Anda di halaman 1dari 10

ABSTRAK

MENINGKATKAN KUALITAS SARANNA SANITASI SEKOLAH


MELALUI TABUNGAN BANK SAMPAH SISWA DI SDN BRANG PELAT
KECAMATAN UNTER IWES
*) Ambarwati Pujoningsih
**) Pelatihan Jabatan Fungsional Sanitarian Bepelkes Mataram

10 halaman
Sanitasi Tempat-Tempat Umum ( STTU ) merupakan bagian dari kesehatan
lingkungan dan merupakan maasalah kesehatan masyarakat yang dapat
menimbulkan masalah kesehatan. Salah satu Tempat-Tempat Umum adalah
Sekolah dimana penularan penyakit terjadi di sekolah kalau sanitasi di sekolah
buruk dan tidak memadai.Tujuan adalah mengetahui upaya meningkatkankualitas
sarana sanitasi sekolah melalui tabungan Bank sampah siswa di sekolah dasar
negri Brang Pelat kecamatan Unter iwes.
Jenis Penelitian adalah Penelitian deskriptip kualitatif dengan metode
observasi pada sekolah Dasar Negri Brang Pelat.Variabel penelitian adalah
masyarakat sebagai obyek penelitian dan Bang sampah sebagai organisasi yang
dibentuk sebagai wadah dalam pengelolaan Bang Sampah Siswa. Dengan
populasi seluruh sekolahyang ada dikecaamatan Unter iwes. 17 SDN dan 3 SD
IT, 5 SMPN, 1 MTs, 2 SMK, 1 MA sedangkan sample mengambil di sekolah
SDN Brang Pelat kecamatan Unter Iwes.
Hasil peneitianmembangunkemitraandengan bank sampahsiswa ,
membangunkomitmenbersamawalimuriddankomitesekolah,
membangunkepengurusan dalam pengelolaanhasiltabunganBanksampahsiswa,
membangunkaraktersiswapedulisampah.
Kesimpulan dan saran Bagi pihak sekolah di mana sebelumnya model
pengelolaan sampah hanya berorientasi pada mekanisme kumpul-angkut-buang
berubah menjadi tabungan sampah. Sampah-sampah yang ditabung ini setidaknya
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan siswaa dan sekolah, Bagi Dinas keshatan/
puskesmas dapat meciptakan lingkugan bersih sehat dengan nol sampah, Selain
keuntungan secara ekonomi, hadirnya bank sampah di sekolah juga dapat
merubah perilaku siswa dalam membuang sampah.

Kata kunci : masyarakat, siswa, bank sampah

1
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
SanitasiTempat-TempatUmum (STTU) merupakan bagian dari kesehatan
lingkungan dan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang dapat
menimbulkan masalah kesehatan masyarakat yang cukup mendesak. Menurut HL
Bloom derajat kesehatan manusia itu dipengaruhi 4 faktor yaitu keturunan,
pelayanan kesehatan, Perilaku dan lingkungan. Dari ke empat faktor tersebut
faktor perilku dan lingkungan merupakan faktor terbesar dalam mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat.
Di Indonesia sendiri masalah sanitasi terutama sanitasi lingkungan menjadi salah
satu masalah yang masih sulit untuk diatasi. Sebagai bukti dapat dilihat dari
jumlah masyarakat indonesia yang hidup dalam sanitasi yang buruk. Terdapat
72.500.000 jiwa yang hidup dalam sanitasi yang buruk, dimana penyebaran
masyarakat dengan sanitasi yang buruk ini tersebar 18,2% di perkotaan dan 40%
dipedesaan.
Berdasarkan laporan dari PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa) Indonesia menduduki
peringkat kedua sebagai negara dengan sanitasi yang buruk.Dimanaterdapat data
63 jutapendudukIndonesia tidakmemiliki toilet dan masih buang air besar
sembarang, di sungai, laut, atau di permukaan tanah (Diela 2013) Dari
laporaninimenunjukanbahwasanitasi di Indonesia masihsangatrendahsekali di
bandingkandengannegara-negaraberkembanglainnya. Dari permasalahan sanitasi
inilah maka di Indonesia banyak sekalipenyakit-penyakit yang
disebabkanolehsanitasiterutamasanitasi yang buruk
Di kabupaten Sumbawa khususnya di wilayah kerja Puskesmas kecamatan
UnterIwesterdapat 29sekolahterdiridari 17 SDN, 3 SDIT, 5 SMPN, 1 MTs, 2
SMKN, 1 MA. MenuruthasilsurvveyInspeksikesehatanlingkungan ( IKL ) yang
telah kami lakukanpada 29sekolahhmenunjukanhasilbahwa 24sekolahyang
masihdaalamkondisikurangmemenuhisyaratdan 5 sekolahyang
sudahmemilikifasilitassanitasilengkapdanmemenuhisyaratkesehatan,
sehinggasekolah yang lain masihdalampembinaan dan pemantauan secara berkala.
Salah satusekolahyang tidakmemilikisaranasanitasiyang memeuhi ssyaarat
kesehatan adalahsekolahdasarnegriBrangpelat, desaPelat , kecamataUnteriwes.
Lokasi yang jauh dari perkotaan dan berbukit ini, tidak meenjadi peerhatian
khusus pemerintah untuk membangun fasilitas sarana sanatasi, bahkan
kemampuan orangtua wali murid untuk membayaruang komite Rp 10.000 (
ssepuluh ribu rupih ) selama 1 tahun ajaran. Dengankondisiekonomi orang tua
yang sebagianbesarpetanidanburuhserabutansehinggasangatsulitmenjadikandana
komite sebagai dayaungkitdalam meningkatkan kualitas
saranasanitasipadasekolahtersebut.

2
Jumlahsiswalaki-lakidan perempuan 89 orng, guru pengajar 7 orang belum
mampu membantu mengubah kondisi sekolah keluar dari permasalahan
sanitasinya, sehingga permasalahan inilah yang menjadi dasar bagi penulis
sebagai referensi penelitian mengatasi permasalahan sanitasi yang ada disekolah
Dasar negri brang PelatkecamatanUnteriwes. Karena
Sekolahselainsebagaitempatpembelajaranjugadapatmenjaditempatpenularanberba
gaipenyakitjikatidakdikeloladenganbaik.lebihdariituusiasekolahbagianakjugameru
pakanmasarawananakterserangberbagaipenyakit
BagaimanaUpaya meningkatan kualitas sarana sanitasi sekolah melalui tabungan
bank sampah siswa di sekolah dasar negri Brang Pelat kcamatan Untr
iwesSedangkan Tujuan penellitianuntuk mengetahui upaya meningkatkan
kualitas sarana sanitasi sekolah melalui tabungann bank sampah siswa di
sekolah dasar neegri braang Pelat.kecamatan Unter Iwes.
Ruang lingkup penelitian adalah upaya meningkatkan kualitas sarana sanitasai
sekolah melalui tabungan Bank sampah siswa di sekolah dasar negri Brang pelat
kecamatan unter iwes. Adapun lingkup sasaran adalah masyarakat sekolah yaitu
Guru, siswa, petugas tata usaha, penjaga sekolah, petugas kebersihan sekolah,
petugas kantin sekolah dan orang tua wali murit.

PENGERTIAN
Sanitasi sekolah
Salah satu tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara indonesia yang
ditandai dengan prilaku dalam lingkungan sehat serta memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata1 .Data
global pada 2010 mengungkapkan bahwa 63 juta penduduk Indonesia tidak
memiliki toilet dan masih buang air besar (BAB) sembarangan di sungai, laut atau
di daratan. Demikian pula toilet sekolah di Indonesia, kondisinya masih banyak
yang memprihatinkan, dan data program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
Berbasis Masyarakat ini memiliki peran penting dalam dunia pendidikan
kesehatan, karena mendidik siswanya mengenai pendidikan sanitasi melalui
sarana sanitasi di sekolah.
Melalui PAMSIMAS, mencoba untuk merubah pemahaman tentang penggunaan
sarana sanitasi, melalui PAMSIMAS juga mencoba memberi pendidikan dan

3
pelatihan bagi siswa menerapkan perilaku sanitasi.
Berdasarkan data SIM PAMSIMAS, pemanfaat sanitasi di sekolah pada 2010 ada
749 jiwa dan 2011 ada 1.488 jiwa . Disektor kesehatan sendiri upaya kesehatan
akan lebih mengutamakan upaya-upaya preventif dan promotif yang proaktif,
tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Dasar pandangan baru dalam
pembangunan kesehatan ini disebut “Paradigma Sehat”.
Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal. Derajat kesehatan merupakan salah satu faktor yang
sangat berpengaruh pada kualitas sumberdaya manusia .
Kejadian diare di dunia setiap tahun 1,5 juta anak balita meninggal akibat
penyakit diare, hal ini menyebabkan diare sebagai penyebab kematian terbesar
kedua pada anak balita di negara berkembang, terutama disebabkan oleh hygiene
dan sanitasi yang buruk. Di Asia Selatan, sekitar 300.000 anak balita meninggal
setiap tahunnya karena penyakit diare .
Dari data 10 besar penyakit yang terdapat di Puskesmas Unteriwes terdapat 120
kasus penyakit diare di tahun 2015,hal ini menunjukkan penyakit diare yang
berada di puskesmas yang berada di kecamatan Unteriwes, hal ini disebabkan
karena sanitasi di daerah tersebut dapat dikatakan kurang baik .
Sanitasi lingkungan sekolah lebih menekankan pada upaya pengawasan
pengendalian pada faktor lingkungan fisik manusia seperti keberadaan sekolah,
penyediaan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan, tempat pembuangan
kotoran dan limbah atau air buangan dan kondisi halaman6 .
Menurut Asosiasi Toilet Indonesia (ATI) masih sering dijumpai kondisi toilet
sekolah yang gelap dan bau di tempat anak-anak Indonesia menimba ilmu. Saat
ini baru 55 persen masyarakat Indonesia yang dapat menikmati akses sanitasi
sehat dan toilet higienis. Hal ini artinya masih banyak masyarakat Indonesia yang
tidak mempunyai akses sanitasi sehat dan toilet higienis.
Padahal, toilet yang tidak higienis merupakan sumber kontaminasi berbahaya
untuk sejumlah kuman penyebab penyakit seperti diare, typus, dan muntaber7.
Survey data sanitasi dari 28 sampel sekolah ternyata masih banyak kekurangan

4
dari fasilitas sanitasi, dan diperoleh kesan bahwa kesehatan lingkungan sekolah
tidak terjaga dengan baik, karena berdasarkan hasil observasi masih ada beberapa
sekolah yang belum memenuhi syarat- syarat kesehatan lingkungan sekolah atau
sanitasi sekolah. Pekarangan sekolah sering kelihatan kotor, terutama pada jam
istirahat karena siswa sering membuang sampah disembarang tempat, hal ini
disebabkan karena masih kurangnya sarana pembuangan sampah dan juga
dipengaruhi oleh perilaku siswa yang kurang baik dalam memanfaatkan fasilitas
sanitasi yang ada di sekolah, hal demikian tentu saja mengganggu kesehatan
masyarakat sekolah serta dapat merusak kenyamanan mata memandang.
Bank Sampah Sekolah
Pengelolaan Sampah di Sekolah
Pengelolaan sampah di banyak sekolah masih menggunakan model pengelolaan
sampah yang sangat umum, yaitu model kumpul-angkut-buang dengan jenis
sampah anorganik seperti kertas dan plastik yang masih sangat mendominasi.
Sampah-sampah kertas kebanyakan dihasilkan dari proses belajar mengajar
seperti sisa kerta buku yang sobek dan tidak terpakai lagi. Sedangkan sampah
plastik banyak dihasilkan dari proses jajan (baca; belanja) di kantin sekolah dan
jajan dari pedagang kaki lima di luar sekolah. Setiap harinya sampah-sampah
tersebut berserakan di halam sekolah. Sangat sedikit sekali siswa/i yang peduli
untuk membuang sampah mereka di tong-tong sampah.
Sampah-sampah yang berserakan di halaman sekolah tersebut baru dapat
dikumpulkan di tempat pembuangan sampah sementara (TPS) sekolah setelah
disapu oleh petugas kebersihan sepulangnya anak-anak sekolah. Sedangkan
sampah di kelas dikumpulkan setelah disapu oleh petugas piket kebersihan kelas
yang bergantian setiap harinya. Jika dikumpulakn secara akumulatif setiap harinya
sampah di setiap sekolah dapat terkumpul lebih kurang sebanyak 8 sampai 10
tong sampah (dengan ukuran tong 100 liter air atau 520 x 520 x 610 mm).
Sedangkan sampah organik sangat minim sekali, hanya dari sisa produksi kantin
dan setiap harinya hanya terkumpul sekitar lebih kurang satu tong sampah dengan
ukuran yang sama.
Begitupun, pada dasarnya sampah-sampah tersebut tidak terpilah secara

5
maksimal. Baik antar sampah anorganik (kertas dan plastik) ataupun antara
sampah anorganik dan sampah organik. Hal ini disebabkan oleh minimnya
pengetahuan siswa terkait jenis-jenis sampah dan manfaat dari usaha memilah
sampah. Dampaknya adalah sampah yang diproduksi oleh siswa dan siswi sekolah
harus berakhir pada TPS Sekolah sebelum diangkut Dinas Kebersihan Kota
Medan ke TPA Terjun.

Manfaat
Namun jika bank sampah didirikan di sekolah-sekolah di Kota Medan, maka
model pengelolaan sampah di sekolah secara perlahan akan berubah. Di mana
sebelumnya model pengelolaan sampah hanya berorientasi pada mekanisme
kumpul-angkut-buang berubah menjadi tabungan sampah. Sampah-sampah yang
ditabung ini setidaknya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan siswa atau kelas.
Siswa dapat menambung sampah-sampah anorganik yang m
`Mereka bawa dari rumah atau yang mereka hasilkan di sekolah. Manfaatnya,
tabungan sampah tersebut dapat menambah uang saku atau uang jajan bagi siswa.
Selain siswa, setiap kelas yang ada pada sekolah juga dapat membuka tabungan
sampah melalui ketua kelas, seketaris dan bendahara. Mereka kemudian bertugas
untuk mengumpulkan sampah agar dapat ditabung ke bank sampah yang ada di
sekolah dan hasilnya bisa dijadikan uang kas untuk kelas.
Selain keuntungan secara ekonomi, hadirnya bank sampah di sekolah juga dapat
merubah perilaku siswa dalam membuang sampah. Intensitas membuang sampah
sembarangan juga diyakini akan berkurang kerena para siswa akan lebih memilih
membuang sampah di tong sampah yang ada pada kelas mereka.
Lebih lanjut, sampah-sampah yang ditabung di bank sampah sekolah kemudian
dijual oleh pengurus bank sampah ke pihak pengepul atau ke bank sampah
terdekat. Sehingga hasil penjualan tersebut dapat disalurkan untuk tabungan
anggota dan sisanya untuk kas bank sampah sendiri. Selain dijual, sampah-
sampah anorganik juga bisa didaur ulang untuk dijadikan barang kreasi yang
bermanfaat seperti; hiasan bunga plastik, pot bunga atau botol hias, gantungan
kunci, kipas, alas gelas minuman, dompet dan lain sebagainya. Barang kreasi ini

6
kemudian dapat juga dijual dengan harga yang sesuai sehingga bisa menambah
keuntungan bagi pengurus bank sampah Mendirikan

Bank sampah sekolah


Untuk dapat mendirikan bank sampah di sekolah, pihak sekolah –baik OSIS yang
diwakili oleh siswa atau Guru Bina Lingkungan yang ada di sekolah –dapat
menghubungi Badan Lingkungan Hidup yang ada di masing-masing
kabupaten/kota atau dapat juga menghubungi pengurus bank sampah terdekat
untuk dapat melakukan sosialisasi, pelatihan pengelolaan sampah organik dan
anorganik, serta memberikan pelatihan pembentukan manajemen bank sampah di
sekolah.
Ketiga tahapan ini dianggap penting untuk dilakukan.
Pertama,
tahapan sosialisasi dilaksanakan untuk menjelaskan kepada siswa tentang
pentingnya perilaku hidup sehat dan bersih khususnya dengan menjaga kebersihan
lingkungan dari sampah-sampah sisa buangan manusia. Selain itu, sosialisasi ini
juga akan menjelaskan tentang jenis-jenis sampah yang dapat didaur ulang
menjadi barang berguna dan jenis-jenis sampah yang dapat dijual ke pengusaha
barang bekas serta jenis-jenis sampah harus dibuang karena tidak dapat didaur
ulang kembali.

Kedua,
Pelatihan Pengelolaan Sampah Organik dan Anorganik. Setelah melewati tahapan
pertama melalui sosialisasi, pada tahap berikutnya siswa akan mendapatkan
pelatihan pengelolaan sampah. Pelatihan pengelolaan sampah ini akan dibedakan
berdasarkan jenis sampahnya. Pelatihan pengelolaan sampah organik akan
melibatkan siswa untuk dapat mengelola sampah organik menjadi pupuk yang
siap digunakan sebagai media tanam. Sedangkan untuk pengelolaan sampah
anorganik akan melibatkan siswa untuk ikut serta dalam membuat aksesoris dan
kerajinan tangan lainnya yang berbahan baku sampah anorganik

7
Ketiga,
Pelatihan dan Pembentukan Manajemen Bank Sampah di Sekolah. Pada tahapan
terakhir dari proses ini adalah melakukan pelatihan terkait manajemen bank
sampah. Mulai dari penjelasan susunan kepengurusan dalam bank sampah, tugas
dan fungsi masing-masing pengurus. Selain itu, pada tahapan terakhir ini
diharapkan siswa dapat membentuk bank sampah di sekolah mereka masing-
masing.

METODE
Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu
utuk menggetahui gambaran upaya meningkatkan kualitas sarana sanitassi melalui
Bank sampah siswa di SDN Brang pelat kecamatan Unter iwes dengan
pengambilan data dan pengamatan secara langsung pada lokasi penelitian, yang.
dilakukan untuk mendeskripsikan tentang upaya meningkatkan kualitas sarana
sanitasi melalui Bank sampah siswa di SDN Brang Pelat Kecamatan Unter Iwes.
Populasi penelitian semua sekolah yang ada di kecamatan Unter Iwes sedangkan
Sampel penelitian adalah SDN Brang Pelat Kecamatan Unter Iwes.
Variabel penelitian adalah masyarakat sebagai obyek penelitian dan Bang sampah
sebagai organisasi yang dibentuk sebagai wadah dalam pengelolaan Bang
Sampah Siswa.
HASIL
Upaya membangun kemitraan dengan bank sampah siswa yitu : langkah-
langkah dalam rangka membangun , upaya membangun komitmen bersama wali
murid dan komite sekolah dalam pengelolaan sampah dirumah tangga maupun di
lingkungan tempat tinggal, upaya dalam rangka membangun kepengurusan dan
pengelolaan hasil tabungan bank sampah siswadala rangka meningkattkan kualitas
sarana sanitasi,Upaya dalam rangka membangun karakter siswa peduli sampah
melui sosialisasi atau penyulihan tentanngg sampah dan manfaatnya.
PEMBAHASAN
Membuat dokumen kerjasaa antara msyarakat sekolah dengan Bang sampah
untuk mengambil dan mengangkut sampah siswa ke tempat rumah Bank

8
Sampah, Meembuat dokumen komitmen kesepakatan antra orang tua murit dan
pihak sekolah untuk mendukung dalam pengelolaan sampah dilingkungan rumah
tempat tinggalnya untuk dibaawa ke Bank sampah yg dikelola oleh sekolah,
Terbentuk kepegurusan organisasi bang sampah ebagai wadah yag ada disekolah
yang bertanggung jawab mengelolah sampah siswa di sekolah, Mensosialisasikan
kepada siswa utuk memahami apa itu sampah dan manfaatnya
ssdapatmendatangkann niaiekonomi.

KESIMPULAN DAN SARAN

9
1. Dasar Hukum Pengadaan sarana sanitasi sekolah

Metode Penelitian adalah Deskriftif kualitatip, dengan ppulasi adalah


seluruh sekolah yang ada di kecamatan Unteriwes sebanyak 28 sekolah sapel
adalah diambil 1 seolah yaitu seolah dasar negri branng pelat.
Hasil yaitu tidak memiliki fasilitas sanitasi yang memadai seperti tidak
tersedia bak sampah sementara dimasing-masing ruang kelas dan dihalaman
sekolah tempat cuci tangan dalam kondisi rusak/ tidak berfungsi, jumlah
kamar mandi3 unit dalam konisi tidak layak / rusak sehingga tidak bisa
dimanfaatkan jumlah yang tidak sesuai dengan jumlah murid, kantin tidak
memenuhi syarat, tidak memiliki tempat ibadah, jika hujan halaman becek
karena idak tersedia sarana pembuangan air limbah., ruang belajar tidak
tertata dengan rapi, kotor dan berdebu. Jumlah kmar mndi 3 uit dalam
kondiri tidak layak/rusak,

10

Anda mungkin juga menyukai