PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit hirschprung merupakan kelainan bawaan sejak lahir, dimana usus
besar (colon) tidak dapat mengeluarkan feses melalui rectum sehingga terjadinya
penumpukan pada colon (megacolon), hal ini terjadi karena tidak adanya syaraf
pada lapisan colon yang berfungsi membantu colon untuk melakukan gerak
peristaltic sehingga makanan yang telah diserap airnya dapat mengalir ke rectum.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rochadi, staff pengajar fakultas
kedokteran UGM , insiden kejadian hirschprung ini adalah 1 dalam 5000
kelahiran. Sehingga diperkirakan akan terjadi 1200 kasus setiap harinya.
Penyebab terjadinya hirschprung belum diketahui secara pasti, namun menurut
William Schwartz (1995) penyakit hirschprung dipercaya diakibatkan oleh
kegagalan migrasi kraniokaudal precursor sel ganglion di sepanjang saluran cerna
selama minggu ke-5 hingga ke 12 masa gestasi.
Newborn sangat berisiko mengalami hirschprung dilihat dari factor
biologisnya, karena struktur anatomi pencernaannya belum mature ditambah lagi
jika ada kelainan syaraf seperti yang telah disebutkan diatas maka besar
kemungkinan newborn tersebut akan mengalami hirschprung. faktor resiko lain
yang memperparah anak dengan hirschprungh yaitu factor ekonomi, anak dengan
hirschprung harus segera mendapatkan tindakan medis yang membutuhkan biaya
tidak sedikit, jika keluarga anak dari kalangan ekonomi kurang maka akan
memperparah kondisi si anak.
Penanganan medis yang tepat dilakukan yaitu dengan menerapkan konsep
Family Centered Care, dimana keluarga di ikutsertakan dalam setiap tindakan
medis dan perawatan si anak. Ajak diskusi keluarga dan berikan informasi terkait
tindakan medis yang dilakukan, serta biarkan keluarga menemani anak saat dalam
perawatan karena akan mengurangi stress anak terhadap situasi rumah sakit.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja factor resiko yang mempengaruhi terjadinya Hirschprung
pada newborn ?
2. Bagaimana proses tumbuh kembang newborn ?
3. Bagaimana sistem eliminasi pada newborn ?
4. Bagaimana konsep Family Centered Care dan aplikasinya pada
newborn dengan hirschprung ?
5. Bagaimana konsep istirahat dan tidur pada newborn serta pengaruhnya
dengan newborn yang mengami hirschprung ?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada newborn dengan hirsprung ?
C. Tujuan Penulisan
1. Memahami factor resiko terjadinya hirschprung pada newborn
2. Memahami proses tumbuh kembang newborn
3. Memahami sistem eliminasi newborn
4. Memahami konsep Family Centered Care
5. Memahami konsep istirahat dan tidur pada newborn
6. Mengetahui asuhan keperawatan pada newborn dengan hirschprung
D. Metode Penulisan
Metode penyusunan makalah yang digunakan adalah studi pustaka.
Pengkajian studi
berbagai literatur dan pencarian data dari internet. Tim penyusun mencari
literatur-literatur yang relevan dengan tema makalah ini, baik dari buku
maupun dari internet yang berkaitan dengan topik. Literatur tersebut kemudian
dianalisis dengan cara berdiskusi dalam group discussion dan dinterpretasikan
dengan topik.
E. Sistematika penulisan
Makalah ini terdiri dari lima bab. Makalah ini diawali dengan Bab
1, pendahuluan, yang terdiri dari paragraf yang menjabarkan latar
belakang masalah yang akan dibahas, perumusan masalah dan ruang
lingkupnya, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika
2
BAB II
KONSEP AT RISK
A. Definisi, Etiologi, Tanda dan Gejala Hisprung
Hirschprung adalah penyakit yang mempengaruhi usus besar (colon)
pada newborn, bayi dan toddler dimana kondisi ini menghambat pergerakan
feses melewati colon karena kehilangan sel syaraf pada bagian bawah colon.
Usus besar (colon) menyerap beberapa materi makanan seperti air dari usus
halus dengan pergerakan peristaltik, pergerakan ini diatur oleh syaraf yang
3
berada dilapisan otot usus besar. Anak yang menderita penyakit hirschprung
tidak mempunyai syaraf tersebut yang dikarenakan cacat kongenital sehingga
menghalangi pengeluaran feses dan terjadi dilatasi colon (megacolon).
Penyakit hirschsprung adalah anomali kongenital yang mengakibatkan
obstruksi mekanik karena ketidakadekuatan motilitas sebagian dari usus
(Wong. D. L & Schwartz P, 2009). Hirschprung diindikasikan dengan adanya
bagian dari usus besar (mulai dari anus kearah atas) yang tidak mempunyai
persarafan (ganglion), sehingga terjadi kelumpuhan usus besar dalam
menjalankan fungsinya. Hal ini mengakibatkan terakumulasinya feses dan
dilatasi colon (megakolon) yang masif (Behrman&Arvin, 2000).
Terdapat beberapa pendapat mengenai etiologi dari
penyakit
pada
newborn),
perut
kembung
dan
keras,
terlambat
mengeluarkan meconium pada 48 jam setelah lahir (pada bayi normal akan
langsung mengeluarkan meconium), konstipasi, muntah kehijauan yang
mengandung cairan empedu, colon berbentuk U inferted.
B. Patofisiologi Hisprung
Kelainan pada penyakit kongenital ini berhubungan dengan spasme pada
kolon distal dan sphincter anus interna sehingga terjadi obstruksi. Oleh sebab
itu, bagian yang abnormal akan mengalami kontraksi di segmen bagian distal
4
relaksasi
dari
sphincter
anus
internus
yang
disebabkan
dari kolon.
3. Long segment: Ganglion tidak ada pada rektum dan sebagian besar
kolon.
5
4. Very long segment: Ganglion tidak ada pada seluruh kolon dan rektum
Tanyakan pada orang tua apakah ada anggota keluarga yang lain yang
menderita Hirschsprung.
8. Riwayat sosial
Apakah ada pendakan secara verbal atau tidak adekuatnya dalam
mempertahankan hubungan dengan orang lain.
9. Riwayat tumbuh kembang
Tanyakan sejak kapan, berapa lama klien merasakan sudah BAB.
10. Riwayat kebiasaan sehari-hari
Meliputi kebutuhan nutrisi, istirahat dan aktifitas.
11. Pemeriksaan Fisik
a.
Sistem integument
Kebersihan kulit mulai dari kepala maupun tubuh, pada palpasi dapat
dilihat capilary refil, warna kulit, edema kulit.
b.
Sistem respirasi
Kaji apakah ada kesulitan bernapas, frekuensi pernapasan
c.
Sistem kardiovaskuler
Kaji adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur, gallop), irama denyut
nadi apikal, frekuensi denyut nadi / apikal.
d.
Sistem penglihatan
Kaji adanya konjungtivitis, rinitis pada mata
e.
Sistem Gastrointestinal
Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising
usus, adanya kembung pada abdomen, adanya distensi abdomen,
muntah (frekuensi dan karakteristik muntah) adanya keram, tendernes.
adalah masalah yang terjadi akibat tidak adanya sel ganglion pada dinding
usus, meluas ke proksimal dan berlanjut sampai anus (Behrman.2000). Pada
penderita Hirschprung dapat dilakukan beberapa pemeriksaan diagnostik
diantaranya foto polos abdomen, enema barium, biopsi rektum, manometri
anorektal dan X-ray. Pemeriksaan tersebut dilakukan untuk mengetahui secara
lebih dalam tentang masalah pada sistem eliminasi yang diderita bayi. Selain
itu, untuk memastikan apakah masalah yang diderita bayi sudah sangat parah
atau belum dan memnentukan secara pasti jenis masalah yang dialaminya.
Pada kasus Hirschsprung berikut ada pemeriksaan diagnostik yang bisa
dilakukan, diantaranya :
1. Foto polos Abdomen
Foto polos abdomen bertujuan untuk melihat pelebaran yang terjadi pada
colon bayi, pada penyakit mega colon (hirschsprung) pada bayi akan
terlihat pelebaran anorektal. Hal ini akan menyebabkan bayi susah untuk
buang air besar. Foto polos abdomen adalah cara yang paling sederhana
dilakukan dengan harga yang terjangkau tetapi untuk kasus yang lebih
komplit pemeriksaan ini tidak akurat dan harus melakukan jenis
pemeriksaan lain agar mendapatkan hasil yang akurat.
2. Barium enema
Barium enema adalah sebuah tindakan untuk melakukan pemeriksaan
terkait masalah yang terjadi pada colon. Pemeriksaan jenis ini
menggunakan system X-Ray tetapi sebelum melakukan pemeriksaan
8
saat
memasukkan
cairan
perawat
sangat
penting
untuk
gambaran
colon
membesar
membentuk
inferted.
inferted. Jadi, pada colon bayi tertumpuk tinja yang tidak bisa keluar
biasanya
karena
terlambat
keluarnya
mekonium
(Behrman.2000).
E. Konsep At Risk
Risiko (at risk), term risiko muncul mulai dari riwayat kesehatan. Risk
didefinisikan sebagai kemungkinan terjadinya penyakit atau cedera yang
diakibatkan oleh sekelompok faktor baik dari individu maupun lingkungan
atau keduanya (Mc Murray, 2003). Risiko merupakan suatu kondisi kesehatan
dari adanya interaksi yang dipengaruhi banyak faktor, diantaranya faktor
genetik, gaya hidup, fisik, dan lingkungan sosial dimana mereka tinggal dan
bekerja (Janes & Lundy. 2010). Efek dari penggabungan faktor-faktor tersebut
kemudian mengakibatkan peningkatan atau penurunan risiko. Risiko adalah
peluang dari suatu peristiwa yang merugikan, seperti masyarakat yang
terpapar asap rokok, stres, polusi suara, atau bahan kimia yang dapat
menimbulkan penyakit tertentu (Ewen & Nies. 2001). Jadi, risiko merupakan
suatu peluang munculnya suatu kondisi yang mengancam masyarakat,
disebabkan
oleh
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
sehingga
dapat
Banyak
50 60 kkal/ Kg BB/ hari
6 -8 mg/kg BB/menit
1 3,5g/kg BB/ hari
1 3 g/kg BB/ hari
Biologis
Suku bangsa
Jenis kelamin
Umur
Gizi
Hormon
Fisik
Cuaca, musim,
dan keadaan
geografis suatu
daerah.
Sanitasi
Keadaan rumah:
struktur
bangunan,
ventilasi, cahaya,
kepadatan
hunian.
Radiasi
Psikososial
Stimulasi
Motivasi belajar
Ganjaran atau
hukuman yang
wajar
Kelompok sebaya
Stress
Sekolah
Cinta dan kasih
sayang
Kualitas interaksi
Keluarga
Pekerjaan/pendapatan
orangtua
Pendidikan orangtua
Jumlah saudara
Jenis kelamin dalam
keluarga
Stabilitas
rumah
tangga
Adat istiadat, normanorma
Agama
orangtua-anak
13
G. Sistem Eliminasi
Organ pencernaan utama neonates sama seperti orang dewasa yang
terdiri dari mulut, faring, esophagus, lambug, usus kecil, usus besar, rektum,
dan anus. Sedangkan organ pencernaan tambahan terdiri dari gigi, lidah,
kantung empedu, appendix, kelenjar saliva, hati, dan pancreas. Saluran
pencernaan pada neonates sama dengan yang dimiliki orang dewasa, hanya
saja pada neonates memiliki beberapa keterbatasan.
Dimulai dari mulut yang terdiri atas gigi, lidah, dan kelenjar saliva. Gigi
pada bayi akan mulai tumbuh saat ia berusia 6 bulan dan akan tumbuh dengan
lengkap saat berusia 2 tahun (Haffield, 2008). Refleks pada neonates sudah
terbentuk yang membuatnya mampu mengisap dan menelan. Refleks ini
mencegah terjadinya aspirasi ketika neonates menelan yang dilakukan tanpa
menggunakan otot volunteer. Kemampuan mengunyah akan terbentuk pada
usia 6 bulan seiring dengan pertumbuhan gigi primer. Kelenjar saliva pada
neonates akan terus tumbuh dan mature pada usia tiga tahun. Neonates telah
mengenal rasa manis dan asam. Rasa manis akan meningkatkan keinginan
frekuensi neonates dalam menghisap (Luxner, K.L, 2005)
Spinkter cardiac yang terletak di akhir esophagus masih lemah pada
neonates. Hal tersebut mengakibatkan peningkatan resiko terjadinya
regurgitasi dari lambung ke esophagus. Seiring dengan bertambahnya usia otot
spinkter akan bekerja dengan lebih efektif dan dapat mencegah terjadinya
regurgitasi. Organ selanjutnya ialah lambung yang memiliki kapasitas kecil
sehingga perpindahan makanan ke saluran GI terjadi sangat cepat. Untuk itu
pemberian makanan pada neonates dilakukan dalam porsi yang sedikit tapi
sering. Lambung pada neonates berbentuk bundar dan akan memanjang seperi
elips serta psosisinya akan menyerupai orang dewasa hingga ia berusia tujuh
tahun. Kapasitas lambung newborn berkisar antara 10-20 ml dan akan
mencapai 30 ml saat ia berusia tiga minggu. Neonates akan mengosongkan
lambungnya dalam waktu 3-4 jam. Makanan yang telah masuk melalui mulut
dan lambung secara perlahan akan masuk ke usus halus 1-2 jam setelah
makanan tersebut masuk ke mulut.
Organ tambahan juga penting bagi sistem pencernaan neonates seperti
hati dan pancreas. Hati pada neonates dapat dipalpasi di bawah costal margin
14
kanan sepanjang 1-2 cm. apabila hati teraba melebihi 3 cm maka dicurigai
terjadi pembesaran hati. Pada neonates ia memiliki keterbatasan dalam
mengkonjugasi bilirubin dan baru mampu mensekresikan empedu dengan baik
di dua minggu dan mature pada usia enam bulan (Luxner, K.L, 2005).
Sistem pencernaan yang elum mature ini juga akan mempengaruhi
pergerakan makanan pada saluran cerna neonates. Makanan yang masuk akan
didorong secara cepat melewati saluran pencernaan sehingga terjadi
peningkatan eliminasi fekal dan feses yang lebih cair akibat kurangnya
absorbsi air pada saluran cerna neonates. Flora normal pada usus berasal dari
rongga mulut, yang akan ada pada bayi yang berusia dua hari dan setelahnya.
Feses yang akan keluar pada bayi pertamakali ialah meconium yang berwarna
hijau tua. Feses selanjutnya akan mwngalami perubahan warna dari hitam
kehijauan, coklat kehijauan, kuning kehijauan, hingga kekuningan dan sedikit
pucat. Pada neonates yang diberikan susu formula, fesesnya akan terlihat lebih
pucat dari bayi yang diberikan ASI. Dan pemenuhan kebutuhan kalori pada
infant sebesar 110-120 kal/kg/hari.
H. Family Centered Care
1. Definisi Fanily Centered Care
Menurut Association for the Care of Childrens Health (ACCH )
family centered care didefinisikan sebagai filosofi dimana pemberi
perawatan mementingkan dan melibatkan peran penting dari keluarga,
dukungan keluarga akan membangun kekuatan, membantu untuk membuat
suatu pilihan yang terbaik dan meningkatkan pola normal yang ada dalam
kesehariannya selama anak sakit dan menjalani penyembuhan. Menurut
Dunst (2002), family centered care merupakan pelayanan yang
memperlakukan keluarga dengan rasa hormat, individual, fleksibel dan
tanggung jawab. Pelayanan family centered care melibatkan adanya
pertukaran informasi dalam pengambilan keputusan bagi anak, adanya
pilihan keluarga dalam penentuan program intervensi, adanya kolaborasi
antara orang tua dengan tenaga professional, adanya kemitraan keluarga
dengan propgram, serta adanya penyediaan sumber dan dukungan untuk
keluarga dalam memberikan hasil optimal bagi anak, orang tua dan
15
BAB III
ANALISA DAN APLIKASI KONSEP at Risk
Berdasarkan data pada kasus, anak berusia 3 hari belum pernah mengalami
defekasi perut teraba keras dan muntah bewarna hijau dapat dikatakan bahwa anak
tersebut adalah individu yang berisiko mengalami masalah kesehatan pada
dirinya. Jika di telusuri lebih dalam lagi didapat bahwa anak tersebut bisa
mengalami risiko biologi. Risiko biologi adalah faktor genetik atau kondisi fisik
tertentu yang berpeluang untuk terjadinya risiko kesehatan. Risiko biologi yang
menyebabkan anak mengalami hirsprung adalah karena kondisi fisik yang terjadi
pada kolon anak yaitu tidak adanya sel ganglion pada kolon yang menyebabkan
mekonium atau tinja tidak bisa terdorong keluar. Sehingga dengan terjadinya
masalah kesehatan ini menyebabkan anak menderita hirsprung ditandai dengan
perut anak yang teraba keras dan didukung dengan pemeriksaan diagnostik
menggunakan foto polos abdomen.
Berdasarkan empat faktor risiko yang mempengaruhi masalah kesehatan
pada individu dapat disimpulkan bahwa anak tersebut menjadi berisiko
disebabkan karena risiko biologi. Sedangkan untuk risiko sosial, risiko ekonomi
dan risiko gaya hidup anak tersebut menderita hirsprung bukan disebabkan oleh
faktor risiko tersebut karena berdasarkan kasus anak tersebut baru berusia 3 hari
yang diasumsikan bahwa anak tersebut belum mengenal sendiri dunianya. Anak
tersebut belum terlalu banyak berinteraksi sosial, belum mengalami hal yang
berkaitan dengan ekonomi serta belum mengikuti gaya hidup yang terdapat
disekitarnya.
Anak dengan hirschprung juga dapat berisiko mengalami gangguan pada
proses tumbuh kembang. Pada anak neonatus seperti pada kasus, anak akan
mengalami proses tumbuh kembang sebagai berikut. Setelah kelahiran, bayi mulai
bisa melihat pada jarak 20 cm, memiliki gerak refleks alami, kepekaan terhadap
sentuhan serta beradaptasi dengan lingkungan baru. Anak juga mulai bisa
18
tersenyum dan menangis sebagai komunikasi. Pada kasus ini, anak menangis. Hal
ini merupakan bahasa komunikasi anak yang menyampaikan bahwa anak
menagalami nyeri. Pada masa tumbuh kembang ini, ada beberapa faktor yang
mempengaruhinya. Dalam kasus, faktor penghambat tumbuh kembang yang
mungkin ada ialah faktor gizi dan stres. Hal ini akan mengganggu tumbuh
kembang anak. Anak hirscrprung bisa mengalami kekurangan gizi karena isi
kolon belum dikeluarkan sehingga anak akan tidak mau minum ASI. Selain itu,
nyeri yang disebabkan oleh penumpukan tinja di kolon dan mendorong abdomen
akan menyebabkan anak mengalami stres. Kedua hal ini akan mengganggu
istirahat dan intake nutrisi sehingga anak berisiko mengalami gangguan tumbuh
kembang.
Kemudian, melihat dari patofisiologis bayi dengan hirscprung, bayi dengan
Hirschprung mengalami penumpukan sisa makanan di dalam kolonnya. Bayi yang
seharusnya memiliki frekuensi defekasi yang tinggi tidak dapat mengeluarkannya
akibat tidak adanya persyarafan di daerah kolon yang memicu gerakan peristaltik.
Karena hal tersebut kapasitas kolon yang aganglionik menjadi membesar dan bayi
beresiko mengalami perforasi dan enterocolitis apabila tidak segera ditangani.
Neonatus yang seharusnya mengeluarkan meconium pada 24 jam pertama tidak
terjadi dikibatkan penuhnya kolon oleh obstruksi memicu regurgitasi pada bayi
dan akhirnya muntah bewarna kehijauan. Disamping penumpukan sisa makanan
di area kolon, spinkter anal internal juga gagal berelaksasi akibat segmen ganglion
kehilangan neorotransmiter yang menghambat asam oksida.
Pada setiap masalah yang terjadi pada anak, khususnya anak neonatus
pada kasus, peran orang tua sangat dibutuhkan terutama melalui pelayanan
Family Centered care. Bentuk pelayanan Family Centered care yaitu berfokus
pada keikutsertaan keluarga dalam pengambilan keputusan dan pemberian
tindakan medis yang diberikan pada anak, sehingga proses penyembuhan anak
dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan target. Dalam kasus dikatakan jika
anak baru berusia 3 hari dan mengalami hirschprung, anak ini harus segera
mendapat penanganan medis demi keberlangsungan hidupnya. Tenaga medis dan
pihak rumah sakit pun harus melibatkan keluarga terutama ibu dari anak tersebut
untuk mendapatkan informasi seputar anak dan riwayat kehamilan sebelum atau
19
kesehatan si ibu pada saat hamil. Ibu dari anak tersebut harus selalu dilibatkan
dalam setiap tindakan medis yang akan dilakukan, beritahu dan ajak diskusi si ibu
terlebih dahulu sebelum dilakukan tindakan medis karena si ibu mengetahui pasti
kondisi anaknya dan biarkan ibu selalu mendampingi anaknya sehingga anak
merasa sangat tenang. Dengan demikian proses medis pun akan berjalan lancar
dan anak akan kembali sehat sesuai harapan orang tua dan keluarga, serta tidak
terjadinya miscommunication antara keluarga dengan tenaga medis yang dapat
mempengaruhi proses penyembuhan si anak.
BAB IV
PEMBAHASAN
Kasus: Ibu ani membawa bayinya usia 3 hari ke klinik karena bayi belum pernah
defekasi, perut teraba keras, pernah muntah berwarna kehijauan. Dari
pemeriksaan foto polos abdomen, ditemukan gambaran kolon membesar seperti U
inferted. Anak nampak menangis hampir sepanjang hari dan ibu klien nampak
letih dan bingung.
A. Analisa Masalah
Data
Masalah Keperawatan
Data Objektif:
Perut teraba keras
Gambaran kolon membesar
Gangguan Eliminasi
Data Subjektif:
Ibu mengatakan bayi belum pernah
defekasi
Data Objektif:
Kebutuhan nutrisi
20
B. Diagnosa
Pre-Operasi:
1. Nyeri akut berhubungan dengan distensi abdomen
2. Ketidakseimbangan Nutrisi : kurang dari kebutuhan
3. Defisit pengetahuan tentang penyakit anak, pembedahan dan cara
perawatan
Pasca- Operasi:
1. Konstipasi berhubungan dengan Megakolon (Hirschsprung)
2. Nyeri akut berhubungan dengan insisi pascabedah
3. Gangguan integritas kulit
C. Rencana Intervensi
Dx 1: Nyeri akut berhubungan dengan distensi abdomen dan insisi
pascabedah
21
2.
Berikan tindakan
kenyamanan : menggendong,
suara halus, ketenangan. pijat
punggung
3.
Rasional
Mengetahui tingkat nyeri
Upaya dengan distraksi dapat
mengurangi rasa nyeri
Mengurangi persepsi terhadap
nyeri yang kerjanya pada sistem
saraf pusat
Rasional
menejemen laktasi
2. Timban berat badan anak
setiap hari
3. Kaji warna kulit anak,
turgor kulit, fontanel (pada
seorang bayi), tingkat
kesadaran, waktu pengisianulang kapiler, dan membran
tingkat kesadaran,
peningkatan waktu
status anak.
mendeteksi demam.
22
mengindikasikan dehidrasi.
4. Demam meningkatkan
dehidrasi dan dapat
menandakan infeksi.
Rasional
1. Menentukan pemahaman dan
cara berkomunikasi kepada
orang tua
2. Mendukung secara psikologis
dan kognitif tentang prosedur
operasi dan perawatan ostomi
3. Memahami kemajuan atau
adanya tanda-tanda infeksi pada
luka pembedahan
4. Memantau sejauh mana
ostomi.
3. Jelaskan perbaikan pembedahan
dan proses kesembuhan.
Rasional
Bising usus, flatus dan keluarnya
23
sistem pencernaan
Rasional
Memahami kemajuan atau adanya
tanda-tanda infeksi pada luka
infeksi.
2. Berikan perawatan kulit:
pembedahan.
24
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan kasus dan pemaparan tinjauan pustaka yang telah
disampaikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa hirschsprung
merupakan salah satu kelainan kongenital pada perkembangan sistem saraf. Tidak
adanya sel ganglion pada dinding usus menyebabkan penjalaran saraf yang tidak
sempurna, sehingga usus tidak mampu untuk mengeluarkan feses. Feses yang
semakin
menumpuk
dapat
menyebabkan
distensi
kolon,
hal
tersebut
Daftar Pustaka
Behrman&Arvin. (2000). Nelson textbook of pediatrics 15/E. Philadelphia:
Saunders Company
Betz, C. L. & Sowden L. A. (2009). Buku saku keperawatan pediatrik.
Ed 5. Alih bahasa: Meiliya, E. Jakarta: EGC
Bullechek, G.M.,McCloskey, J.C.(2004). Nursing Interventions Classification
(NIC). St. Loui: Mosby
Bowden, V. R. & Greenberg, C. S. (2012). Pediatric Nursing Prosedures 3rd
edition. Philadephia : Lippincott William & Wilkins.
Dunst, C. J. (2002). Family Centered Practice : Birth Through high school.
Journal of special education.
Minford, JL. Et al. Comparison of Functional Outcomes of Duhamel and
Transanal Endorectal Coloanal Anastamosis for Hirschsprungs Disease. J Ped
Surg. 2004; 39(2): 161-165
NANDA. (2012). Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2012-2014.
Philadelphia: NANDA International.
Schwartz, William M. (1995). Clinical Handbook of Pediatrics. USA : Baltimore,
Maryland
Swenson et al. Hirschsprungs Disease: A Review. Pediatrics. 2002; 109(5): 1-9
Wong. D. L & Schwartz P (2009). Wong buku ajar keperawatan pediatrik. Alih
bahasa: Hartono A. Jakarta : EGC
Wong. (2001). Wong's Essentials of Pediatric Nursing, 6 edition. Philadelphia:
Mosby El-Sevier
26