Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

T DENGAN MASALAH KEPERAWATAN


KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAFAS PADA PASIEN CHF DI RUANG
KEMUNING RSUD Prof Dr MARGONO SOEKARJO

Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Pembelajaran


Praktek Stase Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh :
DIMAS IMAM NURDIANSYAH
A32020031

PROGRAM STUDI PROFESI NERS A


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Yang Bertanda Tangan Dibawah Ini Menyatakan Bahwa Asuhan Keperawatan Dengan
Masalah Resiko Perfusi Jaringan Serebral Tidak Efektif Pada Pasien Strike Hemiparase
Sinistra Di Ruang Kemuning RS Margono Soekarjo

DISUSUN OLEH:
DIMAS IMAM NURDIANSYAH
A32020031

Telah disetujui pada tanggal ………Maret 2021

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Hendri Tamara Y, M. Kep) (Dwi Ichsan, S. Kep. Ners)


DAFTAR ISI

HALAMAN COVER......................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB 1 LAPORAN PENDAHULUAN..........................................................
A. Pengertian.............................................................................................
B. Etiologi.................................................................................................
C. Klasifikasi.............................................................................................
D. Batasan Karakteristik............................................................................
E. Patofisiologi .........................................................................................
F. Pathway.................................................................................................
G. Fokus Pengkajian..................................................................................
H. Penatalaksanaan....................................................................................
I. Masalah Keperawatan Lain yang Muncul............................................
J. Intervensi Keperawatan........................................................................

BAB II TINJAUAN KASUS.........................................................................


BAB III PEMBAHASAN...............................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Congestive Heart Failure merupakan ketidakmampuan jantung dalam memompa
darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi
(Kasron, 2016).
Congestive Heart Failure adalah suatu keadaan dimana jantung tidak mampu
memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh untuk
keperluan metabolisme jaringan tubuh pada kondisi tertentu, sedangkan tekanan
pengisian ke dalam jantung masih cukup tinggi (Aspiani, 2014).
Congestive Heart Failure adalah keadaan dimana ketika jantung tidak mampu
memompa darah untuk mencukupi kebutuhan jaringan mwlakukan metabolisme dan
menyebabkan timbulnya kongesti (Smeltzer & Bare, 2013).
Secara umum pola napas tidak efektif dapat didefinisikan sebagai keadaan
dimana ventilasi atau pertukaran udara inspirasi dan atau ekspirasi tidak adekuat.
(NANDA,2015).
Pola nafas tidak efektif adalah ventilasi atau pertukaran udara inspirasi dan atau
ekspirasi tidak adekuat (Santoso, 2006).
Pola napas tidak efektif merupakan suatu keadaan dimana inspirasi dan atau
ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat (SDKI, 2016).
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pola napas tidak efektif
pada asfiksia adalah suatu keadaan bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan
diamana pertukaran O2 (respirasi) dan CO2 (ekspirasi) tidak teratur atau tidak adekuat.

B. Etiologi
Ada beberapa etiologi gagal jantung menurut Kasron, (2016) diantaranya yaitu:
a. Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada seseorang yang menderita kelainan otot jantung,
dimana yang disebabkan karna menurunnya kontraktilitas jantung. Penyebab yang
mendasarai terjadinya kelainan fungsi otot mencakup ateriosklerosis coroner,
hipertensi arterial, dan penyakit degenerative atau imflamasi (Kasron, 2016).
b. Aterosklerosis coroner
Aterosklerosis yang mengakibatkan disfungsi miokardium karena terjadinya
gangguan aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat
penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya
mendahului terjadinya gagal jantung. Peradangan dan penyakit miokardium
degenerative, berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi yang secara
langsung merusak serabut jantung, menyebabkan terjadinya kontraktilitas menurun
(Kasron, 2016).
c. Hipertensi sistemik atau pulmonal
Meningkatnya beban kerja jantung dan mengakibatkan hipertrophi serabut otot.
d. Peradangan dan penyakit miokardium degenerative
Sangat berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung
merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun (Kasron, 2016).
e. Penyakit jantung lain
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, karena
secara langsung yang mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat
mencakup gangguan pada aliran darah yang masuk ke jantung (stenosis katup
seminuler), ketidakmampuan jantung untuk menisi darah (tamponade, pecikardium,
perikarditif konstriktif, atau stenosis AV), peningkatan mendadak afterload (Kasron,
2016)
f. Faktor sistemik
Terdapat beberapa faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal
ginjal. Meningkatnya laju metabolisme, hipoksia dan anemia memerlukan
peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia
dan anemia juga dapat menurunkan kontraktilitas jantung (Smeltzer & Bare, 2015).

C. Manifestasi Klinis
Menurut Wijaya & Putri (2013), manifestasi gagal jantung antara lain:
1. Gagal jantung kiri
Menyebabkan bendungan pada paru dan gangguan pada mekanisme kontrol
pernafasan.
Gejala :
a. Dyspnea
Terjadi akibat penumpukan atau penimbunan cairan dalam alveoli yang
mengganggu pertukaran gas. Dyspnea dapat terjadi pada waktu istirahat atau
dicetuskan oleh gerakan yang minimal atau sering.

b. Orthopnea
Pada pasien yang mengalami orthopnea tidak mau berbaring, tetapi akan
menggunakan bantal agar bisa tegak di tempat tidur atau duduk di kursi, bahkan
saat tidur.
c. Batuk
Hal ini terjadi karena gagal ventrikel bisa kering dan tidak produktif, tetapi
yang sering yaitu batuk basah yang sering menghasilkan sputum berbusa
dalam jumlah banyak yang kadang disertai dengan bercak darah.
d. Mudah lelah
Akibat terjadinya curah jantung yang kurang, menghambat jaringan dari
sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan hasil
katabolisme. Terjadi juga akibat meningkatnya energi yang digunakan untuk
bernafas dan insomnia yang terjadi akibat distress pernafasan dan batuk.
e. Gelisah dan cemas
Akibat terjadinya gangguan oksigen jaringan, stres akibat kesakitan berfasan
dan pengetahuan bahkan jantung tidak berfungsi dengan baik.
2. Gagal jantung kanan
Menyebabkan peningkatan vena sistemik
Gejala:
a. Oedima parifer
b. Peningkatan BB
c. Distensi vena jugularis
d. Hepatomegali
e. Asites
f. Pitting edema
g. Anoreksia
h. Mual

Menurut Nurhidayat Saiful (2011) manifestasi gagal jantung secara


keseluruhan sangat bergantung pada etiologinya, dapat digambarkan sebagai
berikut:
a. Orthopnea (sesak saat berbaring)
b. Dyspnea on effert (sesak saat melakukan aktivitas)
c. Paroxymal nocturnal dyspnea (sesak nafas secara tiba-tiba pada malam hari
disertai batuk)
d. Berdebar-debar
e. Lekas capek
f. Batuk-batuk

D. Patofisiologis
a. Mekanisme Dasar
Kelainan kontraktilitis pada Gagal Jantung Kongestif akan mengganggu kemampuan
pengosongan ventrikel. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi
Cardiac Out Put (COP)dan meningkatkan volume ventrikel. Dengan meningkatnya
EDV (volume akhir diastolik ventrikel) maka terjadi pula peningkatan tekanan akhir
diastolik kiri (LEDV). Dengan meningkatnya LEDV maka terjadi pula peningkatan
tekanan atrium (LAP) karena atrium dan ventrikel berhubungan langsung kedalam
anyaman vaskuler paru-paru meningkatkan tekanan kapiler dan pena paru-paru. Jika
tekanan hidrostatik dari anyaman kapiler paru-paru melebihi tekanan osmotik
vaskuler, maka akan terjadi transudasi cairan melebihi kecepatan drainase limfatik,
maka akan terjadi edema intersitial. Peningkatan tekanan lebih lanjut dapat
mengakibatkan cairan merembas kealveoli dan terjadi lah edema paru-paru.
b. Respon Kompensentorik
1) Meningkatkan aktivitas adrenergik simpatik
Menurunnya cardiac output akan meningkatkan aktivitas adrenergik simpatik
yang dengan merangsang pengeluaran katekolamin dan saraf-saraf adrenergik
jantung dan medula adrenal. Denyut jantung dan kekuatan kontraktil akan
meningkat untuk menambah Cardiac Out Put (COP), juga terjadi vasokontriksil
arteri perifer unruk menstabilkan tekanan arteri dan retibusi volume darah dengan
mengurangi aliran darah keorgan-organ yang rendah metabolismenya, seperti
kulit dan ginjal agar perfusi kejantung dan ke otak dapat dipertahankan.
Vasokontriksi akan meningkatkan aliran balik vena kesisi kanan jantung yang
selanjutnya akan menambah kekuatan kontriksi.
2) Meningkatnya beban awal akibat aktivitas sistem Renin Angiotensin Aldosteron
(RAA), aktvitas RAA menyebabkan retensi Na dan air oleh ginjal, meningkatan
volume ventrikel-ventrikel tegangan tersebut.peningkatan beban awal ini akan
menambah kontrakbilitas miokardium.
3) Atropi ventrikel
Respon kompensatorik terakhir pada gagal jantung adalah hidrotropi miokardium
akan bertambah tebalnya dinding.
4) Efek negatif dari respon kompensantorik
Pada awal respon kompensantorik menguntungkan namun pada akhirnya dapat
menimbulkan berbagai gejala, meningkatkan laju jantung dan memperburuk
tingkat gagal jantung. Resistensi jantung yang dimaksudkan untuk
meningkatkatkan kekuatan kontraktilitas dini mengakibatkan bendungan paru-
paru dann vena sistemik dan edema, fase kontruksi arteri dan retribusi aliran
darah mengganggu perfusi jaringan pada pada anyaman vaskuler yang terkena
menimbulkan tanda serta gejala, misalnya berkurangnya jumlah air kemih yang
dikeluarkan dan kelemahan tubuh, vasokontriksi arteri juga menyebabkan beban
akhir dengan memperbesar resistensi terhadap ejeksi ventrikel, beban akhir juga
meningkat jika dilatasi ruang jantung. Akhibat kerja jantung dan kebutuhan
miokard akan oksigen juga meningkat, yang juga ditambah lagi adanya hipertensi
miokard dan perangsangan simpatik lebih lanjut. Jika kebutuhan miokard akan
oksigen tidak terpenuhi maka akan terjadi iskemia miokard akhirnya dapat timbul
beban miokard yang tinggal dan serangan gagal jantung yang berulang.
(Wijaya & Putri ,2013)
E. Pathway
F. FOKUS PENGKAJIAN
Pengkajian Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :
1. Identitas pasien
2. Keluhan Utama
3. Riwayat Penyakit Sekarang
4. Riwayat Penyakit Dahulu
5. Riwayat Penyakit Keluarga
6. Pemeriksaan Radiologi
7. Pemeriksaan Laboratorium

G. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah :
1. Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.
2. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraktilitas miokarium dengan preparat
farmakologi.
3. Membuang penumpukan air tubuh yang berlebihan dengan cara memberikan terapi
antidiuretik, diit dan istirahat.
4. Mengatasi keadaan yang reversible, termasuk tiroksikosis, miksedema, dan aritmia
digitalisasi
5. Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan konsumsi O2
melalui istirahat/pembatasan aktivitas
Terapi farmakologis :
a. Glikosida jantung
Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat
frekuensi jantung. Efek yang dihasilkan : peningkatan curah jantung, penurunan
tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diuresisidan mengurangi
edema.
b. Terapi diuretik
Diberikan untuk memacu eksresi natrium dan air mlalui ginjal. Penggunaan
harus hati – hati karena efek samping hiponatremia dan hipokalemia.
c. Terapi vasodilator
Obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadansi tekanan terhadap
penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan
ventrikel dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan pengisian ventrikel
kiri dapat diturunkan.
H. MASALAH KEPERAWTAN YANG MUNCUL
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon yang didapat
dari pasien langsung atau keluarga pasien terhadap masalah kesehatannya (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2017). Diagnosa keperwatan berdasarkan SDKI yaitu:
1. Pola nafas tidak efektif (D.0005)
2. Gangguan pertukaran gas (D.0003)
3. Penurunan curah jantung (D.0008)
4. Nyeri akut (D.0077)
5. Hipervolemia (D.0022)
6. Perfusi perifer tidak efektif (D.0009)
7. Intoleransi aktivitas (D.0056)
8. Ansietas (D.0080)
9. Defisit nutrisi (D0019)
10. Resiko gangguan integritas kulit (D.0139)
BAB II
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. T DENGAN MASALAH KEPERAWATAN


KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAFAS PADA PASIEN CHF DI RUANG
KEMUNING RSUD Prof Dr MARGONO SOEKARJO

Pasien Ny. W datang ke RS dengan keluhan nyeri dada bagian tengah, terasa seperti tertusuk
tusuk, dan panas, nyeri terasa sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit, mual muntah, sesak
nafas. Nafas memberat bila tidur terlentang, aktivitas ringan, batuk bila tiduran,dan kaki agak
bengkak. GCS: E: 4 M: 6 V: 5 TTV: 120/63 mmHg, N: 94x/menit, RR 24 x/menit, S: 36,7C,
SpO2: 96%.
A. TERAPI OBAT (FARMAKOLOGI)

NO Nama Obat Dosis

1 Furosemid (drip) 2x20 mg

2 Paracetamol 1x1 g

3 Ranitidine 50 mg

4 Ceftriaxon 1g

B. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan


HEMATOLOGI
DARAH RUTIN
Leukosit 6680 3600-11000 rb/ul

Eritrosit 4.27 3.8-5.20 10^6/uL

Hemoglobin 12.7 11.7-15.5 g/dl

Hematokrit 40 35-47 %

Trombosit 280000 150000-440000 /uL

MCV 94 80-100 fL

MCH 29.7 26-34 Pg

MCHC 31.5 32-36 g/dl

RDW H 14.9 11.5-14.5 %

MPV 9.5 9.4-12.3 fL

HITUNG JENIS
Basofil% 0.6 0-1 %

Eusinofil% 2.1 2.1 %

Batang% 0.3 3-5 %

Segmen 73.8 50-70 %


15.0 25-40 %
Limfosit% 8.2 2-8 %
Monosit% 74.1 50.0-70.0 %
Neutrofil%

KIMIA KLINIK
L 3.49 3.50-5.20 g/dL
Albumin 30.71 15.00-40.00 mg/dl
Ureum darah 0.98 0.50-1.00 mg/dl
Kreatinin darah 97 <140 mg/dl
Glukosa sewaktu L 129 134-146 mEq/L
Natrium 3.8 3.4-4.5 mEq/L
Kalium
C. ANALISA DATA
No Data Problem Etiologi
1 DS : Pola nafas tidak Hambatan upaya
efektif (D0005) napas
- Pasien mengatakan sesak nafas
- Pasien mengatakan kadang sulit tidur
karena sesak napas
DO :
- Pasien tampak sesak
- RR : 24 x/menit
- TD : 120/63 mmHg
- SpO2 : 96%
- Retraksi dinding dada
- Terpasang binasal kanul 4 lpm

2 DS : Intoleransi Ketidakseimbangan
- Pasien mengatakan badannya lemas Aktivitas antara suplai dan
- Pasien mengatakan sesak napas (D0056) kebutuhan oksigen
bertambah saat beraktivitas

DO :
- Pasien tampak lemah
- Aktivitas masih dibantu keluarga
- Pasien terlihat pucat
- TD : 120/63 mmHg

A. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri akut b.d agen cidera fisiologis d.d mengeluh nyeri
2. Ketidakefektifan Pola Nafas b.d Hambatan upaya napas d.d Dispnea
3. Intoleransi Aktivitas b.d Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen d.d
mengeluh lelah
B. INTERVENSI KEPERAWATAN
No SLKI SIKI Rasional
DX
D000 Setelah dilakukan Pemantauan respirasi Pemantauan respirasi
5 tindakan keperawatan (I.01014) (I.01014)
selama 3x24 jam Observasi Observasi
diharapkan masalah
1. Monitor frekuensi, irama, 1. Untuk mengetahui
keprawatan teratasi
kedalaman dan upaya frekuensi nafas,
dengan kriteria hasil :
napas kedalaman dan upaya
Pola napas (L01004)
2. Monitor pola napas napas
Indikator A T
3. Auskultasi bunyi napas 2. Untuk mengrtahui
Dispnea 2 4
4. Monitor saturasi oksigen cepat lambatnya
Penggunaan 2 4
Terapeutik napas
otot bantu
5. Dokumentasikan hasil 3. Untuk mengetahui
napas
pemantuan tambahan suara nafas
Frekuensi 2 4
Edukasi 4. Untuk mengetahui
nafas
6. Informasikan pemantauan kandungan oksigen di
dalam darah
Keterangan :
Terapeutik
1. Menurun
5. Untuk mengetahui
2. Cukup menurun
hasil pemantauan
3. Sedang
selama pelaksanaan
4. Cukup meningkat
asuhan keperawatan
5. Meningkat
Edukasi
6. Agar pasien &
keluarga pasien
mengetahui kondisi
saat ini

D005 Setelah dilakukan Manajemen energi Manajemen energi (I.05178)


6 tindakan keperawatan (I. 05178) Observasi
selama 3x24 jam Observasi 1. Untuk mengetahui
diharapkan masalah
1. Identifikasi gangguan gangguan fungsi
keprawatan teratasi fungsi tubuh yang tubuh yang
dengan kriteria hasil : mengakibatkan mengakibatkan
Toleransi aktivitas kelelahan kelelahan
(L.05047) Terapeutik Terapeutik
Indikator A T 2. Sediakan lingkungan 2. Agar pasien nyaman
Keluhan 2 4 nyaman dan rendah Edukasi
lelah stimulus ( kunjungan 3. Agar pasien nyaman
Dispnea saat 2 4 dan suara) 4. Untuk mempulihkan
beraktivitas Edukasi keadaan pasien dalam
Frekuensi 2 4 3. Anjurkan tirah baring berkativitas kembali
nafas 4. Anjurkan aktivitas normal
secara bertahap 5. Agar pasien kembali
Keterangan : kolaborasi normal dan pulih
6. Menurun 5. Kolaborasi dengan sedia kala
7. Cukup menurun ahli gizi tentang cara
8. Sedang meningkatkan asupan
9. Cukup meningkat makanan
10. Meningkat

C. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
TGL/JAM TINDAKAN RESPON TTD
31/01/202 Memberikan terapi farmakologi S:-
O:
1
- inj. Furosemide 20mg
09.00 - inj. Ranitidine 50mg
- inj. Ceftriaxone 1g
WIB

09.10 Memposisikan pasien semi fowler S : Pasien mengatakan


WIB nyaman dengan posisinya
O : Pasien tampak nyaman
09.20 Memonitor frekuensi dan O2 S: pasien mengatakan masih
WIB agak sesak
O: pasien tampak sesak nafas
Frekuensi nafas 24x/menit
09.40 Monitor TTV S:-
WIB O:
TD : 99/59 mmHg
N : 69 x/menit
RR : 24x/menit
Suhu : 36

10.00 Mengajarkan teknik nafas dalam S : Pasien mengatakan paham


WIB apa yg diajarkan
O : pasien tampak rileks
10.15 Menganjurkan aktivitas secara S : pasien paham apa yang
WIB bertahap & istirahat kepada pasien dianjurkan
O : Pasien terlihat paham
10.20 Memberikan informasi kepada S: keluarga pasien
WIB keluarga pasien untuk menyediakan mengatakan mengerti
lingkungan nyaman O: pasien tampak lebih
nyaman
01/06/202 Memberikan terapi farmakologi S :-
1 O:
- inj. Furosemide 20mg
09.00
- inj. Paracetamol 1g
WIB - inj. Ceftriaxone 1g
- inj. OMZ 40mg

09.00 Memposisikan pasien semi fowler S : Pasien mengatakan


WIB nyaman dengan posisinya
O : Pasien tampak nyaman
09.00 Monitor TTV S :-
WIB O:
TD : 120/66mmHg
N : 64 x/menit
RR : 22x/menit
Suhu : 36,5
09.05 Memonitor respirasi dan O2 S:-
WIB O : Pasien terpasang Binasal
Kanul 4 lpm

D. EVALUASI KEPERAWATAN
TGL/JAM No DX EVALUASI TTD
31/05/2021 D0005 S:
Pasien mengatakan sesak nafas dan kadang sulit tidur karna
sesak nafas
O:
- Pasien tampak lemas dan pucat
- KU Cukup
- Kesadaran CM, GCS : 15
- TTV :
- TD : 99/59 mmHg
- N : 69 x/menit
- RR : 24x/menit
- Suhu : 36
A:
Masalah pola nafas tidak efektif belum teratasi
P:
Lanjutkan Intervensi
1. Monitor TTV
2. Monitor respirasi dan O2

31/05/2021 D0056 S:
- Pasien mengatakan merasa sesak ketika beraktivitas dan
aktivitas di bantu keluarga
- Pasien mengeluh cepat lelah
O:
- Pasien tampak pucat dan lemas
A:
Masalah keperawatan intoleransi aktivitas belum teratasi
P:
Lanjutkan Intervensi
1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
2. Anjurkan tirah baring
3. Anjurkan aktivitas secara bertahap
kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan
01/05/2021 D0005 S:
Pasien mengatakan masih sesak
O:
Pasien masih tampak lemas dan pucat
TTV:
TD : 120/66mmHg
N : 64 x/menit
RR : 22x/menit
Suhu : 36,5
A:
Masalah pola napas tidak efektif belum teratasi
P:
Pasien terkonfirmasi positif Covid, pindah ke ruang isolasi

26/03/2021 D0056 S:
Pasien mengatakan merasa sesak jika beraktivitas dan
aktivitas masih di bantu keluarga
O:
Pasien tampak masih lemas
A:
Masalah Intoleransi Aktivitas belum teratasi
P:
Lanjutkan Intervensi
1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
2. Anjurkan tirah baring
3. Anjurkan aktivitas secara bertahap
4. Pasien terkonfirmasi positif Covid, pindah ke ruang
isolasi
Dx nyeri 31/5/21 S: pasien mengatakan nyeri di bagian dada
Evaluasi tengah
P: nyeri di bagian dada bertambah ketika
beraktifitas
Q: nyeri seperti tertusuk tusuk
R: nyeri di dada tengah
S: skala nyeri 8
T: hilang timbul
O: pasien tampak meringis menahan nyeri
Pasien tampak memegangi area nyeri
A: masalah keperawatan nyeri akut belum
teratasi
P: lanjutkan intervensi
Monitor KU
Monitor Ttv
Dx nyeri 01/05/2021 S: pasien mengatakan masih nyeri di bagian
dada tengah
P: nyeri di bagian dada bertambah ketika
beraktifitas
Q: nyeri seperti tertusuk tusuk
R: nyeri di dada tengah
S: skala nyeri 6
T: hilang timbul
O: pasien tampak meringis menahan nyeri
Pasien tampak memegangi area nyeri
A: masalah keperawatan nyeri akut belum
teratasi
P: pasien terkonfirmasi positif covid,
pindahkan ke ruang isolasi
lanjutkan intervensi
Monitor KU
Monitor Ttv
Implementasi Mengidentifikasi lokasi, S: pasien mengatakan
31/05/21 karakteristik, durasi, nyeri
frekuensi, kualitas, intensitas P: nyeri di bagian dada
nyeri bertambah ketika
beraktifitas
Q: nyeri seperti tertusuk
tusuk
R: nyeri di dada tengah
S: skala nyeri 8
T: hilang timbul
O: pasien tampak menahan
nyeri
Mengajarkan tekniknon
DS: Pasien mengatakan setelah
melakukan nafas dalam
farmakologi (nafas dalam)
lebih berkurang rasa
untuk mengurangi nyeri nyerinya walopun sedikit
DO: Pasien melakukan
teknik nafas dalam
didampingi petugas
01/05/21 Mengidentifikasi lokasi, S: pasien mengatakan
karakteristik, durasi, nyeri
frekuensi, kualitas, intensitas P: nyeri di bagian dada
nyeri bertambah ketika
beraktifitas
Q: nyeri seperti tertusuk
tusuk
R: nyeri di dada tengah
S: skala nyeri 6
T: hilang timbul
O: pasien tampak menahan
nyeri
BAB III
PEMBAHASAN

Gagal jantung yang menyebabkan terjadinya beban preload dan afterload


menjadi meningkat akibatnya beban kerja jantung bertambah, dalam menghadapi
beban kinerjanya, jantung berkompensasi bekerja lebih berat agar aliran oksigen ke
seluruh tubuh tetap terpenuhi. Apabila beban berlebih terus berkelanjutan, maka
mekanisme kompensasi akan melebihi batas, sehingga hal ini akan menimbulkan
kerugian pada kongesti paru yang menyebabkan terjadinya penimbunan cairan dalam
alveoli dan mengakibatkan gangguan pertukaran gas hal tersebut menyebabkan
jantung tidak berfungsi secara maksimal dalam memompa darah. Dampak lain yang
muncul yaitu adanya perubahan yang terjadi pada otot-otot respiratori sehingga hal
tersebut mengakibatkan suplai oksigen ke seluruh tubuh terganggu sehingga
terjadinya dispnea (Kasron, 2016).
Penanganan pola napas tidak efektif pada gagal jantung dilakukan dengan cara
posisi nyaman (fowler atau semi fowler), tambahan Oksigen 6 liter/menit, dan
diberikan ventilator yang sesuai, bertujuan untuk menghindari terjadinya keluhan
subyektif selama dan sesudah aktivitas, pantau frekuensi nafas, memberikan diet
tanpa garam dan diuretic, untuk mengetahui apabila terjadi penurunan oksigen dan
penurunan fungsi jantung. Menganjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai
kemampuan yang bertujuan agar keadaan jantung tetap stabil (Kasron, 2016).
Pemberian deep breathing exercise salah satu tindakan keperawatan non
farmakologis yang merupakan aktivitas keperawatan yang dapat meningkatkan fungsi
otot-otot pernafasan untuk meningkatkan complience paru dalam meningkatkan
fungsi ventilasi dan memperbaiki oksigenasi (Smeltzer, 2013). Deep breathing
exercise merupakan salah satu intervensi untuk meningkatkan pernafasan dan kinerja
fungsional (Cahalin, 2015).
Penelitian yang pernah dilakukan oleh (Sepdianto, 2013) tentang breathing
exercise pada pasien gagal jantung dilakukan selama 15 menit sebanyak 3 kali sehari
dalam waktu selama 14 hari. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat
perubahan penurunan dyspnea setelah di lakukan intervensi latihan deep breathing
exercise. Hasilnya sangat efektif untuk menurunkan derajat dyspnea dan
meningkatkan saturasi oksigen pada pasien gagal jantung. Penelitian yang dilakukan
(Westerdahl, 2014) bahwa latihan pernafasan lebih efektif karena akan meningkatkan
relaksasi otot, menghilangkan kecemasan, menyingkirkan pola aktivitas otot-otot
pernafasan yang tidak terkordinasi, melambatkan frekuensi pernafasan dan beban
kerja pernafasan. Pernafasan yang lambat, rileks dan berirama membantu dalam
menurunkan atau mengontrol pada saat mengalami dyspnea
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, R. Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular


Aplikasi NIC & NOC. Jakarta : EGC

Cahalin LP, A. R. (2015). Breathing Exercise and inspiratory muscle training in heart failure.
Heart Fail Cli, 11(1): 149-72

Kasron. (2016). Buku Ajar Keperawatan Sitem Kardiovaskuler. Jakarta : Trans Info Media

Nanda. (2015). Buku Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC

Smeltzer, S. & B.G Bare. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, edisi 8. Jakarta : EGC.

Tim Pokja. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta Selatan: Edisi
I, Cetakan I DPP PPNI.

Tim Pokja. (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Jakarta Selatan: Edisi I,
Cetakan II DPP PPNI.

Tim Pokja. (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta Selatan: Edisi
I, Cetakan III DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai