Anda di halaman 1dari 5

Nama : Izza Zamzamiyah

Kelas : 4B

NIM : 20180662086

SOALTEORI HEMATOLOGI TM 3

1. Bagaimana definisi trombosit yang anda ketahui?


2. Jelaskan bagaimana reaksi trombosit terhadap luka
3. Gambarkan skema perkembangan trombosit dari awal dan berilah keterangan!
4. Jelaskan gambaran dari sel trombosit!
5. Sebutkan dan jelaskan kelainan trombosit!

JAWABAN
1. Trombosit adalah sel darah yang penting dalam pembekuan darah normal. Jumlah
trombosit dapat digunakan sebagai deteksi dini atau mendiagnosis berbagai penyakit
atau kondisi yang dapat menyebabkan masalah pada penggumpalan darah. Oleh
karena itu, penting bagi Anda memiliki jumlah trombosit normal untuk menghalau
penyakit yang mungkin akan menghampiri Anda.

2. Reaksi trombosit terhadap luka


Ketika tubuh mengalami luka maka darah akan mengalir keluar melalui luka
tersebut. Maka, trombosit akan bereaksi dengan melakukan hemostatis. Hemostatis
melibatkan 3 langkah, yaitu spasme vascular, pembentukan sumbat trombosit, dan
koagulasi darah (pembekuan darah).
a. Spasme vascular
Pembuluh darah yang tersayat /robek akan segera berkontriksi
(menyempit), respon ini dipicu olek zat parakin. Spasme vascular ini
memperlambat aliran darah dan memperkecil kehilangan darah, permukaan
endotel yang saling berhadapan juga saling menekan oleh adanya spasme
vascular, sehingga permukaan tersebut menjadi lekat satu sama lain dan
semakin menebal pada daerah yang rusak.
b. Pembentukan sumbat trombosit
Normalnya trombosit tidak akan melekat pada daerah yang
permukaannya licin, namun apabila terjadi kerusakan pada daerah tersebut
makan akan menyebabkan perlekatan trombosit. Faktor Von Willebrand
(vWF) adalah protein plasma yang diekskresikan oleh megakaryosit, trombosit
dan sel endotel serta selalu ada di plasma. Fungsinya sebagai jembatan antara
trombosit dan pada daerah yang terluka. Perlekatan ini akan mencegah
trombosit tersapu oleh sirkulasi
c. Koagulasi darah
Koagulasi darah adalah pembekuan darah, dimana darah menjadi padat.
Pembentukan bekuan ini berada di atas sumbat trombosit, pembekuan darah
adalah mekanisme hemostatik yang kuat. Langkah terakhir dalam pembekuan
darah adalah fibrinogen yang kemudian menjadi fibrin. Trombin berada dalam
plasma berbentuk inaktif yaitu protrombin, yang kana diubah menjadi trombin
jika dibutuhkan.

3. Skema perkembangan trombosit


Trombopoiesis
merupakan proses
pembentukan trombosit
yang berlangsung di
sumsum tulang. Proses ini
dipengaruhi oleh hormon
trombopoietin. Atas
pengaruh hormon
trombopoietin, sel
mieloid berkembang
menjadi Colony Forming Unit–Megakaryocyte (CFU-MK) yang kemudian
akan berkembang lebih lanjut menjadi sel-sel prekursor trombopoiesis yaitu
megakarioblast. Selanjutnya, megakarioblast berkembang lagi menjadi megakariosit,
suatu sel besar yang tersusun atas 2000 – 3000 fragmen. Tiap fragmen akan ditutupi
oleh membran plasma dan membentuk trombosit atau platelet. Trombosit yang lepas
dari megakariosit di sumsum tulang selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah.
Umumnya, orang dewasa rata-rata memproduksi 10 trombosit/hari, dan produksi
dapat meningkat hingga 20 kali lipat pada saat kebutuhan trombosit meningkat. Pada
keadaan normal, jumlah trombosit dalam sirkulasi darah adalah sekitar 150.000 –
400.000 trombosit /ul darah. Setiap trombosit berbentuk seperti cakram, berdiameter
2-4 µm disertai dengan banyak vesikel, tetapi tidak mempunyai inti.
4. Gambaran trombosit

Sedikit berbeda dengan sel darah putih dan merah, trombosit sebenarnya bukan sel,
melainkan sebuah fragmen sel berukuran kecil. Trombosit memiliki peran
penting proses pembekuan darah (koagulasi) saat tubuh terluka. Tepatnya, trombosit
akan membentuk sumbatan bersama benang fibrin guna menghentikan peradarahan,
sekaligus merangsang pertumbuhan jaringan baru di area luka.

Jumlah trombosit normal di dalam darah yakni antara  150.000 sampai 400.000


trombosit per mikroliter darah. Jika jumlah trombosit lebih tinggi dari kisaran normal,
maka dapat mengakibatkan pembekuan darah yang tidak diperlukan. Akhirnya, bisa
berisiko menimbulkan penyakit stroke dan serangan jantung. Sementara, bila seseorang
kekurangan jumlah trombosit dalam darah, maka akan menyebabkan perdarahan hebat
karena darah sulit membeku.

5. Kelainan trombosit:
- Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP)
ITP merupakan kelainan autoimun yang menyebabkan tubuh menjadi mudah
memar atau berdarah. Hal ini terjadi karena jumlah trombosit dalam tubuh rendah,
sehingga proses penggumpalan darah untuk menghentikan terjadinya pendarahan
tidak dapat berfungsi. Gejala utama ITP ditandai dengan munculnya ruam merah atau
memar. Selain itu, gejala umum yang terjadi yaitu mimisan, rasa lelah yang
berlebihan, adanya bercak darah pada urine atau tinja, gusi berdarah, serta volume
darah yang berlebihan saat menstruasi.
- Penyakit von Willebrand
Penyakit ini merupakan penyakit bawaan yang membuat pengidapnya menjadi lebih
mudah berdarah. Gangguan yang satu ini terjadi karena kurangnya protein yang
bernama von Willebrand, yang dibutuhkan saat proses pembekuan darah. Meski tidak
dapat disembuhkan, perawatan yang tepat dapat membuat pengidapnya hidup dengan
normal.
Gejala umum yang terjadi, yaitu pendarahan hebat setelah mencabut gigi, mimisan
yang berlangsung lama, adanya kandungan darah pada urine dan feses, menstruasi
dengan volume darah yang sangat banyak, serta muncul gejala anemia, seperti lemas,
lelah, atau sesak napas.
- Hemofilia
Hemofilia merupakan penyakit yang menyebabkan gangguan pendarahan karena
karena kekurangan protein yang menjadi faktor pembekuan darah. Akibatnya,
pengidap hemofilia akan mengalami pendarahan yang berlangsung lebih lama saat
tubuh sedang terluka.
Gejala utama pengidap hemofilia ditandai dengan pendarahan yang sulit berhenti atau
pendarahan berlangsung lama dengan volume darah yang sangat banyak. Selain itu,
gejala ditandai dengan kulit mudah memar, pendarahan di area sekitar sendi, serta
kesemutan dan nyeri pada area siku, pergelangan kaki, dan lutut.
- Essential Thrombocythemia
Penyakit yang satu ini terjadi ketika terlalu banyak trombosit yang dihasilkan oleh
sumsum tulang belakang. Akibatnya, terjadi penggumpalan darah dalam tubuh karena
meningkatnya proses pembekuan darah. Penyakit ini ditandai dengan gejala, seperti
nyeri pada dada, sakit kepala, tubuh merasa lemas, gangguan penglihatan, memar
pada kulit, kesemutan pada tungkai atau lengan, serta terjadinya pendarahan dari
dalam mulut, hidung, gusi, dan saluran pencernaan.
- Sindrom antifosfolipid
Sindrom yang satu ini merupakan kondisi ketika terjadinya gangguan pada sistem
imun yang menjadi pemicu terjadinya penggumpalan darah. Pengidap sindrom
antifosfolipid akan menghasilkan antibodi abnormal yang bernama antibodi
antifosfolipid yang menyerang protein lemak, sehingga menyebabkan darah lebih
cepat menggumpal.

Anda mungkin juga menyukai