DISUSUN OLEH:
KELOMPOK I
Monica tamba
Pemiati Desi Natalia Taking
Yohanes Berlin
Wiwieka Putri
keluhan vertigo menyerang sebentar saja; hari ini terjadi, besok hilang,
namun ada kalanya vertigo yang kambuh lagi setelah beberapa bulan
oleh stress, mata lelah, dan makan atau minum tertentu. Selain itu,
tekanan pada selaput otak atau pembuluh darah besar, dan di dalam
kepala dapat menimbulkan rasa sakit yang hebat dan ketika seorang
yang mengidap vertigo tidak berada pada tempat yang aman ketika
(Junaidi, 2013).
gejala dari penyakit penyebabnya. Salah satu gejala vertigo ialah ilusi
1
Pada pervalensi angka kejadian vertigo perifer (BPPV) di
terjadi pada wanita (64%). BPPV diperkirakan sering terjadi pada rata-
rata usia 51-57 tahun dan jarang pada usia di bawah 35 tahun tanpa
kejadian vertigo sangat tinggi sekitar 50% dari orang tua yang berumur
75 tahun. Hal ini juga merupakan keluhan nomer tiga paling sering
jumlah penduduk kota Malang pada tahun 2013 sekitar 835.082 jiwa,
vertigo (19%). Data tersebut didapatkan pada rekap data yang dimiliki
oleh Dinas Kesehatan kota Malang yang diperoleh dari rekap medis
atau organ pada tubuh yang ikut terlibat dalam mengatur dan
somatosensorik
(Lumbantobing, 2004)
Pada saat di dalam otak memproses data-data dan menggunakan
pada kepala, badan, sendi dan mata. Akan melibatkan tiga sistem
sensoris dan otak, bila berfungsi dengan baik hasil akhirnya adalah
dari salah satu dari ketiga sistem sensoris atau pemroses data (otak).
di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal atau dalam kondisi
tidak fisiologis, bisa juga karena ada rangsang gerakan yang aneh atau
hanya sebagian kecil dari mereka, dan orang – orang disekitarnya yang
begitu berarti tetapi pada waktu yang lain dapat merupakan kondisi
(Yatim, 2004).
dengan mengunakan kata yang tidak sesuai dengan arti yang lazim
difahami oleh seorang tenaga medis. Kata yang sering digunakan oleh
keluhannya secara rinci dan jelas. Hal ini penting untuk menegakkan
(Lumbantobing, 2004).
mengembangkan teori
fleksibilitasnya.
Peneliti memilih menggunakan metode penelitian kualitatif
Vertigo pertama kali berasal dari istilah latin, yaitu vertere yang
berarti berputar dan igo yang berarti kondisi. Vertigo merupakan subtipe
dari dizziness yang secara definitive merupakan ilusi bergerak, dan yang
paling sering adalah perasaan atau sensasi tubuh yang berputar terhadap
lingkungan atau sebaliknya hal seperti ini jika sering terjadi berulang-
pertanyaan, dapat
0,93 (95% CI, 89,995,8) untuk memprediksi migrain. Oleh karena itu
diagnosa mencakup sekitar 54% dari semua pasien disitu. Screning ini
study.
menghadapi kondisinya”
kondisinya.
untuk penderita.
c. Bagi Masyarakat
tentang perbedaan sakit kepala vertigao dengan sakit kepala biasa. Agar
masyarakat juga tahu cara yang tepat untuk menangani penderita vertigo.
Pengalaman
Penderita Vertigo
1. Heru Andriawan (2012) pada Sistem Pakar Diagnostik Vertigo
penelitian ini adalah semua pasien otitis media supuratif kronik di poli
Pre Eksperimental,one group pre and post test yaitu Mencari pengaruh
sebab akibat dengan cara memberi perlakuan pada obyek. Sampel
PEMBAHASAN
3. Etiologi
Vertigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf
yang menghubungkan antara telinga dengan otak dan di dalam otak sendiri.
Vertigo juga berhubungan dengan kelainan lainnya, selain kelainan pada
telinga, saraf yang menghubungkan telinga dalam dengan otak, serta di otak,
misalnya kelainan penglihatan atau perubahan tekanan darah yang terjadi
secara tiba-tiba (Putri & Sidharta, 2016). Faktor yang mempengaruhi vertigo
dibagi menjadi :
a. Usia : usia lanjut terjadi berbagai perubahan struktural berupa
degenerasi dan atrofi pada sistem vestibular, visual dan proprioseptif
dengan akibat gangguan fungsional pada ketiga sistem tersebut. Usia
lanjut dengan gangguan keseimbangan memiliki risiko jatuh 2-3 kali
dibanding usia lanjut tanpa gangguan keseimbangan. Tiap tahun
berkisar antara 20-30% orang yang berusia lebih dari 65 tahun sering
lebih banyak berada di rumah saja karena masalah mudah jatuh.
(Laksmidewi et al., 2016).
b. Stress berat : Tekanan stres yang terlampau besar hingga melampaui daya
tahan individu, maka akan timbul gejala-gejala seperti sakit kepala,
gampang marah, dan tidak bisa tidur. Salah satu respons yang muncul dari
akibat stres adalah gangguan pemenuhan kebutuhan tidur. (Fransisca, 2013)
c. Keadaan lingkungan : motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)
d. Gaya hidup, Obat-obatan : alkohol, Gentamisin
e. Kelainan sirkulasi : transient ischemic attack (gangguan fungsi otak
sementara karena berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak)
pada arteri vertebral dan arteri basiler
f. Kelainan di telinga : Endapan kalsium pada salah satu kanalis
semisirkularis di dalam telinga bagian dalam (menyebabkan bening
paroxysmal positional vertigo)
4. Manifestasi Klinis
Menurut (Sutarni , Rusdi & Abdul, 2019) gejala klinis yang menonjol,
vertigo dapat pula dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:
a. Vertigo proksimal
Ciri khas: serangan mendadak, berlangsung beberapa menit atau hari,
menghilang sempurna, suatu ketika muncul lagi dan di antara serangan
penderita bebas dari keluhan.
Berdasarkan gejala penyertanya di bagi:
1) Dengan keluhan telinga, tuli atau telinga berdenging, sindrom menire,
arakhnoiditis pontoserebelaris, TIA vertebrobasilar, kelainan
ontogeny, tumor fossa poaterior.
2) Tanpa keluhan telinga: TIA vertebrobasilar, epilepsi, migrain,
vertigo anak.
3) Timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi: posisional proksimal
benigna (Sutarni , Rusdi & Abdul, 2019).
b. Vertigo kronis
Ciri khas: vertigo menetap lama, keluhan konstan tidak membentuk
serangan- serangan akut. Berdasarkan gejala penyertanya dibagi:
1) Keluhan telinga: otitis media kronis, tumor serebelopontin,
meningitis TB, labirinitis kronis, lues serebri
2) Tanpa keluhan telinga: konstusio serebri, hipoglikemia, ensefalitis
pontis, kelainan okuler, kardiovaskular dan psikologis, posttraumatic
sindrom, intoksikasi, kelainan endokrin.
3) Timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi: hipotensi orthostatic,
vertigo servikalis (Sutarni , Rusdi & Abdul, 2019).
c. Vertigo akut
Berdasarkan gejala penyertanya dibagi:
1) Ada pada keluhan telinga: neuritis N. VIII, trauma labirin, perdarahan
labirin, herpes zoster otikus.
2) Tidak ada pada keluhan telinga: neuritis vestibularis, sclerosis
multiple, oklusi arteri serebeli inferior posterior, ensefalitis
vestibularis, sclerosis multiple, hematobulbi (Sutarni , Rusdi &
Abdul, 2019).
5. Klasifikasi vertigo
Vertigo diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran
vestibular dan non vestibular yang mengalami kerusakan, yaitu vertigo
perifer dan vertigo sentral. Vertigo dapat dibagi menjadi dua yaitu:
a. Vertigo Vestibular
Vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang senantiasa
mengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke otak untuk menjaga
keseimbangan. Vertigo timbul pada gangguan sistem vestibular, yang
menimbulkan sensasi berputar, timbulnya episodic, diprovokasi oleh
gerakan kepala, dan bias disertai rasa mual muntah (Sutarni , Rusdi &
Abdul, 2019).
1) Vertigo vestibular perifer
Terjadi pada lesi di labirin dan nervus vestibularis.Vertigo vestibular
perifer timbulnya lebih mendadak setelah perubahan posisi
kepala,dengan rasa berputar yang berat,disertai mual/muntah dan
keringat dingin.Bila disertai gangguan pendengaran berupa tinnitus
atau ketulian dan tidak disertai gejala neurologis fokal seperti,
hemiparesis,diplopia perioral parastesia,penyakit paresisfasialis.
Penyebabnya antara lain adalah begin paroxysmal positional vertigo
(BPPV),penyakit miniere ,neuritisvesti oklusia,labirin,labirinitis.
2) Vertigo vestibular sentral
Timbul pada lesi di nucleus vestibularis di batang otak atau thalamus
sampai ke korteks serebri.Vertigo vestibular sentral timbulnya lebih
lambat ,tidak terpengaruh oleh gerakan kepala.Rasa berputarnya
ringan jarang disertai rasa mual/muntah,atau kalau ada ringan
saja.Tidak disertai gangguan gangguan pendengaran.Bisa disertai
gejala neurologis fokal seperti disebut .Penyebabnya antara lain
migraine ,CVD,tumor,epylepsi demielinisasi dan degenerasi.
6. Patofisiologi
Menurut Price,S.A (2007) Vertigo timbul jika terdapat
ketidakcocokan informasi aferen yang disampaikan ke pusat kesadaran.
Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan vestibuler
atau keseimbangan, yang secara terus menerus menyampai kan impulsnya
ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah sistem optik dan
pro prioseptik, jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis dengan
nuklei N. III, IV dan VI, susunan vestibuloretikularis, dan
vestibulospinalis.
Menurut Wilson (2007) Informasi yang berguna untuk
keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor vestibuler, visual, dan
proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi paling besar,
yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang paling
kecil kontribusinya adalah proprioseptik.Menurut Wilson (2007) Dalam
kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat
keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan
proprioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam
keadaan sinkron dan wajar, akan diproses lebih lanjut. Respons yang
muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam
keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan
tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh
di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada
rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan
informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala
otonom; di samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat
sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus,
unsteadiness, ataksia saat berdiri/ berjalan dan gejala lainnya.
Pathway Vertigo
VERTIGO
Ketidakcocokan Informasi
Aferen Kepusat kesadaran
Otot leher
kaku/tertekan Defisit
Pengetahuan
Gangguan
Pola Tidur
Peningkatan
tekanan
intrakarnial
Nyeri kepala
Gangguan rasa
aman
Peningkatan
Tekanan
Intrakranial
7. Pemeriksaan
a. kepala
Nyeri Pemeriksaan Fisik:
1) Pemeriksaan fisik umum ( tanda-tanda vital, heart rate dan ritme
jantung,palpasi arteri karotis dan auskultasi arteri karotis).
2) Pemeriksaan neurologis (kesadaran,nervus kranalis ,sistem saraf
Gangguanmotorik
Rasa dan sistem saraf sensorik)
Aman Nyaman
3) Tes Romberg
Nyeri AkutPemeriksaan berada dibelakang pasien,pasien berdiri tegak dengan
kedua tangan didada,kedua mata terbuka,dia amati selama 30 detik
setelah itu pasien diminta menutup mata dan diamati selama 30
detik,jika dalam keadaan mata terbuka pasien sudaah jatuh
menandakan kelainan pada serebelum,jika dalam keadaan mata
tertutup pasien cenderung jatuh ke satu sisi menandakan kelainan
vestibular/propioseptif.
4) Tes Romberg di pertajam
Pemeriksaan berada di belakang pasien,lalu tumit pasien berada di
depan ibu jari kaki yang lainnya,kemudian pasien di amati dalam
keadaan mata terbuka selama 30 detik,lalu pasien menutup mata dan
diamati selama 30 detik,interpretasi sama dengan tes Romberg.
5) Tes jalan tandem (tandem gait)
Pasien di minta berjalan dengan sebuah garis lurus,dengan
menempatkan tumit di depan jari kaki sisi yang lain secara
bergantian.Pada kelainan serebelum:pasien tidak dapat melakukan
jalan tandem dan jatuh ke satu sisi.Pada kelainan vestibular:pasien
akan mengalami deviasi ke sisi lesi.
6) Tes fukuda
Pemeriksaan bearada di belakang pasien,lalu tangan di luruskan ke
depan,mata pasien ditutup,pasien diminta berjalan di tempat 50
langkah.Tes fukuda di anggap normal jika deviasi ke satu sisi >30
derajat atau maju/mundur >1 meter.Tes fukuda menunjukkan lokasi
kelainan di sisi kanan atau kiri.
7) Tes past pointing
Pada posisi duduk,pasien di minta untuk mengangkat satu tangan
dengan jari mengarah ke atas,jari pemeriksa di letakkan di depan
pasien,lalu pasien di minta ujung jarinya menyentuh ujung jari
pemeriksa beberapa kali dengan mata terbuka,setelah itu di lakukan
dengan mata tertutup.Pada kelainan vestibular : ketika mata tertutup
maka jari pasien akan deviasi kea rah lesi.Pada kelainan
serebelum:akan terjadi hipermetri atau hipometri.
8) Head thrust test
Pasien di minta memfiksasikan mata pada hidung/dahi pemeriksa
setelah itu kepala di gerakkan secara cepat ke satu sisi,pada kelain-
nan vestibular perifer akan di jumpai adanya sakadik.
b. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium pada stroke dan infeksi
2) EEG pada kasus vestibular epilepsy
3) EMG pada kasus neuropati
4) EKG pada kasus serebrovaskular
5) TCD pada kasus serebrovaskular
6) CT Scan/MRI pada kasus stroke,infeksi dan tumor
8. Penatalaksanaan Vertigo
Terapi vertigo meliputi beberapa perlakuan yaitu pemilihan medikamentosa
rehabilitasi dan operasi. Pilihan terapi vertigo mencakup(Kelompok Studi
Vertigo PERDOSSI,2012)
a. Terapi simtomatik,melalui farmakoterapi
b. Terapi kausal,mencakup:
Farmakoterapi
prosedur reposisi partikel (pada BPPV)
bedah ( karena vertigo yang disebabkan oleh tumor,spondilosis
servikalis dan impresi basilar).
c. Terapi rehabilitatif ( metode Brandt-Daroff,latihan visual vestibular
latihan berjalan). Hindari faktor pencetus dan memperbaiki lifestyle
pemilihan terapi vertigo angat tergantung dari tipe dan kausa vertigo (
makanan dan diit adekuat mencegah minum alcohol dan
berlebihan,mengurangi obat sedative,ototoksik dan opoid)
9. Komplikasi
a. Stoke
b. Obstruksi peredaran darah di labirin
c. Penyakit Meniere
d. Infeksi dan inflamasi
Daftar pustaka
A. Pengkajian Keperawatan
Adapun pengkajian kasus Vertigo Menurut Asmada,doni,2018 adalah:
a. Identifikasi Klien
Nama,tempat tanggal lahir,umur,alamat,pekerjaan,jenis kelamin , agama suku
,tanggal masuk RS dan diagnosa medis.
b. Riwayat kesehatan
Dilakukan untuk menggali masalah keperawatan lainnya sesuai keluhan utama
pasien.
1) Keluhan utama : Keluhan yang menonjol pada pasien vertigo adalah nyeri
2) Riwayat kesehatan sekarang
Pasien yang mengalami vertigo mengalami nyeri dibagian kepala,nyeri yang
dirasakan seperti berputar-putar, nyeri yang dirasakan apabila klien duduk
atau berdiri.Rasa nyeri berkurang apabila klien berbaring.Nyeri dirasakan
hilang timbul skla nyeri (0-10). Keluhan nyeri dapat dikaji dengan
pendekatan PQRST.
B. Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
I Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis
II Mual berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial
III Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan
C. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.1 Rencana Asuhan Keperawatan Vertigo
2 Mual b.d peningkatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen Mual (1450)
tekanan intrakranial 3x24 jam diharapkan mual pasien teratasi , dengan 1. Identifikasi faktor-faktor
kriteria hasil : penyebab terjadinya mual
2. Kendalikan lingkungan yang
Kontrol Mual dan Muntah (1618) mungkin membangkitkan mual
1. Mendeskripsikan faktor- Faktor penyebab 3. Ajarkan penggunaan teknik non
2. Mengenali pencetus stimulasi muntah farmakologi(mis.hipnosis,relaksasi,I
3. Menggunakan langkah-langkah pencegahan majinasi terbimbing,terapi musik)
4. Menghindari bau yang tidak menyenangkan 4. Dorong pola makan dengan porsi
Sedikit makanan yang menarik bagi
pasien yang mual
5. Kolaborasi pemberian aniemetic.
1 2 3 4
3 Gangguan Pola Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pengaturan Posisi ( 0840)
Tidur b.d selama 3x24 jam diharapkan pola tidur pasien 1. Atur posisi tidur yang disukai klien
Hambatan teratur , dengan kriteria hasil : 2. Tinggikan bagian tubuh yang sakit
Lingkungan dengan tepat
Tidur ( 0004) 3. Posisisikan pada kesejajaran tubuh
1. Jam tidur dengan tepat
2. Pola tidur 4. Tepatkan objek yang sering
3. Kualitas tidur digunakan dalam jangkauan
4. Tidur dari awal sampai habis dimalam
hari secara konsisten Peningkatan Tidur ( 1850)
5. Perasaan segar setelah tidur 1. Jelaskan pentingnya tidur yang cukup
6. Tempat tidur yang nyaman 2. Monitor pola tidur klien dan jumlah jam
7. Suhu ruangan yang nyaman tidur
3. Sesuaikan lingkungan
(mis.cahaya,kebisingan,suhu dan tempat
tidur) untuk meningkatkan tidur
4. Ajarkan keluarga mengenai faktor yang
berkontribusi terjadinya gangguan pola tidur
( seperti faktor lingkungan,pola hidup,psikologis dan
fisiologis)
D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari masalah satatus kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang
lebih baik yang menggambarkan krikteria hasil yang diharapkan (Suarni dan
Apriyani,2017)
E. Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan
klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dilakukan,berkesinambung-an dengan
melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.Evaluasi dalam keperawatan merupakan
kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan,untuk mengetahui
pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan
(Suarni dan Apriyani,2017).