M DENGA POST OP
LAPARATOMY di RUANGAN ARAFAH 1 RUMAH SAKIT UMUM CUT
MEUTIA KABUPATEN ACEH UTARA
Disusun Oleh:
Sinta Nuraini
NPM: 19010626
Telah diisetujui dan disahkan oleh pembimbing, Laporan Praktek Stase KMB Prodi
Sarjana Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan Teknologi dan Sains Universitas Bumi
Persada Lhokseumawe TA.2022/2023 di RSU Cut Meutia Aceh Utara.
Telah di Setujui
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah ini.
Penulis tentu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................
A. PENGERTIAN ...................................................................................
B. PATOFISIOLOGI ..............................................................................
C. TANDA DAN GEJALA......................................................................
D. ANATOMI ..........................................................................................
A. KESIMPULAN ...................................................................................
B. SARAN ...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Laparotomi berasal dari dua kata terpisah, yaitu laparo dan tomi, Laparo sendiri berarti
perut atau abdomen sedangkan tomi berarti penyayatan. Dengan demikian laparotomi
dapat didefenisikan sebagai penyayatan pada dinding abdomen atau peritoneal. Istilah
lain untuk laparotomi adalah celiotomi (Fossum, 2002). Laparatomi merupakan
prosedur pembedahan yang melibatkan suatu insisi pada dinding abdomen hingga ke
cavitas abdomen (Sjamsurihidayat dan Jong, 2010).
Menurut World Health Organization (WHO) dikutip dari Nurlela (2009) pasien
laparatomi mengalami peningkatan sebanyak 15% tiap tahunya, Berdasarkan data
Kementerian Kesehatan RI, menyebutkan jumlah kasus laparatomi di indonesa
meningkat dari 3,281 kasus pada tahun 2011 dan 3,625 kasus pada tahun 2014,
persentase jumlah kasus laparatomi yang ditangani di rumah sakit pemerintah sebesar
38,5% sedangkan rumah sakit swasta sebesar 60,5% (kementerian kesehatan RI, 2013).
Masalah yang sering muncul pada saat selesai tindakan operasi lapratomi ialah nyeri,
nyeri yang dirasakan klien pada luka bekas insisi yang disebabkan karena adanya
stimulus nyeri pada daerah luka insisi yang menyebabkan keluarnya madiator nyeri
yang dapat menstimulasi tranmisi impuls disepanjang serabut syaraf aferen nosiseptor
ke substansi dan diinterpretasikan sebagai nyeri (Smeltzer & Bare, 2010). Selain dari
stimulasi nyeri yang dirasakan klien, komplikasi yang bisa terjadi pada pasien pasca
laparatomi adalah kelemahan sehingga pasien tidak toleran terhadap aktifitas sehari-
harinya, resiko infeksi karena luka insisi post laparatomi dan pemantauan terhadap
nutrisi dan diit setelah menjalani operasi (Muttaqin & Sari, 2011).
B. TUJUAN
Setelah melakukan asuhan keperawatan duharapkan penulis dapat meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan dalam menerapkan asuhan keperawatan yang bermutu
dalam menerapkan asuhan keperawatan yang bermutu pada pasien
C. MANFAAT
a. Bagi Rumah Sakit
Hasil penulisan laporan praktek ini diharpkan dapat digunakan sebagai dasar
pengembanagn manjemen asuhan keperawatan dan membantu perawat di ruang
perawatan dalam menjaga kepuasan klien terhadap pelayanan asuhan keperawatan.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penulisan laporan praktek ini diharapkan menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan khususnya dibidang medical bedah pada klien Tn.M dengan post op
laparatomy diruang perawatan.
c. Bagi Penulis
Hasil penulisan laporan praktek ini diharapkan memberikan pengetahuan dan
memperkaya pengalaman bagi penulis dalam memberikan dan menyusun asuhan
keperawatan pada pasien striktur uretra sebagai salah satu syarat menyelesaikan
tugas praktek klinik keperawatan Medikal Bedah (KMB).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Laparatomy merupakan prosedur pembedahan yang melibatkan suatu insisi pada
dinding abdomen hingga ke cavitas abdomen (Sjamsurihidayat dan Jong, 1997).
Ditambahkan pula bahwa laparatomi merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada
daerah abdomen yang dapat dilakukan pada bedah digestif dan obgyn. Adapun
tindakan bedah digestif yang sering dilakukan dengan tenik insisi laparatomi ini adalah
herniotomi, gasterektomi, kolesistoduodenostomi, hepatorektomi, splenoktomi,
apendektomi, kolostomi, hemoroidektomi dfan fistuloktomi. Sedangkan tindakan
bedah obgyn yang sering dilakukan dengan tindakan laoparatomi adalah berbagai jenis
operasi pada uterus, operasi pada tuba fallopi, dan operasi ovarium, yang meliputi
hissterektomi, baik histerektomi total, radikal, eksenterasi pelvic, salpingooferektomi
bilateral.
Tujuan: Prosedur ini dapat direkomendasikan pada pasien yang mengalami nyeri
abdomen yang tidak diketahui penyebabnya atau pasien yang mengalami trauma
abdomen. Laparatomy eksplorasi digunakan untuk mengetahui sumber nyeri atau
akibat trauma dan perbaikan bila diindikasikan.
Ada 4 cara insisi pembedahan yang dilakukan, antara lain (Yunichrist, 2008):
1) Midline incision
Metode insisi yang paling sering digunakan, karena sedikit perdarahan, eksplorasi
dapat lebih luas, cepat di buka dan di tutup, serta tidak memotong ligamen dan saraf.
Namun demikian, kerugian jenis insis ini adalah terjadinya hernia cikatrialis.
Indikasinya pada eksplorasi gaster, pankreas, hepar, dan lien serta di bawah
umbilikus untuk eksplorasi ginekologis, rektosigmoid, dan organ dalam pelvis.
2) Paramedian
sedikit ke tepi dari garis tengah (± 2,5 cm), panjang (12,5 cm). Terbagi atas 2 yaitu,
paramedian kanan dan kiri, dengan indikasi pada jenis operasi lambung, eksplorasi
pankreas, organ pelvis, usus bagian bagian bawah, serta plenoktomi. Paramedian
insicion memiliki keuntungan antara lain : merupakan bentuk insisi anatomis dan
fisiologis, tidak memotong ligamen dan saraf, dan insisi mudah diperluas ke arah
atas dan bawah
3) Transverse upper abdomen incision
insisi di bagian atas, misalnya pembedahan colesistotomy dan splenektomy.
4) Transverse lower abdomen incision
insisi melintang di bagian bawah ± 4 cm di atas anterior spinal iliaka, misalnya;
pada operasi appendectomy
B. Patofisiologi nyeri
D. Etiologi
2. Peritonitis.
• Nyeri tekan.
• Perubahan tekanan darah, nadi, dan pernafasan.
• Kelemahan.
• Gangguan integumen dan jaringan subkutan.
• Konstipasi.
• Mual dan muntah, anoreksia.
F. Pemeriksaan Penunjang
G. Komplikasi
H. Penatalaksanaan
BAB III
TINJAUN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. BIODATA
A. DENTITAS PASIEN
Nama :Tn.M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 51 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kreung Simpo
Tanggal Masuk Rs : 31 Januari 2023
No. Register : 03101
Ruangan/Kamar : Arafah 1
Golongan Darah :-
Tanggal Pengkajian : 31 Januari 2023
Diagnosa Medis : Post Op Laparatomy
B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny.M
Hubungan Dengan Pasien : Istri
Pekerjaan : IRT
Alamat : Kreung Simpo
I. KELUHAN UTAMA
Pasien datang dengan keluhan perut membesar dan keras, terasa nyeri dan BAB
tidak bisa dlm 2 hari ini
2. Ekstremitas Bawah
B. Pola Eliminasi
a. Sebelum Sakit
1. BAB
- Pola BAB : Normal
- Karakteristi Fases : Normal
Warna : Normal
Konsistemsi : Normal
Bau : Normal
- Penggunaan Laksatif : Tidak ada
- BAB Terakhir : tadi pagi
- Riwayat pendarahan : Tidak ada
2. BAK
-Pola BAK : Normal
- Karakter Urine : Normal
- Nyeri/Kesulitan BAK : Tidak ada
- Inkontinentia : Tidak ada
- Retensi : Tidak ada
- penggunaan deuretik : Tidak ada
- Riwayat penyakit ginjal : Tidak ada
- Berat Jenis : Tidak ada
b. Selama sakit
1. BAB
- Pola BAB : Tidak ada
- Karakteristi Fases : Tidak ada
o Warna : Kuning
o Konsistemsi : Padat
o Bau : Bauk
- Penggunaan Laksatif : Tidak ada
- BAB Terakhir : Tadi pagi
- Riwayat pendarahan : Tidak ada
2. BAK
-Pola BAK : sering
- Karakter Urine : Tidak ada
- Nyeri/Kesulitan BAK : Tidak ada
- Inkontinentia : Tidak ada
- Retensi : Tidak ada
- penggunaan deuretik : Tidak ada
- Riwayat penyakit ginjal: Tidak ada
- Berat Jenis : Tidak ada
C. Pola Makan dan Minum
a. Sebelum Sakit
1. Pola makan
- Diet (type) : padat
- Jumlah/Porsi : satu porsi
- Pola Diet : baik
- Anoreksia : tidak Ada
- Mual-Muntah : tidak Ada
- Nyeri ulu hati : Tidak Ada
- Alergi makanan : Tidak ada
- BB biasa (sebelumnya):
2. Tanda Objek
- BB Sekarang : 60 Kg
- TB : 160 Cm
- Bentuk Tubuh : Tidak ada
3. Waktu Pemberian makanan : Tidak ada
4. Masalah makanan
- Kesulitan Mengunyah : Tidak ada
- Kesulitan menelan : Tidak Ada
- Tidak dapat makan sendiri : Tidak Normal
5. Pola minum
- Jumlah/porsi : Normal
- Kesulitan Menelan : Tidak
b. Selama Sakit
1. Pola makan
- Diet (type) :
- Jumlah/Porsi :
- Pola Diet :
- Anoreksia :
- Mual-Muntah : Tidak Ada
- Nyeri ulu hati : Tidak Ada
- Alergi makanan : Tidak Ada
- BB biasa (sebelumnya) :
2. Tanda Objek
- BB Sekarang : 64 Kg
- TB : 150 Cm
- Bentuk Tubuh :
3. Waktu Pemberian makanan :
4. Masalah makanan
- Kesulitan Mengunyah : tidak ada
- Kesulitan menelan : tidak dda
- Tidak dapat makan sendiri :
D. Kebersihan Diri/Personal hygiene
a. sebelum sakit
1. Pemeliharaan badan : Ada
2. Pemeliharaan gigi dan mulut : Ada
3. Pemeliharaan kuku : Ada
b. Selama sakit
1. Pemeliharaan badan : Tidak ada
2. Pemeliharaan gigi dan mulut : Tidak ada
3. Pemeliharaan kuku : Tidak ada
E. Pola kegiatan/Aktifitas
a. Sebelum Sakit : Bekerja
b. Selama Sakit : Tidak Ada
F. Kebiasaan Ibadah
a. Sebelum Sakit : Ada
b. Selama Sakit : Ada
Merangsang
pengeluaran
histamine dan
prostaglandi
Nyeri
DS : 1. Klien mengatakan lemah Ketidak seimbangan Intek nutrisi
2. Klien mengatakan sering haus
3 . Klien mengatakan tidak nutrisi Kurangdari yang tidak
pernah BAB kebutuhantubuh adekuat
4. Klien mengatakan nafsumakan
berkurang
• DO : Klien Nampak tidakbiasa makan
A. DIAGNOSA
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa pada pasien dengan osteomielitis keperawatan
menurut wilknson (2006) /NANDA meliputi:
1. Nyeri akut berhubungan dengan dilakukannya tindakan insisi bedah.
2. Ketidak seimbangan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak
mampuan mengabsorbsi nutriet / intake nutrisi yang tidak adekuat
B. INTERVENSI
N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
O KEPERAWAT
AN
1. Nyeri Setelah dilakukan 1.Lakukan 1. untuk
akut tindakan pengkajian mengetahui
berhugan keperawatan 3x24 nyeri daerah nyeri,
dengan jam, diharapkan 2.Monitor skala kualitas,
dilakukan Nyeri Akut nyeri kapan nyeri
ya berhubungan 3.Ajarkan 2. untuk
tindakan dengan kerusakan teknik mengetahui
insisi jaringan dengan relaksasi skala nyeri
bedah. kriteria : kepada 3. untuk
a. Ekpresi wajah pasien mengajarkan
pasien rileks 4.Kolaborasi kepada
b. Skala nyeri pemberian pasien
berkurang analgetik apabila nyeri
dari 6 ke 4 timbul
4. untuk
mengurangi
rasa nyeri
CATATAN PERKEMBANGAN
NO JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
DX
111.28 1. melakukan pengkajian nyeri H : JAM : 13.30
Nyeri dirasakan pada S : Klien mengatakan nyeri pada
bekasi post op bekas operasi dirasakan dengan skala
2. memonitor skala nyeri 5.
H :Nyeri dirasakan dengan skala 5
3. mengajarkan teknik O : klien nampak meringis
relaksasi kepada pasien H :
Klien mampu A : masalah belum teratasi
mempraktikkan teknik
napas dalam P : lanjutkan intervensi 2 dan 3
4. mengkolaborasi
pemberian analgetik
H : klien mengkomsumsi obat
sesuai yang di anjurkan
A : masalah
belum teratasi
P : lanjutkan
intervensi 2 dan
3
P : pertahankan
intervensi
A. Kesimpulan
Setelah mengemukakan dan memaparkan tentang penerapan asuhan
keperawatan pada Tn.M dengan diagnosa Post Op laparatomy di ruang Arafah
RSU Cut Meutia kabupaten Aceh Utara selama 3 hari, maka penulis menarik
kesimpulan sebagai berikut :
Penulis dapat menerapkan asuhan keperawatan pada Tn.M dengan
diagnosa Post Op laparatomy di ruang Arafah RSU Cut Meutia kabupaten Aceh
Utara melalui 5 tahapan, yaitu pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
B. Saran