D
I
S
U
S
U
N
OLEH KELOMPOK 2 :
1. ADE PURNAMA
2. ELLYNA YULISTIAMI
3. JOKO PRANOLO SUCIPTO
4. SURYANINGSING SARUMAHA
5. NONI PASKARIANG TELAUMBANUA
6. SHAUMA MARISKA FITRI
7. YULIA FITRIANI
PROGRAM STUDINERS
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama tuhan yang maha Esa karena dengan rahmat dan kuasanyalah
kami sebagai kelompok dapat membuat makalah Sistem Imunologi dengan judulAsuhan
Keperawatan Polisitemia, Dan Terima kasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing
karena telah mengarahkan kami sehingga kami dapat membuat makalah , kami juga
mengucapkan terimakasih kepada teman-teman seperjuangan yang telah ikut memberi
semangat kepada kelompok kami,
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah kami ini untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari Dosen dan Teman teman sekalian yang berguna untuk
memperbaiki agar makalah kami selanjutnya dapat dibuat jauh lebih baik untuk itu kami
mengucapkan banyak terimakasih
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sel darah merah terdiri dari sebagian besar sel-sel darah dalam sirkulasi, dan salah satu
fungsi utama mereka adalah untuk membawa oksigen dari paru ke semua sel, jaringan, dan
organ dalam tubuh. Oksigen dilakukan di dalam sel darah merah dikombinasikan ke besi
yang mengandung protein yang disebut hemoglobin. sel darah merah tidak memiliki inti dan
berbentuk seperti cakram cekung ganda atau donat berbentuk, dan mampu meringkuk dan
pemerasan melalui pembuluh darah terkecil.
Jumlah sel darah merah normal dalam darah bervariasi, dan lebih tinggi pada laki-laki
daripada perempuan. bayi baru lahir memiliki jumlah sel merah yang lebih tinggi daripada
orang dewasa.
Jika ada jumlah yang lebih tinggi dari sel darah merah dalam sirkulasi dari biasanya maka
seseorang dikatakan telah erythrocytosis atau polisitemia. Situasi sebaliknya dapat terjadi,
dimana ada tingkat yang lebih rendah dari sel darah merah daripada biasanya, dan kondisi ini
disebut sebagai "anemia". jumlah sel darah merah Dibesarkan dapat ditemukan kebetulan
pada orang tanpa gejala, pada tahap awal polisitemia.
1.3 Tujuan
1. Untuk menambah kemampuan kita agar lebih maksimal dalam aplikasi merawat pasien
dengan polisitemia
2. Untuk mendapat informasi tentang pengertian, klasifikasi, etiologi, gejala klinis,
patofisiologi, pemeriksaan diagnostik untuk pasien dengan Polisitemia.
3. Dapat membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan Polisitemia serta mampu
mengaplikasikannya dalam praktek keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Polisitemia
Polisitemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah sel darah merah
akibat pembentukan sel darah merah yang berlebihan oleh sumsum tulang.Polisitemia adalah
suatu kondisi yang jarang terjadi di mana tubuh terlalu banyak memproduksi sel darah merah.
Ada dua jenis utama polisitemia: polisitemia vera dan polisitemia sekunder. Penyebab, gejala,
dan perawatan dari dua kondisi yang berbeda-beda. Polisitemia Vera lebih serius dan dapat
mengakibatkan komplikasi kritis lebih dari polisitemia sekunder. Sel darah tubuh diproduksi
di sumsum tulang ditemukan di beberapa tulang,Seperti tulang paha.
Biasanya produksi sel darah diatur oleh tubuh sehingga jumlah sel darah baru dibuat
untuk menggantikan sel-sel darah yang lama karena mereka mati. Dalam polisitemia, proses
ini tidak normal karena berbagai penyebab dan menghasilkan terlalu banyak sel darah merah
dan kadang-kadang sel-sel darah lainnya. Hal ini menyebabkan penebalan darah.
2. Gejala
Gejala-gejala polisitemia bervariasi tergantung dari penyebabnya dan adanya
komplikasi. Gejala polisitemia vera dapat mencakup pusing , sakit kepala , kemerahan pada
wajah, kesulitan bernafas, kelelahan, gatal setelah mandi panas, limpa membesar , kelesuan,
dan gangguan visual.Gejala sekunder polisitemia meliputi kelesuan, hipertensi , dan sakit
kepala
3. Penyebab
Berikut ini adalah daftar penyebab atau kondisi yang mendasarinya (lihat juga
mendiagnosis penyebab yang mendasari polisitemia) yang mungkin dapat menyebabkan
polisitemia meliputi:
4. Patofisiologi
1. Polisitemia relatif berhubungan dengan hipertensi, obesitas, dan stress. Dikatakan relatif
karena terjadi penurunan volume plasma namun massa sel darah merah tidak mengalami
perubahan.
2. Polisitemia primer disebabkan oleh proliferasi berlebihan pada sel benih hematopoietik tanpa
perlu rangsangan dari eritropoietin atau hanya dengan kadar eritropoietin rendah. Dalam
keadaan normal, proses proliferasi terjadi karena rangsangan eritropoietin yang kuat.
3. Polisitemia sekunder, dimana proliferasi eritrosit disertai peningkatan kadar eritropoietin.
Peningkatan massa sel darah merah lama kelamaan akan mencapai keadaan hemostasis dan
kadar eritropoietin kembali normal. Contoh polisitemia ini adalah hipoksia.
Mekanisme terjadinya polisitemia vera (PV) disebabkan oleh kelainan sifat sel tunas
(stem cells) pada sumsum tulang. Selain terdapat sel batang normal pada sumsum tulang
terdapat pula sel batang abnormal yang dapat mengganggu atau menurunkan pertumbuhan
dan pematangan sel normal. Bagaimana perubahan sel tunas normal jadi abnormal masih
belum diketahui.
Progenitor sel darah penderita menunjukkan respon yang abnormal terhadap faktor
pertumbuhan. Hasil produksi eritrosit tidak dipengaruhi oleh jumlah eritropoetin. Kelainan-
kelainan tersebut dapat terjadi karena adanya perubahan DNA yang dikenal dengan
mutasi.Mutasi ini terjadi di gen JAK2 (Janus kinase-2) yang memproduksi protein penting
yang berperan dalam produksidarah.
Pada keadaan normal, kelangsungan proses eritropoiesis dimulai dengan ikatan antara
ligan eritropoietin (Epo) dengan reseptornya (Epo-R). Setelah terjadi ikatan, terjadi fosforilasi
pada protein JAK. Protein JAK yang teraktivasi dan terfosforilasi, kemudian memfosforilasi
domain reseptor di sitoplasma. Akibatnya, terjadi aktivasi signal transducers and activators of
transcription (STAT). Molekul STAT masuk ke inti sel (nucleus), lalu mengikat secara
spesifik sekuens regulasi sehingga terjadi aktivasi atau inhibisi proses trasnkripsi dari
hematopoietic growth factor.Pada penderita PV, terjadi mutasi pada JAK2 yaitu pada posisi
617 dimana terjadi pergantian valin menjadi fenilalanin (V617F), dikenal dengan nama
JAK2V617F. Hal ini menyebabkan aksi autoinhibitor JH2 tertekan sehingga proses aktivasi
JAK2 berlangsung tak terkontrol. Oleh karena itu, proses eritropoiesis dapat berlangsung
tanpa atau hanya sedikit hematopoetic growth factor.
Terjadi peningkatan produksi semua macam sel, termasuk sel darah merah, sel darah
putih, dan platelet. Volume dan viskositas darah meningkat. Penderita cenderung mengalami
thrombosis dan pendarahan dan menyebabkan gangguan mekanisme homeostatis yang
disebabkan oleh peningkatan sel darah merah dan tingginya jumlah platelet.
Thrombosis dapat terjadi di pembuluh darah yang dapat menyebabkan stroke,
pembuluh vena, arteri retinal atau sindrom Budd-Chiari. Fungsi platelet penderita PV
menjadi tidak normal sehingga dapat menyebabkan terjadinya pendarahan. Peningkatan
pergantian sel dapat menyebabkan terbentuknya hiperurisemia, peningkatan resiko pirai dan
batu ginjal.
5. Komplikasi
Waktu tidak diobati, polisitemia vera dapat mengakibatkan komplikasi seperti
pembekuan darah , perdarahan, leukemia myelogenous akut , ulkus peptikum , perdarahan
gastrointestinal , serangan jantung dan stroke.
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Fisik, yaitu ada tidaknya pembesaran limpa dan penampilan kulit
(eritema).
2. Pemeriksaan Darah
a. Jumlah sel darah ditentukan oleh complete blood cell count (CBC), sebuah tes
standar untuk mengukur konsentrasi eritrosit, leukosit dan trombosit dalam
darah. PV ditandai dengan adanya peningkatan hematokrit, jumlah sel darah
putih (terutama neutrofil), dan jumlah platelet.
b. Pemeriksaan darah lainnya, yaitu adanya peningkatan kadar serum B12,
peningkatan kadar asam urat dalam serum, saturasi oksigen pada arteri, dan
pengukuran kadar eritropoietin (EPO) dalam darah.
3. Pemeriksaan Sumsum tulang
a. Meliputi pemeriksaan histopatologi dan nalisis kromosom sel-sel sumsum
tulang (untuk mengetahui kelainan sifat sel tunas (stem cells) pada sumsum
tulang akibat mutasi dari gen Janus kinase-2/JAK2).
7. Penatalaksanaan
Terapi-terapi yang sudah ada saat ini belum dapat menyembuhkan pasien. Yang dapat
dilakukan hanya mengurangi gejala dan memperpanjang harapan hidup pasien.
Prinsip terapi
1. Menurunkan viskositas darah sampai ke tingkat normal kasus (individual) dan
mengendalikan eritropoesis dengan flebotomi.
2. Menghindari pembedahan elektif pada fase eritrositik/ polisitemia yang belum terkendali.
3. Menghindari pengobatan berlebihan (over treatment)
4. Menghindari obat yang mutagenik, teragenik dan berefek sterilisasi pada pasien usia
muda.
5. Mengontrol panmielosis dengan fosfor radioaktif dosis tertentu atau kemoterapi sitostatik
pada pasien di atas 40 tahun bila didapatkan:
2. Pengobatan pendukung
1. Hiperurisemia diobati dengan allopurinol 100-600 mg/hari oral pada pasien dengan
penyakit yang aktif dengan memperhatikan fungsi ginjal.
2. Pruritus dan urtikaria dapat diberikan anti histamin, jika diperlukan dapat diberikan
Psoralen dengan penyinaran Ultraviolet range A (PUVA).
3. Gastritis/ulkus peptikum dapat diberikan penghambat reseptor H2.
4. Antiagregasi trombosit Analgrelide turunan dari Quinazolin.
5. Anagrelid digunakan sebagai substitusi atau tambahan ketika hidroksiurea tidak
memberikan toleransi yang baik atau dalam kasus trombositosis sekunder (jumlah
platelet tinggi). Anagrelid mengurangi tingkat pembentukan trombosit di sumsum.
Pasien yang lebih tua dan pasien dengan penyakit jantung umumnya tidak diobati
dengan anagrelid.
6.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN POLISITEMIA
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Klien
b. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan Utama
Sering mengeluh napas pendek pada istirahat dan meningkat pada aktivitas.
TD : 140/95 mmHg
N : 110x/menit
P : 18x/menit
S : Normal
RR : 23x permenit
Lab : Hb: 16gr/dl, Hematokrit 63%, leukositosis, trombositosis.
2. Sistim Neurosensori
Gejala:
Sakit kepala,berdenyut,pusing,vertigo,tinnitus,ketidakmampuan berkosentrasi
imsomnia,penurunan penglihatan dan adanya bayangan pada mata
kelemahan,keseimbangan buruk,kaki goyah,parestesia tangan /kaki
sensasi menjadI dingin
Tanda:
Peka rangsang, gelisah, depresi, apatis.
Mental: tak mampu berespon.
Oftalmik Hemoragis retina.
3. Sistim Pernafasan
Gejala:
napas pendek pada istirahat dan meningkat pada aktivitas
Tanda:
Takipnea,ortopnea,Dispnoe
4. Sistim Nutrisi
Gejala:
penurunana masukan diet,masukan protein hewani rendah
nyeri pada mulut atau lidah,kesulitan menelan(ulkus pada faring)
mual muntah,dyspepsia,anoreksia
adanya penurunan berat badan
Tanda:
Lidah tampak merah daging
Membran mukosa kering dan pucat.
Turgor kulit buruk kering, hilang elastisitas.
5. Sistim Aktivitas/ Istirahat
Gejala:
keletihan,kelemahan,malaise umum
kehilamgan produktivitas,penurunan semangat untuk bekarja
toleransi terhadap latihan rendah
kebutuhan untuk istirahat dan tidur lebih banyak
Tanda:
Takikardia/takipnea,dispnea pada bekerja atau istirahat.
Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya.
Kelemahan dan otot penurunan kekuatan Ataksia,tubuh tidak tegak.
6. Sistim Keamanan dan Nyeri
Gejala:
riwayat pekarjaan yang terpapar terhadap bahan kimia
riwayat kanker
tidak toleran terhadap panas dan dingin
transfusi darah sebelumnya
gangguan penglihatan
penyembuhan luka buruk
sakit kepala dan nyeri abdomen samar
Tanda:
Demam rendah, menggigil, dan berkeringat malam.
Limfadenopati umum Petekie dan ekimosis.
Nyeri abdomen samar dan sakit kepala.
d. Data Penunjang
A. KESIMPULAN
Polisitemia adalah suatu keadaan yang menghasilkan tingkat peningkatan sirkulasi sel
darah merah dalam aliran darah. Orang dengan polisitemia memiliki peningkatan hematokrit,
hemoglobin, atau jumlah sel darah merah di atas batas normal melebihi 6 juta/ mm atau
hemoglobinnya melebihi 18 g/dl.
Ada dua jenis utama polisitemia: polisitemia vera( primer) dan polisitemia sekunder.
Polisitemia vera (yang secara harfiah diterjemahkan sebagai "polisitemia benar") juga
dikenal sebagai suatu jenis polisitemia primer. Primer berarti bahwa polisitemia tidak
disebabkan oleh gangguan lain. Polisitemia Primer: Dalam polisitemia primer peningkatan
sel darah merah adalah karena masalah yang melekat dalam proses produksi sel darah merah.
B. SARAN
Disarankan kepada penderita polisitemia sekunder untuk menghindari faktor pencetus
dan resiko yang bisa mengakibatkan penyakit bertambah parah. Seperti : perilaku, gaya
hidup, seperti merokok, tinggal di tempat yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Spival J.L Polycythemia vera. Dalam : Fauci As dkk (Eds). Harissos Principles of internal
medicine 14thed. New York: Mc graw.
2. Soeparman, Sarwono waspadil.(1996). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta Gaya Baru.
3. Anderson ,Sylvia.( 1993). Patofisiologi. Edisi 2.Jakarta Buku Kedokteran. EGC