Disusun oleh,
1. RUNDAH (190104084)
2. SEPTIKA MIRNA NINGRUM (190104086)
3. SINTIA AGUSTIN (190104087)
4. SUTINAH (190104095)
5. TIYA WIDIASTUTI (190104098)
6. UMI FAYONAH (190104099)
7. WAHYU TARUNA AJI (190104101)
8. WINDI SULISTYANI (190104104)
9. YESSY ANGGRAENI (109104107)
PURWOKERTO
2020
HALAMAN PENGESAHAN
Mengesahkan,
SUGIARTO, AMK
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR......................................................................................
DAFTAR TABEL...........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................................................
B. Tujuan Praktek Management ........................................................
C. Waktu..............................................................................................
D. Peserta.............................................................................................
E. Manfaat...........................................................................................
F. Cara Pengkajian..............................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Manajemen...........................................................................
B. Fungsi-Fungsi Manajemen...........................................................................
C. Pengertian Manajemen Keperawatan...........................................................
D. Komponen Manajemen Keperawatan..........................................................
E. Prinsip Dasar Manajemen Keperawatan......................................................
F. Model Praktik Keperawatan Profesional...........................................
G. Teori Perhitungan Ketenagaan Perawat Di ruang Rawat Inap.........
BAB III PENGKAJIAN
A. Gambaran Umum Rumah Sakit .....................................................
B. Gambaran Umum Ruang Perawatan..............................................
C. Pengkajian Fungsi Manajemen.......................................................
D. Analisa SWOT................................................................................
E. Identifikasi Masalah........................................................................
F. Prioritas Masalah............................................................................
BAB IV PERENCANAAN
A. Rencana Kegiatan...........................................................................
1. Sumber Daya............................................................................
2. Jadwal Kegiatan........................................................................
B. Rancangan Rencana Kegiatan dan Indikator Penilaian..................
C. POA................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Tabel BOR Ruang Wijaya Kusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal 3 Bulan
Terakhir (Desember 2019 s.d Februari 2020)
Tabel Daftar Fasilitas Pasien di Setiap Kamar di Ruang Wijaya Kusuma Bawah
Tabel Tarif Pelayanan Instalasi Rawat Inap di Ruang Wijaya Kusuma Bawah
Tabel Hasil Kepuasan Pasien dan Keluarga Tentang Pelayanan Rumah Sakit di
Ruang Wijaya Kusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal
Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT karena telah melimpahan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan judul
“Laporan Praktek Profesi Ners Stase Manajemen Di Ruang Wijayakusuma
Bawah RSUD Kardinah Tegal”. Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada
junjungan Nabi Besar Muhammad SAW sehingga penulis mendapatkan kemudahan
dalam menyelesaikan laporan ini.
Sehubungan dengan itu, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Direktur RSUD Kardinah Tegal
2. Wakil Direktur Diklat RSUD Kardinah Tegal
3. Kepala Bidang Keperawatan RSUD Kardinah Tegal
4. Kepala Ruang (Sugiarto, AMK)
5. Pembimbing Klinik (Suci Budiyanti, S.Kep., Ns.)
6. Pembimbing Akademik (Tri Sumarni, S.Kep., Ns. M.Kep.)
7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, penulis
mengucapkan terima kasih atas dukungan dan bantuannya selama ini.
8. Teman- teman Kelompok II yang sudah bekerja sama dalam penyusunan
laporan stase manajemen ini
Semoga bimbingan dan arahan serta dorongan yang telah diberikan mendapat
balasan sesuai dengan amal pengabdiannya dari Allah SWT. Tiada gading yang tak
retak, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca dalam rangka perbaikan penulisan selanjutnya. Akhir kata semoga laporan
ini bermanfaat untuk kita semua. Amin Ya Robbal’alamin.
Tegal, Maret 2020
(Tim Penulis)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah bagian dari keseluruhan sistem pelayanan kesehatan
yang dikembangkan melalui rencana pembangunan kesehatan. Sehingga
pengembangan kesehatan, yakni harus sesuai dengan garis-garis Besar Haluan
Negara, Sistem Kesehatan Nasional dan Repelita dibidang kesehatan serta
peraturan perundang-undangan lainnya. Menurut Permenkes No. 147 Tahun 2010.
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan dan gawat darurat. Pembangunan di bidang kesehatan saat ini
dirasakan pesat kemajuannya. Sejalan dengan berkembangnya IPTEK berbagai
peralatan canggih dibidang kedokteran telah banyak ditemukan, sehingga dapat
mempermudah proses pelayanan kesehatan. Pelaksanaan pelayanan rumah sakit
secara umum diperlukan kerjasama tim dari berbagai profesi baik dokter, dokter
gigi, perawat dan tenaga kesehatan lain, hal ini berpengaruh terhadap pelayanan
yang diberikan kepada pasien (Triwibowo, 2012). Salah satu peralatan yang
canggih dimiliki tenaga kesehatan yaitu thermometer yang berfungsi untuk
memantau suhu badan pasien yang ditempatkan dilipatan lipatan tubuh seperti
ketiak. Pemeriksaan suhu tubuh pasien yang bergantian ini bisa berisiko penularan
terinfeksi jamur, penyakit antara pasien yang satu dengan yang lainnya, terlebih
lagi jika termometer tersebut sudah terinfeksi jamur yang sangat berbahaya. Hal
ini dikarenakan tingkat kebersihan thermometer tidak terjaga.
Sebuah penelitian di Universitas Oxford menemukan, termometer yang
digunakan pada 57 dari 66 pasien yang dirawat dengan perawatan intensif,
mengandung jamur tersebut. Tidak hanya penggunaan alat, penerapan cuci tangan
terhadap pasien, keluarga dan pengunjung juga masih kurang maksimal,
rendahnya kepatuhan cuci tangan pada keluarga pasien atau pengunjung saat
kunjungan sangat beresiko terjadinya penularan penyakit dan terjadinya infeksi.
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan di era global
ini dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Oleh
karena itu keperawatan di Indonesia pada saat ini dan di masa akan datang perlu
mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan keperawatan dengan
memperhatikan dan mengelola perubahan yang terjadi di Indonesia secara
profesional. Kontribusi pelayanan keperawatan terhadap pelayanan kesehatan,
yang dilaksanakan disarana kesehatan sangat tergantung pada manajemen
pelayanan perawatan. Manajemen pelayanan keperawatan merupakan suatu proses
perubahan atau transformasi dari sumber daya yang dimiliki untuk mencapai
tujuan.
Manajemen adalah suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi (Nursalam, 2015). Manajemen juga
didefinisikan sebagai proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui upaya orang
lain. Manajemen berfungsi untuk melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan
dalam rangka pencapaian tujuan dalam batas yang telah ditentukan pada tingkat
administrasi (P. Siagian, 2010).
Proses manajemen di bagi menjadi lima tahap yaitu perencanaan,
pengorganisasian, kepersonaliaan, pengarahan dan pengendalian (Marquis dan
Huston, 2010). Manajemen keperawatan merupakan salah satu mata kuliah yang
ada pada Pendidikan Profesi Ners Universitas Harapan Bangsa Purwokerto. Fokus
mata kuliah manajemen keperawatan yaitu pada pengelolaan praktek klinik,
kepemimpinan dan manajemen keperawatan di ruang rawat untuk memenuhi
pencapaian kompetensi melalui aplikasi mengintegrasikan fungsi - fungsi
kepemimpinan dan manajemen pada lingkup menejemen pelayanan dan
manajemen asuhan keperawatan,
Prinsip-prinsip manajemen diperlukan untuk pengelolaan pelayanan
keperawatan, rumah sakit sebagai salah satu penyelenggara pelayanan kesehatan,
salah satunya adalah penyelenggara pelayanan asuhan keperawatan yang
senantiasa memberikan pelayanan yang memuaskan kepada klien maupun
keluarganya (Kemenkes, 2016).
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kardinah sebagai salah satu
penyelenggara pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian serta usaha lain di
bidang kesehatan, bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan senantiasa
berorientasi kepada kepentingan masyarakat. Rumah sakit perlu di dukung dengan
adanya organisasi dan manajemen yang baik dengan berorientasi pada mutu
pelayanan bagi masyarakat. Perawat sebagai bagian dari pelayanan kesehatan,
dituntut untuk memiliki kemampuan manajerial yang tangguh sehingga pelayanan
yang diberikan mampu memuaskan kebutuhan klien. Kemampuan manajerial yang
dimiliki perawat dapat dicapai melalui banyak cara. Salah satu cara untuk dapat
meningkatkan ketrampilan manajerial yang baik selain didapatkan di bangku
kuliah juga harus melalui pembelajaran di lahan praktik.
Mahasiswa Program Studi Profesi Ners Universitas Harapan Bangsa
Purwokerto dituntut untuk dapat mengaplikasikan langsung pengetahuan
manajerialnya di Ruang Wijayakusuma bawah RSUD Kardinah Tegal yang
berlangsung selama 3 minggu yaitu tanggal 9 Maret 2019 –28 Maret 2019 dengan
arahan dari pembimbing lapangan maupun dari pembimbing akademik yang
intensif. Adanya praktik manajemen ini diharapkan mahasiswa mampu
menerapkan ilmu yang didapat dan mengelola ruang perawatan dengan
pendekatan proses manajemen.
Ruang Wijayakusuma Bawah dalam pemberian sistem asuhan keperawatan
yang di berikan kepada klien menggunakan metode fungsional yang dilaksanankan
oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan, Perawat ditugaskan untuk
melakukan tugas tertentu untuk dilaksanakan kepada semua pasien yang dirawat
disuatu ruangan. Dalam rangka meningkatkan keterampilan manajerial peserta
didik keperawatan selain mendapatkan materi manajemen keperawatan juga
melakukan praktek langsung di lapangan. Dalam memberikan asuhan keperawatan
tentunya perawat harus memperhatikan proses dokumentasi keperawatan tidak
hanya implementasinya saja. Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting
dalam sitem pelayanan kesehatan, karena adanya dokumentasi yang baik,
informasi mengenai keadaan kesehatan klien dapat diketahui secara
berkesinambungan.
B. Tujuan Praktik
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengelola asuhan keperawatan dan bimbingan praktik
klinik keperawatan di ruang rawat inap sesuai dengan konsep dan langkah
manajemen keperawatan sehingga menghasilkan kualitas pelayanan
professional.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan di ruang Wijaya
Kusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal, mahasiswa mampu:
a. Melakukan pengkajian tentang keadaan ruang perawatan untuk menemukan
masalah-masalah yang ada.
b. Mengumpulkan data, menganalisis data dan memahami data masalah dalam
pengorganisasian asuhan keperawatan.
c. Menyusun perencanaan untuk menyelesaikan masalah yang ada
d. Mengorganisasaikan pelaksanaan kegiatan keperawatan
e. Melakukan tindakan berdasarkan rencana kegiatan yang disusun untuk
menyelesaikan masalah.
f. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan
g. Melakukan role play tentang managerial ruangan (Kepala Ruang, Perawat
Primer, Perawat Asosiated)
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Pelaksanaan praktek manajemen keperawatan mahasiswa Profesi Ners
dilaksanakan di ruang Wijaya Kusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal yang
berlangsung mulai tanggal 9 Maret 2020 sampai dengan tanggal 28 Maret 2020.
D. Cara Pengkajian
Metode pengumpulan data dalam praktek manajemen keperawatan di
ruang Wijayakusuma Bawah dilakukan dengan cara:
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data kondisi fisik ruangan,
inventaris ruangan, proses pelayanan, dan asuhan keperawatan yang langsung
dilakukan kepada klien.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada kepala ruangan, perawat serta pasien dan
keluarga pasien untuk mengumpulkan data tentang proses orientasi pelayanan
pasien.
3. Studi Dokumentasi
Kegiatan dilakukan untuk pengumpulan data mengenai karakteristik
pasien, ketenagaan, dokumentasi proses keperawatan, manajemen ruangan,
prosedur tetap ruangan, dan inventaris ruangan.
4. Angket
Angket digunakan untuk mengetahui kepuasan pasien terhadap asuhan
keperawatan, penerapan standar asuhan keperawatan dan pelaksanaan Model
Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) dan untuk mengetahui seberapa jauh
kepuasan kerja perawat.
E. Praktikan
Mahasiswa Program Studi Profesi Ners Universitas Harapan Bangsa Purwokerto
dengan anggota :
1. Rundah, S.Kep.
2. Septika Mirna Ningrum, S.Kep.
3. Sintia Agustin, S.Kep.
4. Sutinah, S.Kep.
5. Tiya Widiastuti, S.Kep.
6. Umi Fatonah, S.Kep.
7. Wahyu Taruna Aji, S.Kep.
8. Windi Sulistiani, S.Kep.
9. Yessy Anggraeni, S.Kep
BAB II
KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN
RUANG WIJAYA KUSUMA BAWAH RSUD KARDINAH TEGAL
K. 1 K. 2 K. 3 K. 4 K. 5 K. 6
Mushol
Dapur Kantor Perawat
a
Keterangan :
: Tangga utama ke WK atas
U
B T
S
Gambar 2.2 Struktur Organisasi Ruang Wijaya Kusuma Bawah RSUD
Kardinah Tegal Tahun 2020
WADIR PELAYANAN
dr. HERY SUSANTO, Sp. A
KEPALA RUANG
SUGIARTO, AMK
PELAKSANA
ELMI FARIQOH, AMK
ADMINISTRASI
DIANTORO, S. Kep, Ns PRAMUSAJI 1 PRAMUSAJI 2 PRAMUSAJI 3
SRI ASIH SISWATI NURKHASANAH
2. Unsur Input
a. Pasien
1) Kajian teori
Menurut Permenkes RI No.4 tahun 2018 tentang kewajiban rumah
sakit dan kewajiban pasien, pasien adalah setiap orang yang melakukan
konsultasi masalah kesehhatannya untuk memperoleh pelayanan
kesehatan yang diperlukakan, baik secara langsung maupun tidak
langsung di Rumah Sakit.
2) Kajian data
Ruang Wijayakusuma Bawah adalah ruang rawat inap kelas I yang
melayani perawatan pasien bedah baik pria dan wanita dengan perawatan
pasien pre dan post operasi. Jumlah pasien yang dirawat diruang Wijaya
Kusuma Bawah selama periode Desember 2019 – Februari 2020
dijelaskan dalam tabel 2.2
Tabel 2.2 Distribusi Jumlah Pasien Masuk di Ruang Wijayakusuma
Bawah RSUD Kardinah Tegal Bulan Desember 2019 -
Februari 2020
No Bulan Jumlah
1 Desember 53
2 Januari 63
3 Februari 52
Total 168
56
Rata-rata
Sumber :Laporan Bulanan Rekam Medik Periode Desember 2019 -
Februari 2020
Berdasarkan data yang diperoleh dari tabel 2.2 menunjukan
bahwa jumlah pasien tertinggi pada bulan Januari 2020 dengan 63
pasien dan terendah pada bulan Februari 2020 dengan 52 pasien.
Tabel 2.3 Distribusi 10 Besar Penyakit di Ruang Wijayakusuma
Bawah RSUD Kardinah Tegal Bulan Desember 2019 -
Februari 2020
No Jumlah Persentasi
NamaPenyakit
1 43 25,5%
Katarak
2 32 19,04%
Fraktur
3 29 17,2%
Batu ginjal
4 21 12,5%
BPH
5 17 10,1%
Inpaksi odon
6 10 6%
Hernia
7 7 4,1%
Osteoarthritis
8 4 2,3%
Colelitiasis
9 3 2%
Hidrochepalus
10 2 1,1%
Ca mammae
Jumlah 168 100%
Sumber: Data Laporan bulanan Register ruang Wijayakusuma Bawah
RSUD Kardinah Tegal Bulan Desember 2019 - Februari 2020
Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel 2.3 diatas menunjukkan
10 besar penyakit di ruang Wijayakusuma Bawah katarak menduduki
urutan teratas yaitu sebesar 25,5% atau sebanyak 43 pasien dari total
jumlah pasien yang masuk atau dirawat di ruang Wijayakusuma Bawah
selama periode Desember 2019 sampai dengan Februari 2020 yaitu
sebanyak 168 pasien, kemudian di urutan kedua Fraktur sebesar 19,04%
atau sebanyak 32 pasien dan urutan ketiga penyakit Batu ginjal sebesar
17,2% atau sebanyak 29 pasien.
Proses penentuan 10 besar penyakit diatas belum bisa dijadikan
ukuran dalam proses pembuatan standar asuhan keperawatan karena data
diatas diambil 3 bulan terakhir yaitu bulan Desember 2019 - Februari
2020.
3) Analisis
Berdasarkan tabel 2.2 dan 2.3 diperoleh data jumlah pasien rawat inap
di ruang wijaya kusuma bawah selama 3 bulan terakhir mengalami
penurunan. Serta untuk data 10 penyakit terbesar didominasi oleh katarak
dan fraktur.
b. Peserta didik
1) Kajian teori
Peserta didik merupakan anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur
pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformal pada
jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu. Rumah Sakit Umum
Kardinah memiliki salah satu visi yaitu menyelenggarakan pendidikan,
penelitian dan pengabdian masyarakat dibidang kesehatan serta
mengembangkan sumber daya manusia yang kompeten, kreatif, dan
inovatif. Dalam rangka mewujudkan visi tersebut RSUD Kardinah
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan
termasuk SDM keperawatan.
Rumah Sakit Umum Kardinah kota Tegal sebagai rumah sakit
pendidikan, yang digunakan sebagai lahan praktek dari berbagai institusi
pendidikan kesehatan, termasuk pendidikan keperawatan untuk
menghasilkan lulusan peserta didik keperawatan yang berkualitas, perlu
adanya pengelolaan bimbingan PKK yang baik, bermutu tinggi, serasi
dan selaras dengan perkembangan iptek.
2) Kajian data
Tabel 2.4 Distribusi Mahasiswa Praktik di Ruang Wijayakusuma
Bawah RSUD Kardinah Kota Tegal Bulan Desember 2019 –
Februari 2020
No Nama Institusi Bulan
1 STIKes Bhamada 10 - -
Slawi mahasiswa
2 Universitas 7 7 3
Harapan Bangsa mahasiswa mahasiswa mahasiswa
b) Kualitas
Kualitas pelayanan merupakan pengawasan yang berhubungan
dengan kegiatan yang dipantau atau diatur dalam pelayanan
berdasarkan kebutuhan atau pandangan konsumen. Dalam
keperawatan, tujuan kualitas pelayanan adalah untuk memastikan
bahwa jasa atau produk pelayanan keperawatan yang dihasilkan
sesuai dengan standar atau keinginan pasien (Nursallam, 2012).
Menurut Djojdibroto (2010), bahwa pelatihan, kursus dan loka
karya yang diperlukan bagi tenaga perawat profesional di rumah sakit
yaitu yang diperlukan bagi tenaga perawat profesional di rumah sakit
yaitu etika komunikasi yang meliputi:
a) Komunikasi dalam keperawatan
b) Etika keperawatan
c) Managemen keperawatan
d) Hospital managemen training
e) Audit medik
f) Pencegahan penyakit nosokomial
g) Sanitasi rumah sakit
Tersedianya tenaga keperawatan yang kompeten melalui
pendidikan formal dan pelatihan-pelatihan akan menunjang
terpenuhinya standar pendidikan tenaga keperawatan yang
berkualitas yang dapat memberikan asuhan keperawatan yang
berkualitas pula secara profesional sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Tenaga Perawat = A X B X 31
(31-C) x jam kerja/hari
Ket: A : jam perawatan/24 jam
Keperawatan langsung:
Minimal care 5 orang: 5 x 2 jam = 10 jam
Partial care 2 orang: 2 x 3 jam = 6 jam
Total care 1 orang: 1 x 6 jam = 6 jam
22 jam
Perawatan tidak langsung 8 orang: 8 x 1 jam= 8 jam
Penyuluhan kesehatan 8 orang: 8 x 0,25 jam = 2 jam
Jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan per
klien per hari adalah (22+8+2) / 8 = 4 jam
B : (BOR x jumlah TT) jumlah pasien
C : jumlah hari libur
e) Bulan Desember 2019
4 x 26,1% x 31 x 12
= 2,52 = 3
( 31−9 ) x 7
b) Kajian data
Jenis standar operasional prosedur yang ada di ruang wijaya
kusuma bawah adalah sebagai berikut :
Tabel 2.13 Daftar Standar Prosedur Operasional Di Ruang
Wijaya Kusuma Bawah RSUD Kardinah Kota Tegal
Tahun 2020
b) Kajian data
Berdasarkan data subjektif yang di dapatkan bahwa sumber dana RSUD
Kardinah Kota Tegal didapatkan dari :
(1) APBN ( Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara )
(2) APBD ( Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah )
(3) BPJS
c) Analisis
Sumber dana dan pengaturan keuangan telah sesuai dengan prosedur.
3. Unsur Output
a. Efisiensi Ruang Rawat (BOR, LOS, TOI, BTO)
1) Kajian Teori
Efisiensi pengelolaan rumah sakit secara garis besar dapat dilihat dari dua
segi, yaitu segi medis meninjau efisiensi dari sudut mutu pelayanan medis
dan dari segi ekonomi meninjau efisiensi dari sudut pendayagunaan
sarana yang ada. Grafik Barber-Johnson adalah grafik yang secara visual
dapat menyajikan dengan jelas tingkat efisiensi kedua segi di atas. Grafik
Barber-Johnson meggambarkan bagaimana pemakaian empat parameter
yaitu LOS (Length Of Stay), BOR (Bed Occupancy Rate), TOI (Turn
Over Interal), dan BTO (Bed Turn Over) sebagai salah satu indicator
efisiensi pengelolaan rumah sakit.
Efisiensi pelayanan meliputi empat indicator mutu pelayanan kesehatan
menurut Depkes RI (2009) yang meliputi (BOR, LOS, TOI, BTO).
a) BOR (Bed Occupancy Rate) adalah angka penggunaan tempat tidur.
BOR = Jumlah Hari Perawatan
BOR digunakan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan
x 100% tempat tidur
Jumlah
rumah sakit. TT xBOR
Angka Jumlah
yanghari dalammenunjukkan
rendah satu periode kurangnya
2) Kajian Data
Data yang didapatkan untuk indikator efisiensi ruang di Wijaya
Kusuma Bawah yaitu :
Tabel 2.28 Efisiensi Ruang di Ruang Wijaya Kusuma Bawah
RSUD Kardinah Tegal Bulan Desember 2018- Februari 2019
No Bulan Indikator
BOR LOS TOI BTO
1 Desember 2019 26,1% 3 8,5 2,4
2 Januari 2020 30,6% 3 6,7 2,8
3 Februari 2020 27,1% 3,2 8,6 2,3
a) Analisis BOR
BOR diruang Wijaya Kusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal
selama bulan Desember 2019- Februari 2020 di dapatkan rerata
nilai BOR sebesar 27,9 % dengan demikian pemakaian tempat
tidur belum efisien dengan standar nasional yaitu 65-85 %.
b) LOS
LOS atau lama rata-rata hari perawatan pasien di ruang Wijaya
Kusuma Bawah pada bulan Desember 2019 hingga Februari 2020
yaitu 3 hari menunjukkan perawatan belum sesuai dengan standar
nasional untuk RSUD yaitu 6-9 hari.
c) TOI
TOI atau rata-rata suatu tempat tidur kosong di ruang Wijaya
Kusuma Bawah bulan Desember 2019- Februari 2020 adalah 7,9
hari. Hal ini menunjukan hasil tidak sesuai dengan standar nasional
yaitu hari.
d) BTO
BTO atau frekuensi rata – rata pemakaian tempat tidur di ruang
Wijaya Kusuma Bawah bulan Desember 2019- Februari 2020
adalah 2,5 = 3 kali/bulan, jadi hasil rata-rata per bulan dikalikan
total bulan sama dengan 2,5 x 12 = 30 . Hal ini menunjukkan BTO
belum sesuai dengan standar nasional 40 –50 kali/ tahun.
b. Instrumen A
1) Kajian Teori
Instrumen A merupakan evaluasi terhadap pendokumentasian asuhan
keperawatan yang telah baku. Evaluasi dilakukan terhadap dokumentasi
asuhan keperawatan pasien yang dirawat minimal 3 hari.
Dokumentasi keperawatan adalah sistem pencatatan kegiatan
sekaligus pelaporan semua kegiatan asuhan keperawatan sehingga
terwujud data yang lengkap, nyata dan tercatat bukan hanya tingkat
kesakitan dari pasien tetapi juga jenis, kualitas dan kuantitas pelayanan
kesehatan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Dokumentasi keperawatan
merupakan sesuatu yang mutlak harus ada untuk perkembangan
keperawatan, khususnya proses profesionalisasi keperawatan serta upaya
untuk membina dan mempertahankan akontabilitas perawat dan
keperawatan. Dalam membuat dokumentasi harus memperhatikan aspek-
aspek:
1) Keakuratan data
2) Breavity (ringkas)
3) Legibility (mudah dibaca)
a) Komponen dokumentasi keperawatan:
Pengkajian
Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan
dikumpulkan secara terus menerus tentang keadaan pasien untuk
menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Data harus bermanfaat bagi
semua anggota tim kesehatan. Komponen pengkajian meliputi
pengumpulan data, pengelompokkan data dan perumusan masalah.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menggambarkan masalah pasien baik aktual
maupun potensial berdasarkan hasil pengkajian data. Diagnosa
dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien, dianalisa,
dibandingkan dengan fungsi normal kehidupan pasien.Kriteria diagnosa
dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan
pasien, dibuat sesuai dengan wewenang perawat, dengan komponen
terdiri atas masalah, penyebab dan tanda gejala (PES) atau terdiri dari
masalah dan penyebab (PE) yang bersifat aktual apabila masalah
kesehatan sudah nyata terjadi dan bersifat potensial apabila masalah
kesehatan kemungkinan besar akan terjadi, dapat ditanggulangi oleh
perawat.
Rencana Keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan.
Komponen rencana perawatan meliputi prioritas masalah, tujuan
implementasi dan rencana tindakan. Prioritas masalah ditentukan dengan
memberi prioritas utama masalah yang mengancam kehidupan dan
prioritas selanjutnya masalah yang mengancam masalah kesehatan pasien.
Prioritas ketiga adalah masalah yang mempengaruhi perilaku
Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana tindakan yang ditentukan
dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi yang mencakup aspek
peningkatan, pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan kesehatan
dengan mengikut sertakan pasien dan keluarga. Tindakan keperawatan,
aktivitas keperawatan. Pelaksanaan tindakan keperawatan harus sesuai
dengan rencana yang ada, menyangkut keadaan bio-psiko-sosio-spiritual
pasien, menjelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilaksanakan
kepada klien, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dengan
menggunakan sumber-sumber yang ada, menerapkan prinsip aseptik dan
antiseptik, menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, menjaga
privasi, dan mengutamakan keselamatan pasien, melaksanakan perbaikan
tindakan berdasarkan respon pasien, merujuk dengan segera bila ada
masalah yang mengancam keselamatan pasien, mencatat semua tindakan
yang telah dilaksanakan, merapikan pasien dan alat setiap selesai
tindakan, melaksanakan tindakan perawatan pada posedur teknik yang
telah ditentukan.
Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan secara periodik sistematis, dan berencana untuk
menilai perkembangan pasien. Evaluasi dilaksanakan dengan memeriksa
kembali hasil pengkajian awal dan intervensi awal untuk mengidentifikasi
masalah dan rencana keperawatan pasien termasuk strategi keperawatan
yang telah diberikan untuk memecahkan masalah pasien. Evaluasi
melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan lain dan dilakukan sesuai
dengan standar.
Catatan asuhan keperawatan
Pencatatan merupakan data tertulis tentang kesehatan klien dan
perkembangan klien selama dalam pemberian asuhan keperawatan.
2) Kajian Data
Penilaian dokumentasi pada tanggal 9-11 Maret 2020 dengan mengambil
6 rekam medic pasien yang dirawat minimal 3 hari kemudian dilakukan
check list menggunakan instrument seperti pada lampiran hasil observasi
instrumen A. Hasil evaluasi yang didapatkan sebagai berikut:
3) Analisis
Berdasarkan data pada tabel Evaluasi Instrumen A di Ruang Wijaya
Kusuma Bawah RSUD Kardina Tegal diatas didapatkkan hasil bahwa
nilai rata-rata pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Wijaya
Kusuma Bawah masuk kategori baik, dengan nilai presentase sebesar
90,6% . Sehingga dapat disimpulkan bahwa pproses pendokumentasian
tindakan keperawtan yang dilakukan perawat sudah baik.
c. Instrumen B
Instrumen B mengevaluasi tentang persepsi pasien terhadap mutu asuhan
keperawatan dengan cara menyebarkan angket kepada pasien yang memenuhi
kriteria yaitu sudah dirawat inap minimal tiga hari, bersedia mengisi
kuesioner.
Pada saat di bagikan, pasien telah diberikan penjelasan, apabila ada tindakan
yang tidak sesuai dengan keadaan pasien supaya diisikan di kolom
keterangan.
1) Kajian Teori
Salah satu indikator mutu asuhan keperawatan adalah dilihat dari persepsi
klien tentang mutu asuhan keperawatan yang diberikan dan untuk
mengevaluasi hal ini juga perlu suatu instrumen yang baku. RSUD
Karinah Tegal menggunakan format standar asuhan keperawatan yang
telah ditetapkan oleh rumah sakit untuk mengevaluasi persepsi klien
terhadap mutu asuhan keperawatan.
2) Kajian Data
Data diperoleh dari 6 responden yang sudah dirawat minimal tiga hari,
data yang diperoleh dalam evaluasi kepuasan pasien terhadap mutu
pelayanan di Ruang Wijaya Kusuma Bawah, yaitu :
b) Nyeri kronis.
Merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya
berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Yang
termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom
nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis
3. Unsur Proses
a. Proses Asuhan Keperawatan
1) Metode Penugasan
a) Kajian Teori
Dalam memilih model atau metode pengelolaan pemberian
asuhan keperawatan klien paling tepat untuk setiap organisasi,
bergantung pada keterampilan dan keahlian staf, ketersediaan
perawat profesional yang terdaftar, sumber daya ekonomi dari
organisasi tersebut, keakutan klien, serta kerumitan tugas yang
harus diselesaikan (Marquis dan Huston, 2010).
Gillies (1996) dalam Suni (2018) menyebutkan bahwa
terdapat beberapa metode pemberian asuhan keperawatan,
yaitu:
(1) Metode Kasus
Metode kasus merupakan metode pemberian asuhan
yang pertama digunakan. Pada metode ini, satu perawat
akan memberikan asuhan keperawatan kepada seorang
klien secara total dalam satu periode dinas. Perawat
bertanggung jawab terhadap klien tertentu yang didasarkan
pada rasio satu perawat untuk satu klien dengan pemberian
perawatan konstan untuk periode tertentu. Metode ini biasa
diterapkan untuk perawatan khusus seperti isolasi,
intensive care, dan perawat kesehatan komunitas.
Adapun kelebihan metode kasus ini adalah perawat
lebih memahami kasus per kasus dan sistem evaluasi dapat
dilakukan secara terus-menerus. Sementara itu, kekurangan
dalam penerapan metode ini adalah perawat penanggung
jawab belum dapat diidentifikasi, serta perlu tenaga yang
cukup banyak dengan kemampuan dasar yang sama
(2) Metode Fungsional
Metode fungsional merupakan pemberian asuhan
keperawatan yang menekankan pada penyelesaian tugas
dan prosedur keperawatan. Setiap perawat diberi satu atau
beberapa tugas untuk dilaksanakan kepada semua kllien di
suatu ruangan. Seorang perawat dapat bertanggung jawab
dalam pemberian obat, mengganti balutan, memantau
penggunaan infus, dan kegiatan lain.
Prioritas utama yang dikerjakan ialah kebutuhan fisik
dan kurang menekankan pada pemenuhan kebutuhan
secara holistik. Mutu asuhan sering terabaikan karena
pemberian asuhan terfragmentasi. Komunikasi
antarperawat sangat terbatas sehingga tidak ada satu
perawat yang mengetahui tentang satu klien secara
komprehensif, kecuali mungkin kepala ruangan. Pada
metode ini, kepala ruangan terlebih dahulu
mengidentifikasi tingkat kesulitan tindakan, lalu
menentukan perawat yang akan bertanggung jawab
melakukan tindakan keperawatan tersebut. Perawat akan
melaporkan tugas yang dikerjakannya kepada kepala
ruangan, lalu kepala ruangan yang bertanggung jawab
dalam membuat laporan klien.
Adapun kelebihan dalam metode fungsional ini yakni
lebih efisien, sangat baik untuk RS yang kekurangan
tenaga, meningkatkan keterampilan perawat, kekurangan
tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk tugas sederhana, dan memudahkan
kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik
yang melakukan praktik untuk keterampilan tertentu.
Sedangkan kekurangan dari metode ini antara lain
pelayanan perawatan terpisah-pisah, perawat cenderung
meninggalkan klien setelah melakukan tugasnya, persepsi
perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja, tidak memberikan kepuasan kepada
klien atau perawat lainnya, menurunkan tanggung jawab
dan tanggung gugat perawat, serta hubungan perawat dan
klien sulit terbentuk.
(3) Metode Tim
Metode Keperawatan Tim merupakan metode
pemberian asuhan keperawatan dengan seorang perawat
profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok
klien, melalui upaya kooperatif dan kolaboratif (Sitorus
dan Panjaitan, 2011).
Metode ini merupakan pengorganisasian pelayanan
asuhan keperawatan dengan menggunakan tim yang terdiri
dari kelompok klien dan kelompok perawat. Kelompok ini
dipimpin oleh perawat yang berijazah minimal D-3
keperawatan dan berpengalaman kerja, serta memiliki
pengetahuan di bidangnya. Pembagian tugas dalam
kelompok dilakukan oleh ketua tim yang bertanggung
jawab untuk mengarahkan anggota timnya. Dalam hal ini,
ketua tim bertugas memberi pengarahan dan menerima
laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien, serta
membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila
mengalami kesulitan. Selanjutnya, ketua tim melaporkan
kepada kepala ruang tentang kemajuan pelayanan asuhan
keperawatan terhadap klien (Suni, 2018).
Secara ringkas, tanggung jawab dari tiap komponen
yang terlibat dalam metode keperawatan tim diuraikan
sebagai berikut. (Suni, 2018)
(a) Tanggung jawab kepala ruang
i)
ii) Menetapkan standar kinerja yang diharapkan
sesuai dengan standar asuhan keperawatan
iii) Mengorganisasikan pembagian tim dan klien
iv) Memberi kesempatan pada ketua tim untuk
mengembangkan kepemimpinan
v) Menjadi narasumber bagi ketua tim
vi) Mengorientasikan tenaga keperawatan yang baru
tentang metode/ model tim dalam pemberian
asuhan keperawtan
vii) Memberi pengarahan mengenai seluruh kegiatan
yang ada di ruangannya
viii) Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan
yang ada di ruangannya
ix) Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim
kesehatan yang lainnya
x) Melakukan audit asuhan dan pelayanan
keperawatan di ruangannya, lalu melakukan
tindak lanjut
xi) Memotivasi staf untuk meningkatkan kemampuan
melalui riset keperawatan
xii) Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka
dengan semua staf
(b) Tanggung jawab ketua tim
i) Berkoordinasi dengan kepala ruangan dalam
pengaturan jadwal dinas timnya
ii) Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan
kewenangan yang didelegasikan oleh kepala
ruangan
iii) Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi asuhan keperawatan bersama
anggota timnya
iv) Mengkoordinasikan rencana keperawatan dengan
tindakan medis
v) Membuat penugasan kepada setiap anggota tim
dan memberikan bimbingan melalui konferensi
vi) Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses
ataupun hasil yang diharapkan dan
mendokumentasikannya
vii) Memberikan pengarahan kepada perawat
pelaksana tentang pelaksanaan asuhan
keperawatan
viii) Menyelenggarakan konferensi
ix) Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan
lainnya dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
x) Melakukan audit atau supervisi pelaksanaan
asuhan keperawatan yang menjadi tanggung
jawab timnya
xi) Melakukan perbaikan pemberian asuhan
keperawatan
(c) Tanggung jawab anggota tim
i) Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan
keperawatan
ii) Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan
keperawatan yang telah diberikan berdasarkan
respon klien
iii) Berpartisipasi dalam memberikan masukan untuk
meningkatkan asuhan keperawatan
iv) Menghargai bantuan dan bimbingan ketua tim
v) Melaporkan perkembangan kondisi klien kepada
ketua tim
vi) Memberikan laporan
(4) Metode Primer
Metode primer merupakan suatu metode pemberian
asuhan keperawatan, dengan Perawat Primer (PP)
bertanggung jawab selama 24 jam atas pelaksanaan asuhan
keperawatan secara holistik, mulai dari tahap pengkajian
sampai dengan evaluasi hasil asuhan terhadap satu atau
beberapa klien, yang dimulai sejak klien masuk RS sampai
klien dinyatakan pulang. Pada umumnya, setiap PP
merawat sampai 4 sampai 6 klien, bertanggung jawab
terhadap asuhan klien, serta menginformasikan keadaan
klien kepada kepala ruang, dokter, dan staf keperawatan
(Suni, 2018).
Selama jam kerja, PP memberikan perawatan langung
secara total untuk klien. Ketika PP tidak sedang bertugas,
tugas perawatan dapat didelegasikan kepada Perawat
Asosiet (Perawat Pelaksana) yang mengikuti rencana
keperawatan yang telah disusun oleh perawat primer. Pada
umumnya, di negara maju perawat yang ditunjuk sebagai
perawat primer adalah perawat spesialis klinik yang
memiliki kualifikasi master dalam bidang keperawatan.
Karakteristik sebagai modalitas seorang perawat
primer dalam pelaksanaan keperawatn primer di uraikan
sebagai berikut. (Suni, 2018)
(a) Perawat primer bertanggung jawab untuk asuhan
keperawatan klien selama 24 jam, mulai dari
penerimaan sampai klien diizinkan pulang
(b) Perawat primer melakukan pengkajian kebutuhan
asuhan keperawatan, kolaborasi dengan klien, dan
profesi kesehatan lain serta menyusun rencana
tindakan keperawatan
(c) Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan
didelegasikan kepada perawat pelaksana selama shift
lain
(d) PP berkonsultasi dengan perawat kepala dan penyelia.
(e) Otoritas, tanggung gugat, dan otonomi ada pada PP.
Adapun kelebihan dari metode primer ini antara lain:
(a) PP mendapat akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil
(b) Memberikan peningkatan otonomi pada pihak
perawat, sehiingga dapat meningkatkan tanggung
jawab dan tanggung gugat
(c) Bersifat kontinuitas dan komprehensif sesuai dengan
arahan PP dalam mengarahkan perawatan sepanjang
hospitalisasi
(d) Membebaskan manajer perawat klinis untuk
melakukan peran dan administrasi
(e) Kepuasan kerja perawat tinggi karena dapat
memberikan asuhan keperawatan secara holistik, staf
medik juga merasakan kepuasan karena senantiasa
informasi tentang kondisi klien selalu mutakhir dan
komprehensif
(f) Perawat ditantang untuk bekerja total sesuai dengan
kapasitas mereka, serta waktu yang digunakan lebih
sedikit dalam aktivitas koordinasi dan supervisi
(g) Lebih dihargai oleh klien dan klien merasa
dimanusiakan karena terpenuhi kebutuhannya secara
individu, serta meningkatkan hubungan antara perawat
dan klien
(h) RS tidak harus mempekerjakan terlalu banyak tenaga
keperawatan tetapi harus memiliki kualitas tinggi.
b) Kajian Data
Metode penugasan yang digunakan di ruang
Wijayakusuma Bawah adalah metode fungsional yang terdiri
dari Kepala ruang, perawat primer dan perawat associate.
Bagan pembagian tugas ruang Wijayakusuma Bawah yaitu :
Kepala Ruang
Sugiarto, AMK
PERAWAT PRIMER
PERAWAT PRIMER
Elok Faola,ASSOCIATE
PERAWAT S.Kep, Ns
Victamara Nasution, S. Kep
Diana Lisawati, AMK
Nurul Fauziah, AMK
Adhitya Iqbal, S.Kep, Ns PERAWAT ASSOCIATE
Sintani, AMK
Elmi F, AMK Rahayu, AMK
Ercha Gita M, AMK
Nurimaniwati, S.Kep, Ns
Amriza Himawan, AMK
c) Analisis
Dari hasil observasi dan wawancara yang telah kita lakukan
kepada kepala ruang Wijayakusuma Bawah didapatkan hasil
penerapan metode penugasan yang diterapkan menggunakan
metode fungsional. Dimana perawat melakukan tugasnya
berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing
perawat.
2) Sentralisasi Obat
a) Kajian Teori
Nursalam (2011) menyatakan bahwa sentralisasi Obat
adalah pengelolaan obat bahwa seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien atau klien yang diserahkan
pengelolaan sepenuhnya oleh perawat.
Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara
bijaksana dan menghindari pemborosan, sehingga kebutuhan
asuhan keperawatan pasien dapat terpenuhi (Nursalam, 2011).
Teknik sentralisasi obat adalah pengelolaan obat bahwa
seluruh obat yang diberikan kepada klien baik obat oral
maupun obat injeksi, diserahkan sepenuhnya kepada perawat,
kemudian perawat yang melakukan pengeluaran dan
pembagian obat tersebut (Nursalam, 2011). Dalam hal ini, klien
atau keluarga wajib mengetahui dan ikut serta dalam
mengontrol penggunaan obat tersebut dengan prinsip Enam
Benar, yaitu benar klien, benar obat, benar dosis, benar cara/
rute, benar waktu, dan benar dokumentasi (Suni, 2018).
Dalam menjalankan alur sentalisasi obat, seorang menajer
keperawatan kesehatan dapat mendidik staf mengenai
sentralisasi obat dengan cara berikut (Nursalam, 2011) :
(1) Buat catatan mengenai obat-obatan yang sering dipakai,
menjelaskan penggunaan dan efek samping obat, lalu
memberikan salinan kepada semua staf.
(2) Tulis dosis yang tepat pada obat-obatan yang sering
digunakan dan menggantungnya di dinding.
(3) Adakan pertemuan staf untuk membahas penyebab
pemborosan obat.
(4) Beri tahu kepada semua staf mengenai harga obat-obatan.
(5) Atur program diskusi membahas satu jenis obat setiap
minggu pada waktu pertemuan staf
(6) Sediakan satu atau lebih eksemplar buku farmakologi
sederhana di perpustakaan
Penerimaan dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan
oleh perawat. Pada penerimaan obat, hal-hal yang harus
diperhatikan yaitu: (Nursalam, 2011)
(1) Obat yang telah diresepkan lalu ditunjukkan kepada
perawat, kemudian obat yang telah diambil oleh keluarga
disertahkan kepada perawat dengan menerima lembar
terima obat.
(2) Perawat menuliskan nama klien, nomor registrasi, jenis
obat, jumlah, dan sediaan (bila perlu) dalam kartu kontrol,
serta harus diketahui (ditanda tangani) oleh keluarga atau
klien dalam buku masuk obat. Selanjutnuya, keluarga atau
klien mendapatkan penjelasan jika obat tersebut akan
habis, serta penjelasan 6 benar obat.
(3) Klien atau keluarga mendapatkan salinan obat yang harus
diminum beserta kertu sediaan obat.
(4) Obat yang telah disertahkan lalu disimpan oleh perawat
dalam kotak obat.
Sedangkan dalam pembagian obat, yang harus diperhatikan
yaitu: (Suni, 2018)
(1) Obat yang telah diterima, lalu disalin dalam buku daftar
pemberian obat.
(2) Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh
perawat dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam
buku daftar pemberian obat.
(3) Pada saat pemberian obat perawat menjelaskan macam
obat, kegunaan, jumlah dan efek samping.
(4) Usahakan tempat/ wadah obat kembali ke perawat setelah
obat dikonsumsi klien
(5) Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi
oleh kepala ruang atau petugas yang ditunjuk.
(6) Obat-obatan yang hampir habis akan diinfokan kepada
keluarga dan kemudian dimaintakan resep kepada dokter
penanggung jawab pasien.
Jika ada penambahan obat baru, maka hal-hal yang harus
diperhatikan yaitu: (Suni, 2018)
(1) Jika terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau
perubahan alur pemberian obat, maka informasi ini akan
dimasukan dalam buku masuk obat dan sekaligus
dilakukan perubahan dalam kartu sediaan obat.
(2) Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin, maka
dokumentasi dilakukan pada buku masuk obat dan
selanjutnya diinformasikan kepada keluarga dengan kartu
khusus obat
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam obat khusus yaitu:
(Suni, 2018)
(1) Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki harga
yang cukup mahal, menggunakan alur pemberian yang
cukup sulit, memiliki efek samping yang cukup besar atau
hanya diberikan dalam waktu tertentu saja.
(2) Pemberian obat khusus dilakukan menggunakan kartu
khusus obat, dilaksanakan oleh perawat primer.
(3) Informasi yang diberikan kepada pasien atau keluarga:
nama obat, kegunaan, waktu pemberian, efek samping,
penanggung jawab pemberian, dan wadah obat sebaiknya
diserahkan atau ditunjukan kepada jkeluarga setelah
pemberian
Adapun yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan
persediaan obat yakni: (Suni, 2018)
(1) Melakukan pemeriksaan ulang terhadap kebenaran obat,
jenis obat, jumlah obat, serta menulis etiket dan alamat
klien.
(2) Membuat sistem kartu persediaan.
(3) Melakukan pemeriksaan lemari obat, meliputi pemeriksaan
keamanan mekanisme kunci, penerangan lemari obat,
lemari pendingin, serta pemisahan antara obat untuk
penggunaan oral dan obat luar.
b) Kajian Data
Kajian data dilakukan secara observasional terkait
sentralisasi obat khususnya untuk pasien rawat inap di ruang
Wijayakusuma Bawah :
Tabel 2.13 Sentralisasi Obat Di Ruang Wijaya Kusuma
Bawah RSUD Kardinah tegal
Dilakukan
No. Aspek Yang Dinilai Ya Tidak
(2) (1)
PENERIMAAN
1 Obat yang telah diresepkan diterima oleh √
perawat dari farmasi dengan menerima
lembar terima obat
2 Pasien atau keluarga selanjutnya √
mendapatkan salinan obat yang harus
diminum beserta kartu sediaan obat
3 Obat yang telah diserahkan kemudian √
disimpan oleh perawat dalam kotak obat
PEMBAGIAN OBAT
4 Obat yang telah diterima selanjutnya √
disalin dalam buku daftar pemberian
obat
5 Obat yang telah disimpan untuk √
selanjutnya diberikan oleh perawat
dengan memperhatikan alur yang
tercantum dalam buku daftar
pemberian obat
6 Pada saat pemberian obat perawat √
menjelaskan macam obat, kegunaan,
jumlah dan efek samping
7 Sediaan obat yang ada selanjutnya √
diperiksa setiap pagi oleh kepala ruang
atau petugas yang ditunjuk
PENAMBAHAN OBAT BARU
8 Bilamana terdapat penambahan atau √
perubahan jenis, dosis atau perubahan
alur pemberian obat, maka informasi
ini akan dimasukan dalam buku masuk
obat dan sekaligus dilakukan
perubahan dalam kartu sediaan obat
9 Pada pemberian obat yang bersifat √
tidak rutin, maka dokumentasi
dilakukan pada buku masuk obat dan
selanjutnya diinformasikan kepada
keluarga dengan kartu khusus obat
OBAT KHUSUS
10 Pemberian obat khusus √
didokumentasikan diformat pemberian
obat khusus
11 Informasi yang diberikan kepada √
pasien dan keluarga yaitu nama obat,
kegunaan, waktu pemberian serta efek
samping obat
Jumlah 10 1
Sumber: Hasil observasi dan wawancara tanggal 9-11 maret
2020 di Ruang Wijaya Kusuma Bawah RSUD
Kardinah Tegal
total skor
Perhitungan : x 100 %
total skor tertinggi
20
x 100 % = 90,1%
22
Kategori:
(1) Baik : ≥ 75 %
(2) Cukup baik : 60-74 %
(3) Kurang : ≤ 59 %
c) Analisis
Berdasarkan hasil observasi yang di lakukan selama 3 hari
terhadap perawat terkait sentralisasi obat di ruang Wijaya
kusuma bawah hasil yang didapatkan dengan presentase 90,1%
atau dalam kategori baik.
Dalam pelaksanaan sentralisasi obat di ruang wijaya
kusuma bawah secara keseluruhan sudah di laksanakan dengan
baik.
3) Komunikasi Terapeutik
a) Kajian Teori
Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan
komunikasi terapeutik, dalam hal ini komunikasi yang
dilakukan oleh seorang perawat pada saat melakukan intervensi
keperawatan harus mampu memberikan khasiat therapi bagi
proses penyembuhan pasien (Ermawati, 2009). Tujuan
hubungan dari terapeutik adalah kesadaran diri, penerimaan
diri, dan meningkatnua kehormatan diri, identitas pribadi yang
jelas dan meningkatnya integritas pribadi, kemampuan untuk
membentuk suatu keintiman, saling ketergantungan hubungan
interpersonal, dengan kapasitas member dan menerima cinta,
serta mendorong fungsi dan meningkatkan kemampuan
terhadap kebutuhan yang memuaskan dan mencapai tujuan
pribadi yang realistik.
b) Kajian Data
Data pelaksanaan komunikasi terapeutik di ruang
Wijayakusuma Bawah pada 6 perawat melalui observasi secara
langsung didapatkan hasil :
Tabel 2.14 Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Di Ruang
Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal
Pelaksanaan
No. Komponen (n=6)
Ya Tidak
TAHAP PERSIAPAN (PRE-INTERAKSpadaI)
1 Perawat: mengumpulkan data tentang 6 0
pasien (dari RM)
2 Alat: menyiapkan alat yang dibutuhkan 6 0
3 Perawat: cuci tangan, menilai kesiapan diri 4 2
perawat
TAHAP PELAKSANAAN (ORIENTASI)
4 Memberikan salam, berjabat tangan, dan 6 0
tersenyum pada pasien
5 Melakukan validasi 3 3
6 Mempekenalkan nama perawat 0 6
7 Menanyakan nama panggilan kesukaan 0 6
klien
8 Menjelaskan tanggung jawab perawat 0 6
9 Menjelaskan peran perawat dan klien 0 6
10 Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan 5 1
11 Menjelaskan tujuan 4 2
12 Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk 0 6
kegiatan/lama kegiatan
13 Menjelaskan dan menjawab kerahasiaan 6 0
TAHAP KERJA
14 Memberikan kesempatan pada klien untuk 0 6
bertanya
15 Menanyakan keluhan pasien 6 2
16 Memulai kegiatan dengan cara yang baik 6 0
17 Melakukan kegiatan sesuai dengan rencana 6 0
kegiatan
18 Mencuci tangan 6 0
TAHAP TERMINASI
19 Menyimpulkan hasil kegiatan 3 3
20 Memberi reinforcement positif 2 4
21 Membuat kesepakatan dengan 2 4
Pelaksanaan
No. Komponen (n=6)
Ya Tidak
klien/keluarga untuk pertemuan/kegiatan
selanjutnya
22 Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik 3 3
(mengucapkan
salam/tersenyum/memberikan
sentuhan/berjabat tangan)
Jumlah 74 54
Presentase 74/128x100%
=57,8%%
Sumber: Hasil observasi tanggal 09-11 Maret 2020 di ruang
Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal.
total skor
Perhitungan : x 100 %
total skor tertinggi
74
: x 100 % = 57,8 %
176128
Kategori:
(1) Baik : ≥ 75 %
(2) Cukup baik : 60-74 %
(3) Kurang : ≤ 59 %
c) Analisis
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terkait
penerapan komunikasi terapeutik di ruang Wijayakusuma
Bawah didapatkan hasil, komunikasi terapeutik dalam kategori
kurang dengan persentase 57,8%.
Dalam pelaksanaan komunikasi terapeutik beberapa
perawat kurang dalam melakukan cuci tangan sebelum
tindakan, melakukan validasi pasien dengan pertanyaan
tertutup, berjabat tangan, memperkenalkan diri, melakukan
kontrak waktu, menanyakan nama panggilan kesukaan,
menjelaskan tanggung jawab perawat, menjelaskan peran
perawat dan klien, menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk
kegiatan/lama kegiatan, memberikan kesempatan pada klien
untuk bertanya, menyimpulkan hasil kegiatan, memberi
reinforcement positif, membuat kesepakatan dengan
klien/keluarga untuk pertemuan/kegiatan selanjutnya, serta
mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik (mengucapkan
salam/tersenyum/memberikan sentuhan/berjabat tangan).
Dalam memberikan asuhan keperawatan, komunikasi
terapeutik sangat membantu tenaga medis khususnya perawat
dan pasien dalam membina hubungan saling percaya. Selain itu
juga akan meningkatkan proses kesembuhan pasien secara
tidak langsung, namun pada ruang Wijayakusuma Bawah
belum berjalan secara optimal.
4) Patient Safety
a) Kajian Teori
Keselamatan pasien (Patient Safety) merupakan suatu
variabel untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas pelayanan
keperawatan yang berdampak terhadap pelayanan kesehatan.
Sejak malpraktik menggema di seluruh belahan bumi melalui
berbagai media baik cetak maupun elektronik hingga ke jurnal-
jurnal ilmiah ternama, dunia kesehatan mulai menaruh
kepedulian yang tinggi terhadap isu keselamatan pasien
(Nursalam, 2014).
Program keselamatan pasien adalah suat usaha untuk
menurunkan angka kejadian tidak diharapkan (KTD) yang
sering terjadi pada pasien selama dirawat di rumah sakit
sehingga sangat merugikan baik pasien itu sendiri maupun
pihak rumah sakit. KTD bisa disebabkan oleh berbagai faktor
antara lain beban kerja perawat yang tinggi, alur komunikasi
yang kurang tepat, penggunaan sarana kurang tepat dan lain
sebagainya.
Indikator keselamatan pasien (IPS) bermanfaat untuk
mengidentifikasi area-area pelayanan yang memerlukan
pengamatan dan perbaikan lebih lanjut, misalnya untuk
menunjukkan:
(1) Adanya penurunan mutu pelayanan dari waktu ke waktu
(2) Bahwa suatu area pelayanan ternyata tidak memenuhi
standar klinik atau terapi sebagaimana yang diharapkan
(3) Tingginya variasi antar rumah sakit dan antar pemberi
pelayanan
(4) Ketidaksepadanan antara unit pelayanan kesehatan
(misalnya, pemerintah dengan swasta atau urban dengan
rural).
Enam International Patient Safety Goals (IPSG) versi
Joint Commision International 2011 meliputi:
(1) Identifikasi pasien dengan benar atau tepat
(2) Meningkatkan komunikasi efektif
(3) Meningkatkan keamanan obat-obat dengan kewaspadaan
tinggi
(4) Memastikan benar lokasi operasi, benar prosedur, dan
benar pasien
(5) Mengurangi resiko infeksi terkait dengan pelayanan
kesehatan
(6) Mengurangi resiko bahaya akibat pasien jatuh
b) Kajian Data
Hasil pelaksanaan Patient Safety yang sudahdiobservasi
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.15 Pelaksanaan Patien Safety Di Ruang
Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal
Pelaksanaan
No Aspek yang dinilai
SL(3) SR(2) KD(1) TD(0)
1 Ketepatan Identifikasi Pasien
a. Perawat menuliskan identitas pasien dengan 6
lengkap dan jelas dalam setiap pendokumentasian
asuhan keperawatan
b. Perawat memberi obat sesuai dengan prinsip 6 4 2
benar (obat, dosis, waktu, tempat, orang,
pendokumentasiaan).
c. Perawat memanggil nama, umur dan nomer rekam 4 2
medis pasien pada saat mau melakukan tindakan
d. Perawat mengecek gelang identitas 4 2
2 Komunikasi Efektif
a. Menyebutkan identitas pasien, diagnosa medis, 2 4
diagnose keperawatan, tindakan keperawatan yang
telah dilakukan serta pelaksanaannya
b. Menginformasikan jenis dan waktu rencana 6
tindakan yang belum dilakukan
c. Menyebutkan perkembangan pasien yang ada 5 1
selama shift
d. Menyebutkan terapi dan tindakan medis beserta 4 2
waktunya
e. Menyebutkan tindakan medis yang belum dilakukan 4 2
selama shift
3 Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai (HIGH ALERT)
a. Perawat memisahkan penyimpanan obat-obat yang 6
perlu diwaspadai (HIGH ALERT)
b. Terdapa t tempat khusus penyimpanan obat yang 6
perlu diwaspadai(HIGH ALERT)
c. Adanya dokumentasi mengenai pemberian obat 5 1
yang diwaspadai (HIGH ALERT)
4 Pengurangan Resiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan
a. Perawat melakukan cuci tangan sebelum kontak 4 2
dengan pasien
b. Perawat melakukan cuci tangan sebelum melakukan 4 2
tindakan aseptic
c. Perawat melakukan cuci tangan setelah melakukan 4 2
tindakan aseptic
d. Perawat melakukan cuci tangan setelah kontak 6
dengan cairan tubuh pasien
e. Perawat melakukan cuci tangan setelah kontak 4 2
dengan lingkungan pasien
f. Perawat menggunakan APD selama melakukan 2 2 2
tindakan
5 Pengurangan Resiko Pasien Jatuh
a. Perawat melakukan assessment awal resiko pasien 4 2
jatuh
b. Perawat memasang pengaman tempat tidur pasien 3 2 1
265: 6
Nilai = x100%= 70%
21 x 3
Hasil penghitungan jawaban dibuat persentase menurut
kategori Arikunto (2010), yaitu:
76 – 100% : baik
56 – 75% : cukup
40 – 55% : kurang baik
<40% : tidak baik
c) Analisis
Berdasarkan tabel diatas, pelaksanaa patient safety di ruang
Wijaya Kusuma Bawah RSUD Kardinah didapatkan hasil
63,2% dengan kategori cukup dalam hal ini sasaran ketepatan
identifikasi pasien yang kadang tidak dilakukan oleh bebrapa
perawat seperti cuci tangan sebelum tindakkan aseptik dan
sebelum kontak dengan pasien.
5) Discharge Planning
a) Kajian Teori
Discharge planning (perencanaan pulang) adalah
serangkaian keputusan dan aktivitas-aktivitasnya yang terlibat
dalam pemberian asuhan keperawatan yang kontinu dan
terkoordinasi ketika pasien dipulangkan dari lembaga
pelayanan kesehatan (Potter & Perry, 2010).
Discharge planning sebaiknya dilakukan sejak pasien
diterima di suatu agen pelayanan kesehatan, khususnya di
rumah sakit dimana rentang waktu pasien untuk pengkajian
berkelanjutan untuk mendapatkan informasi yang komprehensif
tentang kebutughan pasien yang berubah-ubah, pernyataan
diagnosa keperawatan, perencanaan untuk memastikan
kebutuhan pasien sesuai dengan apa yang oleh pemberi layanan
kesehatan (Kozier, 2010).
Manfaat discharge planning menurut Nursalam &
Effendi (2008) adalah:
(1) Dapat memberikan kesempatan untuk memperkuat
pengajaran kepada pasien yang dimulai dari rumah sakit.
(2) Dapat memberikan tindak lanjut secara sistematis yang
digunakan untuk menjamin kontinuitas perawatan pasien.
(3) Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana
pada penyembuhan pasien dan mengidentifikasi
kekambuhan atau kebutuhan parawatan baru.
(4) Membantu kemandirian dan kesiapan pasien dalam
melakukan perawatan di rumah.
b) Kajian Data
Tabel 2.16 Discharge Planning ke keluarga Pasien Di
Ruang Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah
Tegal
Dilakukan
No Kegiatan ( n = 6)
Ya Tidak
1 Identifikasi pasien dan persiapkan 5 1
discharge planning
2 Peninjauan ulang rekam medik 4 2
pasien
3 Ucapkan salam, dan perkenalan 0 6
nama dan profesi anda
4 Lakukan assesment kebutuhan 4 2
perawatan berdasarkan kondisi dan
penyakit pasien
5 Identifikasi dan diskusikan siapa 6 0
penanggung jawab perawatan di
ruang berikutnya
6 Diskusikan dengan pasien dan 4 2
kelurga mengenai alasan pasien
dirawat, tatalaksana prognosis, dan
rencana pemindahan pasien.
7 Pastikan bahwa pasien dan 6 0
keluarga/pendamping pasien telah
memperoleh informasi yang adekuat
8 Dokumentasikan rencana 6 0
pemindahan pasien di rekam medis
pasien
9 Ucapkan salam dan terima kasih 2 4
TOTAL 37 17
PERSENTASE 37/54x100%
= 68%
Sumber: Hasil observasi tanggal 09-11 Maret 2020 di ruang
Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal
total skor
Perhitungan : x 100 %
total skor tertinggi
37
: x 100 % = 68%
54
Kategori:
(1) Baik : ≥ 75 %
(2) Cukup baik : 60-74 %
(3) Kurang : ≤ 59 %
c) Analisis
Berdasarkan data observasi discharge planning di
ruang Wijayakusuma Bawah sebesar 68%, masuk dalam
kategori cukup baik. Dari hasil observasi form discharge
planning sudah lengkap terisi, perawat telah memberi
penjelasan mengenai nama, dosis, waktu minum obat yang
dibawa ke ruang rawat berikutnya, namun perawat tidak
mengucapkan salam, dan perkenalan nama dan profesi
perawat sebelum melakukan discharge planning.
6) Palaksanaan Standar Precaution
a) Kajian Teori
Standar Precaution adalah tindakan pengendalian infeksi
sederhana yang dilakukan oleh seluruh petugas kesehatan,
untuk semua pasien, setiap saat pada semua tempat pelayanan
dalam rangka mengurangi resiko penyebaran infeksi (Nursalam
dan Kurniawati, 2014).
Alasan kewaspadaan universal adalah : semua infeksi dari
darah pasien tidak dapat diindentifikasi pada saat perawatan
diberikan kepada mereka, kewaspadaan barier yang tepat harus
digunakan secara utuh oleh semua pasien dan ditentukan oleh
kemungkinan yang lebih besar bahwa perawat akan terpajan
pada darah atau sekresi yang mengandung darah dari pasien
yang terinfeksi tersebut.cairan yang berkaitan dengan penularan
patogen darah adalah sekresi semen dan vagina, cairan
serebrospinal, cairan senovial,cairan pleural, cairan peritoneal,
cairan perikardial dan cairan amnitiotik (Smeltzer & Bare,
2013).
Terkait kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi
(PPI) antara lain:
(1) Melaksanakan hand hygiene dengan 6 langkah dan 5
moment.
(2) Menempatkan pasien sesuai dengan kasus penyakit,
termasuk pasien yang harus dengan isolasi.
(3) Melakukan surveilance PPI (pencatatan dan pelaporan
terkait infeksi nasokomial)
(4) Melaksanakan kewaspadaan universal bagi karyawan
seperti menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai
kebutuhan, etika batuk, pengelolaan pasca pajanan
sesegera mungkin (maksimal 3x24 jam).
(5) Pengelolaan manajemen pencucian linen (laundry), dan
sterilisasi alat sesuai prosedur.
(6) Membuang sampah pada tempatnya:
(a) Sampah infeksius ( plastik kuning)
(b) Sampah umum (plastik hitam)
(c) Sampah sitotoksik (palstik ungu)
(d) Sampah benda tajam (tempat bertutup seperti safety
box)
(7) Melaksanakan edukasi hand hygiene, etika batuk, dll
terkait pencegahan infeksi.
b) Kajian Data
Tabel 2.17 Pelaksanaan Standar Precaution Di Ruang
Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal
Pelaksanaan
No Aspek Yang Dinilai (n=6)
Ya Tidak
Perawat cuci tangan ketika akan kontak
1 dengan klien atau melakukan tindakan 2 4
pada klien
Perawat cuci tangan ketika selesai kontak
2 dengan klien atau setelah selesai 6 0
melakukan tindakan dengan klien
Perawat mencuci tangan dengan sabun/
3 6 0
cairan intisep (handrub)
Perawat menggunakan sarung tangan
4 ketika kontak/ melakukan tindakan 5 1
dengan klien
Perawat menggunakan masker ketika
melakukan tindakan tertentu (penyakit
5 infeksi yang menular melalui udara, 4 0
peyakit dengan daya tahan tubuh rendah,
menjaga kebersihan diri)
Perawat menggunakan alat-alat steril
6 6 0
untuk satu klien
Perawat menggunakan alat-alat
7 6 0
disposable hanya untuk sekali pakai
Setelah menggunakan alat-alat non
8 disposable perawat mencucinya dengan 6 0
larutan desinfektan
Perawat mensterilkan alat-alat steril di
9 6 0
instalasi sterilisasi sentral
Perawat menyiapkan alat-alat kesehatan
10 5 1
ditempat khusus
Perawat membuang benda-benda tajam di
11 6 0
tempat khusus
Perawat membuang sampah medis di
12 6 0
tempat sampah medis
Perawat membuang sampah non medis di
13 6 0
tempat sampah non medis
JUMLAH 70 6
70/78x100%
Persentase (%)
= 89%
Sumber: Hasil observasi tanggal 09-11 Maret 2020 di ruang
Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal
total skor
Perhitungan : x 100 %
total skor tertinggi
70
: x 100 % = 89%
78
Kategori:
(1) Baik : ≥ 75 %
(2) Cukup baik : 60-74 %
(3) Kurang : ≤ 59 %
c) Analisis
Pelaksanaan Standar Precaution di Ruang Wijayakusuma
Bawah tergolong baik yaitu dengan persentase 89%. Adapun
beberapa item yang belum dilaksanakan secara optimal oleh
perawat adalah mencuci tangan ketika akan kontak dengan
klien atau sebelum melakukan tindakan kepada klien.
7) Conference (pre – post)
a) Kajian Teori
Pre-conference merupakan pertemuan tim yang dilakuakan
setiap hari dan merupakan langkah awal kegiatan shift perawat.
Pre-conference dilakukan di awal jaga setelah melakukan
operan dinas, baik dinas pagi, sore atau malam sesuai dengan
jadwal dinas PP. Pre-conference sebaiknya dilakukan diruang
sendiri sehingga dapat menghindari gangguan dari luar.
Post-conference dilakukan secara terjadwal siang hari
sebelum operan jaga shift pagi ke shift sore pada hari yang
yang sama dilakukan ketika akan pre conference hari
selanjutnya. Pesertanya yaitu kepala ruang, perawat primer
(PP), perawat asosiet (PA), dan mahasiswa kalau ada.
Tujuan dari conference ini yaitu:
(1) Membahas masalah tiap klien berdasarkan renpra yang
telah dibuat oleh PP
(2) Menetapkan klien yang menjadi tanggung jawab PA.
pembagian didasarkan pada jumlah klien, ketergantungan
klien, dan tempat tidur yang berdekatan. Bila pada suatu
tugas jaga (shift) PP didampingi oleh 2 orang PA, maka
semua klien bagi pada kedua PA sebagai penanggung
jawabnya. PP akan membimbing dan membantu PA dalam
memberikan asuhan keperawatan bila PP hanya
didampingi oleh 1 orang pada suatu tugas jaga maka
jumlah pasien yang menjadi tanggung jawab PP adalah
sebanyak 20%.
(3) Membahas Rencana Tindakan Keperawatan
(4) Mengidentifikasi tugas PA untuk setiap klien yang menjadi
tangguang jawabnya
(5) PP mendiskusikan dan mengarahkan PA tentang masalah
yang terkait dengan keperawatan
(6) PP membagi tugas masing-masing PA
(7) Meningkatkan Kembali Standart Prosedur yang Ditetapkan
(8) Meningkatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian,
kejujuran, dan kemajuan masing- masing PA
(9) Membantu PA menyelesaikan masalah yang tidak dapat
diselesaikan
Tugas perawat pre dan post conference:
Tugas PP pada pre conference:
(1) Menyiapkan ruangan / tempat
(2) Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi tanggung
jawabnya
(3) Menjelaskan tujuan dilakukan pre-conference
(4) Memandu pelaksanaan pre-conference
(5) Menjelaskan masalah keperawatan pasien, keperawatan
dan rencana keperawatan yang menjadi tanggung jawabnya
(6) Membagi tugas kepada PA sesuai kemampuan yang
dimiliki dengan memperhatikan keseimbangan kerja
(7) Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan asuhan
pasien / tindakan
(8) Memotivasi untuk memberikan tanggapan dan
penyelesaian yang sedang didiskusikan
(9) Mengklarifikasi kesiapan PA untuk melaksanakan asuhan
keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung
jawabnya
(10) Memberikan reinforcement positif pada PA
(11) Menyimpulkan hasil pre conference
b) Kajian Data
Tabel 2.18 Evaluasi Pelaksanaan Pre Conference Di Ruang
Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal
total skor
Perhitungan : x 100 %
total skor tertinggi
25
: x 100 % = 75,7%
33
Kategori:
(1) Baik : ≥ 75 %
(2) Cukup baik : 60-74 %
(3) Kurang : ≤ 59 %
total skor
Perhitungan : x 100 %
total skor tertinggi
21
: x 100 % = 87,5 %
24
Kategori:
(1) Baik : ≥ 75 %
(2) Cukup baik : 60-74 %
(3) Kurang : ≤ 59 %
c) Analisis
Evaluasi pelaksanaan Pre Conference sebesar 75,7%
dengan kriteria baik dan juga Post Conference dengan kriteria
baik dengan persentase sebesar 87,5 %.
8) Timbang Terima
a) Kajian Teori
Timbang terima (operan) merupakan teknik atau cara
untuk menyampaikan atau menerima sesuatu atau laporan yang
berkaitan dengan keadaan klien. Operan dilakukan oleh
Perawat Primer keperawatan kepada Perawat Primer
(penganggung jawab) dinas sore atau dinas malam secara
tertulis dan lisan (Suni, 2018).
Tujuan timbang terima yaitu:
(1) untuk mengkomunikasikan keadaan klien dan
menyampaikan informasi yang penting
(2) menyampaikan kondisi dan keadaan klien
(3) menyampaikan hal yang sudah/ belum dilakukan dalam
asuhan keperawatan kepada klien
(4) menyampaikan hal yang penting yang harus ditindaklanjuti
oleh perawat dinas berikutnya
(5) menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
b) Kajian Data
Tabel 2.20 Lember Observasi Serah Terima Pasien Di
Ruang Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal
Dilakukan
No Kegiatan
Ya Tidak
1 Serah terima pasien/operan jaga diawali √
dengan rapat bersama/ conference antara
petugas sebelumnya dengan petugas yang
baru
2. Petugas jaga lama membacakan buku
laporan yang berisi informasi tentang:
a. Jumlah pasien dan kondisi masing- √
masing pasien
b. Jumlah pasien maksimal care, √
intermediate care dan minimal care
dan pasien dengan resiko tinggi
(manula, bayi, balita, immuno
suprissed, kondisi terminal)
c. Program terapi atau program tindakan √
pasien yang belum terlaksana (konsul
Sp lain, foto, obat, transfusi, dll)
d. Sarana prasarana baik alat kesehatan √
maupun alat kedokteran (jumlah,
kondisi alat)
e. Informasi lain contoh pengumuman- √
pengumuman, aturan pembiayaan
pasien, kondisi bangunan misal bocor,
dll
3. Dilanjutkan keliling ruangan untuk √
mengoperkan pasien satu persatu sambil
menginformasikan kepada pasien dan atau
keluarga bahwa ada pergantian petugas jaga
sambil memperkenalkan petugas jaga yang
akan bertugas
4. Berikutnya mengoperkan alat-alat √
kedokteran atau alat kesehatan lain dan
kondisi masing-masing alat tersebut
5. Mengoperkan obat-obat/ alat kesehatan √
yang tersedia di ruang tempat obat
Dilakukan
No Kegiatan
Ya Tidak
6. Kegiatan serah terima/operan jaga di tulis √
pada buku operan atau blangko lain
7. Kegiatan operan di akhiri dengan jabat √
tangan dan petugas lama berpamitan dengan
petugas baru
TOTAL 7 4
PERSENTASE 7/11 x 100% =
63,6%
Sumber: Hasil observasi tanggal 9-11 maret 2019 di ruang Di
Ruang Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal
total skor
Perhitungan : x 100 %
total skor tertinggi
7
: x 100 % = 63,6%
11
Kategori:
(1) Baik : ≥ 75 %
(2) Cukup baik : 60-74 %
(3) Kurang : ≤ 59 %
c) Analisis
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan timbang terima di ruang Wijaya Kusuma bawah
sudah cukup baik menurut indikator SPO RSUD Kardinah
Tegal dengan presentasi 63,6%. Indikator kegiatan yang
kurang optimal adalah Sarana prasarana baik alat kesehatan
maupun alat kedokteran (jumlah, kondisi alat), Informasi lain
contoh pengumuman-pengumuman, aturan pembiayaan pasien,
kondisi bangunan misal bocor mengoperkan alat-alat
kedokteran atau alat kesehatan lain dan mengoperkan obat-
obatan / alat kesehatan yang tersedia.
b. Proses Manajemen Pelayanan Keperawatan
1) Perencanaan
a) Kajian Teori
Perencanaan adalah sebuah keputusan untuk suatu
kemajuan yang berisikan apa yang akan dilakukan serta
bagaimana, kapan dan dimana akan dilaksanakannya
(Marquis,2011). Perencanaan dimaksudkan untuk menyusun
suatu perencanaan yang strategis dalam mencapai suatu tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. Perencanaan dibuat untuk
menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada
semua pasien menegakan tujuan, mengalokasikan anggaran
belanja, memutuskan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang
dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi yang dapat
mengoptimalkan efektifitas staff serta menegakan kebijakan
dan prosedur operasional untuk mencapai visi dan misi institusi
yang telah ditetapkan.
Perencanaan yang adekuat dan efektif akan mendorong
pengelolaan sumber yang ada dimana kepala ruangan harus
mengidentifikasi tujuan jangkapanjang dan tujuan jangka
pendek serta melakukan perubahan (Marquis danHuston,
2010). Perencanaan kegiatan keperawatan di ruang rawat inap
akan memberi petunjuk dan mempermudah pelaksanaan suatu
kegiatanuntuk mencapai tujuan pelayanan dan asuhan
keperawatan kepada klien. Perencanaan di ruang rawat inap
melibatkan seluruh personil mulai dari perawatpelaksana, ketua
tim dan kepala ruang. Tanpa perencanaan yang adekuat,
prosesmanajemen pelayanan kesehatan akan gagal (Marquis
dan Huston, 2010). Dengan demikian perencanaan dapat
dikoreksi tanpa kehilangan waktu dan efisiensi.
Kerangka perencanaan terdiri dari :
(1) Misi berisi tujuan jangka panjang mengenai bagaimana
langkah mencapai visi.
(2) Filosofi sesuatu yang bisa menguatkan motivasi.
(3) Tujuan berisikan tujuan yang ingin dicapai.
(4) Obyektif berisi langkah-langkah rinci bagaimana mencapai
tujuan
(5) Prosedur berisi pelaksanaan perencanaan
(6) Aturan berisi langkah-langkah antisipasi untuk hal-hal
yang menyimpang
Model perencanaan meliputi :
(1) Reactive Planning yaitu tidak ada perencanaan, manajer
langsung melakukan tindakan begitu menemukan masalah.
Perubahan yang terjadi tidak pasti karena dipengaruhi oleh
masalah dan kondisi yang ada.
(2) Inactive Planning yaitu perencanaan yang sudah dibuat
sejalan dengan masalah yang muncul (telah ada bayangan
atau perencanaan tetapi dalam pelaksanaannya dilakukan
sejalan dengan perkembangan masalah).
(3) Preactive Planning yaitu penyusunan perencanaan dengan
mengetahui rencana ke depan pencapaian target yang
sudah pasti (sudah jelas dan tidak berubah). Ciri dari
perencanaan ini adalah tujuan yang akan dicapai jelas,
terdapat pembatasan antara waktu perencanaan
berlangsung, terdapat indikator untuk pencapaian target,
resiko dan ketidak pastian jelas.
(4) Practive Planning yaitu pembuatan perencanaan dengan
memperhatikan masa lalu, masa sekarang dan masa depan.
Masa lalu digunakan sebagai pengalaman untuk menyusun
perencanaan sekarang dan masa depan, masa sekarang
sebagai pelaksanaan perencanaan, dan masa depan
merupakan perencanaan yang disusun berdasarkan evaluasi
pelaksanaan perencanaan masa lalu dan sekarang.
Keterangan:
SL : Selalu
SR : Sering
KD : Kadang-kadang
TP : Tidak Pernah
Dilakukan
No. Tugas
SL SR KD TP
(3) (2) (1) (0)
1. Bertanggung jawab kepada pelayanan dalam 1 √
tim
2. Melakukan timbang terima bersama KARU √
3. Membagi kerja sesuai dengan tingkat √
ketergantungan pasien
4. Menyusun rencana keperawatan √
5. Mengikuti visit dokter √
6. Mengorientasi pasien baru √
7. Mengkoordinir pekerjaan yang harus dilakukan √
bersama
8. Menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan √
kepada perawat pelaksana dibawah tanggung
jawab sesuai pasien yang dirawat
9. Melakukan bimbingan dan evaluasi pada perawat √
pelaksana dalam implementasi dalam
implementasi tindakan apakah sudah sesuai
renpra
10. Melakukan supervise dokumentasi asuhan √
keperawatan
11. Melakukan tindakan keperawatan yang tidak √
dapat dilakukan oleh perawat pelaksana
Dilakukan
No. Tugas
SL SR KD TP
(3) (2) (1) (0)
12. Mengatur pelaksanaan konsultasi dan √
pemeriksaan penunjang
13. Memberikan Penkes √
14. Membuat rencana pasien pulang √
15. Mengusulkan ronde keperawatan kepada kepala √
ruang
16. Membuat laporan jaga √
17. Melaksanakan tugas lumpah atau tugas lain dari √
kepala ruang
Jumlah 24 12 3
Sumber: Hasil penyebaran kuesioner kepada PA tanggal 10 Maret 2020 di
ruang Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal
c) Analisis Data
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara mengenai
penggerakan dan pelaksanaan di ruang Wijayakusuma Bawah
kepala ruang didapatkan bahwasanya tugas kepala ruang dalam
kategori baik sesuai dengan data yang didapat data hasil
observasi terhadap pelaksanaan tugas kepala ruang
mendapatkan persentase sebesar 77,8% dalam indikator baik.
Kepala ruang telah melaksanakan tugasnya dalam
pengarahan dan pelaksanaan. Kepala ruang memberikan
komando, arahan dan bimbingan kepada seluruh staf
keperawatan ataupun non keperawatan. Pengarahan bimbingan
dan komando sering dilakukan oleh kepala ruang pada saat
dilakukanya meeting morning.
4) Pengawasan
(a) Kajian Teori
Pengawasan adalah membandingkan hasil kinerja dengan
standar dan mengambil tindakan korektif bila kinerja yang
didapat tidak sesuai standar (Nursalam, 2008). Pengawasan
melalui komunikasi mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan ketua tim maupun pelaksanaan mengenai asuhan
keperawatan yang diberikan kepada klien. Fungsi pengawasan
mencakup 4 unsur yaitu:
(1) Penetapan standar pelaksanaan
(2) Penetapan ukuran-ukuran pelaksanaan
(3) Pengukuran pelaksanaan nyata dibandingkan dengan
standar yang ditetapkan
(4) Pengambilan tindakan koreki
Pelaksanaan pengawasan antara lain yaitu:
(1) Pelaksanaan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri
atau melalui laporan langsung secara lisan dan
memperbaiki atau melalui laporan langsung secara lisan
dan memperbaiki atau mengawasi kelemahan yang ada
saat itu juga.
(2) Pengawasan tidak langsung dengan mengecek daftar hadir
perawat yang ada, membaca dan memeriksa rencana
keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan sesudah
proses keperawatan dilaksanakan, mendengar laporan dari
KaTim/ PP mengenai pelaksanaan tugas.
(3) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan
dengan rencana perawatan yang telah disusun bersama
KaTim/ PP.
(4) Mengaudit, untuk keperluan evaluasi hasil kerja diperlukan
dahulu persiapan antara lain: Standar Operating Prosedur.
(b) Kajian Data
Tabel 2.26 Kepala Ruang sebagai Pengawas, Pengendali,
dan Penilaian Di Ruang Wijayakusuma Bawah RSUD
Kardinah Tegal
SL SR KD TD
No. Nama Kegiatan
(3) (2) (1) (0)
1. Mengawasi, mengoreksi dan 2
menilai pelaksanaan pelayanan
keperawatan yang telah
ditentukan
2. Melaksanakan penilaian terhadap 2
upaya peningkatan pengetahuan
dan ketrampilan di bidang
keperawatan
3. Mengawasi dan mengendalikan 2
pendayagunaan peralatan
keperawatan serta obat-obatan
secara efektif dan efisien
4. Mengawasi pelaksanaan sistem 1 1
pencatatan pelapor kegiatan
pelayanan keperawatan serta
pendokumentasian kegiatan
lainnya di ruang rawat
Jumlah 15 6
Jumlah total 21/24 x 100% = 87,5%
Sumber: Hasil penyebaran kuesioner kepada PP
Wijayakusuma Bawah tanggal 10 Maret 2020 RSUD
Kardinah Tegal
Keterangan:
SL : Selalu
SR : Sering
KD : Kadang-kadang
TP : Tidak Pernah
nilai yang didapat
Persentase (%) = x 100%
nilai keseluruhan ( n )
21
= 25 x 100 %
= 87,5%
Hasil penghitungan jawaban dibuat persentase menurut
kategori Arikunto (2010), yaitu:
76 – 100% : baik
56 – 75% : cukup
40 – 55% : kurang baik
<40% : tidak baik
(c) Analisis Data
Berdasarkan hasil observasi di Wijayakusuma Bawah,
secara keseluruhan kegiatan pengawasan dalam penilaian tugas
kepala ruang sebagai pengawas, pengendali, dan penilaian di
ruang Wijayakusuma Bawah RSUD Kardinah Tegal diperoleh
nilai 87,5% dengan kategori baik.
2) Pengorganisasian
Pengorganisasian mahasiswa PKK di ruang Wijayakusuma
Bawah sebagai berikut:
a) Penerimaan
b) Peserta didik diserahkan dari institusi, kepada Ruang
Wijayakusuma Bawah
(1) Orientasi
(a) Umum
Orientasi yang bersifat umum diberikan dalam satu
hari, yang meliputi orientasi tugas secara umum,
tujuan orientasi umum adalah agar peserta didik
memahami tentang PPI rumah sakit, struktur
organisasi, tata tertib dan sanksi peserta didik PKK,
sistem pelayanan keperawatan, penjelasan tentang
pelaksanaan PKK.
(b) Khusus
Orientasi yang bersifat khusus diberikan pada awal
pelaksanaan PKK di ruangan, yang meliputi :
i) Orientasi Ruang
Meliputi Struktur Organisasi Tata Kerja (SOTK)
instalasi, Struktur Organisasi Tata Kerja (SOTK)
ruang rawat, Tata tertib ruang rawat dan Fasilitas
ruang rawat
ii) Orientasi Tugas
Meliputi MPKP Ruang rawat, Standar asuhan
keperawatan 10 kasus terbesar di ruang rawat,
Fasilitas alat keperawatan dan Sistem penugasan
peserta didik.