DISUSUN OLEH:
GRACE RIZKA PRAWESTY
200104028
A. PENGERTIAN
Polisitemia berasal dari bahasa Yunani: poly (banyak), cyt
(sel), dan hemia (darah). Jadi, polisitemia berarti peningkatan
jumlah sel darah (eritrosit, leukosit, trombosit) di dalam darah.
Polisitemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan
jumlah sel darah merah akibat pembentukan sel darah merah
yang berlebihan oleh sumsum tulang. Polisitemia adalah suatu
kondisi yang jarang terjadi di mana tubuh terlalu banyak
memproduksi sel darah merah. Orang dengan polisitemia
memiliki peningkatan hematokrit, hemoglobin, atau jumlah sel
darah merah di atas batas normal melebihi 6 juta/ mm atau
hemoglobinnya melebihi 18 g/dl.
Polisitemia vera adalah salah satu kelompok kanker darah
yang di kenal sebagai neoplasma myelopraliferatifive.ini terjadi
ketika mutasi pada gen menyebabkan masalah dengan produksi
sel darah. Ada dua jenis utama polisitemia:
1. Polisitemia vera (yang secara harfiah diterjemahkan sebagai
"polisitemia benar") juga dikenal sebagai suatu jenis
polisitemia primer. Primer berarti bahwa polisitemia tidak
disebabkan oleh gangguan lain. Polisitemia Primer: Dalam
polisitemia primer peningkatan sel darah merah adalah
karena masalah yang melekat. Polisitemia primer dikarenakan
sel benih hematopoietik mengalami proliferasi berlebihan
tanpa perlu rangsangan dari eritropoietin atau hanya dengan
kadar eritropoietin rendah. Dalam keadaan normal, proses
proliferasi terjadi karena rangsangan eritropoietin yang
adekuat. Polisitemia vera adalah contoh polisitemia primer.
Jumlah sel darah merah atau eritrosit manusia umumnya
berkisar antara 4 hingga 6 juta per mikroliter darah. Jumlah
ini yang terbanyak dibandingkan dengan sel darah lainnya.
Namun, jumlah sel darah merah bisa melebihi batas normal.
3
B. ETIOLOGI
1. Polisitemia primer
Polisitemia Primer terjadi di sekitar 2 pada setiap 100.000
orang. Penyebabnya tidak diketahui. Namun, polisitemia ini
hadir saat lahir, biasanya disebabkan oleh kelainan genetik
warisan yang abnormal menyebabkan tingkat tinggi prekursor
sel darah merah.
2. Polisitemia sekunder
Polisitemia sekunder umumnya terjadi sebagai respon
terhadap faktor-faktor lain atau kondisi yang mendasarinya
atau gangguan, seperti:
a) Tumor hati,
b) Tumor ginjal atau sindroma cushing
c) Peningkatan eritropoietin (EPO) produksi, baik
dalam respon terhadap hipoksia kronis (kadar
oksigen rendah) atau dari tumor mensekresi
eritropoietin
d) Perilaku, gaya hidup, seperti merokok, tinggal di
tempat yang tinggi, penyakit paru-paru parah, dan
4
C. MANIFESTASI KLINIK
a. Hiperviskositas
e. Basofilia
Lima puluh persen kasus Polisitemia Vera datang dengan
gatal (pruritus) diseluruh tubuh terutama setelah mandi
air panas, dan 10% kasus polisitemia vera datang dengan
urtikaria suatu keadaan yang disebabkan oleh
meningkatnya kadar histamin dalam darah sebagai akibat
meningkatnya basofilia. Terjadinya gastritis dan
perdarahan lambung terjadi karena peningkatan kadar
histamin
f. Splenomegali
Splenomegali tercatat pada sekitar 75% pasien Polisitemia
vera. Splenomegali ini terjadi sebagai akibat sekunder
hiperaktivitas hemopoesis ekstramedular
g. Hepatomegali
Hepatomegali dijumpai pada kira-kira 40% Polisitemia
Vera. Sebagaimana halnya splenomegali, hepatomegali
juga merupakan akibat sekunder hiperaktivitas
hemopoesis ekstramedular.
h. Gout.
Sebagai konsekuensi logis hiperaktivitas hemopoesis dan
splenomegali adalah sekuentrasi sel darah makin cepat
dan banyak dengan demikian produksi asam urat darah
akan meningkat. Di sisi lain laju fitrasi gromerular
menurun karena penurunan shear rate. Artritis Gout
dijumpai pada 5-10% kasus polisitemia .
i. Defisiensi vitamin B12 dan asam folat.
Laju siklus sel darah yang tinggi dapat mengakibatkan
defisiensi asam folat dan vitamin B12. Hal ini dijumpai
pada ± 30% kasus Polisitemis Vera karena penggunaan
untuk pembuatan sel darah, sedangkan kapasitas protein
tidak tersaturasi pengikat vitamin B12 (Unsaturated B12
7
D. PATOFISIOLOGI
E. KOMPLIKASI
Kelebihan sel darah merah dapat dikaitkan dengan komplikasi
lain, termasuk Kemungkinan Komplikasi
a) Perdarahan dari lambung atau bagian lain pada saluran
pencernaan.
b) Batu Ginjal Asam urat
c) Gagal jantung
d) Leukemia / leukositosis
e) Myelofibrosis
f) Penyakit ulkus peptikum
g) Trombosis (pembekuan darah, yang dapat menyebabkan
10
stroke atau
serangan jantung).
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Pemeriksaan Fisik, yaitu ada tidaknya pembesaran limpa
dan penampilan kulit (eritema).
b) Pemeriksaan Darah
Jumlah sel darah ditentukan oleh complete blood cell count
(CBC), sebuah tes standar untuk mengukur konsentrasi
eritrosit, leukosit dan trombosit dalam darah. PV ditandai
dengan adanya peningkatan hematokrit, jumlah sel darah
putih(terutama neutrofil), dan jumlah platelet. Pemeriksaan
darah lainnya, yaitu adanya peningkatan kadar serum B12,
peningkatan kadar asam urat dalam serum, saturasi oksigen
pada arteri, dan pengukuran kadar eritropoietin (EPO) dalam
darah.
c) Pemeriksaan Sumsum tulang
Meliputi pemeriksaan histopatologi dan nalisis
kromosom sel-sel sumsum tulang (untuk mengetahui
kelainan sifat sel tunas (stem cells) pada sumsum tulang
akibat mutasi dari gen Janus kinase-2/JAK2).
G. PENATALAKSANAAN
Terapi-terapi yang sudah ada saat ini belum dapat menyembuhkan
pasien. Yang dapat dilakukan hanya mengurangi gejala dan
memperpanjang harapan hidup pasien.
a. Tujuan terapi yaitu:
1. Menurunkan jumlah dan memperlambat pembentukan sel
darah merah (eritrosit)
2. Mencegah kejadian trombotik misalnya trombosis arteri-vena,
serebrovaskular,thrombosis vena dalam, infark miokard,
11
H. TINJAUAN KEPERAWATAN
a) Identitas klien
b) Keadaan dan keluhan utama
c) Apa yang.menjadi keluhan utama yang dirasakan klien saat kita
lakukan yaitu pucat,cepat lelah,takikardi,palpitasi,dan takipnoe
d) Riwayat penyakit dahulu
14
I. PENGKAJIAN
1. Sistim Sirkulasi
a) Gejala:
1) Riwayat kehilangan darah kronis
2) Riwayat endokarditis infektif kronis
3) Palpitasi
b) Tanda:
1) Tekanan darah : Peningkatan sistolik dengan diastolic
stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural.
2) Disritmia:abnormalitas EKG misal:depresi segmen ST
dan pendataran atau depresi gelombang T jika terjadi
15
takikardia.
3) Denyut nadi : takikardi dan melebar
4) Ekstremitas : Warna pucat pada kulit dan membran
mukosa (konjongtiva,mulut, faring, bibir dan dasar kuku)
5) Sklera : Biru atau putih seperti mutiara.
6) Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke
perifer dan vasokonstriksi kompensasi
2. Sistim Neurosensori
a) Gejala:
1) sakit
kepala,berdenyut,pusing,vertigo,tinnitus,ketidakmampuan
berkosentrasi
2) imsomnia,penurunan penglihatan dan adanya bayangan
pada mata
3) kelemahan,keseimbangan buruk,kaki goyah,parestesia
tangan /kaki sensasi menjadi dingin
b) Tanda:
1) Peka rangsang, gelisah, depresi, apatis
2) Mental : tak mampu berespon.
3) Oftalmik : Hemoragis retina.
4) Gangguan koordinasi.
3. Sistim Pernafasan
a) Gejala: napas pendek pada istirahat dan meningkat pada
aktivitas
b) Tanda: akipnea,ortopnea, dan dispnea
4. Sistim Nutrisi a
a) Gejala:
1) Penurunan masukan diet,masukan protein hewani rendah
2) Nyeri pada mulut atau lidah,kesulitan menelan (ulkus
pada faring)
16
3) Mual muntah,dyspepsia,anoreksia
4) Adanya penurunan berat badan
b) Tanda:
1) Lidah tampak merah daging
2) Membran mukosa kering dan pucat.
3) Turgor kulit : buruk, kering, hilang elastisitas
4) Stomatitis dan glositis.
5) Bibir : Selitis(inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah)
5. Sistim Aktivitas/ Istirahat a).
a) Gejala:
1) Keletihan,kelemahan,malaise umum
2) Kehilangan produktivitas,penurunan semangat untuk
bekarja
3) Toleransi terhadap latihan rendah
4) Kebutuhan untuk istirahat dan tidur lebih banyak
b) Tanda:
1) Takikardia/takipnea,dispnea pada bekerja atau istirahat.
2) Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik
pada sekitarnya.
3) Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
4) Ataksia,tubuh tidak tegak
6. Sistim Seksualitas
a. Gejala:
hilang libido (pria dan wanita), impoten b).
b. Tanda: Serviks dan dinding vagina pucat.
7. Sistim Keamanan dan Nyeri
a) Gejala:
1) Riwayat pekarjaan yang terpapar terhadap bahan kimia
2) Riwayat kanker
3) Tidak toleran terhadap panas dan dingin
4) Transfusi darah sebelumnya
17
5) Gangguan penglihatan
6) Penyembuhan luka buruk
7) Sakit kepala dan nyeri abdomen samar
b) Tanda:
1) Demam rendah, menggigil, dan berkeringat malam.
2) Limfadenopati umum
3) Petekie dan ekimosis.
4) Nyeri abdomen samar dan sakit kepala.
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan
dengan perubahan afinitas hemoglobin untuk oksigen
2. Nyeri akut berhubugan dengan agen cedera biologis
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan Gangguan
neuromuskular, Nyeri
4. Kerusakan integritaskulit berhubungan dengan Perubahan
turgor (elastisitas kulit)
K. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral
berhubunga dengan perubahan afinitas hemoglobin untuk
oksigen
Tujuan : perfusi jaringan dapat efektif
Kriteria hasi : mempertahankan tingkat kesadaran
biasanya/membaik, fungsi kognitif, fungsi
motorik/sensorik
Intervensi:
a) Observasi tanda-tanda vital (tensi, nadi, saturasi,
RR, suhu, pupil).
b) Observasi balance cairan.
c) Observasi status neurologis
18
neuromuskular
Intervensi :
semua sendi.
dengan imobilitas.
semua ekstremitas.
Intervensi :
a) Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang
longgar
20