Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH HEMATOLOGI 3

“POLISITEMIA”

Disusun Oleh :

KELOMPOK 11

1. Izza Zamzamiyah (20180662086)


2. Irma Maya Syafira (20180662087)
3. Aisy Nazah (20180662090)

PRODI D-III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
T.A. 2020 / 2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Polisitemia” ini dengan
tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada baginda tercinta
kita yaitu Nabi Muhammad SAW.
Ucapan terimakasih juga kami sampaikan kepada dosen pengajar mata kuliah
Hematologi 3 Prodi D-III Teknologi Laboratorium Medik, Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Surabaya, yang telah membantu membimbing kami dalam
menulis makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang telah disusun ini dapat berguna dan bermanfaat
dalam menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Selain itu, kami selaku penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih belum sempurna. Oleh karena itu, kami mohon maaf atas kekurangan yang ada pada
makalah ini.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Surabaya, 10 Oktober 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman Sampul Depan .................................................................................................... 1


Kata Pengantar ................................................................................................................... 2
Daftar Isi .............................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................4
1.1.
Latar Belakang .................................................................................................... 4
1.2.
Rumusan Masalah .............................................................................................. 5
1.3.
Tujuan .................................................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................................6


2.1. Pengertian Polisitemia …………….……………………………....................... 6

2.2. Klasifikasi Polisitemia ……………………………............................................ 6

2.3. Penyebab Polisitemia …………………………….............................................. 7

2.4. Manifestasi Klinis Polisitemia ………………………………………............... 8

2.5. Analisis Laboratorium Polisitemia …………………………………………... 9

2.6. Pengobatan Polisitemia ………………………………………………………. 10

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan ..........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 16

3
BAB II

PEMBAHASAN

2. 1 Pengertian Polisitemia
Polisitemia berasal dari bahasa Yunani: poly (banyak), cyt (sel), dan hemia (darah).
Jadi, polisitemia berarti peningkatan jumlah sel darah (eritrosit, leukosit, trombosit) di
dalam darah. Polisitemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah sel
darah merah akibat pembentukan sel darah merah yang berlebihan oleh sumsum
tulang.
Polisitemia adalah suatu kondisi yang jarang terjadi di mana tubuh terlalu banyak
memproduksi sel darah merah. Orang dengan polisitemia memiliki peningkatan
hematokrit, hemoglobin, atau jumlah sel darah merah di atas batas normal melebihi 6
juta/ mm atau hemoglobinnya melebihi 18 g/dl.

2. 2 Klasifikasi Polisitemia
Peningkatan hematokrit atau sel darah merah dapat disebabkan oleh penurunan
volume plasma atau peningkatan jumlah sel darah merah. Terkadang sulit bagi klinisi
dengan hanya mengandalkan nilai hematokrit darah vena. Pada kasus polisitemia
akibat hipoksia atau peningkatan jumlah eritropoietin akan terjadi peningkatan sel
darah merah, akan tetapi volume plasma juga dapat mengalami penurunan akibat
upaya tubuh menjaga volume darah agar tetapi sama. Hal tersebut menyulitkan kita
untuk memastikan terjadinya polisitemia absolut atau relatif. Pada polisitemia vera,

4
peningkatan sel darah merah dapat diikuti oleh peningkatan volume plasma. Hal
tersebut yang mendasari untuk dipertimbangkannya pemeriksaan ulang dalam kurun
waktu 2-4 minggu. Berdasarkan hal tersebut, maka polisitemia dibagi menjadi
polisitemia relatif dan polisitemia absolut.
Polisitemia relatif adalah peningkatan hematokrit, sel darah merah akibat
penurunan volume plasma. Sedangkan, polisitemia absolut adalah peningkatan jumlah
sel darah merah. Setelah kita dapat membedakan polisitemia relatif dengan absolut,
maka langkah berikutnya adalah mengetahui sumber peningkatan sel darah merah.
Polisitemia absolut diklasifikasikan menjadi polisitemia sekunder dan polisitemia
primer/vera.
1. Polisitemia vera adalah gangguan sel punca yang ditandai dengan kelainan
sumsum tulang panhiperplastik, maligna, dan neoplastik. Pada polisitemia vera,
akan didapatkan peningkatan massa sel darah merah akibat produksi yang tidak
terkontrol. Peningkatan ini juga diikuti dengan peningkatan produksi sel darah
putih (myeloid) dan platelet (megakariotik) akibat klon abnormal sel punca
hematopoietik.
2. Polisitemia sekunder adalah peningkatan jumlah sel darah merah akibat suatu
penyakit dasar. Polisitemia sekunder lebih cocok disebut sebagai eritrositosis atau
eritrositemia sekunder. Sedangkan istilah polisitemia biasanya mengarah pada
polisitemia vera. Jenis ini biasanya dipicu oleh keadaan hipoksemia kronis, seperti
pada emfisema dan penyakit jantung bawaan sianotik, yang menyebabkan
peningkatan produksi eritropoietin di ginjal.
Klasifikasi Polisitemia
1. Polisitemia primer
a. Polisitemia vera
2. Polisitemia sekunder
a. Kongenital
 Hemoglobin afinitas-oksigen tinggi
 Defisiensi 2,3-bifosfogliserat mutase
 Dimediasi reseptor EPO
 Chuvas erythrocytosis (mutasi VHL)
b. Didapat
c. Dimediasi EPO

5
 Akibat hipoksia
- Proses hipoksia sentral
1. Penyakit paru kronik
2. Pirau vaskular kardiopulmoner kanan-ke-kiri
3. Keracunan karbon monoksida
4. Eritrositosis perokok
5. Sindrom hiperventilasi, termasuk sleep apnea (habitat di dataran
tinggi)
- Hipoksia renal local
1. Stenosis arteri renal
2. Penyakit ginjal stadium akhir
3. HidronefrosisKista renal (penyakit ginjal polikistik)
 Produksi patologis EPO
- Tumor
1. Hepatokarsinoma
2. Kanker ginjal
3. Hemangioblastoma serebelum
4. Karsinoma/ adenoma paratiroid
5. Leiomioma uterus
6. Fenokromositoma
7. Meningioma
 EPO eksogen
- Terkait obat
1. Pengobatan dengan sediaan androgen
2. Eritrositosis pasca transplantasi ginjal
3. Eritositosis idiopatik

2. 3 Penyebab Polisitemia

Biasanya penyebab penyakit ini dapat terjadi karena kurangnya oksigen yang
didapatkan tubuh atau penyakit ginjal. Kekurangan oksigen dapat menyebabkan
peningkatan produksi sel darah merah yang berfungsi untuk mengkompensasi kondisi
tubuh. Adapula penyebab lain yang disebabkan kekurangan oksigen yaitu:

6
 Penyakit jantung
 Gagal jantung
 Penyakit paru atau fibrosis paru
 Sleep apnea
 Merokok
 Mengonsumsi suplemen

Mengonsumsi obat-obat tertentu juga dapat meningkatkan produksi sel darah


merah, yaitu:

 Steroid anabolic
 Transfusi darah
 Menyuntikkan protein yang memicu peningkatan sel darah merah

Adapula penyebab lain yang meningkatkan konsentrasi sel darah merah yaitu:

 Dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh


 Polisitemia vera
 Mieloproliferatif

2. 4 Manifestasi Klinis Polisitemia


Permasalahan yang ditimbulkan berkaitan dengan massa eritrosit, basofil, dan
trombosit yang bertambah, serta perjalanan alamiah penyakit menuju ke arah fibrosis
sumsum tulang. Fibrosis sumsum tulang yang ditimbulkan bersifat poliklonal dan
bukan neoplastik jaringan ikat.
Tanda dan gejala yang predominan pada polisitemia vera adalah sebagai akibat dari :
1. Hiperviskositas
Peningkatan jumlah total eritrosit akan meningkatkan viskositas darah yang
kemudian akan menyebabkan :
 Penurunan kecepatan aliran darah (shear rate), lebih jauh lagi akan
menimbulkan eritrostasis sebagai akibat penggumpalan eritrosit.
 Penurunan laju transpor oksigen

7
Kedua hal tersebut akan mengakibatkan terganggunya oksigenasi jaringan.
Berbagai gejala dapat timbul karena terganggunya oksigenasi organ sasaran
(iskemia/infark) seperti di otak, mata, telinga, jantung, paru, dan ekstremitas.
2. Penurunan shear rate
Penurunan shear rate akan menimbulkan gangguan fungsi hemostasis primer yaitu
agregasi trombosit pada endotel. Hal tersebut akan mengakibatkan timbulnya
perdarahan, walaupun jumlah trombosit >450 ribu/mL. Perdarahan terjadi pada
10-30% kasus PV, manifestasinya dapat berupa epistaksis, ekimosis, dan
perdarahan gastrointerstinal.
3. Trombositosis (hitung trombosit >400.000/mL).
Trombositosis dapat menimbulkan trombosis. Pada PV tidak ada korelasi
trombositosis dengan trombosis. Trombosis vena atau tromboflebitis dengan
emboli terjadi pada 30-50% kasus PV.
4. Basofilia (hitung basofil >65/mL)
Lima puluh persen kasus PV datang dengan gatal (pruritus) di seluruh tubuh
terutama setelah mandi air panas, dan 10% kasus polisitemia vera datang dengan
urtikaria suatu keadaan yang disebabkan oleh meningkatnya kadar histamin dalam
darah sebagai akibat adanya basofilia. Terjadinya gastritis dan perdarahan
lambung terjadi karena peningktana kadar histamin.
5. Splenomegali
Splenomegali tercatat pada sekitar 75% pasien polisitemia vera. Splenomegali ini
terjadi sebagai akibat sekunder hiperaktivitas hemopoesis ekstramedular.
6. Hepatomegali
Hepatomegali dijumpai pada kira-kira 40% polisitemia vera. Sebagaimana halnya
splenomegali, hepatomegali juga merupakan akibat sekunder hiperaktivitas
hemopoesis ekstramedular.
7. Laju siklus sel yang tinggi
Sebagai konsekuensi logis hiperaktivitas hemopoesis dan splenomegali adalah
sekuestasi sel darah makin cepat dan banyak dengan demikian produksi asam urat
darah akan meningkat. Di sisi lain laju filtrasi gromerular menurun karena
penurunan shear rate. Artritis Gout dijumpai pada 5-10% kasus polisitemia vera.
8. Difisiensi vitamin B12 dan asam folat.
Laju silkus sel darah yang tinggi dapat mengakibatkan defisinesi asam folat dan
vitamin B12. Hal ini dijumpai pada + 30% kasus PV karena penggunaan/

8
metabolisme untuk pembuatan sel darah, sedangkan kapasitas protein tidak
tersaturasi pengikat vitamin B12 (UB12 – protein binding capacity) dijumpai
meningkat pada lebih dari 75% kasus. Seperti diketahui defisiensi kedua vitamin
ini memegang peranan dalam timbulnya kelainan kulit dan mukosa, neuropati,
atrofi N.optikus, serta psikosis.
9. Muka kemerah-merahan (Plethora )
Gambaran pembuluh darah dikulit atau diselaput lendir, konjungtiva, hiperemis
sebagai akibat peningkatan massa eritrosit.
10. Keluhan lain yang tidak khas seperti : cepat lelah, sakit kepala, cepat lupa, vertigo,
tinitus, perasaan panas.
11. Manifestasi perdarahan (10-20 %), dapat berupa epistaksis, ekimosis, perdarahan
gastrointestinal menyerupai ulkus peptikum. Perdarahan terjadi karena
peningkatan viskositas darah akan menyebabkan ruptur spontan pembuluh darah
arteri. Pasien Polisitemia Vera yang tidak diterapi beresiko terjadinya
perdarahanwaktu operasi atau trauma.

2. 5 Analisis Laboratorium Polisitemia


1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Kecurigaan polisitemia berdasarkan anamnesis harus dilanjutkan dengan
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik meliputi.
 Tampilan wajah kemerahan
 Sianosis, jari tabuh, dan murmur jantung, perlu dicurigai penyakit jantung
kongenital sianotik
 Bercak nikotin (riwayat merokok)
 Obesitas (kecurigaan sindrom Pickwickian)
 Dada tong/barrel chest (kecurigaan penyakit paru obstruktif)
 Pemeriksaan abdomen: pembesaran limpa dan suara bruit arteri renalis
2. Pemeriksaan penunjang
Hasil anamnesis dan pemeriksaan perlu dikonfirmasi dengan pemeriksaan
laboratorium. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan meliputi.
 Pemeriksaan darah lengkap (CBC)
Terdapat peningkatan eritrosit, leukosit, dan trombosit. Hematokrit dan
hemoglobin juga menjadi parameter yang digunakan mengingat kadar

9
hematokrit dan hemoglobin juga menggambarkan jumlah eritrosit. WHO
menyatakan Ht di atas 49% (laki-laki) dan 48% (perempuan) sebagai dugaan
mengalami PV. Leukosit berada di antara 10.000 sampai 20.000/mcL.
Eosinofilia dan basofilia juga dapat muncul.

 Radioisotop
Menggunakan kreatinin yang dilabel dengan radioisotop untuk menentukan
massa eritrosit. Tes ini digunakan untuk mengeksklusi polisitemia palsu.
 Pengukuran kadar EPO
Kadar EPO dapat menentukan apakah polisitemia bersifat primer atau
sekunder. EPO yang rendah menandakan polisitemia primer dan perlu
diarahkan pada diagnosis PV. Sementara itu, kadar EPO tinggi perlu
dievaluasi lebih lanjut melalui beberapa pemeriksaan meliputi:
- Saturasi oksigen arteri rendah menunjukkan gangguan paru atau jantung
- Saturasi oksigen normal memerlukan evaluasi lanjutan berupa :
1. Methemoglobinemia
2. Karboksihemoglobin (khususnya untuk perokok)
3. Pengukuran Hb untuk mendeteksi hemoglobinopati
4. Pemeriksaan tumor yang memproduksi EPO
 Ferritin, vitamin B12, dan asam folat
- Ferritin dan asam folat rendah menunjukkan polisitemia primer
- Vitamin B12 tinggi dicurigai berasal dari peningkatan sekresi
transkobalamin III dari leukosit
 Pemeriksaan fungsi ginjal dan fungsi hati
- Fungsi ginjal abnormal berhubungan dengan polisitemia sekunder

10
- Fungsi hati abnormal berhubungan dengan polisitemia sekunder
 Biopsi sumsum tulang
Biopsi diperlukan untuk melihat fungsi sumsum tulang dan menilai fibrosis.
Melalui biopsi, tes genetik untuk melihat mutasi pada gen JAK-2 juga dapat
dilakukan.

2. 6 Pengobatan Polisitemia

Beberapa jenis obat dan pengobatan untuk polisitemia vera adalah:

1. Prosedur phlebotomy
Prosedur ini dilakukan dengan cara mengurangi darah di dalam tubuh, dengan
harapan dapat menurunkan kadar sel darah merah. Tujuannya adalah untuk
mengencerkan darah, sehingga aliran darah lebih lancar dan risiko terjadinya
penggumpalan darah dapat berkurang.
2. Konsumsi obat-obatan
Obat-obatan juga seringkali diberikan untuk penderita polisitemia vera. Obat-
obatan tersebut diantaranya:
 Aspirin dosis rendah. Obat ini digunakan untuk mengurangi risiko
penggumpalan darah dan rasa sakit di kaki atau tangan.
 Obat untuk menurunkan kadar sel darah, seperti hydroxyurea atau interferon.
 Obat untuk menghancurkan sel kanker, seperti ruxolitinib (Jakafi), terutama
bila pasien tidak merespon dengan baik obat hydroxyurea.

11
 Terapi untuk mengurangi rasa gatal, seperti obat selective serotonin reuptake
inhibitors (SSRIs).
3. Terapi radiasi
Terapi radiasi juga terkadang diberikan untuk pasien polisitemia vera, guna
membantu menekan sel sumsum tulang yang terlalu aktif. Hal ini dapat membantu
menurunkan jumlah sel darah dan menjaga aliran darah tetap normal.
Namun, pengobatan ini dapat meningkatkan risiko leukemia dan penyakit darah
lainnya. Konsultasikan selalu dengan dokter untuk jenis pengobatan yang tepat.
4. Pengobatan dirumah
Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda
mengatasi polisitemia vera:
 Olahraga dengan intensitas sedang, seperti berjalan untuk meningkatkan
peredaran darah dan mencegah pembekuan darah.
 Hindari tembakau karena dapat meningkatkan risiko serangan jantung atau
stroke akibat pembekuan darah.
 Mandi dengan air dingin dapat mengurangi rasa gatal. Jangan menggaruk kulit
dan gunakan pelembap untuk menjaga kesehatan kulit.
 Hindari suhu yang ekstrem untuk mencegah peredaran darah yang buruk.
Berpakaianlah yang sesuai dengan cuaca di mana Anda tinggal.
 Berhati-hati dengan luka pada tangan dan kaki.

12
BAB III

PENUTUP

13
DAFTAR PUSTAKA

http://retnodhiyan.blogspot.com/
https://www.alomedika.com/penyakit/hematologi/polisitemia
http://jurnalpenyakitdalam.ui.ac.id/index.php/jpdi/article/download/349/204
https://beranisehat.com/polisitemia/
https://www.sehatq.com/penyakit/polisitemia
https://hellosehat.com/kanker/kanker-darah/polisitemia-vera/#gref

14

Anda mungkin juga menyukai