Anda di halaman 1dari 11

A.

LATAR BELKANG

Visi pembangunan kesehatan Indonesia, seperti yang tercantum dalam

Undang-Undang Kesehatan RI No.36 Tahun 2009 yakni : “Meningkatkan

kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar

terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai

investasi sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi”.

Makna yang terkandung dari pernyataan tersebut adalah bahwa setiap upaya

pembangunan harus berkontribusi terhadap peningkatan derajat kesehatan

masyarakat, diantaranya adalah program memberikan pendidikan kesehatan

tentang perilaku hidup bersih dan sehat kepada pemulung sampah di tempat

pembuangan akhir sampah (Notoatmodjo, 2012).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah bentuk perwujudan

paradigma sehat dalam budaya perorangan, keluarga, dan masyarakat yang

berorientasi sehat, bertujuan untuk meningkatkan, memelihara, dan

melindungi kesehatannya baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial. Selain

itu juga program perilaku hidup bersih dan sehat bertujuan memberikan

pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan,

kelompok, keluarga, dengan membuka jalur komunikasi, informasi, dan

edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku sehingga

masyarakat sadar, mau, dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan

sehat melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support),

dan pemberdayaan masyarakat (empowerment). Dengan demikian masyarakat


dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri terutama pada tatanannya

masing-masing (Depkes RI, 2009).

Pentingnya perilaku hidup sehat adalah meningkatkan pengetahuan,

kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat agar hidup bersih dan sehat

serta masyarakat termasuk swasta dan dunia usaha berperan serta aktif

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.Apabila tidakdiimbangi dengan

penerapan perilaku hidupbersih dan sehat (PHBS), maka bisa dipastikan

generasi-generasi muda akanterpapar oleh beragam penyakit, yangmungkin

bisa membahayakan kelangsunganhidup manusia di muka bumi ini.

Pemulungmerupakan salah satu sasaran tepat untukmenerapkan PHBS sedari

dini.

Penelitian ini juga pernah diteliti oleh erinka uteri devi di TPA

wonokromo Surabaya dengan judul “Hubungan Pendidikan Kesehatan

Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Pemulung Sampah di TPA

Wonokromo Surabaya.”

Berdasarkan hasil pengamatan dilingkungan pemukiman TPA Air

Sebakul yang mayoritas adalah pemulungdapat dilihat bahwa pengetahuan

masyarakatbelum mengerti betul mengenai pola hidupbersih dan sehat

(PHBS), dibuktikan dengankondisi lingkungan yang kumuh danpencahayaan

yang kurang terhadap tempattinggal. Para pemulung yang berada di sekitar

TPA terbagi dalam dua kelompok yaitu pemulung yang memiliki rumah

sendiri dan pemulung yang bertempat tinggal di dalam daerah TPA dengan

bangunan seadanya. Perbedaan dari kedua kelompok tersebut dilihat dari


tersedianya sarana atau fasilatas seperti air bersih, jamban dan lain

sebagainya. Dengan keadaan atau kondisi seperti ini cukup mengungkapkan

bahwa pengetahuan masyarakat di sekitar TPA mengenai PHBS masing

kurang. Dampak yang terjadi bila program PHBS tidak dilakukan atau

diterapkan dalam masyarakat dapat mengakibatkan besarnya jumlah

masyarakat yang terpapar penyakitakan meningkat.Permasalahan seperti ini

pemerintah perlu bekerja sama dengan pihak kesehatan untuk

mensosialisasikan masalah-masalah kesehatan kepada masyarakat secara

intensifdan berkala, salah satunya bisa dilakukan melalui pendidikan

kesehatan terhadap masyarakat.

Saat 5 orang pemulung diwawancarai, diantaranya 3 pemulung masih

sering tidak mencuci tangan sebelum makan, mengganti pakaian 2 hari sekali

dan mandi hanya 1 kali sehari. Sedangkan yang 2 pemulung lainnya mencuci

tangan sebelum makan tapi tidak menggunakan sabun, mengganti pakaian 1

kali sehari sesudah mandi, dan mandi setiap 2 kali sehari.

Berdasarka nuraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul“ Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perilaku Hidup

Sehat Pada Pemulung Sampah Disekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah

Di Air Sebakul Kota Bengkulu”.


B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah didapat masih

banyaknya pemulung sampah yang belum melakukan perilaku hidup sehat di

sekitar pemukiman Tempat Pembuangan Akhir sampah di air sebakul kota

bengkulu.

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perilaku

hidup bersih dan sehat pada pemulung sampah disekitar tempat

pembuangan akhir sampah di air sebakul kota bengkulu.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui perilaku hidup bersih dan sehat sebelum diberikan

pendidikan kesehatan pada pemulung sampah disekitar tempat

pembuangan akhir air sebakul.

b. Mengetahui perilaku hidup bersih dan sehat setelah diberikan

pendidikan kesehatan pada pemulung sampah disekitar tempat

pembuangan akhir air sebakul.

c. Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perilaku hidup

sehat pada pemulung sampah disekitar tempat pembuangan akhir

sampah di air sebakul kota bengkulu.


D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

a. Prodi Kesehatan Masyarakat STIKes Universitas Muhammadiyah

Bengkulu

Hasil penelitian ini mampu menambah kepustakaan/referensi, yang

dapatdi manfaatkan oleh mahasiswa untuk meningkatkan pengetahuan

dan bimbingan yang berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan

sehat.

b. Menjadi landasan untuk penelitian sejenis selanjutnya yang terkait

dengan perilaku hidup bersih dan sehat.

c. Memberikan informasi tentang pengaruh pendidikan kesehatan

terhadap perilaku hidup bersih dan sehat pada pemulung sampah di

sekitar tempat pembuangan akhir sampah

d. Mahasiswa

Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam pembelajaran di

bidang kesehatan mahasiswa/i yang bersangkutan dapat memahami

perilaku hidup bersih dan sehat tersebut.

e. Profesi kesehatan

Penelitianini dapat menjadi masukan bagi tenaga kesehatan untuk

meningkatkan pemberian pendidikan kesehatan terhadap perilaku

hidup bersih dan sehat, khususnya di lingkungan tempat pembuangan

akhir sampah.
2. Manfaat Praktis

Sebagai informasi dan sekaligus menjadi salah satu bahan untuk

melakukan evaluasi mengenai perilaku hidup bersih dan sehat pada

pemulung sampah di pemukiman tempat pembuangan akhir sampah.

E. LANDASAN TEORI

Keadaan sehat adalah kehendak semua pihak, tidakhanya di dominasi

oleh perorangan, akan tetapi juga harus dimiliki oleh kelompok dan bahkan

oleh masyarakat. Dalam UU Kesehatan RI No.36 Tahun 2009, “ Kesehatan

adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara social dan

ekonomis”. Hal ini berarti bahwa kesehatan pada diri seseorang atau individu

itu mencakup aspek fisik, mental, spiritual dan sosial demi tercapainya

keadaan yang sejahtera bagi seseorang baik dengan produkivitasnya dan juga

ekonominya.

Sejalan dengan Bloom (2009), derajat kesehatan dipengaruhi oleh 4

faktor yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor keturunan dan faktor

pelayanan kesehatan. Dari ke-4 faktor tersebut, faktor ke-2 yaitu faktor

perilaku sangat berpengaruh dalam kesehatan seseorang, terutama dalam

penerapan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) baik dilingkungan

pribadi, keluarga, maupun masyarakat.

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan langkah yang harus

dilakukan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi setiap orang.

Kondisi sehat tidak serta merta terjadi, tetapi harus senantiasa kita upayakan
dari yang tidak sehat menjadi hidup yang sehat serta menciptakan lingkungan

yang sehat. Upaya ini harus dimulai dari menanamkan pola pikir sehat yang

menjadi tanggung jawab kita kepada masyarakat dan harus dimulai dan

diusahakan oleh diri sendiri. Upaya ini adalah untuk mewujudkan derajat

kesehatan masyarakat setinggi-tingginya sebagai satu investasi bagi

pembangunan sumber daya manusia yang produktif. Dalam mengupayakan

perilaku ini dibutuhkan komitmen bersama-sama saling mendukung dalam

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya keluarga sehingga

pembangunan kesehatan dapat tercapai maksimal (Depkes RI, 2007).

Pembinaan PHBS di rumah tangga dilakukan untuk mewujudkan

Rumah Tangga Sehat. Rumah Tangga Sehat adalah rumah tangga yang

memenuhi 7 indikator PHBS dan 3 indikator Gaya Hidup Sehat sebagai

berikut :

1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

2. Bayi diberi ASI eksklusi

3. Penimbangan bayi dan balita

4. Mencuci tangan dengan air dan sabun

5. Menggunakan air bersih

6. Menggunakan jamban sehat

7. Rumah bebas jentik

8. Makan buah dan sayur setiap hari

9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari

10. Tidak merokok dalam rumah


Namun penelitian yang dilakukan untuk indikator perilaku hidup sehat

dan bersih dalam rumah tangga yaitu indikator mencuci tangan dengan air

dan sabun, menggunakan jamban sehat, menggunakan air bersih dan

melakukan aktifitas fisik setiap hari.

Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri

seseorang yang dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan individu,

dan masyarakat . Pendidikan kesehatan tidak dapat diberikan kepada

seseorang oleh orang lain, bukan seperangkat prosedur yang harus

dilaksanakan atau suatu produk yang harus dicapai, tetapi sesungguhnya

merupakan suatu proses perkembangan yang berubah secara dinamis, yang

didalamnya seseorang menerima atau menolak informasi, sikap, maupun

praktek baru, yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat (Setiawati, 2008).

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan

dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga

masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa

melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.

Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan

yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan,

dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan

ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa

dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dan meminta

pertolongan (Smith, 2008).


F. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah desain Quasi Eksperimen yaitu

penelitian yang tidak mempunyai pembatasan yang ketat terhadap responden.

Disebut ekperimen semu karena belum atau tidak memiliki ciri-ciri rancangan

eksperimen sebenarnya, karena variabel yang seharusnya dikontrol atau

dimanipulasi tidak atau sulit dilakukan (Notoatmodjo, 2012). Adapun

rancangan ini menggunakan rancangan sebelum dan sesudah intervensi pada

satu kelompok (one group pretest and postest).

O1 X O2

Keterangan :

O1 : Perilaku sebelum dilakukan PENKES

O2 : Perilaku sesudah dilakukan PENKES

X : Tindakan : PENKES

G. Kerangka Penelitian

Pola kerangka penelitian ini dapat dilihat bahwa penelitian ini melalui

pre dan post intervensi

pretest eksperimen posttest


Skor perilaku Skor
Pre test
sebelum perilaku
PENKES
PENKES sesudah
PENKES
Sampel yang diambil menggunakan teknik purposive sampling, yaitu

teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai yang

dikehendaki peneliti, dengan menggunakan 2 kriteria yaitu kriteria insklusi

dan kriteria eksklusi (Setiadi, 2007). Untuk pengambilan data yaitu dengan

menggunakan data primer, data yang diambil langsung dari responden dengan

menggunakan kuesioner. Instrument yang digunakan yaitu lembar bolak balik

dan leaflet.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2009. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.http://www.com. Diakses


tanggal 10 Januari 2012.
Notoadmodjo,2012. Visi misi pembangunan nasional. http://www.com. Diakses
tanggal 10 Januari 2012.
Proverawati & Misaroh. 2010. Perilaku hidup bersih dan sehat. Jakarta :EGC
Setiadi, 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Bandung:EGC
Setiawati, 2008. Pendidkan Kesehatan. Bandung: EGC
Smith, 2008. Pendidikan Kesehatan. Bandung: EGC
Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai