Anda di halaman 1dari 15

1.

Jenis Kegiatan :  F2 - Upaya Kesehatan Lingkungan

Dokter Pendamping :  dr. Melianto Rompon

Judul Lap. Kegiatan :  Rumah sehat

PESERTA HADIR : Peserta PIDI, Masyarakat, Lain – lain

LATAR BELAKANG :

Pembangunan kesehatan di Indonesia pada hakekatnya menyelenggarakan upaya kesehatan agar


mempunyai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk untuk mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Pembangunan
kesehatan masyarakat tidak dapat dipisahkan dengan kesehatan lingkungan itu sendiri. Salah satu
upaya dalam meningkatkan derajat kesehatan yang dinamis serta membangkitkan dan memupuk
swadaya masyarakat dalam upaya penyehatan lingkungan. Salah satu langkah meningkatkan
kesehatan lingkungan adalah dengan membangun sarana yang diperlukan dan peningkatan
pemanfaatan serta pemeliharaan sarana yang ada. Pembangunan kesehatan lingkungan pada
hakekatnya dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, antara lain :

1. Penyehatan air

2. Pembuangan kotoran

3. Penyehatan makanan minuman

4. Penyehatan tempat – tempat umum

5. Penyehatan pembuangan sampah

Berdasarkan gambaran tersebut terlihat bahwa penyehatan lingkungan sangat penting


dalam rangka menciptakan kesadaran masyarakat agar senantiasa dapat melaksanakan cara hidup
yang sehat bagi dirinya dan masyarakat. Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok sehari-
hari serta sebagai tempat berlindung dari panas dan hujan. Rumah sehat adalah rumah yang dapat
memenuhi kebutuhan rohani dan jasmani secara layak sebagai suatu tempat tinggal atau
perlindungan dari pengaruh alam luar. Lingkungan rumah yang tidak diperhatikan dapat
menimbulkan beberapa risiko penyakit, memudahkan terjadinya penularan, dan penyebaran
penyakit, seperti diare, cacingan, ISPA, TBC, demam berdarah, malaria, demam typhoid,
leptospirosis, dan penyakit lainnya. Agar penghuni rumah terhindar dari risiko penyakit-penyakit
tersebut, maka diperlukan kondisi kualitas lingkungan rumah yang sehat. Kondisi sehat dapat
dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi perilaku sehat dan menciptakan
lingkungan sehat di rumah tangga. Oleh karena itu kesehatan perlu dijaga, dipelihara dan
ditingkatkan oleh setiap anggota rumah. Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) adalah upaya
untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan,
keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi
dan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku, sehingga membantu
masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri maupun dalam tatanan rumah tangga
dengan menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara, dan
meningkatkan kesehatan. Lingkungan hidup yang sehat sangat penting untuk mempunyai
generasi yang sehat dan bangsa yang kuat. Generasi sehat dan bangsa yang kuat. Generasi yang
sehat hanya tercapai apabila pertumbuhannya dipelihara, berdasarkan syarat-syarat kesehatan.

PERMASALAHAN :

Gambaran umum dari hasil kegiatan inspeksi rumah tinggal tersebut yaitu terletak di daerah
pesawahan. Rumah tersebut kira-kira luasnya 5 meter x 4 meter, yang terdiri dari 3 orang
penghuni rumah. Rumah tersebut mempunyai kamar tidur sebanyak 1 ruangan, dapur, kamar
mandi dan sumber air (sumur). Kegiatan mandi, mencuci baju, mencuci piring, buang air kecil
dilakukan dikamar mandi milik pribadi. Buang air besar dilakukan diruangan terbuka yaitu di
tengah-tengah sawah yang tidak ada penutupnya. Air untuk kebutuhan minum dan memasak
diperoleh dari air sumur. Berdasarkan kriteria fisiologis, tempat tinggal tersebut tidak memiliki
pencahayaan, penghawaan, dan ruang gerak yang cukup antar anggota keluarga. Berdasarkan
kriteria psikologis, keadaan rumah tidak cukup privacy, komunikasi yang sehat antar anggota
keluarga dan penghuni rumah kurang terasa nyaman. Berdasarkan kegiatan inspeksi sanitasi
tempat tinggal yang dikunjungi belum memenuhi kriteria rumah sehat.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI :

Perencanaan dan pemilihan intervensi pada masalah sanitasi lingkungan dapat dilakukan dengan
inspeksi sanitasi tempat tinggal. Inspeksi sanitasi tempat tinggal dilakukan secara berkala oleh
petugas sanitasi. Tujuannya adalah untuk mengetahui kondisi sanitasi tempat tinggal di wilayah
kerja Puskesmas Parigi. Hasil dari inspeksi sanitasi tempat tinggal selanjutnya akan
ditindaklanjuti sesuai permasalahan yang ada. Langkah-langkah yang dapat dilakukan yaitu:

1. Penyuluhan Rumah Sehat

2. Pembangunan Fisik

PELAKSANAAN :

Pelaksanaan sanitasi lingkungan tempat tinggal yang dapat dilakukan di Puskesmas Parigi adalah
dengan cara melakukan kunjungan rumah untuk mengetahui kondisi sanitasi lingkungan tempat
tinggal warga dan penyuluhan mengenai hal-hal yang ditemukan di lapangan, kemudian hasil
kunjungan rumah yang belum memenuhi syarat kesehatan akan ditindaklanjuti dengan
melakukan kegiatan penyuluhan mengenai kriteria rumah sehat dan PHBS. Dalam kegiatan
penyuluhan dilakukan dengan cara :

a. Melakukan Penyuluhan Perseorangan

Penyuluhan dilakukan pada saat kunjungan rumah.

b. Melakukan Penyuluhan Kelompok (dirumahnya memiliki > 1 satu kepala keluarga)

Penyuluhan dilakukan terhadap sekelompok orang. Berdasarkan kegiatan inspeksi sanitasi


tempat tinggal yang dikunjungi, hasilnya tidak

memenuhi kriteria rumah sehat.

MONITORING & EVALUASI :

Evaluasi yang dilakukan adalah dengan melihat perubahan dari hasil penyuluhan yang telah
diberikan mengenai kriteria rumah sehat sehingga memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain
pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak yang cukup, memenuhi penyediaan air bersih,
pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, sehingga potensi untuk timbulnya penularan
penyakit antar penghuni rumah akan berkurang, dan terhindar dari terjadinya kecelakaan yang
timbul karena keadaaan luar maupun dalam rumah.
2. Jenis Kegiatan :  F2 - Upaya Kesehatan Lingkungan

Dokter Pendamping :  dr. Melianto Rompon

Judul Lap. Kegiatan :  PEMERIKSAAN PENILAIAN KANTIN SEKOLAH SEHAT DI SD


NEGERI INPRES Ds. Mertasari, Parigi

PESERTA HADIR : Peserta PIDI, Lain – lain

LATAR BELAKANG :

Lingkungan merupakan tempat dimana manusia hidup, yang mana merupakan salah satu
elemen kehidupan. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
kehidupan manusia. Lingkungan dapat mewarnai segala manusia, mulai dari gaya hidup, cara
berprilaku, pola pikir, bahkan kepribadian. Lingkungan merupakan tempat hidup manusia. Oleh
karena itu sudah sepatutnya jika menjadikan lingkungan tempat tinggal menjadi senyaman
mungkin, sehingga dapat menimbulkan suatu keselarasan bagi individu yangmendiaminya. Salah
satu cara untuk menjaga kenyamanan lingkungan yaitudengan cara mencanangkan dan
memprioritaskan kebersihan, baik itu kebersihan individu maupun kebersihan lingkungan tempat
tinggal. Jika kita bicara kesehatan lingkungan sekolah, maka tidak terlepas dari proses
pengelolaan makanan. Pengelolaan makanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan
pengadaan bahan makanan, penyimpanan, pengolahan, pengangkutan dan penyajian makanan,
sedangkan sanitasi makanan adalah suatu usaha pencegahan yang menitikberatkan kegiatan dan
tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dari segala bahaya yang dapat mengganggu
atau merusak segala bahaya yang dapat mengganggu atau merusak kesehatan, melalui dari
sebelum makanan itu diproduksi selama dalam proses pengolahan, penyiapan, penggangkutan,
penjualan, sampai pada saat dimana makanan tersebut siap untuk dikonsumsi kepada konsumen.
Dalam Peraturan Pemerintah RI nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
pada pasal 42 ayat 2 menyatakan bahwa setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana dan
prasarana antara lain ruang kantin. Namun, pada kenyataannya berdasarkan hasil penelitian
tentang sekolah sehat yang dilakukan oleh Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani Depdiknas
Tahun 2007 pada 640 SD di provinsi yang diteliti, sebanyak 40% belum memiliki kantin.
Sementara dari yang telah memiliki kantin (60%) sebanyak 84.30% kantinnya belum memenuhi
syarat kesehatan.

Di lain pihak siswa yang tidak sarapan dan tidak membawa bekal makanan dari rumah,
padahal masa makan aktif anak lebih banyak dihabiskan pada saat jam sekolah (pagi sampai
dengan siang hari), mempunyai kecenderungan sangat tinggi untuk membeli pangan jajanan.
Mereka memilih makanan jajanan berdasarkan penampilan, rasa, dan kesegaran serta nilai
makanan (harga yang terjangkau), tanpa memperdulikan syarat kesehatan. Keberadaan kantin
sekolah memberikan peranan penting karena mampu menyediakan ±¼ konsumsi makanan
keluarga karena keberadaan peserta didik di sekolah yang cukup lama. Disinilah pentingnya
tersedia pangan yang sehat dan aman dikonsumsi di kantin sekolah.Kantin sekolah sehat yang
memenuhi standar kesehatan telah ditetapkan sebagai salah satu indikator sekolah sehat. Kantin
atau warung sekolah merupakan salah satu tempat jajan anak sekolah selain penjaja makanan
jajanan di luar sekolah. Kantin sekolah mempunyai peranan yang penting dalam mewujudkan
pesan-pesan kesehatan dan dapat menentukan perilaku makan siswa sehari-hari melalui
penyediaan makanan jajanan di sekolah. Kantin sekolah dapat menyediakan makanan sebagai
pengganti makan pagi dan makan siang di rumah serta camilan dan minuman yang sehat, aman
dan bergizi. Kantin sekolah memiliki beberapa peran dalam penyediaan pangan sehat dan aman,
diantaranya adalah : 1) Kantin atau warung sekolah merupakan salah satu tempat jajan anak
sekolahselain penjaja makanan jajanan di luar sekolah, 2) Kantin sekolah mempunyai peranan
yang penting dalam mewujudkan pesan-pesan kesehatan dan dapat menentukan perilaku makan
siswa sehari-hari melalui penyediaan makanan jajanan di sekolah, 3) Kantin sekolah dapat
menyediakan makanan sebagai pengganti makan pagi dan makan siang di rumah serta camilan
dan minuman yang sehat, aman dan bergizi. Kantin merupakan salah satu ruang lingkup penting
hygiene dan sanitasi sekolah. Tentu kita juga paham, bahwa aspek sanitasi lain di sekolah akan
banyak berbicara masalah lingkungan fisik secara umum, fasilitas sanitasi, aspek konstruksi
umum (ventilasi, jarak tempat duduk siswa dan papan tulis, ergonomi,dan lainnya). Sementara
pada kantin, banyak aspek kesehatan lingkungan terkaitpada kantin, seperti aspek perilaku
penjamah, aspek peralatan, aspek sanitasi tempat, sanitasi air bersih, dan lain-lain.

PERMASALAHAN :

Salah satu tugas Puskesmas adalah menyelenggarakan pembinaan dan pengembangan sekolah
sehat. Salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan melalui penilaian dan pembinaan
terhadap keadaan lingkungan fisik sekolah, peserta didik, tenaga pengajar, dan berbagai
kegiatan, managemen/organisasi serta pengaruh timbal balik antara sekolah dan masyarakat di
sekitarnya dalam rangka mencapai tujuan pendidikan secara optimal.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI :

Dilaksanakan inspeksi terhadap kantin sekolah diSD Negeri 3 Ds. Daenggune pada hari Rabu, 23
Oktober 2019 pukul 08.00-10.00

Untuk meningkatkan kondisi kantin SD Negeri Inpres Desa Mertasari, Parigi, maka perlu
dilakukan pemberian edukasi dan informasi mengenai kantin sekolah yang sehat baik kepada
penjual makanan di kantin tersebut, maupun kepada pengguna kantin tersebut (peserta didik dan
tenaga pendidik). Hal ini dilakukan agar tercipta kantin sekolah yang sehat sehingga
meningkatkan keamanan dan kenyamanan bagi para pengguna kantin tersebut, dalam rangka
mencukupi kebutuhan gizi bagi para siswa, hingga akhirnya tercapai tujuan pendidikan secara
optimal.

PELAKSANAAN :

Dilakukan pemberian edukasi dan informasi tentang kantin sekolah sehat kepada
penjualmakanan di kantin SD Negeri Inpres Desa Mertasari, Parigi, maupun seluruh warga
sekolah baik tenaga pendidik, peserta didik, maupun pegawai administrasi dan petugas
kebersihan dengan disertai pemberian leaflet untuk ditempel dimading sekolah sebagai sarana
informasi kepada seluruh warga sekolah mengenai pentingnya kantin sehat. Dengan pemberian
edukasi dan informasi ini, diharapkan seluruh warga sekolah menjadi lebih peduli mengenai
kesehatan, terutama di lingkungan tempat belajar dan bekerja seluruh warga sekolah.

MONITORING & EVALUASI :

Setelah dilakukan pemberian edukasi dan informasi kepada seluruh warga sekolah baik
tenaga pendidik, peserta didik, pegawai administrasi, pengelola kantin, dan petugaskebersihan,
dilakukan evaluasi dengan menilai ulang kantin sekolah di SD Negeri 3 Ds. Daenggune, Sigi.
Hal yang perlu diingat adalah bahwa kantin sekolah memiliki peran yang penting dalam
mencukupi kebutuhan gizi para siswa-siswa di sekolah tersebut. Makanan yang sehat dan bergizi
memiliki peran yang penting dalam mencerdaskan bangsa. Namun, hal ini bukan menjadi
tanggung jawab pengelola kantin namun juga warga sekolah lainnya. Oleh karena itu, sebaiknya
kantin sekolah menyediakan makanan yang beragam, bergizi seimbang, aman, dan memiliki
tingkat kebersihan yang terjamin.
3. Jenis Kegiatan :  F2 - Upaya Kesehatan Lingkungan

Dokter Pendamping :  dr. Melianto Rompon

Judul Lap. Kegiatan :  Sanitasi Tempat - tempat Ibadah

PESERTA HADIR : Dokter pendamping, Peserta PIDI, Masyarakat, Lain - lain

LATAR BELAKANG :

Tempat-tempat Umum (TTU) adalah suatu tempat di mana umum (semua orang) dapat
masuk ke tempat tersebut untuk berkumpul mengadakan kegiatan baik secara insidentil maupun
terus menerus. TTU juga dapat didefinisikan sebagai tempat kegiatan bagi umum yang
mempunyai tempat, sarana dan kegiatan tetap yang diselenggarakan oleh badan pemerintah,
swasta, dan atau perorangan yang dipergunakan langsung oleh masyarakat. Oleh karena TTU
merupakan sarana yang dikunjungi banyak orang, maka tempat atau sarana umum tersebut
sangat berpotensi dalam penyebaran berbagai macam penyakit dan pencemaran lingkungan.

Kondisi lingkungan tempat-tempat umum yang tidak terpelihara akan menambah


besarnya resiko penyebaran penyakit serta pencemaran lingkungan sehingga perlu dilakukan
upaya pencegahan dengan menerapkan sanitasi lingkungan yang baik. Pasalnya, tempat-tempat
umum itu menjadi semacam indikator berbagai bidang, terutama sosial dan ekonomi.

Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan


terhadap berbagai faktor lingkungan sehingga munculnya penyakit dapat dihindari. Sanitasi
merupakan suatu usaha pengendalian faktor-faktor lingkungan untuk mencegah timbulnya suatu
penyakit dan penularannya yang disebabkan oleh faktor lingkungan tersebut yang bertujuan
mengoptimalkan derajat kesehatan masyarakat. Sanitasi tempat-tempat umum adalah suatu usaha
untuk mengawasi dan mencegah kerugian akibat dari tempat-tempat umum terutama yang erat
hubungannya dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit dan mencegah akibat yang
dapat timbul dari tempat-tempat umum.

Salah satu tempat umum yang perlu diperhatikan kebersihan dan sanitasi lingkungannya
adalah tempat peribadatan atau tempat ibadah. Tempat-tempat ibadah merupakan salah satu
sarana tempat-tempat umum yang dipergunakan untuk berkumpulnya masyarakat guna
melaksanakan kegiatan ibadah, termasuk masjid. Di mana, dasar pelaksanaan Penyehatan
Lingkungan Masjid adalah Kep. Menkes 288/Menkes/SK/III/2003 tentang Pedoman Penyehatan
Sarana dan Bangunan Umum.

PERMASALAHAN :

Sanitasi tempat-tempat umum merupakan usaha untuk mengawasi kegiatan yang


berlangsung di tempat-tempat umum terutama yang erat hubungannya dengan timbulnya atau
menularnya suatu penyakit sehingga kerugian yang ditimbulkan oleh kegiatan tersebut dapat
dicegah. Sanitasi tempat-tempat umum merupakan problem kesehatan masyarakat yang cukup
mendesak. Tempat umum merupakan tempat bertemunya segala macam masyarakat dengan
segala penyakit yang dipunyai oleh masyarakat. Oleh karena hal tersebut, tempat-tempat umum
memiliki potensi sebagai tempat terjadinya penularan penyakit, pencemaran lingkungan, ataupun
gangguan kesehatan lainnya. yang medianya makanan, minuman, udara dan air. Pengawasan
atau pemeriksaan sanitasi terhadap tempat-tempat umum perlu dilakukan untuk mewujudkan
lingkungan tempat-tempat umum yang bersih guna melindungi kesehatan masyarakat dari
kemungkinan penularan penyakit dan gangguan kesehatan lainnya.

Masjid merupakan tempat peribadatan umat Islam, di mana jamaah masjid dapat berasal
dari berbagai macam tempat dan tempat atau terkadang juga digunakan sebagai tempat
beristirahat bagi beberapa orang. Penularan penyakit dapat terjadi di masjid akibat kurang
terjaganya kebersihan alat-alat ibadah, seperti mukena, sarung, dan sajadah, di mana hal tersebut
dapat menyebabkan kelainan atau penyakit pada kulit; kurang terjaganya kebersihan karpet-
karpet alas masjid sehingga dapat memicu terjadinya alergi; kurang tersedianya air bersih dan
jamban; kurang baiknya pengelolaan sampah dan air limbah; kepadatan vector berupa lalat dan
nyamuk; dan kurangnya ventilasi dan pencahayaan.

Tempat-tempat umum yang tidak sehat dapat menimbulkan berbagai penyakit, yang
selanjutnya dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia. Penyakit yang banyak terjadi di
tempat-tempat umum antara lain diare, demam berdarah, infeksi saluran pernafasan akut serta
penyakit-penyakit lain akibat terpapar asap rokok, seperti : penyakit paru-paru, jantung, dan
kanker. Dalam hal ini, masjid sebagai tempat umum dapat menularkan penyakit yang
berhubungan dengan kulit (akibat kurang terjaganya kebersihan alat ibadah dan sarana air bersih
untuk berwudhu) dan saluran pernafasan-alergi (terutama akibat terdapatnya debu atau bahkan
kutu/tungai pada karpet alas masjid). Berdasarkan hal – hal tersebut maka masjid sebagai tempat
umum perlu dijaga kebersihan dan sanitasinya untuk mencegah resiko terjadinya berbagai
penyakit dan pencemaran pada lingkungan sekitar.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI :

Tenaga kesehatan mengunjungi Masjid Al Muhajirin di Kelurahan Loji, Parigi, kemudian


meneliti, mencatat, menilai sesuai kriteria yang ada dan kemudian memberikan masukan agar
tercipta masjid yang memenuhi syarat kesehatan.
PELAKSANAAN :

Tenaga kesehatan menilai Masjid Al Muhajirin berdasarkan daftar tilik inspeksi sanitasi
masjid, kemudian memberikan penilaian baik, cukup atau kurang (nilai disesuaikan pada setiap
indikator di daftar inspeksi). Nilai dari setiap indikator kemudian dijumlahkan sehingga
didapatkan nilai total dengan kriteria : baik (nilai 700-1000), cukup (nilai 500-699), dan kurang
(nilai 5-499).

Setelah dilakukan penilaian, didapatkan jumlah nilai sanitasi untuk Masjid Al Muhajirin adalah
510 (kriteria cukup).

MONITORING & EVALUASI :

Masjid Al Muhajirin yang terletak di Kelurahan Loji, Parigi ini termasuk ke dalam
kriteria tempat umum yang baik, namun belum dapat mencapai kriteria masjid atau tempat
umum yang sehat. Masih terdapat beberapa indikator yang belum dimiliki oleh Masjid Al
Muhajirin, diantaranya tempat pembuangan sampah, fasilitas PPPK, dan upaya pemeriksaan
kesehatan bagi pengurus masjid. Jumlah tempat sampah yang tersedia di kawasan masjid masih
terbatas dan sampah yang terkumpul hanya dibuang di kebun belakang Masjid tanpa dibuatkan
lubang tempat pembuangan sampah, sehingga sampah-sampah cukup berserakan.

Indikator-indikator penilaian yang lain yang telah tersedia seperti tempat wudhu, jamban,
peturasan, alat sembahyang, kualitas dan kuantitasnya sudah cukup, jumlah jamban dan
peturasan mencapai total 5 jamban/peturasan. Namun dari segi perawatan sangatlah kurang,
sehingga terkesan tidak terawat dan berantakan. Begitu pula dengan kebersihan lantai, dinding
dan langit-langit yang kurang terawat. Setelah ditelusuri lebih lanjut, hal ini dikarenakan warga
sekitar banyak yang memanfaatkan jamban dan peturasan untuk MCK sehari-hari, namun
kesadaran warga sekitar untuk ikut menjaga dan membersihkan masih kurang. Jadwal piket
kebersihan yang dibuat oleh takmir masjid pun tidak berjalan dengan baik. Karena kurangnya
perawatan terhadap beberapa indikator yang telah terpenuhi tersebut, makan menurunkan
penilaian tingkat sanitasi.

Dari segi penyediaan air bersih tergolong cukup baik, sumber air bersih berasal dari
sumur bor sedalam 60 meter. Penghawaan dan pencahayaan masjid Al Muhajirin juga tergolong
baik. Saluran pembuangan air limbah dibuang ke saptitank yang terpendam di dalam tanah.

Diharapkan nantinya, para pengurus takmir Masjid Al Muhajirin bekerja sama dengan warga
sekitar dan perangkat desa, dapat semakin meningkatkan upaya perawatan sarana dan prasarana
masjid, serta dapat melengkapi beberapa indikator yang belum terpenuhi tersebut sehingga dapat
terwujud tempat peribadatan yang sehat dan tidak mencemari lingkungan. Selain itu diharapkan
warga sekitar yang ikut memanfaatkan fasilitas masjid untuk MCK sehari-hari, dapat membantu
menjaga kebersihan lingkungan masjid.
4. Jenis Kegiatan : F2 - Upaya Kesehatan Lingkungan

Dokter Pendamping :  dr. Melianto Rompon

Judul Lap. Kegiatan :  PENJARINGAN KUSTA DI SEKOLAH – SEKOLAH DAN


MASYARAKAT

PESERTA HADIR : Peserta PIDI, Masyarakat

LATAR BELAKANG :

Penyakit kusta adalah penyakit menular, menahun yang disebabkan oleh kuman kusta
(mycobacterium leprae) yang menyerang kulit, saraf tepi, dan jaringan tubuh lainnya. Bila tidak
terdiagnosis dan diobati secara dini, maka akan menimbulkan kecacatan menetap.

Kusta bukan disebabkan oleh kutukan, guna-guna, makanan, atau penyakit keturunan
seperti yang masih banyak timbul anggapan di masyarakat. Penularan dapat terjadi karena
kontak lama antara penderita kusta yang tidak diobati kepada orang yang sehat melalui
pernapasan.

Tidak semua orang serta merta tertular kusta begitu kontak dengan penderita. Secara
statistik hanya 5% saja yang akan tertular. Dapat dikatakan penyakit kusta adalah penyakit
menular yang paling rendah penularannya. Kemungkinan anggota keluarga dapat tertular, jika
penderita tidak minum obat secara teratur.

Jumlah kasus kusta di seluruh dunia selama 12 tahun terakhir ini telah menurun 85% di
sebagian besar Negara Wilayah yang endemis. Kasus yang terdaftar pada permulaan tahun 1997
kurang lebih 890.000 penderita. Walaupun penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat di 55 Negara atau Wilayah, 91% dari jumlah kasus berbeda di 16 Negara, dan 82%-
nya di 5 Negara (Brazil, India, Indonesia, Myanmar dan Nigeria). Di Indonesia jumlah kasus
kusta yang tercatat pada akhir Maret 1997 adalah 31.699 orang, distribusi juga tidak merata,
yang tertinggi antara lain di Jawa Timur, Jawa Barat dan Sulawesi Selatan. Prevalensi di
Indonesia per 10.000 penduduk adalah 1.57 pada tahun 2000.

Pemerintah telah melakukan sejumlah upaya untuk percepatan eliminasi kusta


diantaranya dengan penemuan penderita secara aktif, membantu provinsi dan kabupaten dalam
memberantas penyakit kusta dengan menempatkan konsultan lokal/Nasional yang berdomisili di
Bandung, Surabaya, Palembang, Aceh, Samarinda, Makasar, Manado dan Jayapura dan
konsultan Internasional yang berdomisili di Pusat serta melakukan kegiatan rehabilitasi.
PERMASALAHAN :

Di Indonesia jumlah kasus kusta yang tercatat pada akhir Maret 1997 adalah 31.699
orang, distribusi juga tidak merata, yang tertinggi antara lain di Jawa Timur, Jawa Barat dan
Sulawesi Selatan. Prevalensi di Indonesia per 10.000 penduduk adalah 1.57 pada tahun 2000.
Puskesmas Parigi merupakan puskesmas yang di wilayah kerjanya terdapat pasien kusta.
Beberapa daerah yang ditemukan kasus kusta adalah Pombalowo, Masigi, Bantaya dan
Bambalemo.

Kusta sampai dengan saat ini masih mendapatkan stigma negatif dari masyarakat
sehingga pasien dan keluarga terkadang enggan untuk berbaur dan berobat. Oleh karena itu
diperlukan upaya alternatif untuk menjaring dan penemuan penderita secara aktif.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI :

1. PENGOBATAN GRATIS

Program ini merupakan upaya pencarian kasus kusta secara aktif oleh tenaga medis. Upaya ini
termasuk dalam program nasional percepatan eliminasi kasus kusta. Diharapkan pengobatan
gratis ini terjaring pasien baru kusta dan atau pasien aktif dalam pengobatan. Screening awal
kepada keluarga dan tetangga yang kontak aktif dengan pasien juga dilakukan untuk memastikan
penularan kusta tidak terjadi dan diharapkan program ini rutin sehingga terjadi follow up dari
pasien maupun keluarga.

2. TENAGA MEDIS DOKTER

Tenaga medis dokter adalah dr. Amelia Tirayo dokter Internsip Puskesmas Parigi

3. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN

Hari / Tanggal : Senin/ 09 Desember 2019 ( 09.00 – selesai WIB)

Tempat : Balai Desa Masigi, Parigi

4. SASARAN PENYULUHAN

Masyarakat kelurahan Masigi, Parigi


5. METODE YANG DIGUNAKAN

Metode yang digunakan adalah pengobatan gratis.

PELAKSANAAN :

Pengobatan gratis dilaksanakan sejak pukul 09.00 di Balai Desa Masigi. Kegiatan ini
dilaksanakan tim yang terdiri dari 1 dokter, 1 perawat, 1 bidan desa, 1 petugas obat dan 5 orang
kader kesehatan. Masyarakat yang mengikuti pengobatan gratis ini sebanyak 50 orang. Acara
diawali dengan pengumpulan masyarakat di balai desa, dilanjutkan dengan pembukaan dan
pelaksanaan pengobatan dengan alur yang sama dengan balai pengobatan puskesmas. Pasien
didaftarkan, lalu dilakukan pemeriksaan awal tekanan darah oleh perawat, kemudian anamnesa
dan penegakan diagnosa oleh dokter, dilanjutkan pengambilan obat. Screening dan perhatian
khusus kepada kontak aktif juga dilakukan.

MONITORING & EVALUASI :

Di Indonesia jumlah kasus kusta yang tercatat pada akhir Maret 1997 adalah 31.699 orang,
distribusi juga tidak merata, yang tertinggi antara lain di Jawa Timur, Jawa Barat dan Sulawesi
Selatan. Prevalensi di Indonesia per 10.000 penduduk adalah 1.57 pada tahun 2000. Puskesmas
Parigi merupakan puskesmas yang di wilayah kerjanya terdapat pasien kusta.

Kusta sampai dengan saat ini masih mendapatkan stigma negatif dari masyarakat sehingga
pasien dan keluarga terkadang enggan untuk berbaur dan berobat. Oleh karena itu diperlukan
upaya alternatif untuk menjaring dan penemuan penderita secara aktif.
5. Jenis Kegiatan :  F2 - Upaya Kesehatan Lingkungan

Dokter Pendamping :  dr. Melianto Rompon

Judul Lap. Kegiatan :  Pemantauan dan pemeriksaan sistem pembuangan air Limbah (SPAL)
rumah tangga keluarga Tn. R

PESERTA HADIR :Peserta PIDI, Masyarakat

LATAR BELAKANG :

Kesehatan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam peningkatan kualitas hidup
masyarakat suatu bangsa. Oleh karena itu Pemerintah telah menetapkan suatu paradigma
Indonesia Sehat 2010. Puskesmas sebagai pelayanan tingkat pertama bertanggung jawab dalam
Upaya Kesehatan Perorangan dan Upaya Kesehatan Masyarakat. Air limbah atau air buangan
adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat
umum lainya, dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat
membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup. Air buangan yang
bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water), yaitu air limbah yang berasal dari
pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah ini terdiri dari ekskreta (tinja dan air seni), air
bekas cucian dapur dan kamar mandi, dan umumnya terdiri dari bahan-bahan organik. Meskipun
merupakan air sisa, namun volumenya besar, karena lebih kurang 2/3 dari air yang digunakan
bagi kegiatan-kegiatan manusia sehari-hari tersebut dibuang lagi dalam bentuk yang sudah kotor
(tercemar). Selanjutnya air limbah ini akhirnya akan mengalir ke sungai dan laut dan akan
digunakan oleh manusia lagi. Oleh sebab itu, air buangan ini harus dikelola atau diolah secara
baik. Pembuangan akhir limbah tinja umumnya dibuang menggunakan beberapa cara antara lain
dengan menggunakan septic tank yang seharusnya berjarak minimal 10 meter dari sumber air.

PERMASALAHAN :

- Kurangnya pengetahuan keluarga Tn.R mengenai sistem pembuangan air limbah (SPAL)
rumah tangga.

- SPAL rumah tangga berupa septic tank yang hanya berjarak kurang dari 10 meter dari sumur
sebagai sumber air.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI :

- Pemantauan serta pembinaan dan penyuluhan langsung terhadap keluarga Tn.R

- Metode: Melakukan penyuluhan kepada keluarga Tn.R dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.
PELAKSANAAN :

Pemantauan dan pembinaan dilakukan pada saat kunjungan rumah.

Lama pemeriksaan kurang lebih 20 menit, kemudian dilakukan penyuluhan dan sesi tanya jawab
selama kurang lebih 20 menit

MONITORING & EVALUASI :

Dari pelaksanaan penyuluhan dapat diambil kesimpulan:

•Masih kurangnya pengetahuan keluarga Tn.R mengenai sistem pembuangan air limbah (SPAL)
rumah tangga.

•Septic tank yang hanya berjarak sekitar 6 meter dari sumur sebagai sumber air

Anda mungkin juga menyukai