Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latarbelakang

Tonsil atau yang lebih sering dikenal dengan amandel adalah massa yang terdiri dari
jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus didalamnya, bagian
organ tubuh yang berbentuk bulat lonjong melekat pada kanandan kiri tenggorok.
Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil faringal (adenoid), tonsil palatina, dan tonsil faringal
yang membentuk lingkaran yang disebut cincin Waldeyer. Tonsil terletak dalam sinus
tonsilaris diantara kedua pilar fausium dan berasal dari invaginasi hipoblas di tempat ini.

Tonsillitis sendiri adalah inflamasi pada tonsila palatine yang disebabkan olehinfeki
virus atau bakteri. Saat bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh melalui hidungatau
mulut, tonsil berfungsi sebagai filter/ penyaring menyelimuti organisme yang berbahaya
tersebut ldengan sel-sel darah putih. Hal ini akan memicu sistem kekebalantubuh untuk
membentuk antibody terhadap infeksi yang akan datang. Tetapi bilatonsil sudah tidak
dapat menahan infeksi dari bakteri atau virus tersebut maka akantimbul tonsillitis. Dalam
beberapa kasus ditemukan 3 macam tonsillitis, yaitu tonsillitis akut, tonsillitis
membranosa, dan tonsillitis kronis. Oleh karena itu penting bagi perawat untuk
mempelajari patofisiologi, manifestasi klinis, prosedur diagnostik dan asuhan
keperawatan yang komprehensif pada klien tonsilitis beserta keluarganya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tonsilitis ?
2. Bagaimana anatomi tonsil ?
3. Apa komplikasi dari tonsilitis ?
4. Bagaimana penatalaksanaan tonsil
5. Bagaimana asuhan keperawatan tonsilitis ?

1
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin
Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam
rongga mulut yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina (tonsil faucial), tonsil lingual
(tonsil pangkal lidah), tonsil tuba Eustachius (lateral band dinding faring atau Gerlach’s
tonsil) (Soepardi, 2007). Sedangkan menurut Reeves tonsilitis merupakan inflamasi atau
pembengkakan akut pada tonsil atau amandel.
Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman
streptococcushemolyticu streptococcus viridans dan streptococcus pyogenes dapat juga
disebabkan oleh virus (Mansjoer). Tonsilektomi adalah pengangkatan tonsil dan struktur
adenoid, bagian jaringan limfoid yang mengelilingi faring melalui pembedahan (Nettina,
2010)
Menurut Soepardi (2010) macam-macam tonsilitis yaitu :
1. Tonsilitis Akut
a. Tonsilitis viral
Gejala tonsilitis viral lebih menyerupai commond cold yang disertai rasa nyeri
tenggorok. Virus Epstein Barr adalah penyebab paling sering. Hemofilus
influenzae merupakan penyebab tonsilitis akut supuratif. Jika terjadi infeksi virus
coxschakie, maka pada pemeriksaan rongga mulut akan tampak luka-luka kecil
pada palatum dan tonsil yang sangat nyeri dirasakan klien.
b. Tonsilitis bacterial
Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A Streptokokus, β
hemolitikus yang dikenal sebagai strep throat, pneumokokus, Streptokokusviridan,
Streptokokus piogenes. Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringantonsil akan
menimbulkan reaksi radang berupa keluarnya leukosit polimorfonuklear sehingga
terbentuk detritus. Bentuk tonsilitis akut dengan detritus yang jelas disebut
tonsilitis folikularis. Bila bercak-bercak detritus ini menjadi satu, membentuk
alur-alur maka akan terjadi tonsilitis lakunaris.

2
2. Tonsilitis Membranosa
a. Tonsilitis difteri
Tonsilitis difteri merupakan tonsilitis yang disebabkan kuman
Corynebacterium diphteriae. Penularannya melalui udara, benda atau makanan
yang terkontaminasi. Tonsilitis difteri sering ditemukan pada anak-anak berusia
kurang dari 10 tahun frekuensi tertinggi pada usia 2 sampai 5 tahun.
b. Tonsilitis septik
Tonsilitis yang disebabkan karena Streptokokus hemolitikus yang terdapat
dalam susu sapi.
c. Angina plaut vincent ( stomatitis ulsero membranosa )
Tonsilitis yang disebabkan karena bakteri spirochaeta atau triponema yang
didapatkan pada penderita dengan hygiene mulut yang kurang dan defisiensi
vitamin C.
d. Penyakit kelainan darah
Tidak jarang tanda leukemia akut, angina agranulositosis dan infeksi
mononukleosis timbul di faring atau tonsil yang tertutup membran semu. Gejala
pertama sering berupa epistaksis, perdarahan di mukosa mulut, gusi dan di bawah
kulit sehingga kulit tampak bercak kebiruan.
3. Tonsilitis Kronik
Tonsilitis kronik timbul karena rangsangan yang menahun dari rokok,
beberapa jenis makanan, hygiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik
dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat.

B. Anatomi Fisiologi
Tonsil merupakan bagian dari jaringan limfoid yang melingkari faring dan secara
kolektif dikenal sebagai cincin waldeyer. Cincin ini terdiri dari jaringan limfoid dari dasar
lidah (tonsil lidah), dua tonsil tekak, adenoid, dan jaringan limfoid pada dinding posterior.
Jaringan ini berperan sebagai pertahanan terhadap infeksi, tetapi ia dapat menjadi tempat
infeksi akut atau kronis (Behrman, 2009)

3
Tonsil terdiri atas:
1. Tonsil faringealis atau adenoid, agak menonjol keluar dari atas faring dan terletak di
belakang koana.
2. Tonsil palatina atau faucial, dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.
3. Tonsil lingual atau tonsil pangkal lidah, epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.
Tonsil berfungsi mencegah agar infeksi tidak menyebar ke seluruh tubuh
dengan cara menahan kuman memasuki tubuh melalui mulut, hidung, dan
kerongkongan, oleh karena itu tidak jarang tonsil mengalami peradangan. Peradangan
pada tonsil disebut dengan tonsilitis, penyakit ini merupakan salah satu gangguan
Telinga, Hidung dan Tenggorokan ( THT ).
Sistem imunitas ada 2 macam yaitu imunitas seluler dan humoral. Imunitas
seluler bekerja dengan membuat sel (limfoid T) yang dapat “memakan“ kuman dan
virus serta membunuhnya. Sedangkan imunitas humoral bekerja karena adanya sel
(limfoid B) yang dapat menghasilkan zat immunoglobulin yang dapat membunuh
kuman dan virus. Kuman yang dimakan oleh imunitas seluler tonsil dan adenoid
terkadang tidak mati dan tetap bersarang disana serta menyebabkan infeksi amandel
yang kronis dan berulang (Tonsilitis kronis). Infeksi yang berulang ini akan
menyebabkan tonsil dan adenoid bekerja terus dengan memproduksi sel-sel imun
yang banyak sehingga ukuran tonsil dan adenoid akan membesar dengan cepat
melebihi ukuran yang normal.

C. Etiologi
Penyebab tonsilitis adalah infeksi kuman Streptococcus beta hemolyticus,
Streptococcus viridans, dan Streptococcus pyogenes, dapat juga disebabkan oleh infeksi
virus (Soepardi, 2007)
Tonsilitis disebabkan karena virus dan bakteri, mikroorganisme atau jamur, Ada
berbagai macam virus dan bakteri yang dapat menyebabkan terjadinya radang amandel,
termasuk virus yang menyebabkan mononucleosis (virus Epstein-Barr) dan bakteri yang
menyebabkan terjadinya radang tenggorokan (Streptococcus pyogenes).
Virus Epstein-Barr, juga disebut Virus herpes manusia 4 adalah virus dari famili
herpes (yang juga terdapat virus herpes simplex dan Sitomegalovirus), dan merupakan
salah satu virus yang paling umum pada manusia. Banyak orang terinfeksi dengan Virus
Epstein-Barr yang sering asimtomatik tetapi umumnya menyebabkan mononukleosis.

4
Virus Epstein-Barr berasal dari nama Michael Epstein dan Yvonne Barr, yang bersama
dengan Bert Achong, menemukan virus ini tahun 1964.
Streptococcus pyogenes ialah bakteri Gram-positif bentuk bundar yang tumbuh dalam
rantai panjang dan merupakan penyebab infeksi Streptococcus Grup A. Streptococcus
pyogenes menampakkan antigen grup A di dinding selnya dan beta-hemolisis saat
dikultur di plat agar darah. Streptococcus pyogenes khas memproduksi zona beta-
hemolisis yang besar, gangguan eritrosit sempurna dan pelepasan hemoglobin, sehingga
kemudian disebut Streptococcus Grup A (beta-hemolisis). Streptococcus bersifat
katalase-negatif
Menurut Adams George , tonsilitis bakterialis supuralis akut paling sering disebabkan
oleh streptokokus beta hemolitikus grup A.
1. Pneumococcus
2. Staphilococcus
3. Haemalphilus influenza
4. Kadang streptococcus non hemoliticus atau streptococcus viridens.
Menurut Iskandar N . Bakteri merupakan penyebab pada 50 % kasus.
1. Streptococcus B hemoliticus grup A
2. Streptococcus viridens
3. Streptococcus pyogenes
4. Staphilococcus
5. Pneumococcus
6. Virus
7. Virus influenza serta herpes

Menurut Firman S (2008) penyebabnya adalah infeksi bakteri streptococcus atau


infeksi virus. Tonsil berfungsi membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya
sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri
maupun virus, sehingga membengkak dan meradang, menyebabkan tonsillitis.

D. Patofisiologi
Bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut, amandel berperan
sebagai filter atau penyaring yang menyelimuti organisme berbahaya, sel-sel darah putih
ini akan menyebabkan infeksi ringan pada amandel. Hal ini akan memicu tubuh untuk
membentuk antibodi terhadap infeksi yang akan datang, akan tetapi kadang-kadang

5
amandel sudah kelelahan menahan infeksi atau virus. Infeksi bakteri dari virus inilah
yang menyebabkan tonsilitis.
Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid
superficial mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit
poli morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil yang berisi ercak
kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel
yang terlepas, suatu tonsillitis akut d engan detritus disebut tonsilitis falikularis, bila
bercak detritus berdekatan menjadi satu maka terjadi tonsilitis lakunaris. Tonsilitis
dimulai dengan gejala sakit tenggorokan ringan hingga menjadi parah. Pasien hanya
mengeluh merasa sakit tenggorokannya sehingga nafsu makan berkurang. Radang pada
tonsil dapat menyebabkan kesukaran menelan, panas, bengkak, dan kelenjar getah bening
melemah di dalam daerah sub mandibuler, sakit pada sendi dan otot, kedinginan, seluruh
tubuh sakit, sakit kepala dan biasanya sakit pada telinga. Sekresi yang berlebih membuat
pasien mengeluh sukar menelan, belakang tenggorokan akan terasa mengental. Hal-hal
yang tidak menyenangkan tersebut biasanya berakhir setelah 72 jam.
Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu
(Pseudomembran), sedangkan pada tonsilitis kronik terjadi karena proses radang berulang
maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses penyembuhan,
jaringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut sehingga ruang
antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses ini meluas
sehingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengketan dengan jaringan sekitar
fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe
submandibula

E. Manifestasi klinik
Tanda dan gejala tonsilitis seperti demam mendadak, nyeri tenggorokan, ngorok, dan
kesulitan menelan. Sedangkan menurut Mansjoer adalah suhu tubuh naik sampai 40◦C,
rasa gatal atau kering di tenggorokan, lesu, nyeri sendi, odinofagia (nyeri menelan),
anoreksia, dan otalgia (nyeri telinga).Bila laring terkena suara akan menjadi serak. Pada
pemeriksaan tampak faring hiperemisis, tonsil membengka, hiperemesis
Menurut Megantara, Imam 2011, Gejalanya berupa nyeri tenggorokan (yang semakin
parah jika penderita menelan) nyeri seringkali dirasakan ditelinga (karena tenggorokan
dan telinga memiliki persyarafan yang sama).

6
Gejala lain :
1. Demam
2. Tidak enak badan
3. Sakit kepala
4. Muntah
Menurut Mansjoer, A gejala tonsilitis antara lain :
1. Pasien mengeluh ada penghalang di tenggorokan
2. Tenggorokan terasa kering
3. Peernafasan bau
4. Pada pemeriksaan tonsil membesar dengan permukaan tidak rata, kriptus
membesar dan terisi detritus
5. Tidak nafsu makan
6. Mudah lelah
7. Nyeri abdomen
8. Pucat
9. Letargi
10. Nyeri kepala
11. Disfagia (sakit saat menelan)
12. Mual dan muntah
Gejala pada tonsillitis akut :
1. Rasa gatal / kering di tenggorokan
2. Lesu
3. Nyeri sendi
4. Odinafagia
5. Anoreksia
6. Otalgia
7. Suara serak (bila laring terkena)
8. Tonsil membengkak

Menurut Smelizer, Suzanne, Gejala yang timbul sakit tenggorokan, demam,


ngorok, dan kesulitan menelan.
Menurut Hembing, :

7
1. Dimulai dengan sakit tenggorokan yang ringan hingga menjadi parah, sakit saat
menelan, kadang-kadang muntah.
2. Tonsil bengkak, panas, gatal, sakit pada otot dan sendi, nyeri pada seluruh badan,
kedinginan, sakit kepala dan sakit pada telinga.
3. Pada tonsilitis dapat mengakibatkan kekambuhan sakit tenggorokan dan keluar nanah
pada lekukan tonsil.

F. Komplikasi
Komplikasi tonsilitis akut dan kronik adalah :
1. Abses peritonsil
Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini
terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh streptococcus
group A (Soepardi, 2007)
2. Otitis media akut
Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi)
dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur spontan
gendang telinga (Soepardi, 2007)
3. Mastoiditis akut
Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam sel-
sel mastoid (Soepardi, 2007)
4. Laringitis
Merupakan proses peradangan dari membran mukosa yang membentuk
larynx. Peradangan ini mungkin akut atau kronis yang disebabkan bisa karena virus,
bakter, lingkungan, maupun karena alergi (Reeves, 2010)
5. Sinusitis
Merupakan suatu penyakit inflamasi atau peradangan pada satu atau lebih dari
sinus paranasal. Sinus adalah merupakan suatu rongga atau ruangan berisi udara dari
dinding yang terdiri dari membran mukosa
6. Rhinitis
Merupakan penyakit inflamasi membran mukosa dari cavum nasal dan
nasopharinx. Sama halnya dengan sinusitis, rhinitis bisa berupa penyakit kronis dan
akut yang kebanyakan disebabkan oleh virus dan alergi (Reeves, 2010).

8
G. Penatalaksanaan pasien tonsilitis secara umum :
1. Jika penyebab bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut) selama 10 hari,
jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan.
2. Pengangkatan tonsil (Tonsilektomi) dilakukan jika:
a. Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih / tahun.
b. Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2 tahun.
c. Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3 tahun.
3. Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.

Penatalaksanaan pasien tonsilitis menurut Mansjoer adalah :


1. Penatalaksanaan tonsilitis akut :
a. Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur atau
obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan eritromisin atau
klidomisin.
b. Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder, kortikosteroid untuk
mengurangi edema pada laring dan obat simptomatik.
c. Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari komplikasi
kantung selama 2 sampai 3 minggu atau sampai hasil usapan tenggorok 3 kali
negatif.
d. Pemberian antipiretik
2. Penatalaksanaan tonsillitis kronik
a. Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur atau hisap.
b. Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi
konservatif tidak berhasil.
The American Academy of Otolaryngology – Head and Neck Surgery Clinical
Indikators Compendium menetapkan indikasi dilakukannya tonsilektomiyaitu:
1) Serangan tonsilitis lebih dari tiga kali per tahun walaupun telah mendapatkan terapi
yang adekuat.
2) Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan menyebabkan gangguan
pertumbuhan orofasial.
3) Sumbatan jalan nafas yang berupa hipertrofi tonsil dengan sumbatan jalan nafas,
sleep apnea, gangguan menelan, dan gangguan bicara.
4) Rhinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis, abses peritonsil, yang tidak
berhasil hilang dengan pengobatan.

9
5) Napas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan.
6) Tonsilitis berulang yang disebabkan oleh bakteri grup A Sterptococcus
βhemoliticus
7) Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan.
8) Otitis media efusa atau otitis media supurataif

Penatalaksanaan tonsilektomi :
1. Perawatan pra Operasi :
a. Lakukan pemeriksaan telinga, hidung, dan tenggorok secara seksama dan
dapatkan kultur yang diperlukan untuk menentukan ada tidak dan sumber
infeksi.
b. Ambil spesimen darah untuk pemeriksaan praoperasi untuk menentukan
adanya risiko perdarahan : waktu pembekuan, pulasan trombosit, masa
protrombin, masa tromboplastin parsial
c. Lakukan pengkajian praoperasi :
Perdarahan pada anak atau keluarga, kaji status hidrasi, siapkan anak
secara khusus untuk menghadapi apa yang diharapkan pada masa pascaoperasi,
gunakan teknik-teknik yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak (buku,
boneka, gambar), bicaralah pada anak tentang hal-hal baru yang akan dilihat di
kamar operasi, dan jelaskan jika terdapat konsep-konsep yang salah, bantu
orang tua menyiapkan anak mereka dengan membicarakan istilah yang umum
terlebih dahulu mengenai pembedahan dan berkembang ke informasi yang
lebih spesifik, yakinkan orang tua bahwa tingkat komplikasi rendah dan masa
pemulihan biasanya cepat, anjurkan orang tua untuk tetap bersama anak dan
membantu memberikan perawatan.
2. Perawatan pascaoperasi :
a. Kaji nyeri dengan sering dan berikan analgesik sesuai indikasi.
b. Kaji dengan sering adanya tanda-tanda perdarahan pasca operasi.
c. Siapkan alat pengisap dan alat-alat nasal untuk berjaga-jaga seandainya terjadi
kedaruratan.
d. Pada saat anak masih berada dalam pengaruh anestesi, beri posisi telungkup
atau semi telungkup pada anak dengan kepala dimiringkan ke samping untuk
mencegah aspirasi

10
e. Biarkan anak memperoleh posisi yang nyaman sendiri setelah ia sadar
(orangtua boleh menggendong anak ).
f. Pada awalnya anak dapat mengalami muntah darah lama. Jika diperlukan
pengisapan, hindari trauma pada orofaring.
g. Ingatkan anak untuk tidak batuk atau membersihkan tenggorok kecuali jika
perlu.
h. Berikan asupan cairan yang adekuat; beri es batu 1 sampai 2 jam setelah sadar
dari anestesi. Saat muntah susah berhenti, berikan air jernih dengan hati-hati.
i. Tawarkan jus jeruk dingin disaring karena cairan itulah yang paling baik
ditoleransi pada saat ini, kemudian berikan es loli dan air dingin selama 12
sampai 24 jam pertama.
j. Ada beberapa kontroversi yang berkaitan dengan pemberian susu dan es krim
pada malam pembedahan : dapat menenangkan dan mengurangi
pembengkakan, tetapi dapat meningkatkan produksi mukus yang
menyebabkan anak lebih sering membersihkan tenggorokanya, meningkatkan
risiko perdarahan.
k. Berikan collar es pada leher, jika anak menjadi gelisah, lepas collar es tersebut.
l. Bilas mulut pasien dengan air dingin atau larutan alkalin.
m. Jaga agar anak dan lingkungan sekitar bebas dari drainase bernoda darah untuk
membantu menurunkan kecemasan.
n. Anjurkan orang tua agar tetap bersama anak ketika anak sadar.

H. Pengkajian Fokus dan Pemeriksaan Penunjang


1. Fokus pengkajian menurut Firman (2006) yaitu :
a. Wawancara
1) Kaji adanya riwayat penyakit sebelumnya (tonsilitis)
2) Apakah pengobatan adekuat
3) Kapan gejala itu muncul
4) Bagaimana pola makannya
5) Apakah rutin atau rajin membersihkan mulut
b. Pemeriksaan fisik
Data dasar pengkajian menurut Doenges , yaitu :
1. Integritas Ego
Gejala : Perasaan takut, khawatir

11
Tanda : ansietas, depresi, menolak
2. Makanan atau Cairan
Gejala : Kesulitan menelan
Tanda : Kesulitan menelan, mudah terdesak, inflamasi
3. Hygiene
Tanda : kebersihan gigi dan mulut buruk
4. Nyeri atau keamanan
Tanda : Gelisah, perilaku berhati-hati
Gejala : Sakit tenggorokan kronik, penyebaran nyeri ke telinga
5. Pernapasan
Gejala : Riwayat menghisap asap rokok (mungkin ada anggota keluarga yang
merokok), tinggal di tempat yang berdebu.
6. Tenggorokan
Inspeksi : Tonsil membesar dan berwarna kemerahan.
Palpasi : Terdapat nyeri tekan, pembesaran kelenjar limfoid.

12
13
I. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah :
Pre Operasi
a. Gangguan pola nafas berhubungan dengan penyempitan jalan nafas
b. Nyeri berhubungan dengan respon inflamasi.
c. Hipertemi berhubungan dengan respon inflamasi.
d. Ketidakefektifan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
tidak adekuat
e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
f. Konstipasi berhubungan dengan penurunan metabolisme

Intra dan Post Operasi


a. Resiko infeksi berhubunngan dengan tindakan pembedahan.
b. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan cairan
intravaskular/perdarahan
c. Ketidakefektifan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nyeri
menelan.

14
J. Fokus Intervensi
Pre Operasi
1. Ketidakefektifan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil : kebutuhan nutrisi klien adekuat, tidak ada tanda malnutrisi, mampu
menghabiskan makanan sesuai porsi yang diberikan.
Intervensi :
a. Awasi masukan dan berat badan sesuai indikasi
Rasional : memberikan informasi sehubungan dengan kebutuhan nutrisi dan
keefektifan terapi
b. Auskultasi bunyi usus
Rasional : makanan hanya dimulai setelah bunyi usus membaik
c. Mulai dengan makanan kecil dan tingkatkan sesuai toleransi.
Rasional : kandungan makanan dapat mengakibatkan ketidaktoleransian,
memerlukan perubahan pada kecepatan
d. Berikan diet nutrisi seimbang (makanan cair atau halus) atau makanan selang
sesuai indikasi
Rasional : mempertahankan nutrisi yang seimbang
2. Nyeri berhubungan dengan respon inflamasi.
Tujuan : nyeri berkurang atau terkontrol.
Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang, skala nyeri
menurun
Intervensi:
a. Monitor perkembangan nyeri
Rasional : mengetahui perkembangan tindakan dari yang dilakukan.
b. Monitor tanda-tanda vital darah dan nadi.
Rasional : mengetahui keadaan pasien
c. Berikan tindakan nyaman dan hiburan
Rasional : meningkatkan relaksasi dan membantu pasien memfokuskan perhatian
pada sesuatu di samping diri sendiri atau ketidaknyamanan.
d. Selidiki perubahan karakteristik nyeri, periksa mulut dan tenggorokan.
Rasional : dapat menunjukkan terjadinya komplikasi yang memerlukan evaluasi
lanjutan.

15
e. Catatan indikator non-verbal respon automatik terhadap nyeri evaluasi efek
samping Rasional : dapat meningkatkan kerjasama dan partisipasi dalam
programpengobatan
3. Hiprtermi berhubungan dengan respon inflamasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan suhu tubuhnormal
Kriteria hasil : suhu tubuh normal ( 36ºC sampai 37ºC ) tubuh tidak terasa panas, klien
tidak gelisah.
Intervensi :
a. Pantau suhu tubuh, perhatikan menggigil atau diaphoresisRasional : suhu 38,1°C-
41,1°C menunjukan infeksius
b. Pantau suhu lingkungan, batasi atau tambahan linen tempat tidur sesuai indikasi
Rasional : suhu ruangan harus diubah untuk mempertahankan suhumendekati
normal.
c. Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alcohol
Rasional : dapat membantu menurunkan suhu tubuh
d. Berikan antipiretik
Rasional : obat antipiretik sebagai obat penurun demam

4. Anxiety berhubungan dengan kurang pengetahuan akan dilakukanyatonsilektomi.


Tujuan : cemas berkurang atau hilang.
Kriteria hasil : kecemasan berkurang, klien tampak tenang.
Intervensi :
a. Jelaskan prosedur bedah kepada anak dan orang tua dengan menggunakan bahasa
yang sederhana.
Rasional : informasi yang demikian dapat mengurangi rasa takut dan kecemasan
dengan mempersiapkan anak dan orang tua.
b. Jelaskan bahwa tergantung waktu pembedahan, anak mungkin tidak diberi makan
atau minum setelah tengah malam pada hari pembedahan dilakukan untuk
mencegah anak muntah dan aspirasi selama pembedahan.
Rasional : anak mungkin terjadi takut jika ia tidak memperoleh makanan atau
minuman sepanjang malam, atau pagi hari sebelum pembedahan.
c. Jelaskan kepada orang tua bahwa pembedahan mungkin tidak dilakukan jika anak
memiliki tanda dan gejala infeksi akut, termasuk peningkatan suhu, hidung
terdapat sekret, dan nyeri pada telinga pada hari pembedahan. Rasional :

16
pembedahan tidak dapat dilakukan dalam kondisi ini,sehubungan dengan risiko
septikemia atau infeksi meluas
d. Beri tahu orang tua tentang kemungkinan lama pembedahan dan tempat mereka
menungggu selama prosedur dan periode pemulihan.
Rasional : tidak mengetahui berapa lama pembedahan berlangsung dapat
membuat orang tua cemas selama pembedahan.
e. Jelaskan kepada anak dan orang tua tentang kemungkinan kondisi pasca operasi.
Rasional : memahami apa yang akan terjadi setelah prosedur, dapat mengurangi
rasa cemas

Post Operasi.
1. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan.
Tujuan : kebutuhan cairan terpenuhi.
Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan risiko kekurangan volume
cairan dapat teratasi ditandai dengan tanda vital stabil,membran mukosa lembab,
turgor kulit baik, capilary refill time normal.
Intervensi :
a. Kaji atau ukur dan catat jumlah perdarahan
Rasional : potensi kekurangan cairan, khususnya jika tidak ada tambahan cairan
b. Awasi tanda-tanda vital
Rasional : perubahan tekanan darah, nadi dapat digunakan untuk perkiraan
kehilangan darah.
c. Catat respon fisiologis individual pasien terhadap perdarahan, misalnya
perubahan mental, kelemahan, gelisah, ansietas, pucat, berkeringat, peningkatan
suhu.
Rasional : simtomatologi dapat berguna dalam mengukur berat badan atau
lamanya episode perdarahan
d. Awasi batuk dan bicara karena akan mengiritasi luka dan menambah perdarahan
Rasional : aktifitas batuk dan bicara meningkatkan tekanan intra abdomendan
dapat mencetuskan perdarahan langit-langit.

2. Risiko infeksi berhubungan dengan pemajanan mikroorganisme.


Tujuan : menyatakan pemahaman penyebab atau faktor risiko individu.

17
Kriteria hasil : mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau menurunkan risiko
infeksi, tidak ada tanda-tanda infeksi, tanda-tanda vital normal.
Intervensi
1. Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : jika ada peningkatan suhu tubuh kemungkinan infeksi.
2. Lakukan perawatan luka aseptik dan lakukan pencucian tangan yang baik.
Rasional : mencegah risiko infeksi
3. Lakukan perawatan terhadap prosedur invasif.
Rasional : mengurangi infeksi nosokomial.
4. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.
Rasional : mencegah perkembangan mikroorganisme

18
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Nama Klien : An. Y
Tanggal Lahir : 16/11/2012
JL : Perempuan
Status : Belum menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SD

2. Diagnosa Medis
Tonsilitis

3. Tindakan
Tonsilektomi

4. Peralatan yang Digunakan


No Nama alat Jumlah
1 Sutupac 2.0 1
2 Hands gloves 3
3 Aqua 1 liter 1
4 Surgical Blade 15 1

5. Intrumen yang digunakan


No Nama alat Jumlah
1 Suction Apparatus 1
2 Selang Suction 1
3 Mouth Gage 1
4 Alice forcep 1
5 Tonsil Hemostaticforceps 1
6 Hemostatik forcep Racheter pean 1

19
7 Bowl 2
8 Scapel handel 1
9 Respatorium 1
10 Arteri klem pean bengkok 3
11 Tusuk Sate 2
12 Mayo Lexer Scissor 1
13 Mayo Disecting Scissor 1
14 Towel Forcep 1

6. Langkah-Langkah
a. Sign In
1) Nama : An Y
2) TL : 16/11/2012
3) Nama Opeasi : Tonsilitis
4) Tindakan : Tonsilektomi
5) Lokasi : Faring
6) Jenis Anastesi : Umum
7) Nama Operator : dr. Jasmari
8) Tidak Mempunyai alergi
9) Tidak mempunyai asma
10) Jam sign 7.45 WIB

b. Langkah-langkah cuci tangan bedah sebagai berikut :


Cuci tangan Bedah
1) Lepaskan semua perhiasan yang dipakai ditangan dan lengan, seperti cincin,
jam tanggan, gelang dan memakai APD dan buka sponge cuci tangan
2) Membuka kran air otomatis atau membuka kran manual dengan siku tangan
atau dengan menggunakan lutut kaki
3) Membasahi tangan dan lengan dibawah air mengalir
4) Membersihkan kuku dengan menggunakan stick pembersih kuku
5) Mengambil sikat sponge yang mengandung cloreksidin glukonate 4% atau
larutan atau larutan clorheksidine glukonate dengan sikat (untuk pompa
tangan) atau kaki (untuk pompa kaki)

20
6) Sikat atau sponge dibasahi, diremas sampai keluar busa. Kalau menggunakan
larutan chlorheksidine glukonate 4% dicampur air dan lumuri atau menggosok
keseluruhan permukaan tangan kanan dan kiri sampai 5 cm diatas siku
7) Menyikat kuku jari masing-masing tangan selama satu menit
8) Buang sikatnya dan sponge tetap dipegang kemudian beri sedikit air dan
remas sampai berbusa kemudian balurkan dari ujung jari sampai sepertiga
dibawah siku pada tangan kiri dan kanan
9) Kemudian gunakan sponge untuk menggosok punggung tangan 15 detik,
telapak tangan 15 detik, kemudian seluruh jari secara berurutan menggunakan
teknik empat sisi.Setiap jari digosok seolah-olah 4 sisilalu membuang sponge
dan membilas tangan dibawah air mengalir sampai bersih
10) Kemudian ambil chlorheksidine glukonate 4% dan gosok di telapak tangan
hingga berbusa, kemudian balurkan dari ujung sampai pergelangan tangan
dengan cara memutar
11) Kemudian lakukan cuci tangan prosedural ( telapak tangan, pungung tangan,
sela-sela jari, teknik mengunci, masing-masing jari dengan gerakan memutar,
dan ujung-ujung jari) masing-masing step sebanyak 8 kali
12) Cuci hingga bersih dari ujung jari hingga siku dengan satu arah
13) Biarkan air mengalir dari arah ujung jari sampai ke siku untuk mencegah
kontaminasi
14) Pertahankan posisi jari tangan tidak lebih tinggi dari siku atau sejajar dengan
bahu
15) Memastikan bahwa larutan chloreksidine glukonate 4% untuk cuci tangan
bertahan sampai 4 jam
16) Mematikan kran dengan siku atau kaki jika tidak menggunakan kran otomatis
17) Mempertahankan posisi tangan saat menuju kamar operasi
18) Gunakan punggung anda untuk membuka pintu kamar bedah, jika tidak
tersedia pintu otomatis

Glowing (Pemasangan Jas) dan handsglove secara tertutup


langkah-langkah sebagai berikut:
1) Perawat instrument yang akan memakai jas, mengambil waslap steril diatas jas
dari bungkusan yang telah dibuka untuk meringankan tangan

21
2) Perawat instrument mengeringkan jari-jari, telapak tangan dan pungung
tangan, lalu lipat waslap menjadi dua bagian yang berbentuk segitiga satu
bagian untuk tangan kiri dan satu bagian untuk tangan kanan dengan cara
memutar dari pergelangan tangan menuju ke siku untuk mengeringkan kedua
tangan. Setelah selesai buang waslap pada tempatnya
3) Perawat instrument mengambil jas, langsung mengangkatnya keatas dan
menjauh untuk mencegah menyentuh sisi pembungkusnya
4) Perawat instrument yang akan memakai jas operasi, dengan perlahan
membuka lipatan jas, kemudian memasukkan lengan tangannya ke dalam
lengan jas tanpa menyentuh bagian luar jas yang steril dengan tangan
5) Perawat sirkuler menarik jas perawat instrument seluruhnya, mengikat tali
bagian tali leher dan bagian pinggang belakang
6) Perawat instrument melakukan teknik memasang sarung tangan steril tertutup,
memegang bagian dalam lipatan dengan menarik jas dan membiarkan manset
lengan baju menutupi tangan

c. Menyiapkan alat dan instrument yang akan digunakan seperti set tonsil, laken
tonsil, wrapping papper, tanin, sutupac 2.0, hands gloves, aqua dan blade 15
d. Asisten dan instrumen memakai apron dan cuci tangan prosedural
e. Sirkuler membuka alat yang akan dipakai
f. Asisten dan instrumen memakai sarung tanggan steril
g. Asisten dan instrumen menyusun alat di atas wrepping papper
h. Asisten dan instrumen melakukan drapping
i. Dr. Operator memakai lampu dikepala dan memakai sarung tangan steril
j. Sirkuler melakukan Time Out
1) Hari Sabtu tanggal 14 februari 2018
2) Nama : An. Y
3) TL : 16/11/2012
4) Nama Opeasi : Tonsilitis
5) Tindakan : Tonsilektomi
6) Operator : dr. Jasmari
7) Asisten : Iis
8) Instrumen : Nanda
9) Anastesi : dr. Januar

22
10) Asisten : Ndari
11) Sirkuler : Hamimah
12) Jenis anastesi : Umum
13) Operasi dimulai pada jam 08.55 WIB
14) Dengan Membaca Basmalah

k. Instrument memberikan mouth gage kepada operator dan operator memasang


Mouth gage dan pillar retraktor
l. Operator melakukan suction ke dalam mulut
m. Instrument memberikan allice forceps kepada operator, dan operator memegang
jaringan tonsil tersebut.
n. Operator melakukan insisi dengan blade no 15 yang diberikan oleh instrument
o. Operator membebaskan jaringan tonsil dari ligamennya menggunakan
respatorium dan instrumen melakukan suction
p. Operator memotong dengan mengunakan gunting dan menggangkat jaringan
dengan mengunakan allice forcep
q. Setelah semua jaringan tonsil terangkat, instrument memberikan kasaa kepada
operator untuk menghentikan perdarahan.
r. Operator menggunakan hemostatic forcep 90 untuk menghentikan perdarahan
s. Operator melakukan pengikatan dengan silk sutupac 2.0 dan menggunting benang
t. Operator melakukan pengecekan perdarahan
u. Instrument memberikan kassa dan operator memasukkan kassa lagi.
v. Operator memberikan tanin
w. Asisten dan instrumen merapikan alat
x. Sign Out
1) Jam : 09.25 WIB
2) Nama tindakan : Tonsilektomi
3) Alat lengkap kassa yang digunakan 10, benang yang digunakan sebanyak 1
buah, dan alat intrumen lengkap

23
4) Merapikan alat yang telah digunakan dan menghitung alat
Jumlah
No Nama alat
Sebelum pakai Sesudah Pakai
1 Suction Apparatus 1 1
2 Selang Suction 1 1
3 Mouth gage 1 1
4 Alice forcep 1 1
5 Tonsil hemostatic forcep 1 1
6 Hemostatik forcep Racheter pean 1 1
90
7 Bowl 2 2
8 Scapel handel 1 1
9 Respatorium 1 1
10 Arteri klem pean bengkok 3 3
11 Pillar retraktor 2 2
12 Mayo lexer scissor 1 1
13 Mayo disecting scissor 1 1
15 Handglove steril 3 3
16 Towel forcep 1 1

B. Asuhan Keperawatan
1. Pre operasi
a) Pengkajian
1) Kesadaran jam: 07. 45 WIB
Compos mentis

24
b) Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1 Data Subjektif Bakteri atau virus Ansietas
- Klien mengatakan
baru pertama kali Peradangan Tonsil
operasi
- Klien mengatakan Tonsilitis
cemas untuk operasi
Pembesaran Tonsil
Data Objektif
- Klien terlihat tegang Tonsilektomi
- Klien terlihat cemas
terlihat selalu berdoa Tindakan pembedahan
- Ekspresi wajah
tegang Kurang Pengetahuan
- Puasa dimulai jam:
01.30 WIB Ansietas
- Tanda-tanda vital
N : 100 x/i
P : 20x/i

c) Diagnosa Keperawatan
Ansietas b.d Tindakan Pembedahan
d) Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Noc (Kriteria Hasil) Nic (Intervensi)
1 Ansietas b.d  Anxiety self control  Anxiety Reduction
Tindakan  Anxiety level 1. Gunakan pendekatan
Pembedahan Setelah dilakukan tindakan yang menenangkan
keperawatan,diharapkan 2. Identifikasi tingkat
kecemasan pada klien kecemasan klien
berkurang , dengan kriteria 3. Jelaskan semua
hasil : prosedur dan apa yang

25
- Klien mampu dirasakan selama
mengidentifikasi dan prosedur
mengungkapkan gejala 4. Dengarkan dengan
cemas. penuh perhatian
- Mengidentifikasi, 5. Instruksikan pasien
mengungkapkan dan menggunakan teknik
menunjukkan tehnik relaksasi
untuk mengontol
cemas.
- Vital sign dalam batas
normal.
- Postur tubuh, ekspresi
wajah, bahasa tubuh
dan tingkat aktivfitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan

e) Implementasi Keperawatan

No Diagnosa Implementasi Evaluasi


1 Ansietas b.d 1. Menggunakan S : - Klien mengatakan
Tindakan pendekatan yang sudah tidak terlalu
Pembedahan menenangkan cemas
2. Mengidentifikasi O : - Ekspresi wajah klien
tingkat kecemasan tampak lebih rileks
klien
3. Menjelaskan semua N : 100 x/menit
prosedur dan apa yang P : 20 x/Menit
dirasakan selama A : Ansietas klien
prosedur berkurang
4. Mendengarkan dengan P : Intervensi dihentikan
penuh perhatian

26
5. Menginstruksikan
pasien menggunakan
teknik relaksasi

2. Intra Operasi
Jam 8.55 WIB
1. Pengkajian
a. TTV
N : 102 x/menit S :36 C
P : 20 x/menit SP02 : 98
2. Analisa data
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1 Data Subjektif Resiko infeksi
- Bakteri atau virus
Data Objektif
- Pasien sudah Peradangan Tonsil
dilakukan teknik
aseptik dan antiseptik Tonsilitis
- Alat dan bahan yang
digunakan dalam Pembesaran Tonsil
keadaan steril
- Tim bedah bekerja Tonsilektomi
sesuai dengan SOP
- Tanda-tanda vital Tindakan pembedahan
N : 102 x/i
P : 20 x/i prosedur invasive
S : 36
SPO2 : 98 Resiko Infeksi

27
3. Diagnosa
Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive

4. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Noc (Kriteria Hasil) Nic (Intervensi)
1 Resiko infeksi  Infection control  Management infection
berhubungan  Risk control 1. Pertahankan teknik
dengan Setelah dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik
prosedur keperawatan,diharapkan tidak 2. Cuci tangan sebelum
invasive terjadi resiko infeksi pada dan setelah
pasien, dengan kriteria hasil : pembedahan
- Klien bebas dari tanda 3. Gunakan baju operasi,
tanda infeksi sarung tangan steril
- Tidak terjadi infeksi pada bagi tim bedah
klien 4. Pastikan alat dan
bahan dalam keadaan
steril
5. Lakukan dressing luka
dengan bahan steril

5. Implementasi keperawatan

No Diagnosa Implementasi Evaluasi


1 Resiko 1. Mempertahankan teknik S : -
infeksi aseptik dan antiseptik O:
berhubungan 2. Mencuci tangan sebelum - Teknik aseptik dan
dengan dan setelah pembedahan antiseptik sudah
prosedur 3. Menggunakan baju dilakukan
invasive operasi, sarung tangan - Cuci tangan
steril bagi tim bedah sebelum
4. Memastikan alat dan pembedahan
bahan dalam keadaan dilakukan
steril - Adanya indikator

28
5. Melakukan dressing luka eksternal dan
dengan kassa steril internal pada alat
dan bahan operasi
- Dressing dengan
kassa steril
A : Resiko infeksi tidak
terjadi
P : Intervensi dihentikan

3. Post Operasi
1. Pengkajian
a) TTV
N : 100 x/menit
P : 20 x/menit
S : 36 C
b) Kulit
Elastis
c) Intake Output
Intake : cairan Infus 400 cc
Perdarahan: 100 cc

2. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1 Data Subjektif Tindakan Pembedahan Resiko cidera jatuh
-
Data Objektif Anestesi Umum
- Bagian ekstremitas
bawah masih belum Menghambat aliran listrik
bisa digerakkan ke otak
- Pasien dipindahkan
ke brankar dengan Membuat relaksasi hingga

29
bantuan perawat hilang kesadaran

Klien bangun

Pusing, bingung, mual,


muntah

Resiko cidera jatuh

3. Diagnosa
Resiko cidera jatuh b.d. pengaruh anestesi.

4. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Noc (Kriteria Hasil) Nic (Intervensi)
1 Resiko jatuh  Trauma Risk For  Fall Prevention
b.d pengaruh  Injury Risk For 1. Kunci roda dari kursi
anestesi Setelah dilakukan tindakan roda, tempat tidur, atau
keperawatan,diharapkan tidak brankar selama
terjadi resiko jatuh pada transfer pasien
pasien, dengan kriteria hasil : 2. Gunakan teknik yang
- Tidak terjadi jatuh atau tepat untuk
cidera pada pasien mentransfer pasien ke
- Gerakan terkoordinasi dan dari kursi roda,
- tempat tidur, toilet,
dan
3. Gunakan rel sisi
panjang yang sesuai
dan tinggi untuk
mencegat jatuh dari
tempat tidur, sesuai
kebutuhan

30
5. Implementasi Keperawatan

No Diagnosa Implementasi Evaluasi


1 Resiko jatuh 1. Mengunci roda dari S : -
b.d pengaruh kursi roda, tempat O:
anestesi tidur, atau brankar - Teknik
selama transfer pasien memindahkan klien
2. Menggunakan teknik dari meja operasi ke
yang tepat untuk brankar dilakukan
mentransfer pasien ke dengan benar
dan dari kursi roda, - Pengaman tempat
tempat tidur, toilet, dan tidur terpasang
3. Menggunakan rel sisi - Privasi klien dijaga
panjang yang sesuai A : Resiko jatuh tidak
dan tinggi untuk terjadi
mencegat jatuh dari P : Intervensi dihentikan,
tempat tidur, sesuai kloien dipindahkan ke RR.
kebutuhan

31
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin
Waldeyer.Menurut Soepardi (2010) macam-macam tonsilitis yaitu : tonsilitis akut,
tonsilitis membranosa dan tonsilitis kronik.

Tonsil terdiri atas:


1. Tonsil faringealis atau adenoid, agak menonjol keluar dari atas faring dan terletak
di belakang koana.
2. Tonsil palatina atau faucial, dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan
tanduk.
3. Tonsil lingual atau tonsil pangkal lidah, epitel berlapis gepeng tanpa lapisan
tanduk.
Tonsilitis disebabkan karena virus dan bakteri, mikroorganisme atau jamur, Ada berbagai
macam virus dan bakteri yang dapat menyebabkan terjadinya radang amandel, termasuk
virus yang menyebabkan mononucleosis (virus Epstein-Barr) dan bakteri yang
menyebabkan terjadinya radang tenggorokan (Streptococcus pyogenes). Tanda dan gejala
tonsilitis seperti demam mendadak, nyeri tenggorokan, ngorok, dan kesulitan menelan.
Sedangkan menurut Mansjoer adalah suhu tubuh naik sampai 40◦C, rasa gatal atau kering
di tenggorokan, lesu, nyeri sendi, odinofagia (nyeri menelan), anoreksia, dan otalgia
(nyeri telinga). Bila laring terkena suara akan menjadi serak. Pada pemeriksaan tampak
faring hiperemisis tonsil membengkak dan hiperemesis

B. Saran
Berdasarkan tinjauan kasus yang sudah dipaparkan pada bab tiga tinjauan kasus tentang
sign in, time out dan sign out maka oleh karena itu diharapkan kepada klien dapat
mengurangi masalah yang muncul sebelum di lakukan operasi, seperti halnya dapat
mengurangi kecemasan klien untuk tindakan bedah. Kemudian diharapkan kepada tim
bedah supaya tetap mempertahankan bekerja sesuai dengan SOP, seperti tetap
mempertahankan teknik aseptik dan antiseptik pada saat intra operasi, sehingga masalah
resiko infeksi dapat dihindarkan.

32
DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/29233219/ASKEP-TONSILITIS( di akses pada tanggal 18

februari 2018 jam 10.00 WIB)

http://www.kapukonline.com/2011/09/askepasuhankeperawatantonsilitis.html( di akses

pada tanggal 18 februari 2018 jam 10.00 WIB)

Belden MD. THT : www. emedicine. com.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. FKUI. Jakarta.

Saten S. Chalazion. Taken From : www. emedicine. com.

www.medicastore.com ( di akses pada tanggal 18 februari 2018 jam 10.00 WIB)

www.infokedokteran.com( di akses pada tanggal 18 februari 2018 jam 10.00 WIB)

33
34

Anda mungkin juga menyukai