BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Pengertian
Polisitemia adalah suatu kondisi yang jarang terjadi di mana tubuh terlalu
banyak memproduksi sel darah merah . Ada dua jenis utama polisitemia:
polisitemia vera dan polisitemia sekunder . Penyebab, gejala, dan perawatan dari
dua kondisi yang berbeda-beda. Polisitemia Vera lebih serius dan dapat
mengakibatkan komplikasi kritis lebih dari polisitemia sekunder . Sel darah tubuh
2.2 Klasifikasi
kronis, penyakit jantung kongenital atau tinggal didaerah ketinggian, dan lain-lain,
disamping itu peningkatan sel darah merah juga dapat terjadi secara non fisiologis
pada tumor yang menghasilkan eritropoitin seperti tumor ginjal, hepatoma, tumor,
ovarium, dan lain-lain.
2.3 Etiologi
Berikut ini adalah daftar penyebab atau kondisi yang mendasarinya yang
mungkin dapat menyebabkan polisitemia meliputi:
1. Belum jelas,
2.5 Patofisiologi
Pada penderita PV, terjadi mutasi pada JAK2 yaitu pada posisi 617 dimana
terjadi pergantian valin menjadi fenilalanin (V617F), dikenal dengan nama
JAK2V617F. Hal ini menyebabkan aksi autoinhibitor JH2 tertekan sehingga
proses aktivasi JAK2 berlangsung tak terkontrol. Oleh karena itu, proses
eritropoiesis dapat berlangsung tanpa atau hanya sedikit hematopoetic growth
factor.
Terjadi peningkatan produksi semua macam sel, termasuk sel darah merah,
sel darah putih, dan platelet. Volume dan viskositas darah meningkat. Penderita
cenderung mengalami thrombosis dan pendarahan dan menyebabkan gangguan
mekanisme homeostatis yang disebabkan oleh peningkatan sel darah merah dan
tingginya jumlah platelet. Thrombosis dapat terjadi di pembuluh darah yang dapat
menyebabkan stroke, pembuluh vena, arteri retinal atau sindrom Budd-Chiari.
Fungsi platelet penderita PV menjadi tidak normal sehingga dapat menyebabkan
terjadinya pendarahan. Peningkatan pergantian sel dapat menyebabkan
terbentuknya hiperurisemia, peningkatan resiko pirai dan batu ginjal.
2.6 Komplikasi
Waktu tidak diobati, polisitemia vera dapat mengakibatkan
komplikasi seperti pembekuan darah, perdarahan, leukemia myelogenous akut,
ulkus peptikum, perdarahan gastrointestinal, serangan jantung dan stroke.
Bagan WOC
PROSES ERITROPOESIS
BERLANGSUNG TANPA/HANYA SEDIKIT HEMOPOETIC GROWTH
FACTOR
O2 YG TERIKAT PENINGKATAN
DENGAN Hb MENINGKAT GANGGUAN PERGANTIAN SEL
MEKANISME HEMEOSTATIS
HIPERURISEMIA,
TAKIPNEU PENINGKATAN RESIKO PIRAI, BATU GINJAL
TROMBOSIS
STROKE,
SYNDROM BUDD- CHIARI
Terapi-terapi yang sudah ada saat ini belum dapat menyembuhkan pasien.
Yang dapat dilakukan hanya mengurangi gejala dan memperpanjang harapan
hidup pasien.
10
Prinsip terapi:
o
Leukositosis progresif,
o Splenomegali yang simtomatik atau menimbulkan sitopenia
problematic,
o Gejala sistemis yang tidak terkendali seperti pruritus yang
sukar dikendalikan, penurunan berat badan atau
hiperurikosuria yang sulit diatasi.
1. Flebotomi:
Flebotomi adalah terapi utama pada PV. Flebotomi mungkin satu-
satunya bentuk pengobatan yang diperlukan untuk banyak pasien, kadang-
kadang selama bertahun-tahun dan merupakan pengobatan yang
dianjurkan. Indikasi flebotomi terutama pada semua pasien pada
permulaan penyakit, dan pada pasien yang masih dalam usia subur.
Pada flebotomi, sejumlah kecil darah diambil setiap hari sampai nilai
hematokrit mulai menurun. Jika nilai hematokrit sudah mencapai normal,
maka darah diambil setiap beberapa bulan, sesuai dengan kebutuhan.
Target hematokrit yang ingin dicapai adalah <45% pada pria kulit putih
sebagai salah satu cara untuk menekan sumsum tulang. P32 pertama kali
diberikan dengan dosis sekitar 2-3mCi/m2 secar intravena, apabila
diberikan per oral maka dosis dinaikkan 25%. Selanjutnya jika setelah 3-
4 minggu pemberian pertama P32 :
a. Mendapatkan hasil, reevaluasi setelah 10-12 minggu. Jika
diperlukan dapat diulang akan tetapi hal ini jarang dibutuhkan.
b. Tidak mendapatkan hasil, selanjutnya dosis kedua dinaikkan 25%
dari dosis pertama, dan diberikan sekitar 10-12 minggu setelah
dosis pertama.
4. Kemoterapi Biologi (Sitokin):
Pengobatan pendukung:
Pruritus dan urtikaria dapat diberikan anti histamin, jika diperlukan dapat
diberikan Psoralen dengan penyinaran Ultraviolet range A (PUVA).
Pemeriksaan fisik:
2.9.3 Interverensi
Diagnosa 1:
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, volume cairan pada tubuh klien
berada dalam batas normal.
Diagnosa 2:
Diagnosa 3:
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8
volume 2, EGC, Jakarta
http://id.wikipedia.org/wiki/Polisitemia
http://id.wikipedia.org/wiki/Polisitemia