).
c. Adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak
berguna, putus asa dan tidak berdaya.
3. Faktor Pemicu
a. Kesehatan : Nutrisi dan tidur kurang, ketidaksiembangan irama sirkardian,
kelelahan dan infeksi, obat-obatan system syaraf pusat, kurangnya latihan
dan hambatan untuk menjangkau pelayanan kesehatan.
b. Lingkungan sekitar yang memusuhi, masalah dalam rumah tangga,
kehilangan kebebasan hidup dalam melaksanakan pola aktivitas sehari-hari,
sukar dalam berhubungan dengan orang lain, isoalsi social, kurangnya
dukungan social, tekanan kerja (kurang terampil dalam bekerja), stigmasasi,
kemiskinan, kurangnya alat transportasi dan ketidakmamapuan mendapat
pekerjaan.
c. Sikap : Merasa tidak mampu (harga diri rendah), putus asa (tidak percaya
diri), merasa gagal (kehilangan motivasi menggunakan keterampilan diri),
kehilangan kendali diri (demoralisasi), merasa punya kekuatan berlebihan,
merasa malang (tidak mampu memenuhi kebutuhan spiritual), bertindak
tidak seperti orang lain dari segi usia maupun kebudayaan, rendahnya
kemampuan sosialisasi, perilaku agresif, perilaku kekerasan,
ketidakadekuatan pengobatan dan ketidak adekuatan penanganan gejala.
d. Perilaku : Respon perilaku klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga,
ketakutan, rasa tidak aman, gelisah, bingung, perilaku merusak diri, kurang
perhatian, tidak mampu mengambil keputusan, bicara inkoheren, bicara
sendiri, tidak membedakan yang nyata dengan yang tidak nyata. Perilaku
klien yang mengalami halusinasi sangat tergantung pada jenis halusinasinya.
Apabila perawat mengidentifikasi adanya tanda –tanda dan perilaku
halusinasi maka pengkajian selanjutnya harus dilakukan tidak hanya sekedar
mengetahui jenis halusinasi saja.

4. Validasi informasi tentang halusinasi yang diperlukan meliputi:


a. Isi halusinasi
Ini dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, apa yang
dikatakan suara itu, jika halusinasi audiotorik. Apa bentuk bayangan yang
dilihat oleh klien, jika halusinasi visual, bau apa yang tercium jika halusinasi
penghidu, rasa apa yang dikecap jika halusinasi pengecapan,dan apa yang
dirasakan dipermukaan tubuh jika halusinasi perabaan.
b. Waktu dan frekuensi.
Ini dapat dikaji dengan menanyakan kepada klien kapan pengalaman
halusinasi muncul, berapa kali sehari, seminggu, atau sebulan pengalaman
halusinasi itu muncul. Informasi ini sangat penting untuk mengidentifikasi
pencetus halusinasi dan menentukan bilamana klien perlu perhatian saat
mengalami halusinasi.
c. Situasi pencetus halusinasi.
Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum halusinasi
muncul. Selain itu perawat juga bias mengobservasi apa yang dialami klien
menjelang munculnya halusinasi untuk memvalidasi pernyataan klien.
d. Respon Klien
Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien bisa
dikaji dengan apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengalaman
halusinasi. Apakah klien masih bisa mengontrol stimulus halusinasinya atau
sudah tidak berdaya terhadap halusinasinya.
e. Pemeriksaan fisik
Yang dikaji adalah tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernafasan dan tekanan
darah), berat badan, tinggi badan serta keluhan fisik yang dirasakan klien.

5. Status Mental
Pengkajian pada status mental meliputi:
a. Penampilan: tidak rapi, tidak serasi dan cara berpakaian.
b. Pembicaraan: terorganisir atau berbelit-belit.
c. Aktivitas motorik: meningkat atau menurun.
d. Alam perasaan: suasana hati dan emosi.
e. Afek: sesuai atau maladaptif seperti tumpul, datar, labil dan ambivalen
f. Interaksi selama wawancara: respon verbal dan nonverbal.
g. Persepsi : ketidakmampuan menginterpretasikan stimulus yang ada sesuai
dengan informasi.
h. Proses pikir: proses informasi yang diterima tidak berfungsi dengan baik dan
dapat mempengaruhi proses pikir.
i. Isi pikir: berisikan keyakinan berdasarkan penilaian realistis.
j. Tingkat kesadaran: orientasi waktu, tempat dan orang.
k. Memori
1) Memori jangka panjang: mengingat peristiwa setelah lebih setahun
berlalu.
2) Memori jangka pendek: mengingat peristiwa seminggu yang lalu dan pada
saat dikaji.
l. Kemampuan konsentrasi dan berhitung: kemampuan menyelesaikan tugas
dan berhitung sederhana.
m. Kemampuan penilaian: apakah terdapay masalah ringan sampai berat.
n. Daya tilik diri: kemampuan dalam mengambil keputusan tentang diri.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN UTAMA


Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

J. FOKUS INTERVENSI
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
a. SP 1 : mengenal halusinasi (isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus,
perasaan, respon terhadap halusinasi) dan menjelaskan, mendemonstrasikan,
mengontrol halusinasi dengan menghardik
b. SP 2 : mengontrol halusinasi dengan minum obat
c. SP 3 : mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
d. SP 4 : mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas
2. Tindakan keperawatan untuk keluarga
a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
b. Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi
yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi,
dan cara merawat pasien halusinasi.
c. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat
pasien dengan halusinasi langsung di hadapan pasien
d. Beri pendidikan kesehatan kepada keluarga perawatan lanjutan pasien
BAB II
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : An.N
Usia : 16 tahun
Alamat : Magelang
Status : Belum menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
No.RM :00146755
Tanggal masuk : 28 April 2022
Tanggal pengkajian : 10 Mei 2022
2. Identitas Penangguang Jawab
Nama : Ny.S
Usia : 46 tahun
Alamat : Magelang
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
Hubungan : Ibu kandung
3. Alasan Masuk
Keluarga mengatakan An.N saat dirumah suka bicara sendiri, sulit konsentrasi, dan 3
hari terakhir sering marah-marah.
4. Faktor
a. Predisposisi
Keluarga klien mengatakan rutin melakukan pengobatan jalan di poli klinik
Amarta secra rutin dan kontrol 1 bulan 2 kali. Klien pernah dirawat di RSJ
magelang sudah 2 kali dan ini ke 3 kalinya. Dalam keluarga tidak ada yang
memilki riwayat sakit seperti klien.
b. Presipitasi
Keluarga klien mengatakan klien selama 1 bulan ini sering mendengar suara
suara dan bau bauan serta bayangan hitam yang lewat.Klien mengatakan lebih
suka sendiri dikamar dan terkadang ada bisikan yang menyuruhnya untuk
melukai dirinya sendiri
5. Pengkajian Fisik
a. Keadaan Umum : Baik
b. Tanda-Tanda Vital
TD : 117/86 mmHg Nadi : 86 x/menit TB : 52 kg
Suhu : 36.5 C RR : 20 x/menit BB :163 cm
c. Pemeriksaan Fisik
Kepala : rambut tampak bersih, berwarna hitam
Mata : konjungtiva anemis
Hidung : Simetris, bersih,tidak aad pembesaran polip
Telinga : Simetris tidak terdapat gangguan pendengaran, bersih tida ada
seruman
Mulut : mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis, gigi bersih
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Ektremitas
Atas : tidak ada kelemahan anggota gerak Kekuatan otot 5/5
Bawah : tidak ada kelemahan anggota gerak. Kekuatan otot 5/5

6. Pengkajian Psikososial
a. Genogram

Keterangan :
: Perempuan
: Laki-laki
: Klien
: Meninggal
: Tinggal satu rumah
: Garis keturunan

Yang mencari nafkah dalam keluarga adalah ibu dan kakak klien, Semua
pengambilan keputusan berada di tangan ibunya.

b. Konsep Diri
1) Gambaran diri
Klien mengatakan menyukai semua bagian tubuhnya dan semua organ
tubuh berfungsi dengan baik.
2) Identitas
Klien mengatakan bahwa dirinya laki-laki, anak kedua dari dua bersaudara,
berumur 15 tahun.
3) Peran
Klien mengatakan belum pernah bekerja dan hanya bersekolah, biasanya
membantu ibunya melakukan perkerjaan rumah.
4) Ideal diri
Klien jika ditanya ingi sembuh atau tidak, klien mengatakan ingin sembuh
dan bisa cepat pulang. Klien memiliki cita-cita menjadi TNI AD.
5) Harga diri
Klien mengatakan merasa minder denga keadaanya saat ini dan merasa
kurang percaya karena sering diejek teman-temanya
c. Hubungan Sosial
Hubungan klien dengan keluarga tidak ada masalah, dengan lingkungan juga
baik kadang bermain dengan temannya. Klien mengatakan keluarganya adalah
support terbesar dalam hidupnya.
d. Spiritual
1) Nilai dan Keyakinan
Klien mengatakan sakit yang di deritanya merupakan cobaan dari Allah,
dank lien tidak lupa selalu berdoa disetiap kesempatan.
2) Kegiatan ibadah
Klien beragama islam. Saat adzan tiba, klien langsung berwudhu dan
melaksanakan ibadah sholat 5 waktu bersama temannya di bangsal Amarta..
Klien selalu berdoa dan berdzikir untuk mengurangi rasa takutnya.
7. Status Mental
a. Penampilan Umum
Klien tampak bersih, rambut rapih, pakaian bersih, terlihat menggunakan baju
lengan pendek dan celana pendek seragam dengan teman-temannya di bangsal
Amarta.
b. Pembicaraan
Klien mampu berbicara dengan baik namun suaranya lirih, mampu menjawab
pertanyaan dengan baik saat diwawancara, klien cukup kooperatif, klien
berbicara dengan nada pelan.
c. Aktivitas Motorik
Klien terlihat rileks, kadang tampak tegang dan bersemangat saat berolahraga
bersama temannya.
d. Alam Perasaan
Klien mengatakan senang saat di Amarta karena banyak teman yang bisa diajak
berbicara, klien mengatakannya sambil tersenyum, dan klien sesekali tertawa
jika ada kejadian lucu saat diwawancara.
e. Afek
Sempit, selama interaksi klien tidak mampu memulai pembicaraan dan
menjawab pertanyaan dengan baik. Sering melemparkan tawa dan senyum
ketika sedang senang.
f. Interaksi Selama Wawancara
Klien saat diajak berbicara kooperatif, kontak mata dipertahankan dan tampak
fokus saat wawancara.
g. Persepsi
Klien mengatakan sering merasakan suara bisikan seperti ”hmm” dan
merasakan sesuatu memasuki tubuhnya seperti hantu, dengan waktu yang tidak
pasti, muncul kurang lebih 4 kali saat klien sedang diam atau berfikir. Klien
merasa takut.
h. Proses pikir
Klien memiliki arus pikir koheren: kalimat/pembicaraan dapat dipahami dengan
baik.
i. Isi pikir
Isi pikir sesuai, klien tidak berbicara melebih-lebihkan dirinya terhadap suatu
hal.
j. Tingkat kesadaran dan orientasi
Keadaan umum klien baik kesadaran composmentis,mampu berorientasi waktu,
tempat, serta kondisi saat ini.
k. Memori
Klien mengatakan dapat mengingat kejadian yang terjadi pada dirinya, klien
tidak memiliki masalah daya ingat.
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien menjawab pertanyaan ketika disuruh berhitung dan berkonsentasi saat
melakukan TAK serta PENKES.
m. Kemampuan penilaian
Klien dapat membedakan mana yang baik dan tidak baik. Klien juga dapat
menilai mana yang boleh dilakukan dan tidak. Klien mampu melakukan
aktivitas seperti membantu temannya mencuci piring, dan mampu mengambil
keputusan tanpa bantuan dari orang lain.
n. Daya tilik diri
Klien menyadari keadaanya saat ini dan alasan kenapa dia harus rutin minum
obat.
8. Kebutuhan Persiapan Pulang
a. Makan
Klien makan dengan porsi normal dan selalu dihabiskan, saat makan nasinya
tidak berceceran, sabar menunggu semua temannya berkumpul dimeja makan,
selalu berdoa sebelum dan sesudah makan. Piring dan gelas sesudah makan
selalu dirapihkan sendiri, dan mencuci piring jika gilirannya mencuci tiba.
b. BAB/BAK
Klien mengatakan apabila BAK/BAB akan ke WC, klien BAB satu kali sehari
dan BAK 5-6 kali sehari. Setelah buang air selalu disiram, dan setelahnya cuci
tangan. Klien juga tidak bau aroma BAB/BAK.
c. Mandi
Klien mengatakan mandi 2x/hari pagi dan sore hari dengan menggunakan
sabun, shampoo, dan menggosok gigi 2 kali sehari.
d. Berpakaian
Klien mengatakan mengganti pakaiannya 1x/hari tanpa bantuan orang lain, dan
dapat memakai dan melepanya dengan benar. Memilih dan mengambil sendiri
bajunya.
e. Istirahat dan Tidur
Klien mengatakan saat malam hari dapat tidur dengan nyenyak dari jam 20.00-
05.00 WIB. Saat siang tidur 2 jam setelah makan siang dari jam 14.00-16.00
WIB.
f. Penggunaan obat
Klien mengatakan rutin minum obat saat berada di bangsal Amarta sehari 2 kali.
g. Pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan jika obatnya habis segera kontrol ke dokter untuk
mendapatkan obat, dan keluarganya selalu mensupport agar klien rutin minum
obat. Selalu istiraha cukup dan tidak terlalu berat dalam beraktivitas sehari-hari.
h. Aktivitas di dalam dan di luar rumah
Saat dibangsal Amarta klien mengikuti semua kegiatan mulai dari makan
bersama, senam pagi, olahraga bersama teman, serta TAK dan PENKES. Klien
mengatakan selama dirumah sering menonton TV, dan membantu merapikan
rumah dan kamar tidurnya sendiri. Saat diluar rumah klien bisa berjalan sendiri
tanpa kesulitan menentukan arah, dan kadang bermain dengan temannya.
9. Mekanisme Koping
Saat klien merasakan ada masalah selalu menceritakan kepada keluarganya, kadang
saat di Amarta sering bercerita bersama temannya dan juga perawat.
10. Masalah Psikososial dan Lingkungan
a. Masalah dengan dukungan kelompok
Klien mengatakan selama dirumah didampingi oleh ibu dan kakaknya.
b. Masalah hubungan dengan lingkungan
Masalah hubungan dengan lingkungan pasien jarang berinteraksi dengan
temannya, hanya sesekali saja.
c. Masalah dengan pendidikan
Klien saat ini duduk di bangku SMA kelas 2, dan akhir-akhir ini dirinya sulit
berkonsentrasi.
d. Masalah ekonomi
Klien mengatakan kebutuhan sehari hari dicukupi oleh ibu dan kakaknya.
e. Masalah dengan pelayanan kesehatan
Klien selalu rutin kontol ke dokter jika obatnya habis.
11. Pengetahuan Kurang Tentang
Klien kadang lupa bagaimana cara mengontrol halusinasinya, bagaimana cara
memulai percakapan dengan orang lain, dan bagaimana cara mengendalikan marah
yang benar saat dirumah karena kurang sering mempraktekan caranya ketika
dirumah
12. Aspek Medis
a. Diagnosa medis
F 25.1 (Schizoaffective disorder, depressive type)
b. Terapi yang diberikan
Resperidone 2mg/24 jam (Malam)
Dexametazhon 2mg/24jam
Fluoxetin 20 mg/24 jam (Pagi)
Clozapin 25 mg/24 jam (Malam)

B. ANALISA DATA

Tgl/ Jam Data Fokus Masalah Paraf


Keperawatan

10-05- DS: Gangguan


2022/09. Persepsi
30 WIB - Klien mengatakan mendengar Sensori :
bisikan “sssssssssstttttt”, muncul Halusinasi
dengan waktu yang tidak bisa Pendengaran
dipastikan, muncul kira-kira 2 kali,
pada saat dirinya sedang diam saja.
- Klien mengatakan ada sesuatu yang
sering berbisik di dalam hatinya.
- Klien mengatakan saat dirumah
pernah melihat sosok bayangan yang
lewat sekilas
- Klien mengatakan merasa takut
DO:

- Klien tampak kooperatif


- Klien tampak sedang
membayangkan apa yang
dibicarakan
- Klien mampu untuk menjawab
pertanyaan dengan baik dan jelas
- Kontak mata selalu dipertahankan
- Selalu menjawab pertanyaan yang
diajukan
24-01- DS: Harga Diri
2022/09. Rendah
00 WIB - Klien mengatakan sering merasa Situasional
malu dengan dirinya
- Klien mengatakan tidak pede saat
ada orang banyak disekitarnya
- Klien mengakatan lebih suka
menjauhi kerumunan
DO:

- Klien tampak kooperatif


- Mampu diajak berbicara
- Bisa menceritakan apa yang
dirasakan
- Mampu bercerita alasan masuk ke
RSJ

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
2. Harga Diri Rendah Situasional

D. INTERVENSI KEPERAWATAN

Rencana Keperawatan
Tgl/ Jam Diagnosis
Tujuan Tindakan Rasional

10-05- Gangguan Setelah dilakukan Manajemen Halusinasi


2022/10. Persepsi tindakan keperawatan (I.09288):
00 WIB Sensori : selama 3x pertemuan
Halusinasi diharapkan masalah Observasi:
Pendengaran Gangguan Persepsi  Mengetahui
Sensori : Halusinasi 1. Monitor perilaku
tanda-tanda
Pendengaran dapat yang
halusinasi
teratasi dengan kriteria mengindikasi
hasil: halusinasi
 Mengetahui
2. Monitor
perkembang
Persepsi Sensori halusinasi
an
(L.09083): halusinasi
Terapeutik:
1. Verbalisasi
mendengar 1. Pertahankan  Memberikan
bisikaan lingkungan yang rasa nyaman
menurun aman
2. Konsentrasi 2. Diskusikan  Mengetahui
cukup perasaan dan bagaimana
membaik respon terhadap respon klien
3. Klien mampu halusinasi terhadap
mengenal 3. Hindari halusinasi
masalah dan perdebatan
mengontrol validasi  Memberikan
halusinasi halusinasi kebebasan
dengan cara pendapat
menghardik Edukasi : pada klien
4. Klien dapat mengenai
mengontrol 1. Anjurkan halusinasi
halusinasi memonitor
dengan sendiri situasi  Untuk
bercakap- terjadinya mengetahui
cakap halusinasi perkembang
5. Klien mampu 2. Anjurkan an
mengontrol melakukan halusinasi
halusinasi distraksi
dengan 3. Ajarkan klien  Untuk
beraktifitas cara mengontrol mengontrol
halusinasi halusinasi
- SP 1: Klien
mampu  Klien
mengenali mampu
halusinasi menolak
dengan cara halusinasi
menghardik
- SP 2: Klien  Klien
mampu mampu
mengontrol minum obat
halusinasi untuk
dengan menurunkan
menggunakan halusinasi
obat
- SP 3: Klien  Klien
mampu mampu
mengontrol berinteraksi
halusinasi dengan
dengan cara orang lain
bercakap-cakap
- SP 4: Klien  Klien
mampu mampu
mengontrol menurunkan
halusinasi halusinasi
dengan aktivitas dengan
beraktifitas
Kolaborasi:

1. Kolaborasi
 Untuk
pemberian obat
menurunkan
anti psikotik dan
gejala
antiansietas, jika
halusinasi
perlu
E. CATATAN KEPERAWATAN

Tgl/ Diagnosis/SP Implementasi Evaluasi Paraf


Jam

10-01- Gangguan - Mengidentifikasi DS: Klien mengatakan


2022/07 Persepsi Sensori kondisi klien hari ini baik-baik saja
.00- : Halusinasi DO: Klien tampak tenang
14.00 Pendengaran
WIB - Mendampingi klien DS: -
sarapan pagi DO:
- Klien
menghabiskan
sarapannya tanpa
sisa
- Klien makan
dengan lahap

- Mendampingi minum DS: -


obat DO:
- Fluoxetin 20
mg/24 jam
(Pagi)

DS: Klien mengatakan


- Mendampingi klien
ingin ditemani bermain
olahraga pagi
bulutangkis dan bermain
catur
DO: Klien mengikuti
kegiatan olahraga dengan
baik

- Mengkaji ulang DS: Klien mengatakan


halusinasi yang mendengar suara-suara
dirasakan “sssssssttttttt” ketika
diam dan melamun
DO: klien mengatakn
merasa takut

- Melakukan TAK dan DS:-


PENKES DO:
- Klien tampak
berkonsentrasi
- Klien menjawab
pertanyaan dengan
baik

- Mengajarkan klien DS: Klien mengatakan


cara mengontrol paham cara menghardik
halusinasi dengan DO: Klien tampak
cara menghardik memahami

- Mengukur TTV DS: -


DO:
- Klien kooperatif
- TD : 115/86 mmHg
- N : 82 x/menit
- Suhu : 36,6 C
- RR : 20 x/menit

- Mendampingi makan DS: -


siang DO: Klien menghabiskan
semua makanannya

- Mengevaluasi DS: klien mengatakan


halusinasi hari ini hanya 1 kali
mendengar suara
DO: Klien tampak tenang

11-05- Gangguan - Mengidentifikasi DS: Klien mengatakan


2022/12 Persepsi Sensori kondisi klien hari ini baik-baik saja
.00 WIB : Halusinasi DO: Klien tampak tenang
Pendengaran
- Mendampingi klien DS: -
sarapan pagi DO:
- Klien
menghabiskan
sarapannya tanpa
sisa
- Klien makan
dengan lahap

- Mendampingi minum DS: -


obat DO:
- Fluoxetin 20 mg/24
jam (Pagi)

- Mendampingi klien DS: Klien mengatakan


olahraga pagi ingin ditemani bermain
bulutangkis dan bermain
catur
DO: Klien mengikuti
kegiatan olahraga dengan
baik
- Mengkaji ulang
DS: Klien mengatakan
halusinasi yang
mendengar suara-suara
dirasakan “sssssssttttttt” ketika
diam dan melamun
DO: klien mengatakn
merasa takut

DS:-
- Melakukan TAK dan DO:
PENKES - Klien tampak
berkonsentrasi
- Klien menjawab
pertanyaan dengan
baik

DS: Klien mengatakan


- Mengajarkan kembali paham cara menghardik
kepada klien DO: Klien tampak
bagaimana cara memahami
menghardik dan
memvalidasi kembali
kepahaman klien dari
apa yang diajarkan
kemarin

DS: -
- Mengukur TTV DO:
- Klien kooperatif
- TD : 116/76 mmHg
- N : 85 x/menit
- Suhu : 36,6 C
- RR : 20 x/menit

DS: -
- Mendampingi makan
DO: Klien menghabiskan
siang
semua makanannya

DS: klien mengatakan


- Mengevaluasi
hari ini belum mendengar
halusinasi
suara suara
DO: Klien tampak tenang

12-05- Gangguan - Mengidentifikasi DS: Klien mengatakan


2022/12 Persepsi Sensori kondisi klien hari ini baik-baik saja
.00 WIB : Halusinasi DO: Klien tampak tenang
Pendengaran
- Mendampingi klien DS: -
sarapan pagi DO:
- Klien
menghabiskan
sarapannya tanpa
sisa
- Klien makan
dengan lahap
- Mendampingi minum DS: -
obat DO:
- Fluoxetin 20 mg/24
jam (Pagi)

DS: Klien mengatakan


- Mendampingi klien ingin ditemani bermain
olahraga pagi bulutangkis dan bermain
catur
DO: Klien mengikuti
kegiatan olahraga dengan
baik

DS: Klien mengatakan


- Mengkaji ulang mendengar suara-suara
halusinasi yang “sssssssttttttt” ketika
dirasakan diam dan melamun
DO: klien mengatakn
merasa takut

DS:-
- Melakukan TAK dan DO:
PENKES - Klien tampak
berkonsentrasi
- Klien menjawab
pertanyaan dengan
baik

DS: Klien mengatakan


- Mengajarkan kepada paham cara menghardik
klien tentang 5 benar DO: Klien tampak
cara mengkonsumsi memahami
obat

DS: -
- Mengukur TTV DO:
- Klien kooperatif
- TD : 113/72 mmHg
- N : 79 x/menit
- Suhu : 36,6 C
- RR : 20 x/menit

DS: -
- Mendampingi makan DO: Klien menghabiskan
siang semua makanannya

DS: klien mengatakan


hari ini belum mendengar
- Mengevaluasi suara suara
halusinasi DO: Klien tampak tenang
F. EVALUASI
Tgl / Jam Diagnosis / SP Evaluasi Paraf
Selasa, 10 Gangguan Persepsi S:
April Sensori : Halusinasi
2022/14.00 Pendengaran - Klien mengatakan terkhir mendengar suara
WIB “sssssssttttttttttt” kemarin, sebanyak 2 kali
- Klien mengatakan hari ini sering merasakan
sesuatu berbisik di dalam hati dan ada sesuatu
ingin masuk ke tubuhnya
- Klien mengatakan menolak rasa itu dengan
menghardik dan sering berdoa
O:

- Klien tampak rileks


- Klien minum obat
- Makan habis 1 porsi
- Klien kooperatif
- Kontak mata dipertahankan
- Klien kooperatif
- TD : 115/86 mmHg
- N : 82 x/menit
- Suhu : 36,6 C
- RR : 20 x/menit
- Klien tau cara mengontrol halusinasi dengan
menghardik

A:

- Masalah belum teratasi gangguan Persepsi


Sensori: Halusinasi Pendengaran (+)
P:

- Evaluasi SP 1 Menghardik
- Mengajarkan SP 2: mengontrol halusinasi
dengan obat dipertemuan selnajutnya
- Mengajarkan SP 3: mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap dipertemuan
selanjutnya
- Mengajarkan Ajarkan SP 4: mengontrol
halusinasi dengan beraktifitas dipertemuan
selnajutnya
Rabu, 11 April Gangguan Persepsi S:
2022/14.00 Sensori : Halusinasi
WIB Pendengaran - Klien mengatakan mendengar suara berbisik,
sebanyak 1 kali dari semalam
- Klien mengatakan hari ini senang
- Klien mengatakan menolak rasa itu dengan
menghardik, berdoa, dan dzikir
O:

- Klien tampak tegang


- Mau minum obat
- Klien kooperatif
- Kontak mata dipertahankan
- Klien kooperatif
- TD : 116/76 mmHg
- N : 85 x/menit
- Suhu : 36,6 C
- RR : 20 x/menit
- Klien tau cara mengontrol halusinasi dengan
menghardik dan minum obat

A:

- Masalah belum teratasi gangguan Persepsi


Sensori: Halusinasi Pendengaran (+)
P:

- Mengajarkan SP 2: mengontrol halusinasi


dengan obat dipertemuan selnajutnya
- Mengajarkan Ajarkan SP 3: mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap dipertemuan
selnajutnya
- Mengajarkan Ajarkan SP 4: mengontrol
halusinasi dengan beraktifitas dipertemuan
selnajutnya
Kamis, 12 Gangguan Persepsi S:
April Sensori : Halusinasi
2022/14.00 Pendengaran - Klien mengatakan sudah jarang mendengar
WIB bisikan
- Klien mengatakan hari ini senang
- Klien mengatakan menolak rasa itu dengan
menghardik, berdoa, dan dzikir
O:

- Klien tampak tegang


- Mau minum obat
- Klien kooperatif
- Kontak mata dipertahankan
- TD : 113/72 mmHg
- N : 79 x/menit
- Suhu : 36,6 C
- RR : 20 x/menit
- Klien tau cara mengontrol halusinasi dengan
menghardik dan minum obat

A:

- Masalah belum teratasi gangguan Persepsi


Sensori: Halusinasi Pendengaran (+)
P:

- Mengajarkan Ajarkan SP 3: mengontrol


halusinasi dengan bercakap-cakap dipertemuan
selnajutnya
- Mengajarkan Ajarkan SP 4: mengontrol
halusinasi dengan beraktifitas dipertemuan
selnajutnya
BAB III
PEMBAHASAN

Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata,
sehingga klien menginterpretasikan sesuatu yang tidak nyata tanpa stimulus atau rangsangan
dari luar (Azizah, 2016). Halusinasi adalah suatu keadaan dimana kita mengalami perubahan
sensori persepsi yang disebabkan stimulus yang sebenarnya tidak ada (Sutejo, 2017).
Tindakan keperawatan untuk pasien yang dapat dilakukan untuk mengurangi intensitas
halusinasi yaitu dengan cara mngenal halusinasi (isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi
pencetus, perasaan, respon terhadap halusinasi), dan menjelaskan, mendemostrasikan,
mengontrol halusinasi dengan menghardik, mengontrol halusinasi dengan minum obat,
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap, dan mengontrol halusinasi dengan melakukan
aktifitas seperti terapi aktivitas.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi Murni, dkk (2018) didapatkan
hasil bahwa terdapat efektifitas setelah dilakuka latihan menghardik halusinasi terhadap
kedua klien, ditunjukkan dengan adanya penurunan tanda dan gejala yang terdapat pada klien
yaitu 87% dan 67%. Menurut hasil riset Karina (2013) saat melakukan terapi menghardik
responden menjadi lebih focus dan berkonsentrasi terhadap halusinasinya. Sehingga
memungkinkan beberapa zat kimia di otak seperti dopamine, neurotrans tidak berlebihan.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Wiwi wijayanti (2021) menunjukkan hasil
post test pada pasien halusinasi yang tinggi rata-rata nilai skor 3-4, sedangkan hasil post test
pada pasien halusinasi yang telah dilakukan tindakan menghardik dengan dzikir
menunjukkan penurunan nilai pada kedua pasien yaitu rata-rata skor 0-1. Hasil studi
menunjukkan adanya penurunan tingkat halusinasi setelah dilakukan teknik kombinasi
menghardik dengan berdzikir.

Teknik kombinasi menghardik dengan berdzikir dilakukan selama 2 kali pertemuan


dan menunjukkan hasil yang efektif sehingga dapat menurunkan tingkat halusinasi.
DAFTAR PUSTAKA

Azizah. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta : Indomedia Pustkata.

Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Ed. 1. Nuha
Medika: Yogyakarta.

Farida. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika.

Prabowo, Eko. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha
Medika

Satrio, dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Lampung : LP2M.

Sutejo. (2017). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Baru Pers.

Yosep. (2014). Keperawatan Jiwa Edisi 4. Jakarta : Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai