Anda di halaman 1dari 12

A.

Latar Belakang
Usia sekolah adalah usia yang di mulai dari 6 tahun sampai mendekati 12
tahun yang masing – masing menguraikan karakteristik penting dari periode
tersebut. Periode ini di mulai dengan masuknya anak ke lingkungan sekolah,
yang memiliki dampak dalam perkembangan dan hubungan anak dengan
orang lain. Anak mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari
budaya masa kanak-kanak dan menggabungkan diri ke dalam kelompok
sebaya, yang merupakan hubungan dekat pertama di luar kelompok keluarga
(Wong, 2008).
Peningkatan kualitas hidup anak salah satunya di tentukan oleh
penanaman perilaku kesehatan anak sejak dini. Perilaku anak sekolah sangat
bervariatif. Bila tidak di kenali dan di tangani sejak dini gangguan kesehatan
ini akan mempengaruhi prestasi belajar dan masa depan anak (Hendra, 2007).
Beberapa kebiasaan anak yang bisa mempengaruhi perilaku kesehatan pada
anak khususnya di sekolah yaitu pola sarapan anak, kebiasaan mencuci
tangan, kebersihan kulit, kebersihan kuku, kebersihan rambut, mandi, dan
juga kebiasaan anak – anak untuk jajan di sembarangan dengan jajanan rata –
rata tidak sehat untuk di konsumsi oleh anak – anak (Syamsu, 2002).
Menurut Depkes RI, 2005 diare merupakan penyakit yang masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang termasuk di Indonesia,
di sebabkan karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Diare
adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi
lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering
(biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI, 2011 ).
Departemen kesehatan dari tahun 2000 – 2010 kecenderungan insiden
diare meningkat. Pada tahun 2000 insiden diare yaitu 301 per 1000
penduduk , tahun 2003 insiden diare naik menjadi 374 per 1000 penduduk,
kemudian pada tahun 2006 insiden diare naik menjadi 423 per 1000
penduduk dan pada tahun 2010 insiden diare naik lagi 411 per 1000
penduduk. Menurut profil kesehatan provinsi jawa tengah tahun 2012
kejadian diare di jawa tengah pada tahun 2011 sebanyak 57,9 % kemudian
pada tahun 2012 mengalami penurunan sebanyak 42,66%. Sebagian

1
masyarakat mengetahui pentingnya mencuci tangan pakai sabun, namun
dalam kenyataannya masih sangat sedikit (hanya 5%) yang tahu bagaimana
cara melakukannya dengan benar. Hal ini sangat penting untuk di ajarkan
kepada siswa agar bisa mencegah resiko penyakit. Mencuci tangan pakai
sabun dapat mengurangi resiko diare pada anak (Siswanto,2009).
Dalam penelitian Cochrane Library 2007 menemukan bahwa mencuci
tangan dengan baik dan benar menggunakan air dan sabun merupakan salah
satu cara yang cukup sederhana dan efektif untuk pencegahan timbulnya
penyakit diare dan ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas) mulai dari virus flu
sehari – hari hingga virus pandemik yang dapat mematikan, karena
merupakan salah satu penyebab utama kematian pada anak – anak.
Menurut Curtis & Caircross dari London School Of Hygiene and
Tropical Medicine, Inggris tahun 2003 menyatakan bahwa perilaku mencuci
tangan dengan sabun bisa mengurangi insiden diare sebanyak 42 – 47 %
artinya sekitar satu juta anak di dunia dapat diselamatkan tiap tahun dengan
mencuci tangan. Tubuh yang kuat diperlukan pola hidup yang bersih.
Kebersihan merupakan kunci untuk hidup sehat. Mencuci tangan merupakan
modal yang paling sederhana untuk hidup sehat, karena dengan cuci tangan
akan terhindar dari penyakit. Dengan pola hidup bersih biaya berobat akibat
terserang salah satu penyakit dapat di minimalisir. Membiasakan diri untuk
cuci tangan baik sebelum dan sesudah melakukan aktivitas merupakan salah
salah satu investasi untuk kemudian hari (Nadesul 2011). Berdasarkan
permasalahan tersebut aplikasi teknik mencuci tangan yang benar untuk
menurunkan diare pada anak usia sekolah sangat penting dilakukan.

B. KASUS I
Seorang perawat komunitas melakukan pengkajian keperawatan
komunitas melalui observasi langsung ke sebuah sekolah dasar (SD). Saat
jam istirahat anak-anak menyerbu pedagang kaki lima untuk jajan, terlihat
anak-anak tersebut tidak mencuci tangannya sebelum dan sesudah makan
jajanan. Mayoritas pedagang kaki lima berada diluar pagar sekolah dan
dipinggir jalan raya. Tempat pedagang kaki lima berjualan makanan tampak

2
kotor dan makanannya terpapar langsung dengan debu jalanan. Jenis jajanan
yang paling banyak dijual adalah cilok, kue-kue, dan baso goreng dengan
saus warna merah terang, minuman yang dijualpun beraneka warna yang
mencolok. Warung sekolah ada dua kios kecil, namun hanya menyediakan
jajanan kering gorengan saja. Tempat cuci tangan yang disediakan sekolah
hanya ada 1 keran air tanpa sabun. Dan di sekolah tersebut sudah ada promosi
kesehatan, tetapi kurikulumnya tidak berjalan dengan baik, dikarenakan
kekurangan tenaga kerja. Selain itu, banyak siswa yang mengeluh sulit
menyeberang jalan karena kendaraan yang lewat banyak. Tidak ada petugas
yang menyeberangkan siswa saat pulang sekolah. Dari hasil studi dokumen
yang dilakukan perawat komunitas, selama tiga bulan terakhir didapatkan
data bahwa dari 186 siswa, rata-rata 3 siswa/bulan pernah absen karena diare.
Dan beberapa siswa setiap pulang kerumah mengeluh sakit perut.

C. PENGKAJIAN
1. INTI (CORE)
SD negeri 1 Cinta Kasih berada di daerah Kasih Sayang yang terletak
dipinggir kota Peduli Kasih. SD ini terletak di pemukiman yang padat
dengan penduduk, selain itu SD ini dekat dengan tempat pembuangan
sampah (TPS). SD ini didirikan pada tahun 1995, dengan kontruksi
bangunannya masih sederhana dan banyak pedagang kaki lima yang
berjualan makanan di pinggir jalan dekat SD, serta banyak mobil-mobil
pabrik sepatu yang melewati sekolah tersebut. SD ini memiliki 6 kelas, 1
ruang guru, 2 kios kecil warung sekolah namun hanya menyediakan
jajanan kering gorengan saja, 1 uks yang terbengkalai dan 2 WC untuk
siswa-siswi dan guru. SD Cinta kasih memiliki 286 siswa dan gurunya
berjumlah 20 orang.

2. LINGKUNGAN FISIK
SD negeri 1 Cinta kasih didirikan pada tahun 1995,dengan kontruksi
bangunannya masih sederhana, SD ini memiliki 6 kelas, 1 ruang guru, 2
kios kecil warung sekolah namun hanya menyediakan jajanan kering

3
gorengan saja, 1 uks yang terbengkalai , 2 WC, dan memiliki 286 siswa
dan gurunya berjumlah 20. SD negeri 1 cinta kasih terletak dipinggir jalan
utama desa. Tempat pedagang kaki lima berjualan makanan di SD tampak
kotor dan makanannya terpapar langsung dengan debu jalanan. Warung
sekolah ada dua kios kecil, namun hanya menyediakan jajanan kering
gorengan saja. Tempat cuci tangan yang disediakan sekolah hanya ada 1
keran air tanpa sabun. Terdapat industri pabrik sepatu yang berjarak ± 6
km dari SD, yang menyebabkan banyaknya mobil pabrik yang berlalu-
lalang melewati SD tersebut sehingga membuat kebisingan dan polusi
udara. Kualitas udara di SD negeri 1 cinta kasih buruk, dikarenakan dekat
tempat pembuangan sampah dan terletak di kawasan padat penduduk.

3. PENDIDIKAN
Di SD cinta kasih 1 terdapat kurikulum tentang promosi kesehatan,
tetapi kurikulum ini tidak berjalan dengan baik, dikarenakan kekurangan
tenaga kerja. Di SD Cinta kasih 1 juga terdapat ekstrakurikuler yang terdiri
dari pramuka, PMR. Di SD Cinta kasih juga terdapat pembelajaran
tentang kesehatan, namun pembelajaran ini belum terstruktur dengan baik
dan belum dilaksanakan secara rutin.

4. KEAMANAN DAN TRANSPORTASI


SD Cinta kasih tidak memiliki petugas keamanan, sehingga tidak ada
yang membantu siswa menyebrang jalan ketika akan membeli jajanan.
Siswa pun merasa kesulitan ketika akan pulang dari sekolah karena tidak
ada petugas keamanan yang membantu menertibkan sisiwa ketika keluar
dari area sekolah tersebut . Di SD Cinta kasih pun tidak disediakan sarana
transportasi seperti bis sekolah untuk mengantar jemput siswa sehingga
dapat menyebabkan banyak siswa yang tidak langsung pulang ke rumah
sepulang dari sekolah, dan sebagian siswa ada yang berangkat dari rumah
namun tidak sampai ke sekolah. kebanyakan siswa menggunakan sepeda
sebagai trasportasinya, selain itu juga banyak siswa yang jalan kaki ketika
berangkat dan pulang dari sekolah. Keamanan fasilitas sekolahnya kurang

4
terjaga dengan baik seperti seperti ruang UKS yang tidak terawat, kantin
yang kurang terjaga kebersihannya dan banyak pedagang kaki lima yang
menjul jajanan yang kurang sehat seperti cilok, kue-kue, dan baso goreng
dengan saus warna merah terang, minuman yang dijualpun beraneka
warna yang mencolok.

5. POLITIK DAN PEMERINTAHAN


Pemerintah daerah mempunyai kebijakan tentang pemakaian seragam
batik pada hari rabu dan kamis. Selain itu juga sekolah memiliki tata tertib
yang harus dipatuhi oleh siswa-siswi dan memiliki guru BK untuk
menangani siswa-siswi yang bermasalah.

6. PELAYANAN UMUM DAN KESEHATAN


Tenaga kesehatan setempat rutin datang ke sekolah untuk memberikan
pelayanan kesehatan pada siswa sekali dalam setahun. Jenis pelayanan
kesehatan yang diberikan seperti imunisasi, pemberian makanan
tambahan, dan pemeriksaan gigi. Pelayanan kesehatan yang dilakukan
terhadap siswa kurang begitu banyak berdampak terhadap perilaku hidup
bersih dan sehat karena kegiatan tersebut hanya dilakukan sekali dalam
setiap tahunnya dan tidak berkelanjutan. Sehingga didapatkan data bahwa
banyak siswa selama tiga bulan terakhir dari 186 siswa, rata-rata 3
siswa/bulan pernah absen karena diare. Dan beberapa siswa setiap pulang
kerumah mengeluh sakit perut.

7. KOMUNIKASI
Hanya ada beberapa siswa yang membawa alat komunikasi berupa
handphone ke sekolah, karena kebanyakan siswa yang lain berasal dari
keluarga yang kurang mampu. Dampak adanya siswa yang membawa alat
komunikasi ke sekolah adalah timbulnya kecemburuan sosial. Alat
komunikasi tersebut (handphone) dapat mengganggu konsentrasi belajar
siswa, karena siswa terlalu asik bermain dan mengesampingkan belajar.

5
8. EKONOMI
Rata-rata penghasilan dari orang tua siswa itu cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari misalnya kebutuhan rumah tangga. Selain itu juga
ada beberapa siswa yang bekerja sambilan setelah pulang sekolah untuk
membantu kebutuhan keluarganya,ada yang menjual Koran, membantu
ayahnya di bengkel kecil dan membantu ibunya menjual makanan. Dengan
penghasilan yang cukup,maka siswa-siswi SD Cinta kasih 1 jarang sekali
memeriksakan kesehatannya apabila mereka sakit,mereka hanya membeli
obat diwarung-warung.

9. REKREASI
Di daerah sidareja terdapat lapangan sepak bola yang biasa digunakan
oleh anak-anak SD Cinta kasih untuk main bola, layang-layangan dan
banyak lagi permainan untuk mengisi waktu kosong saat hari libur. Selain
itu juga mereka mempunyai TV dirumah masing-masing sebagai sarana
rekreasi. Mereka selalu menggunakan hari liburnya untuk bermain
bersama teman-temannya.

D. ANALISIS MASALAH
N Analisis data Etiologi Problem
o

6
1. DO : Perilaku siswa- Diare
Banyak siswa SD membeli siswi yang tidak
jajanan ke pedagang kaki lima. sehat.
Siswa SD tidak pernah mencuci
tangan sebelum makan dan
sudah makan. Begitu juga
dengan kualitas air tanahnya,
sudah tercemar limbah dari
tempat pembuangan sampah,
ditandai dengan air yang keruh
dan berbau
DS : -
2. DO : Resiko gangguan
Lingkungan sekolah dekat Lingkungan saluran
dengan TPS (tempat yang tidak sehat pernafasan.
pembuangan sampah). Udara
terasa pengap dan bau sampah
yang menyengat..
DS :-

3. DO: Resiko kecelakaan


Tidak ada petugas yang Lingkungan
menyeberangkan siswa. Banyak yang tidak aman
kendaraan yang lalulalang.
DS :
Siswa juga mengeluh sulit
menyeberang jalan karena
kendaraan yang lewat banyak.

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS


1. Diare pada siswa-siswi SD Cinta kasih 1 berhubungan dengan perilaku
siswa-siswi yang tidak sehat.

7
2. Resiko gangguan saluran pernafasan pada siswa-siswi SD Cinta kasih 1
berhubungan dengan lingkungan yang tidak sehat.
3. Resiko kecelakaan pada siswa-siswi SD Cinta kasih 1 berhubungan
dengan lingkungan yang tidak aman.

F. TABEL MASALAH ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


NO MASALAH A B C D E F TOTAL
KEPERAWATAN
1 Diare 8 9 6 6 9 8 46
2 Resiko gangguan 7 7 5 5 9 8 42
saluran pernafasan
3 Resiko kecelakaan 7 8 7 7 8 7 44
Keterangan :

-Skoring = Nilai 1 –10

-Total Skoring = 60

A : Kesadaran komunitas terhadap masalah

B : Motivasi komunitas dalam menyelesaikan masalah atau mengelola


masalah dengan lebih baik

C : Kemampuan Perawat untuk mempengaruhi atau memberikan solusi


penyelesaian masalah

D : Tersedianya keahlian untuk menyelesaikan masalah

E : Keparahan atau keseriusan masalah yang dihasilkan jika tidak


diselesaikan

F : Kecepatan masalah dapat diselesaikan

G. PRIORITAS MASALAH
Berdasarkan skoring di atas, didapatkan diagnosa prioritas yaitu diare pada
siswa-siswi SD Cinta kasih 1 berhubungan dengan perilaku siswa-siswi yang
tidak sehat ditandai dengan banyak siswa SD membeli jajanan ke pedagang
kaki lima. Siswa SD tidak pernah mencuci tangan sebelum makan dan sudah

8
makan. Begitu juga dengan kualitas air tanahnya, sudah tercemar limbah dari
tempat pembuangan sampah, ditandai dengan air yang keruh dan berbau.

9
H. STRATEGI INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
Standar
Sasaran Tujuan Strategi Rencana Kegiatan Sumber Tempat Waktu Kriteria Evaluator
Evaluasi
Siswa  Tersedianya Koordinasi a. Melakukan  Perawat SD Cinta Setiap  Respon  80 % guru Perawat
siswi SD kantin sekolah dengan pihak koordinasi dengan komunitas kasih 1 hari verbal mampu komunitas
Jum’at menjelaskan
Cinta yang bersih dan sekolah pihak sekolah
pentingnya
Kasih 1 sehat. (guru, orang tentang pentingnya  Pihak perilaku
 Tersedianya air tua siswa, berperilaku bersih Puskesmas bersih dan
sehat.
bersih dan petugas dan sehat seperti
 80% siswa
mengalir, serta keamanan mencuci tangan  Kumpulan mampu
sabun untuk sekolah) dan sebelum dan materi menjelaskan
cara mencuci
mencuci tangan promosi sesudah makan. pelatihan
tangan
 Adanya tenaga kesehatan menggunakan
kerja yang kepada siswa b. Mengadakan air bersih dan
dan pedagang promosi kesehatan sabun dengan
mendukung
benar.
kurikulum kaki lima dan memberikan
 Kognitif  80%
dalam promosi yang simulasi mencuci Pedagang kaki
kesehatan berjualan di tangan lima mampu
mengetahui
lingkungan menggunaka air
jajanan sehat

10
 Siswa-siswi sekolah. bersih dan sabun untuk siswa
mampu kepada siswa-siswi dan mampu
mengetahui
memahami dan di SD 01 Cinta
pentingnya
melaksanakan Kasih. perilaku
perilaku sehat bersih dan
sehat.
yaitu dengan c. Meyediakan
 Psikomotor  80% siswa
cara mencuci fasilitas berupa mampu
tangan dengan tempat yang bersih mempraktikan
cara mencuci
sabun dan air dan layak untuk
tangan
bersih setelah dijadikan kantin menggunakan
adanya sehat disekolah. air bersih dan
penyuluhan . sabun dengan
benar.
d. Pengoptimalan
 Pedagang kaki fungsi kantin
lima berjualan sekolah yang sehat
di dalam area serta berkoordinasi
sekolah. dengan pedagang
kaki lima

11
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Diare Pada Anak Usia Sekolah. dalam www.digilib.unimus.ac.id

Diakses tanggal 28 april 2016

Ginanjar, Hikmah,dkk. 2011. Askep Komunitas Anak Sekolah. dalam

http://dokumen.tips/download/link/askep-komunitas-anak-sekolah 55a4d2eb2d140.

Diakses tanggal 28 april 2016

12

Anda mungkin juga menyukai