Anda di halaman 1dari 6

Kesling

1. Kegiatan Penerapan PHBS di Wilayah Kerja Puskesmas Pematang Kandis

Wilayah Desa Mudo

Kemajuan SDM (Sumber Daya Manusia) di bidang pendidikan tidak bisa terlepas dari
beberapa faktor pendukung. Salah satu faktor pendukung kemajuan SDM di bidang
pendidikan ialah kesehatan individual pelajar. Mewujudkan kesehatan pelajar yaitu dengan
cara menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat atau PHBS di sekolah. Bila para pelajar
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di lingkungan kampusnya, upaya dalam
meningkatkan derajat kesehatan di sekolah akan terwujud.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya-upaya dalam menciptakan suatu
kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam sikap dan perilaku agar
dapat menerapkan hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara, dan meningkatkan
derajat kesehatan.
Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di sekolah yaitu :
1. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun
2. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah
3. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat
4. Olahraga yang teratur dan terukur
5. Memberantas jentik nyamuk
6. Tidak merokok di sekolah
7. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan
8. Membuang sampah pada tempatnya

Permasalahan:
Rendahnya tingkat kesadaran murid untuk kesehatan diri sendiri dan kesehatan lingkungan
sehingga sulitnya mengubah faktor kebiasaan dan pola fikir masyarakat menuju hidup bersih
dan sehat.

Perencanaan & Pelaksanaan


- Melakukan perencanaan dan jadwal kunjungan ke sekolah-sekolah atau sarana umum di
wilayah kerja Puskesmas Pematang Kandis
- Pelaksanaan pemeriksaan PHBS dilingkungan sekolah dan tempat-tempat umum
merupakan kegiatan rutin yang diadakan dikawasan kerja Puskesmas Pematang Kandis

Monitoring Evaluasi
Kegiatan ini sudah dilakukan secara rutin dan juga kegiatan ini harus dilakukan terus, tak
hanya melakukan pemeriksaan ke lingkungan sekolah atau tempat-tempat umum saja,
namun juga dilakukan pemeriksaan pada saat kegiatan lain seperti Posyandu berlangsung,
serta dilakukan evaluasi perbulan bagaimana perkembangan melalui kebiasaan masyarakat
sekitar.

2.
Program Puskesmas Keliling di Lanling Lintas, Pematang Kandis

Posyandu Dahlia, Langling Lintas


Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu tempat
yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah
dan/atau masyarakat
Pusat kesehatan masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif,
untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Puskesmas memiliki program UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat) dan UKP (Upaya
Kesehatan Perseorangan). UKM adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan
sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat. Salah satu UKM yang ada di Puskesmas adalah
Puskesmas keliling.
Puskesmas keliling adalah kegiatan puskesmas yang bertujuan untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan terutama yang berhubungan dengan promotif dan preventif.
Puskesmas Keliling merupakan jaringan pelayanan Puskesmas yang sifatnya bergerak
(mobile), untuk meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan bagi masyarakat di wilayah
kerja Puskesmas yang belum terjangkau oleh pelayanan dalam gedung Puskesmas. Oleh
karenanya, masyarakat dihimbau untuk memanfaatkan program layanan ini dengan sebaik-
baiknya untuk meningkatkan derajat kesehatan.

Gambaran Kegiatan
Dalam pelaksanaannya, petugas yang bertugas dari Puskesmas Pematang Kandis. Pada
kegiatan ini, dilakukan pemeriksaan tekanan darah dan laboratorium (gula darah puasa atau
sewaktu, kolestrol, dan asam urat). Kegiatan dimulai pukul 09.00. Alur kegiatan Pusling
secara berurutan meliputi pengisian absensi dari peserta Pusling, pemeriksaan tekanan
darah dan pemeriksaan laboratorium, anamnesis seputar keluhan pasien, dan pengambilan
obat. Kegiatan selesai pukul 12.00 dan tanpa adanya kendala. Jumlah masyarakat yang
datang sebanyak 29 orang dengan keluhan terbanyak medical checkup diikuti dengan
tekanan darah tinggi dan kontrol gula darah. Obat yang disediakan oleh Puskesmas
Pematang Kandis mencukupi kebutuhan peserta Pusling.

3.
Evaluasi Pembuangan Sampah yang Baik di Wilayah Kerja Puskesmas Pematang Kandis

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, dari hal itu maka masih banyak
masyarakat yang tidak peduli tentang bagaimana cara pembuangan sampah dan bagaimana
cara memilah sampah yang baik. Ada beberapa jenis sampah yang masih bisa di daur ulang.
Tetapi penggunaan plastik di Indonesia masih bisa dikatakan cukup tinggi dibandingkan
penggunaan kemasan yang bisa hancur dengan sendirinya. Dari berbagai jenis produk sudah
ada yang menggunakan packaging menggunakan bahan yang mudah menyatu dengan
tanah. Hal ini masih banyak dibincangkan masalah mengunakan sampah plastik, dll.

Permasalahan
Di daerah kerja puskesmas masih ada beberapa warga yang tidak mengolah sampah yang
masih bisa digunakan. Hal ini berkaitan dengan penipisan ozon bumi karena banyak
menggunakan sampah plastik. Masih ada beberapa yang membuang sampah di sungai atau
di dekat perumahan warga dan sampah nya juga semakin menumpuk.

Intervensi:
Pada hal ini kami memberikan edukasi bagaimana mengedukasi penggunaan sampah
organik dan nonorganik, serta membuang sampah di tempat yang seharusnya. Tidak boleh
membuang sampah di sungai karena sungai masih digunakan masyarakat untuk mencuci,
mandi, dll pada daerah kerja puskesmas. Selalu memberikan edukasi dan penyuluhan
masalah penggunaan sampah dan bagaimana seharusnya sampah diberlakukan seperti
melakukan pembakaran sampah setiap seminggu sekali dan bergotong-royong.

Monitoring & Evaluasi:


Evaluasi ini penting dilakukan perbulan untuk menanyakan bagaimana perkembangan di
wilayah kerja Puskesmas Pematang Kandis ini. Selain itu juga mengajarkan bagaimana cara
memilih dan memilah sampah yang masih bisa digunakan serta di jual untuk kebutuhan
ekonomi serta bagaimana pembuangan dan pengolahan akhir dari sampah-sampah
tersebut.

4. Pemeriksaan Rumah Sehat Tn. A, 45 tahun

Tn.. Adi berumur 45 tahun, status perkawinan duda, dan bekerja sebagai buruh pembuat
batu bata. Tn. Adi tinggal dengan anaknya berusia 35 tahun, menantunya 34 tahun dan 2
orang cucu usia 12 tahun dan 7 tahun.

Kesehatan merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan


masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor utama, yaitu faktor
lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Faktor yang terbesar dan sangat
mempengaruhi kesehatan adalah faktor lingkungan. Upaya kesehatan lingkungan sebagai
bentuk kegiatan preventif ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik
fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap individu atau masyarakat
dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan). Perbaikan sanitasi lingkungan dapat dilakukan dengan cara
menerapkan sanitasi pada lingkungan sekitar tempat tinggal. Rumah merupakan tempat
dimana sebagian besar waktu manusia dihabiskan di sana. Di dalam rumah dimungkinkan
dapat terjadi masalah-masalah kesehatan, antara lain pencemaran lingkungan, penularan
penyakit, dan gangguan kesehatan lainnya. Maka dari itu, sanitasi rumah perlu dilakukan
untuk menjaga kesehatan penghuni rumah, serta orang yang datang atau berkunjung ke
rumah tersebut. Kondisi sanitasi rumah dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain faktor
sosial, faktor ekonomi, faktor pendidikan, faktor pengetahuan, serta faktor sikap dan
perilaku anggota keluarga. Faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap kondisi
rumah dan menentukan apakah rumah tersebut memenuhi syarat kesehatan atau tidak
memenuhi syarat kesehatan.

Masih banyak rumah-rumah yang belum memenuhi kriteria rumah sehat sehingga
dibutuhkan informasi berupa pengertian dan kriteria rumah sehat kepada masyarakat.
Selain itu, diperlukan juga pemantauan keadaan rumah.
Hasil dari pemantauan rumah Tn. Adi sebagai berikut: Tn. Adi berumur 45 tahun, status
perkawinan duda, dan bekerja sebagai buruh pembuat batu bata. Tn Adi tinggal bersama
Anak, Menantu dan 2 orang cucu. Anak Tn. Adi bekerja sebagai buruh pembuat batu bata.
Tn. Adi dan keluarga tinggal di rumah milik sendiri, yaitu rumah semi permanen satu lantai,
luas 10x5 meter2 , terdiri dari 1 kamar, ruang tamu, dapur, dan kamar mandi. Lantai rumah
semen, dinding rumah sebagian semen dan sebagian lagi triplek. Penerangan di dalam
rumah ada, jendela rumah ada namun minimal, ventilasi ada, listrik ada, sumber air dari
mata air, air minum dimasak. Kamar mandi di dalam rumah, jamban di dalam kamar mandi,
limbah dibuang ke septic tank. Rumah tidak memiliki halaman, jarak antar rumah
berdekatan, dan pencahayaan matahari yang masuk ke rumah minimal. Setelah dilakukan
pemantauan pada rumah Tn. Adi didapatkan: sirkulasi udara yang lancar, penerangan sinar
matahari ke rumah kurang memadai, air yang bersih, pembuangan limbah yang terkontrol.

Permasalahan:
Masih banyak rumah yang belum memenuhi kriteria sehat sehingga dapat menimbulkan
berbagai macam gangguan kesehatan dan penyakit seperti Diare, TBC, ISPA, penyakit kulit,
dan lain-lain.

Intervensi:
Dihimbau kepada TIM penanggung jawab untuk rutin secara berkala melakukan kunjungan
rumah untuk memantau apakah rumah yang dikunjungi sudah/belum termasuk dalam
kriteria rumah sehat dan selalu mengingat tentang kebersihan. Melakukan sosialisasi dan
promosi kepada masyarakat dan pejabat setembat agar mendukung program pembinaan
rumah sehat demi tercapainya masyarakat yang sehat.

Monitoring Evaluasi:
Membuat jadwal kunjungan ulang untuk menilai dan mengevaluasi hasil intervensi hari ini
serta menilai permasalahan yang terjadi sebelumnya berkurang

5. Edukasi Enam Langkah Cuci Tangan untuk Meningkatkan PBHS

Posyandu Akhlak Mulia di BTN LP

Mencuci tangan merupakan langkah yang cukup penting untuk mencegah penyebaran
penyakit. Tangan merupakan salah satu jalur penularan berbagai penyakit menular seperti
penyakit gangguan usus dan pencernaan (diare, muntah) dan berbagai penyakit lainnya yang
dapat berpotensi membawa kepada arah kematian. Tangan merupakan salah satu media
penghantar utama masuknya kuman penyakit ke tubuh manusia. Kontak dengan kuman
dapat terjadi di mana saja, melalui meja, gagang pintu, sendok, dan sebagainya. Penelitian
bahkan menyebutkan bahwa keyboard komputer di perkantoran dan gagang telepon
mengandung lebih banyak kuman dari pada di toilet. Fakta saat ini menunjukan masih
rendahnya kebiasaan cuci tangan pakai sabun pada saat penting dalam masyarakat yaitu
sebelum makan 14,3%, sesudah buang air besar 11,7%, setelah menceboki bayi 8,9%,
sebelum menyuapi anak 7,4% dan sebelum menyiapkan makanan hanya 6%. Hal ini
membuktikan masih belum adanya kesadaran mencuci tangan guna mencegah penyebaran
penyakit.Berdasarkan penelitian Rabie dan Curtis (2005) Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
dapat menurunkan CTPS menurunkan insiden diare, menurunkan transmisi ISPA 30%
selain itu menurut UNICEF: CTPS menurunkan 50% insiden Avian. Bersadarkan hal tersebut
maka pentingnya perilaku mencuci tangan pakai sabun dengan baik dan benar. Kaum lansia
merupakan usia yang rentan, termasuk dalam hal penularan beragam penyakit infeksi. Daya
imunitas yang semakin berkurang, aktivitas yang tak lagi banyak, dan banyak hal lainnya
membuat kebugaran fisik mereka menurun dan mudah terjangkit beragam penyakit infeksi.
Penyakit infeksi paling banyak ditularkan melalui tangan yang tidak higienis. Peningkatan
kesadaran mengenai metode cuci tangan dan kebiasaannya diharapkan menjadi langkah
sederhana namun bermanfaat yang dapat menambah kesadaran akan hygiene diri dan
akhirnya meningkatkan derajat kesehatan kaum lanjut usia.

Permasalahan:
Banyak orang-orang, terutama lansia yang tidak memahami bahwa mencuci tangan yang
tepat untuk mencegah penularan penyakit adalah dengan menggunakan sabun, dan masih
banyak pula orang yang belum memahami 6 langkah cuci tangan yang tepat sesuai dengan
anjuran WHO F1(World Health Organisation). Selain itu, kesadaran masyarakat untuk
menjadikan cuci tangan sebagai bagian dari kebiasaan dan gaya hidup masih harus
ditingkatkan. Untuk itulah perlu adanya pemberian edukasi bagi masyarakat untuk
memahami 6 langkah cuci tangan yang tepat, serta membiasakan diri untuk melakukannya
dalam hidup sehari-hari.

Intervensi:
Pemberian edukasi dilakukan secara terencana dan merupakan bagian dari program
Posyandu yang diadakan secara rutin dikawasan kerja Puskesmas Pematang Kandis. Metode
yang digunakan adalah penyuluhan aktif, di mana tenaga kesehatan memberikan edukasi
pada warga sekitar yang datang berobat maupun kunjungan vaksinasi dan pemeriksaan rutin
ke puskesmas.
Targetnya adalah kaum dewasa dan lansia yang tinggal di Wilayah kerja PuskesmasPematang
Kandis. Para warga diajak untuk mengikuti prosedur 6 langkah cuci tangan yang dicontohkan
sesuai program yang ada. Sebelum edukasi dilaksanakan, dilakukan pendataan pasien,
pengukuran tekanan darah, berat dan tinggi badan. Setelah edukasi dilaksanakan sesi tanya
jawab dan ramah-tama

Monitoring & Evaluasi:


Proses edukasi berjalan lancar dan diikuti oleh pasien dengan sangat antusias. Terbukti
dengan saat diminta mengulang gerakan yang telah dicontohkan, mereka dapat melakukan
dengan baik, serta memahami hal-hal apa saja yang diperlukan untuk membuat kegiatan
mencuci tangan dilakukan secara optimal. Selain itu, mereka dapat saling melengkapi dan
memberi contoh pada momen-momen apa saja mereka harus mencuci tangan dan dapat
diaplikasikan dalam hidup sehari-hari.

6. Verifikasi ODF (Open Defecation Free) di Wilayah Kerja Puskesmas Pematang Kandis
Sweeping Desa Mudo
- Sweeping Talang Kawo

Menurut World Health Organization (WHO) yang dikutip oleh Kementerian Kesehatan pada
tahun 2013, menginformasikan bahwa kematian yang disebabkan oleh water borne disease
mencapai 3.400.000 jiwa/tahun. UNICEF (United Nations Interational Childrens Emergency
Fund) menyatakan bahwa sanitasi dan perilaku kebersihan yang buruk, serta minum air yang
tidak aman berkontribusi terhadap 88% kematian anak akibat diare di seluruh dunia. Dari
semua kematian yang berakar pada buruknya kualitas air dan sanitasi, diare merupakan
penyebab kematian terbesar yaitu 1.400.000 jiwa/tahun. Menurut data UNICEF, 44,5 % total
seluruh penduduk Indonesia belum memiliki akses pembuangan tinja yang layak dan 63 juta
masyarakat Indonesia masih buang air besar di sungai atau 24% dari total penduduk
Indonesia pada tahun 2011 masih melakukan BAB (buang air besar) di sungai.

Buang air besar sembarangan dapat mengakibatkan kontaminasi pada air, tanah, udara,
makanan, dan perkembangbiakan lalat. Sesuai dengan model ekologi, ketika lingkungan
buruk akan menyebabkan penyakit. Penyakit yang dapat terjadi akibat kontaminasi tersebut
antara lain tifoid, paratiroid, disentri, diare, kolera, penyakit cacing, hepatitis viral, dan
beberapa penyakit infeksi gastrointestinal lain, serta infeksi parasit lain. Upaya untuk
memutus terjadinya penularan penyakit dapat dilaksanakan dengan memperbaiki sanitasi
lingkungan. Tersedianya jamban merupakan usaha untuk memperbaiki sanitasi dasar dan
dapat memutus rantai penularan penyakit. Jamban merupakan tempat yang aman dan
nyaman untuk digunakan sebagai tempat buang air besar. Jamban sehat adalah fasilitas
pembuangan tinja yang mencegah kontaminasi ke badan air, kontak antara manusia dan
tinja, bau yang tidak sedap, membuat tinja tidak dapat dihinggapi serangga, serta binatang
lainnya, dan konstruksi dudukannya dibuat dengan baik, aman, dan mudah dibersihkan.

Kegiatan dilakukan dengan verifikasi dan pelacakan adanya perilaku buang air besar
sembarangan saat pelaksanaan Sweeping yang merupakan wilayah kerja Puskesmas
Pematang Kandis. Ditambah dengan pemberian edukasi dengan metode penyuluhan aktif, di
mana tenaga kesehatan memberikan edukasi pada warga sekitar. Kegiatan juga dilakukan
didalam gedung Puskesmas dengan melakukan tanya jawab pada pasien datang berobat
maupun kunjungan vaksinasi dan pemeriksaan rutin ke Puskesmas Pematang Kandis dari
hari Senin-Sabtu.

Monitoring Evaluasi:
Semua masyarakat yang berada di wilayah kerja Puskesmas Pematang Kandis sudah tidak
ada yang berperilaku buang air besar sembarangan tempat tetapi sudah buang air besar di
tempat yang terpusat/jamban sehat pada kurun waktu tertentu. Minimal terdapat 1 (satu)
desa terverifikasi sebagai desa ODF.

Anda mungkin juga menyukai