Anda di halaman 1dari 131

LAPORAN PRAKTEK PROFESI NERS STASE MANAJEMEN

DI RUANG WIJAYA KUSUMA BAWAH RSUD KARDINAH TEGAL

Disusun oleh,

1. RUNDAH (190104084)
2. SEPTIKA MIRNA NINGRUM (190104086)
3. SINTIA AGUSTIN (190104087)
4. SUTINAH (190104095)
5. TIYA WIDIASTUTI (190104098)
6. UMI FAYONAH (190104099)
7. WAHYU TARUNA AJI (190104101)
8. WINDI SULISTYANI (190104104)
9. YESSY ANGGRAENI (109104107)

PROGRAM PROFESI NERS STASE MANAJEMEN

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA

PURWOKERTO
2020

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG WIJAYA KUSUMA


BAWAH RSUD KARDINAH TEGAL

Telah disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam menyelesaikan

Program Studi Profesi Ners Stase Manjemen

Pada Tanggal : Maret 2020

Mengesahkan,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Tri sumarni, S.Kep, Ns, M.Kep Suci Budiyanti , S.Kep., Ns

Kepala Ruang Wijaya Kusuma BawaH


RSUD KARDINAH TEGAL

SUGIARTO, AMK
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................

DAFTAR ISI ..................................................................................................

DAFTAR GAMBAR......................................................................................

DAFTAR TABEL...........................................................................................

KATA PENGANTAR ...................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................................................
B. Tujuan Praktek Management ........................................................
C. Waktu..............................................................................................
D. Peserta.............................................................................................
E. Manfaat...........................................................................................
F. Cara Pengkajian..............................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Manajemen...........................................................................
B. Fungsi-Fungsi Manajemen...........................................................................
C. Pengertian Manajemen Keperawatan...........................................................
D. Komponen Manajemen Keperawatan..........................................................
E. Prinsip Dasar Manajemen Keperawatan......................................................
F. Model Praktik Keperawatan Profesional...........................................
G. Teori Perhitungan Ketenagaan Perawat Di ruang Rawat Inap.........
BAB III PENGKAJIAN
A. Gambaran Umum Rumah Sakit .....................................................
B. Gambaran Umum Ruang Perawatan..............................................
C. Pengkajian Fungsi Manajemen.......................................................
D. Analisa SWOT................................................................................
E. Identifikasi Masalah........................................................................
F. Prioritas Masalah............................................................................
BAB IV PERENCANAAN
A. Rencana Kegiatan...........................................................................
1. Sumber Daya............................................................................
2. Jadwal Kegiatan........................................................................
B. Rancangan Rencana Kegiatan dan Indikator Penilaian..................
C. POA................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Gambar Struktur Organisasi Ruang Wijaya Kusuma Bawah

Gambar Denah Ruang Wijaya Kusuma Bawah


DAFTAR TABEL

Tabel Fasilitas Pelayanan Ruang Perawatan Wijaya Kusuma Bawah RSUD


Kardinah Tegal Bulan Maret 2020

Tabel Gambaran Tenaga Keperawatan Ruang Wijaya Kusuma Bawah

Tabel Distribusi Frekuensi Tenaga Perawat di Ruang Wijaya Kusuma Bawah

Tabel BOR Ruang Wijaya Kusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal 3 Bulan
Terakhir (Desember 2019 s.d Februari 2020)

Tabel Tingkat Ketergantungan Pasien di Ruang Wijaya Kusuma Bawah

Tabel Diagnosa Keperawatan Terbanyak

Tabel Kepuasan Kinerja Perawat

Tabel Inventaris Barang di Ruang Wijaya Kusuma Bawah RSUD Kardinah


Tegal

Tabel Daftar Fasilitas Pasien di Setiap Kamar di Ruang Wijaya Kusuma Bawah

Tabel Daftar Standar Operasional Prosedur Yang Ada Di Ruang Wijaya


Kusuma Bawah

Tabel Hasil Penilaian Mengenai Penerapan MPKP dengan MPM di Ruang


Wijaya Kusuma Bawah

Tabel Tarif Pelayanan Instalasi Rawat Inap di Ruang Wijaya Kusuma Bawah

Tabel Hasil Kepuasan Pasien dan Keluarga Tentang Pelayanan Rumah Sakit di
Ruang Wijaya Kusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal

Tabel Evaluasi Mutu Pelayanan Keperawatan


Tabel Evaluasi Pelaksanaan Patient Safety oleh Perawat di Ruang Wijaya
Kusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal

Tabel 3.16 Strategi SWOT


KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT karena telah melimpahan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan judul
“Laporan Praktek Profesi Ners Stase Manajemen Di Ruang Wijayakusuma
Bawah RSUD Kardinah Tegal”. Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada
junjungan Nabi Besar Muhammad SAW sehingga penulis mendapatkan kemudahan
dalam menyelesaikan laporan ini.
Sehubungan dengan itu, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Direktur RSUD Kardinah Tegal
2. Wakil Direktur Diklat RSUD Kardinah Tegal
3. Kepala Bidang Keperawatan RSUD Kardinah Tegal
4. Kepala Ruang (Sugiarto, AMK)
5. Pembimbing Klinik (Suci Budiyanti, S.Kep., Ns.)
6. Pembimbing Akademik (Tri Sumarni, S.Kep., Ns. M.Kep.)
7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, penulis
mengucapkan terima kasih atas dukungan dan bantuannya selama ini.
8. Teman- teman Kelompok II yang sudah bekerja sama dalam penyusunan
laporan stase manajemen ini
Semoga bimbingan dan arahan serta dorongan yang telah diberikan mendapat
balasan sesuai dengan amal pengabdiannya dari Allah SWT. Tiada gading yang tak
retak, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca dalam rangka perbaikan penulisan selanjutnya. Akhir kata semoga laporan
ini bermanfaat untuk kita semua. Amin Ya Robbal’alamin.
Tegal, Maret 2020

(Tim Penulis)
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah bagian dari keseluruhan sistem pelayanan kesehatan
yang dikembangkan melalui rencana pembangunan kesehatan. Sehingga
pengembangan kesehatan, yakni harus sesuai dengan garis-garis Besar Haluan
Negara, Sistem Kesehatan Nasional dan Repelita dibidang kesehatan serta
peraturan perundang-undangan lainnya. Menurut Permenkes No. 147 Tahun 2010.
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan dan gawat darurat. Pembangunan di bidang kesehatan saat ini
dirasakan pesat kemajuannya. Sejalan dengan berkembangnya IPTEK berbagai
peralatan canggih dibidang kedokteran telah banyak ditemukan, sehingga dapat
mempermudah proses pelayanan kesehatan. Pelaksanaan pelayanan rumah sakit
secara umum diperlukan kerjasama tim dari berbagai profesi baik dokter, dokter
gigi, perawat dan tenaga kesehatan lain, hal ini berpengaruh terhadap pelayanan
yang diberikan kepada pasien (Triwibowo, 2012). Salah satu peralatan yang
canggih dimiliki tenaga kesehatan yaitu thermometer yang berfungsi untuk
memantau suhu badan pasien yang ditempatkan dilipatan lipatan tubuh seperti
ketiak. Pemeriksaan suhu tubuh pasien yang bergantian ini bisa berisiko penularan
terinfeksi jamur, penyakit antara pasien yang satu dengan yang lainnya, terlebih
lagi jika termometer tersebut sudah terinfeksi jamur yang sangat berbahaya. Hal
ini dikarenakan tingkat kebersihan thermometer tidak terjaga.
Sebuah penelitian di Universitas Oxford menemukan, termometer yang
digunakan pada 57 dari 66 pasien yang dirawat dengan perawatan intensif,
mengandung jamur tersebut. Tidak hanya penggunaan alat, penerapan cuci tangan
terhadap pasien, keluarga dan pengunjung juga masih kurang maksimal,
rendahnya kepatuhan cuci tangan pada keluarga pasien atau pengunjung saat
kunjungan sangat beresiko terjadinya penularan penyakit dan terjadinya infeksi.
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan di era global
ini dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Oleh
karena itu keperawatan di Indonesia pada saat ini dan di masa akan datang perlu
mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan keperawatan dengan
memperhatikan dan mengelola perubahan yang terjadi di Indonesia secara
profesional. Kontribusi pelayanan keperawatan terhadap pelayanan kesehatan,
yang dilaksanakan disarana kesehatan sangat tergantung pada manajemen
pelayanan perawatan. Manajemen pelayanan keperawatan merupakan suatu proses
perubahan atau transformasi dari sumber daya yang dimiliki untuk mencapai
tujuan.
Manajemen adalah suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi (Nursalam, 2015).  Manajemen juga
didefinisikan sebagai proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui upaya orang
lain. Manajemen berfungsi untuk melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan
dalam rangka pencapaian tujuan dalam batas yang telah ditentukan pada tingkat
administrasi (P. Siagian, 2010).
Proses manajemen di bagi menjadi lima tahap yaitu perencanaan,
pengorganisasian, kepersonaliaan, pengarahan dan pengendalian (Marquis dan
Huston, 2010). Manajemen keperawatan merupakan salah satu mata kuliah yang
ada pada Pendidikan Profesi Ners Universitas Harapan Bangsa Purwokerto. Fokus
mata kuliah manajemen keperawatan yaitu pada pengelolaan praktek klinik,
kepemimpinan dan manajemen keperawatan di ruang rawat untuk memenuhi
pencapaian kompetensi melalui aplikasi mengintegrasikan fungsi - fungsi
kepemimpinan dan manajemen pada lingkup menejemen pelayanan dan
manajemen asuhan keperawatan,
Prinsip-prinsip manajemen diperlukan untuk pengelolaan pelayanan
keperawatan, rumah sakit sebagai salah satu penyelenggara pelayanan kesehatan,
salah satunya adalah penyelenggara pelayanan asuhan keperawatan yang
senantiasa memberikan pelayanan yang memuaskan kepada klien maupun
keluarganya (Kemenkes, 2016).
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kardinah sebagai salah satu
penyelenggara pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian serta usaha lain di
bidang kesehatan, bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan senantiasa
berorientasi kepada kepentingan masyarakat. Rumah sakit perlu di dukung dengan
adanya organisasi dan manajemen yang baik dengan berorientasi pada mutu
pelayanan bagi masyarakat. Perawat sebagai bagian dari pelayanan kesehatan,
dituntut untuk memiliki kemampuan manajerial yang tangguh sehingga pelayanan
yang diberikan mampu memuaskan kebutuhan klien. Kemampuan manajerial yang
dimiliki perawat dapat dicapai melalui banyak cara. Salah satu cara untuk dapat
meningkatkan ketrampilan manajerial yang baik selain didapatkan di bangku
kuliah juga harus melalui pembelajaran di lahan praktik.
Mahasiswa Program Studi Profesi Ners Universitas Harapan Bangsa
Purwokerto dituntut untuk dapat mengaplikasikan langsung pengetahuan
manajerialnya di Ruang Wijayakusuma bawah RSUD Kardinah Tegal yang
berlangsung selama 3 minggu yaitu tanggal 9 Maret 2019 –28 Maret 2019 dengan
arahan dari pembimbing lapangan maupun dari pembimbing akademik yang
intensif. Adanya praktik manajemen ini diharapkan mahasiswa mampu
menerapkan ilmu yang didapat dan mengelola ruang perawatan dengan
pendekatan proses manajemen.
Ruang Wijayakusuma Bawah dalam pemberian sistem asuhan keperawatan
yang di berikan kepada klien menggunakan metode fungsional yang dilaksanankan
oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan, Perawat ditugaskan untuk
melakukan tugas tertentu untuk dilaksanakan kepada semua pasien yang dirawat
disuatu ruangan. Dalam rangka meningkatkan keterampilan manajerial peserta
didik keperawatan selain mendapatkan materi manajemen keperawatan juga
melakukan praktek langsung di lapangan. Dalam memberikan asuhan keperawatan
tentunya perawat harus memperhatikan proses dokumentasi keperawatan tidak
hanya implementasinya saja. Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting
dalam sitem pelayanan kesehatan, karena adanya dokumentasi yang baik,
informasi mengenai keadaan kesehatan klien dapat diketahui secara
berkesinambungan.

B. Tujuan Praktik
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengelola asuhan keperawatan dan bimbingan praktik
klinik keperawatan di ruang rawat inap sesuai dengan konsep dan langkah
manajemen keperawatan sehingga menghasilkan kualitas pelayanan
professional.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan di ruang Wijaya
Kusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal, mahasiswa mampu:
a. Melakukan pengkajian tentang keadaan ruang perawatan untuk menemukan
masalah-masalah yang ada.
b. Mengumpulkan data, menganalisis data dan memahami data masalah dalam
pengorganisasian asuhan keperawatan.
c. Menyusun perencanaan untuk menyelesaikan masalah yang ada
d. Mengorganisasaikan pelaksanaan kegiatan keperawatan
e. Melakukan tindakan berdasarkan rencana kegiatan yang disusun untuk
menyelesaikan masalah.
f. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan
g. Melakukan role play tentang managerial ruangan (Kepala Ruang, Perawat
Primer, Perawat Asosiated)
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Pelaksanaan praktek manajemen keperawatan mahasiswa Profesi Ners
dilaksanakan di ruang Wijaya Kusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal yang
berlangsung mulai tanggal 9 Maret 2020 sampai dengan tanggal 28 Maret 2020.

D. Cara Pengkajian
Metode pengumpulan data dalam praktek manajemen keperawatan di
ruang Wijayakusuma Bawah dilakukan dengan cara:
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data kondisi fisik ruangan,
inventaris ruangan, proses pelayanan, dan asuhan keperawatan yang langsung
dilakukan kepada klien.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada kepala ruangan, perawat serta pasien dan
keluarga pasien untuk mengumpulkan data tentang proses orientasi pelayanan
pasien.
3. Studi Dokumentasi
Kegiatan dilakukan untuk pengumpulan data mengenai karakteristik
pasien, ketenagaan, dokumentasi proses keperawatan, manajemen ruangan,
prosedur tetap ruangan, dan inventaris ruangan.
4. Angket
Angket digunakan untuk mengetahui kepuasan pasien terhadap asuhan
keperawatan, penerapan standar asuhan keperawatan dan pelaksanaan Model
Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) dan untuk mengetahui seberapa jauh
kepuasan kerja perawat.
E. Praktikan
Mahasiswa Program Studi Profesi Ners Universitas Harapan Bangsa Purwokerto
dengan anggota :
1. Rundah, S.Kep.
2. Septika Mirna Ningrum, S.Kep.
3. Sintia Agustin, S.Kep.
4. Sutinah, S.Kep.
5. Tiya Widiastuti, S.Kep.
6. Umi Fatonah, S.Kep.
7. Wahyu Taruna Aji, S.Kep.
8. Windi Sulistiani, S.Kep.
9. Yessy Anggraeni, S.Kep
BAB II
KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN
RUANG WIJAYA KUSUMA BAWAH RSUD KARDINAH TEGAL

A. Kajian Situasi RSUD Kardinah Kota Tegal


1. Visi Rumah Sakit
Menjadi rumah sakit pilihan utama masyarakat dengan pelayanan paripurna
yang berbasis pendidikan.
2. Misi Rumah Sakit
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan rujukan bermutu yang
mengutamakan keselamatan pasien dan kepuasan pelanggan dengan
berbasis teknologi nasional.
b. Mewujudkan lingkungan rumah sakit yang bersih, rapi, sehat, aman
nyaman dan ramah lingkungan.
c. Mengembangkan sumber daya manusia yang kompeten, kreatif, dan
inovatif.
d. Meyediakan sarana dan prasarana kesehatan sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan.
e. Menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat
dibidang kesehatan.
f. Mewujudkan tata kelola rumah sakit yang profesional dan akuntable
menuju wilayah birokrasi bersih dan melayani.
3. Motto Rumah Sakit
Kesembuhan dan kepuasan anda adalah keutamaan bagi kami.
4. Falsafah Rumah Sakit
Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan atas dasar keikhlasan,
kesungguhan beretika dan amanah menjadikan setiap langkah pelayanan jadi
ibadah.

B. Kajian Situasi Di Ruang wijaya kusuma bawah


1. Profil dan Gambaran Umum Ruang Wijaya Kusuma Bawah
Ruang Wijaya Kusuma Bawah merupakan salah satu ruang perawatan
kelas I di RSUD Kardinah Tegal yang memberikan perawatan pasien khusus
bedah, baik laki-laki maupun perempuan. Ruang Wijaya Kusuma Bawah
terletak dibagian utara RSUD Kardinah Tegal dan berbatasan dengan ruang HD
disebelah utara, ruang Mawar II disebelah timur, ruang Cendana disebelah
selatan dan ruang Farmasi di sebelah barat.
Kapasitas Ruang Wijaya Kusuma Bawah terdiri dari 22 tempat tidur yang
terdiri dari kamar 1 sampai kamar 11, dimana 1 kamar masing-masing terdapat
a. 2 tempat tidur
b. 2 lemari
c. 1 meja
d. 1 kamar mandi dalam
e. 1 wastafel,
f. 1 AC
g. 1 televisi.
h. Kaca/cermin
Tarif pelayanan perawatan di Ruang Wijaya Kusuma Bawah berdasarkan
ketentuan tarif terbaru di Rumah Sakit Umum Kardinah Kota Tegal, yang
dapat dilihat dalam tabel 1 dibawah ini :
Tabel 2.1 Tarif Pelayanan di Wijaya Kusuma Bawah RSUD Kardinah
Tegal Tahun 2020
No. Jenis Pelayanan Rawat Inap Kelas I
1 Akomodasi Perawatan Rp. 70.000,00
2 Visit Dokter Spesialis Rp. 40.000,00
3 Perawatan Luka besar Rp. 34.000,00
4 Perawatan Luka sedang Rp. 17.000,00
5 Perawatan Luka kecil Rp. 12.000,00
6 Gizi Rp. 37.500,00
7 EKG Rp. 58.000,00
8 Injeksi terapi Rp. 20.000,00
9 Pendidikan Kesehatan Rp. 12.000,00
Sumber : Buku Master Tarif RSUD Kardinah
Ruang Wijaya Kusuma Bawah dipimpin oleh 1 kepala ruang, yang
beranggotakan 2 Ka TIM/PPJA, 4 KA SHIFT dan 5 Perawat Assosiate.
Struktur organisasi di Ruang Wijaya Kusuma Bawah secara lengkap dapat
dilihat pada gambar 1.
Gambar 2.1 Denah Ruang Wijaya Kusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal
Tahun 2020
R. K. K. K. 9 K. 8 K. 7
Kamar R.
Gudang Kepala 11 10
mandi Tindakan
Ruang

K. 1 K. 2 K. 3 K. 4 K. 5 K. 6
Mushol
Dapur Kantor Perawat
a

Keterangan :
: Tangga utama ke WK atas
U

B T

S
Gambar 2.2 Struktur Organisasi Ruang Wijaya Kusuma Bawah RSUD
Kardinah Tegal Tahun 2020

WADIR PELAYANAN
dr. HERY SUSANTO, Sp. A

CASE MANAGER KA. INST. RAWAT INAP KABID KEPERAWATAN


SRI LESTARI, S.Kep.,Ns JOKO PURWANTO, S.Kep.,Ns ENDANG SRI NINGSIH, SKM

KEPALA RUANG
SUGIARTO, AMK

KA TIM / PPJA KA TIM / PPJA


ELOK FAOLA, S. Kep, Ns VICTAMARA NASUTION, S.Kep

KA SHIFT 1 KA SHIFT 2 KA SHIFT 3 KA SHIFT 4


DIANA LISA WATI, AMK NURUL FAUZIAH, AMK RAHAYU, AMK NURIMA, S. Kep, Ns

PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA PELAKSANA


ERCHA GITA M, AMK SINTANI, AMK ADHITYA I, S. Kep, Ns AMRIZA HIMAWAN, AMK

PELAKSANA
ELMI FARIQOH, AMK

ADMINISTRASI
DIANTORO, S. Kep, Ns PRAMUSAJI 1 PRAMUSAJI 2 PRAMUSAJI 3
SRI ASIH SISWATI NURKHASANAH
2. Unsur Input
a. Pasien
1) Kajian teori
Menurut Permenkes RI No.4 tahun 2018 tentang kewajiban rumah
sakit dan kewajiban pasien, pasien adalah setiap orang yang melakukan
konsultasi masalah kesehhatannya untuk memperoleh pelayanan
kesehatan yang diperlukakan, baik secara langsung maupun tidak
langsung di Rumah Sakit.
2) Kajian data
Ruang Wijayakusuma Bawah adalah ruang rawat inap kelas I yang
melayani perawatan pasien bedah baik pria dan wanita dengan perawatan
pasien pre dan post operasi. Jumlah pasien yang dirawat diruang Wijaya
Kusuma Bawah selama periode Desember 2019 – Februari 2020
dijelaskan dalam tabel 2.2
Tabel 2.2 Distribusi Jumlah Pasien Masuk di Ruang Wijayakusuma
Bawah RSUD Kardinah Tegal Bulan Desember 2019 -
Februari 2020
No Bulan Jumlah
1 Desember 53
2 Januari 63
3 Februari 52
Total 168

56
Rata-rata
Sumber :Laporan Bulanan Rekam Medik Periode Desember 2019 -
Februari 2020
Berdasarkan data yang diperoleh dari tabel 2.2 menunjukan
bahwa jumlah pasien tertinggi pada bulan Januari 2020 dengan 63
pasien dan terendah pada bulan Februari 2020 dengan 52 pasien.
Tabel 2.3 Distribusi 10 Besar Penyakit di Ruang Wijayakusuma
Bawah RSUD Kardinah Tegal Bulan Desember 2019 -
Februari 2020
No Jumlah Persentasi
NamaPenyakit
1 43 25,5%
Katarak
2 32 19,04%
Fraktur
3 29 17,2%
Batu ginjal
4 21 12,5%
BPH
5 17 10,1%
Inpaksi odon
6 10 6%
Hernia
7 7 4,1%
Osteoarthritis
8 4 2,3%
Colelitiasis
9 3 2%
Hidrochepalus
10 2 1,1%
Ca mammae
Jumlah 168 100%
Sumber: Data Laporan bulanan Register ruang Wijayakusuma Bawah
RSUD Kardinah Tegal Bulan Desember 2019 - Februari 2020
Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel 2.3 diatas menunjukkan
10 besar penyakit di ruang Wijayakusuma Bawah katarak menduduki
urutan teratas yaitu sebesar 25,5% atau sebanyak 43 pasien dari total
jumlah pasien yang masuk atau dirawat di ruang Wijayakusuma Bawah
selama periode Desember 2019 sampai dengan Februari 2020 yaitu
sebanyak 168 pasien, kemudian di urutan kedua Fraktur sebesar 19,04%
atau sebanyak 32 pasien dan urutan ketiga penyakit Batu ginjal sebesar
17,2% atau sebanyak 29 pasien.
Proses penentuan 10 besar penyakit diatas belum bisa dijadikan
ukuran dalam proses pembuatan standar asuhan keperawatan karena data
diatas diambil 3 bulan terakhir yaitu bulan Desember 2019 - Februari
2020.
3) Analisis
Berdasarkan tabel 2.2 dan 2.3 diperoleh data jumlah pasien rawat inap
di ruang wijaya kusuma bawah selama 3 bulan terakhir mengalami
penurunan. Serta untuk data 10 penyakit terbesar didominasi oleh katarak
dan fraktur.
b. Peserta didik
1) Kajian teori
Peserta didik merupakan anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur
pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformal pada
jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu. Rumah Sakit Umum
Kardinah memiliki salah satu visi yaitu menyelenggarakan pendidikan,
penelitian dan pengabdian masyarakat dibidang kesehatan serta
mengembangkan sumber daya manusia yang kompeten, kreatif, dan
inovatif. Dalam rangka mewujudkan visi tersebut RSUD Kardinah
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan
termasuk SDM keperawatan.
Rumah Sakit Umum Kardinah kota Tegal sebagai rumah sakit
pendidikan, yang digunakan sebagai lahan praktek dari berbagai institusi
pendidikan kesehatan, termasuk pendidikan keperawatan untuk
menghasilkan lulusan peserta didik keperawatan yang berkualitas, perlu
adanya pengelolaan bimbingan PKK yang baik, bermutu tinggi, serasi
dan selaras dengan perkembangan iptek.
2) Kajian data
Tabel 2.4 Distribusi Mahasiswa Praktik di Ruang Wijayakusuma
Bawah RSUD Kardinah Kota Tegal Bulan Desember 2019 –
Februari 2020
No Nama Institusi Bulan

Desember Januari Februari

1 STIKes Bhamada 10 - -
Slawi mahasiswa

2 Universitas 7 7 3
Harapan Bangsa mahasiswa mahasiswa mahasiswa

Sumber : Daftar Jadwal Praktik Ruang Wijayakusuma Bawah


Mahasiswa Bulan Desember 2019 – Februari 2020
Berdasarkan data yang diperoleh dari tabel 2.4 menunjukan bahwa
pada bulan Desember 2019 terdapat mahasiswa praktik dari STIKes
Bahmada Slawi sebanyak 10 mahasiswa dan dari Universitas Harapan
Bangsa Purwokerto sebanyak 17 mahasiswa dari bulan Desember 2019
sampai Februari 2020.
3) Analisis
Pelaksanaan praktik klinik di RSUD Kardinah Tegal sudah sesuai
dengan petunjuk teknis pelaksanaan praktik klinik yang dibuat oleh
RSUD Kardinah, yaitu mulai dari penandatanganan perjanjian kedua
institusi, pemberian kerangka acuan oleh institusi pendidikan ke lahan
praktek, penentuan lokasi praktik, perencanaan penerimaan orientasi dan
penyiapan pembimbing klinik bagi mahasiswa praktik. Selain itu, institusi
pendidikan sebelum menerjunkan mahasiswanya sudah memberikan
uraian rencana pelaksanaan PKK meliputi tujuan, kompetensi, penugasan,
tata tertib, sanksi, dll, dimana selain mahasiswa, pembimbing lapangan
juga sudah mendapatkan buku panduan dari institusi pendidikan. Sebelum
melaksanakan praktik klinik mahasiswa dibekali materi oleh pihak diklat
RSUD Kardinah.
Ruang Wijayakusuma Bawah adalah salah satu ruang kelas I yang
menjadi tempat praktik mahasiswa. Dalam tiga bulan terakhir terdapat 27
mahasiswa yang melakukan praktik diruang tersebut yang terdiri dari
STIKES Bhamada Slawi dan Universitas Harapan Bangsa Purwokerto.
c. Ketenagaan
1) Kajian Teori
a) Kuantitas
Perawat adalah seorang yang memberikan pelayanan kesehatan
secara profesional dimana pelayanan tersebut berbentuk pelayanan
biologis, psikologis, sosial, spiritual yang ditunjukan pada individu,
keluarga dan masyarakat (Depkes RI, 2012).
Penetapan jumlah tenaga keperawatan merupakan perencanaan
dalam hal menentukan berapa banyak tenaga yang dibutuhkan dalam
suatu ruangan dan kriteria tenaga yang dipakai untuk suatu ruangan
tiap shifnya. Perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan
atau staffing merupakan fungsi manajemen yang merupakan dasar
pelaksanaan kegiatan keperawatan. Perhitungan tenaga perwat
berhubungan dengan beban kerja perawat. Terdapat beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam mengkaji beban kerja tenaga perawat,
yakni rasio pasien dibanding perawat, rasio tempat tidur, serta
perlunya memperhitungkan tugas non-keperawatan yang dilakukan
oleh perawat seperti transport pasien (Kang et al. 2016). Dalam
penetapan jumlah tenaga perawat ada berapa rumus yang
dikembangkan oleh para ahli, selain untuk menetapkan rumus juga
dapat digunakan untuk menilai dan membandingkan apakah tenaga
yang ada saat ini cukup kurang atau lebih, rumusnya antara lain:
(1) Menurut Gillies
Kebutuhan tenaga perawat secara kuantitatif dapat dirumuskan
dengan perhitungan sebagai berikut:
TP : Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan/tahun
Jumlah jam kerja perawat/tahun x jam kerja perawat/hari
Atau
A x B x 365
Tenaga Perawat =
(365-C) x jam kerja / hari

Ket : A : Jam perawatan/24 jam waktu perawatan yang


di butuhkan klien
B : (BOR x jumlah TT)  jumlah pasien
C : Jumlah hari libur
(2) Menurut dauglas
Perhitungan jumlah tenaga keperawatan menurut dauglas
di hitung berdasarkan tingkat ketergantungan setiap sift klien dan
hasil keseluruhan di tambah (1/3) sepertiga untuk perawat yang
libur dan atau cuti. Kebutuhan tenaga perawat berdasarkan
klasifikasi tingkat ketergantungan untuk setiap sift jaga sperti
tabel berikut :
Tabel 2.5 Jumlah Tenaga Keperawatan Berdasarkan
Klasifikasi Pasien menurut Formula Douglas
Klasifikasi Pasien
Minimal Partial Total
Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam
0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,38 0,30 0,20
0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60
Sumber : Nursalam, 2012
Sedangkan klasifikasi derajat ketergantungan pasien
terhadap keperawatan menurut Douglas berdasarkan kriteria
sebagai berikut:
(a) Perawatan minimal memerlukan waktu selama 1-2 jam/24
jam, dengan kriteria:
i) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
ii) Makan dan minum dilakukan sendiri
iii) Ambulasi dengan pengawasan
iv) Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap shift
v) Pengobatan minimal, status psikologi stabil
vi) Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
(b) Perawatan intermediet memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam
dengan kriteria:
i) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
ii) Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
iii) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
iv) Folley catheter/ intake output dicatat.
v) Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan
memerlukan prosedur
(c) Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 5-6
jam/24 jam dengan kriteria:
i) Segalanya diberikan/dibantu
ii) Posisi diatur, observasi tanda vital tiap 2 jam
iii) Makan memerlukan NGT,menggunakan terapi IV
iv) Pemakaian suction
v) Gelisah/disorientasi
(d) Menurut Depkes
Metode penghitungan ini berdasarkan rasio yaitu
menggunakan jumlah tempat tidur sebagai denominator
personal yang diperlukan. Perhitungan menurut depkes
adalah sebagai berikut :
Kebutuhan tenaga I = jumlah jam perawatan di ruangan/hari

Jam efektif perawat


Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah
(faktor koreksi) dengan: hari libur/cuti/hari besar (loss day)
Loss Day = jumlah hari minggu dlm 1 th+ cuti+hari besar
X keb.tenaga
Jumlah hari kerja efektif
Tenaga keperawatan yang mengerjakan pekerjaan non-
keperawatan diperkirakan 25% dari jam pelayanan
keperawatan.
Pekerja non keperawatan= (Kebutuhan tenaga I + loss day) x 25%

Kebutuha tenaga = kebutuhan tenaga I + faktor


koreksi (loss day+peekerja non keperawatan)

b) Kualitas
Kualitas pelayanan merupakan pengawasan yang berhubungan
dengan kegiatan yang dipantau atau diatur dalam pelayanan
berdasarkan kebutuhan atau pandangan konsumen. Dalam
keperawatan, tujuan kualitas pelayanan adalah untuk memastikan
bahwa jasa atau produk pelayanan keperawatan yang dihasilkan
sesuai dengan standar atau keinginan pasien (Nursallam, 2012).
Menurut Djojdibroto (2010), bahwa pelatihan, kursus dan loka
karya yang diperlukan bagi tenaga perawat profesional di rumah sakit
yaitu yang diperlukan bagi tenaga perawat profesional di rumah sakit
yaitu etika komunikasi yang meliputi:
a) Komunikasi dalam keperawatan
b) Etika keperawatan
c) Managemen keperawatan
d) Hospital managemen training
e) Audit medik
f) Pencegahan penyakit nosokomial
g) Sanitasi rumah sakit
Tersedianya tenaga keperawatan yang kompeten melalui
pendidikan formal dan pelatihan-pelatihan akan menunjang
terpenuhinya standar pendidikan tenaga keperawatan yang
berkualitas yang dapat memberikan asuhan keperawatan yang
berkualitas pula secara profesional sesuai dengan tugas dan
fungsinya.

1.) Kajian Data


Berdasarkan observasi dan wawancara yang di peroleh
langsung, bahwa data d RSUD Kardinah Tegal ruang Wijaya Kusuma
Bawah telah di uraikan jabatan kepegawaian sebagai klasifikasi
jabatan.Uraian jabatan pegawai keperawn di RSUD Kardinah Tegal
ruang Wijaya Kusuma bawah antara lain
1. Jabatan Kepala ruang rawat
Syarat :
a) Jenis pendidikan DIII Keperawatan / s1+Ners
b) Pelatihan : Manajemen keperawatan, pelatihan kep kritis/
PPGD, pengembangan MPKP, Pembimbing praktek klinik
keperawatan, Peltihan keperawatan klinis sesuai bidang.
c) Pengalaman kerja : pengalaman kerja minimal tahun
d) Memiliki STR / SIK / SIPP
2. Jabatan perawat Primer
Syarat
a) DIII kep / s1 kep + Ners
b) Pelatihan : Manajemen keperawatan, pelatihan kep kritis/
PPGD, pengembangan MPKP, Pembimbing praktek klinik
keperawatan, Peltihan keperawatan klinis sesuai bidang
c) Pengalaman Kerja : Pelaksaan keperawatan sesuai kelompok
klinis kep sesuai dengan latar belakang pendidikan : DIII Kep
6 tahun, S1+Ners 3 tahun
d) Memiliki STR / SIK / SIPP
e) Di utamakan pernah mengikuti pelatihan klinik keperawatan
fungsional.
3. Perawat Assosiate
Syarat
a) DIII kep
b) Memiliki STR / SIK / SIPP
c) Lolos seleksi mekanisme rekrutmen bagi yang non PNS
kriteria dan kualifikasi tersebut dapat memperhatikan faktor
dedikasi loyalitas dan perilaku berdasarkan rekomendasi yang
di atur internal RSUD Kardinat tegal.
Kuaifikasi tenaga perawat berdasarkan tingkat pendidikan dan
pelatihan dapat di lihat pada tabel di bawah ini
Tabel 2.6 Data Jumlah Pegawai di Ruang Wijaya Kusuma Bawah
RSUD Kardinah Kota Tegal Tahun 2019/2020
No Staff Jumlah Presentase %
1. Perawat 12 66,7
2. Dokter ruangan 1 5,5
3. Pramusaji 3 16,7
4. CS 2 11,1
Jumlah 18 100%
Sumber: Data jumlah pegawai di Ruang Wijaya Kusuma Bawah
RSUD Kardinah Kota Tegal tahun 2019/2020
Berdasarkan data dari tabel 2.6 menunjukan bahwa jumlah
karyawan di ruang Wijaya Kusuma Bawah sebanyak 18 orang, terdiri
dari 12 Perawat, 1 Dokter ruangan, 3 Pramusaji, dan 2 Cleaning
service.
2.) Analisis
Berdasarkan perhitungan menurut Gillies kebutuhan tenaga perawat
secara kuantitatif dapat dirumuskan dengan perhitungan sebagai
berikut :

Tabel 2.7 Nilai BOR, di Ruang Wijaya Kusuma Bawah RSUD


Kardinah Kota Tegal pada Bulan Desember 2019 Februari
2020
Jumlah Jumlah hari
No Bulan BOR
pasien rawat
1 Desember 53 161 26,1%
2 Januari 63 189 30,6%
3 Februari 52 167 27,1%
Jumlah 168 517 83,8%
Rata-rata 56 172,3 27,9%

Tenaga Perawat = A X B X 31
(31-C) x jam kerja/hari
Ket: A : jam perawatan/24 jam
Keperawatan langsung:
 Minimal care 5 orang: 5 x 2 jam = 10 jam
 Partial care 2 orang: 2 x 3 jam = 6 jam
 Total care 1 orang: 1 x 6 jam = 6 jam
22 jam
Perawatan tidak langsung 8 orang: 8 x 1 jam= 8 jam
Penyuluhan kesehatan 8 orang: 8 x 0,25 jam = 2 jam
Jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan per
klien per hari adalah (22+8+2) / 8 = 4 jam
B : (BOR x jumlah TT)  jumlah pasien
C : jumlah hari libur
e) Bulan Desember 2019
4 x 26,1% x 31 x 12
= 2,52 = 3
( 31−9 ) x 7

f) Bulan Januari 2020


4 x 30,6 % x 31 x 12
( 31−9 ) x 7
= 2,95 = 3
g) Bulan Februari 2020
4 x 27,1% x 29 x 12
= 2,69 = 3
( 29−9 ) x 7
Jadi rata-rata jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan
nilai BOR selama 3 bulan terakhir adalah 3+3+3 = 9/3= 3 perawat.
Untuk cadangan 20% menjadi 9 x 20% = 1,8 = 2 perawat. Jadi
jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 3 + 2 = 5
perawat/ hari.
Tabel 2.8 Distribusi Perawat Berdasarkan Jabatan, Golongan,
Pendidikan Dan Pelatihan di Ruang Wijaya Kusuma
Bawah RSUD Kardinah Tegal
Jenis pelatihan Level
No Nama Pendidikan Jabatan
yang diikiuti Kompetensi
1 Sugiarto AMK (D3 Kepala - Pelatihan Perawat
Keperawatan) Ruang pencampuran klinis IV
obat suntik dengan
- Pelatihan pengalaman
manajemen kerja lebih
asuhan dari 10
keperawatan tahun yaitu
- Pelatihan EMS 28 tahun
(PPGD)
- Pelatihan
penanggulangan
bencana
kebakaran
- Pelatihan BHD
- Pelatihan hand
hygiene

2 Elok Faola S1.,Ners Ka Tim / - BTCLS Perawat


PPJA - Pelatihan hand klinis III
hygiene dengan
- Pelatihan pengalaman
penanggulangan kerja selama
bencana 6-9 tahun
kebakaran yaitu 10
tahun

3 Victamara S1 Keperawatan Ka Tim / - Pelatihan Perawat klinis


Nasution PPJA pencampuran III dengan
obat suntik pengalam
- Seminar dan kerja 9-12
workshop code tahun yaitu
blue 19 tahun
management,
EWSS (early
warning system
score and
caediovascular
emergency)
- Pelatihan BHD
- Pelatihan hand
hygine
- Pelatihan
penanggulangan
bencana
kebakaran

4 Diana D3 Ka Shift 1 - Pelatihan Perawat klinis


Lisawati Keperawatan perawatan luka II dengan
CWCCA pengalaman
- Pelatihan teknik kerja 6-9 tahun
dialisis yaitu 9 tahun
- Pelatihan BTCLS
- Pelatihan BHD
- Pelatihan
penanggulangan
bencana
kebakaran
- Pelatihan hand
hygiene
5 Nurul D3 Ka Shift 2 - Pelatihan Perawat klinis
Fauziah Keperawatan endoscopy mahir II dengan
- Pelatihm BTCLS pengalaman
- Seminar-seminar kerja 6-9 tahun
yaitu 9 tahun
6 Rahayu D3 Ka Shift 3 - Pelatihan Perawat klinis
Keperawatan pencampuran II dengan
obat suntik pengalaman
- Pelatihan BHD kerja 6-9 tahun
- Pelatihan hand yaitu 8 tahun
hygiene
- Pelatihan
penanggulanganb
encana kebakaran

7 Ercha Gita D3 Ka. Shift 4 - Pelatihan BTCLS Perawat klinis


Muyana Keperawatan - Pelatihan BHD II dengan
- Pelatihan hand pengalaman
hygiene kerja 6-9 tahun
- Pelatihan yaitu 7 tahun
penanggulanganb
encana kebakaran
8 Adhitya S1 Perawat - Pelatiha Perawat klinis
iqbal Keperawatan.,N Pelaksana pencampuran II dengan
permadi ers obat suntik pengalaman
- Pelatihaan kerja 4-7
BTCLS tahun yaitu 5
- Pelatihan hand tahun.
hygiene
- In house training
PPI dasar bagi
perawat dan
bidan
9 Amriza D3 Perawat - Pelatihan Perawat klinis
Himawan Keperawatan pelaksana pencampuran II dengan
Nafis obat suntik pengalaman
- Pelatihan BTCLS kerja 6-9 tahun
- Pelatihan BHD yaitu 5 tahun
- Pelatihann hand
hygiene
- Pelatihan
penanggulangan
bencana
kebakaran
10 Nur S1 Perawat - Pelatihan BTCLS Perawat klinis
Imaniwati Keperawatan., Pelaksana - Pelatihan II dengan
Ns pencampuran pengalaman
obat suntik kerja 4-7
- Seminar nasional tahun yaitu
explore 7 tahun
management of
chronic heart
failure patient
living survicein
all level helath
facilities
- Seminar
kebijakan PPI RS
dalam perspektif
hukum kesehatan
dan implementasi
penegahan dan
pengendalian
infeksi pada HIV
AIDS dalam
tatanan fasiliitas
pelayanan
kesehatan
- Seminar
membangun
budaya safety
sebagai upaya
mewujudkan
implementasi
keselamatan
pasien
- Pelatihan BHD
- Pelatihan hand
hygiene
- Pelatihan
penanggulanganb
encana kebakaran
11 Sintani D3 Perawat - Pelatihan BTCLS Perawat klinis
Keperawatan Pelaksana - Pelatihan BHD II dengan
- Pelatihan hand pengalaman
hygiene kerja 6-9 tahun
- Pelatihan 8 yaitu tahun
penanggulanganb
encana kebakaran
12 Elmi D3 Perawat - Pelatihan Perawat klinis
Fariqoh Keperawatan Pelaksana pencampura obat II dengan
suntik pengalaman
- Pelatihan BTCLS kerja 6-9 tahun
- Pelatihan BHD 8 yaitu tahun
- Pelatihan Hand
Hygiene
12 Diantoro S1 Staff - Pelatihan BTCLS Perawat klinis
Keperawatan., Admistrasi - Pelatihan BHD II dengan
Ners - Pelatihan hand pengalaman
hygiene kerja 4-7
- Pelatihan tahun yaitu 5
penanggulanganb tahun
encana kebakaran
13 Sri Asih SMA Pramusaji1 - Pelatihan BHD 25 tahun
- Pelatihan hand
hygiene
- Pelatihan
penanggulangan
bencana
kebakaran

14 Siswati SMA Pramusaji 2 - Pelatihan BHD 11 tahun


- Pelatihan hand
hygiene
- Pelatihan
penanggulangan
pencana
kebakaran
15 Nurkhasana SMP Pramusaji 3 - Pelatihan BHD 21 tahun
h - Pelatihan hand
hygiene
- Pelatihan
penanggulangan
bencana
kebakaran

c. Fasilitas dan alat


1) Kajian Teori
Pengertian alat kesehatan menurut ketentuan Pasal 1 UU Rumah
Sakit , ialah instrument, aparatus, mesin dan atau implant yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mediagnosis,
menyembuhkan, dan meringankan penyakit, merawat orang sakit,
memulihkan keshatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh.
Proses pelaksanaan pengadaan alat kesehatan yang baik adalah
pengadaan yang efektif dan efisien dan optimal dalam pemanfaatan
alat kesehatan. Pengadaan alat kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan harus dapat termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya
guna.
2) Kajian Data
Berdasarkan data inventris alat kesehatan diruangan Wijaya
Kusuma Bawah, perawatan alat dan fasilitas dilakukan secara periodik
dibagi dalam perawatan jangka pendek, jangka menengah dan jangka
panjang berupa perawatan rutin dan perawatan kalibrasi oleh tim IPS
rumah sakit.
Daftar inventaris fasilitas dan alat di ruang Wijaya Ksuuma Bawah
dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 2.9 Daftar Inventaris Alat Kesehatan Di Ruang Wijaya
Kusuma Bawah RSUD Kardinah Kota Tegal Tahun 2020
No Nama Barang Jumlah Kondisi
1 Bedside cabinet 22 Baik
2 Brankar 2 Baik
3 EKG 1 Baik
4 Iluminator 1 Baik
7 Kursi roda 2 Baik
8 Lampu ultravioler steriliser 1 Baik
10 Stetosope 2 Baik
11 Stetoscope anak 1 Baik
12 Suction pump 1 Baik
13 Tensimeter 3 Baik
14 Trolly 3 Baik
15 Ambubag 1 Baik
16 Pinset anatomi 3 Baik
17 Bak insstrumen 3 Baik
18 Pinset sirurgis 3 Baik
19 Bengkok 2 Baik
20 Comfort bed 3 crank 22 Baik
21 Flowmetter 11 Baik
22 Glass spuit 3 Baik
23 Gunting hecting aff 3 Baik
24 Gunting TATU 3 Baik
25 Gunting jaringan tajam 3 Baik
26 Gunting verban 1 Baik
27 Kom tutup 3 Baik
28 Klem 3 Baik
29 Lampu kepala 1 Baik
30 Lampu UV 1 Baik
31 Loop optivisor 1 Baik
32 O2 kecil 1 Baik
33 Pinset bayonet 3 Baik
34 Reflek hamer 1 Baik
35 Spseculum hidung 2 Baik
36 Standar infus 22 Baik
37 Termometer kulkas 1 Baik
38 Timbagan badan dewasa 1 Baik
39 Tong spatel 2 Baik
40 Troly makan 1 Baik
41 Tromol kecil 1 Baik
42 Bed paramount 22 Baik
43 Nebulizer 1 Baik
Sumber : Kartu Inventaris alat kesehatan ruang Wijaya Kusuma
Bawah RSUD Kardinah Tegal tahun 2020
Tabel 2.10 Daftar Inventaris Alat Kantor Di Ruang Wijaya
Kusuma Bawah RSUD Kardinah Kota Tegal Tahun 2020
No Alat tulis kantor Jumlah Kondisi
1 Komputer 1 Baik
2 Bak stempel 1 Baik
3 White board 2 Baik
4 Tempat APD 4 Baik
5 Penggaris 3 Baik
6 Meja komputer 1 Baik
7 Meja 6 Baik
8 Steples besar 1 Baik
9 Cutter 2 Baik
10 Gunting kertas 2 Baik
11 Rak stempel 1 Baik
12 Avalon besar/kecil 11 Baik
13 Steples kecil 3 Baik
14 Pembolong 1 Baik
15 Papan informasi 1 Baik
16 Lemari obat 1 Baik
17 Lemari linen 1 Baik
18 Rak sandal 1 Baik
19 Loker 2 Baik
20 Telepon 1 Baik
21 Kursi petugas 15 Baik
22 Televisi 1 Baik
Tabel 2.11 Daftar Inventaris Alat Dapur Di Ruang Wijaya
Kusuma Bawah RSUD Kardinah Kota Tegal Tahun 2020
No Alat Rumah Tangga Jumlah Kondisi
1 Rak piring besar 1 Baik
2 Rak piring kecil 1 Baik
3 Gelas pegawai 15 Baik
4 Gelas pasien 24 Baik
5 Sendok pegawai 10 Baik
6 Sendok pasien 25 Baik
7 Tremos 3 Baik
8 Mangkok pegawai 10 Baik
9 Mangkok pasien 25 Baik
10 Panci 5 Baik
11 Kulkas 2 Baik
12 Kompor 1 Baik
13 Teko 4 Baik
14 Troly diet 2 Baik
15 Tutup gelas pasien 24 Baik
16 Tutup gelas pegawai 15 Baik
Sumber : Data Sekunder Ruang Wijaya Kusuma Bawah Tahun 2020
3) Analisis
Berdasarkan hasil observasi alat keperawatan diruang wijaya kusuma
bawah selama 3 hari, diketahui secara keseluruhan kondisi alat-alat
tersebut dalam keadaan baik.
d. Metode (SAK dan SOP)
1. SAK (Standar Asuhan Keperawatan)
a) Kajian teori
Menurut Fisbach tahun 2012 standar dokumentasi asuhan
keperawatan suatu pelayanan tentang prioritas dokumentasi yang
dipertimbangkan secara adekuat dalam suatu situasi tertentu. Dengan
adanya standar bahwa adanya suatu ukuran terhadap kualitas
dokumentasi keperawatan. Perawat memerlukan suatu standar
dokumentasi untuk memperkuat pola pencatatan dan sebagai
petunjuk atau pedoman praktis pendokumentasian dalam
memberikan tindakan keperawatan.
UU RI No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan dalam penjelasan
tentang Pasal 53 ayat 2 mendefinisikan standar profesi sebagai
“pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam
menjalankan profesi secara baik”. Atau secara singkat dapat dikatakan
standar adalah pedoman kerja agar pekerjaan berhasil dan bermutu.
Berdasarkan alasan ini maka kehadiran Standar Asuhan Keperawatan
yang identik dengan standar profesi keperawatan, berguna sebagai
kriteria untuk mengukur keberhasilan dan mutu asuhan keperawatan.
Standar-standar yang ditetapkan dalam Standar Asuhan Keperawatan
dimaksud terdiri dari :
1) Standar I : Pengkajian keperawatan
Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang
lengkap dan dikumpulkansecara terus menerus, tentang
keadaannya untuk menentukan kebutuhan asuhankeperawatan.
Data kesehatan harus bermanfaat bagi semua anggota tim
kesehatan.Komponen pengkajian keperawatan meliputi :
a. Kumpulan Data
Kriteria :
(1) Menggunakan format yang baku
(2) Sistematis
(3) Diisi sesuai item yang tersedia
(4) Actual (baru)
(5) Absah (valid)
b. Pengelompokan Data
Kriteria :
(1) Data Biologis
(2) Data Psikologis
(3) Data Sosial
(4) Data Spiritual
c. Perumusan Masalah
Kriteria :
(1) Kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan
pola fungsi kehidupan
(2) Perumusan masalah ditunjang oleh data yang telah
dikumpulkan
2) Standar II : diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status
kesehatan pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan norma
fungsi kehidupan pasien.
Kriteria :
a. Diagnosa Keperawatan dihubungkan dengan penyebab
kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien.
b. Dibuat sesuai dengan wewenang perawat.
c. Komponennya terdiri dari masalah, penyebab, dan
gejala/tanda (PES) atau terdiri dari masalah dan penyebab
(PE).
d. Bersifat aktual apabila masalah kesehatan pasien sudah nyata
terjadi.
e. Bersifat potensial apabila masalah kesehatan pasien,
kemungkinan besar akan terjadi.
f. Dapat ditanggulangi oleh perawat.
3) Standar III : perencanaan keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan. Komponen perencanaan keperawatan meliputi :
a. Prioritas masalah
Kriteria :
(1) Masalah-masalah yang mengancam kehidupan merupakan
prioritas utama.
(2) Masalah-masalah yang mengancam kesehatan seseorang
adalah prioritas kedua.
(3) Masalah-masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan
prioritas ketiga.
b. Tujuan Asuhan Keperawatan
Kriteria :
(1) Spesifik
(2) Bisa diukur
(3) Bisa dipakai
(4) Realistik
(5) Ada batas waktu
c. Rencana Tindakan
Kriteria :
(1) Disusun berdasarkan tujuan asuhan keperawatan.
(2) Melibatkan pasien/keluarga.
(3) Mempertimbangkan latar belakang budaya pasien/keluarga.
(4) Menentukan alternatif tindakan yang tepat.
(5) Mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang
berlaku,lingkungan, sumber daya dan fasilitas yang ada.
(6) Menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien.
(7) Kalimat instruksi, ringkas, tegas dan bahasanya mudah
dimengerti.
4) Standar IV : implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan
yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi
secara maksimal yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan,
pemeliharaan serta pemulihan kesehatan dengan mengikutsertakan
pasien dan keluarganya.
Kriteria :
a. Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan.
b. Menyangkut keadaan bio-psikososial spiritual pasien.
c. Menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan
kepada pasien/keluarga.
d. Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
e. Menggunakan sumber daya yang ada.
f. Menerapkan prinsip aseptik dan antiseptik.
g. Menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privacy dan
mengutamakan keselamatan pasien.
h. Melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respons pasien.
i. Merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam
keselamatan pasien.
j. Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan.
k. Merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan tindakan.
l. Melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada
prosedur teknis yang telah ditentukan
5) Standar V : evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis dan
berencana untuk menilai perkembangan pasien.
Kriteria :
a. Setiap tindakan keperawatan, dilakukan evaluasi.
b. Evaluasi hasil menggunakan indikator yang ada pada rumusan
tujuan
c. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan.
d. Evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan.
e. Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar.
6) Standar VI : catatan asuhan keperawatan
Catatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual. Kriteria :
a. Dilakukan selama pasien di rawat inap dan rawat jalan.
b. Dapat dilakukan sebagai bahan informasi, komunikasi, dan
laporan
c. Dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan.
d. Penulisannya harus jelas dan ringkas serta menggunakan
istilah yang baku.
e. Sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan.
f. Setiap pencatatan harus mencantumkan inisial/paraf/nama
perawat yang melakukan tindakan dan waktunya.
g. Menggunakan formulir yang baku.
h. Disimpan sesuai peraturan yang berlaku.
b) Kajian data
Di ruang wijaya kusuma bawah RSUD Kardinah Kota Tegal dalam
pemberian asuhan keperawatan mengacu pada SAK berdasarkan SK
direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah Kota Tegal, SAK di
ruang wijaya kusuma bawah RSUD Kardinah Kota Tegal pada tabel
dibawah ini.

Tabel 2.12 Standar Asuhan Keperawatan (SAK) di Ruang


wijaya kusuma bawah RSUD Kardinah Kota Tegal
Tahun 2020
No Sak
1. Asuhan keperawatan pada kasus katarak
2. Asuhan keperawatan pada kasus fraktur
3. Asuhan keperawatan pada kasus batu ginjal
4. Asuhan keperawatan pada kasus BPH
5. Asuhan keperawatan pada kasus inpaksi odon
6. Asuhan keperawatan pada kasus hernia
7. Asuhan keperawatan pada kasus osteoarthritis
8. Asuhan keperawatan pada kasus colelitiasis
9. Asuhan keperawatan pada kasus hidrochepalus
10. Asuhan keperawatan pada kasus ca mammae
Sumber : data ppi diruang wijaya kusuma bawah tahun 2020
c) Analisis
SAK masih kurang untuk ruangan, bahkan SAK untuk 10 penyakit
yang sering muncul diruangan wijaya kusuma juga belum tersedia.
2. Sop (standar operasional prosedur)
a) Kajian teori
Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan suatu
pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan
sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instansi
pemerintah berdasarkan indikator-indikator teknis,
administratif dan prosedural sesuai tata kerja, prosedur kerja
dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan (Tjipto,
2012).

b) Kajian data
Jenis standar operasional prosedur yang ada di ruang wijaya
kusuma bawah adalah sebagai berikut :
Tabel 2.13 Daftar Standar Prosedur Operasional Di Ruang
Wijaya Kusuma Bawah RSUD Kardinah Kota Tegal
Tahun 2020

No Standar operasional prosedur


1. Sop pemeriksaan suhu tubuh
2. Sop pemeriksaan denyut nadi dan pernafasan
3. Sop pemeriksaan tekanan darah
4. Sop penatalaksanaan mengganti alat tenun dengan
pasien diatasnya
5. Sop penatalkasanaan cuci rambut
6. Sop penatalaksanaan menyisir rambut
7. Sop penatalaksanaan memotong kuku tangan dan
kaki
8. Sop penatalaksanaan oral hygiene
9. Sop penatalaksanaan memandikan pasien diatas
tempat tidur
10. Sop pembersihan colon (lavement)
11. Sop penatalaksanaan oksigen nasal
12. Sop pemberian oksigen masker
13. Sop pemberian oksigen masker rebreathing
14. Sop pemberian oksigen masker non rebreathing
15. Sop pemberian inhalasi atau nebulizer
16. Sop penatalaksanaan batuk efektif
17. Sop penatalaksanaan melatih pasien nafas dalam
18. Sop penghisapan atau suction lendir
19. Sop penatalaksanaan membantu pasien makan dan
minum
20. Sop pemberian nutrisi melalui NGT
21. Sop pemasangan NGT
22. Sop pemasangan IV cateter (dewasa/anak)
23. Sop penatalaksanaan tindakan bilas lambung
24. Sop penggantian cairan infus
25. Sop pengaturan tetesan cairan infus (jarum
makro/mikro)
26. Sop pengukuran balance cairan
27. Sop pemberian transfusi darah
28. Sop penatalaksanaan membantu pasien BAK dan
BAB
29. Sop pemberian huknah rendah dan huknah tinggi
30. Sop pemasangan kateter
31. Sop penatalaksanaan blader training
32. Sop perawatan kateter
33. Sop pelepasan kateter
34. Sop penatalaksanaan tindakan irigasi kateter
35. Sop penatalaksanaan posisi fowler dan semifowler
36. Sop penatalaksanaan posisi dorsal recumbent
37. Sop penatalaksanaan posisi litotomi
38. Sop penatalaksanaan posisi trendelenburg
39. Sop penatalaksanaan posisi sim
40. Sop penatalaksanaan posisi kneecest
41. Sop pemindahan pasien
42. Sop penatalaksanaan membantu pasien berjalan ke
kursi roda
43. Sop penatalaksanaan latihan ROM
44. Sop penatalaksanaan alih baring pada pasien
45. Sop penatalaksanaan membantu pasien
menggunakan tongkat penyangga tubuh
46. Sop penatalaksanaan menjaga keselamatan pasien
di tempat tidur
47. Sop pemberian buli-buli panas
48. Sop pemberian kirbat es
49. Sop pemberian kompres panas dan dingin
50. Sop perawatan luka
51. Sop perawatan luka dengan drain
52. Sop perawatan luka colostomi dan penggantian bag
colostomi
53. Sop pemasangan gurita
54. Sop penggantian balutan
55. Sop pengangkatan jahitan luka
56. Sop pemberian obat oral
57. Sop pemberian obat melalui anus
58. Sop pemberian obat melalui vagina
59. Sop pemberian obat topical
60. Sop pemberian obat tetes mata
61. Sop pemberian obat tetes telinga
62. Sop pemberian obat tetes hidung
63. Sop pendidikan kesehatan manajemen nyeri
64. Sop persiapan tindakan injeksi
65. Sop persiapan obat dari vial
66. Sop pemberian suntikan intrakutan
67. Sop pemberian suntikan subkutan
68. Sop pemberian suntikan intravena
69. Sop pemberian suntikan intramuskular
70. Sop penatalaksanaan skintest
71. Sop pengambilan sempel laborat (darah vena)
72. Sop pengambilan sampel laborat (urine)
73. Sop pengambilan sampel laborat (feses)
74. Sop pengambilan sampel larorat (sputum)
75. Sop persiapan pasien sebelum operasi
76. Sop pengukuran tinggi badan bayi (infantometer)
77. Sop pengukuran tinggi badan bayi (pita pengukur)
78. Sop pengukuran bera badan bayi (timbangan bayi)
79. Sop pengukuran berat badan (timbangan injak)
80. Sop penerimaan pasien baru diruang rawat inap
81. Sop penatalaksanaan program orientasi kepada
pasien baru
82. Sop penyuluhan kesahatan kepada paien dan
keluarga
83. Sop perekaman EKG
84. Sop pendokumentasian proses keperawatan
85. Sop pencatatan perkembangan terintregasi
86. Sop pemberian kewenangan kerja klinis perawat
dan bidan
87. Sop pemilihan pasien (triage) rawat jalan
88. Sop pengiriman pasien antar bagian (IGD, rawat
jalan, hemodialisa)
89. Sop pengiriman rujukan
90. Sop pelaksanaan assesment keperawatan pasien
gawat darurat
91. Sop pelaksanaan assesment medis pasien gawat
darurat
92. Sop prosedur assesment derajat nyeri pada anak
93. Sop prosedur assesment derajat nyeri pada dewasa
94. Sop prosedur assesment ulang derajat nyeri pasien
95. Sop prosedur manajemen nyeri
96. Sop tata cara konsultsi nyeri
97. Sop pendidikan kesehatan penggunaan peralatan
medis
98. Sop pendidikan kesehatan manajemen nyeri
99. Sop pengkajian kebutuhan pendidikan pasien dan
keluarga
100. Sop verifikasi pendidikan kesehatan
101 Sop pendidikan kesehatan teknik rehabilitasi medik
102 Sop pemberian pendidikan kesehatan secara
individu di instalasi rawat jalan
103 Sop pengkajian kebutuhan pendidikan pasien dan
keluarga di rawat jalan
104 Sop pelaksanaan edukasi kolaboratif
105 Sop prosedur konfirmasi identitas sebelum
melakukan tindakan tertentu
106 Sop identifikasi bayi baru lahir
107 Sop identifikasi bayi kembar
108 Sop pemberian identitas pasien
109 Sop identifikasi pasien koma, tidak sadar, gangguan
jiwa dan anak yang belum dapat berkomunikasi
110 Sop pelepasan gelang identitas pasien
111 Sop pelepasan kalung identitas pasien
112 Sop pemasangan gelang pasien
113 Sop pemasangan kalung pasien
114 Sop timbang terima operan antar perawat jaga
115 Sop pengkajian resiko jatuh
116 Sop pemberian edukasi diruang rawat inap
117 Sop merujuk pasien ke rumah sakit lain
118 Sop penolakan atau penghentian rencana asuhan
medis
119 Sop pulang atas permintaan sendiri (APS)
120 Sop panduan persetujuan umum pelayanan
kesehatan (general consent)
121 Sop perencanaan pemulangan pasien (discharge
planning)
122 Sop prosedur intervensi resiko tinggi pasien jatuh
Sumber : data ppi ruang wijaya kusuma bawah tahun 2020
c) Analisis
SOP sudah ada diruangan wijaya kusuma bawah, namun saat
pelaksanaan tindakan ada beberapa tindakan yang tidak mengacu
pada prosedur tindakan yang sudah ada.
e. Sumber dana (money)
a) Kajian teori
Proses pelayanan kesehatan tidak bisa dipisahkan dengan
pembiayaan kesehatan. Biaya kesehatan ialah besarnya dana yang
harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan
berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia didanai oleh pemerintah
dan swasta. Secara garis besar pihak swasta membiayai sekitar 70%
total pendanaan (Biro Keuangan Depkes, 2001). Pendanaan dari
swasta terutama diperuntukkan bagi sistem pelayanan kesehatan
perorangan yang lebih bersifat private goods. Di samping itu, sistem
pelayanan kesehatan mendapatkan dana dari sumber pemerintah dan
juga dari luar negeri. Sebagian kecil dana pelayanan kesehatan
menggunakan asuransi kesehatan sebagai mekanisme pendanaan.
Sumber dana kemanusiaan secara resmi tidak tercatat.

b) Kajian data
Berdasarkan data subjektif yang di dapatkan bahwa sumber dana RSUD
Kardinah Kota Tegal didapatkan dari :
(1) APBN ( Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara )
(2) APBD ( Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah )
(3) BPJS
c) Analisis
Sumber dana dan pengaturan keuangan telah sesuai dengan prosedur.

3. Unsur Output
a. Efisiensi Ruang Rawat (BOR, LOS, TOI, BTO)
1) Kajian Teori
Efisiensi pengelolaan rumah sakit secara garis besar dapat dilihat dari dua
segi, yaitu segi medis meninjau efisiensi dari sudut mutu pelayanan medis
dan dari segi ekonomi meninjau efisiensi dari sudut pendayagunaan
sarana yang ada. Grafik Barber-Johnson adalah grafik yang secara visual
dapat menyajikan dengan jelas tingkat efisiensi kedua segi di atas. Grafik
Barber-Johnson meggambarkan bagaimana pemakaian empat parameter
yaitu LOS (Length Of Stay), BOR (Bed Occupancy Rate), TOI (Turn
Over Interal), dan BTO (Bed Turn Over) sebagai salah satu indicator
efisiensi pengelolaan rumah sakit.
Efisiensi pelayanan meliputi empat indicator mutu pelayanan kesehatan
menurut Depkes RI (2009) yang meliputi (BOR, LOS, TOI, BTO).
a) BOR (Bed Occupancy Rate) adalah angka penggunaan tempat tidur.
BOR = Jumlah Hari Perawatan
BOR digunakan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan
x 100% tempat tidur
Jumlah
rumah sakit. TT xBOR
Angka Jumlah
yanghari dalammenunjukkan
rendah satu periode kurangnya

Pemanfaatan fasilitas perawatan rumah sakit oleh masyarakat.


Standar Depkes dalam satu tahun adalah sekitar (60-85%).
b) LOS (Length Of Stay), adalah lamanya di rawat yang menunjukkan
lama waktu pasien tinggal semakin pendek Length Of Stay pasien
semakin baik, menurut Depkes 2009 standar yang baik adalah sekitar
6-9 hari.
LOS = Jumlah lama hari Perawatan
Jumlah pasien keluar hidup atau mati

c) TOI (Turn Over Interal), merupakan indikator rmutu pelayanan


keperawatan yang menunjukkan rata-rata tempat tidur kosong atau
waktu antara tempat tidur ditinggalkan pasien sampai diisi kembali,
Standar Depkes adalah 1-3 hari.

TOI = Jumlah TT x periode rawat – jumlah hari perawatan


Jumlah pasien keluar (H+M)

d) BTO (Bed Turn Over), merupakan indikator yang menunjukkan


pemakaian tempat tidur di suatu rumah sakit dalam satu satuan
waktu. Semakin besar TOI maka efisiensi penggunaan tempat tidur
semakin jelek. Standar Depkes BTO adalah 40-50 kali per tahun.

BTO = Jumlah pasien keluar (H+M)


Jumlah tempat tidur
Tabel 2.27 Indikator Efisiensi Ruang Perawatan Menurut
Depkes Tahun
N Indikator Standar Depkes
o
1 BOR 60-85%
2 LOS 6-9 Hari
3 TOI 1-3 hari
4 BTO 40-50 kali
Sumber : Depkes 2008

2) Kajian Data
Data yang didapatkan untuk indikator efisiensi ruang di Wijaya
Kusuma Bawah yaitu :
Tabel 2.28 Efisiensi Ruang di Ruang Wijaya Kusuma Bawah
RSUD Kardinah Tegal Bulan Desember 2018- Februari 2019
No Bulan Indikator
BOR LOS TOI BTO
1 Desember 2019 26,1% 3 8,5 2,4
2 Januari 2020 30,6% 3 6,7 2,8
3 Februari 2020 27,1% 3,2 8,6 2,3

Jumlah 83,8% 9,2 23,8 7,5


Rata-Rata 27,9% 3 7,9 2,5

a) Analisis BOR
BOR diruang Wijaya Kusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal
selama bulan Desember 2019- Februari 2020 di dapatkan rerata
nilai BOR sebesar 27,9 % dengan demikian pemakaian tempat
tidur belum efisien dengan standar nasional yaitu 65-85 %.
b) LOS
LOS atau lama rata-rata hari perawatan pasien di ruang Wijaya
Kusuma Bawah pada bulan Desember 2019 hingga Februari 2020
yaitu 3 hari menunjukkan perawatan belum sesuai dengan standar
nasional untuk RSUD yaitu 6-9 hari.
c) TOI
TOI atau rata-rata suatu tempat tidur kosong di ruang Wijaya
Kusuma Bawah bulan Desember 2019- Februari 2020 adalah 7,9
hari. Hal ini menunjukan hasil tidak sesuai dengan standar nasional
yaitu hari.

d) BTO
BTO atau frekuensi rata – rata pemakaian tempat tidur di ruang
Wijaya Kusuma Bawah bulan Desember 2019- Februari 2020
adalah 2,5 = 3 kali/bulan, jadi hasil rata-rata per bulan dikalikan
total bulan sama dengan 2,5 x 12 = 30 . Hal ini menunjukkan BTO
belum sesuai dengan standar nasional 40 –50 kali/ tahun.
b. Instrumen A
1) Kajian Teori
Instrumen A merupakan evaluasi terhadap pendokumentasian asuhan
keperawatan yang telah baku. Evaluasi dilakukan terhadap dokumentasi
asuhan keperawatan pasien yang dirawat minimal 3 hari.
Dokumentasi keperawatan adalah sistem pencatatan kegiatan
sekaligus pelaporan semua kegiatan asuhan keperawatan sehingga
terwujud data yang lengkap, nyata dan tercatat bukan hanya tingkat
kesakitan dari pasien tetapi juga jenis, kualitas dan kuantitas pelayanan
kesehatan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Dokumentasi keperawatan
merupakan sesuatu yang mutlak harus ada untuk perkembangan
keperawatan, khususnya proses profesionalisasi keperawatan serta upaya
untuk membina dan mempertahankan akontabilitas perawat dan
keperawatan. Dalam membuat dokumentasi harus memperhatikan aspek-
aspek:
1) Keakuratan data
2) Breavity (ringkas)
3) Legibility (mudah dibaca)
a) Komponen dokumentasi keperawatan:
Pengkajian
Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan
dikumpulkan secara terus menerus tentang keadaan pasien untuk
menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Data harus bermanfaat bagi
semua anggota tim kesehatan. Komponen pengkajian meliputi
pengumpulan data, pengelompokkan data dan perumusan masalah.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menggambarkan masalah pasien baik aktual
maupun potensial berdasarkan hasil pengkajian data. Diagnosa
dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien, dianalisa,
dibandingkan dengan fungsi normal kehidupan pasien.Kriteria diagnosa
dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan
pasien, dibuat sesuai dengan wewenang perawat, dengan komponen
terdiri atas masalah, penyebab dan tanda gejala (PES) atau terdiri dari
masalah dan penyebab (PE) yang bersifat aktual apabila masalah
kesehatan sudah nyata terjadi dan bersifat potensial apabila masalah
kesehatan kemungkinan besar akan terjadi, dapat ditanggulangi oleh
perawat.
Rencana Keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan.
Komponen rencana perawatan meliputi prioritas masalah, tujuan
implementasi dan rencana tindakan. Prioritas masalah ditentukan dengan
memberi prioritas utama masalah yang mengancam kehidupan dan
prioritas selanjutnya masalah yang mengancam masalah kesehatan pasien.
Prioritas ketiga adalah masalah yang mempengaruhi perilaku
Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana tindakan yang ditentukan
dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi yang mencakup aspek
peningkatan, pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan kesehatan
dengan mengikut sertakan pasien dan keluarga. Tindakan keperawatan,
aktivitas keperawatan. Pelaksanaan tindakan keperawatan harus sesuai
dengan rencana yang ada, menyangkut keadaan bio-psiko-sosio-spiritual
pasien, menjelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilaksanakan
kepada klien, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dengan
menggunakan sumber-sumber yang ada, menerapkan prinsip aseptik dan
antiseptik, menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, menjaga
privasi, dan mengutamakan keselamatan pasien, melaksanakan perbaikan
tindakan berdasarkan respon pasien, merujuk dengan segera bila ada
masalah yang mengancam keselamatan pasien, mencatat semua tindakan
yang telah dilaksanakan, merapikan pasien dan alat setiap selesai
tindakan, melaksanakan tindakan perawatan pada posedur teknik yang
telah ditentukan.
Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan secara periodik sistematis, dan berencana untuk
menilai perkembangan pasien. Evaluasi dilaksanakan dengan memeriksa
kembali hasil pengkajian awal dan intervensi awal untuk mengidentifikasi
masalah dan rencana keperawatan pasien termasuk strategi keperawatan
yang telah diberikan untuk memecahkan masalah pasien. Evaluasi
melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan lain dan dilakukan sesuai
dengan standar.
Catatan asuhan keperawatan
Pencatatan merupakan data tertulis tentang kesehatan klien dan
perkembangan klien selama dalam pemberian asuhan keperawatan.
2) Kajian Data
Penilaian dokumentasi pada tanggal 9-11 Maret 2020 dengan mengambil
6 rekam medic pasien yang dirawat minimal 3 hari kemudian dilakukan
check list menggunakan instrument seperti pada lampiran hasil observasi
instrumen A. Hasil evaluasi yang didapatkan sebagai berikut:

Tabel 2.29 Penilaian Askep pengkajian di Ruang Wijaya Kusuma


Bawah RSUD Kardinah Tegal
No Aspek yang Hasil Keterangan
dinilai
1 Pengkajian 70,5% Pelaksanaan pengkajian tindakan
keperawatan di Ruang Wijaya Kusuma
Bawah masuk kategori cukup baik
dengan presentase 70,5%. Data
pengkajian belum lengkap, masih
terdapat item yang belum terisi, antara
lain data pola fungsional, pemeriksaan
fisik.
2 Diagnosa 87,5% Pendokumentasian diagnose
Keperawatan keperawatan di ruang Wijaya Kusuma
Bawah masuk kategori baik dengan
presentasi 87,5%
3 Perencanaan 89,1% Pendokumentasian rencana tindakan
keperawatan di Ruang Wijaya Kusuma
Bawah masuk kategori baik dengan
presetase 89,1%. Rencana tindakan
keperawatan sudah disusun secara
sistematis, jelas, dan sesuai dengan
diagnose keperawatan yang telah
ditegakkan.
4 Tindakan 96,6% Pelaksanaan tindakan keperawatan di
ruang WIjaya Kusuma Bawah masuk
kategori baik dengan presentase 96,6%.
Tindakan yang dilakukan sudah sesuai
dengan rencana tindakan keperawatan
tanggal, jam, paraf, nama terang sudah
dicantumkan disetiap tndakan
keperawatan yang telah dilakukan.
Perawat juga sudah berkolaborasi
dengan profesi yang lain.
5 Evaluasi 100% Pelaksanaan evaluasi tindakan di Ruang
Wijaya Kusuma Bawah masuk kategori
baik dengan presentase 100%. Evaluasi
tindakan keperawatan yang dilakukan
perawat sudah mengacu pada tujuan
menggunakan criteria hasil.
6 Dokumentasi 100% Pelaksanaan pencatatan tindakan
Asuhan keperawatan (Dokumentasi) di Ruang
keperawatan Wijaya Kusuma Bawah masuk kategori
baik dengan presentase 100%.
Tindakan keperawatan yang dilakukan
sudah ditulis secara sistematis dan jelas
melalui entry pada computer. Tindakan
keperawatan telah disusun urut sesuai
jam pelaksanaan.
Rerata 90,6% Baik
Sumber: Pengkajian Tgal 9-11 Maret 2020
Kategori Arikunto (2010), yaitu:
>75% : baik
60% – 74% : cukup
<59% : kurang baik

3) Analisis
Berdasarkan data pada tabel Evaluasi Instrumen A di Ruang Wijaya
Kusuma Bawah RSUD Kardina Tegal diatas didapatkkan hasil bahwa
nilai rata-rata pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Wijaya
Kusuma Bawah masuk kategori baik, dengan nilai presentase sebesar
90,6% . Sehingga dapat disimpulkan bahwa pproses pendokumentasian
tindakan keperawtan yang dilakukan perawat sudah baik.
c. Instrumen B
Instrumen B mengevaluasi tentang persepsi pasien terhadap mutu asuhan
keperawatan dengan cara menyebarkan angket kepada pasien yang memenuhi
kriteria yaitu sudah dirawat inap minimal tiga hari, bersedia mengisi
kuesioner.
Pada saat di bagikan, pasien telah diberikan penjelasan, apabila ada tindakan
yang tidak sesuai dengan keadaan pasien supaya diisikan di kolom
keterangan.
1) Kajian Teori
Salah satu indikator mutu asuhan keperawatan adalah dilihat dari persepsi
klien tentang mutu asuhan keperawatan yang diberikan dan untuk
mengevaluasi hal ini juga perlu suatu instrumen yang baku. RSUD
Karinah Tegal menggunakan format standar asuhan keperawatan yang
telah ditetapkan oleh rumah sakit untuk mengevaluasi persepsi klien
terhadap mutu asuhan keperawatan.
2) Kajian Data
Data diperoleh dari 6 responden yang sudah dirawat minimal tiga hari,
data yang diperoleh dalam evaluasi kepuasan pasien terhadap mutu
pelayanan di Ruang Wijaya Kusuma Bawah, yaitu :

Tabel 2.30 Evaluasi Kepuasan Pasien Terhadap Mutu Pelayanan Di


Ruang Wijaya Kusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal Tanggal
9 11 Maret 2020
No Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
1 Perawat memperkenalkan diri pada pasien 6 0
2 Dalam melayani klien, perawat bersikap sopan dan ramah 6 0
Perawat menjelaskan peraturan atau tata tertib rumah sakit 6 0
3
pertama kali klien masuk rumah sakit
perawat menjelaskan fasilitas yang tersedia di rumah sakit 6 0
4
pada klien baru
Perawat menjelaskan dimana tempat-tempat yang penting 6 0
5 untuk kelancaran perawatan (kamar mandi, ruang rawat,
tata usaha, dan lain-lain)
6 Perawat menjelaskan tujuan perawatan pada klien 6 0
Ada perawat atau kepala ruangan yang menginformasikan 5 1
7 pada klien tentang perawat yang bertanggungjawab
terhadap klien
8 Perawat memperhatikan keluhan klien 6 0
9 Perawat menanggapi keluhan klien 6 0
Perawat memberikan keterangan tentang masalah yang 6 0
10
dihadapi oleh klien
Perawat memberikan pernjelasan sebelum melakukan 6 0
11
tindakan keperawatan
Perawat meminta persetujuan kepada klien atau keluarga 6 0
12
sebelum melakukan tindakan
Perawat menjelaskan tentang prosedur tindakan yang akan 5 1
13
dilakukan sebelum melakukan tindakan
Perawat menjelaskan resiko atau bahaya tindakan pada 6 0
14
klien sebelum melakukan tindakan
15 Perawat memberikan keterangan atau penjelasan dengan 6 0
lengkap atau jelas
Perawat selalu memantau atau mengobservasi keadaan 6 0
16
klien secara rutin
17 Perawat selalu menjaga kebersihan rumah sakit 6 0
Perawat melakukan tindakan keperawatan dengan terampil 6 0
18
dan percaya diri
Dalam melakukan tindakan keperawatan, perawat selalu 6 0
19
berhati-hati
Setelah melakukan tindakan keperawatan, perawat selalu 4 2
20
menilai kembali keadaan klien
Jumlah 116 4

Hasil penghitungan jawaban dibuat persentase menurut kategori Arikunto


(2010), yaitu:
76 – 100% : baik
56 – 75% : cukup
40 – 55% : kurang baik
<40% : tidak baik
Kepuasan = Ya x 100 %
Total item (ya dan tidak)
Kepuasan = 116 x 100 %
120
= 0,96 x 100%
= 96,6 %
Tabel 2.31 Evaluasi Kepuasan Perawat Terhadap Mutu Pelayanan Di
Ruang Wijaya Kusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal Tanggal 9-11
Maret 2020
No Pertanyaan SP P TP STP
(3) (2) (1) (0)
1 Jumlah gaji yang diterima dibandingkan pekerjaan yang 0
1 1 4
saudara lakukan.
2 Sistem penggajian yang dilakukan institusi tempat 0
0 3 3
saudara bekerja
3 Jumlah gaji yang di terima dibandingkan pendidikan 0 0 6 0
saudara
4 Pemberian insentif tambahan atas suatu presentasi atau 0
0 2 4
kerja ekstra
5 Tersedianya peralatan dan perlengkapan yang 0
2 2 2
mendukung pekerjaan
6 Tersedianya fasilitas penunjang kamar mandi, tempat 0
3 2 1
parkir, dll
7 Kondisi ruangan kerja terutama yang berkaitan dengan 0
2 3 1
ventilasi udara, kebersihan dan kebisingan
8 Adanya jaminan atas kesehatan/ keselamatan 1 4 1 0
9 Perhatian institusi rumah sakit terhadap saudara 0 3 3 0
10 Hubungan antar karyawan dalam kelompok kerja 2 3 1 0
11 Kemampuan dalam bekerja sama antar karyawan 0 5 1 0
12 Sikap teman-teman sekerja terhadap saudara 1 4 1 0
13 Kesesuaian antara waktu bekerja dengan penugasan 0
1 3 2
yang diberikan
14 Kesesuaian antara pekerjaan dan latar belakang 0
0 6 0
pendidikan saudara
15 Kemampuan supervisi/ pengawas dalam menjalankan 0
0 5 1
tugasnya
16 Perlakuan atasan selama saya bekerja disini 1 5 0 0
17 Kebebasan melakukan metode sendiri dalam 0
0 6 0
menyelesaikan pekerjaan
18 Kesempatan untuk meningkatkan kemampuan kerja 0
1 3 2
melalui pelatihan dan pendidikan tambahan
19 Kesempatan untuk mendapat posisi yang lebih penting 0 5 1 0
20 Kesempatan untuk membuat suatu presentasi dan 0
0 4 2
mendapatkan kenaikan pangkat
Jumlah 15 69 36 0
Total score 120

Hasil penghitungan jawaban dibuat persentase menurut kategori Arikunto


(2010), yaitu:
76 – 100% : baik
56 – 75% : cukup
40 – 55% : kurang baik
<40% : tidak baik
total skor: jml pasien
Perhitungan Kepuasan ¿ x 100 %
item pertanyan x 3
120:6
Perhitungan Kepuasan ¿ x 100 %
20 x 3
= 20/60 x 100% = 33, 3%
3) Analisis
Dari hasil kuesioner terdapat 6 pasien yang sudah dirawat minimal 3
hari perawatan. Di dapatkan kesimpulan bahwa tingkat kepuasan pasien
terhadap mutu pelayanan ruang Wijaya Kusuma Bawah sebesar 96,6%
masuk dalam kategori baik.
Dari hasil wawancara dengan beberapa keluarga pasien didapatkan
data secara subjektif yang mengatakan bahwa keluarga pasien merasa
puas dengan pelayanan dan tindakan keperawatan yang dilakukan oleh
beberapa perawat di ruang Wijaya Kusuma Bawah. Apabila mutu
pelayanan perawat semakin baik maka akan terjadi peningkatan kepuasan
pasien.
Sedangkan hasil kuesioner dari 6 responden menunjukkan bahwa
kepuasan perawat terhadap mutu pelayanan ruang Wijaya Kusuma Bawah
dalam kategori Tidak baik dengan nilai 33,3%.
d. Instrumen C
1) Kajian teori
Dalam melakukan tindakan keperawatan yang baik harus sesuai dan
mengacu pada protap-protap atau standar yang telah ditetapkan dengan
hasil tindakan mencapai 100%. Sebagai dasar penilaian tindakan
keperawatan yang mengacu pada instrumen evaluasi penerapan standar
asuhan keperawatan di rumah sakit yang telah ditetapkan oleh RSUD
Kardinah Tegal yang mengacu pada pedoman dari Departemen Kesehatan.
2) Kajian data
Tabel 2.32 Hasil Observasi Tindakan Keperawatan Di Ruang Wijaya
Kusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal
No Prasat/Tindakan F Nilai Keterangan
1 SPO perawatan luka 4 87,2% Evaluasi perawatan luka di
Ruang Wijaya Kusuma
Baawah dikategorikan baik
dengan prrsentase 87,2%.
Tindakan yang belum optimal
belum memasang perlak dan
memberikan kesempatan
pasien untuk bertanya .
2 SPO Injeksi intravena 8 81,8% Evaluasi pemberian obat vena
di Ruang Wijaya Kusuma
Bawah dikategorikan baik
dengan presentasi 81,8%.
Tindakan yang belum optimal
adalah tidak menggunakan
bengkok dan tidak member
tahu tentang tujuan
3 SPO Pemasangan 6 84% Evaluasi pemasangan infus di
Infus Ruang Wijaya Kusuma Bawah
dikategotikan baik dengan
hasil presentase 84%.
Tindakan yang belum optimal
belum memasang perlak dan
tidak menggunakan
tourniquet.
Rata-rata 18 84,3%
Sumber : Hasil observasi di ruang Wijaya Kusuma Bawah 9-11 Maret 2020
3) Analisis
Berdasarkan tabel observasi tindakan keperawatan di ruang Wijaya
Kusuma Bawah dengan ketentuan yaitu perawatan luka sebesar 87,2%
Item yang masih rendah adalah belum memasang perlak dan memberikan
kesempatan pasien untuk bertanya. Dari tabel di atas terdapat hasil
persentase Pemasangan Infus sebesar 84% (baik), Dari hasil evaluasi
pemberian injeksi lewat vena sebesar 81,8%. Pengalaman, kemampuan
dan pengetahuan perawat serta sikap yang patuh pada SOP merupakan
point utama tercapainya tindakan keperawatan professional.
e. Mutu Pelayanan Keperawatan
1) Keselamatan pasien
Patient Safety atau keselematan pasien adalah sistem dimana membuat
asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi: Assestment resiko,
identifikasi dan pengelolaan yang berhubungan dengan resiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tiindak lanjutnya serta implementas solusi untuk meminimalkan
timbulnya resiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil.
Tujuan “Patient safety” adalah:
1) Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
2) Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat.
3) Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.
4) Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan (KTD).
Langkah-langkah pelaksanaan Pasien safety:
1) Lakukan identifikasi pasien setiap akan melakukan tindakan.
2) Lakukan komunikasi efektif.
3) Lakukan pengelolaan obat kategori lassa dan High alert.
4) Persiapan pasien operasi.
5) Stop Infeksi.
6) Amankan pasien dari bahaya jatuh dan cedera
2) Pengetahuan pasien
Pengetahuan pasien berhubungan dengan discharge planing.
Discharge Planning adalah proses yang digunakan untuk menentukan apa
yang dibutuhkan pasien untuk melakukan perpindahan dari satu tingkat
perawatan ke tingkat perawatan yang selanjutnya (Medicare, 2002).
Discharge Planning adalah mekanisme yang menuntun berbagai
multidisiplin pelayanan kesehatan untuk mencapai transfer pasien yang
dirawat di institusi pelayanan kesehatan ke rumah dengan sukses (AARC,
2010).
Discharge Planning adalah proses yang meliputi identifikasi,
pengkajian, penentuan tujuan, implementasi, koordinasi dan evaluasi
(ADPCU, 1997).
Tujuan dari Discharge Planning yaitu
a) Meningkatkan kesinambungan pelayanan
b) Meningkatkan kualitas pelayanan
c) Memaksimalkan penggunaan sumber daya pelayanan kesehatan
3) Kecemasan Pasien
Cemas berasal dari bahasa latin anxius dan dalam bahasa jerman
angst kemudian menjadi anxiety yang berarti kecemasan, merupakan
suatu kata yang digunakan oleh Freud untuk menggambarkan suatu efek
negative dan keterangsangan (Darmanto Jatman, 2008).
Kecemasan adalah gangguan alam perasaan (affective) yang ditandai
dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan
berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas Reality
Testing Ability/RTA,masih baik), kepribadian masih tetap utuh (tidak
mengalami keretakan kepribadian /spilitting of personality), perilaku
dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal (Hawari, 2008).
4) Perawatan Diri Pasien
Model konsep Dorothea Orem terfokus pada selfcare dan kebutuhan
perawatan diri klienuntuk mempertahankan kehidupan, kesehatan,
perkembangan, dan kesejahteraan.
Ada 3 prinsip dalam keperawatan diri sendiri yaitu:
a) Perawatan diri yang bersifat holistik, seperti kebutuhanoksigen, air,
nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat
b) Perawatan mandiri yang harus dilakukan sesuai dengan tumbuh
kembang manusia.
c) Perawatan mandiri yang harus dilakukan karena adanya masalah
kesehatan atau penyakit.
Dalam teori Orem (1991) ada 5 area aktifitas keperawatan yaitu
a) Masuk kedalam dan memelihara hubungan antara perawat dengan
pasien dengan individu , keluarga, kelompok, sampai pasien dapat
melegitimasi rencana keperawatan.
b) Menentukan kapan dan bagaimana pasien dapat dibantu melalui
keperawatan.
c) Bertanggung jawab atas permintaan pasien, keinginan dan kebutuhan
untuk kontak dan dibantu perawat.
d) Menjelaskan,memberikan dan melindungi pasien secara langsung
dalam bentuk keperawatan.
e) Mengkoordinasi dan mengintegrasi keperawatan dengan kehidupan
sehari-hari pasien atau perawatan kesehatan lain jika dibutuhkan serta
pelayanan sosial dan edukasi yang dibutuhkan atau yang akan
diterima.
5) Kenyamanan (nyeri) pasien
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi
seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah
mengalaminya. Nyeri, sakit, dolor (Latin) atau pain (Inggris) adalah kata-
kata yang artinya bernada negatif; menimbulkan perasaan dan reaksi yang
kurang menyenangkan. Walaupun demikian,kita semua menyadari bahwa
rasa sakit kerapkali berguna,antara lain sebagai tanda bahaya; tanda
bahwa ada perubahan yang kurang baik di dalam diri manusia (Maria,
2017).
Klasifikasi Berdasarkan lama / durasinya.
a) Nyeri akut.
Merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat
menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai dengan adanya
peningkatan tegangan otot.

b) Nyeri kronis.
Merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya
berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Yang
termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom
nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis
3. Unsur Proses
a. Proses Asuhan Keperawatan
1) Metode Penugasan
a) Kajian Teori
Dalam memilih model atau metode pengelolaan pemberian
asuhan keperawatan klien paling tepat untuk setiap organisasi,
bergantung pada keterampilan dan keahlian staf, ketersediaan
perawat profesional yang terdaftar, sumber daya ekonomi dari
organisasi tersebut, keakutan klien, serta kerumitan tugas yang
harus diselesaikan (Marquis dan Huston, 2010).
Gillies (1996) dalam Suni (2018) menyebutkan bahwa
terdapat beberapa metode pemberian asuhan keperawatan,
yaitu:
(1) Metode Kasus
Metode kasus merupakan metode pemberian asuhan
yang pertama digunakan. Pada metode ini, satu perawat
akan memberikan asuhan keperawatan kepada seorang
klien secara total dalam satu periode dinas. Perawat
bertanggung jawab terhadap klien tertentu yang didasarkan
pada rasio satu perawat untuk satu klien dengan pemberian
perawatan konstan untuk periode tertentu. Metode ini biasa
diterapkan untuk perawatan khusus seperti isolasi,
intensive care, dan perawat kesehatan komunitas.
Adapun kelebihan metode kasus ini adalah perawat
lebih memahami kasus per kasus dan sistem evaluasi dapat
dilakukan secara terus-menerus. Sementara itu, kekurangan
dalam penerapan metode ini adalah perawat penanggung
jawab belum dapat diidentifikasi, serta perlu tenaga yang
cukup banyak dengan kemampuan dasar yang sama
(2) Metode Fungsional
Metode fungsional merupakan pemberian asuhan
keperawatan yang menekankan pada penyelesaian tugas
dan prosedur keperawatan. Setiap perawat diberi satu atau
beberapa tugas untuk dilaksanakan kepada semua kllien di
suatu ruangan. Seorang perawat dapat bertanggung jawab
dalam pemberian obat, mengganti balutan, memantau
penggunaan infus, dan kegiatan lain.
Prioritas utama yang dikerjakan ialah kebutuhan fisik
dan kurang menekankan pada pemenuhan kebutuhan
secara holistik. Mutu asuhan sering terabaikan karena
pemberian asuhan terfragmentasi. Komunikasi
antarperawat sangat terbatas sehingga tidak ada satu
perawat yang mengetahui tentang satu klien secara
komprehensif, kecuali mungkin kepala ruangan. Pada
metode ini, kepala ruangan terlebih dahulu
mengidentifikasi tingkat kesulitan tindakan, lalu
menentukan perawat yang akan bertanggung jawab
melakukan tindakan keperawatan tersebut. Perawat akan
melaporkan tugas yang dikerjakannya kepada kepala
ruangan, lalu kepala ruangan yang bertanggung jawab
dalam membuat laporan klien.
Adapun kelebihan dalam metode fungsional ini yakni
lebih efisien, sangat baik untuk RS yang kekurangan
tenaga, meningkatkan keterampilan perawat, kekurangan
tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk tugas sederhana, dan memudahkan
kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik
yang melakukan praktik untuk keterampilan tertentu.
Sedangkan kekurangan dari metode ini antara lain
pelayanan perawatan terpisah-pisah, perawat cenderung
meninggalkan klien setelah melakukan tugasnya, persepsi
perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja, tidak memberikan kepuasan kepada
klien atau perawat lainnya, menurunkan tanggung jawab
dan tanggung gugat perawat, serta hubungan perawat dan
klien sulit terbentuk.
(3) Metode Tim
Metode Keperawatan Tim merupakan metode
pemberian asuhan keperawatan dengan seorang perawat
profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok
klien, melalui upaya kooperatif dan kolaboratif (Sitorus
dan Panjaitan, 2011).
Metode ini merupakan pengorganisasian pelayanan
asuhan keperawatan dengan menggunakan tim yang terdiri
dari kelompok klien dan kelompok perawat. Kelompok ini
dipimpin oleh perawat yang berijazah minimal D-3
keperawatan dan berpengalaman kerja, serta memiliki
pengetahuan di bidangnya. Pembagian tugas dalam
kelompok dilakukan oleh ketua tim yang bertanggung
jawab untuk mengarahkan anggota timnya. Dalam hal ini,
ketua tim bertugas memberi pengarahan dan menerima
laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien, serta
membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila
mengalami kesulitan. Selanjutnya, ketua tim melaporkan
kepada kepala ruang tentang kemajuan pelayanan asuhan
keperawatan terhadap klien (Suni, 2018).
Secara ringkas, tanggung jawab dari tiap komponen
yang terlibat dalam metode keperawatan tim diuraikan
sebagai berikut. (Suni, 2018)
(a) Tanggung jawab kepala ruang
i)
ii) Menetapkan standar kinerja yang diharapkan
sesuai dengan standar asuhan keperawatan
iii) Mengorganisasikan pembagian tim dan klien
iv) Memberi kesempatan pada ketua tim untuk
mengembangkan kepemimpinan
v) Menjadi narasumber bagi ketua tim
vi) Mengorientasikan tenaga keperawatan yang baru
tentang metode/ model tim dalam pemberian
asuhan keperawtan
vii) Memberi pengarahan mengenai seluruh kegiatan
yang ada di ruangannya
viii) Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan
yang ada di ruangannya
ix) Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim
kesehatan yang lainnya
x) Melakukan audit asuhan dan pelayanan
keperawatan di ruangannya, lalu melakukan
tindak lanjut
xi) Memotivasi staf untuk meningkatkan kemampuan
melalui riset keperawatan
xii) Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka
dengan semua staf
(b) Tanggung jawab ketua tim
i) Berkoordinasi dengan kepala ruangan dalam
pengaturan jadwal dinas timnya
ii) Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan
kewenangan yang didelegasikan oleh kepala
ruangan
iii) Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi asuhan keperawatan bersama
anggota timnya
iv) Mengkoordinasikan rencana keperawatan dengan
tindakan medis
v) Membuat penugasan kepada setiap anggota tim
dan memberikan bimbingan melalui konferensi
vi) Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses
ataupun hasil yang diharapkan dan
mendokumentasikannya
vii) Memberikan pengarahan kepada perawat
pelaksana tentang pelaksanaan asuhan
keperawatan
viii) Menyelenggarakan konferensi
ix) Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan
lainnya dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
x) Melakukan audit atau supervisi pelaksanaan
asuhan keperawatan yang menjadi tanggung
jawab timnya
xi) Melakukan perbaikan pemberian asuhan
keperawatan
(c) Tanggung jawab anggota tim
i) Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan
keperawatan
ii) Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan
keperawatan yang telah diberikan berdasarkan
respon klien
iii) Berpartisipasi dalam memberikan masukan untuk
meningkatkan asuhan keperawatan
iv) Menghargai bantuan dan bimbingan ketua tim
v) Melaporkan perkembangan kondisi klien kepada
ketua tim
vi) Memberikan laporan
(4) Metode Primer
Metode primer merupakan suatu metode pemberian
asuhan keperawatan, dengan Perawat Primer (PP)
bertanggung jawab selama 24 jam atas pelaksanaan asuhan
keperawatan secara holistik, mulai dari tahap pengkajian
sampai dengan evaluasi hasil asuhan terhadap satu atau
beberapa klien, yang dimulai sejak klien masuk RS sampai
klien dinyatakan pulang. Pada umumnya, setiap PP
merawat sampai 4 sampai 6 klien, bertanggung jawab
terhadap asuhan klien, serta menginformasikan keadaan
klien kepada kepala ruang, dokter, dan staf keperawatan
(Suni, 2018).
Selama jam kerja, PP memberikan perawatan langung
secara total untuk klien. Ketika PP tidak sedang bertugas,
tugas perawatan dapat didelegasikan kepada Perawat
Asosiet (Perawat Pelaksana) yang mengikuti rencana
keperawatan yang telah disusun oleh perawat primer. Pada
umumnya, di negara maju perawat yang ditunjuk sebagai
perawat primer adalah perawat spesialis klinik yang
memiliki kualifikasi master dalam bidang keperawatan.
Karakteristik sebagai modalitas seorang perawat
primer dalam pelaksanaan keperawatn primer di uraikan
sebagai berikut. (Suni, 2018)
(a) Perawat primer bertanggung jawab untuk asuhan
keperawatan klien selama 24 jam, mulai dari
penerimaan sampai klien diizinkan pulang
(b) Perawat primer melakukan pengkajian kebutuhan
asuhan keperawatan, kolaborasi dengan klien, dan
profesi kesehatan lain serta menyusun rencana
tindakan keperawatan
(c) Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan
didelegasikan kepada perawat pelaksana selama shift
lain
(d) PP berkonsultasi dengan perawat kepala dan penyelia.
(e) Otoritas, tanggung gugat, dan otonomi ada pada PP.
Adapun kelebihan dari metode primer ini antara lain:
(a) PP mendapat akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil
(b) Memberikan peningkatan otonomi pada pihak
perawat, sehiingga dapat meningkatkan tanggung
jawab dan tanggung gugat
(c) Bersifat kontinuitas dan komprehensif sesuai dengan
arahan PP dalam mengarahkan perawatan sepanjang
hospitalisasi
(d) Membebaskan manajer perawat klinis untuk
melakukan peran dan administrasi
(e) Kepuasan kerja perawat tinggi karena dapat
memberikan asuhan keperawatan secara holistik, staf
medik juga merasakan kepuasan karena senantiasa
informasi tentang kondisi klien selalu mutakhir dan
komprehensif
(f) Perawat ditantang untuk bekerja total sesuai dengan
kapasitas mereka, serta waktu yang digunakan lebih
sedikit dalam aktivitas koordinasi dan supervisi
(g) Lebih dihargai oleh klien dan klien merasa
dimanusiakan karena terpenuhi kebutuhannya secara
individu, serta meningkatkan hubungan antara perawat
dan klien
(h) RS tidak harus mempekerjakan terlalu banyak tenaga
keperawatan tetapi harus memiliki kualitas tinggi.
b) Kajian Data
Metode penugasan yang digunakan di ruang
Wijayakusuma Bawah adalah metode fungsional yang terdiri
dari Kepala ruang, perawat primer dan perawat associate.
Bagan pembagian tugas ruang Wijayakusuma Bawah yaitu :
Kepala Ruang
Sugiarto, AMK

PERAWAT PRIMER
PERAWAT PRIMER
Elok Faola,ASSOCIATE
PERAWAT S.Kep, Ns
Victamara Nasution, S. Kep
 
Diana Lisawati, AMK
Nurul Fauziah, AMK
Adhitya Iqbal, S.Kep, Ns PERAWAT ASSOCIATE
Sintani, AMK
Elmi F, AMK Rahayu, AMK
Ercha Gita M, AMK
Nurimaniwati, S.Kep, Ns
Amriza Himawan, AMK

c) Analisis
Dari hasil observasi dan wawancara yang telah kita lakukan
kepada kepala ruang Wijayakusuma Bawah didapatkan hasil
penerapan metode penugasan yang diterapkan menggunakan
metode fungsional. Dimana perawat melakukan tugasnya
berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing
perawat.
2) Sentralisasi Obat
a) Kajian Teori
Nursalam (2011) menyatakan bahwa sentralisasi Obat
adalah pengelolaan obat bahwa seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien atau klien yang diserahkan
pengelolaan sepenuhnya oleh perawat.
Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara
bijaksana dan menghindari pemborosan, sehingga kebutuhan
asuhan keperawatan pasien dapat terpenuhi (Nursalam, 2011).
Teknik sentralisasi obat adalah pengelolaan obat bahwa
seluruh obat yang diberikan kepada klien baik obat oral
maupun obat injeksi, diserahkan sepenuhnya kepada perawat,
kemudian perawat yang melakukan pengeluaran dan
pembagian obat tersebut (Nursalam, 2011). Dalam hal ini, klien
atau keluarga wajib mengetahui dan ikut serta dalam
mengontrol penggunaan obat tersebut dengan prinsip Enam
Benar, yaitu benar klien, benar obat, benar dosis, benar cara/
rute, benar waktu, dan benar dokumentasi (Suni, 2018).
Dalam menjalankan alur sentalisasi obat, seorang menajer
keperawatan kesehatan dapat mendidik staf mengenai
sentralisasi obat dengan cara berikut (Nursalam, 2011) :
(1) Buat catatan mengenai obat-obatan yang sering dipakai,
menjelaskan penggunaan dan efek samping obat, lalu
memberikan salinan kepada semua staf.
(2) Tulis dosis yang tepat pada obat-obatan yang sering
digunakan dan menggantungnya di dinding.
(3) Adakan pertemuan staf untuk membahas penyebab
pemborosan obat.
(4) Beri tahu kepada semua staf mengenai harga obat-obatan.
(5) Atur program diskusi membahas satu jenis obat setiap
minggu pada waktu pertemuan staf
(6) Sediakan satu atau lebih eksemplar buku farmakologi
sederhana di perpustakaan
Penerimaan dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan
oleh perawat. Pada penerimaan obat, hal-hal yang harus
diperhatikan yaitu: (Nursalam, 2011)
(1) Obat yang telah diresepkan lalu ditunjukkan kepada
perawat, kemudian obat yang telah diambil oleh keluarga
disertahkan kepada perawat dengan menerima lembar
terima obat.
(2) Perawat menuliskan nama klien, nomor registrasi, jenis
obat, jumlah, dan sediaan (bila perlu) dalam kartu kontrol,
serta harus diketahui (ditanda tangani) oleh keluarga atau
klien dalam buku masuk obat. Selanjutnuya, keluarga atau
klien mendapatkan penjelasan jika obat tersebut akan
habis, serta penjelasan 6 benar obat.
(3) Klien atau keluarga mendapatkan salinan obat yang harus
diminum beserta kertu sediaan obat.
(4) Obat yang telah disertahkan lalu disimpan oleh perawat
dalam kotak obat.
Sedangkan dalam pembagian obat, yang harus diperhatikan
yaitu: (Suni, 2018)
(1) Obat yang telah diterima, lalu disalin dalam buku daftar
pemberian obat.
(2) Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh
perawat dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam
buku daftar pemberian obat.
(3) Pada saat pemberian obat perawat menjelaskan macam
obat, kegunaan, jumlah dan efek samping.
(4) Usahakan tempat/ wadah obat kembali ke perawat setelah
obat dikonsumsi klien
(5) Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi
oleh kepala ruang atau petugas yang ditunjuk.
(6) Obat-obatan yang hampir habis akan diinfokan kepada
keluarga dan kemudian dimaintakan resep kepada dokter
penanggung jawab pasien.
Jika ada penambahan obat baru, maka hal-hal yang harus
diperhatikan yaitu: (Suni, 2018)
(1) Jika terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau
perubahan alur pemberian obat, maka informasi ini akan
dimasukan dalam buku masuk obat dan sekaligus
dilakukan perubahan dalam kartu sediaan obat.
(2) Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin, maka
dokumentasi dilakukan pada buku masuk obat dan
selanjutnya diinformasikan kepada keluarga dengan kartu
khusus obat
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam obat khusus yaitu:
(Suni, 2018)
(1) Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki harga
yang cukup mahal, menggunakan alur pemberian yang
cukup sulit, memiliki efek samping yang cukup besar atau
hanya diberikan dalam waktu tertentu saja.
(2) Pemberian obat khusus dilakukan menggunakan kartu
khusus obat, dilaksanakan oleh perawat primer.
(3) Informasi yang diberikan kepada pasien atau keluarga:
nama obat, kegunaan, waktu pemberian, efek samping,
penanggung jawab pemberian, dan wadah obat sebaiknya
diserahkan atau ditunjukan kepada jkeluarga setelah
pemberian
Adapun yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan
persediaan obat yakni: (Suni, 2018)
(1) Melakukan pemeriksaan ulang terhadap kebenaran obat,
jenis obat, jumlah obat, serta menulis etiket dan alamat
klien.
(2) Membuat sistem kartu persediaan.
(3) Melakukan pemeriksaan lemari obat, meliputi pemeriksaan
keamanan mekanisme kunci, penerangan lemari obat,
lemari pendingin, serta pemisahan antara obat untuk
penggunaan oral dan obat luar.
b) Kajian Data
Kajian data dilakukan secara observasional terkait
sentralisasi obat khususnya untuk pasien rawat inap di ruang
Wijayakusuma Bawah :
Tabel 2.13 Sentralisasi Obat Di Ruang Wijaya Kusuma
Bawah RSUD Kardinah tegal
Dilakukan
No. Aspek Yang Dinilai Ya Tidak
(2) (1)
PENERIMAAN
1 Obat yang telah diresepkan diterima oleh √
perawat dari farmasi dengan menerima 
lembar terima obat
2 Pasien atau keluarga selanjutnya √
mendapatkan salinan obat yang harus 
diminum beserta kartu sediaan obat
3 Obat yang telah diserahkan kemudian √
disimpan oleh perawat dalam kotak obat
PEMBAGIAN OBAT
4 Obat yang telah diterima selanjutnya √
disalin dalam buku daftar pemberian
obat
5 Obat yang telah disimpan untuk √
selanjutnya diberikan oleh perawat
dengan memperhatikan alur yang
tercantum dalam buku daftar
pemberian obat
6 Pada saat pemberian obat perawat √
menjelaskan macam obat, kegunaan,
jumlah dan efek samping
7 Sediaan obat yang ada selanjutnya √
diperiksa setiap pagi oleh kepala ruang
atau petugas yang ditunjuk
PENAMBAHAN OBAT BARU
8 Bilamana terdapat penambahan atau √
perubahan jenis, dosis atau perubahan
alur pemberian obat, maka informasi
ini akan dimasukan dalam buku masuk
obat dan sekaligus dilakukan
perubahan dalam kartu sediaan obat
9 Pada pemberian obat yang bersifat √
tidak rutin, maka dokumentasi
dilakukan pada buku masuk obat dan
selanjutnya diinformasikan kepada
keluarga dengan kartu khusus obat
OBAT KHUSUS
10 Pemberian obat khusus √
didokumentasikan diformat pemberian
obat khusus
11 Informasi yang diberikan kepada √
pasien dan keluarga yaitu nama obat,
kegunaan, waktu pemberian serta efek
samping obat
Jumlah 10 1
Sumber: Hasil observasi dan wawancara tanggal 9-11 maret
2020 di Ruang Wijaya Kusuma Bawah RSUD
Kardinah Tegal

total skor
Perhitungan : x 100 %
total skor tertinggi

20
x 100 % = 90,1%
22
Kategori:
(1) Baik : ≥ 75 %
(2) Cukup baik : 60-74 %
(3) Kurang : ≤ 59 %
c) Analisis
Berdasarkan hasil observasi yang di lakukan selama 3 hari
terhadap perawat terkait sentralisasi obat di ruang Wijaya
kusuma bawah hasil yang didapatkan dengan presentase 90,1%
atau dalam kategori baik.
Dalam pelaksanaan sentralisasi obat di ruang wijaya
kusuma bawah secara keseluruhan sudah di laksanakan dengan
baik.
3) Komunikasi Terapeutik
a) Kajian Teori
Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan
komunikasi terapeutik, dalam hal ini komunikasi yang
dilakukan oleh seorang perawat pada saat melakukan intervensi
keperawatan harus mampu memberikan khasiat therapi bagi
proses penyembuhan  pasien (Ermawati, 2009). Tujuan
hubungan dari terapeutik adalah kesadaran diri, penerimaan
diri, dan meningkatnua kehormatan diri, identitas pribadi yang
jelas dan meningkatnya integritas pribadi, kemampuan untuk
membentuk suatu keintiman, saling ketergantungan hubungan
interpersonal, dengan kapasitas member dan menerima cinta,
serta mendorong fungsi dan meningkatkan kemampuan
terhadap kebutuhan yang memuaskan dan mencapai tujuan
pribadi yang realistik.

Empat fase dari hubungan terapeutik:


(1) Fase Preinteraksi
(a) Mengumpulkan data tentang pasien
(b) Menyiapkan alat
(c) Mencuci tangan
(2) Fase Orientasi
(a) Memberikan salam dan tersenyum pada klien
(b) Melakukan validasi
(c) Memperkenalkan nama perawat
(d) Menanyakan nama panggilan kesukaan pasien
(e) Menjelaskan tanggung jawab perawat dan pasien
(f) Menjelaskan peran perawat dan pasien
(g) Menjelaskan akan kegiatan yang akan dilakukan
(h) Menjelaskan tujuan
(i) Menjelaskan waktu
(j) Menjelaskan kerahasian
(3) Fase Kerja
(a) Memberi kesempatan pada klien untuk bertanya
(b) Menanyakan keluhan utama
(c) Memulai kegiatan dengan cara yang baik
(d) Melakukan kegiatan sesuai dengan rencana
(e) Mencuci tangan
(4) Fase Terminasi
(a) Menyimpulkan hasil wawancara: evaluasi proses dan
hasil
(b) Memberikan reinforcement positif
(c) Melakukan kontrak (waktu, tempat, topik)
(d) Mengakhiri wawancara dengan cara yang baik.

b) Kajian Data
Data pelaksanaan komunikasi terapeutik di ruang
Wijayakusuma Bawah pada 6 perawat melalui observasi secara
langsung didapatkan hasil :
Tabel 2.14 Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Di Ruang
Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal
Pelaksanaan
No. Komponen (n=6)
Ya Tidak
TAHAP PERSIAPAN (PRE-INTERAKSpadaI)
1 Perawat: mengumpulkan data tentang 6 0
pasien (dari RM)
2 Alat: menyiapkan alat yang dibutuhkan 6 0
3 Perawat: cuci tangan, menilai kesiapan diri 4 2
perawat
TAHAP PELAKSANAAN (ORIENTASI)
4 Memberikan salam, berjabat tangan, dan 6 0
tersenyum pada pasien
5 Melakukan validasi 3 3
6 Mempekenalkan nama perawat 0 6
7 Menanyakan nama panggilan kesukaan 0 6
klien
8 Menjelaskan tanggung jawab perawat 0 6
9 Menjelaskan peran perawat dan klien 0 6
10 Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan 5 1
11 Menjelaskan tujuan 4 2
12 Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk 0 6
kegiatan/lama kegiatan
13 Menjelaskan dan menjawab kerahasiaan 6 0
TAHAP KERJA
14 Memberikan kesempatan pada klien untuk 0 6
bertanya
15 Menanyakan keluhan pasien 6 2
16 Memulai kegiatan dengan cara yang baik 6 0
17 Melakukan kegiatan sesuai dengan rencana 6 0
kegiatan
18 Mencuci tangan 6 0
TAHAP TERMINASI
19 Menyimpulkan hasil kegiatan 3 3
20 Memberi reinforcement positif 2 4
21 Membuat kesepakatan dengan 2 4
Pelaksanaan
No. Komponen (n=6)
Ya Tidak
klien/keluarga untuk pertemuan/kegiatan
selanjutnya
22 Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik 3 3
(mengucapkan
salam/tersenyum/memberikan
sentuhan/berjabat tangan)
Jumlah 74 54
Presentase 74/128x100%
=57,8%%
Sumber: Hasil observasi tanggal 09-11 Maret 2020 di ruang
Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal.
total skor
Perhitungan : x 100 %
total skor tertinggi
74
: x 100 % = 57,8 %
176128
Kategori:
(1) Baik : ≥ 75 %
(2) Cukup baik : 60-74 %
(3) Kurang : ≤ 59 %

c) Analisis
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terkait
penerapan komunikasi terapeutik di ruang Wijayakusuma
Bawah didapatkan hasil, komunikasi terapeutik dalam kategori
kurang dengan persentase 57,8%.
Dalam pelaksanaan komunikasi terapeutik beberapa
perawat kurang dalam melakukan cuci tangan sebelum
tindakan, melakukan validasi pasien dengan pertanyaan
tertutup, berjabat tangan, memperkenalkan diri, melakukan
kontrak waktu, menanyakan nama panggilan kesukaan,
menjelaskan tanggung jawab perawat, menjelaskan peran
perawat dan klien, menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk
kegiatan/lama kegiatan, memberikan kesempatan pada klien
untuk bertanya, menyimpulkan hasil kegiatan, memberi
reinforcement positif, membuat kesepakatan dengan
klien/keluarga untuk pertemuan/kegiatan selanjutnya, serta
mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik (mengucapkan
salam/tersenyum/memberikan sentuhan/berjabat tangan).
Dalam memberikan asuhan keperawatan, komunikasi
terapeutik sangat membantu tenaga medis khususnya perawat
dan pasien dalam membina hubungan saling percaya. Selain itu
juga akan meningkatkan proses kesembuhan pasien secara
tidak langsung, namun pada ruang Wijayakusuma Bawah
belum berjalan secara optimal.
4) Patient Safety
a) Kajian Teori
Keselamatan pasien (Patient Safety) merupakan suatu
variabel untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas pelayanan
keperawatan yang berdampak terhadap pelayanan kesehatan.
Sejak malpraktik menggema di seluruh belahan bumi melalui
berbagai media baik cetak maupun elektronik hingga ke jurnal-
jurnal ilmiah ternama, dunia kesehatan mulai menaruh
kepedulian yang tinggi terhadap isu keselamatan pasien
(Nursalam, 2014).
Program keselamatan pasien adalah suat usaha untuk
menurunkan angka kejadian tidak diharapkan (KTD) yang
sering terjadi pada pasien selama dirawat di rumah sakit
sehingga sangat merugikan baik pasien itu sendiri maupun
pihak rumah sakit. KTD bisa disebabkan oleh berbagai faktor
antara lain beban kerja perawat yang tinggi, alur komunikasi
yang kurang tepat, penggunaan sarana kurang tepat dan lain
sebagainya.
Indikator keselamatan pasien (IPS) bermanfaat untuk
mengidentifikasi area-area pelayanan yang memerlukan
pengamatan dan perbaikan lebih lanjut, misalnya untuk
menunjukkan:
(1) Adanya penurunan mutu pelayanan dari waktu ke waktu
(2) Bahwa suatu area pelayanan ternyata tidak memenuhi
standar klinik atau terapi sebagaimana yang diharapkan
(3) Tingginya variasi antar rumah sakit dan antar pemberi
pelayanan
(4) Ketidaksepadanan antara unit pelayanan kesehatan
(misalnya, pemerintah dengan swasta atau urban dengan
rural).
Enam International Patient Safety Goals (IPSG) versi
Joint Commision International 2011 meliputi:
(1) Identifikasi pasien dengan benar atau tepat
(2) Meningkatkan komunikasi efektif
(3) Meningkatkan keamanan obat-obat dengan kewaspadaan
tinggi
(4) Memastikan benar lokasi operasi, benar prosedur, dan
benar pasien
(5) Mengurangi resiko infeksi terkait dengan pelayanan
kesehatan
(6) Mengurangi resiko bahaya akibat pasien jatuh
b) Kajian Data
Hasil pelaksanaan Patient Safety yang sudahdiobservasi
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.15 Pelaksanaan Patien Safety Di Ruang
Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal
Pelaksanaan
No Aspek yang dinilai
SL(3) SR(2) KD(1) TD(0)
1 Ketepatan Identifikasi Pasien
a. Perawat menuliskan identitas pasien dengan 6
lengkap dan jelas dalam setiap pendokumentasian
asuhan keperawatan
b. Perawat memberi obat sesuai dengan prinsip 6 4 2
benar (obat, dosis, waktu, tempat, orang,
pendokumentasiaan).
c. Perawat memanggil nama, umur dan nomer rekam 4 2
medis pasien pada saat mau melakukan tindakan
d. Perawat mengecek gelang identitas 4 2

2 Komunikasi Efektif
a. Menyebutkan identitas pasien, diagnosa medis, 2 4
diagnose keperawatan, tindakan keperawatan yang
telah dilakukan serta pelaksanaannya
b. Menginformasikan jenis dan waktu rencana 6
tindakan yang belum dilakukan
c. Menyebutkan perkembangan pasien yang ada 5 1
selama shift
d. Menyebutkan terapi dan tindakan medis beserta 4 2
waktunya
e. Menyebutkan tindakan medis yang belum dilakukan 4 2
selama shift
3 Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai (HIGH ALERT)
a. Perawat memisahkan penyimpanan obat-obat yang 6
perlu diwaspadai (HIGH ALERT)
b. Terdapa t tempat khusus penyimpanan obat yang 6
perlu diwaspadai(HIGH ALERT)
c. Adanya dokumentasi mengenai pemberian obat 5 1
yang diwaspadai (HIGH ALERT)
4 Pengurangan Resiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan
a. Perawat melakukan cuci tangan sebelum kontak 4 2
dengan pasien
b. Perawat melakukan cuci tangan sebelum melakukan 4 2
tindakan aseptic
c. Perawat melakukan cuci tangan setelah melakukan 4 2
tindakan aseptic
d. Perawat melakukan cuci tangan setelah kontak 6
dengan cairan tubuh pasien
e. Perawat melakukan cuci tangan setelah kontak 4 2
dengan lingkungan pasien
f. Perawat menggunakan APD selama melakukan 2 2 2
tindakan
5 Pengurangan Resiko Pasien Jatuh
a. Perawat melakukan assessment awal resiko pasien 4 2
jatuh
b. Perawat memasang pengaman tempat tidur pasien 3 2 1

c. Perawat memisahkan pasien dengan resiko jatuh 6


dengan pasien lainnya
Jumlah 53x3 37x2 16x1 17x0
Total 159 74 32 0

265: 6
Nilai = x100%= 70%
21 x 3
Hasil penghitungan jawaban dibuat persentase menurut
kategori Arikunto (2010), yaitu:
76 – 100% : baik
56 – 75% : cukup
40 – 55% : kurang baik
<40% : tidak baik
c) Analisis
Berdasarkan tabel diatas, pelaksanaa patient safety di ruang
Wijaya Kusuma Bawah RSUD Kardinah didapatkan hasil
63,2% dengan kategori cukup dalam hal ini sasaran ketepatan
identifikasi pasien yang kadang tidak dilakukan oleh bebrapa
perawat seperti cuci tangan sebelum tindakkan aseptik dan
sebelum kontak dengan pasien.
5) Discharge Planning
a) Kajian Teori
Discharge planning (perencanaan pulang) adalah
serangkaian keputusan dan aktivitas-aktivitasnya yang terlibat
dalam pemberian asuhan keperawatan yang kontinu dan
terkoordinasi ketika pasien dipulangkan dari lembaga
pelayanan kesehatan (Potter & Perry, 2010).
Discharge planning sebaiknya dilakukan sejak pasien
diterima di suatu agen pelayanan kesehatan, khususnya di
rumah sakit dimana rentang waktu pasien untuk pengkajian
berkelanjutan untuk mendapatkan informasi yang komprehensif
tentang kebutughan pasien yang berubah-ubah, pernyataan
diagnosa keperawatan, perencanaan untuk memastikan
kebutuhan pasien sesuai dengan apa yang oleh pemberi layanan
kesehatan (Kozier, 2010).
Manfaat discharge planning menurut Nursalam &
Effendi (2008) adalah:
(1) Dapat memberikan kesempatan untuk memperkuat
pengajaran kepada pasien yang dimulai dari rumah sakit.
(2) Dapat memberikan tindak lanjut secara sistematis yang
digunakan untuk menjamin kontinuitas perawatan pasien.
(3) Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana
pada penyembuhan pasien dan mengidentifikasi
kekambuhan atau kebutuhan parawatan baru.
(4) Membantu kemandirian dan kesiapan pasien dalam
melakukan perawatan di rumah.
b) Kajian Data
Tabel 2.16 Discharge Planning ke keluarga Pasien Di
Ruang Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah
Tegal
Dilakukan
No Kegiatan ( n = 6)
Ya Tidak
1 Identifikasi pasien dan persiapkan 5 1
discharge planning
2 Peninjauan ulang rekam medik 4 2
pasien
3 Ucapkan salam, dan perkenalan 0 6
nama dan profesi anda
4 Lakukan assesment kebutuhan 4 2
perawatan berdasarkan kondisi dan
penyakit pasien
5 Identifikasi dan diskusikan siapa 6 0
penanggung jawab perawatan di
ruang berikutnya
6 Diskusikan dengan pasien dan 4 2
kelurga mengenai alasan pasien
dirawat, tatalaksana prognosis, dan
rencana pemindahan pasien.
7 Pastikan bahwa pasien dan 6 0
keluarga/pendamping pasien telah
memperoleh informasi yang adekuat
8 Dokumentasikan rencana 6 0
pemindahan pasien di rekam medis
pasien
9 Ucapkan salam dan terima kasih 2 4
TOTAL 37 17
PERSENTASE 37/54x100%
= 68%
Sumber: Hasil observasi tanggal 09-11 Maret 2020 di ruang
Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal

total skor
Perhitungan : x 100 %
total skor tertinggi

37
: x 100 % = 68%
54

Kategori:
(1) Baik : ≥ 75 %
(2) Cukup baik : 60-74 %
(3) Kurang : ≤ 59 %
c) Analisis
Berdasarkan data observasi discharge planning di
ruang Wijayakusuma Bawah sebesar 68%, masuk dalam
kategori cukup baik. Dari hasil observasi form discharge
planning sudah lengkap terisi, perawat telah memberi
penjelasan mengenai nama, dosis, waktu minum obat yang
dibawa ke ruang rawat berikutnya, namun perawat tidak
mengucapkan salam, dan perkenalan nama dan profesi
perawat sebelum melakukan discharge planning.
6) Palaksanaan Standar Precaution
a) Kajian Teori
Standar Precaution adalah tindakan pengendalian infeksi
sederhana yang dilakukan oleh seluruh petugas kesehatan,
untuk semua pasien, setiap saat pada semua tempat pelayanan
dalam rangka mengurangi resiko penyebaran infeksi (Nursalam
dan Kurniawati, 2014).
Alasan kewaspadaan universal adalah : semua infeksi dari
darah pasien tidak dapat diindentifikasi pada saat perawatan
diberikan kepada mereka, kewaspadaan barier yang tepat harus
digunakan secara utuh oleh semua pasien dan ditentukan oleh
kemungkinan yang lebih besar bahwa perawat akan terpajan
pada darah atau sekresi yang mengandung darah dari pasien
yang terinfeksi tersebut.cairan yang berkaitan dengan penularan
patogen darah adalah sekresi semen dan vagina, cairan
serebrospinal, cairan senovial,cairan pleural, cairan peritoneal,
cairan perikardial dan cairan amnitiotik (Smeltzer & Bare,
2013).
Terkait kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi
(PPI) antara lain:
(1) Melaksanakan hand hygiene dengan 6 langkah dan 5
moment.
(2) Menempatkan pasien sesuai dengan kasus penyakit,
termasuk pasien yang harus dengan isolasi.
(3) Melakukan surveilance PPI (pencatatan dan pelaporan
terkait infeksi nasokomial)
(4) Melaksanakan kewaspadaan universal bagi karyawan
seperti menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai
kebutuhan, etika batuk, pengelolaan pasca pajanan
sesegera mungkin (maksimal 3x24 jam).
(5) Pengelolaan manajemen pencucian linen (laundry), dan
sterilisasi alat sesuai prosedur.
(6) Membuang sampah pada tempatnya:
(a) Sampah infeksius ( plastik kuning)
(b) Sampah umum (plastik hitam)
(c) Sampah sitotoksik (palstik ungu)
(d) Sampah benda tajam (tempat bertutup seperti safety
box)
(7) Melaksanakan edukasi hand hygiene, etika batuk, dll
terkait pencegahan infeksi.

b) Kajian Data
Tabel 2.17 Pelaksanaan Standar Precaution Di Ruang
Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal
Pelaksanaan
No Aspek Yang Dinilai (n=6)
Ya Tidak
Perawat cuci tangan ketika akan kontak
1 dengan klien atau melakukan tindakan 2 4
pada klien
Perawat cuci tangan ketika selesai kontak
2 dengan klien atau setelah selesai 6 0
melakukan tindakan dengan klien
Perawat mencuci tangan dengan sabun/
3 6 0
cairan intisep (handrub)
Perawat menggunakan sarung tangan
4 ketika kontak/ melakukan tindakan 5 1
dengan klien
Perawat menggunakan masker ketika
melakukan tindakan tertentu (penyakit
5 infeksi yang menular melalui udara, 4 0
peyakit dengan daya tahan tubuh rendah,
menjaga kebersihan diri)
Perawat menggunakan alat-alat steril
6 6 0
untuk satu klien
Perawat menggunakan alat-alat
7 6 0
disposable hanya untuk sekali pakai
Setelah menggunakan alat-alat non
8 disposable perawat mencucinya dengan 6 0
larutan desinfektan
Perawat mensterilkan alat-alat steril di
9 6 0
instalasi sterilisasi sentral
Perawat menyiapkan alat-alat kesehatan
10 5 1
ditempat khusus
Perawat membuang benda-benda tajam di
11 6 0
tempat khusus
Perawat membuang sampah medis di
12 6 0
tempat sampah medis
Perawat membuang sampah non medis di
13 6 0
tempat sampah non medis
JUMLAH 70 6
70/78x100%
Persentase (%)
= 89%
Sumber: Hasil observasi tanggal 09-11 Maret 2020 di ruang
Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal
total skor
Perhitungan : x 100 %
total skor tertinggi
70
: x 100 % = 89%
78
Kategori:
(1) Baik : ≥ 75 %
(2) Cukup baik : 60-74 %
(3) Kurang : ≤ 59 %
c) Analisis
Pelaksanaan Standar Precaution di Ruang Wijayakusuma
Bawah tergolong baik yaitu dengan persentase 89%. Adapun
beberapa item yang belum dilaksanakan secara optimal oleh
perawat adalah mencuci tangan ketika akan kontak dengan
klien atau sebelum melakukan tindakan kepada klien.
7) Conference (pre – post)
a) Kajian Teori
Pre-conference merupakan pertemuan tim yang dilakuakan
setiap hari dan merupakan langkah awal kegiatan shift perawat.
Pre-conference dilakukan di awal jaga setelah melakukan
operan dinas, baik dinas pagi, sore atau malam sesuai dengan
jadwal dinas PP. Pre-conference sebaiknya dilakukan diruang
sendiri sehingga dapat menghindari gangguan dari luar.
Post-conference dilakukan secara terjadwal siang hari
sebelum operan jaga shift pagi ke shift sore pada hari yang
yang sama dilakukan ketika akan pre conference hari
selanjutnya. Pesertanya yaitu kepala ruang, perawat primer
(PP), perawat asosiet (PA), dan mahasiswa kalau ada.
Tujuan dari conference ini yaitu:
(1) Membahas masalah tiap klien berdasarkan renpra yang
telah dibuat oleh PP
(2) Menetapkan klien yang menjadi tanggung jawab PA.
pembagian didasarkan pada jumlah klien, ketergantungan
klien, dan tempat tidur yang berdekatan. Bila pada suatu
tugas jaga (shift) PP didampingi oleh 2 orang PA, maka
semua klien bagi pada kedua PA sebagai penanggung
jawabnya. PP akan membimbing dan membantu PA dalam
memberikan asuhan keperawatan bila PP hanya
didampingi oleh 1 orang pada suatu tugas jaga maka
jumlah pasien yang menjadi tanggung jawab PP adalah
sebanyak 20%.
(3) Membahas Rencana Tindakan Keperawatan
(4) Mengidentifikasi tugas PA untuk setiap klien yang menjadi
tangguang jawabnya
(5) PP mendiskusikan dan mengarahkan PA tentang masalah
yang terkait dengan keperawatan
(6) PP membagi tugas masing-masing PA
(7) Meningkatkan Kembali Standart Prosedur yang Ditetapkan
(8) Meningkatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian,
kejujuran, dan kemajuan masing- masing PA
(9) Membantu PA menyelesaikan masalah yang tidak dapat
diselesaikan
Tugas perawat pre dan post conference:
Tugas PP pada pre conference:
(1) Menyiapkan ruangan / tempat
(2) Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi tanggung
jawabnya
(3) Menjelaskan tujuan dilakukan pre-conference
(4) Memandu pelaksanaan pre-conference
(5) Menjelaskan masalah keperawatan pasien, keperawatan
dan rencana keperawatan yang menjadi tanggung jawabnya
(6) Membagi tugas kepada PA sesuai kemampuan yang
dimiliki dengan memperhatikan keseimbangan kerja
(7) Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan asuhan
pasien / tindakan
(8) Memotivasi untuk memberikan tanggapan dan
penyelesaian yang sedang didiskusikan
(9) Mengklarifikasi kesiapan PA untuk melaksanakan asuhan
keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung
jawabnya
(10) Memberikan reinforcement positif pada PA
(11) Menyimpulkan hasil pre conference

Tugas PP pada post conference:


(1) Menyiapkan ruangan/ tempat
(2) Menyiapkan rekam medis pasien yang menjadi tanggung
jawabnya
(3) Menjelaskan tujuan dilakukannya post conference
(4) Menerima penjelasan dari PA tentang hasil tindakan/hasil
asuhan keperawatan yang telah dilakukan PA
(5) Mendiskusikan masalah yang telah ditemukan dalam
memberikan ASKEP pada pasien dan mencari upaya
penyelesaian masalah
(6) Memberikan reinforcement pada PA
(7) Menyimpulkan hasil post conference
(8) Mengklarifikasi pasien sebelum melakukan operan tugas
jaga shift jaga berikutnya.
Tugas PA :
(1) Mengikuti pre dan post conference
(2) Menyiapkan diri dan melaksanakan askep kepada pasien
yang menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di rekam
keperwatan
(3) Melakukan monitoring respon pasien dan ada bukti di
rekam keperawatan.
(4) Melaksanakan konsultasi tentang masalah pasien kepada
PP.
(5) Membimbing dan melakukan pendidikan kesehatan kepada
pasienyang menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di
rekam keperawatan.
(6) Menerima keluhan pasien dan keluarga serta berusaha
untuk mengatasinya.
(7) Melengkapi catatan asuhan keperawatan pada semua
pasien yang menjadi tanggung jawabnya
(8) Melakukan evaluasi asuhan keperawatan setiap akhir tugas
pada semua pasien yang menjadi tangggung jawabnya dan
ada bukti di rekam keperawatan.
(9) Mengikutinya post conference yang diadakan oleh PP pada
setiap akhir tugas dan melaporkan kondisi/ perkembangan
semua pasien yang menjadi tangung jawabnya dan ada
bukti di rekam keperawatan.
(10) Bila PP tak ada, wajib mengenalkan PA yang ada dalam
satu group yang akan memberikan asuhan keperawatan
pada jaga berikutnya kepada pasien atau keluarga baru.
(11) Mengikuti diskusi kasus/conference dengan dokter/ tim
kesehatan lain setiap seminggu sekali
(12) Mengikuti diskusi kasus/ conference dalam pertemuan
rutin.
(13) Melaksanakan tugas lain sesuai urain tugas PA.
(14) Melaksanakan tugas PP pada sore, malam dan hari libur.
Langkah-langkah Pre dan Post Conference :
(1) Konfrensi dilakukan setiap hari segera setelah pergantian
dinas pagi/sore sesuai dengan jadwal dinas PP
(2) Konfrensi dilakukan oleh PP dan PA dalam timnya
masing-masing
(3) Penyampaikan perkembangan dan masalah klien
berdasarkan hasil evaluasi kemarin dan kondisi klien yang
dilaporkan oleh dinas malam.
Hal-hal yang disampaikan oleh PP meliputi:
(1) Keadaan umum klien
(2) Keluhan klien
(3) Tanda-tanda vital dan kesadaran
(4) Hasil pemeriksaan lab, diagnostic terbaru
(5) Masalah keperawatan
(6) Rencana keperawatan hari ini
(7) Perubahan terapi medis
(8) Rencana medis

b) Kajian Data
Tabel 2.18 Evaluasi Pelaksanaan Pre Conference Di Ruang
Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal

Selalu Sering Kadang Tidak


No Variabel Yang Dinilai
(3) (2) (1) (0)
1 Menyiapkan rungan/ tempat √
2 Menyiapkan rekam medik klien √
Selalu Sering Kadang Tidak
No Variabel Yang Dinilai
(3) (2) (1) (0)
yang menjadi tanggung jawabnya
Menjelaskan tujuan dilakukannya
3 √
pre conference
Memandu pelaksanaan pre
4 √
conference
Menjelaskan masalah
keperawatan klien, dan rencana
5 √
keperawatan yang menjadi
tanggung jawabnya
Membagi tugas kepada PA sesuai
kemampuan yang dimiliki dengan
6 √
memperhatikan keseimbangan
kerja
Mendiskusikan cara dan strategi
7 pelaksanaan asuhan klien/ √
tindakan
Memotivasi untuk memberikan
tanggapan dan penyelesaian
8 √
masalah yang sedang di
diskusikan
Mengklarifikasi kesiapan PA
untuk melaksanakan asuhan
9 √
keperawatan kepada klien yang
menjadi tanggung jawabnya
Memberi reinforcement positif
10 √
pada PA
Menyimpulkan hasil pre
11 √
conference
JUMLAH 12 12 1 0
Persentase 25/ 33 x 100% = 75,7%
Sumber: Hasil observasi tanggal 09-11 Maret di ruang
Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal

total skor
Perhitungan : x 100 %
total skor tertinggi

25
: x 100 % = 75,7%
33
Kategori:
(1) Baik : ≥ 75 %
(2) Cukup baik : 60-74 %
(3) Kurang : ≤ 59 %

Tabel 2.19 Evaluasi Pelaksanaan Post Conference Di Ruang


Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal
Selalu Sering Kadang Tidak
NO Aspek Yang Dinilai
(3) (2) (1) (0)
1 Menyiapkan rungan/ tempat √
Menyiapkan rekam medik klien
2 √
yang menjadi tanggung jawabnya
Menjelaskan tujuan dilakukannya
3 √
post conference
Menerima penjelasan dari PA
tentang hasil tindakan/ hasil
4 √
asuhan keperawatan yang telah di
lakukan oleh PA
Mendiskusikan masalah yang di
temukan dalam memberikan
5 √
askep klien dan mencari upaya
penyelesaian masalahnya
6 Memberi reinforcement pada PA √
Menyimpulkan hasil post
7 √
conference
Mengklarifikasi klien sebelum
8 melakukan operan tugas jaga sift √
jaga berikutnya
JUMLAH 15 6 0 0
Persentase 21/24 x 100% = 87,5%
Sumber: Hasil observasi tanggal 09-11 Maret 2020 di ruang
Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal.

total skor
Perhitungan : x 100 %
total skor tertinggi
21
: x 100 % = 87,5 %
24

Kategori:
(1) Baik : ≥ 75 %
(2) Cukup baik : 60-74 %
(3) Kurang : ≤ 59 %

c) Analisis
Evaluasi pelaksanaan Pre Conference sebesar 75,7%
dengan kriteria baik dan juga Post Conference dengan kriteria
baik dengan persentase sebesar 87,5 %.
8) Timbang Terima
a) Kajian Teori
Timbang terima (operan) merupakan teknik atau cara
untuk menyampaikan atau menerima sesuatu atau laporan yang
berkaitan dengan keadaan klien. Operan dilakukan oleh
Perawat Primer keperawatan kepada Perawat Primer
(penganggung jawab) dinas sore atau dinas malam secara
tertulis dan lisan (Suni, 2018).
Tujuan timbang terima yaitu:
(1) untuk mengkomunikasikan keadaan klien dan
menyampaikan informasi yang penting
(2) menyampaikan kondisi dan keadaan klien
(3) menyampaikan hal yang sudah/ belum dilakukan dalam
asuhan keperawatan kepada klien
(4) menyampaikan hal yang penting yang harus ditindaklanjuti
oleh perawat dinas berikutnya
(5) menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
b) Kajian Data
Tabel 2.20 Lember Observasi Serah Terima Pasien Di
Ruang Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal
Dilakukan
No Kegiatan
Ya Tidak
1 Serah terima pasien/operan jaga diawali √
dengan rapat bersama/ conference antara
petugas sebelumnya dengan petugas yang
baru
2. Petugas jaga lama membacakan buku
laporan yang berisi informasi tentang:
a. Jumlah pasien dan kondisi masing- √
masing pasien
b. Jumlah pasien maksimal care, √
intermediate care dan minimal care
dan pasien dengan resiko tinggi
(manula, bayi, balita, immuno
suprissed, kondisi terminal)
c. Program terapi atau program tindakan √
pasien yang belum terlaksana (konsul
Sp lain, foto, obat, transfusi, dll)
d. Sarana prasarana baik alat kesehatan √
maupun alat kedokteran (jumlah,
kondisi alat)
e. Informasi lain contoh pengumuman- √
pengumuman, aturan pembiayaan
pasien, kondisi bangunan misal bocor,
dll
3. Dilanjutkan keliling ruangan untuk √
mengoperkan pasien satu persatu sambil
menginformasikan kepada pasien dan atau
keluarga bahwa ada pergantian petugas jaga
sambil memperkenalkan petugas jaga yang
akan bertugas
4. Berikutnya mengoperkan alat-alat √
kedokteran atau alat kesehatan lain dan
kondisi masing-masing alat tersebut
5. Mengoperkan obat-obat/ alat kesehatan √
yang tersedia di ruang tempat obat
Dilakukan
No Kegiatan
Ya Tidak
6. Kegiatan serah terima/operan jaga di tulis √
pada buku operan atau blangko lain
7. Kegiatan operan di akhiri dengan jabat √
tangan dan petugas lama berpamitan dengan
petugas baru
TOTAL 7 4
PERSENTASE 7/11 x 100% =
63,6%
Sumber: Hasil observasi tanggal 9-11 maret 2019 di ruang Di
Ruang Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal

total skor
Perhitungan : x 100 %
total skor tertinggi

7
: x 100 % = 63,6%
11

Kategori:
(1) Baik : ≥ 75 %
(2) Cukup baik : 60-74 %
(3) Kurang : ≤ 59 %
c) Analisis
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan timbang terima di ruang Wijaya Kusuma bawah
sudah cukup baik menurut indikator SPO RSUD Kardinah
Tegal dengan presentasi 63,6%. Indikator kegiatan yang
kurang optimal adalah Sarana prasarana baik alat kesehatan
maupun alat kedokteran (jumlah, kondisi alat), Informasi lain
contoh pengumuman-pengumuman, aturan pembiayaan pasien,
kondisi bangunan misal bocor mengoperkan alat-alat
kedokteran atau alat kesehatan lain dan mengoperkan obat-
obatan / alat kesehatan yang tersedia.
b. Proses Manajemen Pelayanan Keperawatan
1) Perencanaan
a) Kajian Teori
Perencanaan adalah sebuah keputusan untuk suatu
kemajuan yang berisikan apa yang akan dilakukan serta
bagaimana, kapan dan dimana akan dilaksanakannya
(Marquis,2011). Perencanaan dimaksudkan untuk menyusun
suatu perencanaan yang strategis dalam mencapai suatu tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. Perencanaan dibuat untuk
menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada
semua pasien menegakan tujuan, mengalokasikan anggaran
belanja, memutuskan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang
dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi yang dapat
mengoptimalkan efektifitas staff serta menegakan kebijakan
dan prosedur operasional untuk mencapai visi dan misi institusi
yang telah ditetapkan.
Perencanaan yang adekuat dan efektif akan mendorong
pengelolaan sumber yang ada dimana kepala ruangan harus
mengidentifikasi tujuan jangkapanjang dan tujuan jangka
pendek serta melakukan perubahan (Marquis danHuston,
2010). Perencanaan kegiatan keperawatan di ruang rawat inap
akan memberi petunjuk dan mempermudah pelaksanaan suatu
kegiatanuntuk mencapai tujuan pelayanan dan asuhan
keperawatan kepada klien. Perencanaan di ruang rawat inap
melibatkan seluruh personil mulai dari perawatpelaksana, ketua
tim dan kepala ruang. Tanpa perencanaan yang adekuat,
prosesmanajemen pelayanan kesehatan akan gagal (Marquis
dan Huston, 2010). Dengan demikian perencanaan dapat
dikoreksi tanpa kehilangan waktu dan efisiensi.
Kerangka perencanaan terdiri dari :
(1) Misi berisi tujuan jangka panjang mengenai bagaimana
langkah mencapai visi.
(2) Filosofi sesuatu yang bisa menguatkan motivasi.
(3) Tujuan berisikan tujuan yang ingin dicapai.
(4) Obyektif berisi langkah-langkah rinci bagaimana mencapai
tujuan
(5) Prosedur berisi pelaksanaan perencanaan
(6) Aturan berisi langkah-langkah antisipasi untuk hal-hal
yang menyimpang
Model perencanaan meliputi :
(1) Reactive Planning yaitu tidak ada perencanaan, manajer
langsung melakukan tindakan begitu menemukan masalah.
Perubahan yang terjadi tidak pasti karena dipengaruhi oleh
masalah dan kondisi yang ada.
(2) Inactive Planning yaitu perencanaan yang sudah dibuat
sejalan dengan masalah yang muncul (telah ada bayangan
atau perencanaan tetapi dalam pelaksanaannya dilakukan
sejalan dengan perkembangan masalah).
(3) Preactive Planning yaitu penyusunan perencanaan dengan
mengetahui rencana ke depan pencapaian target yang
sudah pasti (sudah jelas dan tidak berubah). Ciri dari
perencanaan ini adalah tujuan yang akan dicapai jelas,
terdapat pembatasan antara waktu perencanaan
berlangsung, terdapat indikator untuk pencapaian target,
resiko dan ketidak pastian jelas.
(4) Practive Planning yaitu pembuatan perencanaan dengan
memperhatikan masa lalu, masa sekarang dan masa depan.
Masa lalu digunakan sebagai pengalaman untuk menyusun
perencanaan sekarang dan masa depan, masa sekarang
sebagai pelaksanaan perencanaan, dan masa depan
merupakan perencanaan yang disusun berdasarkan evaluasi
pelaksanaan perencanaan masa lalu dan sekarang.

Perencanaan berdasarkan periode meliputi:


(1) Perencanaan jangka pendek: target waktu dalam seminggu
atau sebulan, Meliputi perubahan jadwal dinas (pagi, siang,
malam) akibat perubahan kondisi bangsal dan permintaan
fasilitas yang segera akibat kerusakan yang tidak dapat
diperkirakan.
(2) Perencanaan jangka menengah : periode dalam waktu satu
tahun, meliputi pengaturan dinas, perbaikan peralatan/
service, permintaan perlengkapan rutin/ barang habis
pakai.
(3) Perencanaan jangka panjang: periode tahun mendatang,
meliputi pengembangan SDM baik perawat maupun non
perawat, penambahan peralatan, penambahan jumlah
tenaga, cuti tahunan, dan sebagainya.

Tugas kepala ruang dalam perencanaan meliputi :


(1) Menyusun rencana kerja kepala unit
(2) Berperan serta dalam menyusun falsafah dan tujuan
pelayanan keperawatan diruang yang bersangkutan.
(3) Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan dari segi
jumlah maupun kualifikasi diruang rawat, koordinasi dan
instalasi.
b) Kajian Data
Data yang didapatkan dalam perencanaan di Ruang
Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal didapatkan
hasil :
Tabel 2.21 Kajian Perencanaan Di Ruang Wijayakusuma
Bawah RSUD Kardinah Tegal
No. Standar Keterangan
1. Perencanaan jangka Jadwal dinas disusun tiap bulan dan
pendek oleh Karu ada dokumen tentang jadwal dinas,
paparan pengetahuan, laporan bulanan
indikator mutu pelayanan dan
pertemuan setiap bulan dengan seluruh
staf keperawatan dan non keperawatan
serta menambah tenaga perawat di
ruangan
2. Perencanaan jangka Membuat daftar permintaan
menengah oleh Karu perlengkapan ruangan atau fasilitas
dengan e-planing yaitu yang
memasukkan data ke dalam komputer,
perbaikan alat dan membuat jadwal
liburan untuk semua staf medis dan
non medis diruangan.
3. Perencanaan jangka Untuk pembangunan perencanaan
panjang oleh Karu yang dilakukan yaitu memperbaiki
infrastruktur dan menambah beberapa
sarana dan prasarana untuk menunjang
pelayanan ruangan.
Sumber:Hasil wawancara kepada PP tanggal 10 Maret 2020 di
ruang Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal
c) Analisis
Berdasarkan kajian data yang diperoleh maka dapat
dianalisis bahwa ruang Wijayakusuma Bawah sudah sesuai
prosedur dengan mempunyai perencanaan jangka pendek,
jangka menengah dan jangka panjang dan melakukan
koordinasi dengan unit pelayanan terkait, salah satunya dengan
melibatkan staf keperawatan dalam perencanaan dan secara
garis besar tidak ada masalah dengan sistem perencanaan di
ruangan.
2) Pengorganisasian
a) Kajian Teori
Pengorganisasian melibatkan semua sumber daya yang ada
dalam suatu sistem orang, modal dan peralatan dalam kegiatan
menuju pencapaian tujuan. Keinginan seorang perawat kepala
adalah memasukan semua unsur manusia dan situasi ke dalam
suatu sistem yang akan mengemban suatu tujuan tertentu dan
mengatur mereka sedemikian rupa sehingga kelompok dapat
bekerja bersama ke arah pencapaian tujuan (Nursalam, 2011).
Tujuan organisasi pada dasarnya adalah memberikan tugas
yang terpisah dan berbeda kepada masing-masing orang dan
menjamin tugas-tugas tersebut terkoordinir. Pengaturan staf
dan penjadwalan adalah komponen untama dalam manajemen
keperawatan. Studi pengaturan staf dapat digunakan untuk
menentukan kebutuhan staf sehubungan dengan ketrampilan
personil, jumlah perawat dan beban kerja (Swansbrug, 2008).
Didalam pengorganisasian asuhan keperawatan dikenal
beberapa model pemberian asuhan keperawatan. Model Praktek
Keperawatan Profesional (MPKP) terdiri dari 5 elemen
subsistem (Hoffart and Words, 2012) yaitu : Nilai-nilai
professional, pendekatan manajemen, metode pemberian askep,
hubungan professional, sistem kompensasi dan penghargaan.
Tugas pokok kepala ruang dalam pengoganisasian
meliputi:
(1) Mengelola kegiatan pelayanan dan asuhan keperawatan
pasien di ruang rawat
(2) Melaksanakan fungsi kolaboratif dengan tim kesehatan lain
(3) Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi pasien dan
keluarga
(4) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bimbingan PKK
(5) Melakukan atau membantu pelaksanaan penelitian
(6) Melakukan pengendalian, pemantauan dan evaluasi
kegiatan guna peningkatan mutu pelayanan keperawatan di
ruang rawat
(7) Mendukung terlaksananya program Patient Safety
Tugas pokok Ketua Tim dalam pengorganisasian meliputi :
(1) Mengatur jadwal dinas timnya yang dikoordinasikan
dengan kepala ruangan
(2) Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan
kewenangannya yang didelegasikan oleh kepala ruangan
(3) Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi
asuhan keperawatan bersama-sama anggota tim
(4) Mengkoordinasikan rencana keperawatan dengan tindakan
medik
(5) Membuat penugasan kepada setiap anggota tim dan
memberikan bimbingan melalui konferensi
(6) Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun
hasil yang diharapkan serta mendokumentasikannya
(7) Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang
pelaksanaan asuhan keperawatan
(8) Menyelenggarakan konferensi
(9) Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan
(10) Melakukan audit asuhan keperawatan yang menjadi
tanggung jawab timnya
(11) Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi pasien dan
keluarga
(12) Mendukung terlaksananya program Patient Safety
Tugas pokok penangung jawab tugas jaga meliputi :
(1) Mengelola kegiatan pelayanan dan asuhan keperawatan
pasien di ruang rawat pada sore, malam dan hari libur.
(2) Melakukan fungsi kolaboratif dengantim kesehatan lain
(3) Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi pasien dan
keluarga
(4) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan bimbingan PKK
(5) Melakukan atau membantu pelaksanaan penelitian
(6) Melakukan pengendalian, pemantauan dan evaluasi
kegiatan guna peningkatan mutu pelayanan keperawatan di
ruang rawat
(7) Mendukung terlaksananya program Patient Safety
b) Kajian Data
(1) Pelaksanaan Tugas Karu
Tabel 2.22 Pelaksanaan Tugas Kepala Ruang
Keperawatan Di Ruang Wijayakusuma Bawah
RSUD Kardinah Tegal
SL SR KD TP
No Tugas Kepala Ruang
(3) (2) (1) (0)
1. Melaksanakan fungsi perencanaan dengan √
cara:
a. Merencanakan jumlah, jenis, dan mutu
tenaga lainnya sesuai kebutuhan ruang
rawat yang berada dibawah tanggung
jawabnya
b. Merencanakan jumlah dan jenis √
peralatan keperawatan yang diperlukan
sebagai penunjang tercapainya pelayanan
di ruang rawat yang berada diwilayah
tanggung jawabnya
c. Merencanakan perawatan pasien oleh √
sejumlah tenaga keperawatan yang
berada diwilayah tanggung jawabnya
secara kesinambungan
d. Merencanakan pengelolaan ruang √
perawatan dan lingkungan sekitar ruang
perawatan diwilayah tanggung jawabnya
2. Melaksanakan fungsi pergerakkan dan √
pelaksana dengan cara:
a. Mengatur dan mengkoordinir seluruh
kegiatan pelayanan di ruang rawat yang
berada diwilayah tanggung jawabnya
melalui pertemuan pagi setiap akan
memulai kegiatan setiap harinya
b. Menyusun dan mengatur jadwal dinas √
tenaga perawatan dan tenaga lainnya di
ruang perawatan yang berada dibawah
tanggung jawabnya, sesuai kebutuhan
dan ketentuan yang berlaku (bulanan,
mingguan, harian dan lain-lain)
SL SR KD TP
No Tugas Kepala Ruang
(3) (2) (1) (0)
c. Memberikan pengarahan dan motivasi √
kepada tenaga perawatan untuk
melaksanakan tugasnya sesuai standar
d. Mengkoordinasi seluruh kegiatan yang √
ada dengan cara kerja sama dengan
berbagai pihak yang terlibat dalam
pelayanan diruang rawat tersebut
e. Mengadakan pertemuan berkala dengan √
pelaksanaaan keperawatan dan tenaga
lainnya yang berada diwilayah tanggung
jawabnya
f. Meningkatkan pengetahuan dan √
ketrampilan dibidang keperawatan,
antara lain melalui pertemuan rutin
g. Mengenal jenis dan kegunaan barang √
atau peralatan serta mengusahakan
pengadaannya sesuai kebutuhan pasien
diruang perawatan agar tercapai
perawatan optimal
h. Menyusun permintaan kebutuhan rutin, √
alat, obat dan bahan yang diperlukan
diruang perawatan
i. Memberikan program orientasi terhadap √
pasien dan keluarganya yang meliputi
penjelasan tentang peraturan Rumah
Sakit, tata tertib, keadaan ruang rawat,
fasilitas yang ada dan cara
penggunaannya serta kegiatan rutin
sehari-hari di ruangan
j. Menjaga perasaan pasien agar merasa √
aman dan terlindungi selama
pelaksanaan pelayanan berlangsung
k. Memberi penyuluhan kesehatan terhadap √
pasien dalam batas wewenangnya
l. Menjaga perasaan petugas agar merasa √
aman dan terlindungi selama
pelaksanaan pelayanan berlangsung
m. Mempertahankan dan meningkatkan √
system pencatatan dan pelaporan tentang
perkembangan pasien dan kegiatan lain
SL SR KD TP
No Tugas Kepala Ruang
(3) (2) (1) (0)
yang dilakukan secara cepat dan benar.
n. Mengadakan kerjasama dan hubungan √
baik dengan kepala ruang lainnya,
seluruh kepala bidang, kepala bagian,
kepala instalasi dan staff medis
fungsional Rumah Sakit
o. Menciptakan dan memelihara lingkungan √
kerja dan suasana kerja yang baik antara
petugas, pasien dan keluarga pasien
sehingga memberikan ketenangan
p. Memotivasi tenaga penunjang dan tenaga √
non perawatan dalam mempersiapan
serta memlihata kebersihan ruang rawat
dan lingkungan
q. Memeriksa dan meneliti pengisian √
formulir sensus di ruang rawat secara
tepat dan benar
r. Memelihara buku register dan berkas √
catatan medis
s. Membuat laporan harian dan bulanan √
mengenai pelaksanaan kegiatan
pelayanan pelaksanaan kegiatan
pelayanan keperawatan serta kegiatan
lain diruang rawat. Selanjutnya
menyampaikan kepada kepada kepala
instalasi dengan tembusan kepada kepala
seksi keperawatan/kepala bidang
keperawatan
t. Melakukan verifikasi kepada seluruh √
dokumentasi asuhan keperawatan yang
dibuat oleh PP dalam wilayah
tanggungjawabnya
u. Memegang teguh rahasia jabatan √
3. Melaksanakan fungsi pengawasan, √
pengendalian dan penilaian dengan cara:
a. Mengawasi, mengoreksi dan menilai
pelaksanaan pelayanan keperawatan
yang telah ditentukan
b. Melaksanakan penilaian terhadap upaya √
peningkatan pengetahuan dan
SL SR KD TP
No Tugas Kepala Ruang
(3) (2) (1) (0)
ketrampilan dibidang keperawatan

c. Mengawasi dan mengendalikan √


pendayagunaan peralatan keperawatan
serta obat-obatan secara efektif dan
efisien
d. Mengawasi pelaksanaan system √
pencatatan pelaporan kegiatan pelayanan
keperawatan serta mendokumentasikan
kegiatan lainnya di ruang rawat
Jumlah 39 28 2
Jumlah Total 69/87x100%
Presentase 79,3%
Sumber: Hasil penyebaran kuesioner ke PP Wijayakusuma Bawah tanggal 10
Maret 2020 RSUD Kardinah Tegal

Keterangan:
SL : Selalu
SR : Sering
KD : Kadang-kadang
TP : Tidak Pernah

nilai yang didapat


Persentase (%) = x 100%
nilai keseluruhan ( n )
69
= x 100 %
87
= 79,3%
Hasil penghitungan jawaban dibuat persentase menurut
kategori Arikunto (2010), yaitu:
76 – 100%: baik
56 – 75% : cukup
40 – 55% : kurang baik
<40% : tidak baik
Berdasarkan Tabel diatas dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan tugas oleh kepala ruang keperawatan masuk
dalam kategori baik 79,3 %. Hampir seluruh tugas karu
sudah dilaksanakan, hanya saja ada beberapa tugas yang
belum dilaksanakan secara optimal yaitu mengenai
memeriksa dan meneliti pengisian formulir sensus di ruang
rawat secara tepat dan benar.
(2) Pelaksanaan Tugas PP
Data yang diperoleh dalam kegiatan penugasan dari
PP didapatkan hasil:
Tabel 2.23 Pelaksanaan PP Di Ruang Wijayakusuma
Bawah RSUD Kardinah Tegal

Dilakukan
No. Tugas
SL SR KD TP
(3) (2) (1) (0)
1. Bertanggung jawab kepada pelayanan dalam 1 √
tim
2. Melakukan timbang terima bersama KARU √
3. Membagi kerja sesuai dengan tingkat √
ketergantungan pasien
4. Menyusun rencana keperawatan √
5. Mengikuti visit dokter √
6. Mengorientasi pasien baru √
7. Mengkoordinir pekerjaan yang harus dilakukan √
bersama
8. Menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan √
kepada perawat pelaksana dibawah tanggung
jawab sesuai pasien yang dirawat
9. Melakukan bimbingan dan evaluasi pada perawat √
pelaksana dalam implementasi dalam
implementasi tindakan apakah sudah sesuai
renpra
10. Melakukan supervise dokumentasi asuhan √
keperawatan
11. Melakukan tindakan keperawatan yang tidak √
dapat dilakukan oleh perawat pelaksana
Dilakukan
No. Tugas
SL SR KD TP
(3) (2) (1) (0)
12. Mengatur pelaksanaan konsultasi dan √
pemeriksaan penunjang
13. Memberikan Penkes √
14. Membuat rencana pasien pulang √
15. Mengusulkan ronde keperawatan kepada kepala √
ruang
16. Membuat laporan jaga √
17. Melaksanakan tugas lumpah atau tugas lain dari √
kepala ruang
Jumlah 24 12 3
Sumber: Hasil penyebaran kuesioner kepada PA tanggal 10 Maret 2020 di
ruang Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal

nilai yang didapat


Persentase (%) = x 100%
nilai keseluruhan ( n )
39
x100% = 76,4%
51
Hasil penghitungan jawaban dibuat persentase menurut
kategori Arikunto (2010), yaitu:
76 – 100%: baik
56 – 75% : cukup
40 – 55% : kurang baik
<40% : tidak baik

Berdasarkan hasil observasi yang di lakukan dapat di


simpulkan bahwa pelaksanaan tugas oleh perawat primer
masuk dalam kategori baik 76,4 %. Hampir seluruh tugas
perawat primer sudah dilaksanakan, hanya saja ada
beberapa tugas yang belum dilaksanakan secara optimal.

(3) Pelaksanaan Tugas PA


Data yang diperoleh dalam kegiatan penugasan dari
PA didapatkan hasil :
Tabel 2.24 Pelaksanaan Tugas PA Di Ruang
Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal
Observasi PA
No. Pernyataan
WKB WKB WKB
1 Melaksanakan operan tugas setiap awal √ √ √
dan akhir jaga dari dan kepada PP yang
ada dalam satu grup
2 Melakukan konfirmasi atau supervisi √ √ √
tentang kondisi pasien segera setelah
selesai operan setiap pasien
3 Melakukan doa bersama setiap awal dan √ √ √
akhir tugas yang dilakukan setelah selesai
serah terima operan tugas jaga
4 Mengikuti pre conference yang dilakukan √ √
PP setiap awal jaga pagi
5 Melaksanakan asuhan keperawatan √ √ √
kepada pasien yang menjadi tanggung
jawabnya dan ada bukti di rekam
keperawatan
6 Melakukan monitoring respon pasien dan √ √ √
ada bukti di rekam keperawatan
7 Melakukan konsultasi tentang masalah 0 0 0
pasien atau keluarga kepada PP
8 Membimbing dan melakukan penkes 0 0 0
kepada pasien yang menjadi tanggung
jawabnya dan ada bukti di rekam medik
keperawatan
9 Menerima keluhan pasien atau keluarga √ √ √
berusaha untuk mengatasinya
10 Melengkapi catatan asuhan keperawatan √ √ √
pada semua pasien yang menjadi
tanggung jawabnya
11 Melakukan evaluasi askep setiap akhir √ √ √
tugas yang menjadi tanggung jawabnya
dan ada bukti di rekam keperawatan
12 Mengikuti post conference yang diadakan √ √ √
PP pada setiap akhir tugas dan
melaporkan kondisi atau perkembangan
Observasi PA
No. Pernyataan
WKB WKB WKB
semua pasien yang menjadi tanggung
jawabnya kepada PP
13 Bila PP tidak ada wajib mengenalkan 0 0 0
perawat yang ada dalam satu grup yang
akan memberikan askep pada jaga
berikutnya pada pasien baru/keluarga
14 Melaksanakan pendelegasian tugas PP √ √ √
pada S/M/HL
Jumlah 11 11 11
Jumlah Total 33
Sumber: Hasil observasi PA tanggal 09-11 Maret 2020 di ruang
Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal.

nilai yang didapat


Persentase (%) = x 100%
nilai keseluruhan ( n )
33
= x 100 %
14 x 3
= 78,5%
Hasil penghitungan jawaban dibuat persentase menurut
kategori Arikunto (2010), yaitu:
76 – 100% : baik
56 – 75% : cukup
40 – 55% : kurang baik
<40% : tidak baik
Berdasarkan Tabel diatas didapatkan hasil bahwa
pelaksanaan tugas PA terlaksana dengan baik yaitu 78,5%.
3) Penggerakan
a) Kajian Teori
Pengarahan adalah proses memberikan bimbingan kepada
staff agar mereka mampu bekerja secara optimal dalam
melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan ketrampilan yang
mereka miliki. Pengarahan ini termasuk didalamnya adalah
kejelasan komunikasi, pengembangan motivasi yang efektif.
Pelaksanaan pengarahan (actuating) merupakan fungsi yang
paling fundamental dalam manajemen, karena merupakan
pengupayaan berbagai jenis tindakan itu sendiri, agar semua
anggota kelompok mulai dari tingkat teratas sampai terbawah,
berusaha mencapai sasaran organisasi sesuai rencana yang telah
ditetapkan semula, dengan cara terbaik dan benar.
Hakikat dari pengarahan adalah sebagai keseluruhan usaha,
cara, tekhnik dan metode untuk mendorong para anggota
organisasi dengan efisien, efektif dan produktif. Para anggota
organisasi akan bersedia mengerahkan segala kemampuan,
tenaga, keahlian, ketrampilan, dan waktunya bagi kepentingan
pencapaian tujuan organisasi apabila kepada mereka diberikan
penjelasan yang lengkap tentang hakikat, bentuk dan sifat
tujuan yang hendak dicapai.
Usaha meyakinkan para anggota organisasi untuk
memahami dan menerima tujuan dan berbagai sasaran tersebut
diperkirakan akan lebih mudah apabila para manager berhasil
pula meyakinkan para bawahannya dalam mengemudikan
organisasi, para manajer tersebut akan menggunakan gaya
manajerial yang mencerminkan pengakuan atas harkat dan
mahabat para bawahannya sebagai insan yang ada. Pimpinan
organisasi perlu menjelaskan kebijaksanaan-kebijaksanaan
yang akan ditempuh oleh organisasi dalam usaha pencapaian
tujuan dan berbagai sasaran organisasional yang sekaligus
berusaha memuaskan berbagai kebutuhan para bawahan
tersebut. Para manajer perlu menjelaskan bentuk pewadahan
kegiatan yang dianggap paling tepat untuk digunakan dalam
penekanan diberikan pada interaksi positif antara orang-orang
dalam satu satuan kerja dan antar satuan kerja dalam organisasi
berdasarkan kebiasaan, norma-norma, dan kultur organisasi
yang telah disepakati bersama. Dalam menggerakan para
bawahan, para manajer harus selalu mempertimbangkan
pandangan para bawahan tentang organisasi kemampuan yang
dimiliki oleh organisasi akan siap menyelenggarakan semua
kegiatan operasional yang diharapkan atau diharuskan untuk
dilakukan.
Penggerakan adalah menggerakan orang-orang agar mau
bekerja, menciptakan suasana bekerja yang lebih mendukung
bukan hanya karena perintah, tetapi dengan kesadaran sendiri
dan rasa tanggung jawab, serta termotivasi secara internal
(Suarli, 2009).
b) Kajian Data
Tabel 2.25 Pelaksanaan Tugas Kepala Ruang Di Ruang
Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal
SL SR KD TP
Tugas Kepala Ruang
(3) (2) (1) (0)
Melaksanakan fungsi pergerakkan dan √
pelaksana dengan cara:
a. Mengatur dan mengkoordinir seluruh
kegiatan pelayanan di ruang rawat yang
berada diwilayah tanggung jawabnya
melalui pertemuan pagi setiap akan
memulai kegiatan setiap harinya
b. Menyusun dan mengatur jadwal dinas √
dS
tenaga perawatan dan tenaga lainnya di
ruang perawatan yang berada dibawah
tanggung jawabnya, sesuai kebutuhan
dan ketentuan yang berlaku (bulanan,
mingguan, harian dan lain-lain)
c. Memberikan pengarahan dan motivasi √
kepada tenaga perawatan untuk
melaksanakan tugasnya sesuai standar
d. Mengkoordinasi seluruh kegiatan yang √
ada dengan cara kerja sama dengan
berbagai pihak yang terlibat dalam
pelayanan diruang rawat tersebut
e. Mengadakan pertemuan berkala dengan √
pelaksanaaan keperawatan dan tenaga
lainnya yang berada diwilayah tanggung
jawabnya
f. Meningkatkan pengetahuan dan √
ketrampilan dibidang keperawatan,
antara lain melalui pertemuan rutin
g. Mengenal jenis dan kegunaan barang √
atau peralatan serta mengusahakan
pengadaannya sesuai kebutuhan pasien
diruang perawatan agar tercapai
perawatan optimal

h. Menyusun permintaan kebutuhan rutin, √


alat, obat dan bahan yang diperlukan
diruang perawatan
i. Memberikan program orientasi terhadap √
pasien dan keluarganya yang meliputi
penjelasan tentang peraturan Rumah
Sakit, tata tertib, keadaan ruang rawat,
fasilitas yang ada dan cara
penggunaannya serta kegiatan rutin
sehari-hari di ruangan
j. Menjaga perasaan pasien agar merasa √
aman dan terlindungi selama
pelaksanaan pelayanan berlangsung
k. Memberi penyuluhan kesehatan terhadap √
pasien dalam batas wewenangnya
l. Menjaga perasaan petugas agar merasa √
aman dan terlindungi selama
pelaksanaan pelayanan berlangsung
m. Mempertahankan dan meningkatkan √
system pencatatan dan pelaporan tentang
perkembangan pasien dan kegiatan lain
Sumber :Hasil penyebaran kuesioner kepada PP
Wijayakusuma Bawah tanggal 10 Maret 2020 RSUD
Kardinah Tegal
Keterangan:
0 : Tidak Pernah
1 : Kadang-kadang
2 : Sering
3 : Selalu
nilai yang didapat
Persentase (%) = x 100%
nilai keseluruhan ( n )
49
= x 100 %
63
= 77,8%
Hasil penghitungan jawaban dibuat persentase menurut
kategori Arikunto (2010), yaitu:
76 – 100% : baik
56 – 75% : cukup
40 – 55% : kurang baik
<40% : tidak baik

c) Analisis Data
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara mengenai
penggerakan dan pelaksanaan di ruang Wijayakusuma Bawah
kepala ruang didapatkan bahwasanya tugas kepala ruang dalam
kategori baik sesuai dengan data yang didapat data hasil
observasi terhadap pelaksanaan tugas kepala ruang
mendapatkan persentase sebesar 77,8% dalam indikator baik.
Kepala ruang telah melaksanakan tugasnya dalam
pengarahan dan pelaksanaan. Kepala ruang memberikan
komando, arahan dan bimbingan kepada seluruh staf
keperawatan ataupun non keperawatan. Pengarahan bimbingan
dan komando sering dilakukan oleh kepala ruang pada saat
dilakukanya meeting morning.
4) Pengawasan
(a) Kajian Teori
Pengawasan adalah membandingkan hasil kinerja dengan
standar dan mengambil tindakan korektif bila kinerja yang
didapat tidak sesuai standar (Nursalam, 2008). Pengawasan
melalui komunikasi mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan ketua tim maupun pelaksanaan mengenai asuhan
keperawatan yang diberikan kepada klien. Fungsi pengawasan
mencakup 4 unsur yaitu:
(1) Penetapan standar pelaksanaan
(2) Penetapan ukuran-ukuran pelaksanaan
(3) Pengukuran pelaksanaan nyata dibandingkan dengan
standar yang ditetapkan
(4) Pengambilan tindakan koreki
Pelaksanaan pengawasan antara lain yaitu:
(1) Pelaksanaan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri
atau melalui laporan langsung secara lisan dan
memperbaiki atau melalui laporan langsung secara lisan
dan memperbaiki atau mengawasi kelemahan yang ada
saat itu juga.
(2) Pengawasan tidak langsung dengan mengecek daftar hadir
perawat yang ada, membaca dan memeriksa rencana
keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan sesudah
proses keperawatan dilaksanakan, mendengar laporan dari
KaTim/ PP mengenai pelaksanaan tugas.
(3) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan
dengan rencana perawatan yang telah disusun bersama
KaTim/ PP.
(4) Mengaudit, untuk keperluan evaluasi hasil kerja diperlukan
dahulu persiapan antara lain: Standar Operating Prosedur.
(b) Kajian Data
Tabel 2.26 Kepala Ruang sebagai Pengawas, Pengendali,
dan Penilaian Di Ruang Wijayakusuma Bawah RSUD
Kardinah Tegal

SL SR KD TD
No. Nama Kegiatan
(3) (2) (1) (0)
1. Mengawasi, mengoreksi dan 2
menilai pelaksanaan pelayanan
keperawatan yang telah
ditentukan
2. Melaksanakan penilaian terhadap 2
upaya peningkatan pengetahuan
dan ketrampilan di bidang
keperawatan
3. Mengawasi dan mengendalikan 2
pendayagunaan peralatan
keperawatan serta obat-obatan
secara efektif dan efisien
4. Mengawasi pelaksanaan sistem 1 1
pencatatan pelapor kegiatan
pelayanan keperawatan serta
pendokumentasian kegiatan
lainnya di ruang rawat
Jumlah 15 6
Jumlah total 21/24 x 100% = 87,5%
Sumber: Hasil penyebaran kuesioner kepada PP
Wijayakusuma Bawah tanggal 10 Maret 2020 RSUD
Kardinah Tegal
Keterangan:
SL : Selalu
SR : Sering
KD : Kadang-kadang
TP : Tidak Pernah
nilai yang didapat
Persentase (%) = x 100%
nilai keseluruhan ( n )

21
= 25 x 100 %
= 87,5%
Hasil penghitungan jawaban dibuat persentase menurut
kategori Arikunto (2010), yaitu:
76 – 100% : baik
56 – 75% : cukup
40 – 55% : kurang baik
<40% : tidak baik
(c) Analisis Data
Berdasarkan hasil observasi di Wijayakusuma Bawah,
secara keseluruhan kegiatan pengawasan dalam penilaian tugas
kepala ruang sebagai pengawas, pengendali, dan penilaian di
ruang Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal diperoleh
nilai 87,5% dengan kategori baik.

b. Proses Bimbingan Klinik dengan Mahasiswa Praktikan


Praktik klinik dalam keperawatan adalah kesempatan kepada
mahasiswa untuk menerjemahkan pengetahuann teoritis ke dalam
tindakan yang sesungguhnya, pembelajaran klinik tidak hanya
menerapkan teori-teori yang telah diperoleh. Proses manajemen
bimbingan praktek klinik keperawatan yaitu:
1) Perencanaan
Praktek klinik adalah suatu bentuk pengalaman belajar yang
dilaksanakan dalam tatanan pelayanan kesehatan secara nyata
dimana peserta didik diharapkan langsung dengan klien dan situasi
yang nyata, pembelajaran klinik tidak hanya menerapkan teori-teori
yang telah diperoleh dari kampus (Munthe, 2009)
Peserta didik berkesempatan dalam melatih diri melaksanakan
asuhan keperawatan professional, dan melatih kemampuan untuk
berhubungan langsung ke dalam masalah nyata. Hal tersebut perlu
adanya bimbingan dari Instruktur klinis (clinical instructor) dalam
membimbing dan mengembangkan keterampilan praktik klinis
mahasiswa keperawatan. Clinical instructor berperan sebagai
mediator dan fasilitator.
Sebelum melakukan praktik ada beberapa yang harus dipenuhi
yaitu :
a) Direktur RSUD Kardinah Tegal mendelegasikan penerimaan
mahasiswa kepada kepala bidang diklat.
b) Penentuan lokasi praktek diajukan oleh pihak akademi sesuai
dengan kompetensi mahasiswa di koordinasikan dengan diklat.
c) Bidang perawatan atau penanggung jawab bimbingan PKK
menyerahkan kerangka acuan bimbingan PKK, penetapan
lokasi sesuai dengan kompetensi yang ingin di capai.
d) Mahasiswa selanjutnya akan menemui pembimbing klinik dan
pembimbing klinik akan memberikan pengarahan, orientasi
ruangan dan tugas pembuatan asuhan keperawatan.
e) Bimbingan dilakukan oleh pembimbing klinik, pembimbing
klinik adalah seorang tenaga keperawatan yang profesional
yang di beri wewenang dan tanggung jawab membimbing
secara langsung peserta didik.
Dalam proses bimbingan terhadap mahasiswa PKK, peranan
pembimbing klinik adalah sebagai berikut :
a) Melakukan kerjasama dengan pembimbing akademik dalam
rangka kelancaran pelaksanaan bimbingan PKK sesuai dengan
metode yang telah ditentukan.
b) Mengikuti kegiatan bimbingan sesuai metode yang ditentukan.
c) Mempersiapkan kelengkapan bahan peralatan dan pasien yang
akan menjadi sumber pengalaman dilahan.
d) Mengikutkan peserta didik dalam kerja keperawatan.
e) Memotivasi minat dan semangat belajar untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik
f) Memfasilitasi peserta didik saat memberikan asuhan kepada
pasien.
g) Mengetahui pasien kelolaan peserta didik
h) Mengecek dokumentasi di status kelolaan peserta didik.
i) Memantau pelaksanaan praktek yang meliputi kemampuan,
ketaatan, serta memberikan teguran bila terjadi pelanggaran.
j) Mengarah dan membimbing peserta didik dalam rangka
pencapaian target kompetensi yang diharapkan.
k) Mengesahkan pencapaian target kompetensi peserta didik.

2) Pengorganisasian
Pengorganisasian mahasiswa PKK di ruang Wijayakusuma
Bawah sebagai berikut:
a) Penerimaan
b) Peserta didik diserahkan dari institusi, kepada Ruang
Wijayakusuma Bawah
(1) Orientasi
(a) Umum
Orientasi yang bersifat umum diberikan dalam satu
hari, yang meliputi orientasi tugas secara umum,
tujuan orientasi umum adalah agar peserta didik
memahami tentang PPI rumah sakit, struktur
organisasi, tata tertib dan sanksi peserta didik PKK,
sistem pelayanan keperawatan, penjelasan tentang
pelaksanaan PKK.
(b) Khusus
Orientasi yang bersifat khusus diberikan pada awal
pelaksanaan PKK di ruangan, yang meliputi :
i) Orientasi Ruang
Meliputi Struktur Organisasi Tata Kerja (SOTK)
instalasi, Struktur Organisasi Tata Kerja (SOTK)
ruang rawat, Tata tertib ruang rawat dan Fasilitas
ruang rawat
ii) Orientasi Tugas
Meliputi MPKP Ruang rawat, Standar asuhan
keperawatan 10 kasus terbesar di ruang rawat,
Fasilitas alat keperawatan dan Sistem penugasan
peserta didik.

3) Menetapkan pembimbing klinik


Divisi keperawatan dan penanggung jawab PKK segera
menyiapkan pembimbing PKK, sesuai kriteria yang telah ditetapkan
di masing-masing lahan praktek.
Institusi pendidikan wajib menjelaskan rencana pelaksanaan
PKK peserta didik (tujuan, kompetensi, penugasan, dll) kepada
pembimbing PKK yang dipakai sebagai lahan praktek satu minggu
sebelum pelaksanaan PKK. Waktu penjelasan sesuai dengan
kesepakatan pembimbing institusi pendidikan dan pembimbing
lahan. Proses bimbingan dilakukan oleh pembimbing klinik.
Pembimbing klinik adalah seorang tenaga perawat profesional yang
diberi wewenang dan tanggung jawab membimbing secara langsung
peserta didik.
4) Metode pembelajaran klinik
a) Kajian Teori
Menurut Nursalam (2012) metode pembelajaran klinik ada
beberapa macam yaitu :
(1) Eksperensial
Metode ini memberikan pengalaman yang langsung
dari kejadian, baik melalui praktik klinis yang melibatkan
interaksi dengan klien yang nyata dan orang lain di
lapangan atau melalui pengalaman yang seperti kenyataan.
(2) Proses Insident
Insiden harus berasal dari pengalaman klinik yang
baru dialami oleh peserta didik. Insiden harus dapat
berorientasi pada klien, staf, ataupun lingkungan.
(3) Observasi : Field trip, ronde keperawatan, observasi
lapangan, emonstrasi.
Observasi terhadap pengalaman actual dilapangan atau
terhadap suatu perangan yang diperlukan untuk belajar
didapat melalui modeling.
(4) Bed-Side Teaching
Metode pembelajaran klinik yang berbeda langsung
disamping atau bersama dengan klien.
(5) Conference
Pertemuan atau konferensi kliik/ lapangan merupakan
bentuk diskusi kelompok mengenai beberapa aspek praktik
klinik/lapangan. Conference meningkatkan pembelajaran
pemecahan masalah yaitu bahwa kelompok akan
melakukan analisis kritis terhadap masalah dan menerima
umpan balik langsung dari pengajar. Dalam satu
Conference, kelompok peserta didik semakin terbuka
terhadap berbagai situasi yang ada di lapangan, yang
mungkin banyak diantaranya bekum pernah dialami
peserta didik.
(6) Metode Studi Asuhan Keperawatan (Nursing case study).
Studi asuhan keperawatan merupakan suatu kegiatan
pemecahan masalah dimana peserta didik melakukan
pengkajian secara mendalam dan menyeluruh mengenai
masalah klinik yang mendasari pada perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi terhadap tindakan yang
dilakukan.
b) Kajian Data
Dari hasil wawancara dengan pembimbing lahan ataupun
pembimbing klinik di RSUD Kardinah Tegal, didapatkan
bahwa metode pembelajaran disini menggunakan dan Studi
Asuhan Keperawatan dan Metode Eksperensial. Pada awal,
mahasiswa masuk ke ruangan, pembimbing klinik akan
melakukan orientasi ruangan dan memberikan arahan serta
kasus. Mahasiswa diberikan satu kasus atau mahasiswa
memilih sendiri kasus tersebut sesuai kesepakatan. Mahasiswa
diberikan tugas membuat laporan pendahuluan sesuai kasus
yang didapatkan dan asuhan keperawatan dikelola selama
minimal tiga hari. Pembimbing klinik akan melakukan
bimbingan setiap minggunya sesuai kesepakatan kontrak
dengan mahasiswa. Pembimbing klinik mengevaluasi
mahasiswa dengan memberikan beberapa pertanyaan tentang
pengetahuan dari laporan pendahuluan yang telah dibuat dan
mengklarifikasi asuhan keperawatan kelolaan mahasiswa.
Pembimbing klinik akan memberikan penilaian responsi tugas
sesuai ketentuan dari pihak akademik. Sedangkan Metode
Eksperensial yang di maksudkan yaitu pembimbing klinik atau
CI melibatkan peserta didik untuk berinteraksi dengan klien
dan orang lain di lapangan, dan memberikan pengalaman yang
seperti kenyataan
c) Analisis
Pembimbing klinik di ruang RSUD Kardinah Tegal sudah
memberikan bimbingan dan pengarahan kepada mahasiswa
praktik yaitu mahasiswa diperbolehkan untuk melakukan
tindakan keperawatan sesuai dengan apa yang peserta didik
diajarkan di kampus. Pembimbing klinik juga membagikan
kasus kepada setiap mahasiswa dan asuhan keperawatan
dikelola selama minimal 3 hari. Bimbingan dilaksanakan setiap
minggu 1 kali pertemuan, pembimbing mengevaluasi tugas
yang telah dibuat mahasiswa. Pembimbing melakukan responsi
kepada mahasiswa dan memberikan nilai dengan format yang
sudah ada dari pihak akademik serta penilaian disesuaikan
dengan kemampuan mahasiswa menjawab pertanyaan dan
ketepatan dalam memberikan asuhan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai