Anda di halaman 1dari 10

Satuan Acara Penyuluhan

(SAP)

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah


Keperawatan Komunitas II

oleh:
MARINA
2013 21 027

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BAITURRAHIM JAMBI

2016
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL RI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM JAMBI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


Alamat: Jl. Prof M.Yamin No. 30-Kampus Lebak Bandung Kota Jambi
Telp./Fax (0741) 33030 (0741) 33035
PROVINSI JAMBI

Satuan Acara Penyuluhan (SAP)


Pokok Pembahasan

: Penyakit Tifus (Thypus Abdominalis)

Sub Pokok Pembahasan

: Pengertian Tifus, Penyebab Tifus, Tanda dan Gejala


Tifus, Pencegahan dan Pengobatan Tifus

Sasaran

: Keluarga Tn. T

Hari/Tanggal

: Sabtu, 30 Januari 2016

Waktu

: 13.00 - 13.30 WIB (1 x 30 menit)

Tempat

: Jl. Kappitan Pattimura Rt.12 Kota Jambi (Rumah Tn.T)

A. LATAR BELAKANG
Memasuki musim pancaroba, masyarakat perlu mewaspadai penyakit tifus
yang merebak dalam kondisi lingkungan yang sangat buruk. Peningkatan penderita
penyakit ini paling banyak terjadi saat peralihan dari musim hujan ke musim
kemarau. Penyakit ini sangat rentan sekali menyerang anak usia sekolah, terutama
anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Gejala klinis pada anak biasanya
lebih ringan jika dibandingkan dengan penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10
sampai 20 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodroma, yaitu
perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat.
Relaps dapat terjadi pada minggu ke-2 setelah suhu badan normal kembali.
Kemudian, peningkatan penyakit tifus ini disebabkan karena faktor lingkungan
yang jelek pada saat tersebut. Saat itu sumber air banyak yang kering sehingga
kuman menjadi lebih pekat. Biasanya penyakit ini terjadi sepanjang tahun, namun
karena perubahan lingkungan menyebabkan terjadinya peningkatan penyakit ini.
Penyakit demam thypoid atau biasa kita kenal dengan penyakit tifus ini lebih
banyak terjadi di negara berekembang terutama di daerah tropis, seperti Indonesia.

Hal ini disebabkan karena penyediaan air bersih, sanitasi lingkungan dan
kebersihan individu yang kurang baik. Penyakit tifus merupakan endemik di
Indonesia. Penyakit ini termasuk penyakit menular yang mudah menyerang banyak
orang sehingga dapat menimbulkan wabah.
Sebelumnya perlu diketahui bahwa tifus tidak berpengaruh pada hewan dan
hanya dapat menular dari manusia ke manusia. Seseorang dapat terkena penyakit
tifus dari makanan atau air minum yang terkontaminasi oleh bakteri Salmonella
typhosa. Terlebih lagi pada anak SD yang gemar dengan jajanan yang dijual bebas
di sekitar sekolahan mereka, dimana kebersihan makanan yang dijual tersebut
masih kurang terjamin. Oleh karena itu, sanitasi dan higienitas merupakan hal
penting yang harus diperhatikan agar terhindar dari tipus.
Keterlibatan petugas kesehatan, seperti perawat disini sangat berperan sekali
dalam upaya promotif dan preventif terkait dengan penyakit tifus ini. Promosi
kesehatan kepada kelompok rentan seperti dalam suatu keluarga disini merupakan
upaya awal dalam proses pencegahan penyakit ini. Untuk itu pendidikan kesehatan
harus dilakukan sedini mungkin oleh petugas kesehatan termasuk perawat dalam
upaya mencegah angka kesakitan tifus ini yang semakin meningkat dikalangan
masyarakat.
B. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum:
Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 20 menit, diharapkan keluarga
Tn.T mampu mengenal masalah pada penyakit tifus.
2. Tujuan Instruksional Khusus:
Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 20 menit tentang penyakit tifus,
diharapkan keluarga Tn.T dapat:
a) Menjelaskan pengertian tentang penyakit tifus
b) Menyebutkan penyebab penyakit tifus
c) Menyebutkan tanda dan gejala penyakit tifus
d) Menjelaskan tentang pencegahan dan pengobatan penyakit tifus
C. MATERI
Terlampir

D. METODE PENYULUHAN
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
E. SETTING TEMPAT
Keluarga (klien) duduk berhadapan dengan penyuluh atau perawat.

Ket:
= perempuan

Warna Merah = Keluarga

= laki-laki

Warna Hijau = Penyuluh/ Perawat

F. MEDIA
1. Lember Balik;
2. Leaflet.
G. KEGIATAN
No
1.

Tahap
Kegiatan
Pembukaan

Waktu
5 menit

Kegiatan Penyuluhan

Kegiatan Keluarga

a. Mengucapkan salam

a. Menjawab salam

b. Memperkenalkan diri

b. Mendengarkan

c. Memperkenalkan

c. Mendengarkan

dosen pembimbing
d. Menjelaskan tujuan

d. Mendengarkan

e. Menyebutkan materi

e. Mendengarkan

penyuluhan
f. Membuat kontrak
waktu

f. Menyetujui

2.

Pelaksanaan

20 menit

a. Mengkaji
pengetahuan keluarga
tentang apa itu tifus
b. Memberikan
reinforcement positif
atas jawaban yang
diberikan
c. Menjelaskan tentang
pengertian tifus

Mendengarkan dan
memperhatikan
penjelasan penyuluh

d. Menyebutkan
penyebab tifus
e. Menyebutkan tanda
dan gejala tifus
f. Menyebutkan cara

Mengajukan pertanyaan

mencegah dan
mengobati tifus
g. Memberikan
kesempatan keluarga
3.

Penutup

5 menit

untuk bertanya
a. Melakukan evaluasi

a. Sasaran dapat
menjawab tentang
pertanyaan yang
diajukan

b. Menyampaikan
kesimpulan materi
c. Mengontrak untuk

b. Mendengarkan
c. Menyetujui kontrak
selanjutnya

pertemuan selanjutnya
d. Mengakhiri pertemuan d. Memperhatikan dan
dan menjawab salam
H. EVALUASI
a. Evaluasi Struktur

SAP telah siap


Kontrak waktu dengan keluarga sebelumnya

menjawab salam

Peserta penyuluhan sebanyak 4 orang


Setting tempat sesuai rencana yang ditentukan
Perlengkapan yang digunakan selama penyuluhan adalah lembar balik

dan leaflet.
Penggunaan bahasa yang komunikatif
Mahasiswa dapat memfasilitasi keluarga selama jalannya pendidikan

kesehatan dan antusias dalam mengikuti jalannya pendidikan kesehatan


b. Evaluasi Proses
Pelaksanaan kegiatan dilakukan pada hari sabtu, 30 Januari 2016 jam

13.00 WIB
Antusias keluarga untuk bertanya dan menyimpulkan hasil dari penkes

yang diberikan oleh perawat.


Peserta tidak ada yang meninggalkan ruangan
c. Evaluasi Hasil

60 % keluarga mampu menyebutkan definisi penyakit tifus

60 % keluarga mampu menyebutkan penyebab penyakit tifus

60 % keluarga mampu menyebutkan tanda dan gejala penyakit tifus

60 % keluarga mampu menyebutkan pencegahan dan pengobatan


penyakit tifus

I. REFERANSI
1. Hayes, C. Peter, Mackay, W., Thomas. 1997. Diagnosis dan
Terapi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2. Mansjooer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, ed. 3.
Jakarta: Media Aeculapius FKUI.
3. Wong, L. Donna. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Ed. 6.
Jakarta: EGC
4. Brunner And Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC.
Lampiran 1

Penyakit Tifus

A. Pengertian Penyakit Tifus


Tifus adalah penyakit infeksi akut yang biasanya tedapat pada saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada
saluran pencernaan dan gangguan kesadaran (FKUI, 1985).
Tifus adalah infeksi yang mengenai usus halus, disebarkan dari kotoran ke
mulut melalui makanan dan air minum yang tercemar dan sering timbul dalam
wabah. (Markum, 1991).
Tifus adalah suatu penyakit infeksi bakterial akut yang disebabkan oleh
kuman Salmonella typhosa. Di Indonesia penderita tifus atau disebut juga demam
thypoid ini cukup banyak, tersebar di mana-mana, ditemukan hampir sepanjang
tahun, dan paling sering diderita oleh anak berumur 5 sampai 9 tahun. Kurangnya
pemeliharaan kebersihan merupakan penyebab paling sering timbulnya penyakit
tifus. Pola makan yang tidak teratur dan mengkonsumsi makanan yang kurang
bersih dapat menyebabkan timbulnya penyakit ini.
B. Penyebab Penyakit Tifus
Penyebab penyakit Typus adalah bakteri bernama salmonella typhosa.
Sumber penyebab penyakit ini, lebih banyak disebabkan kuman yang menempel di
bekas cucian gelas, sendok, piring dan sebagainya dengan kondisi air cucian yang
tak diganti, serta tangan yang kotor. Bakteri ini umumnya terdapat dalam makanan
yang sudah basi, daging mentah, maupun kotoran.
Kurangnya pemeliharaan kebersihan merupakan penyebab paling sering
timbulnya penyakit tifus. Pola makan yang tidak teratur dan mengkonsumsi
makanan yang kurang bersih dapat menyebabkan timbulnya penyakit ini. Bakteri
Salmonella typhosa merupakan bakteri yang bertanggung jawab terhadap penyakit
ini. Kuman ini dapat hidup lama di air yang kotor, makanan tercemar, dan alas tidur
yang kotor. Siapa saja dan kapan saja dapat menderita penyakit ini. Termasuk bayi
yang dilahirkan dari ibu yang terkena demam tifoid.
Kebiasaan tidak sehat seperti jajan sembarangan, tidak mencuci tangan
menjadi penyebab terbanyak penyakit ini. Penyakit tifus cukup menular lewat air

seni atau tinja penderita. Penularan juga dapat dilakukan binatang seperti lalat dan
kecoa yang mengangkut bakteri ini dari tempat-tempat kotor.
C. Tanda dan Gejala Penyakit Tifus
Masa inkubasi penyakit ini rata-rata 7 sampai 14 hari. Manifestasi klinik
pada anak umumnya bervariasi. Demam adalah gejala yang paling utama di antara
semua gejala klinisnya.
Pada minggu pertama, tidak ada gejala khas dari penyakit ini. Bahkan,
gejalanya menyerupai penyakit infeksi akut lainnya. Gejala yang muncul yaitu
antara lain:
1. Demam;
2. Sering bengong;
3. Tidur secara terus-menerus;
4. Sakit kepala;
5. Mual dan muntah;
6. Nafsu makan menurun;
7. Sakit perut;
8. Diare atau justru sembelit (sulit buang air besar) selama beberapa hari;
9. Peningkatan suhu bertambah setiap hari.
Setelah minggu kedua, gejala bertambah jelas dan dapat dikatakan sebagai
cirri khas dari penyakit tifus, yaitu antara lain:
1. Demam yang dialami semakin tinggi;
2. Lidah kotor;
3. Bibir kering;
4. Kembung;
5. Penderita terlihat acuh tidak acuh.

D. Pencegahan Penyakit Tifus

Sebelum terlambat alangkah baiknya jika kita mengambil langkah-langkah


pencegahan agar terhindar dari penyakit ini. Pencegahan tifus dapat kita lakukan
mulai dari hal yang sederhana, seperti memperhatikan makanan dan minuman kita
sehari-hari, hindari jajan atau membeli makanan dan minuman di tempat yang
kurang bersih, serta mengkonsumsi makanan dan minuman yang benar-benar sudah
dimasak. Air minum yang kita konsumsi harus dimasak terlebih dulu hingga
mendidih (100C). Lindungi makanan kita dari lalat, kecoa dan tikus karena hewanhewan tersebut dapat membawa bakteri Salmonella typhosa yang merupakan
penyebab tipus.
Selanjutnya, kita harus senantiasa memperhatikan kebersihan diri sendiri
dan lingkungan kita. Cucilah tangan dengan sabun setelah ke WC. Pembuangan
kotoran manusia juga harus pada tempatnya. Jangan pernah membuangnya secara
sembarangan sehingga mengundang lalat karena lalat dapat membawa bakteri
Salmonella typhosa dari feses ke makanan. Oleh karena itu, bila di rumah banyak
lalat harus dibasmi hingga tuntas untuk menghindari dari penyebaran bakteri
penyebab tipus.
Selain dengan memperhatikan kebersihan makanan dan lingkungan, saat ini
pencegahan terhadap kuman Salmonella sudah bisa dilakukan dengan vaksinasi
bernama chotipa (cholera-tifoid-paratifoid) atau tipa (tifoid-paratifoid). Vaksinasi
dapat mencegah kuman masuk dan berkembang biak. Vaksinasi ini sebaiknya
dilakukan terhadap seluruh keluarga, bahkan untuk anak usia balita yang masih
rentan dapat juga divaksinasi.
Penyakit tipus ini tidak boleh dianggap enteng. Penderita tipus dapat
mengalami komplikasi perdarahan pada usus halus dan usus halus berlubang,
infeksi paru, infeksi empedu. Pengobatan penderita tipus juga harus dilakukan
secara total. Pengobatan yang tidak tuntas, membuat bakteri akan terus terbawa dan
berkembang biak. Bahkan tingkat kemungkinan kambuh lagi dapat mencapai 15%.
Selain itu penyakit ini juga dapat kambuh sesudah dua minggu pemberian
antibiotik. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh penderita tipus
dalam upaya pencegahan dan pemulihan kondisi dari penderita:
1. Harus berobat tuntas, artinya pada saat sakit, harus istirahat total, makan
makanan yang lunak, dan antibiotik yang diberikan dokter dihabiskan, sampai 7

hari bebas demam. Dengan cara demikian, semua bakteri salmonella akan mati
dan sisa bakteri yang masih hidup dapat diatasi oleh sistem kekebalan tubuh.
2. Jangan makan makanan yang kurang sehat dan bersih, karena kemungkinan tifus
dapat menyerang kembali.
3. Daya tahan tubuh juga harus ditingkatkan, seperti gizi yg baik, tidur 7-8 jam
sehari, olah raga secara teratur 3- 4 kali seminggu selama 1 jam.
4. Bagi orang yang pernah mengalami penyakit tipus sebaiknya tidak melakukan
kegiatan yang sangat melelahkan. Karena akan lebih mudah kambuh kembali
daripada orang yang sama sekali belum menderita tifus.

Anda mungkin juga menyukai