Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT Tn.

S DENGAN
DIAGNOSA CHF DI RUANG ICU RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA
KABUPATEN ACEH UTARA

Disusun Oleh:

Mauliza.,S.Kep
NPM. 22149010039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN TEKNOLOGI DAN SAINS
UNIVERSITAS BUMI PERSADA
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Telah diisetujui dan disahkan oleh pembimbing, Laporan Praktek Stase Gawat

Darurat Prodi Pendidikan Profesi Ners Fakultas Kesehatan Teknologi dan Sains

Universitas Bumi Persada Lhokseumawe TA.2023/2024 di RSU Cut Meutia Aceh

Utara.

Telah di Setujui

Dosen Pembimbing CI Ruangan ICU

Ns. Setia Budi.,S.Kep.,M.Kep Ns. Dewy Yenny, S.Kep


NIDN. 1301099105 NIP.198002122008012002

LAPORAN PENDAHULUAN

CHF (CONGESTIVE HEART FAILURE)/ GAGAL JANTUNG


KONGESTIF

A. Definisi
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung
mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-
sel tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan
peregangan ruang jantung (dilatasi) guna menampung darah lebih banyak

2
untuk dipompakan ke seluruh tubuh atau mengakibatkan otot jantung kaku dan
menebal. Jantung hanya mampu memompa darah untuk waktu yang singkat
dan dinding otot jantung yang melemah tidak mampu memompa dengan kuat.
Sebagai akibatnya, ginjal sering merespons dengan menahan air dan garam.
Hal ini akan mengakibatkan bendungan cairan dalam beberapa organ tubuh
seperti tangan, kaki, paru, atau organ lainnya sehingga tubuh klien menjadi
bengkak (congestive) (Udjianti, 2010).
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah suatu keadaan patofisiologis berupa
kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan/ kemampuannya hanya ada
kalau disertai peninggian volume diastolik secara abnormal (Mansjoer dan
Triyanti, 2007).
Gagal jantung adalah sindrom klinik dengan abnormalitas dari struktur
atau fungsi jantung sehingga mengakibatkan ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah ke jaringan dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh
(Darmojo, 2004 cit Ardini 2007).

B. Klasifikasi
New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional
dalam 4 kelas: (Mansjoer dan Triyanti, 2007)
kelas 1 Bila pasien dapat melakukan aktifitas berat tampa keluhan
kelas 2 Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat dari aktivitas
sehari-hari tanpa keluhan.
kelas 3 Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa
keluhan.
kelas 4 Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas apapun dan
harus tirah baring.
C. Etiologi
Menurut Wajan Juni Udjianti (2010) etiologi gagal jantung kongestif
(CHF) dikelompokan berdasarkan faktor etiolgi eksterna maupun interna,
yaitu:

3
1. Faktor eksterna (dari luar jantung); hipertensi renal, hipertiroid, dan
anemia kronis/ berat.
2. Faktor interna (dari dalam jantung)
a. Disfungsi katup: Ventricular Septum Defect (VSD), Atria Septum
Defect (ASD), stenosis mitral, dan insufisiensi mitral.
b. Disritmia: atrial fibrilasi, ventrikel fibrilasi, dan heart block.
c. Kerusakan miokard: kardiomiopati, miokarditis, dan infark miokard.
d. Infeksi: endokarditis bacterial sub-akut
D. Patofisiologi
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan
kemampuan kontraktilitas jantung yang menyebabkan curah jantung lebih
rendah dari normal. Dapat dijelaskan dengan persamaan CO = HR x SV di
mana curah jantung (CO: Cardiac output) adalah fungsi frekuensi jantung (HR:
Heart Rate) x Volume Sekuncup (SV: Stroke Volume).
Frekuensi jantung adalah fungsi dari sistem saraf otonom. Bila curah
jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung
untuk mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal
untuk mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume
sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan
curah jantung.
Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap
kontraksi, yang tergantung pada 3 faktor, yaitu: (1) Preload (yaitu sinonim
dengan Hukum Starling pada jantung yang menyatakan bahwa jumlah darah
yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan
oleh panjangnya regangan serabut jantung); (2) Kontraktilitas (mengacu pada
perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel dan berhubungan
dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium); (3) Afterload
(mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk
memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan
arteriole).

4
Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi yang
terjadi baik pada jantung dan secara sistemik. Jika volume sekuncup kedua
ventrikel berkurang akibat penekanan kontraktilitas atau afterload yang sangat
meningkat, maka volume dan tekanan pada akhir diastolik di dalam kedua
ruang jantung akan meningkat. Hal ini akan meningkatkan panjang serabut
miokardium pada akhir diastolik dan menyebabkan waktu sistolik menjadi
singkat. Jika kondisi ini berlangsung lama, maka akan terjadi dilatasi ventrikel.
Cardiac output pada saat istirahat masih bisa berfungsi dengan baik tapi
peningkatan tekanan diastolik yang berlangsung lama (kronik) akan dijalarkan
ke kedua atrium, sirkulasi pulmoner dan sirkulasi sitemik. Akhirnya tekanan
kapiler akan meningkat yang akan menyebabkan transudasi cairan dan timbul
edema paru atau edema sistemik.
Penurunan cardiac output, terutama jika berkaitan dengan penurunan
tekanan arterial atau penurunan perfusi ginjal, akan mengaktivasi beberapa
sistem saraf dan humoral. Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis akan
memacu kontraksi miokardium, frekuensi denyut jantung dan vena; yang akan
meningkatkan volume darah sentral yang selanjutnya meningkatkan preload.
Meskipun adaptasi-adaptasi ini dirancang untuk meningkatkan cardiac output,
adaptasi itu sendiri dapat mengganggu tubuh. Oleh karena itu, takikardi dan
peningkatan kontraktilitas miokardium dapat memacu terjadinya iskemia pada
pasien dengan penyakit arteri koroner sebelumnya dan peningkatan preload
dapat memperburuk kongesti pulmoner.
Aktivasi sitem saraf simpatis juga akan meningkatkan resistensi perifer.
Adaptasi ini dirancang untuk mempertahankan perfusi ke organ-organ vital,
tetapi jika aktivasi ini sangat meningkat malah akan menurunkan aliran ke
ginjal dan jaringan. Salah satu efek penting penurunan cardiac output adalah
penurunan aliran darah ginjal dan penurunan kecepatan filtrasi glomerolus,
yang akan menimbulkan retensi sodium dan cairan. Sitem rennin-angiotensin-
aldosteron juga akan teraktivasi, menimbulkan peningkatan resistensi vaskuler
perifer selanjutnya dan penigkatan afterload ventrikel kiri sebagaimana retensi
sodium dan cairan.

5
Gagal jantung berhubungan dengan peningkatan kadar arginin vasopresin
dalam sirkulasi, yang juga bersifat vasokontriktor dan penghambat ekskresi
cairan. Pada gagal jantung terjadi peningkatan peptida natriuretik atrial akibat
peningkatan tekanan atrium, yang menunjukan bahwa disini terjadi resistensi
terhadap efek natriuretik dan vasodilator.

PATHWAY

6
E. Manifestasi klinik
1. Peningkatan volume intravaskular.
2. Kongesti jaringan akibat tekanan arteri dan vena yang meningkat akibat
turunnya curah jantung.
3. Edema pulmonal akibat peningkatan tekanan vena pulmonalis yang
menyebabkan cairan mengalir dari kapiler paru ke alveoli;
dimanifestasikan dengan batuk dan nafas pendek.

7
4. Edema perifer umum dan penambahan berat badan akibat peningkatan
tekanan vena sistemik.
5. Pusing, kekacauan mental (confusion), keletihan, intoleransi jantung
terhadap latihan dan suhu panas, ekstremitas dingin, dan oliguria akibat
perfusi darah dari jantung ke jaringan dan organ yang rendah.
6. Sekresi aldosteron, retensi natrium dan cairan, serta peningkatan volume
intravaskuler akibat tekanan perfusi ginjal yang menurun (pelepasan renin
ginjal).
Sumber: Niken Jayanthi (2010)
F. Studi Diagnostik CHF
1. Hitung sel darah lengkap: anemia berat atau anemia gravis atau polisitemia
vera
2. Hitung sel darah putih: Lekositosis atau keadaan infeksi lain
3. Analisa gas darah (AGD): menilai derajat gangguan keseimbangan asam
basa baik metabolik maupun respiratorik.
4. Fraksi lemak: peningkatan kadar kolesterol, trigliserida, LDL yang
merupakan resiko CAD dan penurunan perfusi jaringan
5. Serum katekolamin: Pemeriksaan untuk mengesampingkan penyakit
adrenal
6. Sedimentasi meningkat akibat adanya inflamasi akut.
7. Tes fungsi ginjal dan hati: menilai efek yang terjadi akibat CHF terhadap
fungsi hepar atau ginjal
8. Tiroid: menilai peningkatan aktivitas tiroid
9. Echocardiogram: menilai senosis/ inkompetensi, pembesaran ruang
jantung, hipertropi ventrikel
10. Cardiac scan: menilai underperfusion otot jantung, yang menunjang
penurunan kemampuan kontraksi.
11. Rontgen toraks: untuk menilai pembesaran jantung dan edema paru.
12. Kateterisasi jantung: Menilai fraksi ejeksi ventrikel.
13. EKG: menilai hipertropi atrium/ ventrikel, iskemia, infark, dan disritmia
Sumber: Wajan Juni Udjianti (2010)

8
G. Penatalaksanaan

Tujuan dasar penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung adalah:

1. Meningkatkan oksigenasi dengan terapi O2 dan menurunkan konsumsi


oksigen dengan pembatasan aktivitas.
2. Meningkatkan kontraksi (kontraktilitas) otot jantung dengan digitalisasi.
3. Menurunkan beban jantung dengan diet rendah garam, diuretik, dan
vasodilator.
Penatalaksanaan Medis
1. Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan
konsumsi O2 melalui istirahat/ pembatasan aktifitas
2. Memperbaiki kontraktilitas otot jantung
a. Mengatasi keadaan yang reversible, termasuk tirotoksikosis,
miksedema, dan aritmia.
b. Digitalisasi
1). dosis digitalis
a). Digoksin oral untuk digitalisasi cepat 0,5 mg dalam 4 - 6 dosis
selama 24 jam dan dilanjutkan 2x0,5 mg selama 2-4 hari.
b). Digoksin IV 0,75 - 1 mg dalam 4 dosis selama 24 jam.
c). Cedilanid IV 1,2 - 1,6 mg dalam 24 jam.
2). Dosis penunjang untuk gagal jantung: digoksin 0,25 mg sehari.
untuk pasien usia lanjut dan gagal ginjal dosis disesuaikan.
3). Dosis penunjang digoksin untuk fibrilasi atrium 0,25 mg.
Digitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal akut
yang berat:
a). Digoksin: 1 - 1,5 mg IV perlahan-lahan.
b). Cedilamid 0,4 - 0,8 IV perlahan-lahan.
Terapi Lain:
1. Koreksi penyebab-penyebab utama yang dapat diperbaiki antara lain: lesi
katup jantung, iskemia miokard, aritmia, depresi miokardium diinduksi
alkohol, pirau intrakrdial, dan keadaan output tinggi.

9
2. Edukasi tentang hubungan keluhan, gejala dengan pengobatan.
3. Posisi setengah duduk.
4. Oksigenasi (2-3 liter/menit).
5. Diet: pembatasan natrium (2 gr natrium atau 5 gr garam) ditujukan untuk
mencegah, mengatur, dan mengurangi edema, seperti pada hipertensi dan
gagal jantung. Rendah garam 2 gr disarankan pada gagal jantung ringan
dan 1 gr pada gagal jantung berat. Jumlah cairan 1 liter pada gagal jantung
berat dan 1,5 liter pada gagal jantung ringan.
6. Aktivitas fisik: pada gagal jantung berat dengan pembatasan aktivitas,
tetapi bila pasien stabil dianjurkan peningkatan aktivitas secara teratur.
Latihan jasmani dapat berupa jalan kaki 3-5 kali/minggu selama 20-30
menit atau sepeda statis 5 kali/minggu selama 20 menit dengan beban 70-
80% denyut jantung maksimal pada gagal jantung ringan atau sedang.
7. Hentikan rokok dan alkohol
8. Revaskularisasi koroner
9. Transplantasi jantung
10. Kardoimioplasti

PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian Primer

10
1. Airways
a. Sumbatan atau penumpukan sekret
b. Wheezing atau krekles
2. Breathing
a. Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
b. RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
c. Ronchi, krekles
d. Ekspansi dada tidak penuh
e. Penggunaan otot bantu nafas
3. Circulation
a. Nadi lemah , tidak teratur
b. Takikardi
c. TD meningkat / menurun
d. Edema
e. Gelisah
f. Akral dingin
g. Kulit pucat, sianosis
h. Output urine menurun
Pengkajian Sekunder
Riwayat Keperawatan
1. Keluhan
a. Dada terasa berat (seperti memakai baju ketat).
b. Palpitasi atau berdebar-debar.
c. Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND) atau orthopnea, sesak nafas
saat beraktivitas, batuk (hemoptoe), tidur harus pakai bantal lebih
dari dua buah.
d. Tidak nafsu makan, mual, dan muntah.
e. Letargi (kelesuan) atau fatigue (kelelahan
f. Insomnia
g. Kaki bengkak dan berat badan bertambah
h. Jumlah urine menurun

11
i. Serangan timbul mendadak/ sering kambuh.
2. Riwayat penyakit: hipertensi renal, angina, infark miokard kronis, diabetes
melitus, bedah jantung, dan disritmia.
3. Riwayat diet: intake gula, garam, lemak, kafein, cairan, alkohol.
4. Riwayat pengobatan: toleransi obat, obat-obat penekan fungsi jantung,
steroid, jumlah cairan per-IV, alergi terhadap obat tertentu.
5. Pola eliminasi orine: oliguria, nokturia.
6. Merokok: perokok, cara/ jumlah batang per hari, jangka waktu
7. Postur, kegelisahan, kecemasan
8. Faktor predisposisi dan presipitasi: obesitas, asma, atau COPD yang
merupakan faktor pencetus peningkatan kerja jantung dan mempercepat
perkembangan CHF.
Pemeriksaan Fisik
1. Evaluasi status jantung: berat badan, tinggi badan, kelemahan, toleransi
aktivitas, nadi perifer, displace lateral PMI/ iktus kordis, tekanan darah,
mean arterial presure, bunyi jantung, denyut jantung, pulsus alternans,
Gallop’s, murmur.
2. Respirasi: dispnea, orthopnea, suara nafas tambahan (ronkhi, rales,
wheezing)
3. Tampak pulsasi vena jugularis, JVP > 3 cmH2O, hepatojugular refluks
4. Evaluasi faktor stress: menilai insomnia, gugup atau rasa cemas/ takut yang
kronis
5. Palpasi abdomen: hepatomegali, splenomegali, asites
6. Konjungtiva pucat, sklera ikterik
7. Capilary Refill Time (CRT) > 2 detik, suhu akral dingin, diaforesis, warna
kulit pucat, dan pitting edema.

B. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


1. Penurunan curah jantung b/d respon fisiologis otot jantung, peningkatan
frekuensi, dilatasi, hipertrofi atau peningkatan isi sekuncup
2. Pola nafas tidak efektif b/d penurunan volume paru

12
3. Perfusi jaringan tidak efektif b/d menurunnya curah jantung, hipoksemia
jaringan, asidosis dan kemungkinan thrombus atau emboli
4. Gangguan pertukaran gas b/d kongesti paru, hipertensi pulmonal,
penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan
curah jantung.
5. Kelebihan volume cairan b/d berkurangnya curah jantung, retensi cairan
dan natrium oleh ginjal, hipoperfusi ke jaringan perifer dan hipertensi
pulmonal
6. Cemas b/d penyakit kritis, takut kematian atau kecacatan, perubahan
peran dalam lingkungan social atau ketidakmampuan yang permanen.
7. Kurang pengetahuan b/d keterbatasan pengetahuan penyakitnya, tindakan
yang dilakukan, obat obatan yang diberikan, komplikasi yang mungkin
muncul.

13
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Penurunan curah jantung b/d NOC : Cardiac Care
respon fisiologis otot jantung, Cardiac Pump effectiveness  Evaluasi adanya nyeri dada
peningkatan frekuensi,  Circulation Status ( intensitas,lokasi, durasi)
dilatasi, hipertrofi atau  Vital Sign Status  Catat adanya disritmia jantung
peningkatan isi sekuncup Kriteria Hasil:  Catat adanya tanda dan gejala penurunan
 Tanda Vital dalam rentang cardiac putput
normal (Tekanan darah, Nadi,  Monitor status kardiovaskuler
respirasi)  Monitor status pernafasan yang
 Dapat mentoleransi aktivitas, menandakan gagal jantung
tidak ada kelelahan  Monitor abdomen sebagai indicator
 Tidak ada edema paru, penurunan perfusi
perifer, dan tidak ada asites
 Monitor balance cairan
 Tidak ada penurunan
 Monitor adanya perubahan tekanan darah
kesadaran
 Monitor respon pasien terhadap efek
pengobatan antiaritmia
 Atur periode latihan dan istirahat untuk
menghindari kelelahan
 Monitor toleransi aktivitas pasien
 Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu
dan ortopneu
 Anjurkan untuk menurunkan stress
Vital Sign Monitoring
 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan darah

14
 Monitor VS saat pasien berbaring, duduk,
atau berdiri
 Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor adanya pulsus paradoksus dan
pulsus alterans
 Monitor jumlah dan irama jantung dan
monitor bunyi jantung
 Monitor frekuensi dan irama pernapasan
 Monitor suara paru, pola pernapasan
abnormal
 Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi, peningkatan
sistolik)
 Identifikasi penyebab dari perubahan vital
sign

2 Pola Nafas tidak efektif NOC NIC


 Respiratory status :
Definisi : Pertukaran udara Ventilation  Posisikan pasien untuk memaksimalkan
inspirasi dan/atau ekspirasi  Respiratory status : Airway ventilasi
tidak adekuat patency  Pasang mayo bila perlu
Faktor yang berhubungan :  Vital sign Status  Lakukan fisioterapi dada jika perlu

15
 Hiperventilasi  Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
 Penurunan Setelah dilakukan tindakan  Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
energi/kelelahan keperawatan selama…. Pasien tambahan
 Perusakan/pelemahan menunjukan keefektifan pola  Berikan bronkodilator ……….
muskuloskletal napas, dibuktikan dengan :  Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
 Obesitas Lembab
 Kelelahan otot pernafasan Kriteria Hasil :  Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
 Hipoventilasi sindrom  Mendemonstrasikan batuk keseimbangan.
 Nyeri efektif dan suara nafas yang  Monitor respirasi dan status O2
bersih, tidak ada sianosis dan 
 Kecemasan Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
dyspneu (mampu
 Disfungsi Neuromuskuler  Pertahankan jalan nafas yang paten
mengeluarkan sputum,
 Injuri tulang belakang  Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
mampu bernafas dengan
DS mudah, tidak ada pursed lips)  Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
 Dyspnea  Menunjukkan jalan nafas
oksigenasi
 Nafas pendek yang paten (klien tidak  Monitor vital sign
DO merasa tercekik, irama nafas,  Informasikan pada pasien dan keluarga
 Penurunan tekanan frekuensi pernafasan dalam tentang teknik relaksasi untuk memperbaiki
inspirasi/ekspirasi rentang normal, tidak ada pola nafas
 Penurunan pertukaran suara nafas abnormal)  Ajarkan bagaimana batuk secara efektif
udara permenit  Tanda Tanda vital dalam  Monitor pola nafas
 Menggunakan otot rentang normal (tekanan
pernafasan tambahan darah, nadi, pernafasan)
 Orthopnea
 Pernafasan pursed-lip
 Tahap ekspirasi
berlangsung sangat lama
 Penurunan kapasitas vital
respirasi < 11- 24x/menit

16
3 Perfusi jaringan tidak efektif NOC : NIC :
b/d menurunnya curah  Circulation status Peripheral Sensation Management
jantung, hipoksemia jaringan,  Tissue Prefusion : cerebral (Manajemen sensasi perifer)
asidosis dan kemungkinan Kriteria Hasil :  Monitor adanya daerah tertentu yang hanya
thrombus atau emboli a. mendemonstrasikan status peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
sirkulasi  Monitor adanya paretese
Definisi :  Tekanan systole dandiastole  Instruksikan keluarga untuk mengobservasi
 Penurunan pemberian dalam rentang yang kulit jika ada lsi atau laserasi
oksigen dalam kegagalan diharapkan  Gunakan sarun tangan untuk proteksi
memberi makan jaringan  Tidak ada ortostatikhipertensi  Batasi gerakan pada kepala, leher dan
pada tingkat kapiler  Tidak ada tanda tanda punggung
Batasan karakteristik : peningkatan tekanan  Monitor kemampuan BAB
Renal intrakranial (tidak lebih dari  Kolaborasi pemberian analgetik
a. Perubahan tekanan darah 15 mmHg)  Monitor adanya tromboplebitis
di luar batas parameter b. mendemonstrasikan  Diskusikan menganai penyebab perubahan
b. Hematuria kemampuan kognitif yang sensasi
c. Oliguri/anuria ditandai dengan:
d. Elevasi/penurunan  berkomunikasi dengan jelas
BUN/rasio kreatinin dan sesuai dengan
Gastro Intestinal kemampuan
 Secara usus hipoaktif atau  menunjukkan perhatian,
tidak ada konsentrasi dan orientasi
 Nausea  memproses informasi
 Distensi abdomen  membuat keputusan dengan
 Nyeri abdomen atau tidak benar
terasa lunak (tenderness) c. menunjukkan fungsi sensori
Peripheral motori cranial yang utuh :

17
 Edema tingkat kesadaran mambaik,
 Tanda Homan positif tidak ada gerakan gerakan
 Perubahan karakteristik involunter
kulit (rambut, kuku,
air/kelembaban)
 Denyut nadi lemah atau
tidak ada
 Diskolorisasi kulit
 Perubahan suhu kulit
 Perubahan sensasi
 Kebiru-biruan
 Perubahan tekanan darah
di ekstremitas
 Bruit
 Terlambat sembuh
 Pulsasi arterial berkurang
 Warna kulit pucat pada
elevasi, warna tidak
kembali pada penurunan
kaki
Cerebral
 Abnormalitas bicara
 Kelemahan ekstremitas
atau paralis
 Perubahan status mental
 Perubahan pada respon
motorik
 Perubahan reaksi pupil

18
 Kesulitan untuk menelan
 Perubahan kebiasaan
Kardiopulmonar
 Perubahan frekuensi
respirasi di luar batas
parameter
 Penggunaan otot
pernafasan tambahan
 Balikkan kapiler > 3 detik
(Capillary refill)
 Abnormal gas darah arteri
 Perasaan ”Impending
Doom” (Takdir terancam)
 Bronkospasme
 Dyspnea
 Aritmia
 Hidung kemerahan
 Retraksi dada
 Nyeri dada
Faktor-faktor yang
berhubungan :
 Hipovolemia
 Hipervolemia
 Aliran arteri terputus
 Exchange problems
 Aliran vena terputus
 Hipoventilasi
 Reduksi mekanik pada

19
vena dan atau aliran darah
arteri
 Kerusakan transport
oksigen melalui alveolar
dan atau membran kapiler
 Tidak sebanding antara
ventilasi dengan aliran
darah
 Keracunan enzim
 Perubahan afinitas/ikatan
O2 dengan Hb
 - Penurunan
konsentrasi Hb dalam
darah
4 Gangguan pertukaran gas b/d NOC : NIC :
 Respiratory Status : Gas
kongesti paru, hipertensi
exchange Airway Management
pulmonal, penurunan perifer  Respiratory Status : ventilation
yang mengakibatkan asidosis
 Vital Sign Status  Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift
Kriteria Hasil : atau jaw thrust bila perlu
laktat dan penurunan curah  Mendemonstrasikan  Posisikan pasien untuk memaksimalkan
peningkatan ventilasi dan ventilasi
jantung.
oksigenasi yang adekuat  Identifikasi pasien perlunya pemasangan
Definisi : Kelebihan atau  Memelihara kebersihan paru alat jalan nafas buatan
kekurangan dalam oksigenasi paru dan bebas dari tanda  Pasang mayo bila perlu
dan atau pengeluaran tanda distress pernafasan  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
karbondioksida di dalam  Mendemonstrasikan batuk  Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
membran kapiler alveoli efektif dan suara nafas yang  Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
Batasan karakteristik : bersih, tidak ada sianosis dan

20
 Gangguan penglihatan dyspneu (mampu tambahan
 Penurunan CO2 mengeluarkan sputum,  Lakukan suction pada mayo
 Takikardi mampu bernafas dengan  Berika bronkodilator bial perlu
 Hiperkapnia mudah, tidak ada pursed lips)  Barikan pelembab udara
 Keletihan  Tanda tanda vital dalam  Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
 somnolen rentang normal keseimbangan.
 Iritabilitas  Monitor respirasi dan status O2
 Hypoxia
 kebingungan
 Dyspnoe Respiratory Monitoring
 nasal faring
 AGD Normal  Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan
 sianosis usaha respirasi
 warna kulit abnormal  Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
(pucat, kehitaman) penggunaan otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
 Hipoksemia
 Monitor suara nafas, seperti dengkur
 hiperkarbia
 Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
 sakit kepala ketika
kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes,
bangun
biot
 frekuensi dan kedalaman
 Catat lokasi trakea
nafas abnormal
 Monitor kelelahan otot diagfragma
 Faktor faktor yang
( gerakan paradoksis )
berhubungan :
 Auskultasi suara nafas, catat area
 ketidakseimbangan
penurunan / tidak adanya ventilasi dan
perfusi ventilasi
suara tambahan
 - perubahan membran
 Tentukan kebutuhan suction dengan
kapiler-alveolar
mengauskultasi crakles dan ronkhi pada

21
jalan napas utama
 Uskultasi suara paru setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya

AcidBase Managemen

 Monitro IV line
 Pertahankanjalan nafas paten
 Monitor AGD, tingkat elektrolit
 Monitor status hemodinamik(CVP, MAP,
PAP)
 Monitor adanya tanda tanda gagal nafas
 Monitor pola respirasi
 Lakukan terapi oksigen
 Monitor status neurologi
5 Kelebihan volume cairan b/d NOC : Fluid management
berkurangnya curah jantung, Electrolit and acid base balance  Pertahankan catatan intake dan output yang
retensi cairan dan natrium  Fluid balance akurat
oleh ginjal, hipoperfusi ke  Pasang urin kateter jika diperlukan
jaringan perifer dan Kriteria Hasil:  Monitor hasil lAb yang sesuai dengan
hipertensi pulmonal  Terbebas dari edema, efusi, retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin )
anaskara  Monitor status hemodinamik termasuk
Definisi : Retensi cairan  Bunyi nafas bersih, tidak ada CVP, MAP, PAP, dan PCWP
isotomik meningkat dyspneu/ortopneu  Monitor vital sign
Batasan karakteristik :  Terbebas dari distensi vena  Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan
 Berat badan meningkat jugularis, reflek hepatojugular (cracles, CVP , edema, distensi vena leher,
pada waktu yang singkat (+) asites)
 Asupan berlebihan  Memelihara tekanan vena  Kaji lokasi dan luas edema
dibanding output sentral, tekanan kapiler paru,  Monitor masukan makanan / cairan dan

22
 Tekanan darah berubah, output jantung dan vital sign hitung intake kalori harian
tekanan arteri pulmonalis dalam batas normal  Monitor status nutrisi
berubah, peningkatan  Terbebas dari kelelahan,  Berikan diuretik sesuai interuksi
CVP kecemasan atau kebingungan  Batasi masukan cairan pada keadaan
 Distensi vena jugularis  Menjelaskanindikator hiponatrermi dilusi dengan serum Na < 130
 Perubahan pada pola nafas, kelebihan cairan mEq/l
dyspnoe/sesak nafas,  Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih
orthopnoe, suara nafas muncul memburuk
abnormal (Rales atau Fluid Monitoring
crakles),  Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake
kongestikemacetan paru, cairan dan eliminaSi
pleural effusion  Tentukan kemungkinan faktor resiko dari
 Hb dan hematokrit ketidak seimbangan cairan (Hipertermia, terapi
menurun, perubahan diuretik, kelainan renal, gagal jantung,
elektrolit, khususnya diaporesis, disfungsi hati, dll )
perubahan berat jenis  Monitor serum dan elektrolit urine
 Suara jantung SIII  Monitor serum dan osmilalitas urine
 Reflek hepatojugular  Monitor BP, HR, dan RR
positif  Monitor tekanan darah orthostatik dan
perubahan irama jantung
 Oliguria, azotemia
 Monitor parameter hemodinamik infasif
 Perubahan status mental,
 Monitor adanya distensi leher, rinchi,
kegelisahan, kecemasan
eodem perifer dan penambahan BB
 Monitor tanda dan gejala dari odema
Faktor-faktor yang
berhubungan :
- Mekanisme pengaturan
melemah
- Asupan cairan berlebihan
 - Asupan natrium

23
berlebihan
6 Cemas b/d penyakit kritis, NOC : NIC :
takut kematian atau  Anxiety control Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
kecacatan, perubahan peran  Coping  Gunakan pendekatan yang menenangkan
dalam lingkungan social atau Impulse control  Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
ketidakmampuan yang Kriteria Hasil : pelaku pasien
permanen.  Klien mampu  Jelaskan semua prosedur dan apa yang
mengidentifikasi dan dirasakan selama prosedur
Definisi : mengungkapkan gejala  Pahami prespektif pasien terhdap situasi
Perasaan gelisah yang tak cemas stres
jelas dari ketidaknyamanan  Mengidentifikasi,  Temani pasien untuk memberikan
atau ketakutan yang disertai mengungkapkan dan keamanan dan mengurangi takut
respon autonom (sumner menunjukkan tehnik  Berikan informasi faktual mengenai
tidak spesifik atau tidak untuk mengontol cemas diagnosis, tindakan prognosis
diketahui oleh individu);  Vital sign dalam batas  Dorong keluarga untuk menemani anak
perasaan keprihatinan normal  Lakukan back / neck rub
disebabkan dari antisipasi  Postur tubuh, ekspresi  Dengarkan dengan penuh perhatian
terhadap bahaya. Sinyal ini wajah, bahasa tubuh dan  Identifikasi tingkat kecemasan
merupakan peringatan adanya tingkat aktivitas  Bantu pasien mengenal situasi yang
ancaman yang akan datang menunjukkan menimbulkan kecemasan
dan memungkinkan individu berkurangnya kecemasan  Dorong pasien untuk mengungkapkan
untuk mengambil langkah perasaan, ketakutan, persepsi
untuk menyetujui terhadap  Instruksikan pasien menggunakan teknik
tindakan relaksasi
Ditandai dengan  Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
 Gelisah
 Insomnia
 Resah
 Ketakutan

24
 Sedih
 Fokus pada diri

7 Kurang pengetahuan b/d NOC : NIC :


keterbatasan pengetahuan  Kowlwdge : disease process Teaching : disease Process
penyakitnya, tindakan yang  Kowledge : health Behavior  Berikan penilaian tentang tingkat
dilakukan, obat obatan yang Kriteria Hasil : pengetahuan pasien tentang proses penyakit
diberikan, komplikasi yang  Pasien dan keluarga yang spesifik
mungkin muncul dan menyatakan pemahaman  Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
perubahan gaya hidup tentang penyakit, kondisi, bagaimana hal ini berhubungan dengan
prognosis dan program anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
Definisi : pengobatan tepat.
Tidak adanya atau kurangnya  Pasien dan keluarga mampu  Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
informasi kognitif melaksanakan prosedur yang muncul pada penyakit, dengan cara yang
sehubungan dengan topic dijelaskan secara benar tepat
spesifik.  Pasien dan keluarga mampu  Gambarkan proses penyakit, dengan cara
menjelaskan kembali apa yang tepat
Batasan karakteristik : yang dijelaskan perawat/tim  Identifikasi kemungkinan penyebab,
memverbalisasikan adanya kesehatan lainnya. dengna cara yang tepat
masalah, ketidakakuratan  Sediakan informasi pada pasien tentang
mengikuti instruksi, perilaku kondisi, dengan cara yang tepat
tidak sesuai.
 Hindari harapan yang kosong
 Sediakan bagi keluarga atau SO informasi
Faktor yang berhubungan :
tentang kemajuan pasien dengan cara yang
keterbatasan kognitif,
tepat
interpretasi terhadap
informasi yang salah,  Diskusikan perubahan gaya hidup yang
kurangnya keinginan untuk mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang dan

25
mencari informasi, tidak atau proses pengontrolan penyakit
mengetahui sumber-sumber  Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
informasi.  Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion dengan cara
yang tepat atau diindikasikan
 Eksplorasi kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang tepat
 Rujuk pasien pada grup atau agensi di
komunitas lokal, dengan cara yang tepat

26
DAFTAR PUSTAKA

Ardini, Desta N. 2007. Perbedaaan Etiologi Gagal jantung Kongestif pada Usia
Lanjut dengan Usia Dewasa Di Rumah Sakit Dr. Kariadi Januari - Desember
2006. Semarang: UNDIP
Jayanti, N. 2010. Gagal Jantung Kongestif. Dimuat dalam
http://rentalhikari.wordpress.com/2010/03/22/lp-gagal-jantung-kongestif/
(diakses pada 6 Februari 2012)
Johnson, M.,et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Mc Closkey, C.J., Iet all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta:
Prima Medika
Udjianti, Wajan J. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba medika

27

Anda mungkin juga menyukai