Anda di halaman 1dari 19

A.

DEFINISI
1. Tonsilitis
Tonsilitis merupakan inflamasi atau pembengkakan akut pada tonsil atau
amandel (Reeves, Roux, Lockhart, 2001 ). Berikut adalah gambar tonsilitis :

Tonsilitis adalah infeksi amandel pada kelenjar di kedua sisi belakang


tenggorokan. Amandel adalah bagian dari sistem kekebalan, yang melindungi dan
membantu tubuh untuk melawan infeksi. Tonsilitis sangat umum dan dapat terjadi
pada semua usia. Hal ini paling umum pada anak-anak dan dewasa muda.Tonsilitis
akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman streptococcus beta hemolyticus,
streptococcus viridons dan streptococcus pygenes, dapat juga disebabkan oleh virus.
(Mansjoer,A. 2000)

Tonsilitis sebagian besar disebabkan oleh virus dan sering didahului oleh
dingin (hidung meler, batuk dan sakit mata). sedikit kasus (sekitar satu dari tujuh)
yang disebabkan oleh bakteri. paling jenis umum dari bakteri yang terlibat adalah
streptokokus (juga dikenal sebagai 'radang' tenggorokan). Tonsilektomi adalah suatu
tindakan pembedahan dengan mengambil atau mengangkat tonsil. (Arsyad
Soepardi,1995)
Macam-macam tonsillitis :
a. Tonsillitis akut
Dibagi lagi menjadi 2, yaitu :
1) Tonsilitis viral
Ini lebih menyerupai common cold yang disertai rasa nyeri
tenggorokan. Penyebab paling tersering adalah virus Epstein Barr.
2) Tonsilitis Bakterial
Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A stereptococcus
beta hemoliticus yang dikenal sebagai strept throat, pneumococcus,
streptococcus viridian dan streptococcus piogenes. Detritus merupakan
kumpulan leukosit, bakteri yang mulai mati.
b. Tonsilitis membranosa
1) Tonsilitis Difteri
Penyebabnya yaitu oleh kuman Coryne bacterium diphteriae, kuman
yang termasuk Gram positif dan hidung di saluran napas bagian atas yaitu
hidung, faring dan laring.
2) Tonsilitis Septik
Penyebab streptococcus hemoliticus yang terdapat dalam susu sapi
sehingga menimbulkan epidemi. Oleh karena di Indonesia susu sapi dimasak
dulu dengan cara pasteurisasi sebelum diminum maka penyakit ini jarang
ditemukan.
c. Angina Plout Vincent
Penyebab penyakit ini adalah bakteri spirochaeta atau triponema yang
didapatkan pada penderita dengan higiene mulut yang kurang dan defisiensi
vitamin C. Gejala berupa demam sampai 39° C, nyeri kepala , badan lemah dan
kadang gangguan pecernaan.
d. Tonsilitis kronik
Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronis ialah rangsangan yang
menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk,
pengaruh cuaca kelemahan fisik dan pengobatan tonsilitis yang tidak adekuat
kuman penyebabnya sama dengan tonsilitis akut tetapi kadang
2. ANATOMI FISIOLOGI
Tonsil terbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil
mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam yang meluas ke jaringan tonsil.
Tonsil tidak mengisi seluruh fosa tonsilaris, daerah kosong di atasnya dikenal
sebagai fosa supratonsilaris. Bagian luar tonsil terikat longgar pada muskulus
konstriktor faring superior, sehingga tertekan setiap kali makan.
Walaupun tonsil terletak di orofaring karena perkembangan yang berlebih
tonsil dapat meluas ke arah nasofaring sehingga dapat menimbulkan insufisiensi
velofaring atau obstruksi hidung walau jarang ditemukan. Arah perkembangan tonsil
tersering adalah ke arah hipofaring, sehingga sering menyebabkan terjaganya anak
saat tidur karena gangguan pada jalan nafas. Secara mikroskopik mengandung 3
unsur utama:
a. Jaringan ikat/trabekula sebagai rangka penunjang pembuluh darah saraf.
b. Folikel germinativum dan sebagai pusat pembentukan sel limfoid muda.
c. Jaringan interfolikuler yang terdiri dari jaringan limfoid dalam berbagai stadium

Tabel 1:Gambar Tonsilitis


Tonsil (amandel) dan adenoid merupakan jaringan limfoid yang terdapat
pada daerah faring atau tenggorokan. Keduanya sudah ada sejak anak dilahirkan dan
mulai berfungsi sebagai bagian dari sistem imunitas tubuh setelah imunitas
“warisan” dari ibu mulai menghilang dari tubuh anak. Pada saat itu (usia lebih
kurang 1 tahun) tonsil dan adenoid merupakan organ imunitas utama pada anak,
karena jaringan limfoid lain yang ada di seluruh tubuh belum bekerja secara optimal.
Sistem imunitas ada 2 macam yaitu imunitas seluler dan humoral. Imunitas
seluler bekerja dengan membuat sel (limfoid T) yang dapat “memakan“ kuman dan
virus serta membunuhnya. Sedangakan imunitas humoral bekerja karena adanya sel
(limfoid B) yang dapat menghasilkan zat immunoglobulin yang dapat membunuh
kuman dan virus.
Kuman yang “dimakan” oleh imunitas seluler tonsil dan adenoid terkadang
tidak mati dan tetap bersarang disana serta menyebabklan infeksi amandel yang
kronis dan berulang (Tonsilitis kronis). Infeksi yang berulang ini akan menyebabkan
tonsil dan adenoid “bekerja terus “ dengan memproduksi sel-sel imun yang banyak
sehingga ukuran tonsil dan adenoid akan membesar dengan cepat melebihi ukuran
yang normal.
Tonsil dan adenoid yang demikian sering dikenal sebagai amandel yang
dapat menjadi sumber infeksi (fokal infeksi) sehingga anak menjadi sering sakit
demam dan batuk pilek.Selain itu folikel infeksi pada amandel dapat menyebabkan
penyakit pada ginjal (Glomerulonefritis), katup jantung (Endokarditis), sendi
(Rhematoid Artritis) dan kulit. (Dermatitis). Penyakit sinusitis dan otitis media pada
anak seringkali juga disebabkan adanya infeksi kronis pada amandel dan adenoid.
B. ETIOLOGI
a. Tonsillitis bakterialis supuralis akut paling sering disebabkan oleh streptokokus beta
hemolitikus group A,Misalnya: Pneumococcus, staphylococcus, Haemalphilus
influenza, sterptoccoccus non hemoliticus atau streptoccus viridens.
b. Bakteri merupakan penyebab pada 50% kasus. Antara lain streptococcus B
hemoliticus grup A, streptococcus, Pneumoccoccus,Virus, Adenovirus, Virus
influenza serta herpes.
c. Penyebabnya infeksi bakteri streptococcus atau infeksi virus. Tonsil berfungsi
membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya sebagai tindakan
pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun virus,
sehingga membengkak dan meradang, menyebabkan tonsillitis. (Adam,1999;
Iskandar,1993; Firman,2006)
C. PATOFISIOLOGI
Saat bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut,amandel
berperan sebagai filter, menyelimuti organism yang berbahaya tersebut sel-sel darah
putih ini akan menyebabkan infeksi ringan pada amandel.Hal ini akan memicu tubuh
untuk membentuk antibody terhadap infeksi yang akan datang akan tetapi kadang-
kadang amandel sudah kelelahan menahan infeksi atau virus.Infeksi bakteri dari virus
inilah yang menyebabkan tonsillitis.
Bakteri atau virus menginfeksi lapisan epitel tonsil-tonsil epitel menjadikan
terkikis dan terjadi peradangan serta infeksi pada tonsil.Infeksi tonsil jarang
menampilkan gejala tetapi dalam kasus yang ekstrim pembesaran ini dapat menimbulkan
gejala menelan.Infeksi tonsil yang ini adalah peradangan di tenggorokan terutama
dengan tonsil yang abses (abses peritonsiler).Abses besar yang terbentuk dibelakang
tonsil menimbulkan rasa sakit yang intens dan demam tinggi (39C-40C).abses secara
perlahan-lahan mendorong tonsil menyeberang ke tengah tenggorokan.
Dimulai dengan sakit tenggorokan ringan sehingga menjadi parah.pasien hanya
mengeluh merasa sakit tenggorokannya sehingga berhenti makan.Tonsilitis dapat
menyebabkan kesukaran menelan,panas,bengkak,dan kelenjar getah bening melemah
didalam daerah submandibuler,sakit pada sendi dan otot,kedinginan, seluruh tubuh
sakit,sakit kepala dan biasanya sakit pada telinga.Sekresi yang berlebih membuat pasien
mengeluh sukar menelan,belakang tenggorokan akan terasa mengental.Hal-hal yang
tidak menyenangkan tersebut biasanya berakhir setelah 72 jam. (Edward,2001
Reeves,Charlene J.Roux,Gayle dkk,2001 )
D. MANIFESTASI KLINIK
Orang dengan tonsilitis sering memiliki:
 sakit tenggorokan dan leher
 Nyeri ketika menelan
 drooling pada anak-anak
 demam (suhu tubuh yang lebih 37.5ºC untuk orang dewasa dan lebih dari 38 º C
pada anak-anak)
 kehilangan nafsu makan, dan merasa umumnya 'tidak sehat'
 amandel merah dan bengkak (dengan nanah)
 bengkak dan kelenjar getah bening tender (kelenjar) di kedua sisi leher
 perubahan suara mereka (seperti terdengar 'Serak' atau teredam).
Anak-anak mungkin mengeluh sakit perut tanpa sakit yang tenggorokan, dan
mereka mungkin muntah. Anak-anak kecil mungkin hanya mengalami demam.

E. KOMPLIKASI
Faringitis merupakn komplikasi tonsilitis yang paling banyak didapat. Demam
rematik, nefritis dapat timbul apabila penyebab tonsilitisnya adalah kuman streptokokus.
Komplikasi yang lain dapat berupa :
a. Abses pertonsil
Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini terjadi
beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh streptococcus group
A ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007 ).
b. Otitis media akut
Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi) dan
dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur spontan
gendang telinga ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007 ).
c. Mastoiditis akut
Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam sel-sel
mastoid ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007 ).
d. Laringitis
Merupakan proses peradangan dari membran mukosa yang membentuk larynx.
Peradangan ini mungkin akut atau kronis yang disebabkan bisa karena virus, bakter,
lingkungan, maupunmkarena alergi ( Reeves, Roux, Lockhart, 2001 ).
e. Sinusitis
Merupakan suatu penyakit inflamasi atau peradangan pada satua atau lebih dari
sinus paranasal. Sinus adalah merupakan suatu rongga atau ruangan berisi udara dari
dinding yang terdiri dari membran mukosa ( Reeves, Roux, Lockhart, 2001 ).

f. Rhinitis
Merupakan penyakit inflamasi membran mukosa dari cavum nasal dan nasopharynx
( Reeves, Roux, Lockhart, 2001 ).
F. PENGOBATAN
Pada kebanyakan orang, infeksi yang disebabkan oleh virus hanya perlu diobati
dengan parasetamol untuk menurunkan demam. Pereda nyeri juga mungkin berguna
untuk mengurangi rasa sakit .
Tonsilitis yang disebabkan oleh bakteri mungkin perlu diobati dengan antibiotik
(misalnya penisilin atau eritromisin, jika alergi terhadap penisilin). Jika anak Anda
mendapatkan antibiotik, penting sekali untuk meminum obat sampai tuntas agar bakteri
benar-benar musnah dan tidak menjadi resisten obat
Bedah untuk mengangkat amandel (tonsilektomi)–dulu pernah menjadi tindakan
umum untuk mengobati tonsilitis–hanya dilakukan bila tonsilitis sering berulang atau
kronis, tidak merespon pengobatan atau menyebabkan komplikasi serius. Pengangkatan
amandel tidak berefek buruk terhadap daya kekebalan tubuh secara keseluruhan. Namun
demikian, operasi ini kini relatif lebih jarang dilakukan dibandingkan dulu.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Dilakukan pemeriksaan fisik menyeluruh, dan pengumpulan riwayat kesehatan
yang cermat untuk menyingkirkan kondisi sistemik atau kondisi yang berkaitan. Usap
tonsilar dikultur untuk menentukan adanya infeksi bakteri. Jika tonsil adenoid ikut
terinfeksi maka dapat menyebabkan otitis media supuratif yang mengakibatkan
kehilangan pendengaran, pasien harus diberikan pemeriksaan audiometik secara
menyeluruh sensitivitas/ resistensi dapat dilakukan jika diperlukan
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan tonsillitis secara umum:
a. Jika penyebab bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut ) selama 10 hari,
jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan.
b. Pengangkatan tonsil (Tonsilektomi ) dilakukan jika:
1) Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih /tahun .
2) Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2
tahun.
3) Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3
tahun.
4) Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.
Penatalaksanaan tonsillitis adalah :
a. Penatalaksanaan tonsillitis akut
1) Antibiotik golongan penelitian atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur
atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan eritromisin atau
klidomisin.
2) Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder, kortikosteroid untuk
mengurangi edema pada laring dan obat simptomatik.
3) Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari komplikasi
kantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan tenggorok 3 kali negatif
Pemberian antipiretik
b. Penatalaksanaan tonsillitis kronik
1) Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap.
2) Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi
konservatif tidak berhasil.
Tonsilektomi menurut Firman S (2006), yaitu :
a. Perawatan Prabedah
Diberikan sedasi dan premedikasi, selain itu pasien juga harus dipuasakan,
membebaskan anak dari infeksi pernafasan bagian atas.
b. Teknik pembedahan
Anestesi umum selalu diberikan sebelum pembedahan,pasien diposisikan terlentang
dengan kepala sedikit direndahkan dan leher dalam keadaan ekstensi mulut ditahan
terbuka dengan suatu penutup dan lidah didorong keluar dari jalan. Penyedotan
harus dapat diperoleh untuk mencegah inflamasi dari darah. Tonsil diangkat dengan
diseksi quillotine. Metode apapun yang digunakan penting untuk mengangkat tonsil
secara lengkap. Perdarahan dikendalikan dengan menginsersi suatu pak kasa ke
dalam ruang post nasal yang harus diangkat setelah pembedahan. Perdarahan yang
berlanjut dapat ditangani dengan mengadakan ligasi pembuluh darah pada dasar
tonsil.
c. Perawatan paska-bedah
1) Berbaring kesamping sampai bangun kemudian posisi mid fowler.
2) Memantau tanda-tanda perdarahan:
 Menelan berulang
 Muntah darah segar
 Peningkatan denyut nadi pada saat tidur
3) Diet
4) Memberikan cairan bila muntah telah reda.
 Mendukung posisi untuk menelan potongan makanan yang besar (lebih
nyaman dari adanya kepingan kecil)
 Hindari pemakaian sedotan (suction dapat menyebabkan perdarahan)
5) Menawarkan makanan
 Es cream, crustard dingin, sup krim, dan jus.
 Refined sereal dan telur setengah matang biasanya lebih dapat dinikmati
pada pagi hari setelah perdarahaan.
 Hindari jus jeruk,minuman panas, makanan kasar atau banyak bumbu
selama 1 minggu
6) Mengatasi ketidaknyamanan pada tenggorokan
 Menggunakan ice color (kompres es) bila mau
 Memberikan analgesik (hindari aspirin)
 Melaporkan segera tanda-tanda perdarahan.
 Minum 2-3 liter / hari sampai bau mulut hilang.
7) Mengajari pasien mengenal hal berikut
 Hindari latihan berlebihan, batuk, bersin, berdahak dan menyisi hidung
segera selama 1-2 minggu
 Tinja mungkin seperti teh dalam beberapa hari karena darah yang tertelan.
 Tenggorokan tidak nyaman dapat sedikit bertambah antara hari ke-4 dan
ke-8 setelah operasi.
A. ASUHAN KEPERAWATAN TONSILITIS
1. PENGKAJIAN
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan (fatigue)
b. Sirkulasi
Tanda : Takikardia, Hiperfentilasi (respons terhadap aktivitas)
c. Integritas Ego
Gejala : Stress, Perasaan tidak berdaya
Tanda : Tanda- tanda ansietas, mual : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian
menyempit.
d. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih
Tanda : Warna urine mungkin pekat
e. Maknan / cairan
Gejala : Anoreksia, masalah menelan, penurunan menelan
Tanda : Membran mukosa kering, turgor kulit jelek
f. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri pada daerah tenggorokan saat digunakan untuk menelan, Nyeri
tekan pada daerah sub mandibula.
g. Faktor pencetus : menelan ; makanan dan minuman yang dimasukkan melalui
oral, obat-obatan. Tanda : Wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit,
pucat, berkeringat, perhatian menyempi
2. Pathways Keperawatan
Streptococcus hemolitikus tipe A
Virus hemolitikus influenza

Reaksi antigen dan antibody dalam tubuh

Antibody dalam tubuh tidak dapat melawan antigen kuman

Virus dan bakteri menginfeksi tonsil

Epitel terkikis

Inflamasi tonsil

nyeri saat Respon Pembengka Mulut bau,suara


menelan inflamasi kan tonsil parau

Anoreksia Rangsang sumbatan jalan fungsi tubuh


termoregulasi napas dan cerna
hipotalamus
Intake tidak harga
adekuat suhu tubuh tindakan cemas diri
nyeri
tonsilektomi rendah

resiko Hipertemi terputusnya


kurang
pembuluh darah
nutrisi

penumpukkan terputusnya keutuhan luka terbuka


sekret jaringan

pendarahan pertahanan tubuh


Resiko tidak
efektif pemajanan
Resiko kekurangan
bersihan mikroorganisme
volume cairan
jalan nafas
berhubungan dengan
perdarahan yang resiko infeksi
berlebihan
3. Diagnosa Keperawatan
. Pre Operasi
a. Resiko kurang nutrisi dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan respon inflamasi
c. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan respon inflamasi
d. Harga diri rendah berhubungan dengan penurunan fungsi tubuh
e. Cemas berhubungan dengan akan dilakukannya tindakan operasi tonsilektomi.
Post operasi
a. Resiko tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan
sekret
b. Resiko kekurangan volume cairan peredaran yang berlebihan
c. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan
d. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi ditandai dengan luka
terbuka. (Edward, 2001 Reeves, Charlene J.Roux, Gayle dkk. 2001)
4. Fokus Intervensi dan Rasional
 Pre Operasi
1) Resiko kurang nutrisi dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat ditandai dengan ancroksia, disfagia keperawatan kebutuhan nutrisi
pasien adekuat
Kriteria hasil : Kebutuhan nutrisi pasien adekuat, tidak ada tanda-tanda
malnutrisi, mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang
diberikan atau dibutuhkan
Intervensi
a. Awasi masukan dan berat badan sesuai indikasi
R : Memberikan informasi sehubungan dengan kebutuhan nutrisi dan
keefektifan terapi
b. Auskultasi bunyi usus
R : Makan hanya dimulai setelah bunyi usus membaik setelah operasi
c. Mulai dengan makan kecil dan tingkatkan sesuai toleransi
R : Kandungan makan dapat mengakibatkan ketidak toleransian,
memerlukan perubahan pada kecepatan/tipe formula
d. Berikan diet nutrisi seimbang (makan cair atau halus) atau makanan selang
yang sesuai indikasi
R:-
(Doenges,2000)
2) Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan respon inflamasi
Tujuan : nyeri berkurang/terkontrol
Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri
berkurang, skala nyeri menurun
Intervensi
a. Monitoring perkembangan nyeri
R : Mengetahui perkembangan tindakan dari yang dilakukan
b. Monitoring tanda-tanda vital darah dan nadi
R : Mengetahui keadaan pasien
c. Berikan tindakan nyaman dan akivitas hiburan
R :Meningkatkan relaksasi dan membantu pasien memfokuskan perhatian
pada sesuatu disamping diri sendiri/ketidaknyamanan. Dapat menurunkan
kebutuhan dosis analgetik
d. Selidiki perubahan karakeristik nyeri,periksa mulut,tenggorokan
R : Dapat menunjukkan terjadinya komplikasi yang memerlukan evaluasi
Lanjutan
e. Catatan indikator non-verbal respon automatic terhadap nyeri evaluasi efek
samping
R :Dapat meningkatkan kerjasama dan partisipasi dalam program pengobatan
(Doenges,2000)
3) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan respon inflamasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan suhu tubuh
normal
Kriteria hasil : suhu tubuh normal (36-37ºC) tubuh tidak terasa panas, pasin tidak
gelisah
Intervensi
a. Pantau suhu pasien (derajad dan pola) perhatikan menggigil/diaphoresis
R : Suhu 38,9-41,1 menunjukkan proses penyakit infeksius
b. Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahan linen tempat tidur sesuai indikasi
R : Suhu ruangan harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal
c. Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alcohol
R : Dapat membantu mengurangi demam
d . Berikan antipiretik misalnya ASA (aspirin) asetaminofon
R : Gunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada
hipotalamus meskipun demam mungkin dapatberguna dalam mengatasi
pertumbuhan organism dan meningkatkan autodestruksi dari sel-sel yang
terinfeksi (Doenges,2000).
4) Harga diri rendah berhubungan dengan penurunan fungsi tubuh
Tujuan : tidak mengalami harga diri rendah
Kriteria hasil : 1. menyatakan pemahaman akan perubahan dan penerimaan diri
pada situasi yang ada
2. Mengidentifikasi persepsi diri negative
Intervensi
a. Diskusikan situasi atau dorong pernyataan takut atau masalah, jelaskan
hubungan antara gejala dengan asal penyakit
R : Pasien sangat sensitif terhadap perubahan tubuh

b. Dukung dan dorong pasien, berikan perawatan yang positif, perilaku


bersahabat
R : Pemberian perawatan kadang-kadang memungkinkan penilaian perasaan
pasien untuk memuat upaya untuk membantu pasien merasakan nilai
pribadi.
c. Dorong keluarga/orang terdekat untuk menyatakan perasaa, berkunjung atau
berpartisipai pada perawatan
R : Anggota keluarga dapagt merasa bersalah tentang kondisi pasien dan takut
terhadap kematian.
d. Tekankan keberhasilan yang kecil sekalipun baik mengenai penyembuhan
fungsi tubuh ataupun kemandirian pasien
R : Mengkonsolidasikan keberhasilan membantu menurunkan perasaan marah
dan ketidakberdayaan dan menimbulakn perasaan adanya perkembangan
e. Bantu dan dorong kebiasaan berpakaian dan berdandan yang baik
R : Membantu peningkatan rasa harga diri dan kontorl atas salah satu bagian
kehidupan (Doenges,2000).
5) Cemas berhubungan dengan akan dilakukannya tindakan operasi tonsilektomi.
Tujuan : Kecemasan berkurang /hilang
Kriteria Hasil : Kecemasan berkurang ,monitor intensitas kecemasan.
Intervensi:
a. Kaji sejauh mana kecemasan klien.
R : Untuk mengetahui tingkat kecemasan klien.
b. Informasikan pasien /orang terdekat tentang peran advokat perawat intra
operasi
R : Mengembangkan rasa percaya diri.
c. Identifikasikan tingkat rasa cemas.
R : Untuk mengetahui tingkat kecemasan klien.
d. Validasi sumber rasa takut.
R : Mengidentif ikasikan rasa takut yang spesifik.
e. Beritahu pasien kemungkinan dilakukan operasi.
R : Mengurangi rasa takut (Doenges,2000).
 Post Operasi
1) Resiko tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan
secret
Tujuan : jalan nafas sefektif
Kriteria hasil : setelah dilakukan keperawatan resiko ketidakefektifan
bersihan jalan nafas dapat teratasi ditandai dengan tidak adanya sekret
Intervensi
a. Pantau irama atau frekuensi irama pernafasan
R : Pernafasan dapat melambatkan dan frekuensi ekspirasi memanjang di
banding inspirasi
c. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya: mengi, krekel,
ronki
R : Bunyi nafas mengi, krekels, dan ronki terdengar pada inspirasi dan atau
ekspirasi pada respon terhadap pengumpulan secret
d. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, misalnya peninggian kepala tempat
tidur, duduk pada sandaran tempat tidur
R : Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan
dengan menggunakan gravitasi namun, pasien dengan distresi berat
akan mencari posisi yang paling mudah untuk bernafas
e. Dorong pasien untuk mengeluarkan lender secara perlahan
R : Membersihkan jalan nafas dan membantu mencegah komplikasi
Pernafasan (Doenges,2000).
2) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan yang
berlebihan
Tujuan : berkurangnya volume cairan yang terjadi
Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko kekurangan
volume cairan dapat terstasi ditandai dengan tanda vital stabil,
membran mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler
cepat
Intervensi
a. Kaji atau ukur dan catat jumlah pendarahan
R : Potensial kekurangan cairan, khususnya bila tidak ada tambahan cairan
b. Awasi tanda vital: bandingkan dengan hasil normal pasien/sebelumnya.
Ukur TD dengan posisi duduk atau berbaring serta ukur nadi
R : Perubahan TD dan nadi dapat digunakan untuk perkiraan kasar
kehilangan darah, missal nadi diduga 25% penurunan >110
c. Catat respon fisiologi individual pasien terhadap perdarahan,
misalnya perubahan mental, kelemahan, gelisah, anietas, pucat,
berkeringant, takipnea, peningkatan suhu
R :Simtomatologi dapat berguna dalam mengukur berat badan atau
lamanya episode perdarahan. Memburuknya gejala dapat menunjukkan
berlanjutnya perdarahan atau tidak adekuatnya penggataian cairan
d. Awasi batuk dan bicara karena akan mengiritasi luka dan menambah
perdarahan
R : Aktivitas batuk dan bicara meninkakan tekanan intraabdomen dan dapat
mencetuskan perdarahan langit (Doenges,2000).
3) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan
Tujuan : nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang,
skala nyeri terkontrol
Intervensi
a. Tentukan karakteristik nyeri, misalnya tajam, konstan, ditusuk, selidiki
perubahan karakter atau lokasi atau intensitas nyeri
R : Nyeri biasanya ada dalam beberapa derajat, juga dapat menimbulkan
komplikasi
b. Anjurkan klien untuk mengurangi nyeri dengan:
1. minum air dingin atau air es
2. hindarkan makanan pedas, panas, asam dan keras
3. melakukan teknik relaksasi
R : Tindakan non-analgetik diberikan dengan cara alternative untuk
Mengurangi nyeri dan menghilangkan ketidaknyamanan
c. Menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
R : Menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat
d. Pantau tanda vital
R : Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien
mengalami nyeri, khususnya bila alas an lain untuk perubahan tanda
vital telah terlihat (Doenges,2000).
4) Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi ditandai dengan luka
terbuka
Tujuan : menyatakan pemahaman penyebab atau fakto resiko individu
Kriteria hasil : mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau menurunkan
resiko infeksi, menunjukkan tehnik atau perubahan pola hidup untuk
meningkatkan lingkungan yang nyaman
Intervensi
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah aktivitas walaupun menggunakan
sarung tangan steril
R : Mengurangi kontaminasi silang
b. Tetap ada fasilitas control infeksi steril dan prosedur aseptic
R : Tetapkan mekanisme yang dirancang untuk mencegah infeksi
c. Siapkan lokasi operasi menurut produsen khusus
R : Meminimalkan jumlah bakteri pada lokasi operasi
5. Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai
tujuan yang telah diterapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping (Nursalam: 2001).
6. Evaluasi
a. Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan
pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada
tahap perencanaan (Nursalam, 2001).Adapun evaluasi dari tiap - tiap masalah di
atas adalah:
Nyeri berkurang atau teratasi
Kriteria hasil : Reflek menelan baik, tidak ada masalah saat makan, tidak
mengalami batuk saat menelan, menelan secara normal, menelan dengan
nyaman.
b. Keseimbangan cairan terpenuhi
Kriteria hasil : Mukosa bibir lembab, Turgor kulit baik, tanda-tanda vital stabil
c. Nutrisi tubuh terpenuhi
Kriteria hasil : Nafsu makan klien bertambah, mual dan muntah berkurang,
peningkatan berat badan.
d. Suhu tubuh dalam batas normal
Kriteria hasil : Suhu tubuh dalam rentang normal 36-370C, keadaan, kulit dalam
batas normal tidak mengalami turgor kulit yang jelek, nadi dan pernapasan dalam
batas normal yaitu 80 x/menit dan pernapasan 18 x/menit.
e. Cemas tidak terjadi, kenyamanan pasien meningkat
Kriteria hasil : Ansietas berkurang, klien bisa mengendalikan tingkat
kecemasannya, mengetahui penyebab mengalami kecemasan.
f. Pola nafas efektif
Kriteria hasil : Tidak mengalami sesak nafas, pernafasan dalam batas normal,
tidak terjadi batuk
DAFTAR PUSTAKA

http://health.vic.gov.au/edfactsheets/downloads/tonsilitis.pdf

http://seputarsehat.com/keperawatan/asuhan-keperawatan-tonsilitis.html

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-julibestar-5392-2-babiik-
r.pdf

https://sseplyruminding.wordpress.com/2013/06/22/makalah-tonsilitis/

http://majalahkesehatan.com/gejala-dan-penanganan-radang-amandel-tonsilitis/

Anda mungkin juga menyukai