Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Definisi
Polisitemia adalah suatu kondisi yang jarang terjadi di mana tubuh terlalu
banyak memproduksi sel darah merah atau peningkatan abnormal pada jumlah sel
darah merah yang diproduksi oleh sumsum tulang.
Polisitemia adalah suatu keadaan yang menghasilkan tingkat peningkatan
sirkulasi sel darah merah dalam aliran darah. Orang dengan polisitemia memiliki
peningkatan hematokrit, hemoglobin, atau jumlah sel darah merah di atas batas
normal melebihi 6 juta/ mm atau hemoglobinnya melebihi 18 g/dl.
Ada dua jenis utama polisitemia: polisitemia vera( primer) dan polisitemia
sekunder.
Polisitemia vera (yang secara harfiah diterjemahkan sebagai "polisitemia
benar") juga dikenal sebagai suatu jenis polisitemia primer. Primer berarti bahwa
polisitemia tidak disebabkan oleh gangguan lain. Polisitemia Primer: Dalam
polisitemia primer peningkatan sel darah merah adalah karena masalah yang
melekat.
Polisitemia sekunder: polisitemia sekunder umumnya terjadi sebagai respon
terhadap faktor-faktor lain atau kondisi yang mendasarinya atau gangguan, seperti
tumor hati, tumor ginjal atau sindroma Cushing..
Penyebab, gejala dan pengobatan dari dua kondisi berbeda-beda. polisitemia
vera lebih serius dan dapat mengakibatkan komplikasi kritis lebih dari polisitemia
sekunder.
B. Etiologi
Sel darah tubuh diproduksi di sumsum tulang ditemukan di beberapa tulang,
seperti tulang paha. Biasanya produksi sel darah diatur oleh tubuh sehingga jumlah
sel darah kanan baru dibuat untuk menggantikan sel-sel darah yang lama karena
mereka mati. Dalam polisitemia, proses ini tidak normal karena berbagai penyebab
dan menghasilkan terlalu banyak sel darah merah dan kadang-kadang sel-sel darah
lainnya. Hal ini menyebabkan penebalan darah.

Polisitemia Primer: Dalam polisitemia primer peningkatan sel darah merah


adalah karena masalah yang melekat dalam proses produksi sel darah merah.
Polisitemia Primer terjadi di sekitar 2 pada setiap 100.000 orang. Penyebabnya tidak
diketahui. Namun, polisitemia ini hadir saat lahir, biasanya disebabkan oleh
kelainan genetik warisan yang abnormal menyebabkan tingkat tinggi prekursor sel
darah merah. polisitemia keluarga dan bawaan Primer (PFCP) dan polisitemia vera
(PV).
Polisitemia sekunder: polisitemia sekunder umumnya terjadi sebagai respon
terhadap faktor-faktor lain atau kondisi yang mendasarinya atau gangguan, seperti
tumor hati, tumor ginjal atau sindroma Cushing. Polisitemia sekunder juga dapat
disebabkan oleh peningkatan eritropoietin (EPO) produksi baik dalam respon
terhadap hipoksia kronis (kadar oksigen rendah) atau dari tumor mensekresi
eritropoietin, perilaku, gaya hidup, seperti merokok, tinggal di tempat yang tinggi,
penyakit paru-paru parah, dan penyakit jantung.Bila ada kekurangan oksigen, tubuh
merespon dengan memproduksi lebih banyak sel darah merah yang membawa
oksigen ke sel-sel tubuh.
C. Klasifikasi
Ada 3 jenis polisitemia yaitu:
a) Polisitemia Vera (Polisitemia Primer)
Polisitemia Vera lebih serius dan dapat mengakibatkan komplikasi kritis
lebih dari polisitemia sekunder. Penyebab, gejala, dan perawatan dari dua
kondisi yang berbeda-beda. Polisitemia primer ( polisitemia vera) ditandai
dengan peningkatan jumlah trombosit dan granulosit serta sel darah merah, dan
dan diyakini sebagai awal terjadinya abnormalitas Penyebab, gejala, dan
perawatan dari dua kondisi yang berbeda-beda. Polisitemia primer ( polisitemia
vera) ditandai dengan peningkatan jumlah trombosit dan granulosit serta sel
darah merah, dan dan diyakini sebagai awal terjadinya abnormalitas Polisitemia
vera (yang secara harfiah diterjemahkan sebagai "polisitemia benar") juga
dikenal sebagai suatu jenis polisitemia primer. Primer berarti bahwa polisitemia
tidak disebabkan oleh gangguan lain Dalam polisitemia primer peningkatan sel
darah merah adalah karena masalah yang melekat.

Tanda dan Gejala


Pada tahap awal, polisitemia vera biasanya tidak menimbulkan gejala apapun.
Namun, seiring dengan proses bertambah banyaknya sel darah merah, ada
beberapa gejala yang bisa dikenali seperti : sakit kepala, kepala serasa berputar,
gatal-gatal, terutama ketika sedang mandi air panas, muncul tanda merah pada
kulit, susah bernafas atau nafas pendek-pendek, susah bernafas, terutama ketika
sedang dalam posisi berbaring, sakit pada dada, perasaan terbakar atau lemas
dibagian tangan, kaki, atau lengan, perasaan kembung atau eneg di perut sebelah
kiri, cepat lelah, susah bicara secara mendadak. ini bisa jadi akibat pembuluh
darah ke otak sudah tersumbat, sehingga mengakibatkan stroke, penglihatan
terganggu/ganda, gangguan keseimbangan dan koordinasi gerak tubuh,
mengalami masalah ingatan
b) Polisitemia Sekunder
Polisitemia sekunder umumnya terjadi sebagai respon terhadap faktor-faktor
lain atau kondisi yang mendasarinya atau gangguan, seperti tumor hati, tumor
ginjal atau sindroma Cushing.
c) Polisitemia Relatif (stres)
Polisitemia stres atau pseudo-polisitemia, adalah akibat penyusutan volume
plasma. Volume sel darah total normal. Keadaan ini lebih umum dari polisitemia
vera. Paling banyak terjadi khusus pada laki-laki umur pertengahan dan dapat
disertai oleh problem kardivaskular, misalnya ikshemia miokard atau TIA
(transient ischaemic attacks) otak. Jika bersamaan dengan hipertensi ini
dinamakan sindroma Gaisbock. Terapi deuritik dan merokok berat sering
bersamaan. Nilai setiap bentuk pengobatan khusus belum ditentukan tetapi
percobaan dengan venaseksi berulang dengan atau tanpa pergantian plasma
sedang dikembangkan.
D. Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang biasanya muncul pada polisitemia adalah sebagai berikut :

a. Muka kemerah-merahan (pletora), gambaran pembuluh darah di kulit atau


selaput lendir, dan kongjungtiva hiperemia sebagai akibat peningkatan massa
eritrosit.
b. Hiperviskositas yang menyebabkan penurunan aliran darah, sehingga terjadi
hipoksia jaringan dengan manifestasi klinik: sakit kepala, dizziness, vertigo,
tinnitus, gangguan penglihatan, stroke, angina pektoris, infark miokardium, dan
klaudikasio.
c. Manifestasi perdarahan (10-20% penderita): epistaksis, perdarahan traktus
gastrointestinal (ulkus peptikum), serta abnormalitas faktor pembekuan V dan
XII.
d. Manifestasi trombosis arteri dan vena: gangguan serebrovaskular, infark
miokardium, infark paru-paru, trombosis vena mesentrika, hepatika, dan deep
e.
f.
g.
h.

vein thrombosis.
Splenomegali.
Hepatomegali.
Pruritus urtikaria.
Gout.

E. Komplikasi
1. Kelebihan sel darah merah dapat dikaitkan dengan komplikasi lain, termasuk
Kemungkinan Komplikasi
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Perdarahan dari lambung atau bagian lain pada saluran pencernaan


Batu Ginjal
Asam urat
Gagal jantung
Leukemia
Myelofibrosis
Penyakit ulkus peptikum
Trombosis (pembekuan darah, yang dapat menyebabkan stroke atau
serangan jantung)

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Fisik, yaitu ada tidaknya pembesaran limpa dan penampilan
kulit (eritema).
2. Pemeriksaan Darah
Jumlah sel darah ditentukan oleh complete blood cell count (CBC), sebuah
tes standar untuk mengukur konsentrasi eritrosit, leukosit dan trombosit

dalam darah. PV ditandai dengan adanya peningkatan hematokrit, jumlah sel


darah putih (terutama neutrofil), dan jumlah platelet. Pemeriksaan darah
lainnya, yaitu adanya peningkatan kadar serum B12, peningkatan kadar
asam urat dalam serum, saturasi oksigen pada arteri, dan pengukuran kadar
eritropoietin (EPO) dalam darah.
3. Pemeriksaan Sumsum tulang
Meliputi pemeriksaan histopatologi dan nalisis kromosom sel-sel sumsum
tulang (untuk mengetahui kelainan sifat sel tunas (stem cells) pada sumsum
tulang akibat mutasi dari gen Janus kinase-2/JAK2).
G. Penatalaksanaan
Terapi-terapi yang sudah ada saat ini belum dapat menyembuhkan pasien. Yang
dapat dilakukan hanya mengurangi gejala dan memperpanjang harapan hidup
pasien.
Tujuan terapi yaitu:
1. Menurunkan jumlah dan memperlambat pembentukan sel darah merah
(eritrosit).
2. Mencegah kejadian trombotik misalnya trombosis arteri-vena,
serebrovaskular, trombosis vena dalam, infark miokard, oklusi arteri perifer,
dan infark pulmonal.
3. Mengurangi rasa gatal dan eritromelalgia ekstremitas distal.
Prinsip terapi
1. Menurunkan viskositas darah sampai ke tingkat normal kasus (individual)
dan mengendalikan eritropoesis dengan flebotomi.
2. Menghindari pembedahan elektif pada fase eritrositik/ polisitemia yang
belum terkendali.
3. Menghindari pengobatan berlebihan (over treatment)
4. Menghindari obat yang mutagenik, teragenik dan berefek sterilisasi pada
pasien usia muda.
5. Mengontrol panmielosis dengan fosfor radioaktif dosis tertentu atau
kemoterapi sitostatik pada pasien di atas 40 tahun bila didapatkan:

Trombositosis persisten di atas 800.00/mL, terutama jika disertai gejala


thrombosis
Leukositosis progresif
Splenomegali yang simtomatik

atau

menimbulkan

sitopenia

problematic
Gejala sistemis yang tidak terkendali seperti pruritus yang sukar
dikendalikan, penurunan berat badan atau hiperurikosuria yang sulit
diatasi.
Terapi PV
1. Flebotomi
Flebotomi adalah terapi utama pada PV. Flebotomi mungkin satusatunya bentuk pengobatan yang diperlukan untuk banyak pasien, kadangkadang selama bertahun-tahun dan merupakan pengobatan yang dianjurkan.
Indikasi flebotomi terutama pada semua pasien pada permulaan penyakit,dan
pada pasien yang masih dalam usia subur.Pada flebotomi, sejumlah kecil darah
diambil setiap hari sampai nilai hematokrit mulai menuru. Jika nilai hematokrit
sudah mencapai normal, maka darah diambil setiap beberapa bulan, sesuai
dengan kebutuhan. Target hematokrit yang ingin dicapai adalah <45% pada
pria kulit putih dan <42% pada pria kulit hitam dan perempuan.
Kemoterapi Sitostatika/ Terapi mielosupresif (agen yang dapat
mengurangi sel darah merah atau konsentrasi platelet). Tujuan pengobatan
kemoterapi sitostatik adalah sitoreduksi. Lebih baik menghindari kemoterapi
jika memungkinkan, terutama pada pasien uisa muda. Terapi mielosupresif
dapat dikombinasikan dengan flebotomi atau diberikan sebagai pengganti
flebotomi. Kemoterapi yang dianjurkan adalah Hidroksiurea (dikenal juga
sebagai hidroksikarbamid) yang merupakan salah satu sitostatik golongan obat
antimetabolik karena dianggap lebih aman, tetapi masih diperdebatkan tentang
keamanan penggunaan jangka panjang. Penggunaan golongan obat alkilasi
sudah banyak ditinggalkan atau tidak dianjurkan lagi karena efek

leukemogenik dan mielosupresi yang serius. Walaupun demikian, FDA masih


membenarkan klorambusil dan Busulfan digunakan pada PV. Pasien dengan
pengobatan cara ini harus diperiksa lebih sering (sekitar 2 sampai 3 minggu
sekali). Kebanyakan klinisi menghentikan pemberian obat jika hematokrit:
pada pria < 45% dan memberikannya lagi jika > 52%, pada wanita < 42% dan
memberikannya lagi jika > 49%.
2. Fosfor Radiokatif (P32)
Isotop radioaktif (terutama fosfor 32) digunakan sebagai salah satu
cara untuk menekan sumsum tulang. P32 pertama kali diberikan dengan dosis
sekitar 2-3mCi/m2 secar intravena, apabila diberikan per oral maka dosis
dinaikkan 25%. Selanjutnya jika setelah 3-4 minggu pemberian pertama P32
Mendapatkan hasil, reevaluasi setelah 10-12 minggu.
Jika diperlukan dapat diulang akan tetapi hal ini jarang
dibutuhkan.Tidak mendapatkan hasil, selanjutnya dosis kedua dinaikkan 25%
dari dosis pertama, dan diberikan sekitar 10-12 minggu setelah dosis pertama.
3. Kemoterapi Biologi (Sitokin)
Tujuan pengobatan dengan produk biologi pada polisitemia vera terutama
untuk mengontrol trombositemia (hitung trombosit . 800.00/mm3). Produk
biologi yang digunakan adalah Interferon (Intron-A, Roveron-) digunakan
terutama pada keadaan trombositemia yang tidak dapat dikendalikan.
Kebanyakan klinisi mengkombinasikannya dengan sitostatik Siklofosfamid
(Cytoxan).
Pengobatan pendukung
1. Hiperurisemia diobati dengan allopurinol 100-600 mg/hari oral pada
pasien dengan penyakit yang aktif dengan memperhatikan fungsi
2.

ginjal.
Pruritus dan urtikaria dapat diberikan anti histamin, jika diperlukan
dapat diberikan Psoralen dengan penyinaran Ultraviolet range A

(PUVA).
3. Gastritis/ulkus peptikum dapat diberikan penghambat reseptor H2.
4. Antiagregasi trombosit Analgrelide turunan dari
Quinazolin.

5. Anagrelid

digunakan sebagai substitusi

atau tambahan

ketika

hidroksiurea tidak memberikan toleransi yang baik atau dalam kasus


trombositosis sekunder (jumlah platelet tinggi). Anagrelid mengurangi
tingkat pembentukan trombosit di sumsum. Pasien yang lebih tua dan
pasien dengan penyakit jantung umumnya tidak diobati dengan
anagrelid.
H. Pohon Masalah

Sakit kepala
Kepala terasa berputar
Gatal-gatal
Muncul tanda merah pada
kulit
Susah bernafas
Sakit pada dada
Cepat lelah
Gangguan keimbangan
dan koordinasi gerak tubuh
Keringat berlebihan
Gangguan penglihatan
Kehilangan berat badan

Polisitemia
primer

peningkatan eritropoietin (EPO)


produksi baik dalam respon
terhadap hipoksia kronis (kadar
oksigen rendah) atau dari tumor
mensekresi eritropoietin, perilaku,
gaya hidup, seperti merokok,
tinggal di tempat yang tinggi,
penyakit paru-paru parah, dan
penyakit jantung

Polisitemia
Sekunder

penyusutan volume
plasma. Volume sel
darah total normal.

Polisitemia
Relatif

Polisitemia
Disebabkan oleh
kelainan
sifat sel
Polisitemia
tunasprimer
pada sumsum
tulang. Selain itu
terdapat sel batang
normal pada
sumsum tulang,
terdapat pula sel
batang abnormal
yang dapat
mengganggu atau
menurunkan

Polisitemia

Dimana proliferasi
sekunder
eritrosit
disertai
peningkatan kadar
eritropietin.
Peningkatan massa
sel darah merah
lama kelamaan akan
mencapai keadaan
hemostasis dan
kadar eritropoietin

BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN POLISITEMIA
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya, yang
meliputi: nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama,
tanggal pengkajian.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Penderita penyakit polisitemia vera

menampakkan gejala

mencakup

pusing, sakit kepala, kemerahan pada wajah, kesulitan bernafas, kelelahan,


gatal.

Pada

polisitemia

sekunder

menampakkan

gejala

kelesuan,

hipertensi,sesak napas, batuk kronis, gangguan tidur (apnea tidur), pusing.


3. Riwayat Kesehatan Terdahulu (RKD)
Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit,
kemungkinan pasien pernah menderita penyakit sebelumnya seperti :
kelesuan, sakit kepala, hipertensi,dan riwayat merokok
4. Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)
Riwayat adanya penyakit polisitemia pada anggota keluarga yang lain
seperti : Kelainan genetik warisan yang abnormal menyebabkan tingkat
tinggi prekursor sel darah merah, PPOK, tumor ginjal atau sindroma
Cushing,dan lain-lain.
5. Data sosial,psikologis dan agama
Keyakinan klien terhadap budaya dan agama yang mempengaruhi

kebiasaan klien dan pilihan pengobatan misal penolakan transfusi darah.


Adanya depresi.
Data kebiasaan sehari-hari
Nutrisi
Penurunan masukan diet
masukan diet rendah protein hawan
kurangnya intake zat makanan tertentu:vitamin b12,asam folat
Aktivitas istirahat
frekuensi dan kualitas pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur
c. Eliminasi BAK dan BAB
Frekuensi,warna,konsistensi dan bau
6.
a.

b.

Pemeriksaan Fisik
Dalam pemeriksaan menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut:
a. Peningkatan warna kulit (sering kemerah-merahan) yang disebabkan
oleh meningkatnya Hb.
b. Gejala-gejala kelebihan beban sirkulasi (dispnea, batuk kronis,
peningkatan tekanan darah, takikardia, sakit kepala, dan pusing) yang
disebabkan oleh peningkatan volume darah.
c. Gejala-gejala trombisis (angina, klaudikasi intermiten, tromboplebitis)
disebabkan oleh peningkatan viskositas darah.
d. Splenomrgali dan hepatomegaly
e. Gatal, khususnya setelah mandi air hangat yang diakibatkan oleh
hemolisis sel darah merah yang tidak matang.
f. Riwayat perdarahan hidung, ekimosis atau perdarahan saluran
pencernaan dari disfungsi trombosit.
Pemeriksaan Diagnostik:
Pemeriksaan darah lengkap
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera (asam urat meningkat)
2. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan kelelahan.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan.
C. Intervensi Keperawatan

10

1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera (asam urat meningkat)


Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan 3x24 jam diharapkan nyeri
dapat berkurang dengan KH : Skala Nyeri 3-1 Pasien tidak tampak meringis
lagi.
Intervensi :
a) Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 1-10), frekuensi, dan
waktu.
b) Lakukan tindakan pengubahan posisi, masase, rentang gerak pada sendi
yang sakit.
c) Ajarkan pasien untuk menggunakan visualisasi/bimbingan imajinasi,
relaksasi progresif.
d) Berikan analgesic/antipiretik
2. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan kelelahan
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan 3x24 jam diharapkan pasien
melaporakan peningkatan toleransi aktivitas dengan KH : Tanda-tanda vital
normal TD:120/80 mmHg, RR : 20 kali/menit, Suhu : 360C, Nadi:80
kali/menit. Mampu melakukan aktivitas seharihari secara mandiri.
Intervensi :
a) Observasi TTV pasien.
b) posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing.
c) Ajarkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi, nyeri dada,
napas pendek, kelemahan atau pusing terjadi
d) Berikan oksigen tambahan
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
berat badan stabil dengan nilai laboratorium normal dengan KH: Berat
badan ideal sesuai dengan tinggi badan, Tidak ada tanda-tanda malnutrisi,
Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dan menelan

11

Intervensi :
a) Kaji riwayat nutrisi.
b) Berikan intake nutrisi sedikit tapi sering.
c) Berikan informasi mengenai nutrisi dengan kandungan kalori, vitamin,
protein, dan mineral tinggi.
d) Konsultasi dengan ahli diet.
D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah melaksanakan intervensi keperawatan.
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan yaitu kategori dari
perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
dan kriteria hasil yang diperlukan dari asuhan keperawatan dilakukan dan
diselesaikan. Implementasi mencakup melakukan membantu dan mengarahkan
kerja aktivitas kehidupan sehari-hari. Implementasi keperawatan sesuai dengan
intervensi yang telah dibuat.
E. Evaluasi
Evaluasi dari masalah polisitemia yaitu:
a) Masalah teratasi
b) Masalah sebagaian teratasi
c) tidak teratasi
d) Muncul masalah baru.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Polisitemia adalah suatu keadaan yang menghasilkan tingkat peningkatan
sirkulasi sel darah merah dalam aliran darah. Orang dengan polisitemia memiliki
peningkatan hematokrit, hemoglobin, atau jumlah sel darah merah di atas batas
normal melebihi 6 juta/ mm atau hemoglobinnya melebihi 18 g/dl.
Ada dua jenis utama polisitemia: polisitemia vera( primer) dan polisitemia
sekunder. Polisitemia vera (yang secara harfiah diterjemahkan sebagai "polisitemia
benar") juga dikenal sebagai suatu jenis polisitemia primer. Primer berarti bahwa
polisitemia tidak disebabkan oleh gangguan lain. Polisitemia Primer: Dalam

12

polisitemia primer peningkatan sel darah merah adalah karena masalah yang
melekat dalam proses produksi sel darah merah.
Polisitemia sekunder: polisitemia sekunder umumnya terjadi sebagai respon
terhadap faktor-faktor lain atau kondisi yang mendasarinya atau gangguan, seperti
tumor hati, tumor ginjal atau sindroma Cushing.
B. Saran
Disarankan kepada penderita polisitemia sekunder untuk menghindari faktor
pencetus dan resiko yang bisa mengakibatkan penyakit bertambah parah. Seperti :
perilaku, gaya hidup, seperti merokok, tinggal di tempat yang tinggi.

BAB IV
STUDI KASUS
A. Diskripsi Kasus
Pada tanggal 11 agustus 2015 datang seorang pasien bernama Ny S umur 29
tahun, agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan wiraswasta, alamat Perum Indah
Blok Z Ponorogo , nomor register 08 11 14 08, Keluhan utama yang dirasakan
adalah Sering mengeluh nafas pendek pada istirahat dan meningkat pada aktivitas.
Klien mengatakan memiliki riwayat penyakit hematology,penyakit malabsorbsi.
Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit menurun maupun menular dari
keluarganya saat ini.Kemudian klien dibawa oleh keluarga ke RSU Asiyah
Ponorogo dan mendapatkan penanganan awal. TTV TD
110x/menit, P

: 18x/menit, S

: 37 C, RR

B. Pengkajian
a) Identitas Klien
Nama Klien : Ny. S
Tgl Lahir
: 16 maret 1986
Jenis Kelamin : P
13

: 140/95 mmHg, N

: 23x permenit.

Suku/bangsa : jawa
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Pensiunan
Alamat
: Perum Indah Blok Z Ponorogo
b) Riwayat Keperawatan
1.
Keluhan Utama
Sering mengeluh napas pendek pada istirahat dan meningkat pada aktivitas.
2.
Riwayat Keperawatan Sekarang
Saat kita lakukan pengkajian yaitu pucat,cepat lelah,takikardi,palpitasi,dan takipnoe.
Gejala awl menunjukkan Pasien menderita anemia.
TD : 140/95 mmHg
N
: 110x/menit
P
: 18x/menit
S
: Normal
RR : 23x permenit
Lab : Hb: 16gr/dl, Hematokrit 63%, leukositosis, trombositosis.
P (Provocative)
Q (Quality)
R (Region)
S (Severity)
T (Time)

: kelainan sifat sel tunas pada sumsum tulang


: Keluhan dari ringan sampai berat.
: Semua sistem tubuh akan terganggu.
: Dari Grade I, II, III sampai IV.
: adanya pendaraahn kronis

c) Riwayat Keperawatan Sebelumnya


1) Adanya penyakit kronis seperti penyakit hati,ginjal
2) Adanya perdarahan kronis/adanya episode berulangnya perdarahan kronis
3) Adanya riwayat penyakit hematology,penyakit malabsorbsi.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
1) Adanya riwayat penyakit kronis dalam keluarga yang berhubungan dengan
status penyakit yang diderita klien saat ini
2) Adanya anggota keluarga yang menderita sama dengan klien

Adanya kecendrungan keluarga untuk terjadi anemia


e) Riwayat Kesehatan Lingkungan

Lingkungan Kebersihannya cukup terjaga.


c.
Pemeriksaan Fisik dan Pengkajian Per-sistem
1.
Sistim Sirkulasi,
Gejala:
riwayat kehilangan darah kronis
riwayat endokarditis infektif kronis
Palpitasi

14

Tanda:
Tekanan darah : Peningkatan sistolik dengan diastolic stabil dan tekanan
nadimelebar, hipotensi postural.
Disritmia:abnormalitas EKG missal:depresi segmen ST dan pendataran atau
deresi gelombang T jika terjadi takikardi
2.
Sistim Neurosensori
Gejala:
Sakit kepala,berdenyut,pusing,vertigo,tinnitus,ketidakmampuan berkosentrasi
imsomnia,penurunan penglihatan dan adanya bayangan pada mata
kelemahan,keseimbangan buruk,kaki goyah,parestesia tangan /kaki
sensasi menjadI dingin
Tanda:
Peka rangsang, gelisah, depresi, apatis.
Mental: tak mampu berespon.
Oftalmik Hemoragis retina.
3.
Sistim Pernafasan
Gejala:
napas pendek pada istirahat dan meningkat pada aktivitas
Tanda:
Takipnea,ortopnea,Dispnoe
4.
Sistim Nutrisi
Gejala:
penurunana masukan diet,masukan protein hewani rendah
nyeri pada mulut atau lidah,kesulitan menelan(ulkus pada faring)
mual muntah,dyspepsia,anoreksia
adanya penurunan berat badan
Tanda :
Lidah tampak merah daging
Membran mukosa kering dan pucat.
Turgor kulit buruk kering, hilang elastisitas.
5.
Sistim Aktivitas/ Istirahat
Gejala:
keletihan,kelemahan,malaise umum
kehilamgan produktivitas,penurunan semangat untuk bekarja
toleransi terhadap latihan rendah
kebutuhan untuk istirahat dan tidur lebih banyak
Tanda:
Takikardia/takipnea,dispnea pada bekerja atau istirahat.
Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya.

15

Kelemahan dan otot penurunan kekuatan Ataksia,tubuh tidak tegak.


6.
Sistim Keamanan dan Nyeri
Gejala:
riwayat pekarjaan yang terpapar terhadap bahan kimia
riwayat kanker
tidak toleran terhadap panas dan dingin
transfusi darah sebelumnya
gangguan penglihatan
penyembuhan luka buruk
sakit kepala dan nyeri abdomen samarTanda:
Demam rendah, menggigil, dan berkeringat malam.
Limfadenopati umum Petekie dan ekimosis.
Nyeri abdomen samar dan sakit kepala.
d.

Data Penunjang
Jumlah darah lengkap: Hb dan Ht menurun.
Jumlah eritrosit menurun.
Pewarnaan SDM : Menditeksi perubahan warna dan bentuk (mengidentifikasi
tipe anemia)

C. Diagnosa Keperawatan
ANALISA DATA
NS. DIAGNOSIS :
(NANDA-I)
DEFINITION:

Kelebihan volume cairan

Peningkatan retensi cairan isotonik


Perubahan pada pola pernapasan
DEFINING
CHARACTERISTICS
Gelisah
penambahan BB
Gangguan mekanisme regulasi
RELATED FACTORS:
kelebihan asupan cairan.
ASSESSMENT
Subjectiv data entry
Objective data entry
Px mengeluh nyeri pada kaki
Tanda- tanda Vital
yang di pasang infus
TD 140/95 mmHg, N : 110x/menit,
P: 18x/menit, S: Normal. RR : 23x
permenit, Lab: Hb: 16gr/dl,
Hematokrit 63%, leukositosis,
trombositosis.

16

DIAGNOSIS

Ns. Diagnosis (Specify):


Perubahan pola napas
Client
Diagnostic
Statement:
Related to: Sesak

D. Intervensi Keperawatan
Inisial Pasien : ___________
Nama Mhs:___________________
Tanggal:_________________
Diagnosa Keperawatan
: Pernafasan dada
Definisi
:
NIC
INTERVENSI

NOC

AKTIVITAS

OUTCOME

Hipervolemia

Monitor intake / input dan


output
Definisi : peningkatan
Monitor hasil laboratorium
volume cairan pada
untuk retensi
cairan( peningkatan berat
intraseluler dan /atau
yang spesific, peningkatan
extraseluler dan
BUN, penurunan hematocrit,
dan peningkatan level
pencegahan
osmolasi urin).
komplikasi pada
Intruksikan pasien dan
/atau keluarga untuk ukuran
seorang pasien yang
dalam mengobati
cairanya berlebihan. hipovolemia.
Menaikkan body image
dan harga diri jika
memperhatikan penyebabnya
seperti retensi cairan
berlebihan, jika cocok.
E. Implementasi Keperawatan

17

Overload Cairan

INDICATOR
Penurunan keluaran
urin
Peningkatan serum
sodium
Tangan odem
Sakit kepala

No.
diagnosa
masalah
1.
Pernafasan
dada(3230)

Tgl/jam

Tindakan

paraf

5-5- 1.
Menentukan adanya kontraindikasi
2012/
untuk penggunaan terapi fisik dada
08.00
2.
Menentukan segmen paru perlu
09.00
dikeringkan
10.00 3.

Memposisi pasien dengan segmen


paru akan dikeringkan di posisi paling
atas

4.

Menggunakan

bantal

untuk

mendukung pasien dalam posisi yang


ditunjuk
5.

Menggunakan
drainase

postural

perkusi

dengan

dengan

cupping

tangan dan bertepuk tangan dinding


dada

dalam

suksesi

menghasilkan

cepat

serangkaian

untuk
suara

berongga
6.

Menggunakan getaran dada dalam


kombinasi dengan drainase postural
sesuai

7.

Mengunakan nebulizer ultrasonik


yang sesuai

8.

Mengunakan terapi aerosol yang


sesuai

9.

Memantau jumlah dan jenis dahak


dahak
10. Mendorong batuk selama dan setelah
drainase postural
F. Evaluasi Keperawatan

18

Masalah
kep/kolaboratif
1.
Pernafasan
dada(3230)

Tgl/jam

Catatan perkembangan

5-5-2012/
08.00

S : Klien masih mengatakan


napas pendek pada istirahat dan
meningkat pada aktivitas
O : TD : 140/95 mmHg, N :
110x/menit, P: 18x/menit, S:
Normal. Lab: Hb: 16gr/dl,
Hematokrit 63%, leukositosis,
trombositosis.
A : Ketidakefektifan pola napas
P : rencana tindakan keperawatan
1,2,3 sampai 10 dilanjutkan

09.00
10.00
11.00

Paraf

DAFTAR PUSTAKA
Buku ajar Asuhan keperawatan dengan gangguan system Hematologi- wiwik Handayanifile: III C:/User/BO/Handayani/google20Buku.html
Price, Wilson, 2005, Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Jakarta, EGC

19

Anda mungkin juga menyukai