Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Tonsil adalah massa jaringan limfoid yang terletak di rongga faring. Tonsil
menyaring dan melindungi saluran pernafasan serta saluran pencernaan dari invasi
organisme patogen dan berperan dalam pembentukan antibodi. Meskipun ukuran
tonsil bervariasi, anak-anak umumnya memiliki tonsil yang lebih besar daripada
remaja atau orang dewasa. Perbedaan ini dianggap sebagai mekanisme perlindungan
karena anak kecil rentan terutama terhadap ISPA. (Wong, 2008 : 940)
Jika sering trinfeksi, tonsil dapat menjadi sumber infeksi. Dengan berulangnya
infeksi, jaringan limfoid dapat menjadi hipertrofi atau mengecil dan fibrotik. Karena
itu tonsil pada anak yang lebih tua dapat besar atau kecil. Dengan adanya tonsilitis
berulang, seringkali jaringan limfoid tonsil membesar. Kadang-kadang, meskipun
jarang, pembesaran tonsil menyebabkan obstruksi pada waktu bernapas, terutama
malam hari. Kemudian terjadi serangan apnea yang dapat berlanjut terus. Juga terjadi
pembesaran adenoid. Pada keadaan ini, aliran udara tersumbat dan anak kemudian
bernapas dengan mulut. Juga, karena tuba Eustasius tersumbat, dapat terjadi otitis
media atau glue ear,menyebabkan tuli. (Jhon Rendle-Short, 1994 :205)
Infeksi akut saluran nafas bagian atas pada anak-anak merupakan hal yang
sering dijumpai oleh dokter umum. banyak terdapat antara pengobatan dengan operasi
dan pengobatan medikamentosa pada penyakit-penyakit ini, karena baik pengobatan
medikamentosa ataupun pengobatan dengan operasi ditentukan oleh perubahan
fisiologis yang terjadi selama masa pertumbuhan anak. Sangat diketahui lebih dalam
mengenai fisiologi tonsil dan adenoid. Tonsil dan adenoid membentuk cincin jaringan
limfe pada pintu masuk saluran nafas dan saluran pencernaan yang dikenal sebagai
cincin waldeyer. Bagian-bagian lain cincin ini dibentuk oleh tonsil lidah dan jaringan
limfe di mulut tuba eustachii. Kumpulan jaringan ini pada pintu masuk saluran nafas
dan saluran pencernaan, melindungi anak terhadap infeksi melalui udara dan
makanan. Seperti halnya jaringan-jaringan limfe yang lain, jaringan limfe pada cincin
waldeyer menjadi hipertrofi pada masa anak-anak dan menjadi atrofi pada masa
pubertas. Karena kumpulan jaringan ini berfungsi sebagai suatukesatuan, maka pada
fase aktifnya, pengangkatan suatu bagian jaringan tersebut menyebabkan hipertrofi
sisa jaringan.

1
1.1 Rumusan Masalah
1. buatlah konsep teori penyakit meliputi pengertian, klasifikasi, etiologi,
patofisiologi, WOC, manifestasi klinis, komplikasi dan penatalaksanaan medis?
2. buatlah proses keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaa,
implementasi dan evaluasi?
3. sertakan sumber dari referensi makalah yang dibuat?

1.3 Tujuan
1. menjelaskan konsep teori penyakit meliputi pengertian, klasifikasi, etiologi,
patofisiologi, WOC, manifestasi klinis, komplikasi dan penatalaksanaan medis.
2. mengetahui dan menjelaskan proses keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa,
perencanaa, implementasi dan evaluasi.
3. menyertakan sumber dari referensi makalah yang dibuat.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2
2.1 DEFINISI

Tonsilitis merupakan inflamasi atau pembengkakan akut pada tonsil atau


amandel (Reeves, Roux, Lockhart, 2001 ). Berikut adalah gambar tonsilitis :

Tonsilitis adalah infeksi amandel pada kelenjar di kedua sisi belakang


tenggorokan. Amandel adalah bagian dari sistem kekebalan, yang melindungi dan
membantu tubuh untuk melawan infeksi. Tonsilitis sangat umum dan dapat terjadi
pada semua usia. Hal ini paling umum pada anak-anak dan dewasa muda. Tonsilitis
akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman streptococcus beta hemolyticus,
streptococcus viridons dan streptococcus pygenes, dapat juga disebabkan oleh virus.
(Mansjoer,A. 2000)

Tonsilitis sebagian besar disebabkan oleh virus dan sering didahului oleh
dingin (hidung meler, batuk dan sakit mata). sedikit kasus (sekitar satu dari tujuh)

3
yang disebabkan oleh bakteri. paling jenis umum dari bakteri yang terlibat adalah
streptokokus (juga dikenal sebagai 'radang' tenggorokan). Tonsilektomi adalah suatu
tindakan pembedahan dengan mengambil atau mengangkat tonsil. (Arsyad
Soepardi,1995)

Macam-macam tonsillitis
1. Tonsillitis akut
Dibagi lagi menjadi 2, yaitu :
a. Tonsilitis viral
Ini lebih menyerupai common cold yang disertai rasa nyeri tenggorok.
Penyebab paling tersering adalah virus Epstein Barr.
b. Tonsilitis Bakterial
Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A stereptococcus
beta hemoliticus yang dikenal sebagai strept throat, pneumococcus,
streptococcus viridian dan streptococcus piogenes. Detritus merupakan
kumpulan leukosit, bakteri yang mulai mati.
2. Tonsilitis membranosa
a. Tonsilitis Difteri
Penyebabnya yaitu oleh kuman Coryne bacterium diphteriae, kuman
yang termasuk Gram positif dan hidung di saluran napas bagian atas yaitu
hidung, faring dan laring.
b. Tonsilitis Septik
Penyebab streptococcus hemoliticus yang terdapat dalam susu sapi
sehingga menimbulkan epidemi. Oleh karena di Indonesia susu sapi dimasak
dulu dengan cara pasteurisasi sebelum diminum maka penyakit ini jarang
ditemukan.
3. Angina Plout Vincent
Penyebab penyakit ini adalah bakteri spirochaeta atau triponema yang
didapatkan pada penderita dengan higiene mulut yang kurang dan defisiensi vitamin
C. Gejala berupa demam sampai 39° C, nyeri kepala , badan lemah dan kadang
gangguan pecernaan.
4.Tonsilitis kronik
Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronis ialah rangsangan yang menahun
dari rokok, beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca

4
kelemahan fisik dan pengobatan tonsilitis yang tidak adekuat kuman penyebabnya
sama dengan tonsilitis akut tetapi kadang

2.2 ANATOMI FISIOLOGI


Tonsil terbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil
mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam yang meluas ke jaringan tonsil.
Tonsil tidak mengisi seluruh fosa tonsilaris, daerah kosong di atasnya dikenal sebagai
fosa supratonsilaris. Bagian luar tonsil terikat longgar pada muskulus konstriktor
faring superior, sehingga tertekan setiap kali makan.
Walaupun tonsil terletak di orofaring karena perkembangan yang berlebih
tonsil dapat meluas ke arah nasofaring sehingga dapat menimbulkan insufisiensi
velofaring atau obstruksi hidung walau jarang ditemukan. Arah perkembangan tonsil
tersering adalah ke arah hipofaring, sehingga sering menyebabkan terjaganya anak
saat tidur karena gangguan pada jalan nafas. Secara mikroskopik mengandung 3 unsur
utama:
1. Jaringan ikat/trabekula sebagai rangka penunjang pembuluh darah saraf.
2. Folikel germinativum dan sebagai pusat pembentukan sel limfoid muda.
3. Jaringan interfolikuler yang terdiri dari jaringan limfoid dalam berbagai stadium

Tabel 1:Gambar Tonsilitis

5
Tonsil (amandel) dan adenoid merupakan jaringan limfoid yang terdapat pada
daerah faring atau tenggorokan. Keduanya sudah ada sejak anak dilahirkan dan mulai
berfungsi sebagai bagian dari sistem imunitas tubuh setelah imunitas “warisan” dari
ibu mulai menghilang dari tubuh anak. Pada saat itu (usia lebih kurang 1 tahun) tonsil
dan adenoid merupakan organ imunitas utama pada anak, karena jaringan limfoid lain
yang ada di seluruh tubuh belum bekerja secara optimal.
Sistem imunitas ada 2 macam yaitu imunitas seluler dan humoral. Imunitas
seluler bekerja dengan membuat sel (limfoid T) yang dapat “memakan“ kuman dan
virus serta membunuhnya. Sedangakan imunitas humoral bekerja karena adanya sel
(limfoid B) yang dapat menghasilkan zat immunoglobulin yang dapat membunuh
kuman dan virus.
Kuman yang “dimakan” oleh imunitas seluler tonsil dan adenoid terkadang
tidak mati dan tetap bersarang disana serta menyebabklan infeksi amandel yang
kronis dan berulang (Tonsilitis kronis). Infeksi yang berulang ini akan menyebabkan
tonsil dan adenoid “bekerja terus “ dengan memproduksi sel-sel imun yang banyak
sehingga ukuran tonsil dan adenoid akan membesar dengan cepat melebihi ukuran
yang normal.
Tonsil dan adenoid yang demikian sering dikenal sebagai amandel yang dapat
menjadi sumber infeksi (fokal infeksi) sehingga anak menjadi sering sakit demam dan
batuk pilek.Selain itu folikel infeksi pada amandel dapat menyebabkan penyakit pada
ginjal (Glomerulonefritis), katup jantung (Endokarditis), sendi (Rhematoid Artritis)
dan kulit. (Dermatitis). Penyakit sinusitis dan otitis media pada anak seringkali juga
disebabkan adanya infeksi kronis pada amandel dan adenoid.

2.3 ETIOLOGI/PREDISPOSISI
A. Tonsillitis bakterialis supuralis akut paling sering disebabkan oleh streptokokus
beta hemolitikus group A,Misalnya: Pneumococcus, staphylococcus, Haemalphilus
influenza, sterptoccoccus non hemoliticus atau streptoccus viridens.

B. Bakteri merupakan penyebab pada 50% kasus. Antara lain streptococcus B


hemoliticus grup A, streptococcus, Pneumoccoccus,Virus, Adenovirus, Virus
influenza serta herpes.

6
C. Penyebabnya infeksi bakteri streptococcus atau infeksi virus. Tonsil berfungsi
membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya sebagai tindakan
pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun virus,
sehingga membengkak dan meradang, menyebabkan tonsillitis. (Adam,1999;
Iskandar,1993; Firman,2006)
2.4 PATOFISIOLOGI
Saat bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut,amandel
berperan sebagai filter, menyelimuti organism yang berbahaya tersebut sel-sel darah
putih ini akan menyebabkan infeksi ringan pada amandel.Hal ini akan memicu tubuh
untuk membentuk antibody terhadap infeksi yang akan datang akan tetapi kadang-
kadang amandel sudah kelelahan menahan infeksi atau virus.Infeksi bakteri dari virus
inilah yang menyebabkan tonsillitis.
Bakteri atau virus menginfeksi lapisan epitel tonsil-tonsil epitel menjadikan
terkikis dan terjadi peradangan serta infeksi pada tonsil.Infeksi tonsil jarang
menampilkan gejala tetapi dalam kasus yang ekstrim pembesaran ini dapat
menimbulkan gejala menelan.Infeksi tonsil yang ini adalah peradangan di
tenggorokan terutama dengan tonsil yang abses (abses peritonsiler).Abses besar yang
terbentuk dibelakang tonsil menimbulkan rasa sakit yang intens dan demam tinggi
(39C-40C).abses secara perlahan-lahan mendorong tonsil menyeberang ke tengah
tenggorokan.
Dimulai dengan sakit tenggorokan ringan sehingga menjadi parah.pasien
hanya mengeluh merasa sakit tenggorokannya sehingga berhenti makan.Tonsilitis
dapat menyebabkan kesukaran menelan,panas,bengkak,dan kelenjar getah bening
melemah didalam daerah submandibuler,sakit pada sendi dan otot,kedinginan, seluruh
tubuh sakit,sakit kepala dan biasanya sakit pada telinga.Sekresi yang berlebih
membuat pasien mengeluh sukar menelan,belakang tenggorokan akan terasa
mengental.Hal-hal yang tidak menyenangkan tersebut biasanya berakhir setelah 72
jam. (Edward,2001 Reeves,Charlene J.Roux,Gayle dkk,2001 )

2.5 MANIFESTASI KLINIK


a. Orang dengan tonsilitis sering memiliki:
• sakit tenggorokan dan leher
• Nyeri ketika menelan
• drooling pada anak-anak

7
• demam (suhu tubuh yang lebih 37.5ºC untuk orang dewasa dan lebih dari 38
º C pada anak-anak)
• kehilangan nafsu makan, dan merasa umumnya 'tidak sehat'
• amandel merah dan bengkak (dengan nanah)
• bengkak dan kelenjar getah bening tender (kelenjar) di kedua sisi
leher
• perubahan suara mereka (seperti terdengar 'Serak' atau teredam).
Anak-anak mungkin mengeluh sakit perut tanpa sakit yang tenggorokan, dan
mereka mungkin muntah. Anak-anak kecil mungkin hanya mengalami demam.

2.6 KOMPLIKASI
Faringitis merupakn komplikasi tonsilitis yang paling banyak didapat. Demam
rematik, nefritis dapat timbul apabila penyebab tonsilitisnya adalah kuman
streptokokus. Komplikasi yang lain dapat berupa :

a. Abses pertonsil
Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini terjadi
beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh streptococcus group
A ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007 ).

b. Otitis media akut


Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi) dan dapat
mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur spontan gendang
telinga ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007 ).

c. Mastoiditis akut
Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam sel-sel
mastoid ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007 ).

d. Laringitis
Merupakn proses peradangan dari membran mukosa yang membentuk larynx.
Peradangan ini mungkin akut atau kronis yang disebabkan bisa karena virus, bakter,
lingkungan, maupunmkarena alergi ( Reeves, Roux, Lockhart, 2001 ).

8
e. Sinusitis
Merupakan suatu penyakit inflamasi atau peradangan pada satua atau lebih dari sinus
paranasal. Sinus adalah merupakan suatu rongga atau ruangan berisi udara dari
dinding yang terdiri dari membran mukosa ( Reeves, Roux, Lockhart, 2001 ).

f. Rhinitis
Merupakan penyakit inflamasi membran mukosa dari cavum nasal dan nasopharynx
( Reeves, Roux, Lockhart, 2001 ).

2.7 PENGOBATAN

Pada kebanyakan orang, infeksi yang disebabkan oleh virus hanya perlu
diobati dengan parasetamol untuk menurunkan demam. Pereda nyeri juga mungkin
berguna untuk mengurangi rasa sakit .
Tonsilitis yang disebabkan oleh bakteri mungkin perlu diobati dengan
antibiotik (misalnya penisilin atau eritromisin, jika alergi terhadap penisilin). Jika
anak Anda mendapatkan antibiotik, penting sekali untuk meminum obat sampai tuntas
agar bakteri benar-benar musnah dan tidak menjadi resisten obat.

Bedah amandel

Bedah untuk mengangkat amandel (tonsilektomi)–dulu pernah menjadi


tindakan umum untuk mengobati tonsilitis–hanya dilakukan bila tonsilitis sering
berulang atau kronis, tidak merespon pengobatan atau menyebabkan komplikasi
serius. Pengangkatan amandel tidak berefek buruk terhadap daya kekebalan tubuh
secara keseluruhan. Namun demikian, operasi ini kini relatif lebih jarang dilakukan
dibandingkan dulu

2.8 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


Dilakukan pemeriksaan fisik menyeluruh, dan pengumpulan riwayat kesehatan
yang cermat untuk menyingkirkan kondisi sistemik atau kondisi yang berkaitan. Usap
tonsilar dikultur untuk menentukan adanya infeksi bakteri. Jika tonsil adenoid ikut
terinfeksi maka dapat menyebabkan otitis media supuratif yang mengakibatkan
kehilangan pendengaran, pasien harus diberikan pemeriksaan audiometik secara
menyeluruh sensitivitas/ resistensi dapat dilakukan jika diperlukan

9
2.9 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan tonsillitis secara umum:
a. Jika penyebab bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut ) selama 10 hari,
jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan.
b. Pengangkatan tonsil (Tonsilektomi ) dilakukan jika:
1) Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih /tahun .
2) Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2
tahun.
3) Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3
tahun.
4) Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.

Penatalaksanaan tonsillitis adalah :


a. Penatalaksanaan tonsillitis akut
1) Antibiotik golongan penelitian atau sulfanamid selama 5 hari dan obat
kumur atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan
eritromisin atau klidomisin.
2) Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder, kortikosteroid
untuk mengurangi edema pada laring dan obat simptomatik.
3) Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari komplikasi
kantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan tenggorok 3 kali negatif
4) Pemberian antipiretik
b. Penatalaksanaan tonsillitis kronik
1) Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap.
2) Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi
konservatif tidak berhasil.
Tonsilektomi menurut Firman S (2006), yaitu :
a. Perawatan Prabedah
Diberikan sedasi dan premedikasi, selain itu pasien juga harus dipuasakan,
membebaskan anak dari infeksi pernafasan bagian atas.
b. Teknik pembedahan
Anestesi umum selalu diberikan sebelum pembedahan,pasien diposisikan terlentang
dengan kepala sedikit direndahkan dan leher dalam keadaan ekstensi mulut ditahan

10
terbuka dengan suatu penutup dan lidah didorong keluar dari jalan. Penyedotan harus
dapat diperoleh untuk mencegah inflamasi dari darah. Tonsil diangkat dengan diseksi
quillotine. Metode apapun yang digunakan penting untuk mengangkat tonsil secara
lengkap. Perdarahan dikendalikan dengan menginsersi suatu pak kasa ke dalam ruang
post nasal yang harus diangkat setelah pembedahan. Perdarahan yang berlanjut dapat
ditangani dengan mengadakan ligasi pembuluh darah pada dasar tonsil.
c. Perawatan paska-bedah
1) Berbaring kesamping sampai bangun kemudian posisi mid fowler.
2) Memantau tanda-tanda perdarahan:
 Menelan berulang
 Muntah darah segar
 Peningkatan denyut nadi pada saat tidur

3) Diet
a) Memberikan cairan bila muntah telah reda.
 Mendukung posisi untuk menelan potongan makanan yang besar (lebih
nyaman dari adanya kepingan kecil)
 Hindari pemakaian sedotan (suction dapat menyebabkan perdarahan)
b) Menawarkan makanan
 Es cream, crustard dingin, sup krim, dan jus.
 Refined sereal dan telur setengah matang biasanya lebih dapat dinikmati
pada pagi hari setelah perdarahaan.
 Hindari jus jeruk,minuman panas, makanan kasar atau banyak bumbu
selama 1 minggu
c) Mengatasi ketidaknyamanan pada tenggorokan
 Menggunakan ice color (kompres es) bila mau
 Memberikan analgesik (hindari aspirin)
 Melaporkan segera tanda-tanda perdarahan.
 Minum 2-3 liter / hari sampai bau mulut hilang.
d) Mengajari pasien mengenal hal berikut
 Hindari latihan berlebihan, batuk, bersin, berdahak dan menyisi hidung
segera selama 1-2 minggu
 Tinja mungkin seperti teh dalam beberapa hari karena darah yang tertelan.
 Tenggorokan tidak nyaman dapat sedikit bertambah antara hari ke-4 dan
ke-8 setelah operasi.

ASUHAN KEPERAWATAN TONSILITIS


11
3.1 PENGKAJIAN
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : – kelemahan
– kelelahan (fatigue)
b. Sirkulasi
Tanda : – Takikardia
– Hiperfentilasi (respons terhadap aktivitas)
c. Integritas Ego
Gejala : – Stress
– Perasaan tidak berdaya
Tanda : – Tanda- tanda ansietas, mual : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian
menyempit.
d. Eliminasi
Gejala : – Perubahan pola berkemih
Tanda : – Warna urine mungkin pekat
e. Maknan / cairan
Gejala : – Anoreksia
– Masalah menelan
– Penurunan menelan
Tanda : – Membran mukosa kering
– Turgor kulit jelek
f. Nyeri / kenyamanan
Gejala : – Nyeri pada daerah tenggorokan saat digunakan untuk menelan.
– Nyeri tekan pada daerah sub mandibula.
– Faktor pencetus : menelan ; makanan dan minuman yang dimasukkan melalui oral,
obat-obatan.
Tanda : – Wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat,
perhatian menyempit.

3.2 Pathways Keperawatan

Streptococcus hemolitikus tipe A


Virus hemolitikus influenza

12
Reaksi antigen dan antibody dalam tubuh

Antibody dalam tubuh tidak dapat melawan antigen kuman

Virus dan bakteri menginfeksi tonsil

Epitel terkikis

Inflamasi tonsil

nyeri saat Respon Pembengka Mulut bau,suara


menelan inflamasi kan tonsil parau

Anoreksia Rangsang sumbatan jalan fungsi tubuh


termoregulasi napas dan cerna
hipotalamus
Intake tidak harga
adekuat suhu tubuh tindakan diri
nyeri cemas rendah
tonsilektomi

resiko kurang Hipertemi terputusnya


nutrisi
pembuluh darah

penumpukkan terputusnya keutuhan luka terbuka


sekret jaringan

pendarahan pertahanan tubuh


Resiko tidak
efektif bersihan Resiko kekurangan
pemajanan
jalan nafas volume cairan
mikroorganisme
berhubungan dengan
perdarahan yang
berlebihan resiko infeksi

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Pre Operasi
a. Resiko kurang nutrisi dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat

13
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan respon inflamasi
c. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan respon inflamasi
d. Harga diri rendah berhubungan dengan penurunan fungsi tubuh
e. Cemas berhubungan dengan akan dilakukannya tindakan operasi
tonsilektomi.

2. Post operasi
a. Resiko tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan
sekret
b. Resiko kekurangan volume cairan peredaran yang berlebihan
c. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan
d. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi ditandai dengan luka
terbuka. (Edward, 2001 Reeves, Charlene J.Roux, Gayle dkk. 2001)

3.4 Fokus Intervensi dan Rasional


1. Pre Operasi
A. Resiko kurang nutrisi dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat ditandai dengan ancroksia, disfagia keperawatan kebutuhan
nutrisi pasien adekuat
Kriteria hasil : Kebutuhan nutrisi pasien adekuat, tidak ada tanda-tanda
malnutrisi, mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan atau
dibutuhkan
Intervensi
a. Awasi masukan dan berat badan sesuai indikasi
R : Memberikan informasi sehubungan dengan kebutuhan nutrisi dan keefektifan
terapi
b. Auskultasi bunyi usus
R : Makan hanya dimulai setelah bunyi usus membaik setelah operasi
c. Mulai dengan makan kecil dan tingkatkan sesuai toleransi
R : Kandungan makan dapat mengakibatkan ketidak toleransian, memerlukan
perubahan pada kecepatan/tipe formula
d. Berikan diet nutrisi seimbang (makan cair atau halus) atau makanan selang yang
sesuai indikasi
R:-

14
(Doenges,2000)

B. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan respon inflamasi


Tujuan : nyeri berkurang/terkontrol
Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri
berkurang, skala nyeri menurun
Intervensi
a. Monitoring perkembangan nyeri
R : Mengetahui perkembangan tindakan dari yang dilakukan
b. Monitoring tanda-tanda vital darah dan nadi
R : Mengetahui keadaan pasien
c. Berikan tindakan nyaman dan akivitas hiburan
R :Meningkatkan relaksasi dan membantu pasien memfokuskan perhatian pada
sesuatu disamping diri sendiri/ketidaknyamanan. Dapat menurunkan kebutuhan dosis
analgetik
d. Selidiki perubahan karakeristik nyeri,periksa mulut,tenggorokan
R : Dapat menunjukkan terjadinya komplikasi yang memerlukan evaluasi lanjutan
e. Catatan indikator non-verbal respon automatic terhadap nyeri evaluasi efek
samping
R : Dapat meningkatkan kerjasama dan partisipasi dalam program pengobatan
(Doenges,2000)

C. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan respon inflamasi


Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan suhu tubuh normal
Kriteria hasil : suhu tubuh normal (36-37ºC) tubuh tidak terasa panas, pasin tidak
gelisah
Intervensi
a. Pantau suhu pasien (derajad dan pola) perhatikan menggigil/diaphoresis
R : Suhu 38,9-41,1 menunjukkan proses penyakit infeksius
b. Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahan linen tempat tidur sesuai indikasi
R : Suhu ruangan harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal
c. Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alcohol
R : Dapat membantu mengurangi demam
d . Berikan antipiretik misalnya ASA (aspirin) asetaminofon

15
R : Gunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus
meskipun demam mungkin dapatberguna dalam mengatasi pertumbuhan organism
dan meningkatkan autodestruksi dari sel-sel yang terinfeksi
(Doenges,2000)

D. Harga diri rendah berhubungan dengan penurunan fungsi tubuh


Tujuan : tidak mengalami harga diri rendah
Kriteria hasil : 1. menyatakan pemahaman akan perubahan dan penerimaan diri pada
situasi yang ada 2. Mengidentifikasi persepsi diri negative
Intervensi
a. Diskusikan situasi atau dorong pernyataan takut atau masalah, jelaskan hubungan
antara gejala dengan asal penyakit
R : Pasien sangat sensitif terhadap perubahan tubuh
b. Dukung dan dorong pasien, berikan perawatan yang positif, perilaku bersahabat
R : Pemberian perawatan kadang-kadang memungkinkan penilaian perasaan pasien
untuk memuat upaya untuk membantu pasien merasakan nilai pribadi.
c. Dorong keluarga/orang terdekat untuk menyatakan perasaa, berkunjung atau
berpartisipai pada perawatan
R : Anggota keluarga dapagt merasa bersalah tentang kondisi pasien dan takut
terhadap kematian.
d. Tekankan keberhasilan yang kecil sekalipun baik mengenai penyembuhan fungsi
tubuh ataupun kemandirian pasien
R : Mengkonsolidasikan keberhasilan membantu menurunkan perasaan marah dan
ketidakberdayaan dan menimbulakn perasaan adanya perkembangan
e. Bantu dan dorong kebiasaan berpakaian dan berdandan yang baik
R : Membantu peningkatan rasa harga diri dan kontorl atas salah satu bagian
kehidupan
(Doenges,2000)

E. Cemas berhubungan dengan akan dilakukannya tindakan operasi tonsilektomi.


Tujuan : Kecemasan berkurang /hilang
Kriteria Hasil : Kecemasan berkurang ,monitor intensitas kecemasan.
Intervensi:
a. Kaji sejauh mana kecemasan klien.

16
R : Untuk mengetahui tingkat kecemasan klien.
b. Informasikan pasien /orang terdekat tentang peran advokat perawat intra operasi
R : Mengembangkan rasa percaya diri.
c. Identifikasikan tingkat rasa cemas.
R : Untuk mengetahui tingkat kecemasan klien.
d. Validasi sumber rasa takut.
R : Mengidentifikasikan rasa takut yang spesifik.
e. Beritahu pasien kemungkinan dilakukan operasi.
R : Mengurangi rasa takut
(Doenges,2000)

2. Post Operasi
A. Resiko tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan secret
Tujuan : jalan nafas sefektif
Kriteria hasil : setelah dilakukan keperawatan resiko ketidakefektifan bersihan jalan
nafas dapat teratasi ditandai dengan tidak adanya sekret
Intervensi
a. Pantau irama atau frekuensi irama pernafasan
R : Pernafasan dapat melambatkan dan frekuensi ekspirasi memanjang di banding
inspirasi
b. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya: mengi, krekel, ronki
R : Bunyi nafas mengi, krekels, dan ronki terdengar pada inspirasi dan atau ekspirasi
pada respon terhadap pengumpulan secret
c. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, misalnya peninggian kepala tempat tidur,
duduk pada sandaran tempat tidur
R : Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan
menggunakan gravitasi namun, pasien dengan distresi berat akan mencari posisi yang
paling
mudah untuk bernafas
d. Dorong pasien untuk mengeluarkan lender secara perlahan
R : Membersihkan jalan nafas dan membantu mencegah komplikasi pernafasan
(Doenges,2000)

17
A. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan yang
berlebihan
Tujuan : berkurangnya volume cairan yang terjadi
Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko kekurangan volume
cairan dapat terstasi ditandai dengan tanda vital stabil, membran mukosa lembab,
turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat
Intervensi
a. Kaji atau ukur dan catat jumlah pendarahan
R : Potensial kekurangan cairan, khususnya bila tidak ada tambahan cairan
b. Awasi tanda vital: bandingkan dengan hasil normal pasien/sebelumnya. Ukur TD
dengan posisi duduk atau berbaring serta ukur nadi
R : Perubahan TD dan nadi dapat digunakan untuk perkiraan kasar kehilangan darah,
missal nadi diduga 25% penurunan >110
c. Catat respon fisiologi individual pasien terhadap perdarahan,
misalnya perubahan mental, kelemahan, gelisah, anietas, pucat,
berkeringant, takipnea, peningkatan suhu
R : Simtomatologi dapat berguna dalam mengukur berat badan atau lamanya episode
perdarahan. Memburuknya gejala dapat menunjukkan berlanjutnya perdarahan atau
tidak adekuatnya penggataian cairan
d. Awasi batuk dan bicara karena akan mengiritasi luka dan menambah perdarahan
R : Aktivitas batuk dan bicara meninkakan tekanan intraabdomen dan dapat
mencetuskan perdarahan langit
(Doenges,2000)

C.Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan


Tujuan : nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang, skala nyeri
terkontrol

Intervensi
a. Tentukan karakteristik nyeri, misalnya tajam, konstan, ditusuk, selidiki perubahan
karakter atau lokasi atau intensitas nyeri
R : Nyeri biasanya ada dalam beberapa derajat, juga dapat menimbulkan komplikasi

18
b. Anjurkan klien untuk mengurangi nyeri dengan:
1. minum air dingin atau air es
2. hindarkan makanan pedas, panas, asam dan keras
3. melakukan teknik relaksasi
R : Tindakan non-analgetik diberikan dengan cara alternative untuk mengurangi nyeri
dan menghilangkan ketidaknyamanan
c. Menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
R : Menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat
d. Pantau tanda vital
R : Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami
nyeri, khususnya bila alas an lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat
(Doenges,2000)

D. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi ditandai dengan luka
terbuka
Tujuan : menyatakan pemahaman penyebab atau fakto resiko individu
Kriteria hasil : mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau menurunkan resiko
infeksi, menunjukkan tehnik atau perubahan pola hidup untuk meningkatkan
lingkungan yang nyaman
Intervensi
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah aktivitas walaupun menggunakan sarung tangan
steril
R : Mengurangi kontaminasi silang
b. Tetap ada fasilitas control infeksi steril dan prosedur aseptic
R : Tetapkan mekanisme yang dirancang untuk mencegah infeksi
c. Siapkan lokasi operasi menurut produsen khusus
R : Meminimalkan jumlah bakteri pada lokasi operasi

3.4 Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai

19
tujuan yang telah diterapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping (Nursalam: 2001).

3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan
pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan (Nursalam, 2001).Adapun evaluasi dari tiap - tiap masalah di atas
adalah:
a. Nyeri berkurang atau teratasi
Kriteria hasil : Reflek menelan baik, tidak ada masalah saat makan, tidak mengalami
batuk saat menelan, menelan secara normal, menelan dengan nyaman.

b. Keseimbangan cairan terpenuhi


Kriteria hasil : Mukosa bibir lembab, Turgor kulit baik, tanda-tanda vital stabil

c. Nutrisi tubuh terpenuhi


Kriteria hasil : Nafsu makan klien bertambah, mual dan muntah berkurang,
peningkatan berat badan.

d. Suhu tubuh dalam batas normal


Kriteria hasil : Suhu tubuh dalam rentang normal 36-370C, keadaan, kulit dalam batas
normal tidak mengalami turgor kulit yang jelek, nadi dan pernapasan dalam batas
normal yaitu 80 x/menit dan pernapasan 18 x/menit.

e. Cemas tidak terjadi, kenyamanan pasien meningkat


Kriteria hasil : Ansietas berkurang, klien bisa mengendalikan tingkat kecemasannya,
mengetahui penyebab mengalami kecemasan.

f. Pola nafas efektif


Kriteria hasil : Tidak mengalami sesak nafas, pernafasan dalam batas normal, tidak
terjadi batuk

BAB III

PENUTUP

20
Kesimpulan

Kesimpulan penulis berdasarakan beberapa pengertian diatas, tonsilitis merupakan suatu


peradangan pada tonsil yang disebabkan karena bakteri atau virus,prosesnya bisa akut atau
kronis. Tonsilektomi adalah suatu tindakan pembedahan dengan mengambil atau mengangkat
tonsil. (Arsyad Soepardi,1995)

Indikasi untuk tonsitektomi dulu dan sekarang tidak berbeda, namun terdapat
perbedaan prioritas relatif dalam menentukan indikasi tonsitektomi pada saat ini. Terakhir
dapat dicegah bila seorang pasien selalu menjaga personal hygene dan pola makan.
Dengan saya membuat, meneliti atau menggunakan kasus bedah post operasi
Tonsilitis akut pada Tugas Akhir saya. Saya serta anda semua dapat mengerti mengenai tanda,
gejala, ciri-ciri fisik, contoh pasien, dan therapy atau pengobatnya.
Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A streepfokus
bila hemolitil, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis lain atau oleh infeksi
virus. Ciri-ciri atau dengan tanda dan gejala : Demam, Tidak enak badan, mual, muntah,
Tonsil membesar dengan permukaan tidak rata, dengan pengobatan / therapi-therapi dari
dokter dan insisi bedah, dapat menyembuhkan tonsillitis

Saran

Diharapkan mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang penyakit tonsilitis dan
mengaplikasikan/menerapkan asuhan keperawatan pada pasien tonsilitis dengan baik dan
benar. Semoga perpustakaan lebih melengkapi literatur bacaan.

DAFTAR PUSTAKA

http://health.vic.gov.au/edfactsheets/downloads/tonsilitis.pdf

21
http://seputarsehat.com/keperawatan/asuhan-keperawatan-tonsilitis.html

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-julibestar-5392-2-babiik-
r.pdf

https://sseplyruminding.wordpress.com/2013/06/22/makalah-tonsilitis/

http://majalahkesehatan.com/gejala-dan-penanganan-radang-amandel-tonsilitis/

22

Anda mungkin juga menyukai