“TROMBOSITOPENIA”
DISUSUN OLEH :
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Trombosit, sel yang terlibat dalam proses hemostasis, dihasilkan dari megakariosit.
Jumlah trombosit darah normal dalam populasi umum adalah 150.000-450.000/ μL, tetapi
5% populasi normal memiliki hitung trombosit di luar rentang nilai normal.Regulator
utama produksi trombosit adalah hormon trombopoietin (TPO), yang terutama disintesis di
hepar.Trombosit berada dalam sirkulasi dengan rerata masa hidup 7-10 hari. Sekitar satu
per tiga jumlah trombosit tinggal di dalam limpa, dan akan meningkat secara proporsional
sesuai ukuran limpa, walaupun jumlah trombosit jarang turun sampai <40.000/μL pada
pembesaran limpa.
Trombositopenia merupakan penyebab tersering perdarahan abnormal.Dapat terjadi
akibat kurangnnya produksi trombosit oleh sumsum tulang atau akibat meningkatnya
penghancuran trombosit. Kekurangan trambosit.yang merupakan penyebab
trombositopenia, Sumsum tulang akan memperlihatkan peningkatan megakarosit (sel stem
yang merupakan asal trambosit) dan produksi trombosit yang normal.
Jumlah trombosit Digunakan untuk menilai kelainan perdarahan yang terjadi pada
keadaan trombositopenia, uremia, penyakit hati atau keganasan.Nilai < 20.000/ul
menyebabkanperdarahan spontan, pemanjangan masa perdarahan (BT), ptechiae,
ecchymosis.Peningkatan jumlah trombosit disebut trombositosis sedangkan Penurunan
jumlah trombosit disebut trombositopenia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Fisiologi Hematologi
Regulasi Trombosit
Produksi Trombosit. Trombosit dihasilkan dalam sumsum tulang melalui fragmentasi
sitoplasma megakariosit. Megakariosit mengalami pematangan dengan replikasi inti
endomitotik yang sinkron, memperbesar volume sitoplasma sejalan dengan penambahan
lobus inti menjadi kelipatan duanya. Pada berbagai stadium dalam perkembangannya
(paling banyak pada stadium inti delapan), sitoplasma menjadi granular dan trombosit
dilepaskan (Gb. 1.1)
GAMBAR 1-2. Ultrastruktur trombosit.ADP, adenosine difosfat; PF, platelet faktor, faktor trombosit; vWF,
faktor von willebrand.
(Sumber: Kapita selekta hematologi edisi 4, 2005)
Dibagian dalam trombosit terdapat kasium, nukleotida (Terutama adenosine difosfat
(ADP) dan adenosine trifosfat (ATP), dan Serotonin yang terkandung dalam granula padat
electron.
Trombosit diproduksi dari sel sumsum tulang yang sangat besar yang di sebut
megakariosit sekitar 1000 – 3000 trombosit yang dihasilkan megakariosit lalu dilepaskan
ke dalam aliran darah. Struktur internal trombosit dapat dibagi menjadi 4 zona yaitu :
a) Zona Perifer : Mengandung glikoprotein yang diperlukan untuk adhesi,
aktivasi dan agregasi.
b) Zona Sol-gel : Mengandung mikrotubulus dan mikrofilamen yang
mempertahankan bentuk discoid trombosit.
c) Zona Organel : Mengandung butiran alfa yang mengandung mediator
pembekuan yang diperlukan untuk membantu menyumbat kerusakan pembuluh
darah.
d) Zona Membran : Mengandung system enzimatik untuk sintesis prostaglandin
(sintesis tromboksan A2)
Keempat zona di atas sangat penting untuk menghentikan pendarahan.(Chaudhary,
Jyothi, & Rabbani, 2016)
Fungsi Trombosit
Trombosit berperan penting dalam pembentukan bekuan darah. Trombosit dalam
keadaan normal bersirkulasi ke seluruh tubuh melalui aliran darah, namun dalam beberapa
detik setelah kerusakan suatu pembuluh, trombosit akan menyumbat lubang-lubang kecil
pada pembuluh darah, mula-mula sejumlah trombosit melekat ke kolagen yang terpapar
dalam dinding pembuluh darah yang rusak. Trombosit melepaskan ADP yang
menyebabkan sejumlah besar trombosit bersatu (pembentukan sumbat hemostatik) dan
selanjutnya melepaskan lipid yang diperlukan untuk pembentukan bekuan. Fungsi lain dari
trombosit adalah untuk mengubah bentuk dan kualitas setelah berikatan dengan pembuluh
yang cedera. Trombosit tersebut menjadi lengket dan menggumpal bersama membentuk
sumbat trombosit.Sumbat trombosit tersebut secara efektif menambal daerah yang
luka.Tanpa trambosit, dapat terjadi kebocoran darah spontan melalui pebuluh darah kecil.
Reaksi trombosit berupa adhesi, sekresi,agregasi, dan fusi serta aktivitas prokoagulannya
sangat penting untuk fungsinya. Fungsi trombosit juga berhubungan dengan pertahanan,
akan tetap terutama bukan terhadap benda atau sel asing. Trombosit berfungsi penting
dalam usaha tubuh untuk mempertahankan keutuhan jaringan bila terjadi luka.
B. TROMBOSITOPENIA
a. Etiologi
Trombositopenia merupakan penyebab tersering perdarahan abnormal.Dapat
terjadi akibat kurangnnya produksi trombosit oleh sumsum tulang atau akibat
meningkatnya penghancuran trombosit.Kekurangan trambosit.yang merupakan
penyebab trombositopenia, Sumsum tulang akan memperlihatkan peningkatan
megakariosit (stem sel yang merupakan asal trambosit) dan produksi trombosit yang
normal. Perdarahan dan petekia biasannya tidak terjadi jika angka trombosit di atas
50.000/mm3 , meskipun perdarahan eksesif dapat terjadi setelah pembedahan.
Apabila angka trombosit menurun sampai bawah 20.000/mm3 , akan terjadi petekia,
disertai perdarahan hidung, dan perdarahan setelah pembedahan atau pencabutan gigi.
Jika angka trombosit kurang dari 5000/mm3 , dapat terjadi perdarahan sistem saraf pusat
dan gas trointestinal yang fatal.
Trombosit yang terperangkap pada limpa.Limpa adalah bagian dari system
limfatik yang ditemukan diatas perut, di bawah tulang rusuk sisi kiri.Limpa berfungsi
untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh.Limpa juga berperan penting dalam
mencegah infeksi dengan memproduksi sel darah putih, juga mendaur ulang zat besi
dan biasaanya menyaring atau menghilangkan sel darah lama atau rusak dari aliran
darah dan juga menyimpan sel darah merah dan trombosit.Hampir 30% trombosit
terperangkap di dalam limpa.
Pembesaran limpa mempengaruhi semua fungsi vital dalam tubuh.Pembesaran
limpa dapat disebabkan oleh banyak infeksi seperti infeksi virus
Mononukleosis yang berhubungan dengan kelenjar demam.Infeksi parasitseperti
toksoplasmoisi, infeksi bakteri seperti endocarditis.Bisa juga di sebabkan oleh penyakit
seperti penyakit cakaran kucing, penyakit radang, penyakit kanker seperti leukemia,
penyakit hati dll.
Penatalaksanaan.
Penatalaksanaan trombositopenia sekunder biasannya adalah mengobati penyakit
yang mendasarinya. Apabila terjadi ganggguan produksi trombosit dapat menaikkan
angka trombosit dan menghentikan perdarahan atau mencegah perdarahan intrakranial
apabila terjadi penghancuran trombosit yang efektif, trombosit yang ditransfusikan juka
akan dihancurkan dan tidak akan menaikkan angka trombosit.
Penyakit
Perdarahan abnormal yang berkaitan dengan trombositopenia atau fungsi trombosit
abnormal yang di tandai oleh purpura kulit spontan perdarahan mukosa, dan perdarahan
berkepanjangan setelah trauma.
a. Kegagalan produksi trombosit
Hal ini adalah penyebab penyakit tersering trombositopenia dan biasanya
merupakan begian dari kegagalan sumsum tulang generalisata. Penekanan
megakariosit selektif dapat disebabkan oleh sitas obat atau infeksi virus. Hal ini
kadang bersifat kongenital akibat mutasi pada reseptor trombopoietin c-MPL,
disertai dengan tidak adanya tulang radius, atau pada sindrom May-Hegglin atau
Wiskott_Aldrich. Diagnosa penyebab trombositopenia tersebut ditegakkan
berdasarkan riwayat klinis, hitung darah tepi, sediaan hapus darah tepi dan
pemeriksaan sumsum tulang.
b. Peningkatan destruksi trombosit
a) Purpura trombositopenia automun (idiopatik)
Purpura Trombositopeni idiopatika (ITP) adalah penyakit yang relatif sering
ditemukan pada usia dewasa. Penelitian di Denmark mencatat insidensnya
sebesar 2,68 dari 100.000 individu.Purpura tromositopenia autoimun (idiopatik)
(ITP) dapat dibedakan menjadi bentuk akut dan kronis.ITP akut paling sering
terjadi pada anak-anak dan ITP Kronis insidensi tertinggi diperkirakan terjadi
pada wanita berusia 15-50 tahun. ITP adalah suatu kondisi autoimun disebabkan
oleh antibodi antitrombosit, yang menyebabkan penurunan masa hidup
trombosit. Terkadang antibodi dapat ditunjukkan secara invtro, tetapi diagnose
ditegakakan dengan menurunnya angka trombosit dan angka ketahanan
trombosit. Antibodi tersebut umumnya adalah IgG dan pada dasarnya di tujukan
untuk menyerang antigen trombosit yaitu kompleks GP IIb/IIIa dan GP
Ib/IX.Limpa merupakan lokasi utama penghancuran trombosit. Semua usia
dapat mengalami ITP, lebih sering pada wanita dewasa muda.
Trombositopenia secara khas ditemukan tanpa anemia dan leukopenia.
Pemeriksaan laboratorik diperlukan untuk mencari penyebab sekunder ITP,
termasuk infeksi HIV dan hepatitis C (dan infeksi-infeksi lain jika ada indikasi);
pemeriksaan serologi untuk SLE; elektroforesis protein serum dan kadar
imunoglobulin untuk mendeteksi hipogammaglobulinemia, defi siensi IgA, atau
gammopati monoklonal. Anemia hemolitik autoimun (AIHA) kadang-kadang
ditemukan sehubungan dengan ITP, disebut sindrom Evan. Biasanya tidak
dibutuhkan pemeriksaan sumsum tulang, kecuali gambaran klinis tidak khas
dan dicurigai diagnosis alternatif.Pemeriksaan antibodi antitrombosit kurang
sensitif dan spesifi k, umumnya secara klinis tidak bermanfaat.
Penyebab trombositopenia lainnya harus disingkirkan.Pada usia dewasa,
ITP adalah suatu penyakit kronik yang dapat mengalami remisi dan relaps
sepanjang waktu. Banyak pasien tidak membutuhkan terapi; keputusan
memulai terapi bersifat individual, tergantung jumlah trombosit, ada/tidaknya
perdarahan, dan gaya hidup pasien yang berhubungan dengan risiko perdarahan.
Pada pasienpasien ITP dengan jumlah trombosit >30.000/μL, mortalitas
sehubungan dengan trombositopenianya tidak meningkat..
Gejala dapat terjadi mendadak, dengan petekia, perdarahan mukosa, dan
menstruasi hebat pada wanita.Angka trombosit biasanya di bawah
20.000/mm3.Orang dengan ITP kronis yang tidak berespons terhadap
penanganaman mempunyai risiko tinggi mengalami pendarahan intracranial.
Penatalaksanaan. Kortikosteroid merupakan pengobatan pilihan untuk ITP;
perdarahan akan berhenti dalam 1 sampai 2 hari, dan angka trombosit akan
meningkat dalam seminggu atau lebih. Sekitar tiga perempat pasien berespons
terhadap kortikosteroid, namun dapat mngalami relaps ketika obat dihentikan.
Dapat diberikan imunoglobulin intravena pada pasien yang tidak berespons
terhadap kortikosteroid. Pengngkatan limpa(splenektomi) merupakan
penanganan alternatif yang dapat menimbulkan remisi jangka panjang pada
75% pasien, meskipun dapat terjadi pula kekambuhan trombositopenia
beberapa bulan atau tahun kemudian. Pasien yang tidak berespons dengan
pengangkatan limpa dapat ditangani dengan obat imunosupresif azathioprine
atau cvyclophosphamide.Pasien di anjurkan untuk menghindari semua obat
yang mempengaruhi fungsi trombosit.
(a) ITP kronis
Hal ini merupakan kelainan kelainan yang relatif sering terjadi.
Insidensi tertinggi diperkirakan terjadi pada wanita berusia 15-50 tahun
walaupun beberapa laporan menujukan insidensi yang meningkat sejalan
bertambahnya usia. ITP adalah penyebab tersering trombositopenia tanpa
anemia atau neutropenia. Penyakit ini biasanya bersifat idiopatik tetapi
dapat ditemukan terkait dengan penyakit lain seperti lupus eritematosus
sisemik (SLE), Infeksi virus imunodefisiensi manusia (HIV), leukemia
limfositik kronis (CLL), Penyakit Hodgkin, atau anemia hemolitik
autoimun.
- Patogenesis
Sensitisasi trombosit oleh autoantibodi (biasanya IgG)
menyebabkan disingkirkannya trombosit tersebut secara prematur dari
sirkulasi oleh makrofagsistem retikuloendotel, khususnya limpa
(Gb.19.4). Pada banyak kasus, Antibodi tersebut ditujukan terhadap
tempat-tempat antigen pada glikoprotein IIb-Iia atau kompleks Ib.
Masa hidup normal untuk trombosit adalah sekitar 7 hari tetapi pada
ITP masa hidup ini memedek menjadi beberapa jam. Massa
megakariosit total dan perputaran (turnover) trombosit meningkat
secara sejajar menjadi sekitar lima kali normal.
(b) ITP akut
ITP akut paling sering terjadi pada anak.Pada sekitar 75% pasien, episode
tersebut terjadi setelah valsinasi atau infeksi seperti cacar air atau
mononucleosis infeksiosa.Sebagian besar kasus terjadi akibat perlekatan
kompleks imun non spesifik.Remisi spontan lazim terjadi tetapi 5-10%
kasus penyakit tersebut menjadi kronis (berlangsung > 6 bulan).Untungnya
angka morbiditas dan mortalitas pada ITP akut sangat rendah.
Penegakan diagnosis berdasarkan ekslusi dan diperdebatkan perlunya
aspirasi sumsum tulang.Jumlah trombosit yang lebih dari 30 × 109/1 tidak
memerlukan pengobatan kecuali jika perdarahan yang terjadi berat.Pasien
yang memiliki hitungan trombosit kurang dari 20 × 109/1 dapat diobati
dengan steroid dan atau imunoglobin intravena, terutama bila terdapat
perdarahan bermakna.
Purpura senilis
Purpur yang khas
c. PATHWAY
TROMBOSITOPENIA
Resiko Nyeri
Kerusakan
tinggi
integritas kulit
perdarahan
d. Pemeriksaan Diagnostik
a. Jumlah trombosiL rendah.
b. Tes kerapuhan kapiler meningkat.
c. Skrining antibodi untuk mengesampingkan ITP.
d. Aspirasi stunsum tulang menunjukkan peningkatan jumlah megakariosit.
a) pemeriksaan laboratorium didapatkan hal-hal sebagai berikut :
1. Trombositopenia. Pemeriksaan darah
2. Retikulositosis ringan. lengkap
1. PENGKAJIAN
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Riwayat perdarahan
Pemeriksaan adanya petekhie, perdarahan hidung, dan saluran cerna.
Jumlah trombosit yang menurun.
Aktifitas/ istirahat
-lemah
-lesu
Sirkulasi
-Tekanan Darah menurun
-Nyeri
-susah tidur
-Cemas
Eliminasi
-warna, frekuensi, baunya
-kencing menguning
Pola makan
-gangguan nutrisi
-mual dan muntah
Neuro Sensori
-kesadaran
-pusing dan pingsan
Pernapasan
-Pernapasan semakin cepat dan dangkal
3. Implementasi
Lakukan sesuai dengan intervesi yang ditegakkan
4. Evaluasi
a) Menunjukan tidak adanya perdarahan
b) Menunjukan tidak adanya kerusakan pada integritas kulit, tidak terjadi perdarahan
pada kulit
c) Menunjukan adanya penurunan skala nyeri
Daftar Pustaka
Suddarth. Brunner. 2002. Buku ajar keperawatan medical-bedah vol.2.E/8 .Jakarta : EGC
Chaudhary, B., Jyothi, Y., & Rabbani, S. I. (2016). Thrombocytopenia and its causes. Journal
of Chemical and Pharmaceutical Research, 8(2), 184–189.
George, J. N., & Raskob, G. E. (1998). Idiopathic thrombocytopenic purpura: Diagnosis and
management. American Journal of the Medical Sciences, 316(2), 87–93.
https://doi.org/10.1097/00000441-199808000-00004
Lambert, M. P., & Gernsheimer, T. B. (2017). Clinical updates in adult immune
thrombocytopenia. Blood, 129(21), 2829–2835. https://doi.org/10.1182/blood-2017-03-
754119
Syaifuddin, 2016.Buku ajar ilmu biomedik dasar untuk keperawatan. Jakarta: salemba medik.
Herdma, T.Heather. Shingemi Kamitsuru. 2018. NANDA-I diagnose keperawatan definisi
dan klasifikasi 2018-2020. Jakata: EGC.
Sabiston, David C. 1995. Buku ajar bedah bagian 1. Jakarta : EGC