Di Susun :
SITI SYUKROH
5022031107
LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTIK PROFESI NERS
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
DEFINISI PENYAKIT
Istilah gagal sirkulasi lebih bersifat umum dari pada gagal jantung. Gagal sirkulasi menunjukka
n ketidak mampuan dari sistem kardiovaskuler untuk melakukan perfusi jaringan dengan mema
dai. Defenisi ini mencakup segal kelainan dari sirkulasi yang mengakibatkan perfusi jaringan ya
ng tidak memadai, termasuk perubahan dalam volume darah, tonus vaskuler dan jantung. Gagal
jantung kongetif adlah keadaan dimana terjadi bendungan sirkulasi akibat gagal jantung dan me
kanisme kompenstoriknya. Gagal jantung kongestif perlu dibedakan dengan istilah yang lebih u
mum yaitu. Gagal sirkulasi, yang hanya berarti kelebihan bebabn sirkulasi akibat bertambahnya
volume darah pada gagal jantung atau sebab-sebab diluar jantung, seperti transfusi yang berlebi
han atau anuria. (Fatriani, 2015)
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung mengalami kegagalan dal
am memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan nutrien dan oksigen secara a
dekuat. Hal ini mengakibatkan peregangan ruang jantung (dilatasi) guna menampung darah lebi
h banyak untuk dipompakan ke seluruh tubuh atau mengakibatkan otot jantung kaku dan meneb
al. Jantung hanya mampu memompa darah untuk waktu yang singkat dan dinding otot jantung y
ang melemah tidak mampu memompa dengan kuat. Sebagai akibatnya, ginjal sering merespons
dengan menahan air dan garam. Hal ini akan mengakibatkan bendungan cairan dalam beberapa
organ tubuh seperti tangan, kaki, paru, atau organ lainnya sehingga tubuh klien menjadi bengka
k (congestive). (Fatriani, Udjianti 2015)
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi
jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan dan/ kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume
diastolik secara abnormal.
Gagal jantung adalah sindrom klinik dengan abnormalitas dari struktur atau fungsi jantung sehin
gga mengakibatkan ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke jaringan dalam memen
uhi kebutuhan metabolisme tubuh (Harigustian et al., 2016)
ETIOLOGI PENYAKIT
Menurut Wajan Juni Udjianti (2010) etiologi gagal jantung kongestif (CHF) dikelompokan berd
asarkan faktor etiolgi eksterna maupun interna, yaitu:
1.Faktor eksterna (dari luar jantung); hipertensi renal, hipertiroid, dan anemia kronis/ berat.
2.Faktor interna (dari dalam jantung)
Disfungsi katup: Ventricular Septum Defect (VSD), Atria Septum Defect (ASD), sten
osis mitral, dan insufisiensi mitral.
Disritmia: atrial fibrilasi, ventrikel fibrilasi, dan heart block.
Kerusakan miokard: kardiomiopati, miokarditis, dan infark miokard.
Infeksi: endokarditis bacterial sub-akut
KLASIFIKASI PENYAKIT
New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional dalam 4 kelas: (Triyanti
et al., 2016)
Kelas 1 : Bila pasien dapat melakukan aktifitas berat tampa keluhan
Kelas 2 : Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat dari aktivitas sehari-hari t
anpa keluhan.
Kelas 3 : Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa keluhan.
Kelas 4 : Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas apapun dan harus tirah b
aring.
Gambaran klinis jantung sering dipisahkan menjadi efek ke depan (forward) atau efek kebelaka
ng (backward), dengan sisi kanan atau kiri jantung sebagai titik awal serangan. Efek ke depan d
ianggap “hilir” dari miokardium yang melemah. Efek ke belakang dianggap “hulu” dari miokar
dium yang melemah.
1. Efek ke depan gagal jantung kiri
a. Penurunan tekanan darah sistemik
b. Kelelahan
c. Peningkatan kecepatan denyut jantung
d. Penurunan pengeluaran urin
e. Ekspansi volume plasma
2. Efek ke belakang gagl jantung kiri
a. Peningkatan kongesti paru, terutama sewaktu berbaring.
b. Dispnea (sesak napas)
c. Apabila keadaan memburuk, terjadi gagal jantung kanan
3. Efek ke depan gagal jantung kanan
a. Penurunan aliran darah paru
b. Penurunan oksigenasi darah
c. Kelelahan
d. Penurunan tekanan darah sistemik (akibat penurunan pengisian jantung kiri) dan sem
ua tanda gagal jantung kiri
4. Efek ke belakang gagal jantung kanan
a. Peningkatan penimbunan darah dalam vena, edema pergelangan kaki dan tangan
b. Distensi vena jugularis
c. Hepatomegali dan splenomegali
d. Asites : pengumpulan cairan dalam rongga abdomen dapat mengakibatkan tekanan p
ada diafragma dan distress pernafasan
PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan kontraktilitas jantun
g yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari normal. Dapat dijelaskan dengan persama
an CO = HR x SV di mana curah jantung (CO: Cardiac output) adalah fungsi frekuensi jantung
(HR: Heart Rate) x Volume Sekuncup (SV: Stroke Volume).
Frekuensi jantung adalah fungsi dari sistem saraf otonom. Bila curah jantung berkurang, sistem
saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung. Bila
mekanisme kompensasi ini gagal untuk mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka
volume sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantu
ng.
Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi, yang tergantung p
ada 3 faktor, yaitu: (1) Preload (yaitu sinonim dengan Hukum Starling pada jantung yang meny
atakan bahwa jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang di
timbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung); (2) Kontraktilitas (mengacu pada peruba
han kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panja
ng serabut jantung dan kadar kalsium); (3) Afterload (mengacu pada besarnya tekanan ventrikel
yang harus dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan ol
eh tekanan arteriole).
Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi yang terjadi baik pada jantung d
an secara sistemik. Jika volume sekuncup kedua ventrikel berkurang akibat penekanan kontrakt
ilitas atau afterload yang sangat meningkat, maka volume dan tekanan pada akhir diastolik di d
alam kedua ruang jantung akan meningkat. Hal ini akan meningkatkan panjang serabut miokar
dium pada akhir diastolik dan menyebabkan waktu sistolik menjadi singkat. Jika kondisi ini ber
langsung lama, maka akan terjadi dilatasi ventrikel. Cardiac output pada saat istirahat masih bi
sa berfungsi dengan baik tapi peningkatan tekanan diastolik yang berlangsung lama (kronik) ak
an dijalarkan ke kedua atrium, sirkulasi pulmoner dan sirkulasi sitemik. Akhirnya tekanan kapil
er akan meningkat yang akan menyebabkan transudasi cairan dan timbul edema paru atau edem
a sistemik.
Penurunan cardiac output, terutama jika berkaitan dengan penurunan tekanan arterial atau penu
runan perfusi ginjal, akan mengaktivasi beberapa sistem saraf dan humoral. Peningkatan aktivit
as sistem saraf simpatis akan memacu kontraksi miokardium, frekuensi denyut jantung dan ven
a; yang akan meningkatkan volume darah sentral yang selanjutnya meningkatkan preload. Mes
kipun adaptasi-adaptasi ini dirancang untuk meningkatkan cardiac output, adaptasi itu sendiri d
apat mengganggu tubuh. Oleh karena itu, takikardi dan peningkatan kontraktilitas miokardium
dapat memacu terjadinya iskemia pada pasien dengan penyakit arteri koroner sebelumnya dan p
eningkatan preload dapat memperburuk kongesti pulmoner. (Fatriani, 2015)
Aktivasi sitem saraf simpatis juga akan meningkatkan resistensi perifer. Adaptasi ini dirancang
untuk mempertahankan perfusi ke organ-organ vital, tetapi jika aktivasi ini sangat meningkat m
alah akan menurunkan aliran ke ginjal dan jaringan. Salah satu efek penting penurunan cardiac
output adalah penurunan aliran darah ginjal dan penurunan kecepatan filtrasi glomerolus, yang
akan menimbulkan retensi sodium dan cairan. Sitem rennin-angiotensin-aldosteron juga akan te
raktivasi, menimbulkan peningkatan resistensi vaskuler perifer selanjutnya dan penigkatan after
load ventrikel kiri sebagaimana retensi sodium dan cairan.
Gagal jantung berhubungan dengan peningkatan kadar arginin vasopresin dalam sirkulasi, yang
juga bersifat vasokontriktor dan penghambat ekskresi cairan. Pada gagal jantung terjadi pening
katan peptida natriuretik atrial akibat peningkatan tekanan atrium, yang menunjukan bahwa disi
ni terjadi resistensi terhadap efek natriuretik dan vasodilator.
PENATALAKSANAAN
1.Koreksi penyebab-penyebab utama yang dapat diperbaiki antara lain: lesi katup jantung, i
skemia miokard, aritmia, depresi miokardium diinduksi alkohol, pirau intrakrdial, dan k
eadaan output tinggi.
2.Edukasi tentang hubungan keluhan, gejala dengan pengobatan.
3.Posisi setengah duduk.
4.Diet pembatasan natrium (2 gr natrium atau 5 gr garam) ditujukan untuk mencegah, meng
atur, dan mengurangi edema, seperti pada hipertensi dan gagal jantung. Rendah garam 2
gr disarankan.
5.Aktivitas fisik: pada gagal jantung berat dengan pembatasan aktivitas, tetapi bila pasien st
abil dianjurkan peningkatan aktivitas secara teratur. Latihan jasmani dapat berupa jalan
kaki 3-5 kali/minggu selama 20-30 menit atau sepeda statis 5 kali/minggu selama 20 me
nit dengan beban 70-80% denyut jantung maksimal pada gagal jantung ringan atau seda
ng.
6.Meningkatkan oksigenasi dengan terapi O2 (2-3 liter/menit) dan menurunkan konsumsi ok
sigen dengan pembatasan aktivitas.
7.Meningkatkan kontraksi (kontraktilitas) otot jantung dengan digitalisasi.
a. Dosis digitalis
Digoksin oral untuk digitalisasi cepat 0,5 mg dalam 4 - 6 dosis selama 24 jam d
an dilanjutkan 2x0,5 mg selama 2-4 hari.
Digoksin IV 0,75 - 1 mg dalam 4 dosis selama 24 jam.
Cedilanid IV 1,2 - 1,6 mg dalam 24 jam.
Dosis penunjang untuk gagal jantung: digoksin 0,25 mg sehari. untuk pasien us
ia lanjut dan gagal ginjal dosis disesuaikan.
Dosis penunjang digoksin untuk fibrilasi atrium 0,25 mg.
Digitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal akut yang berat:
- Digoksin: 1 - 1,5 mg IV perlahan-lahan
- Cedilamid 0,4 - 0,8 IV perlahan-lahan
Menurunkan beban jantung dengan diet rendah garam, diuretik, dan vasodilator.
Sistem Kardiovaskuler : mengukur TTV, inspeksi warna kulit pucat/tidak, inspeksi mukosa
mulut kering/tidak, inspeksi peningkatan JVP, inspeksi pulsasi apeks jantung, auskultasi apeks
jantung, auskultasi di basal kiri, auskultasi di basal kanan, auskultasi paru 10 titik, perkusi batas
jantung (batas bawah ICS 2-5) batas lateral (ICS 4 atau 5 medial ke lateral. Normal sampai
dengan mid klavikula), hitung CRT, raba nadi perifer, raba suhu akral hangat/dingin, tentukan
drajat edema
Pemeriksaan Penunjang
Analisa gas darah (AGD): menilai derajat gangguan keseimbangan asam basa baik metabolik maupun res
piratorik.
Fraksi lemak: peningkatan kadar kolesterol, trigliserida, LDL yang merupakan resiko CAD dan penuruna
n perfusi jaringan
Tes fungsi ginjal dan hati: menilai efek yang terjadi akibat CHF terhadap fungsi hepar atau ginjal
Cardiac scan: menilai underperfusion otot jantung, yang menunjang penurunan kemampuan kontraksi.
Kontraktilitas
menurun
Hambatan pengosongan
ventrikel
Gagal jantung kanan
COP menurun
CHF
Tekanan diastol
Forward failure Backward failure meningkat
LVED naik
Bendungan atrium
Suplai darah jaringan menurun Suplai O2 otak Renal flow
kanan
menurun menurun
Tekanan vena pulmonalis meningkat
Penumpukan
sekret
DO :
Kontraktilitas menurun
-bradikardi/takikardi
-Gambaran EKG aritmia
atau gangguan konduksi
Hambatan pengosongan ventrikel
-edema
-peningkatan vena
jugularis
PENURUNAN CURAH
JANTUNG
2 DS : Kelebihan Volu
CHF me Cairan
-orthopnea
-dispnea
Gagal pompa ventrikel kiri
-paroxysmal nocturnal
dyspnea ( PND)
Forward failure
DO :
Renal flow menurun
-edema perifer
-peningkatan jpv
RAA meningkat
-terdenfar suara nafas
tambahan
Aldosteron meningkat
-intake lebih banyak dari
output (balance cairan
positif) ADH meningkat
KELEBIHAN
VOLUME CAIRAN
3 DS : Ketidakefektifan
CHF
Pola Napas
-Dispnea
DO : Tekanan diastol
meningkat
-Penggunaan otot bantu
tambahan
Bendungan atrium kanan
-Fase ekspirasi
memanjang
Bendungan vena sistemik
-Pola nafas abnormal
Hepatomegali,
Splenomegali
Mendesak diafragma
Sesak napas
Edukasi
DO : - Anjurkan cara mengukur dan mencatat asupan dan
haluran cairan
-edema perifer
- Ajarkan cara membatasi cairan
-peningkatan jpv Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian diuretic
-terdenfar suara
- Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat
nafas tambahan
diuretik
-intake lebih
banyak dari output
(balance cairan
positif).
-intake lebih
banyak dari output
(balance cairan
positif)
REFERENSI
Fatriani, M. D. (2015). Title. Keefektifan Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Dalam
Pembelajaran IPA Terhadap Minat Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri Golo Yogyakarta,
16(2), 39–55. https://doi.org/10.1377/hlthaff.2013.0625
Harigustian, Y., Dewi, A., & Khoiriyati, A. (2016). Gambaran Karakteristik Pasien Gagal
Jantung Usia 45 – 65 Tahun Di Rumah Sakit Pku Muhammadiyah Gamping Sleman.
Indonesian Journal of Nursing Practices, 1(1), 55–60. https://doi.org/10.18196/ijnp.1152
Johnson, M.,et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey:
Upper Saddle River
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
Mc Closkey, C.J., Iet all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., Swanson, E. 2013. Nursing Outcomes Classification (N
OC) 5th Edition. SA : Elsevier Mosby.
NANDA. 2014. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2012-2014. The North Americ
an Nursing Diagnosis Association. Philadelphia. USA
Price, S.A & Wilson, L.M. 2005. Patofisiologi ; Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6
Volume 1. Jakarta : EGC.
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth
Edisi 8 Vol.1. Jakarta : EGC.