Anda di halaman 1dari 3

EDUKASI PASIEN DIALISIS GINJAL

Oleh :
dr.yenni
Share To Social Media:
  
Edukasi pasien dengan penyakit ginjal kronis (PGK) tahap 5, yaitu kebutuhan akan terapi
pengganti ginjal. Pasien tersebut perlu diberikan pengetahuan ada terapi pengganti ginjal
definitif dan sementara (dialisis ginjal). Khusus untuk dialisis ginjal, edukasi bisa kita bagi
dalam dua kategori yaitu edukasi pasien sebelum dialisis ginjal dan pasien dalam perawatan
rutin dialisis ginjal.

Edukasi Pasien Sebelum Dialisis Ginjal


Edukasi pada pasien sebelum dialisis ginjal dapat dibagi menjadi emergensi dan
nonemergensi. Kondisi emergensi yang dimaksud adalah gejala-gejala yang menunjukkan
adanya perburukan klinis dari kondisi yang sudah ada, seperti ada sesak nafas, bengkak,
volume urin yang sangat berkurang, penurunan kesadaran (uremia).[3,4]

Pada kondisi nonemergensi, pasien diedukasi perihal:

 Diet rendah garam, kalium, fosfor dan fosfat

 Menganjurkan konsultasi dengan ahli gizi

 Waktu memulai dialisis

 Pemilihan dialisis ginjal sesuai kebutuhan pasien

 Komplikasi yang bisa terjadi pada dialisis ginjal yang dipilih

 Persiapan akses vaskular (bagi hemodialisa)

 Pusat pelayanan kesehatan untuk dialisis ginjal[3,4]

Edukasi Pasien Dalam Perawatan Rutin Dialisis Ginjal


Edukasi pasien dalam perawatan rutin dialisis ginjal, mencakup hal:

 Diet, disarankan diet rendah natrium, kalium, dan fosfor

 Jumlah cairan yang diperbolehkan (misal tidak lebih dari 500 ml per hari)

 Pemeriksaan laboratorium (darah) setiap 1 bulan sekali untuk melihat efektifitas dari
hemodialisa

 Berat badan, pasien dianjurkan segera ke pusat kesehatan bila ada peningkatan berat badan
yang tidak wajar
 Perawatan akses vaskular (memperhatikan tanda-tanda infeksi, menjaga kebersihan akses
vaskular, mencegah luka misal dengan tidak memakai baju yang ketat, atau memakai
perhiasan)[4,8,11]

Edukasi pasien saat melakukan informed consent kepada pasien dialisis ginjal penting untuk
dilakukan terutama bila dialisis ginjal bersifat jangka panjang. Edukasi umumnya meliputi:
 Inisiasi dialisis ginjal berdasarkan indikasi dan kontraindikasi

 Modalitas dialisis ginjal yang akan digunakan

 Teknik pengerjaan

 Komplikasi selama dan setelah dialisis ginjal dikerjakan

 Pemantauan diet dan obat-obatan setelah dialisis

 Mengatur jadwal dialisis ginjal dan akan ada perubahan jadwal rutinitas atau aktivitas pasien
karena akan disesuaikan dengan dialisis ginjal[4,8,11]

PERILAKU HIDUP SEHAT BAGI PENDERITA CKD

Kementerian Kesehatan sesungguhnya telah memiliki upaya pencegahan dan pengendalian


komplikasi pada pasien Penyakit Ginjal Kronis (PGK) dengan perilaku ''CERDIK”.
Perilaku CERDIK merupakan harapan untuk dilakukan sebagai perilaku sehat oleh masyarakat
Indonesia dalam hal pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM).
 
Cek Kesehatan secara Berkala: Cek tekanan darah, Cek kadar gula darah yang menunjukkan
kadar glukosa dalam darah danCek kolesterol total. Selain itu, pasien dengan CKD harus
menjalani HD secara rutin. Hal ini akan sangat berpengaruh dalam mengurangi resiko dari
komplikasi pada pasien CKD.Enyahkan asap rokok, rajin aktivitas fisik, diet seimbang, istirahat
cukup dan kelola stress.
 
Pemenuhan Kebutuhan Fisik: Pengaturan nutrisi, pengaturan intake cairan, regiment
pengobatan dan akses vaskuler. Penting juga untuk melakukan perawatan akses tersebut
secara mandiri mengingat bahwa akses ini akan selalu digunakan pasien untuk hemodialisa.
Selain itu beberapa hal yang tidak boleh dilakukan pada daerah akses vaskuler ( lengan cimino),
juga penting dijelaskan pada pasien seperti tidak boleh dilakukan pengukuran tekanan darah
atau mengangkat benda berat, dan lakukan latihan meremas- remas bola untuk
mempertahankan akses vaskuler tetap baik.
 
Aktifitas istirahat/ tidur dan olahraga, dalam sehari, asupan cairan cukup sesuai yang dianjurkan.
Namun pada kondisi tertentu, misalnya mengalami penyakit ginjal yang berat, asupan cairan
justru harus dibatasi sesuai kebutuhan. Pada penderita gagal ginjal kronik, pemberian air
berlebihan bisa mempercepat penurunan fungsi ginjal. Karena dengan penyakitnya ini membuat
seseorang tidak bisa mengeluarkan cairan secara normal.
 
Pembatasan konsumsi cairan juga harus memperhatikan produksi pembuangan urine dalam
sehari. Karena umumnya seseorang yang mengalami penyakit ginjal jadi lebih jarang membuang
urine. Jangan sampai jumlah cairan yang masuk lebih banyak daripada yang dikeluarkan. Selain
membuat fungsi ginjalnya semakin menurun,  juga berisiko mengalami “overhidrasi” atau
kelebihan cairan.
 
Beberapa  makanan yang harus di batasi atau bahkan di hindari bagi penderita gagal ginjal
kronis. Makanan yang dibatasi adalah  makanan sumber  protein baik protein hewani maupun
nabati. Makanan sumber protein hewani seperti daging sapi, domba, ayam, ikan, kuning telur,
susu , tahu, tempe serta makanan olahan susu maupun daging. Makanan sumber protein nabati
seperti tahu, tempe, kacang kedele, kacang merah dan lain-lain. Konsumsilah protein seckupnya
sesuai kebutuhan untuk membantu mengurangi beban kerja ginjal membilas produk limbah
dalam darah. Namun  dalam pengaturan makanan untuk sumber protein diutamakan makanan
sumber protein yang bernilai  biologi tinggi yaitu makanan sumber protein hewani seperti daging
sapi, ayam dan lain-lain. Makanan yang dihindari, makanan tinggi fosfor, Produk olahan susu
seperti keju, yogurt, dan es krim, selai kacang, sarden, minuman bersoda dan minuman
beralkohol. Makanan tinggi garam, daging kalengan ( ham, sosis, daging kornet, dan ikan asap),
ikan kalengan dan kerang, keripik asin dan kacang asin. Makanan tinggi kalium seperti  bayam,
pisang, alpukat, kiwi dan lain-lain

Anda mungkin juga menyukai